KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMANTAUAN GARAM BERYODIUM
I. PENDAHULUAN Garam beryodium adalah garam yang telah diperkaya dengan yodium yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan kecerdasan. Garam beryodium yang digunakan sebagai garam konsumsi harus memenuhi standar nasional Indonesia (SNI) antara lain mengandung yodium sebesar 30-80 ppm (Depkes RI). Penggunaan garam beryodium sangat penting bagi kesehatan keluarga. Iodium bermanfaat untuk memicu pertumbuhan otak, menyehatkan kelenjar tiroid, menyehatkan proses tumbuh kembang janin, mencerdaskan otak, dsb. Kekurangan iodium mengakibatkan penyakit gondok, keterbelakangan mental, bayi lahir cacat, anak kurang cerdas, keguguran pada ibu hamil, dsb.
II. LATAR BELAKANG Hasil Riskesdas tahun 2007, secara keseluruhan (perkotaan dan pedesaan) rumah tangga yang mengonsumsi garam mengandung cukup yodium mencapai 62,3%, yang mengonsumsi garam kurang mengandung yodium sebesar 23,7% dan yang tidak mengandung yodium sebesar 14,0%. Berkaitan dengan itu Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, mengeluarkan Surat Edaran Nomor : JM.03.03/BV/2195/09 tertanggal 3 Juli 2009, mengenai Percepatan Penanggulangan Gangguan Akibat Kurang Yodium yang antara lain menginstruksikan kepada seluruh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
agar
meningkatkan
kerjasama
dengan
instansi
terkait
dalam
peningkatan garam beryodium dan menghentikan suplementasi kapsul minyak yodium pada sasaran (WUS, ibu hamil, ibu menyusui dan anak SD/MI). Hal ini diperkuat dengan Peraturan Menteri Dal Dala am Negeri Nomor 63 tahun 2010 tentang t entang Pedoman Penanggulangan Gangguan Akibat Kekurangan Yodium di Daerah. Gondok dapat menampakkan diri dalam bentuk gejala yang sangat luas, yaitu dalam bentuk kretinisme (cebol) dari satu sisi dan pembesaran kelenjar tiroid pada sisi lain. Gejala kekurangan iodium adalah malas, dan lamban, kelenjar tiroid
membesar, pada ibu hamil dapat mengganggu pertumbuhan dan perkembangan janin, dan dalam keadaan berat bayi lahir dalam keadaan cacat mental yang permanen
serta
hambatan
pertumbuhan
yang
dikenal
sebagai
kretinisme.kekurangan iodium pada anak-anak menyebabkan kemampuan belajar yang rendah (Almatzier, 2001).
III. TUJUAN III.1.Tujuan Umum : Mendapatkan data rumah tangga yang mengonsumsi garam dengan kandungan yodium cukup (>=30 ppm), kurang ( < 30 ppm) dan tidak mengandung yodium. III.2. Tujuan Khusus : 1. Jenis garam yang digunakan di rumah tangga. tangga. 2. Merk garam garam yang digunakan di rumah tangga tangga 3. Konsumsi garam beryodium pada ibu hamil hamil 4. Cara penyimpanan garam beryodium 5. Lokasi penyimpanan 6. Tempat membeli IV. KEGIATAN . Data dikumpulkan dengan cara wawancara, pengamatan dan pengujian garam beryodium. V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN a. Wawancara
Wawancara dilakukan kepada ibu rumah tangga atau yang mengetahui tentang penggunaan garam sehari-hari di rumah tangga (pembantu rumah tangga, nenek, anak atau bapak, kerabat). Wawancara meliputi identitas lokasi, identitas rumah tangga dan pertanyaan terkait garam (Formulir 1).
b.
Pengujian Garam: Garam: 1. Petugas meminta izin kepada ibu untuk mengambil garam yang biasa digunakan memasak sehari hari. 2. Petugas mengambil ½ sendok teh garam setelah setelah garam diaduk secara merata 3. Taruh garam di piring kecil (sebaiknya piring berwarna putih/bukan putih/bukan transparan). 4. Petugas meneteskan 2 – 3 tetes yodium tes pada garam Amati dan catat perubahan warna yang terjadi pada garam seperti pada Tabel.
Tabel. Perubahan warna garam setelah ditetesi yodium tes
No. Warna garam
Artinya
1.
Garam mengandung cukup
Ungu pekat
yodium 2.
Ungu pucat
Garam tidak mengandung cukup yodium
3.
Putih (tidak berubah)
Garam tidak mengandung yodium
VI.SASARAN Sasaran pemantauan garam beryodium beryodium adalah sampling rumah tangga ibu balita yang datang ke posyandu yang ada di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru. VII.JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN Pelaksanaan kegiatan pemantauan garam beryodium dilakukan sesuai jadwal kegiatan posyandu pada bulan November di wilayah kerja Puskesmas Benda Baru. VIII.EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN
Evaluasi
pelaksanaan
kegiatan
dan
pelaporan
dilaksanakan
dilaksanakan kegiatan. IX.PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN. Pencatatan, pengolahan data dan pelaporan data kegiatan serta evaluasi kegiatan di lakukan setiap bulan, triwulan, dan tahunan
setelah