Imam Munawwir, Asas-Asas Kepemimpinan Dalam Islam, (Surabaya : Usaha Nasional,t.th), Hlm.146-147
Ibid hlm.148
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2010), Hlm.19
Ibid
Fuad Hashem, Sirah Muhammad Rasulullah, (Bandung : Mizan, 1996), hlm.111
W. Montgomery Watt, Islamic Political Thought, (Edinburg : Edinburg University Press, 1968) hlm.3
Nurcholish Madjid, Kaki Langit Peradaban Islam, (Jakarta : Paramadina, 1997), hlm.34
Badri yatim, Sejarah Peradaban Islam, hlm.26
William E. Phipps, Muhammad & ISA : Telaah Krisis Atas Risalah dan Sosoknya Ter Ilyas Hasan, ( Bandung : Mizan, 1998) Hlm. 81-83
M. Fetullah Gullen, Kehidupan Rasul Allah Muhammad,Ter Tri Wibowo, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2002), Hlm.280
H.A.R Gibb, Mohammedanism, (Oxford : Oxford University Press, 1968), Hlm.20-21
M. Fetullah Gullen, Kehidupan Rasul Allah Muhammad, Hlm 277
Ibid Hlm. 290
E.K. Imam Munawir, Asas-asas Kepemimpinan dalam Islam, hlm. 195
Ibid hal.199
16
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pemimpin adalah pengemban amanat yang memiliki tanggung jawab yang besar terhadap orang-orang yang dipimpinnya. Selain memiliki jiwa kepemimpinan yang tegas dan berani, pemimpin juga harus memiliki kepribadian yang baik serta perilaku yang terpuji untuk menjadi contoh teladan bagi orang-orang disekelilingnya.
Dalam islam, kita memiliki contoh yang sangat luar biasa, beliau adalah baginda Rasulullah SAW. Namun tidak hanya untuk umat muslim sendiri, kesuksesan Muhammad memimpin diberbagai bidang menobatkan ia menjadi menjadi contoh pemimpin yang berhasil dimata dunia. Muhammad terkenal sebagai seorang yang memiliki moral terpuji dan bijaksana, sehingga ia dipercaya sebagai problem solver di dalam setiap masalah yang ada.
Banyak hal yang dapat diambil pelajaran dari diri Muhammad SAW. Tekadnya yang kuat dalam membela agama Allah, serta cobaan dan perjuangan yang sangat berat menjadikan Rasulullah lahir menjadi manusia yang unggul. Keberhasilannya menjadikan islam tersebar diseluruh jazirah Arab maupun diluar Arab, merupakan bukti kepemimpinan Rasulullah. Tidak hanya sebagai seorang Rasul saja,tetapi ia adalah seorang panglima perang dan juga kepala Negara.
Sejarah peradaban islam mencatat bagaimana ciri-ciri kepemimpinan Rasulullah, sikapnya dalam menghadapi berbagai masalah yang datang dan ketegasannya dalam mengambil keputusan. Ia juga mampu menumbuhkan kerjasama baik untuk umatnya sendiri ataupun umat lain. Ini terlihat ketika ia mengadakan perjanjian-perjanjian dengan pemimpin suku ataupun kepala negara negara.
Muhammad juga orang yang berani dan memiliki insiatif yang tinggi, kita bisa melihatnya saat beliau memimpin perang dan mencetuskan ide-ide yang bagus dalam menghadapi musuh. Muhammad juga orang yang sederhana dan tidak tergiur dengan keindahan harta tahta dan wanita. Ia hanya hidup untuk menegakkan agama Allah dan untuk kemaslahatan umatnya.
Hal-hal ini banyak yang bisa menjadi pelajaran yang dapat diambil setiap pemimpin didunia terutama pemimpin- pemimpin islam saat ini. Karena Islam bukanlah hanya ibadah semata, tetapi islam harus dibawa disetiap sendi kehidupan. Baik itu dalam politik, ekonomi, pendidikan, dan hal-hal lainnya.
Makalah ini akan membahas sejarah kehidupan Nabi Muhammad SAW sejak beliau lahir, saat remaja dan dewasa. Kehidupannya dimasa kerasulan, sikapnya dalam menghadapi suku Quraisy dan yang terutama tentang pencapaiannya sebagai pemimpin sesuai dengan judul makalah ini yaitu KEPEMPINAN PADA MASA NABI MUHAMMAD SAW.
