ILMU LINGKUNGAN
•
•
•
SAIFUL ANWAR 21 2014 132 TONI RAMADHAN 21 2015 054 HUWAIDA MARZA 21 2015 104
•
M. HILMI KHAT KHATAMI 21 2015 120
•
M. DZUIFIQAR DZUIFIQAR A. 21 2015 130
•
TATAN TA TAN YAHYA YAHYA 21 2015 146
Creating and operating a health built environment based on resource efficiency and ecological design (Counceil International du Batiment, 1994)
Menciptakan bangunan berdasarkan desain yang memperhatikan ekologi, menggunakan SDA secara efisien dan ramah lingkungan selama masa operasional bangunan
Memenuhi kebutuhan hunian manusia pada masa kini, termasuk jaringan infrastrukturnya, tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk terus dapat membangun. Sustainable construction berpegang erat kepada pedoman 5P, yaitu Progress, People, Planet, Prosperity, dan Proficiency
•
Penghematan bahan:
Bahan yang berasal langsung dari tambang: pasir, batu kali, kerikil, dll Bahan yang berasal dari proses: semen, pipa PVC, pipa galvanis bahan dasarnya adalah fossil, biji besi, dll. •
Pengurangan Limbah
Penggunaan bahan secara efisien Salah satu penyebab timbulnya limbah konstruksi adalah penggunaan SDA yang melebihi apa yang diperlukan dalam proses konstruksi manajemen konstruksi : 1. Sistem estimasi yang kurang akurat 2. Proses konstruksi yang kurang sempurna 3. Koordinasi antar pihak dalam kontraktor belum berjalan dengan baik, dll
Creating and operating a health built environment based on resource efficiency and ecological design (Counceil International du Batiment, 1994) Location : Badung, Mengwi, Indonesia Architects
: PT Bambu
Client
: Yayasan Kul Kul
Area
: 7542.0 m2
Built area
: 5,534 m2
Cost
: approx. 3.120.000 USD
Project Year
: 2007
Green School berlokasi di Banjar Saren, Desa Sibang Kaja, Abiansemal, Badung. sekitar 30 kilometer dari pusat Kota Denpasar, Bali. Sekolah ini digagas oleh John Hardy, pengusaha perak asal Kanada yang juga pendiri Yayasan Kulkul, yang telah tinggal di Bali selama lebih dari 30 tahun. John Hardy menjelaskan bahwa ide dasar pembangunan sekolah di atas areal seluas 8 hektar itu adalah untuk menerapkan ajaran Trihita Karana. Oleh karena itu, tidak ada bahan buatan pabrik atau zat kimia yang dipergunakan di sekolah ini.
IMPLEMENTASI SUSTAINABILITY DAN GREEN ARCHITECTURE GREEN SCHOOL
Pembentukan ruang kelas tanpa dinding pembatas. Dengan cara ini, diharapkan secara sosial dan interaksi, para murid dan guru dapat lebih peka dan intim dalam menjalin hubungan edukasi dan sosial yang konduktif dan berkualitas baik.
Banyaknya elemen distraksi / pengalih perhatian pada lingkungan kelas dan sekolah. Distraksi yang diperoleh dari keelokan alam dan detail arsitektural ini diharapkan menjadikan murid-murid terbiasa dengan distraksi tersebut dan mampu tetap berkonsentrasi dalam pembelajaran
IMPLEMENTASI SUSTAINABILITY DAN GREEN ARCHITECTURE GREEN SCHOOL
Bangunan tidak diberi penghawaan dengan Air Conditioner (AC) melainkan dengan kincir angin yang berada di terowongan bawah tanah, hal ini memungkinkan karena kondisi fisik lahan yang berkontur dan dekat dengan sungai dan hutan.
IMPLEMENTASI SUSTAINABILITY DAN GREEN ARCHITECTURE GREEN SCHOOL Adanya tambak udang dan peternakan sapi, mendukung adanya sumber energi alami dan bahan bakar (biogas) yang bisa digunakan tanpa polusi terlalu besar.
Tenaga listrik berasal dari biogas yang memanfaatkan kotoran hewan untuk nyala kompor dan sebagainya.
Bangunan ramah lingkungan juga mengurangi sampah atau limbah yang ditimbulkan manusia. Hampir seluruh bahan bangunan yang digunakan berasal dari daur ulang yang
IMPLEMENTASI SUSTAINABILITY DAN GREEN ARCHITECTURE GREEN SCHOOL
Tenaga listrik lainnya juga dengan menggunakan panel surya, sehingga tidak banyak boros dalam membutuhkan seumber energi elektrikal.
Secara tipologi (bentuk tipe bangunan), sekolah ini melakukan inovasi dengan melepaskan fisik mereka dari bentuk-bentuk sebuah sekolah yang banyak dipakai. Image yang biasa kita temukan pada bangunan sekolah, tidak akan kita temukan pada bangunan sekolah unik yang satu ini.
