1.1.1
keadaan psikologi bayi dan anak
YANg mempengaruhi psikologi anak Pertumbuhan ialah perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsifungsi fisik yang berlangsung secara normal pada anak yang sehat, dalam passage (peredaran waktu) tertentu. Perkembangan Perkembangan dalam pengertian sempit bisa disebutkan sebagai: “Proses pematangan fungsi-fungsi fungsi-fungsi yang non-fisik” non-fisik” Perkembangan Perkembangan anak tidak berlangsung secara mekanis-otomatis. Sebab perkembangan tersebut sangat bergantung pada beberapa faktor secara simultan, yaitu: 1) Fakto herediter (warisan sejak lahir, bawaan) 2) Faktor lingkungan yang menguntungkan, atau yang merugikan 3) Kematangan fungsi-fungsi organis dan fungsi-fungsi psikis 4) Aktivitas anak sebagai subyek bebas yang berkemauan, kemampuan seleksi, bisa menolak atau menyetujui, punya emosi, serta usaha membangun diri sendiri. Dalam unsur kehidupan itu selalu ada tenaga-pendorong-maju (forward impetus) untuk bergiat, berubah dan berkembang. Anak merupakan agen subyek aktif yang memfungsikan segenap kemampuan dalam proses perkembangannya. perkembangannya. Dalam perkembangan perkembangan anak terdapat impuls-impuls bawaan yang mendorong segenap mekanisme dari potensialitasnya untuk berfungsi aktif, berkembang dan terus maju. Jika fungsi-fungsi psiko-fisik itu mengalami proses pematangan, pematangan, maka terjadilah proses pemekaran dan pembukaan dari “lipatan” “lipat an” pada setiap potensi organisme. Inilah yang disebut sebagai prose perkembangan. Tahap perkembangan Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat penting. Mengapa? Karena dalam rentang lima masa kanak-kanal kanak-kanal (prenatal, masa bayi ba yi dan tatih, masa kanak-kanak pertama, masa kanakkanak kedua, dan masa remaja), priabdi dan sikap seseorang dibentuk. Bila pada masa penting itu seseorang anak ''salah bentuk'', akibatnya bisa fatal. Hal ini kerap dilakukan dil akukan orang tua, guru, atau orang dewasa karena mereka memiliki pengetahuan yang minim mengenai perkembangan anak. Untuk mendapatkan wawasan yang jelas mengenai perkembangan anak, orang membagi masa perkembangan dalam beberapa periode. Adapun sebabnya ialah sebagai berikut: pada saat-saat perkembangan perkembangan tertentu, anak-anak secara umum memperlihatkan ciri-ciri dan tingkah laku karakteristik yang hampir sama. Dalam ilmu jiwa perkembangan perkembangan kita kenal beberapa pembagian masa-hidup, yang disebut sebagai fase atau perkembangan. Fase perkembangan ini mempunyai ciri-ciri yang relatif sama, berupa kesatuan-kesatuan peristiwa yang bulat.
Dasar prinsip PERKEMBANGAN Psikologi Perkembangan Perkembangan Anak tidak hanya memberikan kerangka teoretis buat Anda di dalam mengenal dan mendampingi seorang anak, tetapi t etapi juga menyajikan langkah-langkah praktis yang bisa langsung diterapkan.
psikologi berasal dari kata psyche yang artinya jiwa dan logos ilmu pengetahuan. Mengingat jiwa seseorang dapat diketahui,diselidiki melalui prilakunya,maka psiokologi serng dikatakan Ilmu yang mempelajari prilaku manusia. Karena prilaku seseorang adalah hasil interaksi antara dirinya dengan lingkungan maka prilaku harus dipelajari dalam hubungan dengan lingkungannya. Prinsip perkembangan yang aktif itu terletak di dalam diri anak sendiri. Jelasnya, perkembangan itu bukan proses yang selalu digerakkan oleh faktor/pengaruh dari luar (di luar individu anak). Tujuan setiap perkembangan adalah: menjadi manusia dewasa yang sanggup berdiri sendiri (mandiri).
