KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS ATOPIK DI POLIKLINIK RSUP DR. KARIADI SEMARANG
JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA
Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum
DANISA DIANDRA SAFARINA 22010110130163
PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO 2014
LEMBAR PENGESAHAN JURNAL MEDIKA MUDA KARAKTERISTIK DERMATITIS ATOPIK di POLIKLINIK RSUP DR. KARIADI SEMARANG
Disusun oleh: DANISA DIANDRA SAFARINA 22010110130163
Telah disetujui Semarang, 8 Juli 2014 Semarang. 17 Juli 2014 Pembimbing
dr. Muslimin, Sp.KK NIP. 196703222006041001
Ketua Penguji
dr.Asih Budiastuti,Sp.KK(K) Budiastuti,Sp.KK(K) Msi,Sp.KK NIP.196004071987032001 NIP.196210171990012001
Penguji
dr. Retno Indar W,
KARAKTERISTIK PENDERITA DERMATITIS ATOPIK DI POLIKLINIK RSUP DR. KARIADI SEMARANG Danisa Diandra Safarina 1, Muslimin 2 Latar Belakang :Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang bersifat kronik dengan karakteristik gatal yang hebat dan biasanya dihubungkan dengan penyakit alergi lain seperti asma bronkial dan rhinokonjungtivitis alergi. Berdasarkan studi, penyakit ini meningkat pada tiga dekade terakhir. Tujuan: Untuk mengetahui gambaran umum dermatitis atopik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr.Kariadi Semarang tahun 2012-2013. Metode: Metode penelitian ini merupakan deskriptif retrospektif pendekatan cross sectional.
dengan
Hasil: Hasil penelitian ini adalah menurunnya angka kejadian dermatitis atopik dari tahun 2012 -2013. Diagnosis dermatitis atopik yang sesuai kriteria (83.5% ). Jenis kelamin perempuan lebih banyak (61.4%). Kelompok usia tertinggi pada > 12 tahun (41,9% ). Lokasi lesi paling banyak adalah pada fleksor (58.4%). Terapi paling banyak adalah kortikosteroid topikal (76.2%%) Kesimpulan: Angka kejadian pasien dermatitis atopik mengalami penurunan periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2013. Distribusi kejadian dermatitis atopik pada pasien perempuan lebih banyak. Distribusi kejadian dermatitis atopik terbanyak pada kelompok usia >12 tahun. Distribusi kejadian dermatitis atopik mempunyai lokasi lesi terbanyak adalah di daerah fleksor. Penatalaksanaan yang diberikan bergantung pada usia, fase penyakit dan lokasi lesi dermatitis atopik Kata kunci: dermatitis, dermatitis atopik 1 2
Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang Staf Pengajar Bagian Ilmu Kulit dan Kelamin Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang
ABSTRAK Latar Belakang :Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang bersifat kronik dengan karakteristik gatal yang hebat dan biasanya dihubungkan dengan penyakit alergi lain seperti asma bronkial dan rhinokonjungtivitis alergi. Berdasarkan studi, penyakit ini meningkat pada tiga dekade terakhir. Tujuan : Mengetahui karakteristik dermatitis atopik di RSUP. Dr. Kariadi pada periode 2012 – 2013 Metode Penelitian : Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan cross – sectional retrospektif. Sampel yang digunakan adalah 121 yang diambil dari jumlah populasi pasien dermatitis atopik di RSUP Dr. Kariadi Semarang periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2013. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder dari catatan medik meliputi jumlah pasien dermatitis atopik periode 1 Januari 2012 – 31 desember 2013, umur penderita, jenis kelamin, lokasi kelainan kulit, fase penyakit dan terapi. Kemudian data yang telah dikumpulkan dilakukan pengeditan, dilakukan pengkodean kemudian diolah secara statistik deskriptif menghitung sebaran tiap variabel dan dibuat pula grafik untuk setiap karakteristik. Hasil: Hasil penelitian ini adalah menurunnya angka kejadian dermatitis atopik dari tahun 2012 -2013. Diagnosis dermatitis atopik yang sesuai kriteria (83.5% ). Jenis kelamin perempuan lebih banyak (61.4%). Kelompok usia tertinggi pada > 12 tahun (41,9% ). Lokasi lesi paling banyak adalah pada fleksor (58.4%). Terapi paling banyak adalah kortikosteroid topikal (76.2%) Simpulan :Angka kejadian pasien dermatitis atopik mengalami penurunan periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2013. Distribusi kejadian dermatitis atopik pada pasien perempuan lebih banyak. Distribusi kejadian dermatitis atopik terbanyak pada kelompok usia>12 tahun. Distribusi kejadian dermatitis atopik mempunyai lokasi lesi terbanyak adalah di daerah fleksor. Penatalaksanaan yang diberikan bergantung pada usia, fase penyakit dan lokasi lesi dermatiti s atopik.
