KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA (NEGARA FINLANDIA) Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Matakuliah Komunikasi Bisnis
Disusun oleh : Rangga Nugraha Rimayanti Saeful Rahman Yusuf Abdullah
1144060056 1144060058 1144060065 1144060082
ILMU KOMUNIKASI HUBUNGAN MASYARAKAT FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG 2016/2017
KATA PENGANTAR
Puji serta syukur kehadirat Allah Swt. Dzat yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang telah menganugrahkan rahmat dan karunia-Nya kepada umat manusia sehingga terjadi stabilitas dalam kehidupannya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah dan tercurah kepada junjungan alam, khatimul anbiya baginda Muhammad Rosulullah Saw. Alhamdulillah berkat hidayah dan inayah-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah yang sederhana ini, walaupun banyak hambatan dan kesulitan yang penulis hadapi, namun dengan kesabaran dan ketekunan serta dukungan moral maupun moril, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul “Komunikasi Lintas Budaya (Negara Finlandia)” Penulis menyadari, bahwa makalah ini masih jauh dari yang diharapkan atau kesempurnaan, karena tidak ada satu pun dari manusia yang memiliki kesempurnaan. Oleh karena itu, tidak menutup kemungkinan dalam makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan kekurangannya. Maka kepada para pembaca yang budiman, penulis berharap untuk selalu bersifat kritis dan korektif kepada makalah ini. Bandung, 15 maret 2016
Penulis,
Makalah Komunikasi Bisnis; Ilmu Komunikasi Hubungan Masyarakat, Fakultas Dakwah Dan Komunikasi Univeristas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung Disusun Oleh : 1) Rangga Nugraha; 2) Rimayanti; 3) Saeful Rahman; 4) Yusuf Abdullah
DAFTAR ISI Kata Pengantar ...................................................................................................... i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .............................................................................................1 1.2. Rumusan Masalah ........................................................................................2 1.3. Tujuan Penulisan ..........................................................................................2 BAB II PEMBAHASAN 2.1. Sejarah ...........................................................................................................3 2.2. Pengelompokkan Budaya.............................................................................4 2.2.1. Budaya Finlandia Secara Umum............................................................4 2.2.2. Budaya Anti Korupsi dan Kejujuran ....................................................5 2.3. Status Kepemimpinan dan Organisasi .......................................................7 2.4. Memaknai Konsep Waktu dan Budaya Bekerja .......................................7 2.5. Etika Bisnis....................................................................................................8 2.5.1. Etika Komunikasi Bisnis Secara Umum................................................8 2.5.2. Etika Komunikasi Bisnis Lintas Budaya .............................................10 2.5.3. Kerumitan Etika Bahasa Verbal ..........................................................11 2.5.4. Kerumitan Etika Bahasa non Verbal...................................................12 2.6. Kesesuaian Pola Pikir.................................................................................13 2.7. Tatakrama ...................................................................................................14 BAB III PENUTUP .............................................................................................16 3.1. Kesimpulan..................................................................................................16 DAFTAR PUSTAKA BACAAN LANJUTAN
i
