LAPORAN KEGIATAN PENYULUHAN TENTANG STIMULASI PADA ANAK USIA SEKOLAH
Disusun Oleh: Kelompok 3 Ghina Firyal Rahmani
214118088
Ani Sulastri
214118081
Ike Nurjanah
214118018
Vima Yunita
214118002
Siti Ayu Rahayu
214118055
Ahmad Faisal Maruf
214118053
Rio Afrizal
214118072
Ageng May W
214118077
PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN JENDERAL ACHMAD YANI CIMAHI 2019
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
Pokok Bahasan
: Stimulasi Perkembangan Anak
Sub Pokok Bahasan : Anak usia sekolah Sasaran
: Orang tua pasien anak rawat jalan
Tempat
: Ruang rawat jalan anak RSJ Provinsi Jawa Barat
Hari/Tanggal
: Selasa, 29 Januari 2019
Waktu
: 30 Menit
Penyuluh
: Kelompok 4 Mahasiswa Stikes Jenderal Achmad Yani Cimahi
A. Tujuan 1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) Setelah mengikuti penyuluhan kesehatan selama 30 menit, peserta diharapkan mampu mengetahui dan menstimulasi anak usia sekolah. 2.
Tujuan Instruksional Instruksi onal Khusus (TIK) a. Peserta mampu memahami pengertian anak usia sekolah. b. Peserta mampu memahami tentang perkembangan karakteristik anak anak usia sekolah. c.
Peserta mampu mengetahui macam-macam stimulasi pada anak usia sekolah.
d. Peserta mampu mengetahui dampak yang terjadi pada anak anak usia sekolah yang tidak diberikan stimulasi. B. Sasaran : Orang tua pasien anak rawat jalan C. Tempat dan Waktu Tempat : Ruang rawat jalan anak RSJ Provinsi Jawa Barat Waktu
: 07.30 – 07.30 – 08:00 08:00 WIB
D. Metode Metode yang digunakan adalah ceramah dan tanya jawab
E. Media Media yang digunakan adalah power point dan leaflet F. Pengorganisasian Pembawa Acara
: Rio Afrizal
Penyaji
: Ageng May W
Dokumentasi
: Ahmad Faisal Maruf
Obserever
: Ghina Firyal Rahmani
Operator
: Ike Nurjanah
Fasilitator
: Ani Sulastri, Siti Ayu Rahayu, Vima Yunita
G. Kegiatan Penyuluhan
Tahap
Waktu
Penyuluhan
Kegiatan pasien
Metode
Media
Ceramah
-
Kegiatan Pembukaan
5 menit
Pembukaan 1. Mengucapkan salam
1.
Menjawab salam
2.
Memperhatikan
2. Memperkenalkan diri 3. Menjelaskan
sub
dengan baik topik
3.
yang akan dibahas 4. Menjelaskan
Mendengarkan dengan seksama
maksud,
tujuan, dan kontrak waktu 5. Menggali peserta
pengetahuan tentang
materi
penyuluhan Penyajian
15 menit
1. Menjelaskan pengertian
tentang anak
usia
sekolah
2.
2. Menjelaskan
tentang
perkembangan karakteristik sekolah
1.
anau
3. usia
Mendengar dengan
Ceramah
Power
seksama
dan
point
Memperhatikan
Tanya
dengan baik
jawab
Bertanya mengenai hal
yang
dimengerti
belum
3. Menjelaskan
macam-
macam stimulasi 4. Menjelaskan
dampak
anak usia sekolah yang tidak diberikan stimulasi Evaluasi
7 menit
1. Menanyakan peserta
kepada
tentang
1.
materi
2.
reinforcement kepada
positif
peserta
dapat
jika ada
Ceramah
Lembar
dan
evaluasi
mengerti
Tanya
&
Menjawab
jawab
Leaflet
yang
yang telah diberikan 2. Memberikan
Bertanya
belum
pertanyaan
yang
menjawab
pertanyaan 3. Memberikan
leaflet
kepada peserta Penutup
5 menit
1. Menyimpulkan kegiatan
1.
