1
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang memperbanyak, mencetak, dan menerbitkan sebagian atau seluruh isi buku ini dengan cara dan bentuk apapun juga tanpa se izin penulis dan penerbit
Diterbitkan pertama kali oleh : Unit kerja Koordinasi Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia Tahun 2017
Diterbitkan oleh : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia
PESERTA DISKUSI KONSENSUS
H.R.Rochmanadji Widajat,dr, SpA(K), MARS Muhammad Heru Muryawan, dr, SpA(K) Dr. Omega Mellyana,dr,SpA Prof.Dr.Dedi Rachmadi,dr,SpA(K), M Kes Ahmedz Widiasta,dr,SpA 2
Prof.Dr. Nanan Sekarwana, dr, SpA(K) MARS Gusti Ayu Putu Nilawati,dr, SpA(K) Risky Vitria Prasetyo,dr,SpA(K) Jusli Aras, dr, SpA Retno Palupi,dr,SpA Muhammad Nur,dr,SpA Dr. Ninik Asmaningsih,dr,SpA(K) Prof. Syaifullah Noer, dr,SpA(K) Endang Lestari Andjani,dr, SpA(K) Syafrudin Haris,dr, SpA(K) Dr. Bobby Setiadi Dharmawan,dr,SpA(K) Agustina Wulandari,dr, SpA(K) Dr. Partini Pudjiastuti Trihono,dr, SpA(K), MM,Paed Ketut Suarta,dr,SpA(K) Reza , dr,SpA Prof.Dr. Dhany Hilmanto,SpA(K) Dr. Krisni Subandiyah, dr, SpA(K) Astrid Kristina Kardani, SpA(K) ........................................ .......................................... ......................................... ......................................... ....................................... ..............................................
Konsensus ini disusun oleh UKK Nefrologi IDAI berdasarkan telaah literatur mutakhir dan diskusi bersama anggota UKK Nefrologi IDAI. Tujuan pembuatan Konsensus adalah untuk digunakan pedoman, baik untuk dokter spesialis anak maupun untuk spesialis konsultan nefrologi.
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum wr wb
3
Wasalamu’alaikum wr wb Semarang, April 2017
H.R.Rochmanadji Widajat,dr, SpA(K), MARS
SAMBUTAN KETUA UNIT KERJA KOORDINASI NEFROLOGI IDAI
4
Prof.Dr.dr.Dedi Rachmadi Sambar,SpA(K), M.Kes
SAMBUTAN KETUA UMUM PENGURUS PUSAT IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA
5
Dr.dr.Aman Pulungan, SpA(K)
DAFTAR SINGKATAN
6
DAFTAR ISI
Peserta diskusi konsensus ................. ....................................................... Kata pengantar ........................................................................................ Sambutan Ketua Unit Kerja Koordinasi Nefrologi IDAI ....................... Sambutan Ketua Umum PP IDAI ........................................................... Daftar singkatan ...................................................................................... Daftar isi................................................................................................... Pendahuluan............................................................................................ Rekomendasi tatalaksana penyakit ginjal kronik pada anak ........... 1.Umum .................................................................................................. 1.1 Definisi dan klasifikasi .............................................................. 1.2 Manifestasi klinis....................................................................... 1.3 Pemeriksaan penunjang.............................................................. 1.4 Diagnosis.................................................................................... 2. Tatalaksana PGK pada anak.......................................................... 2.1.Tujuan tatalaksana PGK pada anak .......................................... 2.2.Tatalaksana konservatif PGK pada anak................................... 2.2.1 Tatalaksana nutrisi.................................................................... 2.2.2 Gangguan keseimbangan cairan elektrolit dan asam basa....... 2.2.2.1 Koreksi cairan .......................................................................... 2.2.2.2 Koreksi natrium......................................................................... 2.2.2.3 Koreksi kalium......................................................................... 2.2.2.4 Tatalaksana asidosis.................................................................. 2.2.3 Tatalaksana hipertensi ............................................................... 2.2.4 Tatalaksana anemia.................................................................... 2.2.5 Tatalaksana osteodistrofi ginjal.................................................