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan utama dalam komunikasi bisnis dalam era global adalah kesulitan-kesulitan untuk memahami etika komunikasi yang harus dihadapi para pebisnis yang terlibat, yang diakibatkan perbedaan dalam ekspektasi budaya masing-masing pebisnis. Sebagai contoh pada seorang pramugari dalam sebuah maskapai penerbangan Amerika akan mengambil roda minuman. Sebuah tas secara parsial menghalangi gang, dan ia menggunakan kakinya untuk menggeserkan secara pelan agar masuk kebawah tempat duduk. Tindakannya yang lugu itu membuat seorang pria Korea marah yang tasnya ia geser tadi. Baginya, tindakan itu seperti meludah ke tasnya. Pramugari itu menenangkannya, terutama karena ia tak mengerti mengapa tindakannya tadi membuatnya gusar (Bosrock, 2007:35) Etika adalah standar-standar moral yang mengatur perilaku kita: bagaimana kita bertindak dan mengharapkan orang lain bertindak (Verderber, 1978:313). Bangsa-bangsa berlainan mendefinisikan konsepkonsep kebenaran, rasionalitas, objektivitas, kesopanan, penghinaan, kebebasan, tanggung jawab atau kebohongan secara berlainan pula. Berbagai aspek etika komunikasi bisnis, seperti bagaimana kita memanggil nama, berkenalan, menyapa, berjanji, melakukan presentasi, melakukan negosiasi, melakukan kontrak, semua itu terikat budaya. Jadi tidak ada etika komunikasi bisnis yang universal. Bahkan cara bertukar kartu nama saja dapat
memberikan
indikasi
bagi
pebisnis
Jepang
apakah
mitra
komunikasinya layak dijadikan mitra bisnis atau tidak. Termasuk di Negara Finlandia. Finlandia adalah salah satu negara maju di belahan bumi bagian utara, tepat nya di Benua Eropa. Karena letaknya yang dekat dengan kutub utara membuat negara ini, memiliki iklim yang dingin. Selain itu, penduduknya juga sangat pekerja keras. Mungkin karena iklim yang dingin membuat mereka bekerja keras mendapatkan uang untuk membeli kebutuhan seharihari 1
Finlandia memiliki luas wilayah 338.145 kilometer, atau hampir seluas negara Jerman.. Negara Letak geografis negara ini adalah sebelah utara berbatasan dengan Laut Artic, Finlandia juga merupakan pusat teknologi seluler atau telekomunikasi sejenis hamdphone pintar. Salah satunya adalah Nokia dengan semboyannya “Connecting People”. Perusahaan Nokia adalah sebuah pabrik kertas dan kemudian berubah fungsi menjadi pabrik telekomunikasi. Memproduksi telepon genggam dengan brand Nokia, Pada akhir dekade ini, perusahaan Nokia mengalami penurunan kinerja yang signifikan. Karena kalah saing dengan perushaan Samsung dengan Android-nya, Iphone dengan iOS-nya. Walau begitu Nokia masih merajai handphone murah alias Entry – Level yang memiliki fungsi utama telephone dan layanan kirim pesan pendek atau Short Messaging Service di singkat SMS. Teknologi
di
bidang
seluler
membawa
dampak
besar
bagi
perkembangan ekonomi Finlandia. Karena sebagian besar negara maju menggunakan
teknologi
untuk
memudahkan
pekerjaan.
Terutama
telekomunikasi. 1.2 Rumusan Masalah 1. Bagaimana sejarah, budaya dan pola fikir di Finlandia? 2. Bagaimana status kepemimpinan organisasi dan penggunaan waktu? 3. Bagaimana tatakrama dan etika bisnis di Finlandia? 1.3 TujuanPenulisan 1. Untuk mengetahui sejarah, budaya dan pola fikir di Finlandia. 2. Untuk mengetahui status kepemimpinan organisasi da penggunaan waktu di Finlandia. 3. Untuk mengetahui tatakrama dan etika bisnis di Finlandia.
2
BAB II PEMBAHASAN 2.1. Sejarah Finlandia mempunyai sejarah yang bergelora. Sejak tahun 1154, negara ini telah menjadi bagian Kerajaan Swedia. Pada abad ke-18, negara ini telah diduduki oleh tentara Rusia sebanyak dua kali. Pada tahun 1808, Finlandia telah ditakluki tentara Kaisar Aleksander dan kemudian
terus
menjadi
Kadipaten
Agung
berotonomi
di
bawah kekaisaran Rusia hingga akhir tahun 1917. Tahun
1860-an
telah
menyaksikan
kebangkitan
semangat
nasionalisme rakyat Finlandia dan kelahiran pergerakan Fennoman. Pada tanggal 6 Desember 1917 beberapa bulan setelah Revolusi Bolshevik di Rusia, Finlandia telah menyatakan kemerdakaannya, walaupun begitu negera ini hanya mencapai kemerdekaan secara resmi pada tanggal 3 Januari tahun 1918 dan pertikaian perbatasan diselesaikan setelah perjanjian Tartu yang disetujui dan di tandatangani pada tahun 1920. Namun,
ancaman Uni
Soviet tidak
berakhir
di
situ
saja.
Sewaktu Perang Dunia II, Finlandia telah menentang Uni Soviet sebanyak dua kali; pertama pada Perang Musim Dingin antara 1939– 1940 dan Perang Sambungan antara 1941–1944. Pada 1944, Finlandia sekali lagi diserang, kali ini dari pihak tentara Jerman dalam Perang Laplandia 1944-1945, di mana tentara Finlandia berhasil mengusir tentara Jerman dari sebelah Utara Finlandia. Setamat perang, pemerintah Finlandia mengadakan beberapa perjanjian dengan Uni Soviet antara tahun 1947-1948 yang berakibat pada diserahkannya beberapa wilayah Finlandia
kepada
Uni
Soviet.
