KESENJANGAN EKONOMI ANTARA NEGARANEGARA OIL ECONOMIES (OE) DAN DIVERSIFIED ECONOMIES (DE) DI KAWASAN TIMUR TENGAH (2001-2010)
ERLINDA MATONDANG
UNIVERSITAS SLAMET RIYADI, SURAKARTA
2012
DAFTAR ISI DAFTAR ISI ....................................................................................................................................................... ii PENDAHULUAN .............................................................................................................................................. 1 A. Latar Belakang ............................................................................................................................ 1 B. Rumusan Masalah ...................................................................................................................... 2 DEFINISI DAN KONSEP DARI KESENJANGAN PENDAPATAN DAN KEMISKINAN ............... 3 A. Kesenjangan Pendapatan ......................................................................................................... 3 B. Kemiskinan .................................................................................................................................. 3 KESENJANGAN EKONOMI ANTARA NEGARA-NEGARA OIL ECONOMIES (OE) DAN DIVERSIFIED ECONOMIES (DE) DI KAWASAN TIMUR TENGAH (2001-2010) ...................... 4 A. Perekonomian Negara-negara OE di Kawasan Timur Tengah ........................................ 5 1. Kuwait ................................................................................................................................................... 5 2. Saudi Arabia ........................................................................................................................................ 6 3. Uni Emirat Arab................................................................................................................................. 7 B. Perekonomian Negara-negara DE di Kawasan Timur Tengah ........................................ 7 1. Mesir ...................................................................................................................................................... 8 2. Tunisia .................................................................................................................................................. 9 3. Maroko .................................................................................................................................................. 9 C. Kesenjangan Ekonomi antara Negara-negara OE dan DE di Kawasan Timur Tengah (2001-2010) .................................................................................................................................. 10 PENUTUP......................................................................................................................................................... 11 DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................................... 12
ii
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Timur Tengah merupakan kawasan yang menjadi incaran negara-negara besar dan maju. Kekayaan alam berupa minyak dan gas alam menjadi sebuah daya tarik utama dari kawasan ini. Namun, tidak semua negara di kawasan ini memunyai sumber daya alam berupa minyak dan gas yang melimpah.
Berdasarkan sumber pendapatannya, negara-negara di kawasan Timur Tengah dikelompokkan ke dalam empat kelompok, yaitu: 1. Mixed Oil Economies (MOE) yang terdiri dari Algeria dan Iraq; 2. Oil Economies (OE) yang terdiri dari Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab (UEA); 3. Diversified Economies (DE) yang terdiri dari Mesir, Yordania, Lebanon, Maroko, Suriah dan Tunisia; dan 4. Primary Export Economies (PEE) yang terdiri dari Sudan, Yemen, Mauritania, dan Djibouti.1 Keempat kelompok ini memunyai tingkat pendapatan yang berbeda dan menunjukkan kesenjangan ekonomi antarnegara di kawasan. Tingkat pendapatan negara-negara yang termasuk ke dalam OE jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan yang tidak menggantungkan perekonomiannya pada sektor minyak.2 Sebagai contoh adalah tingkat pendapatan UAE yang mencapai US$105,2 milyar pada tahun 2004. 3 Sementara itu, tingkat pendapatan per kapita Tunisia yang merupakan golongan DE
hanya mencapai $2.713.4 Tingkat
pendapatan
sebuah
negara
berdampak
pada
kesejahteraan
masyarakatnya. Salah satu indikator dari kesejahteraan masyarakat adalah kemiskinan. Oleh karena itu, pendapatan negara juga mempengaruhi tingkat kemiskinan di dalam masyarakat. Semakin tinggi tingkat pendapatan negara diasumsikan menunjukkan penurunan tingkat kemiskinan. Ali Abder Gadir Ali, “Globalization and Inequality in the Arab Region”, (Kuwait: Arab Planning Institute, 2003), hlm. 10. 2 Ibid. 3 “Country Profile: United Arab Emirates (UAE)”, (USA: Library of Congress-Federal Research Division, 2007), hlm. 9. 4 Lahcen Achy, “Tunisia’s Economic Challenges”, (Washington, D.C: Carnegie Endowment for International Peace Publications Department, 2011), hlm. 4. 1
1
2 Negara-negara yang termasuk golongan DE, seperti Mesir, Tunisia, Suriah, Maroko dan Yordania tercatat memunyai tingkat kemiskinan yang tinggi.5 Hal ini berkaitan erat dengan hasil alam dan bantuan internasional yang dimilikinya. Pada awal tahun 2001, beberapa negara di kawasan Timur Tengah, terutama yang menjadi golongan DE mengambil pinjaman dari beberapa lembaga internasional. 6 Dalam evaluasi dari pinjaman tersebut, lembaga terkait menyatakan terdapat peningkatan kondisi ekonomi dari negara-negara peminjam di kawasan Timur Tengah.