Perkembangan yang dinamis itu didasari oleh: 1) Faktor-faktor hereditas (pembawaan kodrati) 2) Dirangsang oleh pengaruh lingkungan atau alam sekitar, 3) Diperlancar oleh usaha belajar Anak merupakan pelaku atau author yang bebas merdeka; yaitu leluasa memilih satu pola hidup tertentu, mengarah pada satu tujuan hidup tertentu pula. Namun selanjutnya anak akan memahami, bahwa kebebasannya pada hakekatnya dibatasi (ada limitasinya) oleh faktorfaktor hereditas atau pembawaan kodrati, dan dibatasi pula oleh kondisi-kondisi lingkungan hidupnya. Menurut orang jerman bahwa hakekat perjuangan hidup anak manusia dan manusia dewasa ialah: “Thomme passe infiniment Thomme” = manusia itu tidak habis-habisnya berusaha mengatasi kemanusiaannya. Perbedaan fisik serta psikis anak yang didukung pula oleh perbedaan sistem-nilai anak mengakibatkan perbedaan respons/reaksi masing-masing anak terhadap pengaruh lingkungan, usaha bimbingan, dan upaya pendidikan. Tercapainya martabat-manusiawi dan kedewasaan itu tidak berlangsung secara otomatis dengan kekuatan sendiri; akan tetapi senantiasa berkembang dengan bantuan orang dewasa. Perkembangan yang sehat akan berlangsung, jika kombinasi dari fasilitas yang diberikan oleh lingkungan dan potensialitas kodrati anak bisa mendorong berfungsinya segenap kemampuan anak. unsur dinamisme merupakan ciri pokok pada individu anak yang sehat. Jadi, hidup ini berisikan usaha-usaha yang berkesinambungan dan tidak pernah berhenti, karena organisme manusia dilengkapi dengan impuls-impuls untuk memobilisir segenap potensi agar bisa berfungsi sepenuhnya. Sejak masa bayi, anak senantiasa menunjukkan usaha untuk maju dengan bantuan segenap peralatan fisik dan psikisnya, untuk mencapai kemungkinan-kemungkinan baru yang terletak di depannya. Pada saat itu terlihat adanya selingan di antara cepat dan lambatnya perkembangan, yang kurang lebih tetap konstan sifatnya. Inilah yang disebut sebagai irama perkembangan. Dalam usaha mempelajari macam-macam kesanggupan baru itu anak dijiwai oleh entusiasme
atau kegairahan yang amat besar. Lambat laun, dalam proses pertumbuhannya, suatu peristiwa yang dianggap baru dan mencekam segenap minat serta hatinya, lalu jadi tidak menarik perhatiannya lagi. Sebab ketrampilan baru tadi sudah jadi bagian dari totalitas pola tingkah lakunya, yang kini sudah jadi “otomatis”, bahkan kurang dihayati secara sadar. Salah satu sukses dalam usah perjuangan seorang ondividu yang matang itu ialah: kemampuan untuk memikul duka derita dalam perjuangannya. Luka lara. Maka dalam perkembangan anak itu terdapat apa yang disebut sebagai saat-saat kritis, di mana bisa berlangsung titik patah/breaking point. Pada peristiwa sedemikian pengalamanpengalaman tertentu akan meninggalkan akibat buruk berupa cedera rokhaniah yang parah pada anak, yang sukar dipulihkan. Ciri yang sangat mencolok dalam fase pertumbuhan bayi ialah: kemampuan mental dan daya akalnya pada umumnya berkembang lebih cepat dari kemampuan fisiknya. Keaktifan jasmaniah anak bayi itu berkembang sebagai berikut: Bulan pertama : melihat, mendengar, mencium/membau Dan kedua dan merasakan dengan segenap inderanya. Bulan ketiga : pada akhir bulan ini bayi menegakkan dan menggerak-gerakkan kepala. Bulan kelima : telungkup dan menggeser-geserkan badan. Dan keenam Bulan ketujuh : duduk Bulan kedelapan : merangkak Bulan kesembilan : mengangkat badan dan bangkit berdiri Dan kesepuluh Bulan kesebelas : merambat, jalan dengan berpegangan Bulan keduabelas : berdiri sendiri dan mulai berjalan mengendalikan dan mengontrol ledakan-ledakan kehidupan jiwanya. Suami istri Clara dan William Stern membagi perkembangan bahasa anak yang normal dalam 4 periode perkembangan yaitu: 1) Prastadium. Pada tahun pertama: meraban, kemudian menirukan bunyi-bunyi. 2) Masa pertama k.l 12-18 bulan. Stadium kalimat-satu-kata. Satu perkataan dimaksudkan untuk mengungkapkan satu perasaan atau satu keinginan. 3) Masa kedua: 18-24 bulan. Mengalami stadium-nama. Pada saat ini timbul kesadaran bahwa setiap benda mempunyai nama. Jadi ada kesadaran tentang bahasa. 4) Masa ketiga: 24-30 bulan. Mengalami stadium-flexi, (flexi, flexico = menafsirkan, mengikrabkan kata-kata). 5) Masa keempat. Mulai usia 30 bulan keatas, stadium anak kalimat. Anak-anak yang kidal, apabila ia dipaksakan untuk menggunakan tangan kanannya, bisa mengalami trauma psikis dan menjadi gagap. Waktu bayi itu lahir, dia merupakan “subyek dengan dunianya sendiri” yang melingkupi DIRI sendiri saja. Mengingat perkembangan anak yang amat pesat pada usia sekolah, dan mengingat bahwa lingkungan keluarga sekarang tidak lagi mampu memberikan seluruh fasilitas untuk mengembangkan fungsi-fungsi anak terutama fungsi intelektual dalam mengejar kemajuan zaman modern maka anak memerlukan satu lingkungan sosial yang baru yang lebih luas; berupa sekolahan, untuk mengembangkan semua potensinya. Dalam perkembangan jiwani anak, pengamatan menduduki tempat yang sangat penting. Beberapa teori mengenai fungsi pengamatan ini dipaparkan oleh Meumann, Stern dan