IMPLEMENTASI SUSTAINABILITY DAN GREEN ARCHITECTURE GREEN SCHOOL
Bangunan lainnya pada Green School adalah balai pertemuan yang juga dipakai sebagai ruangan makan dan memiliki bentang besar tanpa kolom di tengahnya kecuali pada kedua ujungnya. Bangunan ini memiliki skylight memanjang yang ditopang oleh kolom-kolom dan bilah bambu yang diikat kawat baja. Konsep bangunan ini sangat bersahaja, bahkan fondasinya pun tidak serumit struktur beton atau struktur baja pada umumnya.
Material Green School hanya terdiri dari bambu, alang-alang, rumput gajah, dan tanah liat. Bisa dipastikan, semua material konstruksi nya merupakan material alam dengan nilai lokal dan dapat didaur ulang. Pemasangan bamboo pun hanya menggunakan pin bamboo sebagai pengikat satu sama lain. Ini merupakan bentukan penting sebagai konsekuensi dari tema Sustainability terkait
Teknologi Bangunan Sekolah Hijau bergantung pada pembina lokal yang bekerja dengan bambu setiap hari untuk mewujudkan ruang arsitektur yang luar biasa di kampus. Pengrajin yang memasang atap alang alang mengerti bagaimana cara memasang teknologi primitif ini membantu menciptakan ruang modern. Semua bangunan di kampus Green School dibangun dengan perancah bambu dan alat dasar. Tidak ada alat
Bahan Baku dari bangunan ini adalah bambu lokal, yang diambil dari pengembangan berkelanjutan (perkebunan) sehingga terus dikembangkan dan menghasilkan stok yang banyak. Sehingga bambu tersebut bisa digunakan untuk bereksperimen arsitektur selanjutnya. Hasilnya adalah sebuah komunitas hijau yang bisa menjadikan inspirasi dan ilmu bagi para mahasiswa agar lebih fokus mempelajari tentang lingkungan hijau agar planet ini selamat dari bahaya Efek Rumah Kaca dan
Bambu digunakan secara vertikal sebagai kumpulan kolom dan juga membuat lengkungan bentang panjang.
Bambu Petung, digunakan sebagai struktur utama yang membentuk 3 rangka yang saling terkait yang membentuk rencana segitiga.
Pembebanan struktural dari truss disalurkan ke pondasi melalui kolom struktural tradisional yang dikenal sebagai dupi
Struktur utama terikat kepondasi dengan metode inovatif untuk mengikat batuan dan bambu dengan baja bertulang yang terhubung ke pondasi beton. Koneksi bambu ke tanah disadap dan diisi dengan semen yang menciptakan koneksi struktural yang solid untuk beban angin
Struktur sekunder dan kaso menggunakan bamboo Tali karena lenih ringan. Kaso dipasang ke bambu utama dengan menggunakan pin bambu.
Alang - alang digunakan sebagai penutup permukaan atap dan menambahkan kekuatan pada komponen struktural. Truss berbentuk segitiga yang saling menempel membentuk jeda di bidang atap yang ditutupi oleh kanvas yang membentuk skylight
Lumpur lokal yang dicampur dengan semen 15% digunakan untuk semua lantai di kampus..
Lantai bambu banyak digunakan di kampus Green School untuk lantai atas bangunan seperti Heart of School. Lantai ini adalah 100% bambu yang direncanakan dan disematkan bersama pin bambu tanpa menggunakan lem atau
Jembatan merupakan konstruksi berkelanjutan dan menggunakan material/bahan bangunan yang memprioritasnkan kualitas lingkungan yaitu pemanfaatan bamboo sebagai penghubung Ke kawasan utama sekolah.
Bahan-bahan bangunan dipilih hampir seluruhnya dari bambu. Meja, kursi, rak, dan lemari tempat menyimpan buku yang digunakan sehari-hari oleh anak didik semuanya terbuat
Berdasarkan analisis dengan menggunakan metode terukur, dapat disimpulkan bahwa bangunan Green School Bali merupakan bangunan yang direncanakan dan dirancang secara mendetail. Perencanaan konsep bangunan, penggunaan bahan material untuk struktur, interior, bahkan estetika yang sangat detail dan bersahabat dengan lingkungan, memberikan dampak dan kesan yang baik dan nyaman di dalam penggunaan tiap ruang dan area di dalam kawasannya.
Peletakkan ruang-ruang, fasilitas, dan desain bentuk bangunan yang menerapkan pola dan struktur Biomorfik , mengikuti kontur lahan, dan memanfaatkan lingkungan semaksimalnya namun tidak merusak atau menghilangkan keaslian yang telah ada membuat Green School sebagai kawasan yang meminimalkan dampak negatif bagi alam dan memaksimalkan fungsi lingkungan, namun modern dan kaya akan kreatifitas.
TERIMA KASIH