Tingkat kemiskinan negara-negara tersebut berkurang secara signifikan. Bahkan, tingkat kemiskinan negara-negara di kawasan Timur Tengah berada di bawah negaranegara Asia dan Amerika Latin.7 Bahkan, menjelang akhir tahun 2010, negara-negara ini menunjukkan peningkatan yang tidak terduga. Negara-negara yang berada dalam kelompok ini mencapai pertumbuhan ekonomi positif dengan angka rata-rata 5%.8 Hal ini membuat nilai perekonomian kawasan meningkat. Apalagi negara penghasil minyak yang memasuki golongan OE juga mengalami peningkatan perekonomian akibat kenaikan harga minyak mentah dunia pada tahun 2008-2009.9 Hal-hal tersebut membuat penulis tertarik untuk membahas kesenjangan ekonomi di kawasan Timur Tengah pada rentang waktu 2001-2010. Ketertarikan penulis terhadap permasalahan tersebut, tertuang di dalam makalah ini. Oleh karena itu, makalah ini diberi judul “Kesenjangan Ekonomi antara Negara-Negara Oil Economies (OE) dan Diversified Economies (DE) di Kawasan Timur Tengah (2001-2010)”
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan ke dalam satu pertanyaan pokok, yaitu bagaimana kesenjangan ekonomi yang terjadi antara negara-negara OE dan DE di kawasan Timur Tengah pada periode 2001-2010 jika ditinjau dengan indikator kemiskinan dan kesenjangan pendapatan? Clemen Breisinger, Olivier Ecker & Perrihan Al-Riffai, “Economics of the Arab Awakening: From Revolution to Transformation and Food Security”, (Washington, DC.: IFPRI, 2011), hlm. 1. 6 “Assessment of Rural Poverty: Near East and North Africa” (Rome: Tipografia Palombi & Lanci: 2003), hlm. v. 7 Ibid. Lihat juga Nicholas Minot, dkk, “Trade Liberalization and Poverty in the Middle East and North Africa”, (Washington, DC.: IFPRI, 2010), hlm. 2. 8 Clemen Breisinger, Olivier Ecker & Perrihan Al-Riffai, op.cit., hlm. 1. 9 Ibid. 5
3
DEFINISI DAN KONSEP DARI KESENJANGAN PENDAPATAN DAN KEMISKINAN A. Kesenjangan Pendapatan Kesenjangan pendapatan memunyai hubungan yang sangat erat dengan pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat. Semakin besar kesenjangan
pendapatan yang terjadi di dalam masyarakat, maka semakin terhambat pertumbuhan perekonomian negara tersebut dan begitupula sebaliknya. Hal ini disebabkan oleh adanya dampak yang signifikan terhadap masyarakat.10 Kesenjangan pendapatan dapat dilihat berdasarkan tiga tingkatan/level, yaitu: kesenjangan internal negara, kesenjangan internasional dan kesenjangan global.11 Berbagai tingkat kesenjangan ini dianalisa dengan menggunakan berbagai macam metode. Berbagai metode yang digunaka tersebut mengarah pada prediksi mengenai distribusi pendapatan antarindividu atau rumah tangga.12 Metode yang paling sering digunakan untuk mengukur kesenjangan pendapatan adalah koefisien Gini. Perhitungan ini dimulai dari skala nol yang berarti bahwa tidak ada kesenjangan yang terjadi dalam masyarakat, hingga ke titik satu yang menunjukkan bahwa seseorang mendapatkan seluruh pendapatan sedangkan yang lainnya tidak mendapatkan apapun.13 Konsep ini yang digunakan oleh sebagian besar organisasi atau lembaga internasional untuk menjelaskan data kemiskinan dan kesenjangan pendapatan pada berbagai jenjang. B. Kemiskinan Banyak definisi dari kemiskinan yang muncul. Salah