Oswald Kroh. pengamatan anak selama periode sekolah rendah itu berlangsung sebagai berikut: 1) Dimulai dari pengalamatan kompleks totalitas, menuju pada bagian-bagian/onderdil 2) Berangkat dari sikap pasif menerima, menuju pada sikap pamahaman: aktif, mendekati, dan mencoba mengerti 3) Bertitik tolak dari AKU, menuju kepada obyek-obyek dunia sekitar dan milieunya 4) Dari dunia fantasi menuju ke dunia realitas Usia 5-11 tahun disebut pula sebagai masa latensi (latensi latens, latere = tersembunyi, belum muncul, masih terikat). Pada periode ini macam-macam potensi dan kemampuan anak masih bersifat “tersimpan”, belum mekar, belum terpakai. Maka akh ir masa latensi itu disebut sebagai masa pueral atau pra-pubertas. Masa pueral atau pra-pubertas ini ditandai oleh perkembangannya tenaga fisik yang melimpah-limpah. Keadaan tersebut menyebabkan tingkah laku anak kelihatan kasar, canggung, brandalan, kurang sopan, liar dan lain-lain. Periode percepatan tumbuh dengan bertambahnya berat badan dan panjang tubuh dengan ukuran tidak konstan ini pada umumnya berlangsung pada usia 11-15 tahun pada anak-anak gadis, dan umur 13-18 tahun pada anak-anak laki. Peningkatan aktivitas tersebut bukannya berarti peningkatan agresivitas anak; akan tetapi Semua kegiatan itu dimungkinkan oleh adanya prinsip perkembangan yang aktif – dinamis pada anak. Anak-anak laki-laki dan anak perempuan yang berkumpul bersama-sama pada usia ini lebih banyak didorong loleh faktor rasa-ingin-tahu (curiousity); dan bukan oleh masalah-masalah seksual. Aktifitas mereka bersifat netral. Bahkan ada kalanya b ersifat “ofensif”; yaitu saling mengganggu , saling berolok-olok, bahkan kadang-kadang juga melakukan perkelahian. Pada usia pubertas tersebut muncul pula aspirasi-aspirasi (peranan, usaha peningkatan), impian-impian hidup, dan cita-cita paling mulia tinggi. Tapi sebaliknya mungkin pula dibarengi timbulnya nafsu-nafsu rendah dan fikiran-fikiran yang paling inferior pada anak puber. Identifikasi bisa bermanfaat, karena bisa memperkokoh perkembangan AKU dan kepribadian anak, serta memberikan spirit kegairahan. Sedang tanpa identifikasi sama sekali, pribadi menjadi lemah, bisa jadi inferior, dan akan timbul banyak kecemasan serta macam-macam gejala neurotis (neuron = syaraf; neurotis = gangguan pada syaraf). Oleh karena itu proses identifikasi memainkan peranan besar bagi lancar tidaknya relasi anak muda terhadap orang tua, dan komunikasinya dengan lingkungan sosial yang lebih luas. Proses organis paling penting pada masa pubertas ini ialah: kematangan seksual. Kematangan seksual yang normal berlangsung pada usia k. l. 12 sampai 18 tahun. Namun ada kalanya kematangan seksual ini berlangsung lebih cepat atau lebih lambat dari usia 12-18 tahun. Sebab-musabab percepatan atau kelambatan itu belum dapat diterangka dengan jelas. Kematangan seksual atau kematangan fungsi jasmaniah yang biologis i ni berupa kematangan kelenjar kelamin, yakni testes (buah zakar, kelepir) untuk anak laki-laki, dan ovarium (indung telur) pada anak-anak gadis; beserta membesarnya alat-alat kelamin. Sebelumnya peristiwa tadi didahului oleh tanda-tanda kelamin sekunder. Tanda-tanda kelamin sekunder antara lain berupa: gangguan peredaran darah, jantung sering berdebar-debar, cepat menggigil, mudah capai, kepekaan pada susunan syaraf; juga pertumbuhan rambut pada alat kelamin dan ketiak, tumbuhnya cambang dan kumis pada anak laki-laki, dan perubahan suara. Sedang pada anak-
anak gadis berlangsung meluasnya/melebarnya dada, tumbuhnya payudara, penebalan lapisan lemak disekitar pinggul, paha dan perut. Akhirnya, tingkah laku gadis puber tadi menjurus pada fr ee sex and free love (seks bebas dan cinta bebas), yang secara berangsur-angsur mengarah pada tingkah laku tuna susila dan amoral lainnya. Pendidikan pada usia puber ini betul-betul menuntut pada orang tua, guru-guru dan pemimpin-pemimpin pemuda adanya Besinnung (kesadaran yang terang, pemawasan diri bersungguh-sungguh) dan KEBIJAKSANAAN; agar tidak terjadi salah tindak dan salah langkah, sehingga membuat anak muda menjadi lebih bingung dan lebih sengsara. Anak-anak adolesens dan puber ini benar-benar tidak menyadari, bahwa perbuatan-perbuatan seksual bebas tanpa norma susila itu justru merupakan perbudakan dan pembelengguan diri oleh hawa nafsu seksual primitif yang tidak terkendali dan oleh fantasi-fantasi seksual yang fiktif.
