KODIFIKASI JENIS EQUIPMENT PADA NOMOR KKS PLTU REMBANG Pada tulisan ini saya mencoba sharing mengenai hasil identifikasi penulisan asset di PLTU Rembang, yaitu mengenai adanya kode pengelompokan jenis equipment pada nomor KKS. Sebelumnya pada majalah Info PJB edisi 73, Desember 2011 saya pernah membahas sedikit tentang standar penomoran asset di PLTU Rembang yang mengacu pada standar KKS, yaitu artikel yang berjudul ‘Desain Piping and Instrumentation Diagram’. Namun disini saya juga akan sedikit mengulasnya kembali karena sangat berkaitan dengan topik yang akan saya bahas. KKS (Sistem Klasifikasi Pembangkit Listrik) merupakan sistem standar internasional untuk klasifikasi power plant yang telah berhasil digunakan diseluruh dunia sejak tahun 1970-an. KKS digunakan selama tahapan engineering, construction, operation, and maintenance dari pembangkit listrik untuk identifikasi dan klasifikasi peralatan. Istilah pendeknya standar penomoran tersebut dikenal dengan sebutan KKS yang merupakan singkatan dari istilah bahasa Jerman Kraftwerk Kennzeichen System, karena pada awalnya standar ini digunakan oleh semua pembangkit listrik baru di Jerman dan Denmark. Kode KKS terdiri dari deretan huruf (H) dan angka (A) yang disusun dan dikelompokkan sesuai tingkatan yang ada, sehingga menghasilkan kode proses yang saling berhubungan.
Nomor KKS akan memudahkan kita mengetahui secara general lokasi peralatan serta mengetahui proses yang saling berkaitan dengan peralatan tersebut. Selain itu agar dapat mudah diingat dan dikenali sehingga memudahkan dalam operasional maupun pemeliharaan. Setelah saya melakukan identifikasi penomoran asset (nomor KKS) pada Piping and Instrumentation Diagram (P&ID) di PLTU Rembang dan kemudian membangdingkannya dengan beberapa penomoran asset di PLTU lain (milik PJB maupun bukan) serta beberapa KKS Handbook, ternyata terdapat kode pengelompokan jenis equipment yang berbeda. Perbedaan tersebut terdapat pada angka pertama nomor equipment, yaitu urutan kode ke-12. Secara umum memang urutan ke-12 sampai ke-14 merupakan nomor urut equipment, namun untuk beberapa equipment ternyata terdapat kode yang berfungsi untuk membedakan jenis equipment yang ada selain merupakan nomor urut equipment.
Sebagaimana contoh pada tabel diatas, ditunjukkan bahwa terdapat nomor KKS dengan kode nomor equipment 401. Angka tersebut bukan berarti nomor equipment adalah 401, tetapi angka 4 pada urutan ke-12 menunjukkan kode untuk pipa drain di PLTU Rembang. Sedangkan nomor quipment sebenarnya ditunjukkan pada nomor yang berada di belakang kode jenis equipment tersebut (angka 01). Pengelompokan penomoran equipment yang terdapat di PLTU Rembang yaitu terdapat pada pengelompokan jenis pipa, jenis valve, serta jenis peralatan instrument dan kontrol. Berikut ini merupakan kode untuk pengelompokan jenis pipa (BR) menurut fungsinya di PLTU Rembang. BR0 _ _ untuk Main piping system BR1 _ _ untuk Control circuit piping BR2 _ _ untuk Instrument line (pressure) BR3 _ _ untuk Instrument line (level) BR4 _ _ untuk Drain piping BR5 _ _ untuk Vent piping BR6 _ _ untuk Sampling pipe line Pada pengelompokan jenis valve (AA) juga berdasarkan fungsi valve tersebut, yaitu: AA0 _ _ untuk Main valve AA1 _ _ untuk Control valve AA3 _ _ untuk Instrument indicator valve AA4 _ _ untuk Drain to condenser valve AA5 _ _ untuk Venting valve AA6 _ _ untuk Sampling valve AA7 _ _ untuk Three way valve AA9 _ _ untuk drain to ditch valve Sedangkan penomoran untuk peralatan instrumen dan control yang meliputi: Temperature (CT), Pressure (CP), Vibration (CY), Flow (CF), Weight (CW), serta Level (CL) digunakan untuk membedakan jenis equipment yang ada, yaitu: 0 _ _ untuk Primary element 1 _ _ untuk Indicator and element 2 _ _ untuk Transmitter 3 _ _ untuk switch Data pengelompokan kode diatas merupakan hasil indentifikasi yang dilakukan penulis di PLTU Rembang yang kemungkinan besar memiliki perbedaan dengan pembangkit listrik lain dikarenakan perbedaan pabrikan dari mesin pembangkit. Dengan adanya hal tersebut, proses identifikasi
terhadap penomoran asset yang ada khususnya pembangkit listrik baru perlu dilakukan sehingga nantinya akan memberikan kemudahan operasional dalam proses Computerized Maintenance Management System (CMMS). Selain itu, agar tidak terjadi kekeliruan dalam pemberian tagging pada equipment di lokal serta penomoran equipment baru.
Ahmad Faishol Amin PT PJB Services