KELAINAN KELENJAR SEBASEA
BIOLOGI KELENJAR SEBASEA Anatomi Kelenjar Sebasea Histologi
Kelenjar sebasea adalah kelenjar yang mempunyai struktur uni-lobular atau multilobular yang yang biasanya biasanya terkait dengan folikel folikel rambut, rambut,
terdiri dari acini acini yang
terhubungan dengan saluran ekskresi yang umum terdiri dari epitel skuamosa berlapis. Kelenjar terdiri dari sebocytes yang menghasilkan lipid dan keratinosit yang menghubungkan menghubungkan saluran sebasea. Pada Pada
pinggir membran dasar kelenjar kelenjar
sebasea adalah lapisan sel basal kecil yang terdiri terdiri dari kuboid, nukleat, sebosit sebosit dengan mitosis yang cepat. Perkembangan sel – sel – sel sel kebagian tengah kelenjar dan kumpulan tetesan tetesan lipid yang pada akhirnya akhirnya akan berdifferensiasi. berdifferensiasi. Sebosit yang yang berdifferensiasi berdifferensiasi ini adalah penuh dengan lipid dan sedikit menggandung menggandung organel seluler lainnya (Gambar 77-1).Sekeliling kelenjar merupakan kapsul jaringan ikat terdiri dari serat kolagen yang berfungsi untuk menguatkan.
Gambar 77-1: kelenjar sebasea pada manusia dengan multi lobular struktur .
Lokasi
Kelenjar Sebasea berhubungan dengan folikel rambut di seluruh tubuh. Sebuah kelenjar sebasea dan kumpulan folikel rambut disebut unit pilosebasea, Kelenjarkelenjar tersebut dapat juga ditemukan di tempat – tempat tertentu yang tidak ada rambut , termasuk kelopak mata (kelenjar meibomian), puting susu (kelenjar Montgomer y’s), dan sekitar alat kelamin (kelenjar Tyson). Hanya telapak tangan dan telapak kaki yang tidak memiliki folikel rambut dan
sama sekali tidak
memiliki folikel rambut. Kelenjar Sebasea bervariasi dalam ukuran, bahkan dalam individu yang sama dan pada area anatomis yang sama. Di permukaan tubuh yang eksternal, kelenjarkelenjar ini kebanyakan hanya memiliki ukuran
beberapa
milimeter saja. Kelenjar tersebar dan kelenjar yang paling banyak (hingga 400-900 2
kelenjar/cm ) ditemukan pada wajah dan kulit kepala. Rambut- rambut
yang
terkait dengan kelenjar besar di daerah ini sangat halus dan telah diyakini bahwa dari total struktur lebih tepat disebut folikel sebasea dari pada folikel rambut. Dalam epitel mulut, kelenjar sebasea yang dikenal sebagai Fordyce’s spots yang kadang-kadang muncul . itu Fordyce’s spot terlihat dengan mata telanjang karena ukurannya yang besar (sampai 2 dengan 3 mm) dan transparansi pada epitel mulut. Di lokasi ini, saluran sebaasea terbuka langsung ke permukaan. Embriogenesis dan morfogenesis
Pada janin manusia, kelenjar sebasea berkembang pada minggu ketiga belas sampai minggu keenam belas dari benjolan (epithetial placodes) pada folikel rambut yang sedang berkembang. Daerah bulges (tonjolan) folikel mengandung epidermal stem cells
yang menghasilkan beragam cell ligeanes , termasuk
didalamnya foilicular keratinosit epidermis serta kelenjar sebasea. Begitu sel anak
betian berpindah dari daerah tonjolan, perubahan pola ekspresi dari sejumlah faktor transkripsi menentukan lineage cell terakhir. Wnt / wingless (Wnt) dan sonic hedgehog (shh) signaling pathways akan selalu ikut dalam pembentukan embriotik dan pematangan sel. Sel yang dibentuk menjadi sebocite akan meningkat shh dan myelocytomatosis onkogen (myc) signaling dan penurunan sinyalWnt (Gbr. 77-2). Pada tikus percobaan, pembentukan tanda Wnt menunjukan perbedaan folikel rambut , sementara penghambantan sifat tanda Wnt melalui pencegahan interaksi Lefl/β-catenin menyebabkan differensiasi sebosit. Loss-of function dan Gain -offunction pada tikus percobaan menunjukan bahwa penghambatan sifat tanda Shh akan menghambat differensiasi sebosit normal dan pada dasarnya mengaktifkan hasil – hasil sinyal Shh pada peningkatan jumlah dan ukuran kelenjar sebasea pada kulit.ketika terbentuk sempurna maka kelenjar tetap melekat pada folikel rambut dengan suatu saluran melalui sebum masuk kedalam saluran folikel dan pada akhirnya kepermukaan kulit. Gbr: 77-2