Intelektualisasi yang ekstrim bisa menghambat perkembangan psikis yang wajar dari anak gadis. Sebab perasaan kewanitaan dan kehidupan fantasinya bisa terdesak, dan mengalami proses atrofi (melisut, mundur, merana, lumpuh tidak berfungsi). Potensi neuritas tadi jadi lebih intensif/kuat pada masa adolesens. Peristiwa ini disebabkan oleh: 1) Pengaruh pendidikan orang tua yang keras 2) Pengaruh dogma-dogma religius yang keras dari guru-guru agama yang fanatik 3) Ditambah dengan kumulasi (bertimbunnya) macam-macam konflik batin pada periode pubertas dan adolesensi Reaksi anak gadis pada saat menstruasi pertama itu berbeda-beda; bergantung pada: 1) Kondisi psikis 2) Usia, dan 3) Pengaruh milieunya Selanjutnya, gadis tadi lalu menampilkan motif-motif naif tentang kesakitan yang dihubungkan dengan cyclus/siklus menstruasinya. Jelasnya sebagai berikut: 1) Menstruasi itu di identikkan dengan satu “penyakit” 2) Penyakit ini lalu dikaitkan dengan “special care” atau pelayanan istimewa dan kasih sayang ekstra dari lingkungan, khususnya atensi dari ibu 3) Maka sakit pada masa menstruasi tadi dipakai sebagai olah-gerak-penyesatan atau “afleidings-manoevers” bagi kekerdilan batinnya.
Persentase total dari anak laki-laki pubertas dan adolesens yang melakukan onani sangat tinggi; diperkirakan berkisar antara 70-90%. Atas dasar inilah gejala onani bisa dianggap sebagai: peristiwa perkembangan yang normal pada usia pubertas dan adilesensi. Persentase yang tinggi tersebut khususunya terdapat pada anak laki-laki. Akan tetapi ji ka onani tersebut berubah sifatnya menjadi patologis atau gejala penyakit, maka peristiwa tersebut pastilah disebabkan oleh gangguan psikis yang lebih serius, yang bersarang dalam ketidaksadaran atau pada kehidupan di bawah sadar anak muda. Masalah onani dalam batas-batas normal hendaknya dianggap sebagai satu jalan pemuasan terhadap kebutuhan yang alami. Yaitu kebutuhan kodrati, yang beralaskan pertimbanganpertimbangan psikologis-biologis-sosial-moril tidak bisa dipuaskan secara wajar, terkecuali dengan melakukan onani.
Adapun kriteria pertimbangan paling tepat dalam penentuan eksesif tidaknya onani adalah sebagai berikut: melakukan onani yang terlalu intensif pada usia berapaun juga, merupakam simptom kondisi psikis yang abnormal, yang mengarah pada sifat neurotis. J uga bisa dianggap sebagai “zucht” atau nafsu ketagihan yang berlebih-lebihan dan patologis, yang bisa disamakan dengan nafsu ketagihan pada morfine dan alkohol. Termasuk soft grugs ialah:ganja atau marihuana(mariyuana), yang disebut pula sebagai daun surga atau canabis sativa; yaitu merupakan narkotika alami yang mempengaruhi syaraf dan jiwa penderita tidak terlalu keras
Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan psikologi
Manusia sebagai obyek material Psikologi, dalam kenyataannya demikian bermacam-macam dan beraneka ragam. Manusia berbeda antara satu dengan lainnya, baik dalam hal tingkah laku fakir, tingkah laku sikap, perasaannya maupun gerak-geriknya, dan keunikan sifat pribadi seseorang itu, manakala ahli Psikologi mencari faktor-faktor penyebab adanya perbedaan itu, atau mengapa manusia berbeda, maka dijumpai adanya 3 (tiga) faktor pokok yaitu :
Faktor Pembawaan (Hereditas) Hereditas merupakan faktor pertama yang mempengaruhi perkembangan individu, dalam hal ini hereditas dapat diartikan sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak, atau segala potensi baik fisik maupun psikis yang dimiliki individu sejak masa konsepsi (pembuahan ovum oleh sperma) sebagai pewarisan dari pihak or ang tua melalui gen-gen.yang orientasinya sebagai kecenderungan untuk bertumbuh dan berkembang bagi manusia. Menurut ciri-ciri atau pola serta sifat-sifat tertentu konsepsi dan berlaku sepanjang hidup seseorang.
