BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien melalui pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat. Rumah Sakit dalam memberikan memberikan pelayanan kepada pasien harus memberhatikan mutu dan kualitas. Mutu pelayanan kesehatan suatu rumah sakit dapat dilihat dari peningkatan kualitas pelayanan kepada pasien termasuk kualitas pendokumentasian rekam medis. Rekam medis merupakan berkas yang berisikan catatan dan dokumen tentang identitas pasien, pemeriksaan, pengobatan, tindakan, dan pelayanan lain kepada pasien pada sarana pelayanan kesehatan (Hatta, 2011). Rekam medis berperan penting dalam kelancaran proses pelayanan kesehatan kepada pasien. Salah satu data yang penting dalam pendokumentasian rekam medis adalah kode diagnosis pasien. Kode diagnosis pasien sangat penting dan digunakan sebagai acuan dalam penentuan besar biaya pelayanan kesehatan. Ketidaktepatan dalam pemberian kode diagnosis pasien mempengaruhi besarnya biaya pelayanan kesehatan yang harus dibayar pasien. Seiring dengan diberlakukannya Undang-Undang No 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), Undang-Undang No 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan
1
pelaksanaan SJSN secara bertahap mulai 1 Januari 2014, kegiatan pemberian kode diagnosis pasien merupakan kegiatan yang penting. Kode diagnosis pasien harus tepat, benar dan sesuai dengan pelayanan yang diberikan kepada pasien. Ketidaktepatan dalam pemberian kode diagnosis mempengaruhi proses klaim biaya pelayanan kesehatan pasien SJSN. Kode diagnosis yang tidak tepat dan akurat akan mengakibatkan proses klaim terhambat bahkan biaya pelayanan kesehatan pasien tidak terklaimkan. BPJS Kesehatan sebagai badan penyelenggara jaminan kesehatan akan membayar biaya pelayanan kesehatan pasien kepada fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjut dengan menggunakan sistem paket INA CBG’s. Artinya, penentuan besar pembiayaan pelayanan kesehatan pasien SJSN di Rumah Sakit menggunakan sistem paket INA CBG’s. Penentuan besar pembiayaan (tarif) pelayanan kesehatan tersebut sesuai dengan Surat Edaran Nomor: IR.01.01/I.1/6401/2013 tahun 2013 tentang pelaksanaan INA CBG’s versi 4.0. Ketepatan pemberian kode diagnosis pada rekam medis dan software INA CBG’s tergantung pada pelaksana yang menangani rekam medis tersebut. Pada penelitian Isnaini (2011) dengan judul “Kesesuaian Kode Yang Dibuat Antara Lembar Case-Mix dan Sistem Software INA-DRG’s Pasien Rawat Inap Tindakan Bedah Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma Tuban”, menunjukkan bahwa pengisian kode diagnosis di bangsal dilakukan oleh perawat sedangkan untuk pengisian kode instalasi case-mix INA-DRG’s dilakukan
oleh
petugas
coding .
Persentase
dari
hasil
analisis
ketidaksesuaian kode diagnosis yang dibuat antara lembar case-mix dan sistem software INA-DRG’s didapatkan angka kesesuaian kode diagnosis
2
yang dibuat yaitu 60,78%, dan ketidaksesuaian kode diagnosis yang dibuat yaitu 39,22%. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada ketidaksesuaian kode yang dibuat antara lembar case-mix dan sistem software INA-DRG’s pada pasien
rawat
inap
tindakan
bedah.
Faktor
yang
menyebabkan
ketidaksesuaian kode yang dibuat adalah SDM, sistem yang dipakai dan infrastruktur. Berakibat pada tarif pelayanan, validitas serta keakuratan data. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilaksanakan peneliti melalui observasi secara langsung dan wawancara dengan kepala instalasi rekam medis di RS Mata “Dr. Yap” Yogyakarta pada tanggal 24 September 2013 diketahui bahwa jaminan yang berlaku adalah askes dan jaminan perusahaan yang sudah bekerjasama, seperti PT. Pertamina. Pada 1 Januari 2014 pelaksanaan SJSN dimulai secara bertahap menggunakan sistem software INA CBG’s dalam penentuan besar pembiayaan pelayanan kesehatan dan proses klaim. Dari 19 kode diagnosis dapat diketahui ketepatan kode diagnosis pada berkas rekam medis pasien rawat inap sebanyak 31,58% dan ketidaktepatan kode diagnosis sebesar 68,42%. Ketidaktepatan kode diagnosis mempengaruhi besar biaya klaim yang diperoleh rumah sakit. Angka ketidaktepatan kode diagnosis tinggi maka besar biaya klaim yang diterima rumah sakit tidak sesuai dengan besar biaya pelayanan yang telah diberikan kepada pasien sehingga rumah sakit akan rugi. Untuk itu peneliti ingin mengetahui proses pelaksanaan pengkodean diagnosis pasien rawat inap pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s, persentase kesesuaian dan ketepatan kode diagnosis pasien rawat inap pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s serta faktor
3
penyebab ketidaktepatan pengkodean pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s.