Fisiologi Kelenjar Sebaseus :
Sekresi Holokrine Kelenjar sebasea mengeluarkan lipid dengan menghancurkan keseluruhan sel-sel, Proses ini dikenal sebagai sekresi holokrine . Rentang waktu hidup suatu sebosit dari pembelahan sel ke sekresi holokrine kira-kira 21 hingga 25 hari. Dikarenakan oleh suatu keadaan untuk tetap mengalami pembaharuan dan sekresi kelenjar sebasea, selsel individual di dalam kelenjar yang sama diikutkan pada aktivitas metabolism berbeda tergantung pada keadaan differensiasi. Tahapan proses ini terlihat pada histology dari kelejar tersebut. Sel-sel paling luar adalah, membran lapisan sel basal, kecil, nukleasi, dan tanpa tetesan lipid. Lapisan ini berisi sel-sel terpisah yang mengisi sel pada kelenjar tersebut sebagai sel-sel pengganti pada proses ekskresi lipid. Begitu sel-sel digantikan ke pusat kelenjar, semuanya menghasilkan lipid, yang mengumpul dalam bentuk tetesan. Pada akhirnya sel-sel tersebut menjadi lebih besar dengan tetesan lipid, nuklei dan struktur sub-selular lainnya hilang. Begitu sel-sel tersebut mendekati pembuluh sebasea, semuanya berpencar dan melepaskan isinya. Hanya lipid murni mencapai permukaan kulit. Protein, asam nukleat, dan membran fosfolipid dicerna dan terlihat proses daur ulang selama penghancuran sel-sel tersebut. Komposisi Lipid Sebum Serum manusia, begitu dia meninggaikan kelenjar sebasae, berisi skualene, kolesterol, ester kolesterol,wax ester, dan trigliserida (Gbr. 77-3). Selama perjalanan sebum melalui saluran rambut, enzim bakterial menghidrolisa beberapa trigliserida, sehingga campuran lipid mencapai permukaan kulit berisi asam lemak bebas dan sebagian kecil monogliserida dan digliserida pada penambahan komponen sebenarnya. Wax Ester dan skualene membedakan sebum dari lipid
pada organ tubuh manusia, yang tidak mengandung wax ester dan sedikit skualene. Yang jelas, kelenjar sebaseus manusia tampaknya tidak dapat memproses squalene ke sterol seperti kolesterol. Bentuk asam lemak tak jenuh pada trigliserida, wax ester, dan ester kolesterol, juga mernbedakan sebum manusia dari organ lipid lainnya. Jalur lintasan mamalia normal dari ketidak jenuhan yang melibatkan penyisipan suatu ikatan ganda antara karbon ke-sembilan dan ke-sepuluh dari asam stearic (18:0) untuk membentuk asarn oleic (18 :1A9). Namun demikian, pada kelenjar sebaseus manusia, pola utama adalah penyisipan pada ikatan ganda A6 ke dalam asam palmitic (16:0). Ini menghasilkan asam sapienic (16 :1A6) (lihat Gbr.7T-3), merupakan asam lemak utama dalam sebum manusia dewasa. Pemanjangan pada rantai melalui dua karbon dan penyisipan ikatan ganda lainnya menghasilkan asam sebaleic (18 :2A5,8) (lihat Gbr.77 : 3), asam lemak dianggap bersifat khas pada sebum manusia. Asam lemak sebasea dan alkohol juga dibedakan oleh percabangan rantai. Cabang-cabang metil dapat terjadi p4da gabang berikutnya ke karbon terakhir (yang kedua dari belakang) dari rantai asam lemak (percabangan), pada cabang ketiga dari karbon terakhir (ketiga dari yang terakhir) dinamakan (percabangan anteiso), atau pada salah satu karbon bernomor-genap (percabangan intemal). Contoh tak jenuh ini jarang dan moietis percabangan rantai terdapat dalam struktur lipid ditunjukkan pada gbr.