Faktor Lingkungan (environment) Sartain (seorang ahli psikologi Amerika) mengatakan “Lingkungan” adalah meliputi semua kondisi-kondisi dalam dunia ini yang dalam cara-cara tertentu mempengaruhi tingkah laku kita, pertumbuhan, perkembangan atau life processes kita kecuali gen-gen dan bahkan gengen dapat pula dipandang sebagai menyiapkan lingkungan (to provide environment) bagi gen-gen yang lain. Sedangkan menurut Ann Crouter “Lingkungan perkembangan merupakan berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu.Dengan demikian John Locke berkesimpulan bahwa tiap-tiap individu lahir “Kertas Putih” dan lingkungan itulah yang menulis kertas itu. Dan teori ini terkenal sebagai teori-teori tabularasa atau empirisme. Ketiga pandangan di atas ini mengenai faktor perkembangan bahwa yang mempengaruhi adalah lingkungan/pengalaman yang dapat menentukannya yang dikarenakan lingkungan itu meliputi fisik, psikis, social dan religius.
Faktor Perpaduan (Konvergensi) Aliran ini merupakan aliran yang menyatukan antara faktor heriditas dan lingkungan, namun keduanya kurang realistis, “kenyataannya” bahwa potensi pembawaan yang baik saja, tanpa pengaruh lingkungan yang positif tidak akan membina kepribadian yang ideal. Sebaliknya,
meskipun lingkungan yang positif dan maksimal, tidak akan menghasilkan kepribadian ideal pula tanpa potensi pembawaan yang baik. Menurut William Stern (Tokoh aliran ini dari Jerman) “Perkembangan pribadi, sesungguhnya adalah, hasil proses kerjasama kedua faktor, baik internal (heriditas) maupun eksternal (lingkungan).
Faktor yang mempengaruhi perkembangan Perkembangan anak dipengaruhi oleh 2 faktor utama: 1. Faktor bawaan (herediter). Merupakan suatu kondisi yang 'terberi' sejak lahir seperti potensi kecerdasan, bakat, minat dan kecenderungan atau sifat yan g diturunkan dari orang tua. 2. Faktor pengalaman (lingkungan). Merupakan suatu kondisi yang dialami anak sepanjang kehidupannya baik di rumah, sekolah maupun lingkungan pergaulan di luar rumah. Setiap anak mengembangkan pola perilaku yang unik sesuai dengan pengalamannya yang berbedabeda dalam pemenuhan dan pengembangan kebutuhannya.
Karakteristik Balita (0-5 thn)
egosentris daya khayal tinggi daya konsentrasi terbatas rasa ingin tahu besar hubungan sosial terbatas pada orang yang sering ditemui saja
Anak Kecill (6 - 8 tahun)
aktif melakukan kegiatan fisik suka bekerjasama dapat membedakan antara khayalan dan kenyataan rasa ingin tahu semakin besar hubungan sosial meluas
Anak Sedang (9 - 11 tahun)
fisik semakin berkembang sulit mengembangkan hubungan sosial dengan lawan jenis yang seusia menyukai persaingan menyukai kegiatan yang menantang memuja tokoh pahlawan bisa menerima tugas dan tanggung jawab
Anak besar/remaja (12 - 14 tahun)
fisik berkembang sangat pesat mengalami proses pematangan seksual suka mengkritik daya berpikir logis mulai berkembang emosi tidak stabil ingin mandiri
Metode Mengajar Guru dan orang tua yang bijaksana akan mengajar dan mendidik anaknya dengan cara yang paling sesuai dengan keunikan anak. Sebab itu sangat penting bagi kita untuk mengetahui kebutuhan anak pada setiap tahap perkembangannya. Seorang tokoh psikologi perkembangan kognitif bernama Piaget berpendapat bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap perkembangan anak. Selain itu, Piaget juga menganggap bahwa belajar adalah proses yang aktif dimana seorang anak berinteraksi dengan lingkungannya untuk memecahkan atau mengatasi persoalannya. Anak bereksplorasi dan menjelajahi dunianya untuk menemukan pengetahuan demi pengetahuan. Pada awalnya proses berpikir anak sangat sederhana. Namun, semakin lama semakin kompleks. Oleh karena itu, menurut Piaget, tugas guru bukanlah memberikan pengetahuan kepada anak, melainkan mencarikan, menunjukkan atau memberikan saran yang merangsang minat anak untuk menemukan pengetahuan guna memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. Tugas ini kelihatannya sederhana, namun sesungguhnya bukanlah tugas yang mudah. Jadi tidak ada cara atau metode yang lebih baik yang sesuai untuk semua anak. Metode tertentu sesuai untuk anak 3 tahun, namun tidak tepat untuk remaja. Dengan demikian, kita perlu mencermati metode mengajar yang sesuai untuk setiap tahap perkembangan anak.