7
2.2.6 Tatalaksana gangguan pertumbuhan......................................... 2.3.Tatalaksana Terapi pengganti ginjal PGK pada anak................ 2.3.1 Dialisis ..................................................................................... 2.3.2 Hemodialisis ............................................................................ 2.3.3 CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis) ................ 2.3.4 Transplantasi ginjal .................................................................. 2.4.Indikasi melakukan rujukan kepada ahli ginjal anak ........................ Daftar pustaka .......................................................................................... Lampiran .................................................................................................
PENDAHULUAN
Sejak tahun 2002 paradigma lama pengertian gagal ginjal kronik (GGK, chronic renal failure) mulai berubah menjadi paradigma baru yaitu penyakit ginjal kronik (PGK, chronic kidney diseases) dengan klasifikasi baru terdiri atas 5 stadium. Perubahan paradigma tersebut bertujuan agar para praktisi klinis mampu melakukan deteksi dini kelainan sistemik ginjal yang kronik dan progresif serta mampu berusaha lebih awal mencegah progresifitas PGK .1 2
PARADIGMA LAMA
PARADIGMA BARU
Chronic renal failure (CRF)
Chronic kidney disease (CKD)
Penurunan fungsi ginjal kronik dan progresif
Stadium 1
2 Stadium 1 Gangguan ginjal awal 2 Insufisiensi ginjal kronik 3 Gagal ginjal kronik 4 Gagal ginjal terminal
LFG (%)* >50 50-30 30-10 ≤10
3a
3b 4 5
Keterangan Kerusakan ginjal dengan GFR dlm batas normal/ tinggi Kerusak an ginjal dengan penurunan GFR ringan Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR ringan- sedang Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR sedang-berat Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR berat Gagal ginjal stadium akhir
eGFR** ≥ 90
60-89 45-59
30-44 15-29 < 15
Gambar 1. Skema paradigma penyakit ginjal kronis1
8
Pengelolaan komprehensif PGK anak membutuhkan waktu lama dan kerjasama tim multidisiplin PPA ( profesional pemberi asuhan) yang terintegrasi baik, sesuai dengan konsep pelayanan berfokus pada pasien/ “ patient centered care”.
REKOMENDASI Tatalaksana penyakit ginjal kronik pada anak
1.UMUM 1.1. DEFINISI DAN KLASIFIKASI PGK pada anak
Seorang anak dikatakan menderita PGK apabila selama >3 bulan terdapat salah satu dari kriteria di bawah ini:1, 3 1.
Abnormalitas struktur atau fungsi ginjal, dengan/ tanpa penurunan LFG, dengan manifestasi satu atau lebih tanda:
2.
a.
Kelainan pada komposisi darah atau urin
b.
Kelainan pada pencitraan ginjal dan saluran kemih
c.
Kelainan pada biopsi ginjal
LFG <60 ml/ menit/ 1,73 m 2 dengan/ tanpa kerusakan ginjal seperti yang disebutkan pada kriteria tersebut di atas
Rumus laju filtrasi glomerulus/ glomerulo filtration rate”: e-GFR = k . height (cm) : S-Cr (mg%)
Nilai k (konstanta) berbeda-beda sesuai usia:1 Neonatus BBLR
0,34
Neonatus aterm
0,45
Usia 1 – 13 tahun
0,55
Perempuan >13 tahun 0,57 Laki-laki >13 tahun
0,70
Klasifikasi : .................................................
9
1.2.MANIFESTASI KLINIK PENYAKIT GINJAL KRONIK 4, 5, 10
1.
Gejala awal (PGK stage 1) biasanya tidak spesifik, bisa didaptakan LFG normal,
proteinuria dengan/ tanpa hipertensi ringan. 2.
3.
1.