Rumusan Masalah
Bagaimana Kriteria Pemimpin Di Dalam Islam ?
Bagaimana Kehidupan Rasulullah Saat Sebelum dan Setelah Menjadi Rasul ?
Bagaimana Ciri dan Keberhasilan Muhammad Sebagai Pemimpin Baik Sebagai Panglima Perang Maupun Sebagai Kepala Negara ?
BAB II
Kepemimpinan Dalam Islam
Karakteristik Pemimpin Dalam Islam
Kepemimpinan berarti sikap yang ada pada diri seseorang yang dapat mempengaruhi orang lain dalam suatu kelompok. Sedangkan pemimpin adalah yang bertindak sebagai orang yang memberi arahan kepada orang lain, membimbing dan memutuskan suatu hal untuk mencapai tujuan bersama. Seorang pemimpin haruslah dapat berkomunikasi dengan baik, memiliki tanggung jawab yang besar dan tentu saja harus dapat dipercaya. Selain itu pemimpin juga harus menjadi panutan didalam kelompoknya, ia harus dapat bekerja lebih keras dari orang lain dan memiliki perencanaan yang baik.
Islam berkeyakinan bahwa suatu kelompok masyarakat ataupun Negara akan aman dan tentram jika keadilan itu ditegakkan. Keadilan disini dimaksudkan tidak adanya perbedaan suku, golongan, warna kulit, agama, bahasa yang membuat jarak diantara masyarakat. Seorang pemimpin dituntut untuk berlaku adil dalam memimpin, harus tegas dalam bertindak dan tidak membeda-bedakan. Semua dasar-dasar kemanusiaan seperti toleransi, kemerdekaan, dan lain sebagainya dianggap akan berjalan jika dihidup dalam keadilan. Adil tidak mengenal hubungan apapun, dikatakan adil ketika pemimpin berpijak atas dasar kebenaran.
Di dalam Al-Qur'an sendiri Allah sering menyebut kata adil dalam firmannya. Salah satunya dalam surah An-Nisa ayat 135 yang berbunyi :
Artinya :
Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi Karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. jika ia Kaya ataupun miskin, Maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu Karena ingin menyimpang dari kebenaran. dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, Maka Sesungguhnya Allah adalah Maha mengetahui segala apa yang kamu kerjakan.
Dalam menghadapi banyak beraneka ragam persoalan, pemimpin haruslah bijaksana dalam mengambil keputusan. Jika ada persoalan dalam golongan, maka pemimpin harus menempatkan diri secara netral dan secara bijak menyelesaikan masalah tersebut. Keberanian, lincah dan cekatan seorang pemimpin itu perlu dalam mempertimbangkan situasi dan kondisi yang ada. Tidak boleh terlalu lambat maupun terlalu cepat dalam memutuskan tetapi harus ada skala prioritas dalan memecahkan persoalan.
Ada banyak hal lagi yang harus dimiliki seorang pemimpin, seperti berjiwa integrasi, berwibawa dan yang terpenting adalah lebih mementingkan kepentingan orang banyak ataupun umat daripada kepentingan golongannya sendiri. Jika kesemua hal ini dimiliki oleh seorang pemimpin Islam, maka keadilan yang disebutkan akan berjalan dengan baik.
Hal yang harus dilakukan pemimpin adalah berusaha untuk memiliki karakteristik ini, sehingga umat dengan sendirinya akan menghormatinya. Jika ini terjadi, setiap hal yang dilakukan seorang pemimpin untuk mengembangkan masyarakat akan dipatuhi karena pemimpin ini dianggap telah membuktikan integritasnya.
BAB III
Riwayat Hidup Nabi Muhammad SAW
Kehidupan Muhammad SAW
Rasulullah lahir pada tahun 574 M, pada saat itu juga disebut dengan tahun gajah, karena pasukan gajah yang dipimpin Abrahah dari negeri Habasyah datang untuk merobohkan Ka'bah. Namun rencana mereka ini digagalkan oleh Allah SWT dengan mengirimkan burung ababil yang menjatuhkan batu-batu yang mengandung wabah penyakit dan menimpa pasukan gajah.