2. Mengucapkan terimakasih
Menutup
acara
Ceramah
penyuluhan
atas peran serta peserta 3. Mengucapkan
salam
penutup
H. Evaluasi 1. Struktur a. Adanya koordinasi dengan pihak pasien b. Adanya persiapan yang baik terkait materi dan sarana yang digunakan 2. Proses a. Jumlah pasien penyuluhan minimal 3 orang b. Media yang digunakan adalah power point dan leaflet c. Waktu penyuluhan 30 menit d. Persiapan penyuluhan dilakukan beberapa hari sebelum kegiatan dimulai e. Pemateri diharapkan menguasai materi yang baik
_
f.
Tidak ada pasien yang meninggalkan ruangan saat kegiatan penyuluhan berlangsung
g. Pasien dan keluarga aktif, antusias dalam mengikuti kegiatan penyuluhan 3. Hasil Setelah diberikan penyuluhan 30 menit, peserta diharapkan mampu: a. Menyebutkan pengertian anak usia sekolah b. Menyebutkan karakteristik perkembangan anak usia sekolah c. Menyebutkan macam-macam stimulasi anak usia sekolah d. Menyebutkan dampak anak usia sekolah yang tidak diberikan stimulasi
DAFTAR PUSTAKA
Kyle , T., & Carman, S. (2015). Buku ajar keperawatan pediatri. Jakarta: EGC. Musbikin Imam. (2012). Pintar mengatasi masalah tumbuh kembang anak .Jogjakarta: Flash Books. Potter, & Perry. (2009). Fundamental keperawatan. Jakarta: Salemba medika. Soetjiningsih, & Ranuh, I. G. (2016). Tumbuh kembang anak ed. 2. Jakarta: EGC. Wong, D. L. (2009). Buku ajar keperawatan pediatrik wong, Ed. 6, Vol.1. Jakarta: EGC. http://psikodemia.com/tahapan-perkembangan-psikososial-eric-erikson/
LAMPIRAN MATERI PENYULUHAN
A. Pengertian Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah adalah pengalaman inti pada anak. Periode ketika anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilaku dirinya sendiri, dalam hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh keterampilan tertentu (Wong, 2009). Anak usia sekolah menjalani kehidupan yang penuh tuntutan dan tantangan. Perubahan usia 6 sampai 18 tahun sangat luas dan mencakup seluruh area pertumbuhan dan perkembangan. Anak akan membangun, memperluas, dan memperhalus, dan melakukan sinkronisasi keterampilan fisik, psikososial, kognitif, dan moral sehingga ia akan diterima sebagai anggota masyarakat yang produktif (Potter & Perry, 2009). Usia sekolah adalah waktu berlanjutnya maturasi atau kematangan karakteristik. Perkembangan pada anak usia sekolah ditandai dengan pertumbuhan fisik, maturasi sistem organ, perkembangan psikososial, perkembangan kognitif, perkembangan moral dan
spiritual,
perkembangan
keterampilan
motorik,
perkembangan
sensorik,
perkembangan komunikasi dan bahasa, dan perkembangan emosional dan sosial. Maturasi organ dapat berbeda sesuai dengan usia atau jenis kelamin. Maturasi organ tetap cukup konsisten sampai akhir usia sekolah. Masa usia sekolah disebut juga dengan masa praremaja (Kyle & Carman, 2015).
B. Perkembangan Karakteristik Anak Usia Sekolah Anak usia sekolah, mengalami waktu pertumbuhan fisik progresif yang lambat, sedangkan kompleksitas pertumbuhan sosial dan perkembangan mengalami peningkatan yang cepat. Fokus dunia mereka berkembang dari keluarga ke guru, teman sebaya, dan
pengaruh luar lainnya. Pada tahapan ini anak akan menjadi semakin mandiri. Usia sekolah adalah waktu berlanjutnya maturasi atau kematangan karaketristik fisik, sosial, dan psikologis anak (Kyle & Carman, 2015). Menurut Soetjiningsih & Ranuh (2016) pada anak usia sekolah, anak mulai berpikir logis, egosentris berkurang, memori dan kemampuan berbahasa meningkat, kemampuan kognitif meningkat akibat sekolah formal, pertumbuhan fisik lambat, kekuatan dan keterampilan atletik meningkat, teman sebaya sangat penting bagi dirinya, teman sebaya dapat mempengaruhi konsep dirinya, konsep diri tumbuh yang mempengaruhi harga dirinya. Perkembangan anak usia sekolah berdasarkan karakteristik fisik, sosial, dan psikologis anak menurut Kyle & Carman (2015), yaitu : a.