Wilayah
tersebut
antara
lain
Karelia, Salla dan Petsamo. Selepas perang, Finlandia berada dalam keadaan yang berbahaya sekaligus strategis sebagai negara penyangga keseimbangan antara kekuatan komunis Uni Soviet dan negara-negara demokratis yang lain di Eropa. Oleh karena itu pada tahun 1948, negara ini terpaksa menandatangani perjanjian Finlandia – Soviet yaitu Perjanjian Persahabatan, Kerjasama, dan Saling Menguntungkan, yang juga 3
dikenali
sebagai Perjanjian YYA. Perjanjian
memastikan
kelangsungan
hidup
ini
Finlandia
penting untuk sebagai
sebuah
negara kapitalis demokratis. Pada dasarnya dalam perjanjian ini, Finlandia berkewajiban untuk menjadi negara yang netral ketika Perang Dingin dan membendung serangan apapun terhadap Uni Soviet yang dilakukan melalui Finlandia. Era pasca perang telah menyaksikan pembangunan ekonomi yang pesat dan kestabilan politik di Finlandia. Negara yang dulunya hampir musnah akibat perang yang berkepanjangan telah bangkit menjadi sebuah ekonomi yang sangat kompetitif dan berteknologi tinggi. Walaupun mempunyai hubungan bilateral yang tidak baik dengan Uni Soviet, negara ini merupakan salah satu rekan dagangannya yang utama. Oleh karena itu kejatuhan Uni Soviet pada 1991 telah memberi tamparan yang hebat kepada ekonomi Finlandia. Namun, dalam masa yang singkat negara ini telah pulih kembali. Malah pada tahun 1995 negara ini masuk menjadi anggota Uni Eropa. Kini, Finlandia dianggap sebagai sebuah negara yang sangat maju terutama dalam penggunaan internet dan industri telepon genggam. Selain itu, negara ini cukup terkenal dengan sistem pendidikan dan sistem sosial yang cemerlang. 2.2. Pengelompokan Budaya 2.2.1. Budaya Finlandia Secara Umum Seperti rakyatnya, budaya Finlandia amat asli dan banyak diwakili dalam bahasa Finlandia. Sepanjang masa pra sejarah dan sejarah di daerah ini, persentuhan dan pengaruh budaya berbarengan datang di saat yang sama dari segala penjuru, sebagai akibat 600 kekuasaan Swedia, pengaruh budaya Swedia masih bisa dilihat. Kini, pengaruh budaya dari Amerika Utara juga mendominasi. Dalam abad ke-21 banyak orang Finlandia yang mengalami persentuhan budaya dari daerah yang jauh, seperti Asia dan Afrika. Melalui pariwisata, para pemuda Finlandia khususnya telah banyak bersentuhan dengan orang-orang dari luar Finlandia dengan bepergian ke luar negeri untuk bekerja dan belajar. Masih terdapat perbadaan antara kawasan, khususnya perbedaan kecil dalam logat dan kosa kata. Minoritas seperti orang Swedia, Finlandia, Romani, 4
dan Tatar memelihara budaya mereka sendiri. Banyak orang Finlandia yang secara emosional terkait dengan pedesaan dan alam, karena urbanisasi masih menjadi fenomena baru. Finlandia
secara
nyaman
memenangkan
Kontes
Menari
Eurovision pertama di bulan September 2007. Sebagai akibat 600 kekuasaan Swedia, pengaruh budaya Swedia masih bisa dilihat. Kini, pengaruh budaya dari Amerika Utara juga mendominasi. Dalam abad ke-21, banyak orang Finlandia yang mengalami persentuhan budaya dari daerah yang jauh, seperti Asia dan Afrika. Melalui pariwisata, para pemuda Finlandia khususnya telah banyak bersentuhan dengan orang-orang dari luar Finlandia dengan bepergian ke luar negeri untuk bekerja dan belajar. 2.2.2. Budaya Anti Korupsi dan Kejujuran Berbeda dengan negara eropa yang satu ini, disana budaya untuk korupsi sangatlah rendah presentasinya. Data statistik menunjukkan bahwa negara Finlandia hampir tidak terdapat korupsi. Itu terbukti, dari data global Finlandia menempati peringkat pertama negara terbersih. Lain hal dengan indonesia menempati peringkat 89 dari 91 negara. Di Finlandia bila berbohong, maka masyarakat tidak menyukainya. Waktu itu perdana menteri Finlandia mengundurkan diri karena di tuduh melakukan korupsi oleh masyarakat. Namun karena budaya anti korupsi di negara ini sangat kental dan juga mendarah daging. Menteri tersebut mengundurkan diri dari parlemen karena malu terhadap
hal
yang
telah
di
tuduhkan
olehnya
perkataan
“jaatteenmaki” selaku Menteri saat pengunduran diri “Kalau kepercayaan hilang, berarti posisi juga hilang. Saya telah kehilangan kepercayaan itu. Dan jelas, waktu saya sebagai perdana menteri telah berlalu,” kalau di bandingkan dengan Indonesia, korupsi sangatlah di pandang berbeda. Di Negarai kita yang tercinta ini. Korupsi sudah menjadi kebiasaan bangsa Indonesia sejak zaman pendudukan Belanda dengan organisasi VOC. Pemerintah sudah diajari untuk tidak berkata benar.
