Kelompok 6 : 1. Ika Fitri Kurniawati 13030234007/ KA 2013 2. Lukia Nabila 13030234011/ 1303023401 1/ KB 2013 3. Qorina Andriyani 13030234013// KB 2013 13030234013 4. Dela Rosa Gustrivia 13030234017/ KB 2013 5. Erviana Sundariyani 13030234018/ KA 2013 6. Qodriyah 13030234037// KB 2013 13030234037
Walaupun air seringkali digunakan sebagai pelarut di kimia anorganik , tetapi pelarut yang lain juga dapat berguna untuk beberapa alasan
Contohnya : Pada reaksi basa, larutan NH 3 lebih baik digunakan untuk reaksi dengan basakuat dibandingkan dengan air karena basa kuat akan bereaksi dengan air untuk menghasilkan OH -
Beberapa pelarut non air seringkali kurang baik dibandingkan pelarut air
A. Konsep Pelarut
Suatu senyawa dapat stabil dalam keadaan gas tetapi tidak stabil dalam keadaan cair. cair. Suatu senyawa yang bertindak sebagai asam pada pelarut tertentu akan dapat berlaku sebaliknya pada pelarut lainnya. Sifat sifat pelarut non air yang meliputi konstanta dielektrik, autoionisasi, tendensi asam basa, kompleksasi, tendensi oksidasi-reduksi perlu dipelajari untuk dapat mengerti fenomena tersebut.
Pernyataan tentang konsep pelarut pada pelarut non-air saat reaksi asam-basa , yaitu : Konsentrasi senyawa akan meningkat jika karakteristik pada kation pelarutnya bersifat asam , dan konsentrasi senyawa meningkat jika karakteristik anion pelarutnya bersifat basa.
Pelarut dapat dibedakan dalam 5 parameter yaitu: konstanta dielektrikum, /0 (berkaitan dengan sifat kepolaran pelarut) kemampuan pelarut untuk autoionisasi (contoh, H2O, HF dan PBr 5) sifat keasaman dan kebasaan Protonasi dan deprotonasi tergantung dari sifat keasaman dan kebasaan solut dan solven. Suatu pelarut yang memiliki harga DN besar sedangkan harga AN kecil menandakan pelarut lebih berperan sebagai pelarut basa.
kemampuan pelarut untuk mengalami kompleksasi Kemampuan pelarut untuk mengalami kompleksasi terdapat pada pelarut amoniak dan asetonitril.
kemampuan pelarut untuk mengalami redoks Dibandingkan dengan H 2O, HF adalah pelarut yang sulit mengalami redoks.
Autoionization Seharusnya OPCl3 dapat mengionisasi sedikit seperti yang ditunjukkan pada persamaan berikut :
Karena dengan penambahan FeCl 3 ke OPCl3 dapat meningkatkan konsentrasi OPCL2+ . FeCl3 bersifat asam. Dan dapat ditunjukkan pada persamaan berikut
Menurut teori asam lewis , atom oksigen yang terdapat pada OPCl 3 lebih baik sebgai pendonor elektron dibandingkan dengan atom klorin
Contoh
Saat OPCl3 terbentuk sebagai kompleks saat bereaksi dengan AlCl3 .
Dengan adanya masalah ini ,seharusnya maka R.S.Drago dan Cowokers Sesuai dengan konsep pelarut, terduga bahwa beberap TIDAK SESUAI meneliti tentang interaksi antara FeCl dengan trietil kompleks seperti FeCl dapat3 terbentuk saatfosfat. OPCl 3 3 -ClOPCl 2FAKTA DENGAN Sehingga, jelas tidak ada kemungkinan klorin dapat bereaksi dengan FeCL3bahwa . mendonor elektron karena atom klorin tidak dapat diberikan ke trietil fosfat.
Banyak FeCl4 terbentuk dari hasil diosiasi FeCl 3 . Pada studi spectral terlihat bahwa FeCl4 dapat diberikan pada larutan FeCl 3 dengan trietil fosfat.
FeCl3 harus terjadi untuk menghasilkan produk ion klorida dan spesies kationik mengandung besi (III). Beberapa kation hanya mempunyai satu atau lebih ion klorida pada FeCl 3 untuk mengganti molekul pelarut netral.
Untuk terjadi autoionization, maka pelarut memiliki proton yang kuat terlarut untuk ditransferkan.
Tidak Konsep perlarut digunakan
Jika Autoionization
Bagaimanapun, banyak reaksi yang berlangsung untuk memberikan produk-produk yang didasarkan dengan jika autoionization terjadi.