..Metode Mengajar Batita (< 3 tahun)
Anak usia dibawah 3 tahun tidak tahan diam terlalu lama. Masa bercerita 3 - 5 menit sudah cukup. Kegiatan cerita sebaiknya menggunakan kata-kata sederhana dan sarana audio-visual yang menarik bagi anak karena anak hanya bisa mempelajari sesuatu secara nyata, konkrit, dapat dilihat dan dipegang. Cerita bisa diulangi beberapa kali supaya lebih dipahami. Ciptakan suasana yang aman, ramah dan penuh kasih bagi anak. Guru sebaiknya tidak berganti-ganti agar anak tidak merasa asing. Usahakan agar anak bisa mengenal dan mempercayai guru. Pra-sekolah (3 - 5 tahun)
Untuk usia ini, seorang anak masih sukar untuk duduk tenang dalam waktu yang lama, namun sudah bisa lebih lama mendengar cerita (5-10 menit). Gunakan bahasa yang sederhana supaya mudah dipahami. Jangan cerita hal-hal yang menakutkan anak. Mereka mulai dapat menguasai gerakan jari tangannya sehingga dapat memegang pinsil dan membuat pekerjaan tangan seperti melipat,
menggunting serta menempel. Mereka juga menyukai gerakan. Ajarkan lagu dengan gerakan akan sangat disukai. Anak Kecil (6 - 8 tahun)
Anak usia 6-8 tahun menyukai permainan dalam kelompok. Guru perlu membimbing anak untuk mengembangkan rasa persahabatan diantara anak-anak. Ajarkan anak untuk belajar bekerjasama dan saling berbagi. Tekankan pelajaran tentang kasih sayang terhadap sesama dan mahluk ciptaan Tuhan. Berikan pujian dan dorongan untuk perbuatan-perbuatan yang positif. Ciri khas anak usia ini adalah berkembangnya konsep; walaupun masih sulit memahami k ata-kata yang abstrak. Dengan demikian, anak sudah lebih mampu mengerti keselamatan dan iman. Mereka perlu didorong untuk menghafal ayat Alkitab dan membaca buku rohani karena sudah mulai dapat membaca. Selain itu, anak juga senang mendengarkan pengalaman nyata seperti kesaksian. Anak sedang (9 - 11 tahun)
Anak umur 9-11 tahun menyukai aktifitas bersama di tempat terbuka terutama dengan teman sejenis. Mereka juga menyukai diskusi kelompok dan perlombaan seperti kuis Alkitab. Anak usia ini biasanya senang bergurau dan mengumpulkan koleksi benda-benda. Mereka penuh daya kreatif. Oleh karena itu, daya pikir mereka sudah lebih berkembang. Dengan demikian, guru perlu melengkapi agar dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Anak-anak dapat diceritakan mengenai tokoh Alkitab maupun tokoh rohani. Guru bisa membicarakan dan mendiskusikan hal keselamatan secara lebih mendalam. Hal lain yang penting yaitu guru perlu mendorong anak-anak untuk bersaat teduh dan mengembangkan hobi yang positif. Anak Besar (12-14 tahun)
Kelompok ini biasanya disebut remaja awal. Remaja adalah masa transisi dari masa anak-anak menuju masa dewasa. Masalah besar yang harus dihadapi adalah krisis identitas. Untuk membantu mereka mengatasi krisis ini ciptakan suasana yang hangat dan bersahabat. Guru jangan menempatkan diri sebagai orang dewasa yang lebih tahu, melainkan ambillah peran sebagai teman bagi mereka. Gunakan metode kreatif. Tidak memonopoli, melainkan melibatkan. Tidak menyuap, melainkan merangsang nafsu makan. Tidak menggurui, melainkan mendampingi. Dalam pengajaran di kelas, buatlah awal yang menarik, penggalian firman Tuhan, menghubungkan firman Tuhan dengan hal praktis masa kini. Akhirnya doronglah mereka untuk menerapkan firman Tuhan. Dengan semakin berkembangnya daya pikir, mereka menjadi sangat kritis. Oleh karena itu mereka cenderung suka mengkritik, walaupun mereka sendiri tidak suka dikritik. Perbuatan akan berbicara jauh lebih keras daripada kata-kata yang diucapkan. Dengan demikian berilah teladan yang baik bagi mereka. Sumber :
http://pujiekowati.blogspot.com/p/11-proses-adaptasi-psikologi-pada-anak.html
Psikologi Anak . Dalam kehidupan anak, tiga tahun pertamanya (atau biasa kita kenal dengan istilah Golden Periode) adalah masa – masa paling penting dimana otak berkembang dengan pesat dengan membentuk 1000 triliun jaringan koneksi yang aktif dan dapat menyerap informasi serta stimulasi baru dua kali lebih cepat daripada otak orang dewasa sampai saat mencapai usia 3 tahun. Pada masa – masa inilah anak memerlukan pola asuh dan stimulasi yang akan menentukan bagaimana kelak akan tumbuh menjadi anak yang cerdas ataukah anak yang biasa – biasa saja. Sama seperti anak, setiap orang tua juga memiliki jenis kelamin yang berbeda serta watak yang berbeda pula. Karena itu ikut memberikan pola asuh yang berbeda dan secara tidak langsung berpengaruh pada psikologi anak .
