KEWIRAUSAHAAN DALAM PENDIDIKAN A Pendahuluan
Pelajaran yang dapat dipetik dari pengaruh globalisasi yang tidak terbendung; dari jaringan politik pemerintahan yang baru; dan dari pemb pe mber erla laku kuan an peru pe rund ndan angg-un unda dang ngan an,, deng de ngan an sega se gala la kebi ke bijj akan ak an otonomi oto nomi
dae rah(Ot rah (Ot da), da) , adala ada lah h
me ngen ng en ai
para penge pengelola lola pendid pendidika ikan n di daerah,
khususnya para Kepala Sekolah, dituntut untuk mampu mengembangkan visi pend pe ndid idik ikan an dan da n kel emba em baga gaan annya nya seca se cara ra kont ko ntek ekst stua uall Tuntutan Tuntu tan sepe rti ini muncul muncul dengan dengan kuat karena karena di era Otda saat ini pihak yang lebih mengetah ui secara persis permasalahan pendidikan yang harus ditangani di daerha atau di Sekolah adalah para pengelola pendidikan di daerah itu sendiri. Para kepala
sekolah
sewajarnya
menjadi
pihak
yang
lebih
mengetahui
kebutuhan-kebutuhan pendidikan di sekolahnya dan bagaimana segala pote po tens nsii lemb le mbag agaa dan da n lingk li ngk unga un gann nnya ya dapa da patt dima di manf nfaa aatk tkan an se cara ca ra prod pr oduk ukti tif f untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut. Di era Otda para pengelola pendidikan,
khususnya para kepala
sekolah dituntut untuk mampu bertindak secara lebih mandiri dan prof pr ofes es si onal on al.. Mere Me reka ka ditu di tunt ntut ut untu un tuk k bera be rani ni me nang na nggu gung ng re si ko at as keputusan-keputusan yang diambilnya. Mereka tidak boleh banyak menunggu banyak petunjuk pemerintah dan mengharapkan bantuan dari atas atau dari pusat. Tidak usah mereka itu banyak bertanya kepada atasannya mengenai suatu praktik inovasi atau gagasan-gagasan baru: apakah hal itu boleh dilakukan atau ti dak boleh dilakukian di sekolahnya? Selama sesuatu itu tidak dilarang, artinya boleh dilakukan! Tetapi sekali Anda sebagai kepala sekolah bertanya mengenai hal itu kepada pimpinan Anda, biasanya akan muncul sikap-sikap dan perilaku pmpinan yang menunjukkan keberatan atas praktik inovasi atau wirausaha tersebut. Hariandja (1999) mengungkapkan bahwa ciri birokrasi organisasiorganisasi pemerintah kita layaknya birokrasi modern tetapi kulturnya masih membawa semangat feodalisme dalam berbagai aspek kegiatannya.
Mudah-mudahan kenyataan seperti ini tidak melanda birokrasi dari pimpin an kita . Di si nilah, kepala se kola h ditu ntut untuk berani keluar dari keterbelengguan birokrasi yang merugikan, aktif mencari perubahan, bera ni
me nanggung
re siko
dan
memanf aa tkan
pelu ang
de ngan
mengembangkan urusan-urusan (bisnis) yang menguntungkan. Secara singkat Kepala Sekolah itu dituntut untuk memiliki jiwa dan dapat melakukan wirausaha di Sekolahnya.
B. Konsep Dasar Siapkah Anda sebagai seorang Kepala Sekolah sekaligus berawirausaha? Dengan kata lain, benarkah Anda adalah calon seorang wirausaha dalam pendidikan di Sekolah Anda sendiri? Peristiwa masa lampau, lingkungan dan latar belakang social- kultural memiliki peran dalam membentuk karakter Anda. Anda tentunya telah mengalami suka dan duka dalam meniti karir pekerjaan.
Anda
telah
memiliki
sifat-si fat
khusus;
terimalah
segala
kekurangan; anggaplah kegagalan sebagai pengalaman yang berharga bagi diri Anda! Tidak boleh patah semangat; hargai kembali diri Anda sendiri saat ini juga! Bukankah Andapun memiliki sisi-sisi kehidupan masa kecil yang aman dan menyenangkan bahkan keberhasilan-keberhasilan yang mengesankan. Terlepas berskala besar ataupun kecil, Anda sesungguhnya telah terlibat dengan usahausaha yang memiliki bidikan bisnis dan kewirausahaan yang menguntungkan; dan itu sekaligus mengantarkan Diri Anda menjadi seorang Kepala Sekolah di era Otda ini, di era reformasi!