Fisik Diawal masa usia sekolah, anak perempuan dan laki-laki memiliki tinggi dan berat badan yang sama dan tampak lebih kurus dan lebih anggun daripada beberapa tahun sebelumnya. Pada akhir masa usia sekolah, sebagian besar anak perempuan mulai melampaui tinggi badan dan berat badan anak laki-laki. Perbedaan antara anak perempuan dan laki-laki lebih jelas terlihat di akhir masa sekolah menengah dan dapat menjadi ekstrem. Perbedaan dalam hubungan antara tinggi dan berat badan ini, dalam pola pertumbuhan harus dijelaskan kepada orang tua dan anak. Maturasi organ dapat berbeda sesuai dengan usia atau jenis kelamin.
b.
Psikososial Selama waktu ini anak mengembangkan rasa harga diri mereka dengan terlibat dalam berbagai kegiatan dan aktivitas di rumah, sekolah, dan di komunitasnya, yang mengembangkan keterampiilan kognitif dan sosialnya. Anak menjadi lebih tertarik untuk mempelajari hal-hal yang baru. Orang tua, guru, pelatih, dan perawat anak usia sekolah berperan dalam mengidentifikasi area-area kompetensi dan membangun
pengalaman keberhasilan anak untuk meningkatkan penguasaan, kesuksesan, dan harga diri. c.
Kognitif Dalam mengembangkan operasi konkret, anak mampu mengasimilasi dan mengoordinasi informasi tentang dunianya dari dimensi yang berbeda. Anak mampu melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain dan berpikir melalui suatu tindakan, mengantisipasi akibatnya dan kemungkinan untuk harus memikirkan kembali tindakannya. Anak usia sekolah juga mengembangkan kemampuan untuk mengklasifikasikan atau membagi beberapa hal ke dalam set yang berbeda dan mengidentifikasi hubungan mereka antara satu sama lain.
d.
Moral dan Spiritual Selama masa usia sekolah, rasa moralitas anak terbentuk ssecara konstan. Ia ingin menjadi orang baik bagi orang tua, teman, dan guru dan bagi dirinya sendiri. Pada tahap ini, anak dapat menentukan apakah suatu tindakan baik atau buruk berdasarkan alasan dari tindakan, bukan hanya kemungkinan kosekuensi dan tindakan. Perilaku anak usia sekolah yang lebih tua dibimbing oleh keinginannya untuk bekerja sama dan oleh rasa penghargaannya terhadap orang lain. Selama usia sekolah mereka mampu mengembangkan keinginan mereka untuk memahami lebih banyak tentang agama mereka.
e.
Keterampilan Motorik Keterampilan motorik kasar dan halus terus mengalami kematangan selama masa usia sekolah. Penghalusan motorik terjadi, serta kecepatan dan keakuratannya meningkat.
f.