5
Penggelapan anggaran merupakan hal biasa di negara ini, kareana sudah saya bahas di bagian sebelumnya. Karena faktor sejarah lah yang membuat korupsi mendarah daging di Indonesia. Bila dari faktor sejarah saja sudah buruk, maka logikanya bagaimana generasi berikutnya, maka pastilah tidak jauh berbeda. Maka dari itu negara Finlandia membiasakan budaya jujur yang kemudian berlanjut menjadi budaya antikorupsi. Karena negara ini sudah di biasakan untuk berkata jujur. Otomatis di segala aspek pun akan berusaha berkata jujur. Karena kejujuran di negara ini merupakan nilai akhlak yang tinggi. Dalam hal birokrasi pun, Negara ini juga sangatlah baik. Mengapa? Karena pemerintah pun mendukung budaya jujur yang berlanjut pada budaya antikorupsi. Pemerintah Negara Finlandia bila di beri anggaran sebesar apapun mereka akan melaksanakan sesuai dengan tanggung jawab. Maka dari itu masyarakat percaya penuh bila pemerintah memberikan anggaran di bidang teknologi ataupun anggaran untuk menjalankan pemerintahan. Ini yang sangat langka di Negara Indonesia. Bila di Finlandia dia sangat lah baik berkata jujur. Maka kalau orang jujur memerintah menjadi pemimpin, maka seluruh orang yang sudah terbiasa melakiuan korupsi maupun manipulasi anggaran akan berusaha sekuat tenaga untuk menglengserkan orang tersebut. Sungguh ironis memang, kejujuran di Negara Finlandia, merupakan salah satu langkah awal dari Negara Eropa ini bangkit dari keterpurukan. Saat perang dunia Ke 2, Finlandia menantang Uni Soviet untuk megusai wilayah namun dapat diusir oleh militer Finlandia di bagian utara. Bayangkan negara ini bisa menantang negara besar sekelas Uni Soviet, bisa saja kalau salah satu orang Finlandia menjadi mata-mata Russia atau pun Uni Soviet maka pasti kalah perang. Maka kejujuran merupakan aspek penting bila kita mengingin negara maju seperti Finlandia. 2.3. Status Kepemimpinan dan Organisasi Salah satu keunikan yang miliki oleh Negara Finlandia dalam menetapkan undang-undang perihal kepemimpinan dan organisasi, 6
termasuk dalam berbisnis, diantaranya tentang status atau peran perempuan dalam bisnis. Finlandia memiliki undang-undang yang khusus untuk menjaga penerapan persamaan hak peremuan. Dengan undang-undang ini, tidak ada alasan lagi untuk mengesampingkan peran perempuan. Hampir semua sektor pekerjaan yang umum dilakukan lakilaki sekarang sudah ditempati perempuan, termasuk di bidang teknologi informasi. Bahkan, bisa dibilang perempuan mendapat tempat selayaknya sesuai kodratnya sebagai perempuan. Misalnya, jika di Indonesia cuti melahirkan paling lama hanya tiga bulan, maka di Finlandia perempuan yang melahirkan boleh cuti sampai sembilan bulan. Itu berarti perempuan tidak hanya diberi hak melahirkan, tetapi juga menyusui dan merawat anaknya 2.4. Memaknai Konsep Waktu dan Budaya Bekerja Sebelumnya mengapa kami gabungkan antara memaknai konsep waktu dan budaya bekerja? Karena memang masyarakat Finlandia dikenal dengan kerja keras dan kejujurannya, slogan “anti-korupsi” yang telah mendarah daging, otomatis dalam memaknai konsep waktu masyarakat negara Finlandia pun pasti akan sangat disiplin karena dengan selarasnya kata jujur dan kerja keras. Karena negara ini sudah di biasakan untuk berkata jujur. Otomatis di segala aspek pun akan berusaha berkata jujur. Karena kejujuran di negara ini merupakan nilai akhlak yang tinggi. Kalau di bandingkan dengan Indonesia, korupsi sangatlah dipandang berbeda. Di Negarai kita yang tercinta ini. Korupsi sudah menjadi kebiasaan bagi bangsa indonesia sejak jaman pendudukan Belanda dengan organisasi VOC. Slogan “Damai? 50 ribu aja” pada saat adanya pemeriksaan polisi di jalan pun telah menyebar luas pada pemikiran masyarakat Indonesia saat ini. 2.5. Etika Bisnis 2.5.1. Etika Komunikasi Bisnis Secara Umum Berbagai aspek etika komunikasi bisnis, seperti bagaimana kita memanggil nama, kenalan, meyapa, berjanji, melakukan presentasi, melakukan negosiasi, melakukan kontrak, semua itu berkaitan dengan 7
