Kerangka Berpikir
Kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-
pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi
pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya.
Untuk mendapatkan sebuah kerangka berpikir akan suatu hal bukan
sesuatu yang mudah, diperlukan suatu pemikiran yang mendalam, tidak
menyimpulkan hanya dari fakta yang dapat terindra, atau hanya dari sekedar
informasi-informasi yang terpenggal. Selain itu diperlukan sebuah pemikiran
yang cerdas dan mustanir (cemerlang) akan setiap maqlumat tsabiqah
(informasi ) yang dimilikinya dan berupaya dengan keras menyimpulkan
sesuatu kesimpulan yang memunculkan keyakinan.
Kemudian bagaimana mengetahui kita telah memiliki kerangka berpikir?
Kerangka berpikir adalah pemahaman yang paling mendasar yang mendukung
pemahaman selanjutnya. Suatu tolak ukur yang paling mudah adalah apakah
kita telah memahami pemahaman yang paling mendasar tersebut, atau
pertanyaan sebelum itu, apakah kita telah mengetahui pemahaman apa yang
mendasari pemahaman-pemahaman selanjutnya. Harus diingat kerangka berpikir
pada dasarnya adalah sebuah pemahaman, layaknya sebuah pemahaman maka
pemahaman tersebut dapat salah, kurang, atau tidak sempurna. Ini penting
karena kadang terdapat orang-orang yang memiliki kerangka berpikir yang
salah yang pada akhirnya melahirkan kesimpulan-kesimpulan yang salah pula.
Sebuah kerangka berpikir yang salah konsekuensinya akan semakin besar
dibandingkan pemahaman yang salah, karena kerangka berpikir biasanya akan
membentuk pola sikap dan pola pikir bagi yang memiliki kerangka berpikir
tersebut. Oleh karena itu kadang-kadang banyak orang memulai 'belajar'
untuk menciptakan kerangka berpikir tersebut justru pada saat dia telah
bekerja, karena pada saat bekerja dia bertemu fakta permasalahan secara
langsung, dia coba kaitkan dengan teori-teori yang pernah dia pahami,
kemudian dari beberapa kali usahanya menyelesaikan permasalahan-
permasalahan tersebut barulah dia mendapatkan pemahaman. Dari pemahaman-
pemahaman yang didapatnya itu dia akan memikirkan sebenarnya apa yang
mendasari permasalahan-permasalahan tersebut, maka terbentuklah kerangka
berpikir dia mengenai permasalahan tersebut.
eecho.wordpress.com/2008/10/.../apa-itu-kerangka-berpikir/
Kerangka berpikir adalah pola pikir yang diterapkan untuk mendapatkan
gambaran / fokus perhatian sebuah penelitian.
Hasil dari kerangka berfikir, meliputi :
1. Perumusan masalah.
2. Latar belakang masalah
3. Pendekatan terhadap masalah.
4. Cara mengatasi masalah.
5. Langkah - langkah yang ditempuh dalam mengatasi masalah.
6. Hipotesa diajukan jika sudah ditetapkan akar masalah dan cara pengatasan
masalah.
7. Desain penelitian : metode dan cara pengumpulan data yang akan dilakukan
untuk mendukung hepotesa yang diajukan.
8. Teknik pengolahan data disesuaikan dengan pendekatan yang dilakukan.
9. Penarikan kesimpulan harus tetap konsisten dengan apa yang tertera /
tercantum dalam data, inkonsistensi penarikan kesimpulan akan
menghasilkan antithesa alias "penelitian
amburadul".http://id.answers.yahoo.com/question
Kesalahan-Kesalahan dalam Pembentukan Kerangka Berfikir
Kerangka berpikir sebenarnya dibuat untuk menghindari kesalahan-
kesalahan dalam berargumentasi (fallacy). Beberapa contoh kesalahan ini
antara lain:
a) "Inconsistent" sikap yang membenarkan semua pendapat yang pada
kenyataannya jelas-jelas berbeda.
b) "Incomprehensive" Pengetahuan yang partial terhadap hal-hal tertentu
akan menyebabkan kesalahan dalam mengambil kesimpulan.