Sensorik Semua indera matang di awal masa usia sekolah. Anak usia sekolah biasanya memiliki ketajaman visual. Selain itu kontrol muskular okular pandangan perifer, dan
diskriminasi warna terbentuk secara utuh pada anak berusia 7 tahun. Progran skrinning penglihatan yang dilakukan perawat sekolah mengidentifikasi masalah penglihatan dan menghasilkan rujukan yang tepat apabila diperlukan. Defisit pendengaran yang berat biasanya didiagnosis pada masa bayi, tetapi yang tidak berat seringkali tidak didiagnosis sampai anak memasuki sekolah dan mengalami kesulitan belajar atau bicara. Anak harus diperiksa terhadap defisit pendengaran untuk memastikan perkembangan edukasional dan sosial yang tepat. Indera penciuman sudah matang pada anak usia sekolah ini dengan menggunakan wewangian yang telah dikenal baik oleh anak, seperti wangi cokelat, buah-buahan, atau wangi lainnya yang telah dikenal baik oleh anak. Selain itu anak usia sekolah dapat diperiksa untuk mengetahui sensasi sentuhan dengan obejek untuk membedakan dingin dari panas, lembut dari kelas, dan tumpul dari tajam. g.
Komunikasi dan Bahasa Keterampilan bahasa terus meningkat selama masa usia sekolah dan kosakata meningkat. Anak usia sekolah mulai menggunakan lebih banyak tata bahasa yang kompleks seperti kata jamak dan kata benda. Kelompok ini cenderung meniru orang tua, anggota keluarga, atau orang lain. Karena ini model peran sangat penting.
h.
Emosional dan Sosial Pola sifat tempramental yang diidentifikasi di masa bayi dapat terus mempengaruhi perilaku anak usia sekolah, menganalisis situasi masa lalu dapat memberikan petunjuk tentang cara seseorang anak dapat bereaksi terhadap situasi yang baru atau berbeda. Anak dapat berekasi berbeda dari waktu ke waktu karena pengalaman dan kemampuan mereka. Harga diri adalah pandangan anak tentang nilai individual mereka. Jika anak usia sekolah menganggap diri mereka berharga, mereka akan memiliki konsep diri yang positif dan harga diri tinggi. Kesuksesan ini mempengaruhi harga diri anak.
Pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah terjadi dalam lonjakan yang tidak teratur dengan beragam ukuran, bentuk, dan kemampuan yang terlihat. Ini adalah waktu ketika anak membandingkan diri mereka dengan teman sebaya dan harga diri merupakan masalah utama. Jika anak usia sekolah di hospitalisasi, pertumbuhan dan perkembangan dapat berubah. Anak usia sekolah mampu memahami alasan hosputalisasi dan apa yang akan terjadi. Ia sering kali khawatir tentang rasa nyeri atau perubahan yang dapat terjadi pada tubuhnya. Anak usia sekolah mungkin tidak masuk sekolah dan tidak dapat berinteraksi dengan teman sebayanya. Anak usia sekolah terbiasa mengontrol perawatan dirinya sendiri dan menetapkan pilihan tentang makanan dan aktivitasnya.
Tahap perkembangan psikososial anak usia sekolah menurut Erik Ericson adalah industry vs inferiority. Pada Tahapan Perkembangan Psikososial Eric Erikson ini, individu diharapkan mulai menempuh pendidikan formal. Orang tua harus selalu mendorong, guru harus memberi perhatian, teman harus menerima kehadirannya. Bahaya dari tahap ini ialah anak bisa mengembangkan perasaan rendah diri apabila ia tidak berhasil menguasai tugas-tugas yang dipilihnya atau yang diberikan oleh guru dan orangtua. Anak dapat mengembangkan sikap rajin, jika anak tidak dapat meraih sukses karena mereka merasa tidak mampu (infieoritas), anak dapat mengembangkan sikap rendah diri (www.psikodemia.edu).
C. Macam-macam Stimulasi Pada Anak Usia Sekolah 1.
Stimulasi motorik kasar a. Bermain kasti, basket, dan bola kaki (olahraga). Kegiatan ini baik untuk melatih otot kaki. Anak juga belajar mengenal adanya aturan main, sportivitas, kompetisi, dan kerja sama sebuah tim
b. Berenang, untuk melatih semua unsur motorik kasar anak. Anak dapat mengenali berat jenis maupun keseimbangan tubuh c. Lompat jauh, hamper sama dengan bola kaki manfaatnya, akan tetapi anak mendapat point plus yaitu prediksi terhadap jarak d. Lari marathon e. Kegiatan outbound, anak dapat melatih keberanian, survival, dan kedekatan dengan alam serta sadar pentingnya menjaga keharmonisan antar manusia dan makhluk hidup lainnya 2.