budaya. Jadi, tidak ada etika komunikasi bisnis yang universal. Kerumitan Etika Bahasa Verbal etika berbicara, seperti dikemukakan Lewis (1996) bervariasi dalam bisnis. Misalnya, umumnya orang Jerman dan Swedia adalah pendengar yang baik. Namun tidak demikian halnya dengan orang Italia dan orang Spanyol; mereka malah sering memotong pembicaraan dengan bahasa tubuh dan isyarat tangan yang hidup dan terkesan berlebihan. Di Jepang dan di Finlandia, diam adalah suatu bagaian integral dalam percakapan; jeda dianggap sebagai istirahat, ramah, dan pantas. Kesulitan bisa muncul saat kita pertama kali betemu dengan calon mitra bisnis, bagaimana kita harus menyapa, menggunakan gelarnya, untuk menghormatinya atau memanggil nama pertamanya supaya cepat dan akrab. Kerumitan Etika Bahasa Nonverbal Sebagaimana juga bahasa verbal, bahasa non verbal seperti sikap tubuh, gerak-gerak, sentuhan, ekspresi wajah, senyuman, kontak mata, nada suara, diam, pakaian, penggunaan ruang, konsep waktu, pengendalian emosi, dll yang dianut suatu kelompok budaya juga sangat rumit dan berbeda dari suatu budaya ke budaya lainnya. Baik
disadari
ataupun
tidak,
seringkali
perilaku-perilaku
nonverbal tersebut merupakan bagian dari etika komunikasi yang harus dipenuhi dalam proses komunikasi bisnis. Pesan nonverbal paling bermakna adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata. Perbedaan Orientasi Nilai Budaya Dalam negosiasi antarbudaya, proses komunikasi yang terjadi jelas lebih rumit daripada dalam negosiasi dengan orang-orang yang berbeda budaya sama. Dalam hal ini, idealnya negosiasi harus memahami bahasa verbal, bahasa nonverbal dan nilai-nilai lain yang dianut mitra bisnis mereka, sehingga mereka menjadi peka terhadap perbedaan budaya, menyadari bagaimana perbedaan tersebut memengaruhi proses negosiasi yang akan mereka lakukan dari awal hingga akhir (mulai dari perkenalan hingga penandatanganan persetujuan bisnis yang mungkin memakan waktu relatif lama). Problemnya adalah bahwa apa yang dianggap perilaku baik atau buruk, pantas atau tidak pantas, sopan atau tidak sopan dalam suatu 8
budaya seringkali dipersepsikan berbeda atau bahkan bertentangan dengan budaya lain. Misalnya, mamanggil nama pertama kepada atasan di Indonesia dianggap tidak sopan, seperti juga di Jepang dan di Korea, sementara hal tersebut biasa saja di Amerika atau di Australia dan finlandia. Tidak berlebihan bila perbedaan-perbedaan dalam orientasi nilai budaya juga dapat menimbulkan kesalah pahaman dalam berbagai perilaku dan presentasi bisnis. Banyak kegagalan manajemen dan bisnis yang dialami para manajer atau pengusaha disebabkan karena ketidak mampuan untuk memahami bahsa verbal, non verbal, dan nilai-nilai yang dianut mitra bisnis mereka. Sikap mereka yang berorientasi pada nilai-nilai budaya sendiri dan kurang memperhatikan nilai-nilai budaya calon mitra bisnis mereka. Masalah akan timbul bila etika komunikasi suatu pihak dihadapkan kepada pihak lain. Lewis (1996) menggambarkan bagaimana konsep kebenaran berada antara suatu bangsa dengan bangsa lainnya, yang jug dapat berlaku dalam konteks bisnis. Kerumitan komunikasi didasari oleh fakta bahwa komunikasi manusia
bersifat
omnipresent
(ada
di
mana-mana).
