JOBSHEET PAIN MANAJEMEN PADA LUKA BAKAR KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH III SEMESTER 5A
DISUSUN OLEH: MONICA MARCELA NADAA SHOFIYYAH NIKEN LARASATI
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANTEN 2018
A. Pengertian
Menurut IASP 1979 (International Association for the Study of Pain) nyeri adalah “ suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak menyenangkan, yang berkaitan dengan kerusakan jaringan yang nyata atau yang berpotensi untuk menimbulkan kerusakan jaringan “, dari definis i tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa nyeri bersifat subyektif dimana individu mempelajari apa itu nyeri, melalui pengalaman yang langsung berhubungan dengan luka (injuri), yang dimulai dari awal masa kehidupannya. Pada tahun 1999, the Veteran’s Health Administration mengeluarkan kebijakan untuk memasukan nyeri sebagai tanda vital ke lima, jadi perawat tidak hanya mengkaji suhu tubuh, nadi, tekanan darah dan respirasi tetapi juga harus mengkaji tentang nyeri. Mengatakan nyeri sebagai “konsep yang abstrak” yang merujuk kepada sensasi pribadi tentang sakit, suatu stimulus berbahaya yang menggambarkan akan terjadinya kerusakan jaringan, suatu pola respon untuk melindungi organisme dari bahaya. Sternbach (2000) Mengatakan nyeri sebagai penjelasan pribadi tentang nyeri ketika dia mengatakan tentang nyeri “ apapun yang dikatakan tentang nyeri dan ada dimanapun ketika dia mengatakan hal itu ada “. McCaffery (1999)
B. Tujuan
Tujuan penangan luka bakar yaitu: 1. Untuk mengatasi nyeri 2. Mengangkat jaringan mati 3. Mencegah infeksi 4. Meminimalkan terjadinya jaringan parut 5. Mengembalikan fungsi tubuh 6. Serta meninjau kebutuhan emosional penderita yang mengalami luka bakar. Bergantung pada derajar keparahan, penangan luka bakar dapat dilakukan secara rawat inap atau rawat jalan.
C. Jenis Nyeri
1. Nyeri akut adalah nyeri dengan onset segera dan durasi yang terbatas, memiliki hubungan temporal dan kausal dengan adanya cedera atau penyakit. 2. Nyeri kronik adalah nyeri yang bertahan untuk periode waktu yang lama. Nyeri kronik yang terus menerus ada meskipun telah terjadi proses penyembuhan dan sering sekali tidak diketahui penyebabnya yang pasti
D. Luka Bakar
Luka bakar adalah suatu kondisi kerusakan jaringan yang dapat diakibatkan oleh trauma panas, kimia, listrik, cahaya matahari, ataupun radiasi nuklir. Klasifikasi:
Luka bakar diklasifikasikan dalam tiga derajat kerusakan, yaitu:
KLASIFIK
JARINGAN
ASI
KLINIS
TES
WAKTU
YANG
JARUM
SEMBUH
RUSAK
“pin
HASIL
prick”
I
Epidermis
II Dangkal
-
Sakit
-
Merah
-
Kering
Sebagian
-
dermis,
-
folikel rambut, dan
-
keringat utuh II dalam
Hanya
7 hari
normal
Sakit
Nyeri
7-14 hari
Normal, pucat
Merah/kun
atau
ing
normal
dan berbintik
Kelenjar basah
-
keringat yang utuh
nyeri
-
kelenjar
Tidak
sakit
begitu
merah/kun
nyeri
14-31 hari
-
Pucat
-
Defigment asi
ing
-
Rata
- basah
-
Mengkilat
-
Rambut ()
III
Dermis
-
seluruhnya
Tidak
Tidak
sakit
nyeri
-
Coklat
-
Hitam
-
kering
21 hari
-
Sikatriks
-
Hipertropi
-
Sikatriks
-
hipertropi
Luas luka bakar dinyatakan sebagai persentase terhadap luas permukaan tubuh. Untuk menghitung secara cepat dipakai Rule
of Nines dari Wallace. Perhitungan cara ini hanya dapat diterapkan pada orang dewasa, karena anak-anak mempunyai
proporsi tubuh yang berbeda.2,3 Pada keadaan darurat dapat digunakan cara cepat yaitu dengan menggunakan luas telapak tangan penderita. Prinsipnya yaitu luas telapak tangan = 1% luas permukaan tubuh.