B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka rumusan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana pengkodean diagnosis pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s pasien rawat inap dalam pelaksanaan SJSN di RS Mata “Dr. Yap” Yogyakarta?
C. Tujuan 1. Tujuan Umum Mengetahui ketepatan kode diagnosis pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s pasien rawat inap dalam pelaksanaan SJSN. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui proses pelaksanaan pengkodean diagnosis pasien rawat inap pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s dalam pelaksanaan SJSN b. Mengetahui persentase kesesuaian kode diagnosis pasien rawat inap pada
berkas
rekam
medis
dan
software INA
CBG’s
dalam
pelaksanaan SJSN c. Mengetahui persentase ketepatan kode diagnosis pasien rawat inap pada
berkas
rekam
medis
dan
software INA
CBG’s
dalam
pelaksanaan SJSN d. Mengetahui faktor penyebab ketidaktepatan pengkodean diagnosis pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s
4
D. Manfaat 1. Manfaat Bagi Rumah Sakit Hasil penelitian dapat digunakan sebagai masukan bagi RS Mata “Dr. Yap” Yogyakarta khususnya ketepatan kode diagnosis pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s pasien rawat inap pada pelaksanaan SJSN. 2. Manfaat Bagi Peneliti a. Dapat membandingkan antara teori yang diperoleh selama mengikuti perkuliahan
dengan
mengidentifikasi,
kenyataan
menganalisis
dilapangan dan
sehingga
memberikan
dapat
pemecahan
masalah. b. Menambah
wawasan,
pengetahuan
dan
pengalaman
secara
langsung di rumah sakit mengenai permasalahan pada objek penelitian. 3. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan Menambah pengetahuan dan wawasan mengenai ilmu rekam medis khususnya ketepatan kode diagnosis pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s pasien rawat inap dalam pelaksanaan SJSN. 4. Manfaat Bagi Peneliti Lain Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan dan sebagai referensi dalam melakukan penelitian yang akan datang.
5
E. Keaslian Penelitian 1. Nur Isnaini (2011) dengan judul “Kesesuaian Kode Yang Dibuat Antara Lembar Case-Mix dan Sistem Software INA-DRG’s Pasien Rawat Inap Tindakan Bedah Di Rumah Sakit Umum Daerah Dr. R. Koesma Tuban”. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan pengisian Kode Yang Dibuat Antara Lembar Case-Mix dan Sistem Software INA-DRG’s Rawat Inap Tindakan Bedah Di RSUD Dr. R. Koesma Tuban, mengetahui ketidaksesuaian kode yang dibuat antara lembar case-mix dan sistem software INA-DRG’s, mengetahui faktor penyebab dari ketidaksesuaian kode yang dibuat antara lembar case-mix dan sistem software INA-DRG’s pada pasien rawat inap tindakan bedah. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Rancangan penelitian ini adalah cross sectional . Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengisian kode di bangsal dilakukan oleh perawat sedangkan untuk pengisian kode instalasi case-mix INADRG’s dilakukan oleh petugas pengkodean. Angka ketidaksesuaian kode diagnosis yang dibuat berjumlah 39,22% dan angka kesesuaian kode yang dibuat berjumlah 60,78%. Hal ini menunjukkan bahwa masih ada ketidaksesuaian kode yang dibuat antara lembar case-mix dan sistem software INA-DRG’s pada pasien rawat inap tindakan bedah. Faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian kode yang dibuat adalah SDM dan sistem yang dipakai. Berakibat pada tarif pelayanan, validitas serta keakuratan data. Perbedaan terletak pada data yang diteliti dan tujuan penelitian. Pada penelitian yang sekarang data yang diteliti adalah kode diagnosis pada
6
berkas rekam medis dan software INA-CBG’s. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses pelaksanaan pengkodean diagnosis pasien rawat inap pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s dalam pelaksanaan SJSN, mengetahui persentase kesesuaian kode diagnosis pasien rawat inap pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s dalam pelaksanaan SJSN, mengetahui persentase ketepatan kode diagnosis pasien rawat inap pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s
dalam
pelaksanaan
SJSN,
mengetahui
faktor
penyebab
ketidaktepatan pengkodean diagnosis pada berkas rekam medis software INA CBG’s.