Larutan amonia memiliki keasaman yang lebih besar dari air. o Meskipun titik didihnya hanya – 33,4 C namun dalam proses penguapannya berlangsung pada suhu yang sangat tinggi, hal ini dikarenakan ikatan hidrogen antar molekulnya.
Sesuai aturan umumnya, senyawa organik lebih mudah larut dalam larutan amonia daripada dalam air. Sedangkan pada Garam anorganik biasanya lebih mudah larut dalam air, kecuali bentuk kation kompleks stabil dengan NH 3 .
AgCl lebih mudah larut dalam larutan amonia daripada dalam air, karena kestabilan ion kompleksnya (Ag(NH 3)2+ ). Karena basa dalam larutan NH 3 adalah NH2 -, reaksi yang melibatkan spesies basa sering dilakukan dalam NH 3 daripada dalam air karena NH 2- lebih basa daripada OH-.
REAKSI DALAM LARUTAN AMONIA
5.
1.
REAKSI
REAKSI
PEMBENTUKAN
AMONIA
4. 2.
REAKSI
REAKSI
PENGURAIAN
AMMONOLYSIS 3. REAKSI ASAM BASA
larutan ammonia menjadi kristal banyak yang berbentuk hidrat. Seperti reaksi berikut : CuSO4 + 5H2O → CuSO4.5H2O (hidrasi) AgCl + 2NH3 → Ag(NH3)2Cl (amonia)
Klasifikasi secara luas, reaksi tersebut merupakan reaksi solvolisis. Dalam hidrolisis, molecul air dibagi seperti reaksi berikut : PCl3 + 3H2O → 3HCl + H3PO3 Selanjutnya, dapat diilustrasikan persamaan reaksi ammonolysis seperti berikut : NH3 + H- → H2 + NH2TiCl4 + 8NH3 → Ti(NH2)4 + 4NH4Cl C6H5Cl + 2NH3 → C6H5 NH2 + NH4Cl SO2Cl + 4NH3 → SO2(NH2)2 + 2NH4Cl
Dari reaksi tersebut dapat dikatakan bahwa ion NH 4+ sebagai asam dan ion NH2- sebagai basa dalam larutan amonia. NH4+ (amonium)+ NH2- (amida) 2NH3 Seperti proses yang terjadi saat NH4Cl bereaksi dengan KNH2 pada larutan amonia, karena larutan NH3 merupakan basa, ionisasi dengan asam lemah (CH3COOH) menjadi suatu persamaan pada pelarut seperti berikut CH3COOH + NH3 → NH4+ + CH3COOSeperti produk yang ditunjukkan pada reaksi diatas (CH3COO) menjadi asam kuat pada larutan amonia
Etildiamin merupakan kompleks yang stabil jika direaksikan dengan ion logam. Salah satu komplesknya adalah [Pt(en)2]2+. Amida akan melepaskan proton dari koodinasi larutan amonia : [Pt(en)2]2+ + 2NH2- → [Pt(en-H)2] + 2NH3 dimana (en-H) mewakili molekul en dari proton yang dilepaskan. Spesi deprotonasi akan bereaksi dengan metil klorida : [Pt(en-H)2] + 2 CH3Cl→ [Pt(CH3en)2]Cl2
Salah satu perbedaan antara air dan amonia adalah perilaku dari logam alkali terhadap pelarutnya. Logam dapat bereaksi cepat dengan air untuk membebaskan H2 2Na + 2H2O → H2 + 2NaOH
larutan amonia akan melarutkan logam tanpa reaksi untuk menghasilkan larutan yang memiliki sifat yang tidak biasa. Logam
Suhu
Kelarutan
Suhu
Kelarutan
Li
0°C
16.31
-33.2
15.66
Na
0°C
10.00
-33.5
10.93
K
0°C
12.4
-33.2
11.86
Cs
0°C
-
-50.0
25.1
Dengan percobaan menggunakan konduktivitas elektrik, suseptibilitas magnetik, NMR, ekspansi volume dan spektroskopi menghasilkan suatu indikasi dengan mencairkan larutan logam yang terdisosiasi untuk menghasilkan logam terlarut dan elektron terlarut. M + (x+y)NH3→ M(NH3)x+ + e-(NH3)y Juga dapat direpresentasikan seperti berikut : M(am) ↔ M+(am) + e-(am)
Untuk menjelaskan kekurangan paramagnetik dalam konsentrasi tinggi, diturunkan persamaan bahwa beberapa pasangan mengalami reaksi sebagi berikut : M+ (am) + e-(am)↔ M(am) 2M+(am) + 2e-(am) → M2(am) 2 e- (am) ↔ e22Kedua persamaan diatas tidak dapat diterima karena adanya logam alkali (seperti molekul diatomik saat menguap)
mungkin dapat diduga bahwa larutan yang mengandung elektron bebas, larutan logam pada amonia tidak stabil dengan periode yang lama, dan hidrogen dibebaskan dengan lambat 2Na + 2NH3 → 2NaNH2 + H2
Larutan tersebut menunjukan reaksi sebagai agen reduksi yang kuat (mengandung elektron bebas), seperti reaksi diatas bereaksi dengan O2 menghasilkan superoksida dan peroksida e-(am) e-(am) O2↔O2-↔O22-
Merupakan larutan yang memiliki ikatan hidrogen yang kuat dengan suhu berkisar -81.1C sampai 19.5C. Konduktansi dari HF (1.4 × 10−5 ℎ− ) lebih tinggi dibandingkan dengan air (6.0 × 10−8 ℎ− pada suhu 25C.