Muhammad lahir dari pasangan bernama Abdullah bin Abdul Muthallib dan Aminah binti Wahab. Namun 2 bulan sebelum kelahiran Muhammad, ayahnya meninggal dunia dan menjadikan Muhammad seorang yatim. Pada saat ini bangsa arab memiliki tradisi untuk menyerahkan anak mereka kepada perempuan lain untuk disusui. Berdasarkan tradisi ini, kakek Muhammad yang bernama Abdul Mutthalib menyerahkan Muhammad kepada perempuan bernama Halimah Sa'diyah, setelah Muhammad berusia 4 tahun barulah Muhammad dikembalikan kepada ibunya.
Ketika Muhammad berusia 6 tahun, Aminah meninggal dunia dan setelah itu Muhammad diasuh oleh Ummu Aiman dan dipelihara kakeknya. Muhammad merupakan anggota Bani Hasyim yang saat itu merupakan kalangan suku Quraisy yang kurang berkuasa, Abdul Mutthalib merupakan seseorang yang cukup terkemuka di Arab. Abdul Muttalib sangat menyayangi cucunya tersebut. Setelah 2 tahun hidup bersama kakeknya, kakeknya pun meninggal dunia dan Muhammad diasuh oleh pamannya Abu Thalib yang merupakan ayah dari Ali.
Pada umurnya yang ke-13 Tahun, pamannya membawa Muhammad pergi ke negeri Syam. Saat itulah Muhammad bertemu dengan pendeta bernama Buhairah, yang dapat melihat tanda-tanda keistimewan Muhammad berdasarkan petunjuk dari Kristen. Pendeta ini berpesan kepada Abu Thalib untuk menjaga Muhammad baik-baik karena suatu saat dia akan menduduki kedudukan yang tinggi.
Kemudian diusianya yang ke-25 Tahun, Muhammad bersama saudagar wanita kaya raya bernama Khadijah yang juga merupakan seorang janda berdagang membawa barang dagangan mereka ke Syiria. Dalam perjalanan dagangan ini, Muhammad memperoleh laba yang besar. Saat kembali ke Mekkah, Muhammad dilamar oleh Khadijah dan Muhammad menerima lamaran tersebut. Khadijah saat itu berumur 40 tahun, dan dimulailah kehidupan rumah tangga Muhammad. Mereka dikaruniai 2 orang putra bernama Al-Qasim dan Abdullah, dan 4 orang perempuan bernama Zainab, Ruqayyah, Ummu Kaltsum dan Fatimah. Namun kedua orang putra Muhammad meninggal saat mereka masih kecil.
Masa Kerasulan Muhammad
Muhammad mencapai umur 40 Tahun saat diturunkannya wahyu pertama oleh Jibril di Gua Hira yang terletak beberapa kilometer dari kota Mekkah. Saat itu Muhammad lebih suka menyendiri dan mengasingkan diri dari masyarakat. Dia berada disana selama berjam-jam atau kadang berhari-hari untuk merenungkan alam ini. Tepat tanggal 17 Ramadhan Tahun 611 M, Jilbril menyampaikan wahyu allah pertama yaitu surah Al-'Alaq ayat 1-5 yang bunyi firmannya adalah
Artinya :
1. Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan,
2. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah.
3. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,
4. Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam
5. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
Seorang yang masyhur karena keluasan ilmunya tentang agama Samawi bernama Waraqah bin Naufal yang merupakan anak paman Khadijah diberitahu oleh Khadijah tentang hal yang terjadi kepada Muhammad. Ia mengatakan bahwa Malaikat agung yang telah datang kepada Musa dan kini datang kepada Muhammad adalah tanda bahwa Muhammad telah dipilih oleh Tuhan menjadi Nabi dari umat ini.
Setelah wahyu pertama itu datang, jilbril tidak muncul lagi untuk beberapa lama, sementara Nabi Muhammad menantikannya dan selalu datang ke Gua Hira. Dalam keadaan menanti itulah turun wahyu yang membawa perintah kepadanya. Wahyu itu berbunyi " Hai orang yang berkemul (berselimut), Bangunlah, lalu berilah peringatan! Dan Tuhanmu agungkanlah! Dan pakaianmu bersihkanlah, Dan perbuatan dosa tinggalkanlah, Dan janganlah kamu memberi (dengan maksud) memperoleh (balasan) yang lebih banyak. Dan untuk (memenuhi perintah) Tuhanmu, bersabarlah." (Al-Muddatstsir : 1-7).