Gejala spesifik (PGK stage 1, 2, 3) berupa: -
Poliuria, nokturia, polidipsi (diabetes nefritogen)
-
Gangguan pertumbuhan
-
Anemia refrakter
-
Edem wajah
-
Kulit kering dan gatal
-
Artralgia, mialgia dan paraestesia
Gejala sindoma uremia (PGK stage 4, 5/ stadium lanjut) berupa: -
Gangguan gastrointestinal
-
Gangguan kardiovaskuler: hipertensi, gagal jantung
-
Gangguan SSP: kejang, kelemahan otot, oliguria
-
Gangguan ekskresi: oliguria, hiperkalemia
-
Gangguan mineral dan tulang/ mineral bone disease (MBD): renal osteodystrophy
Gejala akhir (PGK stage 4, 5/ stadium terminal) berupa: -
Proteinuria persisten adalah suatu keadaan di mana ekskresi protein urin te tap positif
pada dua atau lebih pemeriksaan yang dilakukan dengan jarak sedikitnya 2 minggu. Proteinuria/ albuminuria ringan dapat terjadi pada ortostatik proteinuria, aktivitas fisik/ latihan yang intens dan demam. Albuminuria postif palsu dihasilkan oleh urin alkali, urin konsentrat, gross hematuria dan adanya mucus, semen atau leukosit pada urin.14 -
Oliguria
-
Hipertensi kronik merupakan komorbid yang sering terjadi pada anak dengan PGK.
Hipertensi terjadi akibat overload cairan, aktivasi renin angiotensin, hiperaktivasi simpatik, disfungsi endothelial dan hiperparatiroid kronis.15 -
Anemia refrakter terjadi ketika fungsi renal turun di bawah 15%, namun anemia
frekuensinya meningkat pada anak dengan PGK. Anemia pada anak dengan penyakit ginjal kronis terjadi akibat multi faktor yang saling berhubungan, antara lain lama hidup eritrosit akan lebih singkat seiring peningkatan kadar blood urea nitrogen (BUN), adanya intestinal blood loss + 6 ml/ m 2 BSA pada pasien PGK nondialisis dan
10
meningkat pada pasien hemodialysis serta hilangnya darah akibat terper angkap dalam peralatan dialysis.1, 9 -
Asidosis metabolik biasanya terjadi jika LFG <25 ml/ menit/ 1,73 m2. Asidosis
metabolik berpengaruh buruk terhadap fungsi sel dan berkontribusi meningkatkan morbiditas dan mortalitas.16 -
Osteodistrofi renal dapat terjadi akibat:9
a.
Asidosis metabolis kronis yang menyebabkan perubahan komposisi ion, resorbsi dan deposisi tulang
b.
Gangguan pembentukan vitamin D di ginjal
c.
Retensi fosfat dan hipokalsemia merangsang hiperparatiroid sekunder yang menyebabkan bone turnover cepat sehingga terjadi abnormalitas arsitektur tulang, epifiseal displacement dan fraktur.
-
Gangguan tumbuh kembang akibat gangguan elektrolit, prematuritas karena
intoleransi makanan, muntah berulang dan respon inadekuat terhadap manajemen nutrisi. Gangguan hormone mempengaruhi pertumbuhan seperti growth hormone dan somatotropin.9, 17 -
Infeksi berulang
-
Sindrom uremia kronik terjadi akibat retensi produk nitrogen sehingga
menyebabkan anoreksia, mual, muntah dan stomatitis uremia, tanpa didapatkan adanya bukti agen spesifik atau toksin uremik sebagai penyebab.1 -
Sindrom renokardial menyebabkan kematian 1000 kali lebih tinggi dibandingkan
dengan populasi normal. Kejadian sindroma renokardial melibatkan mekanisme neurohumoral dan hemodinamik yang berhubungan dengan penyakit ginjal kronis. Adanya penyakit gagal jantung melalui low cardiac output menyebabkan pengisian aliran darah arteri rendah sehingga terjadi injuri ginjal.11-13 1.3. PEMERIKSAAN PENUNJANG ............................
1.4.DIAGNOSIS PENYAKIT GINJAL KRONIK 3, 5, 14 1.
Memastikan diagnosis PGK bukan gangguan ginjal akut (GnGA, acute kidney injury)
melalui: -
Anamnesis: riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu dan riwayat keluarga
-
Pemeriksaan fisik: gangguan pertumbuhan, hipertensi kronik
11
-
Laboratorium: azotemia, anemia, asidosis metabolik, gangguan elektrolit: kalium, natrium, kalsium dan fosfat
2.