Stimulasi motorik halus a. Menggambar, melukis, mewarnai dengan berbagai media b. Membuat kerajinan dari tanah liat c. Membuat seni kerajinan tangan, misalnya menyulam, membuat boneka dari kain perca d. Bermain alat music seperti gitar, biola, piano, dan sebagainya
3.
Stimulasi kognitif Perkembangan kognitifnya sangat berkaitan dengan kemampuan akademisyang dipelajari disekolah. Akan tetapi kemampuan kognitif dapat lebih optimal apabila otak kanan mendapat stimulasi. Anak yang memiliki fungsi otak seimbang akan lebih responsive, kreatif dan flexible. Kegiatan yang biasa dilakukan oleh anak usia sekolah diantaranya : a. Ketika mempelajari berbagai kemampuan akademis, guru dan orang tua baiknya memperhatikan kondisi anak. Contohnya : ketika anak sudah atau mulai bosan, seharusnya secara otomatis materi yang disampaikan pada anak dibumbui atau diselingi dengan permainan atau hal jenaka yang bisa membuat anak tertantang dan gembira.
b. Stimulasi otak kanan untuk menstimulasi kemampuan kognitif dapat juga dilakukan dengan kegiatan music and movement (gerak dan lagu) atau dengan memainkan alat music tertentu. Bisa juga dengan melakukan kegiatan drama. 4.
Stimulasi afeksi Stimulasi afeksi dilakukan untuk mengembangkan kecerdasan interpersonal maupun intrapersonal anak. Manfaatnya, untuk mengembangkan rasa percaya diri, memupuk kemandirian, mengetahui dan menjalani aturan, memahami orang lain, dan mau berbagi. Cara memberikan stimulasi sebagai berikut : a.
Biarkan anak melakukan sendiri apa yang ia bisa lakukan
b.
Buatlah kesepakatan tentang berbagai hal yang baik atau tidak, serta konsekuensinya. Tentukan dengan Bahasa yang dipahami anak.
c.
Berikan penghargaan untuk hal-hal yang dapat dilakukannya dengan baik atau lebih baik dari sebelumnya
d.
Berikan konsekuensi negative terhadap tingkah laku anak yang kurang baik, sesuai dengan tahapan usia anak
e.
Berikan perhatian untuk berbagai reaksi emosi anak
f.
Anak difasilitasi untuk bermain peran
g.
Biasakan anak untuk mampu mengungkapkan perasaannya, baik secara verbal, tulisan, ataupun gambar
h.
Biasakan mau berbagi dalam setiap kesempatan
i.
Perkenalkan anak dengan berbagai permainan dalam rangka mengenalkan aturan main, sportivitas, dan kompetinsi
5.
Stimulasi spiritual Sifat spiritual berkaitan dengan kesadaran adanya sang pencipta. Di sinilah anak belajar tentang kewajiban tertentu sesuai ajaran agamnya masing-masing. Selain itu, kecerdasan spiritual juga berkaitan dengan pemahaman bahwa ia menjadi bagian dari
alam semesta ini. Di sini anak memiliki peran tertentu supaya bisa hidup harmonis dengan seluruh makhluk. Hal-hal yang dapat dilakukan diantaranya : a.
Lakukan diskusi bahwa semua benda disekitarnya ada yang menciptakan
b.
Mengaitkan materi pelajaran atau hal-hal yang ada disekitarnya dengan kebesaran Tuhan, terlebih pada pelajaran ilmu pasti
c.
Memutarkan video tentang berbagai hal yang menajubkan di alam dengan kebesaran Sang Pencipta
d.
Menceritakan kisah-kisah manusia pilihan tuhan, misalnya cerita nabi
e.
Berdiskusi tentang berbagai hal yang dapat anak lakukan sebagai manusia yang memiliki kelebihan disbanding makhluk lain dimuka bumi
f.