\
Gbr: 77-3
Fungsi dari Sebum Fungsi sebenarnya sebum pada manusia belum diketahui. Telah ada pembahasan bahwa sebum bisa mengurangi penguapan air dari permukaan kulit dan berfungsi untuk mempertahankan kelembutan dan kehalusan kulit, walaupun bukti mengenai pernyataan ini pada manusia masih sedikit namun demikian, sebagaimana diperlihatkan pada tikus percobaan mengalami defisiensi kelenjar sebaseus (Asebia), gliserol berasal dari hidrolisis trigliserida pada sebum diperlukan untuk mempertahankan hidrasi stratum korneum. Sebum berfungsi untuk melindungi kulit dari infeksi oleh bakteri dan jamur, setidaknya sebagian dikarenakan sebum
mengandung imunoglobulin A yang disekresi dari sebagian besar kelenjar eksokrin. Vitamin E melindungi kulit sampai kelapisan atas dan lipid permukaannya dari oksidas.Oleh sebab itu sebum mengalir ke permukaan kulit untuk melengkapi mekanisme bagi kebutuhan vitamin E untuk dapat berfungsi.
FAKTOR-FAKTOR YANG MENGATUR UKURAN KELENJAR SEBASEA DAN PRODUKSI SEBUM
Produksi sebum akan terus-menerus dan tidak dikontrol oleh mekanisme neural. Mekanisme sesungguhnya yang mendasari pengaturan produksi sebum manusia belum diketahui pasti. Yang jelas, kelenjar sebasea diatur oleh androgen dan retinoid,
tetapi
faktor-faktor
lainnya,
seperti
melanokortin,
peroxisome
proliferatoraldivated reseptors (PPARs), dan fibrobtast growth factor receptors (FGFR) telah diduga juga berperan dengan baik.
Androgen
Telah diketahui sejak lama bahwa kelenjar sebasea membutuhkan rangsangan androgenik untuk menghasilkan sebum dalam jumlah banyak. Individu dengan defisiensi genetik dari reseptor androgen (insensitivitas androgen komplit) sama sekali tidak memiliki sekresi sebum dan tidak mengalami akne. Namun demikian, terdapat pertanyaan apakah kadar androgen penting secara fisiologis. Walaupun kebanyakan androgen yang kuat adalah testosterone dan penurunan hasil dihidrotestosteron organ, kadar testosterone tidak sejalan dengan aktifitas kelenjar sebaseus. Misalnya, kadar testosterone lebih tinggi beberapa kali lipat pada pria dibandingkan pada wanita tidak adanya perbedaan antara jenis kelamin, sementara jumlah rata – rata sekresi sebum hanya sedikit lebih tinggi pada pria dibandingkan pada wanita, tanpa adanya perbedaan antara kelompok tersebut. Sekresi sebum
juga mulai meningkat pada anak-anak selama masa adrenurche yaitu satu masa mendahului pubertas kira-kira 2 tahun. Dehydroepiandrosterone sulfut (DHEAS) androgen adrenal lemah menjadi pengatur penting pada aktifitas kelenjar sebaseus melalui perubahannya menjadi testosterone dan dihydrotestosterone dalam kelenjar sebaseus. Kadar DHEAS akan tinggi pada bayi baru-lahir ,sangat rendah pada anak-anak berusia 2 hingga 4 tahun, dan mulai meningkat ketika sekresi sebum mulai bertambah. Pada orang dewasa, kadar DHEAS pada satu individu bervariasi namun hanya sedikit lebih tinggi pada pria dari pada wanita secara rata-rata. Ada penurunan dalam kadar DHEAS pada kedua jenis kelamin mulai pada usia dewasa dan berlangsung seumur hidup. Penurunan ini sejalan penurunan sekresi sebum. DHEAS tampak pada darah dengan konsentrasi tinggi. Enzim yang diperlukan untuk mengubah DHEAS menjadi androgen lebih kuat tampak pada kelenjar sebasea. Ini termasuk dehydrogenase 3βhydroxysteroid tipe-1, 17β-phydroxysteroid dehydrogenase, dan 5α-redulaase. Masing-masing enzim ini terdapat dalam dua atau lebih isoforms yangmenunjukkan perbedaan jaringan dalam ekspresinya. Isoenzim utama pada kelenjar sebaseus termasuk tipe I 3β-hydrorysteroid dehydrogenase, type 2 l7βhydroxysteroid dehydrogenose, dan type I Sa-reductase. Retinoid