-
Radiologi: osteodistrofi, contracted kidney, kardiomegali
-
EKG
Mencari etiologi PGK dengan pemeriksaan penunjang seperti USG, BNO-IVP dan biopsi
ginjal. 3.
Menentukan stadium PGK dengan pemeriksaan penunjang lengkap.
4.
Mencari faktor risiko dan faktor yang memperberat PGK seperti hipertensi, obstruksi
saluran kemih, ISK, dehidrasi dan nefrotoksin.
2.TATALAKSANA PGK PADA ANAK
2.1.TUJUAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN PENYAKIT GINJAL KRONIK 9, 10, 18
Perjalanan klinis PGK ibarat perjalanan kereta “one way ticket” menuju gagal ginjal terminal. Oleh karena itu, tujuan utama pengelolaan PGK adalah menghambat laju progresifitas gangguan anatomis dan fungsi ginjal yang kronik dan sambil mempertahankan kualitas hidup anak dengan PGK sesuai potensinya. Strategi pengelolaan PGK terdiri dari: 1.
Terapi konservatif: nutrisi, medikamentosa, menghindari zat nefrotoksik serta mengatasi infeksi dan gangguan keseimbangan air, elektrolit dan asam-basa
2.
Terapi pengganti ginjal (renal replacement therapy): hemodialisis dan peritoneal dialisis (continuous ambulatory peritoneal dialysis/ CAPD, continuous renal replacement therapy/ CRRT) serta persiapan fisik dan psikologis cangkok ginjal bagi resipien dan donor.
3.
Proses pelaksanaan cangkok ginjal
2.2.TATALASANA PGK KRONIK 4, 9, 10
2.2.1.Konservatif
a.
Menghambat terjadinya gagal ginjal terminal -
Diet cukup kalori, restriksi protein (Lampiran 1.)
12
b.
-
Terapi gangguan reversible seperti infeksi (ISK), hipertensi
-
Menghindari obat nefrotoksik
-
Pemberian antioksidan, ARB, ACE inhibitor
Koreksi gangguan reversibel PGK -
Keseimbangan elektrolit, air, asam-basa
-
Terapi hipertensi, gagal jantung
-
Terapi anemia: preparat Fe, transfusi PRC, preparat eritropoetin
-
Terapi infeksi, pencegahan sepsis
-
Pencegahan dan pengobatan osteodistrofi renal dengan diet rendah fosfat, preparat kalsium, vitamin D3, reparat Al(OH)3 untuk mengikat PO 4
c.
Psikoterapi
d.
Koreksi bedah, terutama untuk etiologi yang berhubungan dengan obstruksi urologis
2. Tatalaksana PGK pada anak
Koreksi cairan
Koreksi natrium Na deficit (mmol) = 0.6 x body wt (kg) x (135 – serum Na)
Koreksi kalium K deficit (mmol) = 0.6 x body wt (kg) x (135 – serum K)
Asidosis Bicarbonate (HCO3) required (mmol) = 0.3 x (base deficit) x body wt (kg) Atau = 0.3 x (desired HCO3 – actual CO3) x body wt (kg)
a. b. c. d. e.
Rumus ini dihitug untuk ½ koreksi dari defisit bicarbonate Beri ½ bolus dosis diikuti dengan infus selama 2 – 4 jam 1 ml 8.4% sodium bicarbonate = 1 mmol Na + 1 mmol HCO3 Dosis bolus biasanya diberikan 4.2% sodium bicarbonate pada bayi dan anak yang lebih muda Koreksi kekurangan potasium dan calcium bersamaan
13
f.