Karena
komunikasi manusia itu pelik, maka etika komunikasi manusia juga pelik. Kita biasanya menilai etika komunikasi kita sendiri berdasarkan niat yang kita miliki. Namun ketika kita menilai etika etika komuniakasi orang lain, kita menilai etika komunikasi mereka berdasarkan tindakan-tindakan mereka yang kasat mata. Biasanya niat yang sama mungkin diwujudkan lewat tindakan yang berbeda, atau tindakan yang sama mungkin berdasarkan niat yang berbeda. Selain itu komuniksai terddiri dari berbagai konteks. Ada komuniksai antarpersonal (dua orang), komuniksai kelompok kecil, komunikasi publik, komunikasi organisasi, komunikasi massa dan komunikasi anatarbudaya (Tubbs dan Moss, 1994). Pesannya bisa verbal (katakata) dan nonverbal seperti ekspresi muka, isyarat tangan, intonasi, bahkan juga diam.
9
Etika komunikasi menjadi mustahil karena kita sulit menerapkan suatu standar untuk semua situasi komunikasi, pada setiap waktu dan dalam setiap budaya. Dalam konteks inilah kita perlu mempelajari etika komuniksi bisnis lintas budaya yang elibatkan komunikasi tatap muka. Kenyataanya, di dunia bisnis kemajuan teknologi komunikasi seperti komputer, internet, konferensi lewat video, dan telepon seluler tercanggih sekalipun, tidak otomatis membuat komunikasi tatap muka tidak penting, karena bentuk komuikasi inilah yang paling sempurna, yang memungkinkan kita memupuk keakraban dan kehangatan dengan sesama kita. Sehingga komunikasi langsung ini dapat memupuk keakraban dan kehangatan dengan sesama kita. Tanpa komunikasi tatap muka, kemanusiaan kita tereduksi. Kita menjadi terasing dengan lingkungan sendiri dan “linglung”. Dalam era bisnis abad ke-21, para pebisnis tetap merasa perlu untuk bertemu dan berunding secara tatap muka, meskipun mereka juga menggunakan peralatan komunikasi yang canggih. 2.5.2. Etika Komunikasi Bisnis Lintas Budaya Permasalahan utama dalam komunikasi bisnis dalam era global adalah kesulitan-kesulitan untuk memahami etika komunikasi yang harus dihadapi para pebisnis yang terlibat, yang diakibatkan perbedaan dalam ekspektasi budaya masing-masing pebisnis. Sebagai contoh pada seorang pramugari dalam sebuah maskapai penerbangan Amerika akan mengambil roda minuman. Sebuah tas secara parsial menghalangi gang, dan ia menggunakan kakinya untuk menggeserkan secara pelan agar masuk kebawah tempat duduk. Tindakannya yang lugu itu membuat seorang pria korea marah yang tasnya ia geser tadi. Baginya, tindakan itu seperti meludah ke tasnya. Pramugari itu menenangkannya, terutama karena ia tak mengerti mengapa tindakannya tadi membuatnya gusar (Bosrock, 2007:35) Etika adalah standar-standar moral yang mengatur perilaku kita: bagaimana kita bertindak dan mengharapkan orang lain bertindak (Verderber, 1978:313). Bangsa-bangsa berlainan mendefinisikan konsep-konsep kebenaran, rasionalitas, objektivitas, kesopanan, 10
penghinaan, kebebasan, tanggung jawab atau kebohongan secara berlainan pula. Berbagai aspek etika komunikasi bisnis, seperti bagaimana kita memanggil nama, berkenalan, menyapa, berjanji, melakukan presentasi, melakukan negosiasi, melakukan kontrak, semua itu terikat budaya. Jadi tidak ada etika komunikasi bisnis yang universal. Bahkan cara bertukar kartu nama saja dapat memberikan indikasi bagi pebisnis Jepang apakah mitra komunikasinya layak dijadikan mitra bisnis atau tidak. 2.5.3. Kerumitan Etika Bahasa Verbal Perbedaan-perbedaan budaya antar suatu masyarakat dengan masyarakat lain jelas memperumit penilaian atas etika komunikasi. “Hai wakarimashita” atau “Ya, saya mengerti”. Di Jepang, bagi seseorang untuk mengakui bahwa ia tidak dapat melaksanakan suatu pekerjaan atau standar berarti kehilangan muka yang menyakitkan. Etika berbicara bervariasi dalam konteks bisnis. Banyak berbicara dan kurang berbicara Etika berbicara, seperti dikemukakan oleh Lewis (1996) bervariasi dalam konteks bisnis. Misalnya, umumnya orang Jerman dan orang Swedia adalah pendengar yang baik. Namun tidak demikian halnya orang Italia dan Spanyol; mereka malah sering memotong