1. Tantangan Dan Permasalahan.
Saya percaya bahwa kewirausahaan tidak harus selalu berlangsung dalam konteks Perusahaan atau organisasi - organisasi swasta. Kewirausahaan juga tidak hanya untuk bidang perdagangan dan industri semata. Kewirausahaan di era Otda, justeru dialamatkan kepada organisasi pemerintah yang nemberikan pelayanan berupa jasa kepada publik. Ini ber arti bahwa sekolah tempat Anda bekerja di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat itupun, tidak bisa lepas dari masalah kewirausahaan.
Memang sewajarnya kewirausahaan menjadi urusan setiap para Kepala Sekolah saat ini. Lebih-lebih dalam menghadapi kondisi krisis kehidupan bangsa yang berkepanjangan, kewirausahaan menjadi kebutuhan mendesak untuk segera melingkupi kehidupan kerja Kepala Sekolah sehari-hari. Beberapa kondisi berikut, memperkuat kebutuhan yang dimaksud: a. Saat ini semakin tumbuh dan berkembang pesaing-pesaing Sekolah, terutama Sekolah yang telah
memiliki beberapa keunggulan antara lain
sistem pendidikan (kurikulum) yang terpadu, suasana pendidikan yang informal,
system
belajar
sehari
penuh
(full
day
system)
dan
menyenangkan, pola evaluasi yang dilengkapi dengan porto-folio, profesionalitas guru yang handal, sarana/ prasarana dan fasilitas pendidikan yang mencukupi. b. Ketidak percayaan atas metode-metode tradisional dalam manajemen organisasi dan proses pendidikan yang dianggap masih amat typical Di samping sistem manajemennya yang masih birokratik, profesionalisasi manajemen yang dilakukan Kepala Sekolah saat ini masih belum memadai. Osborne dan Gaebler (1992) terjemahan Rosyid (1999) menyarankan
untuk
mewirausahkan
birokrasi,
yakni
dengan
mentransformasi semangat kewirausahaaan ke dalam sektor publik, yang di antaranya ke dalam lembaga pendidikan. Proses pendidikan yang berlangsung di sekolah-sekolah saat ini kebanyakan masih monoton dan kurang bervariasi agenda inovasi yang memadai. Sekalipun agenda inovasi itu telah mereka miliki, tidak sedikit mereka menemui berbagai hambatan dan kesulitan dalam melaksanakannya. c. Terdapat di antara guru-guru atau pegawai yang pintar dan memiliki ide-ide brilian, lebih suka memilih menjadi seorang wirausaha. Ada di antara mereka yang keluar dari statusnya sebagai pegawai (negeri) untuk kemudian beralih menjadi seorang wirausaha. Atau sekalipun statusnya tetap sebagai pegawai (negeri), sering pekerjaan pokok mereka terabaikan karena kewirausahaannya itu. Lupiyoadi dan Wacik (1998) menyarankan agar peran perorangan dalam bisnis mereka
itu
diimbangi
dengan
dikembangkannya
program
entrepreneurship dalam perusahaan (baca: institusi pendidikan). Tantangan baru (era Otd3) sesungguhnya rnerupakan peluang yang besar untuk menunjukkan kinerjanya yang lebih bermutu. Demikian halnya melalui implementasi Manajemen berbasis Sekolah (MBS), sekolah diarahkan visinya menjadi lebih berbobot; dikondisikan prosesnya menjadi lebih dinamis dan maju; diberdayakan segala potensinya menjadi lebih tergali, berkembang dan efisien; diciptakan suasananya menjadi lebih demokratis; didorong guru-guru/orangorangnya
lebih
profesional
dan
sejahtera;
dan
memang
semua
itu
dimaksudkan untuk menjadikan semua kondisi sekolah dalam arti positif. Kenyataannya, tidak semua kepala sekolah mampu melihat tantangan-tantangan itu sebagai peluang dan cambuk untuk maju.
2. Konsep Dasar Kewirausahaan
Istilah kewirausahaan sering digunakan silih berganti dengan istilah kewiraswastaan. Kita bisa saja mengapresiasikan makna kedua istilah itu dari pemahaman
kata-kata
kepahlawanan;
bahwa
wira
ar ti nya
be rani
at au
berj iw a
swa artinya sendiri; usaha artinya cara-cara yang
dilakukan dan sta artinya berdiri. Jadi seorang kepala sekolah itu berjiwa kewirausahaan
adalah
mereka
yang
memiliki
keberanian,
berjiwa
kepahlawanan dan mengembangkan cara-cara kerja yang madiri. Lupiyoadi dan wacik (1998) mengungkapkan bahwa memang realitasnya wirasawsta itu sama dengan wirausaha yakni berusaha keras menunjukkan sifat-sifat keberanian, keutannaan dan keteladanan dalam mengambil resiko yang bersumber pada kemampuan sendiri. Meskipun demikian, mereka membedakan wirausaha dari wiraswasta, yaitu wirausaha memiliki visi pengemban usaha, kreativitas dan daya inovasi; sedangkan wiraswasta tidak memilikinya. Istilah kewiraswastaan dan atau kewirausahaan itu sesungguhnya bermuara
pe ngerti annya pa da
is tila h as in g yak ni
en tr ep rene ursh ip .