c) "Out-of-context"(kadaluarsa) pengetahuan yg diambil harus dikaji
terlebih dahulu / disesuaikan dagn masa sekarang sebelum mengambil
kesimpulan
d) "Generalization" Ini serupa dengan pepatah "Karena nila setitik rusak
susu sebelanga". Tidak mengambil kesimpulan dari suatu sampel yg tidak
jelas/tdk random
e) "Double-standard" Si A yang beragama Kristen bilang "Islam adalah agama
palsu karena Nabinya berpoligami". Seharusnya si A tahu bahwa Nabi-nabi
yang diakui dalam agamanya sendiri berpoligami. Atau si B yang mengutuk
pembunuhan orang-orang tak bersalah sebagai perbuatan terorisme, tapi di
lain waktu si B tidak mengutuk pembunuhan serupa malah melabelnya sebagai
"collateral damage". Dengan menggunakan standard yang sama, pembunuhan
orang-orang tak bersalah akan selalu dikutuk sebagai tindakan terorisme,
tidak peduli siapa korban dan siapa pelakunya.
f) "Straw-man" menyerang argument yang sudah diubah bentuknya (biasanya
dicampur "half-truth" atau "twisted-truth"). Misalnya si A menuduh "Al
Qur'an merendahkan status wanita di bawah status laki-laki". Meskipun
dalam Qur'an disebutkan "Laki-laki adalah pelindung/pemimpin kaum wanita"
ini tidak berarti di dalam Islam status wanita itu lebih rendah dari
status laki-laki karena masing-masing memiliki role yang berbeda dalam
pandangan Allah SWT.
g) "Red-herring" mengalihkan subject sehingga bukan membahas argument yang
tengah didiskusikan, tapi argument lainnya. Misalnya, ketika si A ditanya
tentang kontradiksi di dalam Bible, bukannya menjawab pertanyaan tsb, si
A malah membawa tuduhan banyaknya kontradiksi di dalam Qur'an.
h) "Appeal to authority" Si A bilang ke si B "Argument anda pasti salah
karena berlawanan dengan pendapat seorang professor yang ahli dalam
bidang ini". Si A sudah men-shut-off the discussion hanya dengan merefer
ke authority yang dipercayainya, tanpa menjelaskan argument si professor
yang disebutnya tadi.
i) "Ad-hominem" (argument to the man): bukan argumentnya yang dibahas, tapi
yang diserang adalah pribadi lawan debat yang tidak berhubungan dengan
argument yang didebatkan. Misalnya, "Pendapat si A itu sudah pasti salah
karena si A itu tidak pernah sekolah di pesantren", atau "Ah, pendapat si
B yang playboy kayak gitu kok dibahas!". Padahal logis tidaknya suatu
argument tidak bisa ditentukan dari pribadi orang yang berargument. Dalam
beargumentasi, yang harus dilihat adalah argumentnya, jangan diserang
orangnya. http://www.acehforum.or.id/kerangka-berpikir
Kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai factor yang telah diidentifikasi sebagai
masalah yang penting (Sekaran, 1992). Kerangka berfikir harus menjelaskan
pertautan secara teoritis antar variabel yang akan diteliti. Jadi harus
dijelaskan hubungan antara variabel independent dan variabel dependen, dan
jika ada kedudukan variabel moderator dan intervening dalam penelitian.
Kerangka berfikir perlu dikemukakan apabila dalam penelitian tersebut
berkenaan dua variable atau lebih.
Kriteria utama agar suatu kerangka pemikiran dapat meyakinkan sesama
ilmuwan adalah alur pikiran yang logis dalam membangun suatu kerangka
berfikir yang membuahkan kesimpulan berupa hipotesis.
Kerangka berfikir yang baik adalah:
1. Variabel-variabel yang diteliti harus jelas
2. Diskusi dalam kerangka berfikir harus menjelaskan hubungan/pertautan
antar variabel yang diteliti dan teori yang mendasari
3. Diskusi harus dapat menunjukkan dan menjelaskan apakah hubungan antar
variabel itu positif atau negative, berbentuk simetris, kausal, atau
interaktif (timbale balik)
4. Kerangka berfikir tersebut dinyatakan dalam diagram (paradigma
penelitian), sehingga mudah dipahami.