Titik lebur
-83.1 C
Titik didih
19.5C
Kepadatan (dendsitas) pada 19.5C
0.991 g
Kalor peleburan
4.58 kJ
−
Kalor penguapan
30.3 kJ
−
Konduktansi
1.4 × 10−5
Konstanta dielektrik pada 0 C
83.6
Momen dipol
1.9 D
−
−
ℎ
Dengan konstanta dielektrik dan momen dipol HF yang tinggi, menjadikan HF sebagai pelarut yang bagus untuk beberapa garam anorganik dengan beberapa senyawa apabila dibandingkan dengan pelarut air. Selain itu senyawa organik juga dapat larut dalam HF, dan dengan sifat asam dari pelarut yang dapat mengkatalis reaksi.
Kation pelarut seperti H2F+ merupakan suatu asam kuat yang hanya dapat diproduksi oleh beberapa senyawa yang dapat bereaksi dengan HF. Seperti : BF3 + 2 HF
H2F+ +
BF4-
SbF5 + 2 HF H2F+ + SbF6dalam persamaan tersebut, jenis asam dapat digambarkan sebagai HBF 4 dan HSbF6
Sifat amfoter ditunjukkan pada Al3+ pada larutan HF, karena AlF3 tidak dapat larut dalam HF. Reaksi : Al3+ + 3F-
AlF3
(5.95)
AlF3 + 3 NaF
Na3AlF6
(5.96)
AlF3 + 3 HSbF6
Al3+ + 3SbF6- +
3HF
(5.97)
Catatan Untuk AlF 3 + 3 NaF Na3 AlF 6 penambahan NaF merupakan penambahan basa pada HF, hal ini dikarenakan F (atau HF 2- jika kita menuliskannya sebagai yang terlarut) adalah karakteristik anion pelarut.
Beberapa reaksi organik, terutama reaksi fluorinasi dapat dilakukan dalam larutan HF.
Sulfur dioksida (SO2)
Asam sulfat (H2SO4)
Sulfur dioksida (SO 2) adalah pelarut polar Memiliki sebuah momen dipol yang signifikan Pelarut yang bagus untuk senyawa kovalen Hidrokarbon alipatik tidak larut dalam sulfur dioksida
2+ 2SO2 ↔ SO +
2SO2
jika tidak terionisasi maka akan terbentuk spesi asam berupa SO2+ dan spesi basa berupaSO32-
Dengan beberapa asam kuat Lewis hidrolisis terjadi untuk menghasilkan oksihalida
SO2 + NbCl5
NbOCl3 +OSCl2
Tionil klorida akan mengalami disosiasi terurai menjadi Cl- bebas dalm larutan
+ SOCl2 → SOCl +Cl
Reaksi dengan PCl5 akan menghasilkan tionil klorida dan posporil klorida PCl5 + SO2 → OPCl3+OSCl2
Alumunium memiliki karakteristik anion pada senyawa membentuk endapan, yang kemudian larut dalam asam atu basa dalam cairan sulfur dioksida
Auto ionisasi pada asam sulfat
2H2SO4 ↔ H2SO4+ + H2SO4-
Pada kesetimbangan ini ion produk memiliki kesetimbangan sektar 2,7 x 10-4
Beberapa spesi proton dalam cairan asam sulfat, beberapa basa tidak normal :
CH3COOH + H2SO4 → CH3COOH2+ + HSO-4
Asam sulfat mengalami banyak reaksi lain dengan logam serta oksida logam, karbonat, nitrat, dan sebagainya. Ini adalah pelarut yang bisa digunakan untuk banyak substansi