satunya adalah definisi yang disampaikan oleh Ludovick Leon Shirima. Dalam definisi yang disampaikannya, kemiskinan dinilai sebagai permasalahan multidimensional. Kemiskinan merupakan permasalahan multidimensional yang memengaruhi masyarakat melalui berbagai macam cara, merampas martabat dan mengurangi kemampuan orang-orang untuk mengubah kehidupannya. Dengan kata lain, orang-orang yang berada dalam lingkup “World of Work Report 2008: Income Inequalities in the Age of Financial Globalization”, (Switzerland: International Labour Office, 2008), hlm. 3. 11 Ibid., hlm. 8. 12 Ibid. 13 Ali Abder Gadir Ali, op.cit., hlm. 4. 10
4 kemiskinan tidak memunyai akses untuk memenuhi kebutuhan dasar hidupnya, seperti makanan dan air.14 Kemiskinan menjadi sebuah perbandingan antara kesejahteraan dan nilai-nilai standar, seperti antara rumah tangga yang miskin dan tidak miskin atau antara seseorang dan orang yang lainnya. Beberapa standar yang diciptakan sebagai acuan pengukuran kemiskinan bersifat absolut dan beberapa lainnya relatif. Standar mutlak dari kemiskinan seperti kemampuan bertahan hidupnya sedangkan standar relatifnya
seperti tingkat kekurangan yang dialaminya. Sebuah keluarga dapat memasuki dan keluar dari batas-batas kemiskinan berdasarkan nilai-nilai standar yang bersifat relatif. Ketika salah satu anggota keluarga menjadi pengangguran, lingkungan luar yang memengaruhi atau terjadinya kenaikan harga bahan makanan, maka beberapa keluarga dapat memasuki batas-batas garis kemiskinan dengan standar relatif.15 Kedua konsep inilah yang akan digunakan untuk menjelaskan kesenjangan ekonomi yang terjadi di kawasan Timur Tengah, khususnya antara negara-negara yang bergantung pada hasil minyak dan negara-negara yang bergantung pada multisektor ekonomi.
KESENJANGAN EKONOMI ANTARA NEGARA-NEGARA OIL ECONOMIES (OE) DAN DIVERSIFIED ECONOMIES (DE) DI KAWASAN TIMUR TENGAH (2001-2010) Perkembangan perekonomian dari negara-negara yang berada dalam satu kawasan memunyai perbedaan yang sangat mendasar. Hal ini dipenagruhi oelh faktorfaktor, seperti struktur ekonomi, warisan sejarah dan kebudayaan, kondisi geografi dan tipe pemerintahan. Kawasan Timur Tengah dibagi ke dalam empat kelompok, yaitu: 1. Oil Economies (OE) yang terdiri dari Bahrain, Kuwait, Oman, Qatar, Saudi Arabia dan Uni Emirat Arab (UEA); 2. Mixed Oil Economies (MOE) yang terdiri dari Algeria dan Iraq; 3. Diversified Economies (DE) yang terdiri dari Mesir, Yordania, Lebanon, Maroko, Suriah dan Tunisia;
Ludovick Leon Shirima, “Alleviating Poverty Through Innovation and Entrepreneurship (I&E)”, (Gainesville: University of Florida: 2009), hlm. 2. 15 Norbert Henninger, “Mapping and Geographic Analysis of Human Welfare and Poverty: Review And Assessment”, (Washington, D.C.: World Resources Institute, 1998), hlm. 6-7. 14
5 4. Primary Export Economies (PEE) yang terdiri dari Sudan, Yemen, Mauritania, dan Djibouti. Kondisi perekonomian dari keempat golongan negara di kawasan Timur Tengah ini tidak seimbang. Terdapat kesenjangan ekonomi antara kelompok yang satu dengan yang lainnya. Salah satu kesenjangan yang cukup mencolok adalah kesenjangan antara OE dan DE. Berikut ini merupakan gambaran kesenjangan ekonomi antara OE dan DE.