Isotretinoin (13-cis asam retinoid) adalah penghambatan
sekresi sebum
farmakologis paling kuat. Terjadinya pengurangan produksi sebum dapat diamati lebih cepat 2 minggu setelah digunakan. Secara histologi, kelenjar gebasea terlihat menurun dalam ukuran, dan sebosit pada individu terlihat tidak terjadi perubahan, ketidaksempurnaan pada pengumpulan sitoplasmik disebabkan oleh penumpukan dari lipid sebasea. Isotretinoin tidak berinteraksi dengan salah satu reseptor retinoid dikenal. Mungkin akan berfungsi sebagai metode pengobatan untuk sintesis dari all-trans
retinoid acid atau 9-cis retinoid acid yang akan berinteraksi dengan reseptor retinoid namun demikian, isotretinoin memiliki cara kerja sebosupresil lebih besar daripada yang dilakukan all-trans atau retinoid 9-cis retinolid acid. Mekanisme dari 13-cis retinoid acid yang menurunkan sekresi sebum belum diketahui, sebaliknya dapat menghambat aktivitas 3α-hrydroxysterotid dari dehydrogenase retinol dan menyebabkan berkurangnya sintesis androgen. Selain itu, isotretinoin dapat menghambat siklus sel pada sebosit manusia dan kultur percobaan sel yang abadi pada sebosit manusia (SZ95 dan SEB-l) dan juga memicu apoptosis pada sebosit SEB-l- Menghambat sintesis androgen, mencegah siklus sel, dan apoptosis dengan retinoid acid 13-α dapat menyebabkan penurunan ukuran kelenjar sebaseus setelah pengobatan.
Melanokortin
Melanokortin mencakup stimulasi hormon melanosit dan adrenokortikotropik Hormone. Pada binatang pengerat, melanokortin meningkatkan produksi sebum. Tikus transgenik kekurangan reseptor melanokortin-5 mempunyai kelenjar sebasea hipoplastik dan menurunkan produksi sebum. Reseptor melanokortin-5 telah dikenali pada kelenjar sebaseus manusia, dimana dia berperan pada suatu modulasi dari produksi sebum.
Peroxisome Proliferator
Reseptor aktif PPAR ialah merupakan reseptor inti tanpa-induk yang sama untuk reseptor retinoid dalam banyak hal tertentu. Setiap reseptor ini membentuk heterodimers dengan reseptor retinoid X untuk mengatur gen-gen yang terlibat dalam berbagai proses, termasuk metabolisme lipid dan proliferasi selular dan differensiasinya. PPAR-α
PPAR-δ dan PPAR-γ reseptor bermacam-macam
tipe dijumpai dalam basal
sebosit, PPAR- γ juga ditemukan dalam differensiasi sebosit. Pada pasien yang mendapat serat (PPAR-α ligands) untuk hiperlipidemia atau thizolidinedion. (PPAR\γ ligands) untuk diabetes, sekresi sebum meningkat. Sel- sel preputium tikus berfungsi sebagai contoh untuk sebosit manusia dalam laboratorium. Pada sel-sel preputium tikus, agonist dari reseptor PPAR-γ, misalkan obat-obatan jenis thiazolidinedion, dapat meningkatkan penumpukan lipid.
Reseptor Faktor Pertumbuhan Fibroblas
FGFRI dan FGFM terdapat pada epidermis dan kulit binatang. Bentuk dari FGFR3 dan FGFR4 dijumpai pada pembuluh darah dermal dan pembuluh darah kecil dan tidak terdapat pada epidermis pada binatang, FGFM mempunyai peran penting selama embriogenesis dalam pembentukan kulit. Mutasi Germline pada FGFR2 yang menyebabkan syndrome apert, yang biasanya berhubungan dengan akne. Selain itu, mutasi somatik pada gen yang sama dapat menyebabkan akne pada tempat tertentu, namun bagaimana reseptor ini terlibat dalam perkembangan kelenjar sebasea dan bagaimana mutasinya menyebabkan akne belum diketahui
Kesimpulan
Pengaturan produksi sebum pada manusia sangat complek. Kemajuan ilmu dalam bidang ini sedang di kembangkaan yang mungkin bisa menjadi terapi alternatif untuk mengurangi sebum dan dapat memperbaiki jerawat.