Area luka bakar
Presentase ( dalam persen)
Seluruh kepala (muka dan belakang)
9
Dada
9
Perut
9
Ekstremitas atas (kiri dan kanan)
2x9
Pungggung dan bokong
2x9
Pha dan betis (kiri dan kanan)
4x9
Perineum dan genitelia
1
total
100
E. Tatalaksana
Evaluasi ini meliputi jalan napas, pertukaran udara dan stabilitas sirkulasi. Selain itu juga harus diketahui mekanisme terjadinya luka bakar, ada tidaknya gangguan inhalasi, luka bakar pada kornea dan intoksikasi karbon monoksida. Beratnya luka bakar ditentukan dengan menilai derajat serta luas luka bakar. Langkah-langkah pertolongan pertama: 1. Tidak panic 2. Mengurangi berat luka bakar
Dengan cara memadamkan api atau benda panas(pakaian penderita dilepaskan) dan pindahkan penderita ke tempat yang aman. Jika luka bakar disebabkan oleh listrik, padamkan kontak listrik. Jika dikarenakan trauma bahan kimia, irigasi area yang terkena.1 Selimuti tubuh penderita dengan selimut atau kain bersih jika luka bakar cukup luas. 3. Lakukan primary survey 1) A – ( Airway) : Sumbatan jalan nafas dapat terjadi akibat cedera
inhalasi. Tanda yang mungkin ada yaitu kesulitan bernafas atau suara nafas yang berbunyi ( stridor hoarness), edema mukosa mulut dan jalan nafas, ditemukan sisa-sisa pembakaran di hidung atau mulut dan luka bakar mengenai muka atau leher. Cedera ini harus segera ditangani karena angka kematiannya sangat tinggi.
2)
B – ( Breathing ) : Ekspansi rongga dada dapat terhambat karena nyeri atau eskar yang melingkar di dada.
3)
C – (Circulation) : Keluarnya cairan dari pembuluh darah terjadi karena hiperpermeabilitas pembuluh darah. Hal ini juga menjadi penyebab terjadinyaacute lung injury akibat edema paru.1 Bila disertai syok (suplai darah ke jaringan kurang), tindakannya adalah atasi syok lalu lanjutkan resusitasi cairan.
4) D – ( Disability) : Status neurologis penderita. 4. Resusitasi cairan
Pemasangan infus dilakukan untuk mencegah syok. Pada penderita dewasa, resusitasi cairan dapat diberikan pada luka bakar derajat 2 atau 3 yang mengenai > 20% luas permukaan tubuh. Sedangkan untuk anak-anak, resusitasi cairan dapat diberikan jika > 15%, dan pada bayi > 10%. Rumus Parkland dapat digunakan sebagai panduan resusitasi cairan
pada 24 jam pertama, yaitu 4 mL/kgBB/persen luka bakar solusio Ringer Laktat. Setengah dari jumlah tersebut diberikan pada 8 jam pertama, dan sisanya diberikan untuk 16 jam berikutnya. 5.
Evaluasi urine output
Keluaran urin harus tetap dinilai sebagai evaluasi perfusi ginjal dan keseimbangan cairan. Keluaran urin pada dewasa harus dipertahankan antara 0,5-1 mL/kgBB/jam. 6.
Pemasangan NGT(nasogastric tube)
Pemasangan NGT dapat diberikan pada penderita dengan luas luka bakar > 20% untuk mencegah terjadinya distensi lambung dan muntah. 7. Mencegah infeksi
Luka bakar sebaiknya jangan diberi bahan-bahan yang kotor dan sukar larut dalam air seperti mentega, kecap, telur atau bahan yang lengket misalnya kapas. Luka ditutup dengan kain bersih. Jika ada bula, jangan dipecahkan karena merupakan pelindung sementara sebelum dilakukan perawatan luka di rumah sakit. 8. Pengiriman penderita ke rumah sakit sesegera mungkin.