A. Perekonomian Negara-negara OE di Kawasan Timur Tengah Negara-negara penghasil minyak di kawasan Timur Tengah tidak dapat menangkal dampak dari krisis global. Oleh karena itu, pada tahun 2008 negara-negara penghasil minyak tersebut meminjam sejumlah dana dari lembaga keuangan internasional.16 Untuk memperjelas perkembangan negara-negara OE pra dan pascakrisis global, perhatikan tabel berikut ini! Tabel 1 Pertumbuhan GDP
GDP(USD mn) Kuwait KSA UAE Qatar Oman Bahrain
2007 4.5% 2.0% 6.1% 26.8% 6.8% 8.4%
2008 5.5% 4.2% 5.1% 25.4% 12.8% 6.3%
2009 -4.8% 0.6% -2.5% 8.6% 3.6% 3.1%
2010 2.3% 3.8% 2.4% 16.0% 4.7% 4.0%
Sumber: International Monetary Fund
1. Kuwait Perekonomian Kuwait didominasi oleh sektor minyak. Cadangan minyak Kuwait diperkirakan sebesar 97,6 milyar barel. Angka tersebut menunjukkan 9% dari cadangan minyak dunia.17 Minyak dan gas memunyai kontribusi terbesar dalam GDP. Sebesar 43,3% dari GDP merupakan hasil produksi minyak dan gas alam. Di posisi kedua, sektor jasa menjadi bagian penting dari GDP Kuwait dengan persentase sebesar 17,1%.18 Pertumbuhan GDP Kuwait pada tahun 2009 merosot drastis hingga ke angka 4.8%. Hal ini bertolak belakang dengan tahun-tahun sebelumnya di mana pada tahun
2007 GDP Kuwait mencapai 4,5% dan pada tahun 2008 meningkat hingga mencapai Aminah Abotalaf, “Kuwait Economic Report” dalam Capital Standards (CSR), (Kuwait, 2011), hlm. 2. “Country Review: Kuwait 2001”, (Texas: CountryWatch.com, 2001), hlm. 21. 18 Aminah Abotalaf, op. cit., hlm. 5. 16 17
6 5,5%. Kemerosotan ekonomi Kuwait pada tahun 2009 disebabkan oleh menurunnya produksi minyak hingga ke titik 1,4% dari yang sebelumnya 3,3%. Selain itu, sektor non-minyak juga mengalami penurunan hingga mencapai 0,7%. Penurunan berbagai sektor perekonomian Kuwait didorong oleh keadaan global yang sedang menghadapi krisis.19 Pada tahun 2010, peningkatan di sektor minyak mencapai 1,9% dan nonminyak mencapai 2,6%. Penguatan sektor non-minyak menjadi strategi pemerintah
Kuwait untuk memperbaiki perekonomiannya dan mencegah kemerosotan ekonomi yang drastis akibat ketidakstabilan harga minyak dunia.20 2. Saudi Arabia Kingdom of Saudi Arabia (KSA) merupakan kerajaan terbesar di wilayah Teluk Persia. Wilayah KSA mengandung 25% dari jumlah seluruh minyak dunia. Oleh karena itu, KSA memunyai peranan yang dominan di dalam Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC).21
Perekonomian KSA ditentukan dengan produksi minyak yang dihasilkannya. Sebesar 52% penduduk KSA bermata pencaharian di bidang pertambangan minyak dan gas bumi. Sebesar 13, 9% bermata pencaharian di bidang jasa. Oleh karena itu, kesejahteraan masyarakatnya sangat ditentukan oleh kekayaan dan produksi minyak.22 Pada tahun 2006, pertumbuhan GDP KSA mencapai 3,2% dan menurun pada tahun 2007 hingga mencapai titik 2,0%. Peningkatan GDP terjadi secara signifikan pada tahun 2008. Pada tahun tersebut pertumbuhan GDP KSA sebesar 4,2%. Namun,
pada tahun 2009, pertumbuhan GDP KSA merosot sampai ke titik 0,6%.23 Kemerosotan ekonomi ini menjadi prioritas pemerintah KSA. Perbaikan perekonomian sepanjang tahun 2009 hingga 2010 membawa pertumbuhan GDP ke titik 3,8%.24