Proses Kerangka Berfikir untuk Merumuskan Hipotesis:
Kerangka pikir merupakan inti sari dari teori yang telah dikembangkan
yang dapat mendasari perumusan hipotesis. Teori yang telah dikembangkan
dalam rangka memberi jawaban terhadap pendekatan pemecahan masalah yang
menyatakan hubungan antar variabel berdasarkan pembahasan teoritis.
Perlu dijelaskan bahwa tidak semua penelitian memiliki kerangka pikir.
Kerangka pikir pada umumnya hanya dipruntukkan pada jenis penelitian
kuantatif. Untuk penelitian kualitatif kerangka berpikirnya terletak pada
kasus yang selama ini dilihat atau diamati secara langsung oleh penulis.
Sedangkan untuk penelitian tindakan kerangka berpikirnya terletak pada
refleksi, baik pada peneliti maupun pada partisipan. Hanya dengan kerangka
berpikir yang tajam yang dapat digunakan untuk menurunkan hipotesis.
Pada proposal penelitian kajian teoritik secara analisis dan konklusif
harus membuahkan premis-premis bagi penelitian yang menganut model
hipotesis deduktif. Pada kerangka berpikir tersebut, peneliti mengajukan
argumentasi ilmiah yang mengarah pada jawaban permasalahan secara deduktif.
Kerangka berpikir mengarah pada perumusan hipotesis. Oleh karena itu
kerangka berpikir disusun untuk setiap rumusan hipotesis. Untuk memperjelas
uraian perlu digambarkan kerangka berpikir tersebut pada suatu model
sehingga alur pikir peneliti dapat dengan mudah dipahami pembaca.
Hubungan Landasan Teori dan Kerangka Berpikir
Deskripsi/Landasan Teori : merupakan uraian sistematis tentang teori dan
hasil-hasil penelitian yang relevan dengan variabel yang diteliti. Paling
tidak berisi tentang penjelasan terhadap variabel-variabel yang diteliti,
melalui pendefinisian, dan uraian yang lengkap dan mendalam dari berbagai
referensi yang relevan.
Dari penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa landasan teori dan
kerangka berpikir saling berkaitan. Sebab dalam kerangka berpikir berisi
variabel-variabel yang harus diteliti, dan landasan berpikir berisi
penjelasan tentang variabel penelitian. Jika keduanya tidak selaras, maka
penelitian yang dilakukan akan menghasilkan hasil yang kurang / tidak
valid, karena variabel yang diteliti dan penjelasannya tidak relevan satu
sama lain.
Landasan Teori
Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkap konsep,
definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Jadi teori memuat:
Konsep
Definisi
Proposisi
Secara umum Fungsi Dari Teori adalah untuk:
1. Menjelaskan (explanation) ruang lingkup variable-variabel yang akan
diteliti.
2. Meramalkan (prediction), yaitu menyusun hipotesis dan menyusun
instrumen penelitian
3. Pengendalian (control), yaitu membahas hasil penelitian dan memberikan
saran.
Deskripsi Teori
Dalam penelitian, dekripsi teori merupakan uraian yang sistematis tentang
teori dan hasil penelitian yang relevan dengan variable yang diteliti. Bila
dalam suatu penelitian terdapat tiga variabel independent dan satu variable
dependen maka kelompok teori yang perlu dideskripsikan ada empat kelompok
teori.
Contoh judul penelitian: Pengaruh Tingkat IQ, motivasi orang tua, dan
lingkungan belajar terhadap Kesuksesan anak didik dalam menyelesaikan tugas
akhir. Maka kelompok teori yang harus dideskripsikan adalah tingkat IQ,
motivasi, lingkungan belajar, dan tingkat kesuksesan menyelesaikan tugas
akhir. Juga harus dideskripsikan tentang hubungan variable independent
dengan variable dependen.
Langkah-langkah dalam melakukan pendeskripsian teori:
1. Tetapkan variable yang akan diteliti
2. Cari sumber bacaan
3. Lihat daftar isi, cari dan pilih topic yang relevan dengan variable
yang diteliti
4. Cari definisi setiap variable, bandingkan antara sumber yang satu
dengan sumber yang lain. Pilih definisi yang paling sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan atau membuat kesimpulan dari beberapa
definisi.