Memberikan pendidikan agama sekaligus mebiasakan anak dalam menjalankan ibadah yang dianjurkan dan diwajibkan
g.
Meminta anak untuk membuat karangan tentang berbagai pengalamannya ketika sedang mengalami kesulitan dan apa yang dia lakukan, ketika menemukan jalan keluar dari kesulitan, kaitkan dengan betapa Tuhan itu sangat pengasih dan pemurah
h.
Lingkungan harus ramah anak, sekaligus memberi jaminan atas kesehatan, kemanan, kenyamanan, dan keleluasaan bergerak
i.
Membuat lingkungan yang menerima dan memberi toleransi pada anak dalam berkegiatan. Temani anak saat bereksplorasi. Biarkan dia bebas memilih apa yang akan dikerjakan, selama tetap dalam koridor keamanan, kesehatan, dan kebaikan
j.
Jawablah sebisa mungkin pertanyaan anak.
D. Dampak Yang Terjadi Pada Anak Usia Sekolah Yang Tidak Diberikan Stimulasi 1.
Gangguan dalam motorik kasar Ketidakmampuan mengatur keseimbangan. Anak- anak yang mengalami kesulitan dalam mengatur keseimbangan tubuhnya biasanya juga memiliki kesulitan dalam mengontrol gerakan anggota tubuh sehingga terkesan gerakannya ragu- ragu dan tampak canggung. Diketahui kurang lebih 80% dari jumlah anak yang memiliki gangguan perkembangan juga mengalami kesulitan pada pengaturan keseimbangan tubuh. Masalah pengaturan keseimbangan tubuh ini berhubungan dengan sistem vestibular atau sistem yang mengatur keseimbangan di dalam tubuh. Jika tidak segera ditangani, kesulitan ini akan dibawa terus oleh anak sampai saat mereka sekolah dan akan mengakibatkan masalah lain, yaitu dalam hal membaca dan menulis. Reaksi kurang cepat dan koordinasi kurang baik. Salah satu perkembangan motorik pada anak yang perlu diperhatikan adalah kemampuan bereaksi yang semakin cepat, koordinasi mata-tangan yang semakin baik, dan ketangkasan serta kesadaran terhadap tubuh secara keseluruhan. Namun, ada anak yang lambat dalam bereaksi. Koordinasi gerakannya juga tampak kacau sehingga sering kali disebut “ceroboh” dan menjadi bahan ejekan temannya. Hal yang menyebabkan masalah tersebut ada 2 yaitu karena anak kurang diberi kesempatan untuk berlatih dan ada kemungkinan anak mempunyai masalah dalam syaraf motoriknya. Untuk alasan yang terakhir ini orang tua perlu mengkonsultasikannya dengan dokter.
2.
Gangguan dalam motorik halus Belum bisa menggambar bentuk bermakna. Kegiatan menggambar merupakan hal yang menyenangkan bagi sebagian besar anak. Namun yang perlu diwaspadai adalah jika anak belum dapat menggambar beberapa bentuk yang tergabung dengan
baik menjadi satu bentuk yang lebih bermakna. Maka kemampuan anak dalam mempersepsi apa yang ada di sekitarnya perlu dipertanyakan. Belum bisa mewarnai dengan rapi. Salah satu cara untuk melatih motorik halus anak ialah dengan member gambar menarik untuk diwarnai. Biasanya anak akan menyukai kegiatan ini dan bereksperimen dengan menggunakan berbagai macam warna yang disediakan.bagi beberapa anak pekerjaan mewarnai memang bukan pekerjaan yang menyenangkan. Apalagi jika hasilnya dibandingkan dengan temannya yang lebih bagus. Hal yang perlu diperhatikan yaitu jika anak enggan untuk mewarnai, cobalah melatih kesabarannya dalam menyelesaikan satu pekerjaan hingga tuntas, sebelum beralih ke pekerjaan lain. Dari penjelasan di atas, dapat ditarik beberapa contoh gangguan perkembangan fisik motorik yang nampak pada anak usia dini baik motorik kasar maupun halus: a. Berat badan yang tidak normal dalam perkembangan koordinasi motorik, yang tidak disebabkan oleh retardasi mental, gangguan neurologisyang didapat maupun konginental (Development Coordination Disorder). b. Gangguan ini bisa bersamaan dengan kesulitan bicara c. Saat bayi tidak bisa merangkak, kalau merangkak seperti merayap d. Bila duduk posisi kaki seperti huruf “ w” e. Anak tampak aneh dalam berjalan, sering jatuh, tersandung dan menabrak f.