Ibid., hlm. 4. Ibid., hlm. 4. 21 “How Do We Measure Economic Freedom?” dalam heritage.org/index diakses pada tanggal 29 Mei 2012. 22 Faisal Hasan, dkk, “Saudi Arabia Economic”, (Saudi Arabia: Global Research , 2012), hlm. 6. 23 Faisal Hasan, dkk, op. cit., hlm. 3-4. 24 Ibid., hlm. 4. 19 20
7 3. Uni Emirat Arab Uni Emirat Arab (UEA) merupakan negara yang menempati peringkat ke-49 dari 117 negara dalam Human Development Index (HDI).25 Kemunculan UEA sebagai negara dengan pendapatan per kapita yang tinggi terjadi sejak penemuan sumber minyak di wilayahnya. Namun, tidak semua emirat di negara ini menjadi penghasil minyak dan gas alam. Abu Dhabi merupakan emirat terkaya dan terbesar yang menjadi penghasil minyak yang utama dan pendonor terbesar untuk biaya
pelaksanaan pemerintahan. Sedangkan Dubai merupakan emirat penghasil minyak terbesar kedua.26 Abu Dhabi dan Dubai menyumbang 80% dari jumlah pendapatan UEA. 27 Sementara itu, emirat lainnya, terutama yang berada di bagian utara tidak berkembang dengan baik. Hal ini menyebabkan koordinasi yang lemah di antara ke tujuh emirat di negara tersebut.28 Pada tahun 2004, GDP UEA mencapai US$105,2 milyar dengan pertumbuhan mencapai 8,2%.29 Pertumbuhan GDP pada periode 2006-2007 mencapai 8,9%.30 Pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh kuatnya sektor minyak dan gas alam.31 Namun, pertumbuhan ekonomi yang tinggi ini merosot drastis pasca terjadinya krisis global pada tahun 2008. Pada tahun 2009, GDP UEA berada pada 2,5%. UEA meningkatkan perekonomiannya secara perlahan hingga ke level 2,4% pada tahun 2010.32 B. Perekonomian Negara-negara DE di Kawasan Timur Tengah Negara-negara yang tergolong ke dalam DE di kawasan Timur Tengah antara lain Mesir, Yordania, Lebanon, Maroko, Suriah dan Tunisia. Dalam data yang dipublikasikan UNDP (United Nations Development Programme), kesenjangan pendapatan di antara negara-negara ini terlihat sangat jelas. Gini indeks menunjukkan bahwa Mesir mencapai titik 28,9; Yordania 36,4; Maroko 39,5; dan Tunisia 41,7.33 “Country Profile: United Arab Emirates 2007”, op.cit., hlm. 8. Ibid., hlm 8. 27 Ibid., hlm 8. 28 Ibid., hlm 8. 29 Ibid., hlm 9. 30 Ibid., hlm 9. 31 Ibid., hlm 9. 32 Aminah Abotalaf, op.cit., hlm. 3. 33 “Assessment of Rural Poverty: Near East and North Africa”, op. cit., hlm. 21. 25 26
8 Sedangkan jika melihat pada tingkat kemiskinan negara-negara tersebut, Human Poverty Index (HPI-1) yang dihitung oleh UNDP menunjukkan Mesir mencapai 31,7%; Yordania 8,5%; Lebanon 10,2%; Maroko 36,4%; dan Suriah 19,5%. 34 Untuk menggambarkan kondisi negara-negara DE di kawasan Timur Tengah, berikut ini adalah uraian singkat mengenai beberapa negara yang tergolong ke dalam DE. 1. Mesir Mesir merupakan salah satu negara yang terpadat di kawasan Timur Tengah. GDP per kapita Mesir pada tahun 2006 hanya sebesar US$1.724 dengan jumlah penduduk mencapai 74 juta. Standar pendapatan per kapita minimum yang digunakan untuk mengukur perekonomian negara adalah US$2.000. Oleh karena itu, Mesir diklasifikasikan oleh Bank Dunia ke dalam negara yang berpendapatan menengah ke bawah.35 Pertumbuhan GDP per kapita ini mengalami penurunan. Pada tahun 1980-an yang hanya berkisar 2,9%, kemudian menurun pada tahun 1990-an hingga ke titik