pembicaraan dengan bahasa tubuh dan isyarat tangan yang hidup dan terkesan berlebihan, di Jepang dan di Finlandia, diam adalah suatu bagian integraldalam percakapan; jeda dianggap sebagai istirahat, ramah, dan pantas. Karena itu orang Jepang tidak menyukai orang Amerika yang argumentatif, sementara orang Amerika sulit memahami orang Jepang yang pendiam. Kesulitan bisa muncul saat kita pertama kali bertemu dengan calon mitra bisnis, bagaimana kita harus menyapanya, menggunakan gelarnya untuk menghormatinya atau memanggil nama pertama supaya cepat akrab. Di Amerika atau di Australia, anda bisa langsung memanggil nama pertamanya kepada mitra bisnis anda yang baru, tetapi jangan coba melakukan itu di Jerman dan di Italia. Di kedua negara itu, mereka yang punya gelar khususnya, biasa dipanggil “Tuan Profesor,” “Tuan Pengacara,” “ atau sekadar “Herr Schneider” 11
di Jerman atau ”Senor Baggio” di Italia. Juga di China, mereka yang punya jabatan tinggi dipanggil berdasarkan jabatan meereka, misalnya “Presiden” atau “Manajer”. Dalam konteks bisnis, di Amerika seorang penjual lazim berbicara langsung ke tujuan ketika mendatangi pelanggan, sementara dalam negosiasi, eksekutifnya meminimalkan basa-basi dan protokol. 2.5.4. Kerumitan Etika Bahasa Nonverbal Bahasa nonverbal seperti sikap tubuh, gerak-gerik, sentuhan, ekspresi wajah, senyuman, kontak mata, nada suara, diam, pakaian, penggunaan ruang, konsep waktu, pengendalaian emosi yang dianut suatu kelompok budaya juga sangat rumit dan berbeda dari suatu budaya ke budaya lainnya. Menggunakan tangan kiri tidak sopan di Indonesia, ketika menunjuk, menerima atau memberikan sesuatu, sedangkan di Barat hal itu biasa saja. Mencium tangan wanita yang bukan mahram merupakan kelaziman di Barat, namun bagi kaum muslim hal ini bahkan merupakan pelanggaran. Di beberapa bagian di Bulgaria dan di Yunani mengangguk berarti tidak sedangkan dibeberapa bagian di India Selatan, menggelengkan kepala berarti iya. Isyarat OK di Amerika berarti pria homo seksual di Malta. Isyarat genggaman tangan kedua tangan di atas kepala dimaksudkan sebagai persahabatan internasional saat Premier Sovyet Khrushchev datang ke AS tahun 1960-an, namun ditafsirkan orang Amerika sebagai arogansi. Pesan nonverbal yang paling bermakna adalah ekspresi wajah, khususnya pandangan mata. Para ahli psikologi memperkirakan bahwa wajah manusia dapat menghasilkan 20.000 ekspresi. Seorang peneliti mencatat 7777 ekspresi berbeda dalam penelitian atas perilaku di sebuah ruang kelas (Taylor et al., 1992:26). Menatap mata atasan di Indonesia bisa menjadi masalah karena perilaku itu dianggap tidak sopan, sementara di Barat menatap mata lawan bicara, termasuk atasan, justru diharapkan karena itu menggambarkan kejujuran.
12
Penggunaan ruang dan waktu juga berbeda secara budaya. Dalam konteks bisnis, di Jerman ruang bersifat “sakral” dan sangat privat. Di sebuah perusahaan Jerman setiap manajer mempunyai ruangan pribadi dengan satu pintu yang selalu tertutup. Di AS di mana privasi juga penting, tetapi tak sepenting di Jerman hanya manajer utama yang punya ruang kantor yang privat. Busana adalah aspek nonverbal yang juga penting diperhatikan. Apa yang disebut busana yang normal sering terikat oleh budaya. Para pebisnis lazim mengenakan busana lengkap, termasuk jas dan dasi, untuk menunjukkan bonafiditas. Namun tidak semua pebisnis seperti itu. 2.6. Kesesuaian Pola Fikir Finlandia adalah salah satu negara maju di belahan bumi bagian utara, tepat nya di benua Eropa. Karena letak nya yang dekat dengan kutub utara membuat negara ini, memiliki iklim yang dingin. Selain itu, penduduk nya juga sangat pekerja keras. Mungkin karena iklim yang dingin membuat mereka bekerja keras mendapatkan uang untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Hartman menyatakan bahwa “Negosiasi merupakan suatu proses komunikasi antara dua pihak yang masing-masing mempunyai tujuan dan sudut pandang mereka sendiri, yang berusaha mencapai kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak mengenai masalah yang sama”. Seperti orang Amerika yang humoris dengan teknik menjual agresif dan argumentatif, sedangkan orang Finlandia cenderung pendiam dan tidak bertele-tele dalam mengambil keputusan. Atau orang Jepang yang sopan dengan ekpresi wajah tenang tanpa kontak mata secara langsung terhadap lawan dan orang Perancis yang sangat formal ketika dalam meja pertemuan, namun sangat pandai memojokkan lawan. Berikut merupakan empat cara jitu yang dapat dilakukan pebisnis untuk memenangkan negosiasi bisnis dengan lawan: 1) Pisahkan masalah pribadi yang akan menghambat negosiasi dengan lawan. 