Mulailah Muhammad berdakwah menyiarkan Islam kepada kaumnya, namun pertama-pertama beliau lakukan secara sembunyi-sembunyi. Orang pertama yang menerima ajakan Rasulullah adalah Abu Bakar yang merupakan sahabat kharibnya yang saat itu termasuk pemuka Quraisy yang cukup disegani. Dari kaum wanita, tentulah Khadijah yang merupakan istrinya dan pengasuhnya Ummu Aiman Kemudian Ali sepupunya yang saat itu masih berumur 10 tahun dan dari Sahaya ada Zaid bin Haritsah. Kemudian Abu bakar berhasil mengajak beberapa teman dekatnya seperti Usman bin Affan, Zubair bin Awwam, Abdurrahman bin Auf, Sa'ad bin Abi Waqqash, dan Thallah bin Ubaidillah, mereka dibawa langsung kepada Nabi dan masuk islam dihadapan nabi sendiri.
Setelah itu Muhammad mulai berdakwah secara terang-terangan, ia menyeru kepada seluruh lapisan masyarakat, dan disinilah Muhammad mulai menjadi musuh bagi kaumnya. Walaupun pengikut Muhammad bertambah banyak, tetapi musuhnya pun juga bertambah. Mereka melakukan perlawanan kepada nabi Muhammad dengan melemparinya dengan kotoran dan sebagainya. Namun Muhammad tetap sabar dalam berdakwah, sehingga mereka makin melancarkan usaha untuk menghentikan kegiatan dakwahnya. Ditambah lagi para pemimpin Quraisy mengira Muhammad berusaha untuk menjadikan kabilahnya menjadi penguasa di negeri itu.
Para pemimpin Quraisy menggunakan berbagai macam cara untuk menghentikan kegiatan dakwah Muhammad. Mereka meminta Abu Thalib untuk menghentikan Muhammad, namun Muhammad menolaknya. Kemudian mereka mengirim ahli retorika bernama Utbah Ibn Rabiah untuk membujuk Muhammad dan menawarkannya harta, wanita, dan tahta. Tetapi Muhammad bukanlah orang yang tertarik dengan ketiga hal tersebut, Muhammad murni berdakwah menyiarkan agama Islam untuk kemaslahatan umat manusia dan karena perintah Allah SWT, bukan untuk kepentingan pribadinya.
Gangguan-gangguan terus dilancarkan oleh suku Quraisy, mereka melakukan penyiksaan kepada kaum muslimin, maka Muhammad memutuskan hijrah ke Negeri Habasyah. Di negeri ini, kaum Quraisy telah mengutus seseorang untuk mengatakan kepada Raja untuk tidak menerima kaum muslimin dikarenakan mereka meninggalkan agama nenek moyangnya. Namun raja yang bijaksana ini bertanya kepada kepada kaum muslimin apa alasan mereka meninggalkan agama nenek moyangnya. Jawaban kaum muslimin kepada raja, membuatnya menangis dan percaya bahwa agama yang telah datang ini adalah berasal dari Tuhan sama seperti agama yang telah Isa bawa.
Dengan masuknya Hamzah dan Umar menjadikan umat Islam semakin kuat hingga Intimidasi kepada kaum muslimin pun semakin besar, kaum Quraisy melakukan pemboikotan kepada bani Hasyim. Pemboikotan ini mengakibatkan bani Hasyim kelaparan, kemiskinan dan kesengsaraan, hal ini dilakukan selama 3 tahun lamanya. Pemboikotan ini pun dihentikan, tetapi tidak lama setelah itu, pamannya Abu Thalib meninggal dunia. Tiga hari kemudian, istri Nabi Khadijah juga meninggal dunia. Hal ini merupakan kesedihan yang dialami Muhammad di Tahun ke 10 kenabiannya, tahun ini juga terjadi peristiwa Isra' Mikraj. Di Tahun ke 11 kenabian, Muhammad berdakwah di tempat pertemuan-pertemuan suku arab. Ditahun ke 12, beberapa orang dari Yastrib datang dan mereka pun beriman. Saat kembali ke Yastrib, mereka menyebarkan agama Islam disana sehingga banyaklah pengikut Muhammad disana.