1 mmol citrate = 1 mmol HCO3
2.2.3 Tatalaksana hipertensi Tujuan utama terapi antihipertensi pada PGK adalah untuk menurunkan baik tekanan sistemik maupun tekanan intraglomeruler. Penurunan tekanan darah sistemik dapat, tetapi tidak selalu, menurunkan tekanan intraglomeruler. Tujuan terapi lainnya adalah menurunkan ekskresi protein urin, mengurangi perburukan fungsi ginjal, dan mendapatkan efek kardioprotektif. Kebanyakan pasien PGK dan hipertensi memerlukan tiga atau lebih obat antihipertensi untuk mencapai target tekanan darah <130/80 mmHg. National Kidney Foundation Kidney Disease Outcome and Quality Initiative (NKF/KDOQI) dan The Seventh Report of the Joint National Committee on the Prevention, Detection, Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) menetapkan PGK sebagai kelompok resiko tinggi yang memerlukan terapi hipertensi intensif. Guidelines ini merekomendasikan terapi farmakologis dan modifikasi gaya hidup untuk mencapai target 130/80 mmHg. Target ini harus dicapai untuk melindungi ginjal, mencegah penyakit kardiovaskuler dan kerusakan organ. Sebagai upaya untuk mencapai tekanan darah sesuai target pada penyakit ginjal atau diabetes, telah dibuat suatu algoritme oleh American Diabetes Association tahun 2005 dan guidelines KDOdc-BP tahun 2004 seperti pada gambar 2.
14
Gambar 2. Algoritme dari American Diabetes Association, 2005; KDOdc-BP guidelines 2004 untuk terapi hipertensi pada pasien PGK atau diabetes. *diuretik tiazid hanya boleh digunakan jika eGFR = 50 ml/mnt, jika tidak sebaiknya digantikan diuretik loop.
2.2.4 Tatalaksana anemia Pengobatan anemia pada CKD pada 30 tahun ini mengalami perubahan pendekatan setelah dikenalkannya terapi erythropoietin menjadi praktik klinis dan adanya ketertarikan kembali terhadap terapi besi. Meskipun demikian, pengobatan anemia dengan terapi besi dan Erithropoietin Stimulating Agent (ESA) mempunyai peran positif yang penting dalam kehidupan penderita PGK. Titik penting yang harus dimasukkan dalam terapi anemia pada PGK adalah: 1.Work-up anemia pada PGK harus termasuk penilaian dalam pen yebab sekunder kekurangan besi. 2.Pengganti besi pada PGK dengan anemia sering efektif pada terapi inisial dan rute pemberian (intravenous atau oral) akan ditentukan oleh klinisi, pilihan pasie n, dan sumber daya lokal yang tersedia.
15
3. Terapi dengan ESA tidak direkomendasikan pada pasien dengan penyakit keganasan atau yang mempunyai riwayat penyakit keganasan. 4. Pada sebagian besar orang dengan PGK, terapi ESA seharusnya tidak digunakan untuk menaikkan Hb diatas 11.5 g/dl 5. Untuk pasien anak, pemilihan konsentrasi Hb dengan terapi ESA harus dipertimbangkan keuntungan yang potensial (mis. Peningkatan pada kualitas hidup, angka kehadiran / prestasi di sekolah, dan penolakan transfusi) dan hanaya lain yang potensial.
Tipe dari terapi Erithropoietin Stimulating Agent (ESA) 1. Intravenous Rhepo-alfa(Eprex) - Dosis awal 50-75 IU/kgBB 3 kali seminggu, cek Hb 1-2 minggu - Tingkatkan dosis 240 IU/kgBB apabila target Hb tidak tercapai - Dosis rumatan 100-300 IU/kgBB/minggu 2. rhEOP-beta (recormon) - Fase koreksi 75-150 IU/kgBB/minggu - Fase rumatan Apabila Hb tercapai, dosis dikurangi 25%-50% 3. Darbopoietin-alfa - Dosis SC atau IV 0.45 mcg/kgBB diberikan setiap minggu 4. Methoxy polyethylene glycol-epoetin beta (Mircera) - Dosis awal 0.6 mcg/kgBB diberikan setiap 2 minggu - Dosis selanjutnya dapat dinaikkan atau diturunkan 25% tergantung kadar Hb
Renal anemia in children
Exclude and treat underlying cause Hb < 10 g/dl
Hb > 10 g/dl
asymtomatic
symtomatic
check ferritin, TSAT
no ESA Ferritin > 100ng/ml TSAT > 20% Monitor: Blood pressure Hb, reticulocyte TSAT Ferritin Serum potassium Serum phospate