5. Baca seluruh isi topic sesuai variable yang akan diteliti
6. Deskripsikan teori-teori yang telah dibaca dengan bahasa sendiri.
Sumber yang dikutip harus dicantumkan. ab-fisip-upnyk.com
Teknik Pengutipan Landasan Teori
Teori yang ditulis orang lain atau temuan penelitian orang lain yang
dikutip harus disebut sumbernya untuk menghindari tuduhan sebagai pencuru
karya orang lain tanpa menyebut sumbernya. Etika ilmiah tidak membenarkan
seseorang melakukan pencurian karya orang lain. Cara mengutip karya atau
sumber tertulis itu sebagai berikut.
A. Kutipan Langsung, ada dua macam, yaitu :
a. Kutipan langsung yang terdiri atas tidak lebih dari 3 baris tau tidak
lebih dari 40 kata ditempatkan didalam paragraf sebagaimana baris yang
lain, tetapi diapit oleh tanda petik dua ("…") yang dimulai atau
ditutup dengan identitas rujukan. Contoh : Tolla (1996:89) menegaskan
"Metode CBSA dalam pengajaran bahasa berdasarkan pendekatan
komunikatif seharusnya berbeda denga metode CBSA dalam bidang studi
yang lain."
Cara yang lain adalah "Metode CBSA dalam pengajaran bahasa berdasarkan
pendekatan komunikatif seharusnya berbeda denga metode CBSA dalam
bidang studi yang lain." (Tolla, 1996:89).
b. Kutipan langsung yang terdiri atas lebih dari 3 baris atau lebih dari
40 kata diketik dalam paragraf tersendiri dengan spasi tunggal yang
didahului dan ditutup dengan tanda petik dua ("…") dan dimulai pada
ketukan ketujuh. Contoh : "Perihal perbedaan metode CBSA dalam
pengajaran bahasa harus diwarnai oleh aktivitas berbahasa secara
dinamis dan kreatif. Keaktifan secara intelektual tanpa disertai
dengan keaktifan verbal tidak dapat dikatakan CBSA dalam pengajaran
bahasa karena hakikat bahasa adalah tuturan lisan yang kemudian
dikembangkan menjadi aturan lisan dan tulisan. Oleh karena itu, CBSA
dalam pengajaran bahasa harus dimuati dengan kreativitas berbahasa
sehingga nama yang poaling tepat adalah CBSA Komunikatif."
B. Kutipan Tidak Langsung
Kutipan tidak langsung umumnya tampil bervariasi; bergantung kepada gaya
bahasa penulis. Contoh: Tolla (1996) mengemukakan bahwa metode CBSA dalam
pengajaran perlu dibedakan dengan metode CBSA dalam bidang studi yang lain
kerena pengajaran bahasa mempunyai karakteristik khusus yang berbeda dengan
bidang studi yang lain. Cara Lain : Penerapan metode CBSA dalam pengajaran
bahasa harus dibedakan dengan penerapannya dalam budang studi yang lain
dengan alasan bahwa karakteristik pengajaran bahasa adalah penggunaan
bahasa secara dinamis dan kreatif (Tolla, 1996).
Langkah-Langkah Menentukan Landasan Teori untuk Bahan Proposal
Untuk melakukan pencarian informasi diperlukan langkah-langkah berikut ini:
1. Mendaftar semua variable yang perlu diteliti.
2. Mencari setiap variable pada "subject encyclopedia".
3. Memilih deskripsi bahan-bahan yang diperlukan dari sumber-sumber yang
tersedia.
4. Memeriksa indeks yang memuat variable-variabel dan topik masalah yang
diteliti.
5. Selanjutnya yang menjadi lebih khusus adalah mencari artikel-artikel,
buku-buku, dan biografi yang sangat membantu untuk mendapatkan bahan-
bahan yang relevan dengan masalah yang diteliti.
6. Setelah informasi yang relevan ditemukan, peneliti kemudian "mereview"
dan menyusun bahan pustaka sesuai dengan urutan kepentingan dab
relevansinya dengan masalah yang sedang diteliti.