Salah satu contoh yang harus kita tahu bahwa begitu pentingnya mengajari anak mengatasi dan menghindari sebuah konflik. Memang tak semudah membalik telapak tangan namun kita harusnya yakin dapat menjalaninya. Caranya dengan mengajak anak berkomunikasi, karena dengan berkomunikasi dengan anak kita bisa tahu pola asuh seperti apa yang benar untuk perkembangan psikologi anak. Hal lain yang bisa kita lakukan adalah mengajarkan si anak tentang hubungan sebab akibat misalnya bagaimana akibatnya bila mereka tidak mau berbagi mainan dengan temannya bahkan sampai bertengkar, cara berempati dan saling memaafkan. Namun itu semua belum cukup hanya dengan berkomunikasi dengan anak, orangtua harusnya bisa memberikan contoh dalam kehidupan sehari – hari.
Perkembangan Psikologi Anak Pada usia 1 – 3 tahun ini biasanya karakter atau watak anak sudah mulai terbentuk dan akan berubah tergantung pada situasi kondisi serta pengalaman lingkungan, semakin banyak pengalaman yang dia dapat dari lingkungan semakin terbentuk watak atau karakter pribadi aslinya. Untuk itu sebagai orangtua kita harus memilah pola asuh pada tindakan negative dan positif dari anak. Bila si anak bertindak salah, tegur dan beri penjelasan padanya bahwa tindakannya memang salah. Bila si kecil bertindak positif berikan dia pujian. Dengan pola asuh orangtua pada perkembangan psikologi anak seperti situasi ini, kelak anak akan lebih mengerti bagaimana nantinya dia bersikap. Pada masa – masa usia ini, yang tak kalah pentingnya harus diajarkan pada anak adalah dukungan orangtua disaat anak ingin belajar mandiri, karena pada masa ini egonya mulai muncul. Dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan berbagai hal sendiri, berarti kita memberikan kesempatan kepada anak untuk membangun kepercayaan diri dan belajar dari kesalahan. Sehingga sangatlah dimungkinkan anak tidak berkepribadian manja dan selalu tergantung pada kita. Secara keseluruhan kesimpulannya adalah, peran orangtua dalam pola asuh pada perkembangan psikologi anak akan berubah sesuai dengan tahap pertumbuhan serta perkembangan psikologi anak, karena itu diharapkan orangtua lebih mengerti dan memahami secara keseluruhan tugas – tugas perkembangan psikologi anak di setiap tahap tumbuh kembangnya baik secara fisik, motorik maupun kognitifnya serta nilai – nilai kehidupan dan norma di lingkungannya.
Peran Bidan
Kehamilan merupakan krisis bagi kehidupan keluarga yang dapat diikuti dengan stres dan kecemasan. Perubahan dan adaptasi selama kehamilan, tidak hanya dirasakan oleh ibu tetapi seluruh anggota keluarga. Oleh karena itu, selama kehamilan seluruh anggota keluarga harus terlibat terutama suami. Dukungan dan kasih sayang dari anggota keluarga dapat memberikan perasaan nyaman dan aman ketika ibu merasa takut dan khawatir dengan kehamilannya. Dukungan Suami Dukungan dan peran serta suami selama kehamilan meningkatkan kesiapan ibu hamil dalam menghadapi kehamilan dan persalinan bahkan dapat memicu produksi ASI. Tugas suami yaitu memberikan perhatian dan membina hubungan baik dengan istri, sehingga istri mengkonsultasikan setiap masalah yang dialaminya selama kehamilan. Penelitian yang dimuat dalam artikel ”What Your Partner Might Need From You During Pregnancy” terbitan Allina Hospitals dan Clinics (2001), Amerika Serikat, mengatakan keberhasilan seorang istri dalam mencukupi kebutuhan ASI untuk bayinya kelak sangat ditentukan oleh seberapa besar peran dan keterlibatan suami dalam masa kehamilan. Contoh dukungan suami selama kehamilan antara lain: mengajak istri jalan-jalan ringan, menemani istri memeriksakan kehamilannya, tidak membuat masalah dalam berkomunikasi. Penelitian di Indonesia, dukungan suami yang diharapkan istri yang sedang hamil antara lain: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Suami mendambakan bayi dalam kandungan istri Suami senang mendapat keturunan Suami menunjukkan kebahagiaan pada kehamilan istri saat ini Suami memperhatikan kesehatan istri Suami menghibur atau menenangkan ketika istri menghadapi masalah Suami menasihati istri agar tidak terlalu lelah bekerja Suami membantu tugas istri Suami berdoa untuk kesehatan istri dan keselamatan ibu-calon bayi Suami menunggu ketika istri melahirkan baik secara normal maupun operasi
Dukungan Keluarga Keluarga harus menjadi bagian dalam mempersiapkan pasangan menjadi orang tua. Dukungan keluarga dapat berbentuk: 1. 2. 3. 4.