ESA
Ferritin < 100ng/ml TSAT < 20%
Iron Supplement
Poor Hb response
16
Look for underlying cause
none increase
dose of ESA
2.2.5 Tatalaksana osteodistrofi ginjal Adalah perubahan morfologi tulang pada pasien PGK. Salah satu cara untuk mengukur komponen skeletal berkaitan dengan kelainan sistemik dari PGK dan mineral bone disease dapat diukur dengan histomorphometry dari biopsi tulang. Manajemen dilakukan dengan cara:
a. Mengontrol Serum Fosfat - Kontrol Diet - Pengikat fosfat Calcium carbonate o o Calcium acetate Alumunium containing binders o o Sevelamer (polyallyl-amine) b. Mengontrol serum Calcium dan produk calcium-phosphurus - Apabila terjadi hipokalsemia diberikan calcium gluconate, calcium lactate, calcium acetate, calcium carbonate, calcium glucobionate and alctobionate (calcium sandoz) dan dapat diberikan vitamin D3 dengan dosis satu kali sehari atau dua kali sehari c. Terapi Vitamin D - Direkomendasikan diberikan suplementasi vitamin D3 pada pasienyang mengalami insufisiensi / disfungsi vitamin D pada CKD stadium 3-5. Stadium Dosis inisial vitamin D3 aktif secara PGK peroral 3 <10 kg: 0.05 mcg EOD 10-20 kg: 0.1-0.15 mcg/day >20 kg: 0.25 mcg/day 4 <10 kg: 0.05 mcg EOD 10-20 kg: 0.1-0.15 mcg/day >20 kg: 0.25 mcg/day 5 0.0075 mcg - 0.025 mcg /kgBB/dose 3 x/week 2.2.6 Tatalaksana gangguan pertumbuhan
2.3.Tatalaksana Terapi pengganti ginjal PGK pada anak................ 2.3.1 Dialisis ..................................................................................... 2.3.2 Hemodialisis ............................................................................ 2.3.3 CAPD (continuous ambulatory peritoneal dialysis) ................ 2.3.4 Transplantasi ginjal ..................................................................
17
2.2.2.Dialisis kronik dan persiapan cangkok ginjal
e.
Hemodialisis kronik 2 – 3 x perminggu atau CAPD
f.
Persiapan cangkok ginjal melibatkan Tim Ginjal Rumah Sakit untuk persiapan donor, resipien serta rencana operasi, postoperasi dan rehabilitasi.
Tabel 1. Resume tatalaksana PGK anak
Stage
Keterangan Peningkatan risiko
LFG
Evaluasi Tes untuk PGK - Diagnosis - Komorbid - Kondisi/ faktor risiko CVD
1
Kerusakan ginjal dengan laju filtrasi glomerulus yang normal/ meningkat
>90
2
60 – 89
Tingkat progresivitas
3
Kerusakan ginjal dengan penurunan LFG ringan Penurunan LFG sedang
Komplikasi
4
Penurunan LFG berat
30 – 59 15 – 29
5
Gagal ginjal terminal/ end stage renal disease (ESRD)
<15
Idem
Idem
Manajemen Manajemen faktor risiko - Terapi spesifik sesuai diagnosis - Manajemen kondisi komorbid - Terapi CVD/ faktor risiko CVD Memperlambat tingkat penurunan fungsi ginjal
Pencegahan dan terapi komplikasi - Persiapan terapi pengganti ginjal - Rujuk ke konsultan nefrologi Terapi pengganti ginjal: - Dialisis kronik - Cangkok ginjal
2.4.Indikasi melakukan rujukan kepada ahli ginjal anak ........................
PROGNOSIS PENYAKIT GINJAL KRONIS
Cepat atau lambat PGK akan berkembang menjadi gagal ginjal terminal sehingga diperlukan usaha tatalaksana komprehensif yang akurat. Dialisis kronik merupakan terapi antara PGK, sebelum dilakukan cangkok ginjal. Masa persiapan cangkok ginjal penting diperhatikan sebaik-baiknya. Keberhasilan cangkok ginjal sangat mempengaruhi prognosis ad vitam dan ad sanam yang lebih baik .4, 7, 8
18
ALGORITMA TATALAKSANA PENYAKIT GINJAL KRONIS
SUSPEK
SN relaps sering relaps, SNRS, proteinuria berulang, kadar ureum/ kreatinin darah abnormal, hasil pencitraan / biopsi ginjal, CAKUT
-
Memastikan diagnosis PGK: >3 bulan, anamnesis, PF, laboratorium (LFG), radiologi Menentukan stadium PGK
STRATEGI CEGAH PROGRESIVITAS PGK 1. 2. 3. 4.