Kaum Quraisy mendengar tentang orang-orang dari suku Yastrib dan melancarkan intimidasi terhadap kaum muslim. Untuk itu, kaum muslim akhirnya hijrah ke Yastrib dan meninggalkan Mekkah. Hanya Ali dan Abu Bakar yang tetap di Mekkah menemani Nabi. Beberapa saat kemudian mereka pun hijrah ke Yastrib karena ada rencana dari membunuh Muhammad. Dalam perjalanannya ia ditemani dengan Abu Bakar, mereka menginap di rumah Kalsum bin Hindun. Dihalaman rumah ini, nabi Membangun Mesjid. Inilah mesjid yang pertama dibangun oleh nabi, kemudian datanglah Ali bergabung dengan mereka dan mereka pergi ke Yastrib.
BAB IV
Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW
Kepemimpinan Muhammad SAW
Dalam kisah peletakan batu hitam saat pembangunan kembali kabah terjadi perselisihan antara klan Quraisy. Klan abdu dar merasa paling berhak meletakkannya dan menolak campur tangan klan lain. Dalam suasana panas ini, secara kebetulan Muhammad muncul dan orang-orang meminta pemecahan. Keputusan Muhammad sungguh mengesankan. Ia merentangkan selendangnya ke dekat batu hitam kemerahan itu. Dengan hati-hati ia tunduk, mengangkat batu itu diatas kain dan menyuruh masing-masing klan memegang ujung kain itu. Mereka merasa lega dengan keputusan ini, ketegangan lenyap dan Muhammad mendapat gelar Al-amin.
Hal ini menjadi catatan sejarah, diusianya yang ke-35 sebelum masa kerasulan, ia sudah dipercaya untuk menjadi penengah layaknya seorang pemimpin dan dapat menyelesaikan masalah ini secara tepat dan sederhana namun dapat diterima oleh orang lain. Kebijaksaan ini menjadi poin penting awal bukti kepemimpinan Muhammad yang dalam beberapa tahun kemudian menjadikan Muhammad sebagai Pemimpin untuk umatnya.
Muhammad hijrah atau migrasi ke Madinah pada tahun 622 merupakan awal dari aktifitas politiknya. Dia tidak secara tiba-tiba mendapatkan kekuatan politik yang besar, namun hal itu terjadi secara berangsur-angsur. Perjanjian yang ia buat untuk penduduk madinah mengartikan bahwa dimulainya politik baru dan dalam pokok-pokok isinya meliputi bidang-bidang untuk mencapai keberhasilan politik yang berlandaskan Al-Qur'an.
Isi perjanjian itu sering disebut sebagai "The Constitution of Medina" atau Konstitusi Madinah. Yang isinya adalah dalam rangka untuk memperkokoh masyarakat, hal ini menjadikan Muhammad yang seorang rasul secara otomatis adalah seorang kepala Negara. Muhammad adalah pemimpin untuk urusan agama sekaligus untuk urusan kenegaraan.
Dasar pertama dalam perjanjian ini adalah pembangunan mesjid, mesjid saat itu adalah tempat peradaban, bukan hanya untuk shalat, tetapi seluruh aktifitas kehidupan berpusat dimesjid. Nabi Muhammad SAW menjadikan mesjid sebagai tempat beliau berdakwah, pengajaran militer, diplomasi, tempat musyawarah majelis. Semula Madinah adalah bernama Yastrib, namun Muhammad mengubah nama kota itu menjadi "Al- Madinah" yang artinya ialah kota. Dibalik nama itu ada makna dan tujuan yang amat penting. Perkataan bahasa arab "Madinah" secara etismologi berarti "tempat peradaban" sehingga "peradaban" sendiri dalam bahasa arab juga disebut "Madaniyah". Jadi penggantian nama Yastrib oleh Muhammad SAW dapat diartikan sebagai isyarat bahwa beliau, dengan titik tolak kota itu, akan membangun sebuah masyarakat yang beradab atau menurut istilah yang kini cukup popular, masyarakat madani (civil society). Jadi dapat dikatakan bahwa sejak hijrah, nabi berjuang untuk menciptakan masyarakat beradab, dan modal utama beliau adalah mesjid.
Dasar kedua adalah ukhuwwah islamiyyah, persaudaraan sesama muslim. Nabi mempersaudarakan antara golongan Muhajirin, orang-orang yang hijrah dari Mekkah ke Madinah, dan kaum Anshar, penduduk Madinah yang sudah masuk islam dan ikut membantuk kaum muhajirin tersebut. Dasar ketiga adalah hubungan persahabatan dengan pihak lain yang tidak beragama islam. Di Madinah selain orang-orang yang beragama islam juga terdapat golongan masyarakat Yahudi dan orang-orang arab yang masih menganut agama nenek moyang mereka.