2. Galuh Nurma Novitasari (2010) dengan judul “Kesesuaian Antara K ode Diagnosis Pasien Jamkesmas Instalasi Gawat Darurat yang Didasarkan pada SIMRS, Software INA-DRG’s dan ICD 10. Kajian Terhadap Berkas Rekam Medis Di Rumah Sakit Umum PKU Muhammadiyah Bantul”. Tujuan dari penelitian ini adalah menentukan persentase kesesuaian kode diagnosis pasien Jamkesmas Instalasi Gawat Darurat antara SIMRS dan buku ICD 10, menentukan persentase kesesuaian kode diagnosis pasien Jamkesmas Instalasi Gawat Darurat antara software INA DRG’s dan buku ICD 10. Jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimen dengan pendekatan kuantitatif
dan
analisis
deskriptif
statistik.
Rancangan
penelitian
menggunakan cross sectional dengan populasi penelitian berkas rekam medis pasien Jamkesmas Instalasi Gawat Darurat.
7
Hasil penelitian ini, dapat diketahui bahwa dari 16 diagnosis tunggal tingkat kesesuaian kode diagnosis tunggal pasien Jamkesmas IGD yang didasarkan pada SIMRS dan software INA DRG’s dibandingkan dengan ICD-10 masuk dalam kategori cukup yaitu 43,75% dan 50%. Dari 14 diagnosis rangkap tingkat kesesuaian kode diagnosis rangkap pasien Jamkesmas Instalasi Gawat Darurat yang didasarkan pada SIMRS dan software INA DRG’s dibandingkan dengan ICD-10 masuk dalam kategori masih kurang yaitu 28,57% dan 35,71%. Perbedaan penelitian terletak pada jenis penelitian, data yang diteliti dan tujuan penelitian. Pada penelitian yang sekarang jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, data yang diteliti adalah kode diagnosis pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses pelaksanaan pengkodean diagnosis pasien rawat inap pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s dalam pelaksanaan SJSN, mengetahui persentase kesesuaian kode diagnosis pasien rawat inap pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s dalam pelaksanaan SJSN, mengetahui persentase ketepatan kode diagnosis pasien rawat inap pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s dalam pelaksanaan SJSN, mengetahui faktor penyebab ketidaktepatan pengkodean diagnosis pada berkas rekam medis software INA CBG’s.
8
3. Kuni Magfuroh (2013) dengan judul “Analisis Kode Diagnosis Pada Berkas Rekam Medis dan Sistem Informasi Manajemen Rumah Sakit Berdasarkan ICD-10 Pasien Rawat Inap RSUD Panembahan Senopati Bantul”. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pelaksanaan pengkodean diagnosis pasien rawat inap pada berkas rekam medis dan sistem informasi manajemen rumah sakit, mengetahui persentase kesesuaian kode diagnosis pada berkas rekam medis dan sistem informasi manajemen
rumah
sakit,
mengetahui
persentase
ketepatan
kode
diagnosis pada berkas rekam medis dan sistem informasi manajemen rumah sakit berdasarkan ICD-10 serta mengetahui faktor-faktor penyebab ketidaksesuaian dan ketidaktepatan kode diagnosis pada berkas rekam medis dengan sistem informasi manajemen rumah sakit berdasarkan ICD-10. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan rancangan penelitian cross sectional . Hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pelaksanaan pengkodean pada berkas rekam medis dan sistem informasi manajemen rumah sakit belum sesuai dengan prosedur tetap. Dari hasil analisis dapat diketahui bahwa kesesuaian kode diagnosis antara berkas rekam medis dan sistem informasi manajemen rumah sakit adalah 27,36%. Berdasarkan hasil analisis, ketepatan kode diagnosis yang tepat sampai karakter ketiga, keempat dan kelima pada berkas rekam medis sebanyak 50,44% dan sistem informasi manajemen rumah sakit sebanyak 33,92%. Faktor yang menyebabkan ketidaksesuaian kode diagnosis pada berkas rekam medis
9
dan sistem informasi manajemen rumah sakit adalah sumber daya manusia, prosedur tetap, komunikasi, cara menentukan kode dan infrastruktur. Perbedaan penelitian terletak pada data yang diteliti dan tujuan penelitian. Pada penelitian yang sekarang data yang diteliti adalah kode diagnosis pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui proses pelaksanaan pengkodean diagnosis pasien rawat inap pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s dalam pelaksanaan SJSN, mengetahui persentase kesesuaian kode diagnosis pasien rawat inap pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s dalam pelaksanaan SJSN, mengetahui persentase ketepatan kode diagnosis pasien rawat inap pada berkas rekam medis dan software INA CBG’s
dalam
pelaksanaan
SJSN,
mengetahui
faktor
penyebab
ketidaktepatan pengkodean diagnosis pada berkas rekam medis software INA CBG’s.
10