Tatalaksana hipertensi, anemia, nutrisi, cairan, elektrolit, asam-basa, infeksi, osteodistrofi, hiperparathyroid, gagal tumbuh kembang Menghindari zat nefrotoksik Rujuk ke Konsultan Nefrologi/ RS pusat rujukan Persiapan dialisis kronik dan cangkok ginjal
DAFTAR PUSTAKA
19
1.
National Kidney Foundation. Clinical practice guidelines for chronic kidney disease:
evaluation, classification and stratification. Am J Kidney Dis. 2002; 39: S1-266. 2.
Harambat J, Karlijn J, Kim JJ, Tizard EJ. Epidemiology of chronic kidney disease in
children. Pediatr Nephrol . 2012; 27: 363-73. 3.
Dilys W, Fine RN. Chronic kidney disease in children. Pediatrics in Review. 2008; 29.
4.
Sinha A. Chronic kidney disease. In: Srivastava R, Bagga A, (ed.). Pediatric
Nephrology 5th ed . New Delhi: Jaypee Brothers Medical Publisher, 2011, p. 360-85. 5.
Sekarwana N. Chronic kidney disease. Kompendium Nefrologi Anak . Jakarta: UKK
Nefrologi IDAI, 2011. 6.
KDOQI. Clinical practice guideline for nutrition in children with CKD: 2008 update.
American Journal of Kidney Diseases. 2009; 53: S1-S2. 7.
Gheissari A, Hemmatzadeh S, Merrikhi A, Tehrani SF, Madihi Y. Chronic kidney
disease in children: a report from a tertiasry care center over 11 years. J Nephropathology. 2012; 1: 177-82. 8.
Bradley ACW, Chadha V. Chronic kidney disease in children: the global perspective.
Pediatr Nephrol . 2007; 22: 1999-2009. 9.
Kaspar C, Bunchman RBTE. A review of pediatric chronic kidney disease. Blood Purif
2016; 41: 211-7. 10.
Yap H, Liu ID. Chronic kidney disease. In: Ng K, (ed.). Pediatric Nephrology On-The-
Go 2nd ed . Singapore: National university hospital, 2015, p. 311-93. 11.
Tsuruya K, Eriguchi M. Cardiorenal syndrome in chronic kidney disease. Curr Opin
Nephrol Hypertens. 2015; 24: 154-62. 12.
Ronco C, Haapio M, House AA, Anavekar N, Bellomo R. Cardiorenal syndrome. J Am
Coll Cardiol . 2008; 52: 1527-39. 13.
Bock J, Gottlieb SS. Cardiorenal syndrome new perspectives. Circulation. 2010; 121:
2592-600. 14.
Julie L. Proteinuria in chronic kidney disease, in clinical practice recommendations for
primary care physicians and healthcare providers. Henry Ford Health System. 2011: 24-47. 15.
Charlotte H, Schaefer F. Hypertension in children with chronic kidney disease:
pathophysiology and management. Pediatr Nephrol . 2008; 23: 363-71. 16.
Jeffrey A, Madias NE. Consequences and therapy of the metabolic acidosis of chronic
kidney disease. Pediatr Nephrol . 2011; 26: 19-28.
20
17.
Mehls O, Lindberg A, Nissel R, Haffner D, Hokken-Koelega A, Ranke MB. Predicting
the response to growth hormone treatment in short children with chronic kidney disease. J Clin Endocrinol Metab. 2010; 95: 686-92. 18.
James C, Williams DM, Roth KS. Kidney failure in infants and children. Pediatrics in
Review. 2002; 23. 19.
Chaturvedi S, Jones C. Protein restriction for children with chronic kidney disease.
Cochrane Database of Systematic Reviews. 2007; 4. 20.
Apostolou A, Karagiozoglou-Lampoudi T. Dietary adherence in children with chronic
kidney disease: a review of the evidence. Journal of Renal Care. 2014; 40: 125-30.
21