Lambat belajar berlari, melompat dan naik turun tangga
g. Kesulitan mengikat sepatu h. Kesulitan memasang dan melepaskan kancing, melempar dan menangkap bola i.
Anak tampak lamban dalam gerak halus & kasar
j.
Benda yang dipegang sering jatuh
k. Tidak pandai menggambar, tulisannya sangat jelek (Mubiskin Imam, 2012).
3. Gangguan Fungsi Kognitif Jenis gangguan kognitif pada anak adalah kondisi yang mempengaruhi keterampilan berfikir anak tersebut. Anak dengan masalah contohnya gangguan itu akan memiliki kesulitan dengan ingatan, persepsi, dan belajar. Meskipun berbeda dari pengetahuan yang sebenarnya. Kognitif memainkan peran penting dalam keterampilan anak untuk belajar dan akhirnya hidup sehat dan normal. Sebab itu, wajib diketahui macammacam gangguan kognitif pada anak agar diketahui kondisi tumbuh kembangnya sejak dini dan mencegah agar tak mengganggu kehidupannya di kemudian hari, diantaranya : a. Speech Delay (Jenis Gangguan Kognitif pada Anak Keterlambatan Berbicara) Speech delay adalah jenis gangguan kognitif pada anak yang mengganggu keterampilan anak untuk berbicara. Selain itu, jenis gangguan kognitif pada anak ini juga menghambat segal hal yang berkaitan dengan produksi bahasa dan kata kata pada anak semisal dengan membaca, menulis. Hal ini dipengaruhi sebab dengan semakin beragamnya konsumsi gadget pada anak menjadikan interaksi sosial anak anak menjadi berkurang dan membentuk pribadi anak anak menjadi cenderung introvert dan individualis. Dimana diusia anak seharusnya anak anak bisa mengenal dunia bermain dan dunia berinteraksi dengan teman temannya serta mengenal beragam hal baru termasuk belajar bebicara dan segala hal yang berkaitan dengan produksi bahasa dan kata kata. Hal ini justru tidak anak anak dapatkan, dengan hadirnya peralatan tersebut dan konsumsi yang tidak terkontrol menjadikan dunia anak teralihkan sepenuhnya pada gadget dan peralatan canggih lainnya. Sehingga keterampilan berbicara dan berbahasa pada anak tidak mampu dikembangkan sebagaimana mestinya. Untuk mengatasi hal ini tentunya, sebagai ayah dan ibu sebisa mungkin harus mampu mengontrol dan memberikan pengawasan yang cukup baik terhadap anak anak. Bukan tidak boleh memberikan
fasilitas gadget pada anak anak, apalagi jika dilihat dari sisi manfaat, ini berguna dan akan memudahkan anak anak dalam hal berkomunikasi. Namun demikian, membatasi dan mengawasi penggunaannya adalah hal yang akan lebih bijak dilakukan demi kebaikan anak anak pula. b. Kognitif Delay (Jenis Gangguan Kognitif pada Anak Keterlambatan Perkembangan) Secara normal, proses perkembangan berlangsung secara berkelanjutan dan bertahap dari satu tahapan ke tahapan lainnya mesk ipun kecepatan perkembangan ini bervariasi dan berbeda beda di masing masing anak. Namun demikian, proses perkembangan kognitif ini telah terancang secara genetika, sedangkan sebab lingkungan mengambil pengaruh yang sedikit. Proses perkembangan kognitif umumnya memerlukan perkembangan yang optimal. Pola perkembangan ini biasanya bertahap dari mulai perkembangan motirk kasar dan berlanjut pada perkembangan kognitif halus. Dimana jika keterampilan kognitif kasar sudah dikuasai akan berlanjut pada perkembangan kognitif halus yang akan berfungsi dengan semakin