Muhammad, yang berusia 52 tahun pada 622 M (1 H) memimpin kaum muhajirin. Dalam beberapa tahun ia menjadi penguasa mutlak di Madinah. Setiap permasalahan dibawa kepada Muhammad untuk diselesaikan. Berurusan dengan kaum Yahudi merupakan tantangan baru bagi Muhammad saat di Madinah. Dengan mengkonsolidasi kekuatannya, Muhammad mulai membersihkan Madinah dari tiga suku Yahudi. Muhammad kesal melihat tak seorang pun orang Yahudi yang suka rela ikut berperang bersamanya dan hampir tak ada orang Yahudi yang mau menerima Muhammad sebagai orang Non-Yahudi sebagai pengganti Musa.
Rasulullah menandatangani perjanjian dengan komunitas yahudi di Madinah, menjadikan Muslim dan Yahudi sebagai dua komunitas yang terpisah dan Independen tetapi dalam satu kesatuan. Karena Rasulullah yang mengambil inisiatif dalam pembuatan perjanjian dan bertindak sebagai hakim akhir dalam segala hal perselisihan, maka madinah berada dibawah kekuasaan Muslim.
Banyak perang yang terjadi mulai tahun 2 Hijriah, namun tidak hanya perang tetapi juga perjanjian-perjanjian yang diadakan. Tercatat 27 kali ghazwat (peperangan) uang kesemuanya dimenangkan oleh kaum muslimin, kecuali Ghazwat Uhud dan Peperangan Hunain. Perang yang diikuti rasulullah ada 9 peperangan, yaitu perang badar 2X, Uhud, Khandap, Bani Quraidhah, Bani Mustrhaliq, Khaibar, Hunain dan Thaif.
Pada tahun 5 Hijriah, saat itu perintah haji turun, dan kaum muslimin berbondong-bondong pergi ke Mekkah dengan pakaian Ihram dan tanpa membawa senjata. Mereka berhenti di Hudaibiyah, sebuah sumur yang letaknya satu marhalah dari Mekkah. Kaum Quraisy tidak mengizinkan mereka masuk ke Mekkah, namun disini tidak terjadi perang, tetapi diadakannyalah perjanjian yang dikenal dengan perjanjian Hudaibiyah. Setelah beberapa hari berada di Mekkah, lalu kaum muslimin pun kembali ke Madinah.
Sesuai dengan perjanjian hudaibiyah, bahwa kaum muslimin akan beribadah haji pada tahun selanjutnya, banyak orang dari suku Quraisy yang masuk islam karena melihat kemajuan-kemajuan yang ada dalam diri kaum muslimin. Genjatan senjata ini membuka peluang kepada Muhammad untuk menyebarkan islam ke seluruh Jazirah Arab, mulailah Muhammad mengirimkan surat ke Raja-Raja di seluruh Negara. Tetapi tidak semua raja menyambut surat beserta utusan nabi dengan hangat, raja Persia merobek-robek surat dan menghina utusan, raja Ghanan membunuh utusan sehingga membuat Nabi menyatakan perang terhadap mereka. Kaisar Rum menyambut baik kedatangan utusan, Raja mesir malah mengirimkan hadiah untuk Muhammad.
Setelah banyak Negara yang menggabungkan diri kepada kaum muslimin, membuat suku quraisy memutuskan perjanjian hudaibiyah yang telah berjalan selama 2 tahun itu secara pihak. Mereka merasa terpojok, karena perjanjian ini ternyata makin memperkuat kaum muslimin. Karena hal ini, Muhammad mengutus sepuluh ribu orang tentara untuk melawan mereka. Namun Muhammad berpesan untuk tidak memerangi kecuali ada yang memerangi terlebih dahulu. Muhammad tidak mengalami kesulitan apapun, ia berhasil masuk ke Mekkah dan menghancurkan berhala. Abu Sufyan seorang pemimpin Quraisy keluar untuk memata-matai kaum muslimin dan melihat kekuatan kaum muslimin, ia tertawan dan rasulullah memaafkannya berserta kaumnya. Mekkah akhirnya berada dibawah kekuasaan Rasulullah, dan para kafir Quraisy berbondong-bondong masuk islam. Orang-orang penting yang masuk islam saat itu adalah Abu Sufyan, anak Muawiyah, Abu Quhafah Ayah Abu Bakar.