Raymond (1995) dikutip Lupiyoadi dan Wacik (1998) berpendapat bahwa entrepreneurship merupakan proses penciptaan sesuatu yang baru atau inovasi guna memperoleh kesejahteraan atau kekayaan individu dan mendapatkan nilai tambah bagi masyarakat. Kesejahteraan atau nilai tambah bagi masyarakat
sebagai tujuan dan; kewirausahaan itu, dilakukan melalui pengungkapan gagasan baru, penggalian sumber daya, dan merealisasikan gagasan itu menjadi suatu kenyaaan yang menguntungkan. Mencermati makna kewirausahaan di Was, saya berpendapat bahwa kewirausahaan dalam pendidikan merupakan kerja keras yang terusmenerus yang dilakukan pinak Sekollah terutama Kepala Sekolah dalam menjadikan Sekolahnya lebih bermutu. Konsep kewirausahaan ini meliputi usaha membaca dengan ccrmat peluang-peluang, melihat setiap unsur institus i Sekolah adanya sesuatu yang baru atau inovatif, menggali sumber daya secara realistik dan dapat dimanfaatkan, mengendalikan resiko, mewujudkan kesejahteraan (benefits) dan mendatangkan keuntungan finansial (Profits). Benefits dan pr ofits ini terutama dilihat untuk kepentingan peserta didik, guru-guru, Kepala Sekolah, staf, orang tua, pemerintah dan masyarakat sekitar atau masyarakat yang lebih luas lagi.
3. Karakterisfik Seorarg Wirausaha
Apakah seorang wirausaha itu terlahir atau dilatih? Pertanyaan ini amat klasik. Anda berada di sini dalam program, pelatihan; dan setiap , institusi pendidikan meyakini bahwa seorang entrepreneur itu dapat dibentuk atau dilatih seperti halnya Anda sebagai seorang Kepala Sekolah dasar! Jadi, seorang Kepala
sekolah
dapat
menjadi
seorang
entreprereur ,
yang
bertugas
mewirausahakan pendidikan di Sekolahnya. Coba kita lakukan refleksi atas perilaku diri kita sendiri! Sebagai
seorang kepala , apakah prilaku kita menunjukkan
perilaku seorang manajer ataukah menunjukkan prilaku seorang wirausaha. Pelajari kedua dimensi prilaku itu sebagaimana table 1 berikut ini. Tabel 16.1 Perbandingan Tindakan Seseorang Manajer Dan Tindakan Seorang Wirausaha. Tindakan Seseorang Manajer
Tindakan Seorang Wirausaha
Meminimalkan resiko dari
Aktif
mencari
perubahan
pelaksanaan tugas
membaca berbagai peluang.
Cenderung menghindari resiko yang
Berani
menanggung
dengan
dan
terjadi
mengendalikan resiko.
Menghindari kesalahan
Cenderung
menerima
kesalahan
sebagai suatu yang wajar Didorong oleh kehendak promosi dan
Didorong
imbalan tradisional
peluang
oleh
kebebasan
untuk
dan
memperoleh
keuntungan financial Cenderung mendelegasikan
Lebih langsung dan intensif terlibat
wewenang dan mengontrol pekerjaan.
dalam
aktivitas
operasional
organisasi.
Bajaro selaku tim proyek dan anggaran lembaga Industri Skala kecil Universitas Filipina (dalam Chico, 1981: Penyuting Wirasasmita, 1994) menyatakan bahwa kunci keberhasilan dalam berwirausaha adalah dengan memahami diri sendiri. Untuk memulai suatu usaha, hal penting yang harus
dipahami adalah apakah yang bersangkutan jiwa berwirausaha atau tidak. Berapa banyak karakteristik jiwa seorang wi ra us ah a ya ng sukses? Untu k menjawab pe rm as al aha n in i, Bajaro menyarankan kita untuk mempelajari pertanyaan pertanyaan berikut: a. Andakah orang yang berani menanggung resiko? b. Apakah keterlibatan emosi Anda dalam pencapaian tujuan usaha mencerminkan harapan keberhasilan atau kekhawatiran akan kegagalan? c. Apakah Anda gigih dan mampu bekerja keras ? d. Apakah Anda selalu bersemangat dan aktif ? e. Apakah Anda menginginkan dan memanfaatkan umpan balik ? f. Apakah Anda menyukai tanggung jawab ata segala keputusan ? g. Percaya dri dan mendirikah Anda? h. Apakah Anda berpengetahuan? i.
Apakah Anda berkemampuan meyakinkan orang lain?
j.
Apskah berkemampuan manajerial ?
k. Apakah Anda inovatif ? l.
Apakah Anda berorientasi pada pencapaian (hasil)?