2,4% dan 2,5% pada tahun 2000-2006.36 Hal ini menyebabkan masyarakat Mesir belum mampu memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagian besar penduduk Mesir bermata pencarian di bidang pertanian. Oleh karena itu, sektor pertanian merupakan bagian penting dalam perekonomian Mesir. Sektor pertanian menyumbang sebesar 16-20% untuk GDP Mesir.37 Namun, sejak tahun 1990-an sektor privat muncul menjadi salah satu bagian terpenting dalam perekonomian Mesir. Hal ini disebabkan oleh adanya reformasi ekonomi yang dilakukan oleh Presiden Hosni Mubarak.38
Pada awal tahun 2000, sekitar 42% dari jumlah penduduk Mesir berada di bawah garis kemiskinan dengan ukuran pemenuhan kebutuhan pokok penduduk. 39 Tingkat kemiskinan di daerah pedesaan lebih tinggi daripada di perkotaan. Di daerah pedesaan, rumah tangga yang dipimpin oleh wanita lebih miskin jika dibandingkan dengan yang dipimpin oleh pria. Sementara itu, perbedaan tingkat kemiskinan antara rumah tangga yang dipimpin wanita dan pria dapat diabaikan.40 Ibid., hlm 22. Nicholas Minot, dkk, op. cit., hlm. 67. 36 Ibid. 37 Ibid. 38 Ibid. 39 Ibid., hlm. 75. 40 Ibid., hlm. 77. 34 35
9
2. Tunisia Perbaikan ekonomi Tunisia sudah berlangsung selama puluhan tahun. Walaupun tidak tergolong ke dalam pembangunan ekonomi yang berhasil, Tunisia mencatat kemajuan yang lebih baik jika dibandingkan dengan negara-negara tetangganya.
Pada tahun 2005, Tunisia memunyai pendapatan per kapita sebesar $2.713. Pendapatan ini meningkat hingga $3.720 pada tahun 2010. Pendapatan per kapita tersebut, sebagian besar berasal dari sektor pelayanan dan pertanian.41 Tunisia merupakan negara yang mengalami peningkatan yang signifikan dalam upaya pengurangan kemiskinan.42 Sejak tahun 1980, Tunisia mampu menurunkan tingkat kemiskinannya yang mencapai 40% pada tahun 1960 menjadi 11% pada tahun 1985 dan 4,1% pada awal tahun 2001.43 Tingkat penyebaran kemiskinan di Tunisia sama seperti di Mesir. Kemiskinan di daerah pedesaan lebih tinggi daripada di kawasan perkotaan dan wilayah metropolitan. Kemiskinan yang terjadi di pedesaaan karena mereka hidup dari hasil pertanian yang berasal dari lahan sempit yang dimilikinya. Sedangkan kemiskinan di perkotaan terjadi sebagai akibat dari kurangnya keahlian yang dimiliki oleh masyarakat.44 3. Maroko Maroko merupakan negara berpendapatan rendah dengan populasi mencapai
30 juta jiwa. Pendapatan per kapita Maroko hanya sebesar US$1.667. Sebesar 16% pendapatan Maroko berasal dari sektor pertanian.45 Walaupun memunyai pendapatan yang rendah, Maroko merupakan negara pertama di kawasan Timur Tengah yang memunyai kerjasama dengan Uni Eropa. Kerjasama Maroko dengan Uni Eropa tertuang dalam perjanjian Euro-Mediterranean Partnership (EMP) yang ditandatangani pada tahun 1996. Salah satu isi perjanjian tersebut adalah untuk mengurangi aktivitas industri Maroko mulai tahun 2000 Lahcen Achy, op. cit. hlm. 4. Nicholas Minot, dkk, op. cit., hlm. 112. 43 Ibid., hlm. 113-114. 44 Ibid., hlm. 115. 45 Ibid., hlm. 165. 41 42