Tugas mendasar Muhammad tetaplah agama, hingga pada akhirnya tindakan militer dan diplomatic tidak pernah ia gunakan lagi. Setelah Mekkah diserahkan maka operasi militer pun dihentikan. Ia dianggap sebagai pembawa moral dan agama sebagai alat untuk menghasilkan suku yang hebat. Ini harus ditambahkan untuk menjadi bahan pertimbangan yang sangat historis yang dapat diterapkan pada situasi sekarang untuk melahirkan kebenaran berdasarkan kehendaknya.
Kebijaksanaan Muhammad sebagai pemimpin yang dicintai dan dipercaya oleh umatnya dan diikuti oleh mereka sebanding dengan kemampuannya untuk memecahkan persoalan mereka. Meskipun umatnya pada awalnya suka bertengkar, bodoh, liar dan pembangkang, namun dia menyampaikan risalah kepada mereka yang sangat berat. Dia mengubah mereka menjadi komunitas yang rukun dan damai, bahagia, berpengetahuan dan berakhlak baik.
Kebijaksaan Muhammad yang lainnya adalah ketika dia bermusyawarah atau berkonsultasi dengan para sahabat. Praktek ini sangat penting dalam islam sehingga dia tak pernah menetapkan keputusan, khususnya dalam persoalan public tanpa musyawarah. Nabi Muhammad mempunyai semua kualitas kepemimpinan yang diperlukan untuk keberhasilannya dalam segala aspek kehidupan. Tetapi, yang lebih penting ia mampu memimpin umatnya menuju keberhasilan disegala bidang. Dia adalah sumber yang mengalirkan semua perkembangan selanjutnya yang berhubungan dengan komando, kenegaraan, agama, perkembangan spiritual dan sebagainya.
Keberhasilan Perjuangan Rasulullah
Kedatangan sunah nabi yang suci dan hadist-hadist yang mulia tentang kesehatan, pada abad 20 ini disingkap oleh manusia. Hal ini terjadi karena penelitian ilmiah, semua ini merupakan hikmah kenabian Rasulullah yang jauh lebih dahulu ada dan eksis daripada para ahli kedokteran di Barat maupun di Timur. Ilmu modern menelan waktu berabad-abad untuk membuktikan hal ini.
Berkaitan dengan keberhasilannya sebagai seorang pemimpin Nabi Muhammad saw dalam memimpin umat,itu semua dikarenakan tingkah laku beliau yang selalu berdasarkan Al-Quran dan ditunjang beberapa sifat yang melekat padanya. Adapun sifat utama yang melekat pada diri pribadinya yaitu:
Kehormatan kelahirannya.
Bentuk dan potongan tubuh yang sempurna.
Perkataan yang fasih dan lancar.
Kecerdasan akal yang sempurna.
Ketabahan dan keberanian.
Tidak terpengaruh oleh duniawi.
Hormat dan respek terhadap dirinya.
Selain itu dibandingkan dengan pemimpin lain, maka Muhammad adalah yang paling berhasil dalam segala bidang. Pertimbangan dan criteria keberhasilannya adalah sebagai berikut :
Sebagian banyak gagal total dalam melakukan pekerjannya dan namanya saja yang tercatat dalam perjuangannya.
Sedikit jumlahnya yang dapat menyelesaikan tugasnya, tetapi tidak dapat menikmati hasil perjuangannya, seperti nabi musa yang telah membebaskan bangsa Yahudi dari perbuatan perbudakan penguasa fir'aun di Mesir, yang kemudian dibawa ke palestina, tetapi ia sendiri hanya melihat dari jauh akan tanah air yang baru itu dari bukit Tieh. Barulah kaum bangsanya yang hidup dibelakangnya dapat menikmati hasil perjuangannya.
Sedikit juga jumlah para pemimpin yang menjadi korban dari perjuangannya, tetapi namanya tetap abadi karena pengorbanan yang dilakukan. Contoh demikian adalah nabi Isa yang menurut para pengikutnya mati diatas kayu salib dengan mahkota duri di kepalanya. Para sarjana mengakuinya "Lived a" perfect life "sacrifice. Gave his life dor forgiveness of sins of mankind. Substituted universal love and symphathy for hate, fear and preduce. (Dia telah hidup dengan sempurna pengabdian dan kebaktian. Dia telah memberikan seluruh hidupnya untuk mengampunkan dosa-dosa abadi manusia. Dan dia meninggal untuk menebus cinta universal sebagai pengganti denga penuh kasihan terhadap nafsu-nafsu kebencian, ketakutan, dan prasangka)". Sebagai bahan bandingan kiranya dapatlah melihat kematian Socrates karena minum racun yang dipaksakan kepadanya, tetapi dengan kematiannya itu ilmu filsafat berkembang dan hidup sepanjang jalan menyinari kemanusiaaan seluruhnya.