F. Hal-hal yang perlu diperhatikan: 1. Semua terapi pengobatan diberikan secara intravena selama masa
resusitasi 2. Kadar natrium harus tetap dimonitor untuk menghindari terjadinya
hiponatremia 3. Transfusi sel darah merah diindikasikan jika kadar hematokrit <> 4.
Insulin dapat diberikan jika glukosa serum > 200 mg/Dl
5. H2 blocker dan antasida dapat diberikan agar pH lambung tetap pada
kisaran 7 G. Terapi Penanganan nyeri dapat dicapai melalui pemberian obat narcotic intravena,
seperti morphine. Pemberian melalui intramuskuler atau subcutan tidak dianjurkan karena absorbs dari jaringan lunak tidak cukup baik selama periode ini bila hipovelemia dan perpindahan cairan yang banyak masih terjadi. Demikian juga pemberian obat-obatan untuk mengatasi secara oral tidak dianjurkan karena adanya disfungsi gastrointestinal. No. Nama Obat 1. Farmakologi Analgetik Opioid :
2.
Morfin
Analgetik NonOpioid :
Penjelasan analgetik opioid sangat efektif dalam mengurangi rasa nyeri namun mempunyai beberapa efek samping. semakin lama pemakai obat ini akan membutuhkan dosis yang lebih tinggi. selain itu sebelum pemakaian jangka panjang dihentikan, dosisnya harus dikurangi secara bertahap, untuk mengurangi gejala-gejala putus obat. Morfin merupakan bahan alami yang disarikan dari opium, walaupun ada yang berasal dari tumbuhan lain dan sebagian lainnya dibuat di laboratorium Semua analgetik non-opiod (kecuali asetaminofen) merupakan obat anti peradangan non-steroid (nsaid, nonsteroidal antiinflammatory drug). obat-
Gambar
obat ini bekerja melalui 2 cara (Dipiro et al, 2005): 1. mempengaruhi sistem prostaglandin, yaitu suatu sistem yang bertanggungjawab terhadap timbulnya rasa nyeri. 2. mengurangi peradangan, pembengkakan dan iritasi yang seringkaliterjadi di sekitar luka dan memperburuk rasa nyeri.
3.
Aspirin
Tersediadalam bentuk peroral (ditelan) dengan masa efektif selama 4-6 jam.
NonFarmakologi
Intervensi Psikologi
Meskipun aspek kognitif, perilaku, dan sosial nyeri yang mapan, intervensi psikologis untuk pengobatan nyeri akut tidak digunakan secara luas.Intervensi sederhana (misalnya, informasi pengantar tentang sensasi yang akan terjadi setelah prosedurtertentu).Teknikteknik psikologis yang sukses lainnya, termasuk pelatihan relaksasi,citra, dan hipnosis, telah terbukti efektif dalam pengelolaan nyeri pasca prosedur dankanker terkait nyeri.
Daftar pustaka
Borley R. Neil danGrase A. Pierce. 2007. At a glance IlmuBedah. Edisi 3. Jakarta Erlangga Berman, A., Snyder, S.J., Kozier, B. & Glenora Erb. (2009). Buku Ajar Praktik Keperawatan Klinis edisi 5. Jakarta: EGC. Avidan M. Pain Managemnet . In: Perioperative Care, Anesthesia, Pain Management and Int ensive Care.London; 2003 Jagminas L. Burn Management . Available from: http://www.springerlink.com/content/j8n43741k7777320/fulltext.pdf Lund C, Browder N. The Estimation of Areas of Burns. Surg Gynecol Obstet 1944;79:352-8. Baxter CR. Management of Burn Wound . Dermatol Clin 1993;11:709-14. Hospital and prehospital resources for optimal care of patients with burn injury: guidelines for development and operation of burn centers. American Burn Association. J Burn Care Rehabil 1990;11:98-104. Dr. I Nyoman Putu Riasa, SpBP. Memahami Luka Bakar , Penanggung Jawab Medis Unit Luka Bakar RS Sanglah, Denpasar, Bali.