10 sampai tahun 2012. Selain itu, Maroko juga mengadakan perdagangan bebas dengan Amerika Serikat.46 Dalam laporan Bank Dunia pada tahun 2001, satu dari empat orang penduduk di pedesaan Maroko mengalami kemiskinan. Di daerah perkotaan Maroko, satu dari sepuluh orang penduduk dinyatakan mengalami kemiskinan. Kemiskinan ini terpusat pada wilayah bagian tengah dan barat laut Maroko.47 Kemiskinan yang terjadi di wilayah pedesaan dan perkotaan melanda
kalangan yang berbeda. Di wilayah pedesaan, kemiskinan melanda 57% keluarga yang bertumpu pada sektor pertanian, 26% sektor jasa dan 13% sektor konstruksi. Sedangkan di wilayah perkotaan, kemiskinan melanda 58% keluarga yang bertumpu kepada kepala keluarga yang bekerja di bidang jasa.48 Kemiskinan tersebut terus mengalami peningkatan pasca implementasi perdagangan bebas dengan Amerika Serikat dan Uni Eropa. Liberalisasi perdagangan ini meningkatkan kemiskinan di tingkat pedesaan dari 28,3% menjadi 34,2%. Sementara itu, jika ditinjau secara keseluruhan, maka peningkatan kemiskinan di Maroko mencapai 2,5%.49 C. Kesenjangan Ekonomi antara Negara-negara OE dan DE di Kawasan Timur Tengah (2001-2010) Regional Timur Tengah mengandung 56% persediaan minyak dan 40% gas dunia, terutama di negara-negara penghasil minyak. Hal ini mendorong seluruh negara di dunia untuk menjaga perekonomian negara-negara pengekspor minyak di kawasan Timur Tengah agar tetap stabil. Oleh karena itu, bantuan keuangan yang diterima oleh
negara-negara pengekspor minyak ini, jauh lebih besar jika dibandingkan dengan negara-negara non-ekspor minyak di kawasan Timur Tengah.50 Kondisi ini membuat kesenjangan di antara negara-negara kawasn Timur Tengah menjadi semakin besar. Sampai tahun 2010, kawasan ini mengalami perbaikan kondisi dari krisis global. Pertumbuhan ekonominya meningkat dari 2,1% pada tahun
Ibid., hlm. 165. Ibid., hlm. 171. 48 Ibid., hlm., 172. 49 Ibid., hlm., 174. 50Zina Nimeh, “Economic Growth and Inequality in the Middle East: An Explanation of the Arab Spring?”, (Milano: ISPI, 2012), hlm. 1. 46 47
11 2009 mencapai 3,9% pada tahun 2010. Pertumbuhan ekonomi tersebut masih dikendalikan oleh negara-negara eksportir minyak.51 Negara-negara lainnya dan lembaga keuangan dunia masih menggunakan kebijakan yang sama, yaitu berfokus pada pertumbuhan ekonomi negara-negara eksportir minyak. Sedangkan negara-negara non-eksportir minyak diminta untuk memperbaiki kondisi ekonominya dengan meningkatkan persaingan.52 Berdasarkan data yang telah disampaikan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa pertumbuhan ekonomi negara-negara OE lebih cepat daripada negara-negara DE. Faktor-faktor yang memengaruhinya antara lain adalah kandungan sumber daya minyak yang dimiliki negara tersebut dan bantuan internasional yang lebih memprioritaskan negara-negara produsen minyak. Kandungan minyak yang dimiliki negara-negara OE mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya sehingga tingkat kemiskinan relatif lebih kecil. Sementara itu, negara-negara DE masih tergantung pada sektor-sektor tradisional, terutama pertanian. Oleh karena itu, pertumbuhan ekonomi negaranya lebih lambat dan masyarakatnya berpendapatan kecil dan tergolong ke dalam masyarakat miskin.