baik. Gerakan yang bersifat umum dan tidak teratur akan berkembang menjadi grakan spesifik yang teratur dan bertujuan. Hanya saja, jika perkembangan otidak pada anak tidak berkembang dengan optimal sebab jenis gangguan kognitif pada anak tertentu maka hal ini akan juga berpengaruh pada keterlambatan kognitif anak anak. c. Jenis Gangguan Kognitif pada Anak Tentang Kebiasaan Jenis gangguan kognitif pada anak tentang kebiasaan mungkin menjadi suatu usaha anak yang dilakukan dalam rangka untuk mengalahkan atau meredam stres yang menyerangnya. Beberapa jenis gangguan kognitif pada anak kebiasaan yang seringkali dijumpai pada anak diantaraya adalah menggikit kuku, memukul dirinya sendiri, membenturkan kepala ke tembok, menggoyangkan tubuh menggigit dan usaha menyakit dirinya sendiri. Semua anak yang mengalami jenis gangguan
kognitif pada anak kebiasaan umumnya akan menunjukan perilaku yang aneh, namun hal ini tergantung pada frekuensi dari kebiasaan tersebut. Contohnya, anak yang menghisap jempol mungkin bagian dari pertumbuhannya, namun jika kebiasaan ini terbawa hingga anak berusia 8 tahun keatas, hal ini patut diwaspadai. d. Jenis Gangguan Kognitif pada Anak dalam Psikologis Jenis gangguan kognitif pada anak dalam psikologis pada anak bisa meliputi perubahan emosinya, perilaku, kinerja mental dan fungsi fisiknya. Permasalahan jenis gangguan kognitif pada anak dalam psikologis ini dapat dilatarbelakangi oleh sebab sebab contohnya pola pengasuhan yang diberikan ayah dan ibu, masalah keluarga, trauma mendalam, penyakit kronis atau perpisahan yang menjadikan anak tidak mampu menahan beban tersebut dan tidak mampu menyalurkannya dengan baik. e. Jenis Gangguan Kognitif pada Anak Pada Tidur Masalah jam tidur yang terlalu panjang dan terlalu singkat pada anak mungkin mengindikasikan jenis gangguan kognitif pada anak tidur padanya. Jenis gangguan kognitif pada anak sewaktu tidur tidak dapat dianggap sebagai hal yang sepele sebab hal ini akan berdampak pada tahap perumbuhan yang mungkin memiliki efek merugikan pada keterampilan kognitif anak. Untuk itu, peran ayah dan ibu disini sangat dibutuhkan dimana anda harus senantiasa mampu mengendalikan jam tidur anak pada waktu yang seharusnya. Hindari pula menjadikan anak terjaga sampai larut malam yang akan menjadikan jam biologisnya aneh. Keberagaman ayah dan ibu seringkali memberikan toleransi tidur larut malam saat waktu liburan sekolah tiba. Namun setelah jam sekolah anak mulai berlaku, sebaiknya sesuaikan kembali waktu tidur anak anak agar bisa kembali normal.
f. Jenis Gangguan Kognitif pada Anak Tentang Kecemasan(Ansietas) Rasa panik adalah hal yang wajar terjadi pada anak anak, namun selama hal tersebut masih diambang batasnya. Saat anak seringkali terlihat cemas dan bahkan kecemasan ini sampai merugikan anak anak contohnya menjadikan anak anak tidak bisa tidur, ketidakutan terhadap individu lain. Maka hal ini haruslah diwapadai dan segera minta bantuan psikolog atau tenaga ahli untuk membantu anak mengendalikan kecemasan dan meredakannya. Jenis gangguan kognitif pada anak kecemasan yang menyerang anak anak mungkin dipengaruhi sebab sebab trauma mendalam, memiliki jenis gangguan kognitif pada anak obsesif kompulsif atau trauma tertentu.