2) Berikan alternatif win-win solution pada lawan dengan menghindari emosi dan ego untuk menang sendiri. 13
3) Selesaikan proses negosiasi dengan tidak bertele-tele. Hindarilah tempat negosiasi yang tidak kondusif. 4) Lakukan riset untuk mengetahui karakter lawan, latar belakangnya, bahasa, gesture, kebiasaan, hobi, kegemaran, dan budayanya. Bisnis internasional, terutama yang melibatkan joint-venture atau negosiasi yang berkepanjangan, penuh dengan kesulitan apabila tidak memiliki pemahaman dalam perbedaan masing-masing budaya. Oleh karena itu, sangatlah penting bagi seseorang yang ingin memulai suatu bisnis "Go International" untuk mempunyai perspektif budaya yang luas pada masing-masing negara. Mulai dari persepsi, nilai, norma, bahasa verbal dan nonverbal, serta perilaku dari warga negara tersebut. 2.7. Tatakrama Orang Finlandia ketika bertemu tidak seperti kebanyakan orang Eropa yang berpelukkan. Saat berhubungan dengan orang Finlandia jangan berdiri terlalu dekat. Orang Finlandia sangat suka minum arak, saat acara makan mereka akan bersulang untuk tamu. Orang Finlandia suka mengundang tamunya untuk sauna. Orang Finlandia biasa berkata; “Jika anda datang ke Finlandia tidak sauna, maka anda sama saja dengan tidak mengunjungi Finlandia”. Sauna dalam kehidupan orang Finlandia adalah sesuatu yang sangat penting. Sama pentingnya dengan udara dan roti.
14
BAB III PENUTUP 3.1. Kesimpulan 1. Finlandia mempunyai sejarah yang bergelora. Sejak tahun 1154, negara ini telah menjadi bagian Kerajaan Swedia. Pada abad ke-18, negara ini telah diduduki oleh tentara Rusia sebanyak dua kali. Pada tahun 1808, Finlandia telah ditakluki tentara Kaisar Aleksandr I dan kemudian
terus
menjadi
bawah Kekaisaran
kadipaten
Rusia hingga
akhir
agung tahun
berotonomi 1917.
di
Budaya
antikorupsi dan Kejujuran di Finlandia, merupakan hal yang sangat luar biasa bila dilakukan oleh seluruh rakyat di semua negara di dunia. Finlandia adalah negara yang pantas di ancungi jempol dalam hal budaya Antikorupsi dan Kejujuran, bahkan negara paling antikorupsi di dunia. 2. Finlandia memiliki undang-undang yang khusus untuk menjaga penerapan persamaan hak peremuan. Dengan undang-undang ini, tidak ada alasan lagi untuk mengesampingkan peran perempuan. Hampir semua sektor pekerjaan yang umum dilakukan laki-laki sekarang sudah ditempati perempuan, termasuk di bidang teknologi informasi. 3. Etika bisnis di finlandia secara umum yaiutu dengan Sikap mereka yang berorientasi pada nilai-nilai budaya sendiri dan dan jarang memperhatikan nilai-nilai budaya calon mitra bisnis mereka.
15
DAFTAR PUSTAKA Dedy Mulyana. 2010. Komunikasi Lintas Budaya. Bandung.: PT. Rosda Karya Djoko Purwanto. 2006. Komunikasi Bisnis. Ed-3. Jakarta : Erlangga Don A. Ball, J. Michael Geringer, Michael S. Minor, Jeanne M. McNett. 2013. Bisnis Internasional, International Business. Jil. 2. Ed-12. Jakarta: Salemba Empat. Pasi Sahlberg. 2014. Finnish Lessons : Mengajar Lebih Sedikit, Belajar Lebih Banyak ala Finlandia. Bandung: Kaifa Philip R. Cateora & John L. Graham. 2007. Pemasaran Internasional, International Marketing. Ed-13. Terj. Diana Angelica. Jakarta: Salemba Empat BACAAN LANJUTAN : http://wahonodiphayana.blogspot.co.id/2014/12/bab-xi-komunikasi-bisnisinternasional.html (Diakses pada tanggal 12 maret 2016) http://www.erepublik.com/sv/article/komunikasi-internasional-mofa-mestihapal--2004858/1/20 (Diakses pada tanggal 12 maret 2016)
16