Hanya satu orang yang dalam sejarah memimpin yang berhasil dalam perjuangannya, yang menang dan dapat menyaksikan waktu hidupnya dan pimpinan yang ditinggalkan berjalan sepanjang jalan sampai dunia kiamat. Ia memiliki pengikut yang setia terhadapnya, mencintainya walaupun hidup terpisah jarak beribu tahun lamanya. Ajarannya melekat dihati para pengikutnya, pencapaiannya dalam hidup menjadi pelajaran yang tak ternilai harganya bagi dunia. ia adalah Muhammad SAW yang membawa islam sebagai agama untuk rahmatan lil'alamin.
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Pemimpin adalah yang bertindak sebagai orang yang memberi arahan kepada orang lain, membimbing dan memutuskan suatu hal untuk mencapai tujuan bersama. Seorang pemimpin haruslah dapat berkomunikasi dengan baik, memiliki tanggung jawab yang besar dan tentu saja harus dapat dipercaya. Selain itu pemimpin juga harus menjadi panutan didalam kelompoknya, ia harus dapat bekerja lebih keras dari orang lain dan memiliki perencanaan yang baik. Kebijaksanaan Muhammad sebagai pemimpin yang dicintai dan dipercaya oleh umatnya dan diikuti oleh mereka sebanding dengan kemampuannya untuk memecahkan persoalan mereka. Dalam menghadapi banyak beraneka ragam persoalan, pemimpin haruslah bijaksana dalam mengambil keputusan. Jika ada persoalan dalam golongan, maka pemimpin harus menempatkan diri secara netral dan secara bijak menyelesaikan masalah tersebut. Orang-orang yang berada di bawah kepemimpinan Muhammad merasakan kelembutan, kasih sayang dan penghormatan dari seorang pemimpin
Cara berpikir Muhammad yang lurus menghasilkan sebuah keputusan yang tepat sekaligus dapat diterima semua pihak. Muhammad adalah contoh yang patut untuk ditiru, ia memiliki moral yang baik dan memikirkan kepentingan umatnya daripada kepentingan pribadinya sendiri. Ia tak pernah mengenal lelah dalam membela agama Allah. Muhammad adalah seorang Rasul, tetapi ia juga sebagai pemimpin umat, pemimpin agama, pemimpin negara, komandan perang, qadi (hakim), suami yang adil, ayah yang bijak.
Saran
Dari kesimpulan diatas, penulis dapat mengemukakan saran untuk kita pengikut Muhammad dan selanjutnya akan berkecimpung di masyarakat. Suatu saat kita mungkin akan menjadi seorang pemimpin, alangkah baiknya jika kita menjadikan Muhammad sebagain contoh pemimpin bukan hanya sebagai contoh dalam beribadah. Negara ini butuh pemimpin yang jujur, dan lebih mementingkan kepentingan umat daripada kepentingan pribadi. Jangan sampai sebagai pemimpin kita tergoda dengan uang, lebih baik kita memberi daripada menerima.
DAFTAR PUSTAKA
Munawwir, Imam, Asas-Asas Kepemimpinan Dalam Islam, Surabaya : Usaha Nasional,t.th
Yatim, Badri, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2010
Hashem, Fuad, Sirah Muhammad Rasulullah, Bandung : Mizan, 1996
Watt, W. Montgomery, Islamic Political Thought, (Edinburg : Edinburg University Press, 1968
Madjid, Nurcholish, Kaki Langit Peradaban Islam, Jakarta : Paramadina, 1997
Phipps, William E, Muhammad & ISA : Telaah Krisis Atas Risalah dan Sosoknya Ter Ilyas Hasan, Bandung : Mizan, 1998
Gullen, M. Fetullah, Kehidupan Rasul Allah Muhammad,Ter Tri Wibowo, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2002
Gibb, H.A.R, Mohammedanism, Oxford : Oxford University Press, 1968