Orang tua kandung maupun mertua mendukung kehamilan ini Orang tua kandung maupun mertua sering berkunjung Seluruh keluarga mendoakan keselamatan ibu dan bayi Menyelenggarakan ritual adat istiadat
Dukungan Dukungan lingkungan dapat berupa: 1. 2. 3. 4. 5.
Doa bersama untuk keselamatan ibu dan bayi Membicarakan dan menasehati tentang pengalaman hamil dan melahirkan Kesediaan untuk mengantarkan ibu periksa Menunggui ibu ketika melahirkan Mereka dapat menjadi seperti saudara ibu hamil
Lingkungan
Support Tenaga Kesehatan Tenaga kesehatan khususnya bidan sangat berperan dalam memberikan dukungan pada ibu hamil. Bidan sebagai tempat mencurahkan segala isi hati dan kesulitannya dalam menghadapi kehamilan dan persalinan. Tenaga kesehatan harus mampu mengenali keadaan yang terjadi disekitar ibu hamil. Hubungan yang baik, saling mempercayai dapat memudahkan bidan/ tenaga kesehatan dalam memberikan pendidikan kesehatan.
Peran bidan dalam memberikan dukungan antara lain: melalui kelas antenatal, memberikan kesempatan kepada ibu hamil yang bermasalah untuk konsultasi, meyakinkan bahwa ibu dapat menghadapi perubahan selama kehamilan, membagi pengalaman yang pernah dirasakan sendiri, dan memutuskan apa yang harus diberitahukan pada ibu dalam menghadapi kehamilannya. Rasa Aman dan Nyaman Selama Kehamilan Ketidaknyamanan fisik maupun psikologis dapat terjadi pada ibu selama kehamilan. Kerjasama bidan dengan keluarga sangat diharapkan agar dapat memberikan perhatian dan mengatasi masalah yang terjadi selama kehamilan. Dukungan dari suami, keluarga yang lain dan tenaga kesehatan dapat memberikan perasaan aman dan nyaman selama kehamilan. Kebutuhan ibu hamil ada dua, yaitu: 1. Menerima tanda-tanda bahwa ibu dicintai dan di hargai 2. Merasa yakin akan penerimaan pasangannya terhadap calon bayinya
Persiapan Menjadi Orang Tua Persiapan menjadi orang tua sangat penting karena akan terjadi banyak perubahan peran ketika bayi lahir. Bagi pasangan baru, persipan dapat dilakukan dengan banyak berkonsultasi. Sedangkan bagi pasangan yang telah mempunyai lebih dari satu anak dapat belajar dari pengalaman mengasuh anak sebelumnya. Persiapan yang tidak kalah pentingnya adalah persiapan ekonomi. Persiapan menjadi orang tua mempunyai dua komposnen yaitu: 1. Komponen yang bersifat praktis dan mekanis, melibatkan keterampilan kognitif dan motorik – Keterampilan kognitif-motorik misalnya memberi makan, menjaga dari bahaya. Kemampuan ini dipengaruhi oleh pengalaman pribadi dan budaya. 2. Komponen yang bersifat emosional, melibatkan keterampilan afektif dan kognitif – Keterampilan kognitif-afektif misalnya: bersikap yang lembut, waspada dan memberi perhatian kepada bayinya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan terhadap kehadiran dari bayi baru lahir adalah: 1. Temperamen 2. Cara pasangan mengartikan stres dan bantuan 3. Bagaimana mereka berkomunikasi dan mengubah peran sosial mereka
Peralihan Fase Penantian:
menjadi
orang
tua
1. Berkaitan dampaknya pada kehamilan 2. Calon orang tua perlu menyelesaikan tugasnya untuk menjadi orang tua, misalnya: pembagian tugas dalam keluarga.
3. Pasangan dalam fase ini akan mengalami perasaan yang hebat, tantangan, dan tanggung jawab
Fase bulan madu 1. Sangat berdampak pada masa puerperium, perlu mendapat perhatian pada asuhan kebidanannya 2. Bersifat psikis dan bukan merupakan saat damai dan gembira 3. Hubungan antar pasangan memiliki peran penting dalam membina hubungan baru dengan bayi 4. Merupakan fase yang beratà adaptasi dengan anggota baru
Persiapan Sibling Sibling rivalry adalah rasa persaingan antara saudara kandung akibat kelahiran anak berikutnya. Sibling ditunjukkan dengan penolakan terhadap kelahiran adiknya, menangis, menarik diri dari lingkungannya, menjauh dari ibunya atau melakukan kekerasan terhadap adiknya. Usia dan tingkat perkembangan anak mempengaruhi respon mereka. Oleh karena itu, persiapan harus memenuhi kebutuhan setiap anak. Persiapan bagi anak mencakup penjelasan yang dilihat dan didengar.
Cara untuk mengatasi terjadinya sibling, antara lain: 1. 2. 3. 4.
Menjelaskan pada anak tentang posisinya Melibatkan anak dalam persiapan kelahiran adiknya Mengajak anak berkomunikasi dengan calon bayi yang ada dalam kandungan ibunya Mengenalkan anak dengan profil bayi