PENUTUP Negara-negara di kawasan Timur Tengah mengalami perbedaan kondisi ekonomi yang sangat mencolok. Hal ini terjadi di antara negara penghasil minyak dan negara yang tidak memunyai sumber daya minyak di wilayah. Negara-negara OE mampu membangun perekonomiannya dengan efektif karena hasil minyaknya yang
menjadi kebutuhan dunia. Sedangkan negara-negara DE tidak memunyai hasil alam berupa minyak dan masih mengandalkan sektor pertanian dan jasa. Pasca krisis global pada tahun 2008, semua negara di kawasan Timur Tengah mengalami kemerosotan ekonomi, termasuk negara-negara OE. Namun, bantuan internasional yang lebih berprioritas kepada negara-negara penghasil minyak dengan tujuan menjaga stabilitas harga minyak membuat negara-negara OE dapat membangun perekonomiannya dengan lebih cepat. Hal ini mengakibatkan kesejahteraan masyarakat di negara-negara OE lebih terjaga sedangkan di negara-negara DE kemiskinan semakin
meningkat. 51 52
Ibid., hlm. 2. Ibid.
12 Bantuan internasional yang khusus menangani permasalahan sektor pertanian telah diberikan kepada negara-negara anggota DE mampu membantu perekonomian. Namun, bantuan tersebut tidak mampu membangun kesejahteraan masyarakat secara signifikan seperti yang dilakukan negara-negara OE.
DAFTAR PUSTAKA Abotalaf, Aminah. 2011. Kuwait Economic Report. Kuwait: CSR. Achy, Lahcen. 2011. Tunisia’s Economic Challenges. Washington, D.C: Carnegie Endowment for International Peace Publications Department. Ali, Ali Abdel Gadir. 2003. Globalization and Inequality in the Arab Region. Kuwait: Arab Planning Institute. Anonim. 2001. Country Review: Kuwait 2001. Texas: CountryWatch.com. Anonim. 2003. Assessment of Rural Poverty: Near East and North Africa. Rome: Tipografia Palombi & Lanci.
Anonim. 2007. Country Profile: United Arab Emirates (UAE). USA: Library of Congress-Federal Research Division. Anonim. 2008. World of Work Report 2008: Income Inequalities in the Age of Financial Globalization. Switzerland: International Labour Office. Anonim.
2012.
“How
Do
We
Measure
Economic
Freedom?”
dalam
heritage.org/index, diakses pada 29 Mei 2012. Breisinger, Clemen dan Olivier Ecker & Perrihan Al-Riffai. 2011. Economics of the Arab Awakening: From Revolution to Transformation and Food Security. Washington, DC.: IFPRI. Hasan, Faisal, dkk. 2012. Saudi Arabia Economic. Saudi Arabia: Global Research . Henninger, Norbert. 1998. Mapping and Geographic Analysis of Human Welfare and Poverty: Review And Assessment. Washington, D.C.: World Resources Institute Minot, Nicholas dkk. 2010. Trade Liberalization and Poverty in the Middle East and North Africa. Washington, DC.: IFPRI. Nimeh, Zina. 2012. Economic Growth and Inequality in the Middle East: An
Explanation of the Arab Spring?. Milano: ISPI. Shirima, Ludovick Leon. 2009. Alleviating Poverty Through Innovation and Entrepreneurship (I&E). Gainesville: University of Florida.