7. Bahan-bahan informasi yang diperoleh kemudian dibaca, dicatat, diatur,
dan ditulis kembali. Untuk keperluan ini biasanya peneliti dapat
menggunakan dua macam kartu, yaitu kartu bibliografi (bibliography card)
dan kartu catatan (content card). Agar dapat dibedakan, kedua kartu
tersebut dapat berbeda wamanya. Kartu bibliografi dibuat untuk mencatat
keterangan tentang judul buku, majalah , surat kabar, dan jurnal. Catatan
pada kartu bibliografi berisikan nama pengarang, judul buku, penerbit,
dan tahun penerbitannya. Sedangkan pada kartu catatan atau content card,
peneliti dapat menulis kutipan (quotation) dari tulisan tertentu,
saduran, ringkasan, tanggapan atau komentar peneliti terhadap apa yang
telah dibaca.
8. Dalam langkah terakhir, peneliti menyusun dan menuliskan kembali
informasi-informasi tersebut dalam bentuk essay. Tulisan ini nantinya
akan dimasukkan di proposal penelitian.
Sumber Landasan Teori
Beberapa sumber kepustakaan yang biasanya ada di perpustakaan perguruan
tinggi adalah:
1. Ensiklopedi, yang merupakan sumber referensi yang lengkap. Bila akan
mencari informasi tentang suatu topik tertentu, peneliti dapat membaca
ensiklopedi umum (general encyclopedia); sedang untuk yang lebih
khusus dapat dicari dalam subject encyclopedia.
2. Buku-buku teks dan referensi, yang berisikan pengetahuan tentang
berbagai bidang studi.
3. Direktori dan buku pegangan, yang memuat alamat dan data lainnya serta
pedoman untuk mengerjakan sesuatu.
4. Laporan hasil-hasil penelitian, yang merupakan hasil penelitian baru
atau merupakan kelanjutan penelitian sebelumnya.
5. Tesis, skripsi dan disertasi, yang merupakan karya tulis yang biasanya
berkaitan dengan suatu penelitian atau penemuan baru.
6. Abstrak, yang memuat ringkasan karangan, tesis, dan disertasi.
7. Majalah, jurnal dan surat kabar, yang memuat artikel-artikel yang
relevan dengan masalah.
8. Biografi, yang memuat data perorangan antara lain nama, tempat dan
tanggal lahir, pendidikan, dsb.
9. Indeks, yang memuat daftar karya tulis yang disusun secara alfabetis.
Menurut Sutrisno Hadi (1991) ada tiga pedoman untuk pemilihan daftar
pustaka yaitu: relevansi, kemutakhiran dan adekuasi.
Yang dimaksud dengan relevansi adalah keterkaitan atau kegayutan yang
erat dengan masalah penelitian.
Kemutakhiran adalah sumber-sumber pustaka yang terbaru untuk
menghindari teori-teori atau bahasan yang sudah kadaluwarsa. (Namun untuk
penelitian histories, masih diperlukan sumber bacaan yang sudah "lama").
Sumber bacaan yang telah "lama" mungkin memuat teori-teori atau konsep-
konsep yang sudah tidak berlaku karena kebenarannya telah dibantah oleh
teori yang lebih baru atau hasil penelitian yang lebih mutakhir.
Di samping sumber itu harus mutakhir, juga harus relevan bagi masalah
yang sedang digarap. Jadi, hendaklah dipilih sumbersumber yang berkaitan
langsung dengan masalah yang sedang diteliti, dan inilah yang dimaksud
dengan adekuasi.
Secara garis besar sumber bacaan dapat dibedakan menjadi dua yaitu:
a). Sumber Acuan Umum
Kelompok (a) berwujud teori dan konsep, biasanya terdapat dalam buku-buku
teks, ensiklopedia, monografi dan sejenisnya.
b). Sumber Acuan Khusus
Kelompok (b) yang merupakan sumber acuan khusus berupa hasil-hasil
penelitian terdahulu yang dapat ditemukan dalam jurnal, bulletin
penelitian, tesis dan disertasi.
Masalah penulisan dapat ditemukan dari beberapa sumber, yaitu dari
pengalaman sendiri, dari teori-teori yang perlu diuji kebenarannya dan dari
bahanbahan pustaka. Setelah masalah penelitian ditemukan, seorang peneliti
perlu melakukan suatu kegiatan yang menyangkut pengkajian bahan-bahan
tertulis yang merupakan sumber acuan untuk penelitiannya.
Landasan Teori dapat diperoleh dari buku-buku ilmiah, laporan penelitian,
karangan-karangan ilmiah, tesis dan disertasi, peraturan-peraturan,
ketetapan-ketetapan, buku tahunan, ensiklopedia, dan sumber-sumber tertulis
baik tercetak maupun elektronik lain.
Hambatan dalam menemukan Landasan Teori :
Studi kepustakaan tidak selalu "mulus" pelaksanaannya. Beberapa hambatan
umum yang sering menyebabkan ketidak lancaran kegiatan ini antara lain:
1. Kurangnya buku atau sumber kepustakaan lain, terutama yang bersifat
ilmiah. Sampai saat ini masih terasa sangat kurang bahan kepustakaan
ilmiah di Indonesia. Demikian pula bahan kepustakaan ilmiah dari luar
negeri juga sulit diperoleh. Hal ini mungkin disebabkan belum
berkembangnya system dokumentasi, tidak adanya atau kurangnya komunikasi
ilimiah antara peneliti, atau mahalnya biaya kirim atau perizinan, serta
hal-hal birokratis lain yang menghambat pemanfaatan informasi ilmiah.
2. Kelemahan peneliti untuk memahami tulisan-tulisan dalam bahasa asing,
terutama bahasa Inggris. Ketidakmampuan membaca buku referensi dalam
bahasa asing menyebabkan peneliti tidak dapat memanfaatkan informasi
ilmiah dari luar negeri. Penguasaan bahasa asing, terutama bahasa
Inggris, akan sangat membantu peneliti untuk mengikuti perkembangan
informasi ilmiah. Hasil-hasil penelitian dan teori-teori yang sudah
dikembangkan dan tertulis dalam bahasa Inggris tidak dimanfaatkan oleh
peneliti yang mau memperdalam pengetahuan yang relevan dengan bidangnya
bila dia tidak mampu membaca bahasa asing.
3. Rendahnya minat pada banyak peneliti untuk membaca tulisan ilmiah untuk
dapat mengikuti perkembangan ilmu di bidangnya masing-masing.
Kelihatannya kegemaran membaca karya ilmiah masih perlu digalakkan agar
peneliti selalu dapat mengikuti perkembangan ilmu yang ada.
Untuk mengurangi hambatan pertama di atas peneliti dapat menghubungi
lembaga lain atau koleganya untuk saling menukar informasi dan meminjam
buku-buku ilmiah yang baru. Selain dari itu, usaha menerjemahkan buku-buku
berbahasa asing, terutama yang berbahasa Inggris, perlu digalakkan dan
ditangani dengan sungguh-sungguh.
--------------------------------------------------------------------------
-------------
Di edit & posting ulang oleh Andy Saiful Musthofa, dalam :
https://saifedia.blogspot.co.id/2018/01/definisi-keragka-berpikir-
dalam.html
RUMUSAN MASALAH
1. Apakah landasan teori harus berasal dari sumber tertulis?
2. Mengapa dalam pembuatan proposal penelitian diperlukan kerangka
berfikir? Dan bagaimana jika tidak ditulis kerangka berfikirnya?
3. Bagaimana jika dalam pembuatan proposal penelitian terdapat lebih dari
satu kerangka berfikir?
4. Bagaimana cara membedakan kerangka berfikir dengan opini?
5. Bagaimana cara membuat kerangka berfikir yang baik?
6. Bagaimana cara memilih teori yang relevan dengan penelitian yang
dilakukan?
7. Jika suatu landasan teori sangat sulit diperoleh, sedangkan dalam
proposal penelitian sangat dibutuhkan. Apa ada hal-hal lain yang mungkin
bisa dijadikan pedoman / bahan untuk memperoleh landasan teori?
8. Apa hubungan antara landasan teori dengan kerangka berfikir? Apakah
harus selaras antara keduanya?