Kata Kunci :DA, dermatitis atopik, karakteristik,
CHARACTERISTIC OF ATOPIC DERMATITIS IN DERMATOLOGY DEPARTMENT RSUP DR. KARIADI
ABSTRACT Background: Atopic dermatitis is a chronic inflammation skin disease with
characteristics of severe itching and usually associated with other allergic diseases such as bronchial asthma and allergic rhinoconjungtivitis. Based on the study, the disease is increased in the past three decades. Aim: Knowing the characteristics of atopic dermatitis in the dermatology
department. Dr. Kariadi in the period 2012 – 2013 M ethod: This study used a descriptive method with cross - sectional retrospective.
The samples used were 121 taken from the population of atopic dermatitis patients in Dr. Semarang Kariadi the period January 1, 2012 - December 31, 2013. Data which is used is secondary data collected from medical record of patients of atopic dermatitis include the period 1 January 2012-31 December 2013, patient age, gender, locations of skin lessions,clinical stage and therapy. Then , the data that has been colected is edited, encoded, then processed to calculate the distribution of descriptive statistics for each variable and also made charts for each characteristic. :The result of this study is the increasing number of atopic dermatitis from 2012 Result to 2013. Properly diagnosed atopic dermatitis that matched the criteria was 83/5%. The highest number of patients with atopic dermatitis was within the > 12 years old age group (41.9%). Women suffered atopic dermatitis more than men (61.4%). The commonly apparent location for the disease was found in the flexures of the patient ( 58.4% ). Most applied therapy was topical steroids (76.2%).
Conclussion: The incidence of atopic dermatitis patients experienced a reduction
in the period of January 1, 2012 - December 31, 2013. Distribution incidence of atopic dermatitis in patients is most women. Distribution highest incidence of atopic dermatitis in the age group> 12 years. Distribution incidence of atopic dermatitis skin disorders have the highest intentions locations are found in the flexures. Treatment given depend on age, clinical stage and location of the le sions of atopic dermatitis.
PENDAHULUAN
Dermatitis atopik adalah penyakit kulit inflamasi yang khas,bersifat kronis residif, dengan karakteristik rasa gatal yang hebat dan sering terjadi kekambuhan. Umumnya sering terjadi pada masa bayi dan anak-anak, dapat berlanjut hingga dewasa.Kelainan kulit berupa gatal,eritema, edema,vesikel dan luka pada stadium akut, tetapi pada stadium kronik ditandai likenifikasi.Penyakit ini sering berhubungan dengan peningkatanIgE dalam serum dan riwayat atopik pada penderita sendiri atau keluarganyamisalnya rhinitis alergi, asma bronkial, dan konjungtivitis alergi 1,2,4,5.
Dermatitis atopik merupakan proses multifaktorial, sehingga banyak faktor yang berperan dalam tejadinya kelainan ini.Etiologi dan patogenesis dermatitis atopik masih belom diketahui, tetapi terdapat beberapa faktor yang dianggap berperan sebagai faktor pencetus kelainan ini, antara lain faktor genetik, imunologik ,psikologi lingkungan dan gaya hidup 2.
Pada suatu penelitian yang dilakukan Williams dan kawan-kawan terhadap 463.801 anak-anak dari 56 negara, didapatkan pravelensi dermatitis atopik bervariasi dari 0,6%-20,5%.Pada penelitian oleh Yura dan kawan-kawan di Osaka,didapatkan peningkatan pravelensi dermatitis atopik pada 3 dekade terakhir, sehingga menjadi masalah kesehatan yang besar 2,6,7.
Survei di negara berkembang menunjukkan 10-20% bayi dan anak menderita dermatitis atopik. Pada tahun 2000, di Indonesia ditemukan 23,67% kasus baru dermatitis atopik pada anak dari 611 kasus baru penyakit kulit lainnya 8.Penelitian sebelumnya dilakukan oleh Anette Regina Br.Brahmana tahun 2008, yang meneliti tentang gambaran penderita dermatitis atopik berdasarkan jenis kelamin, usia, dan lokasi ruam di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr.Pringadi di Medan.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dari 113 pasien dermatitis atopik, sebanyak 56 orang (49,5%) berada pada kelompok usia <15 tahun. Jenis kelamin terbanyak didapatkan pada perempuan sebanyak 67 orang (59,3%) dan lokasi
ruam terbanyak didapatkan pada lipatan sebanyak 94 orang (40,9%).Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dermatitis atopik banyak diderita oleh perempuan (59,3%), <15 tahun (49,5%) dengan lokasi terbanyak pada lipatan (40,9%). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik penyakit dermatitis atopik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang yang merupakan rumah sakit pendidikan dan rujukan di kota Semarang.
METODE: Metode penelitian ini merupakan deskriptif retrospektif dengan pendekatan cross sectional.
HASIL: Kesesuaian diagnosis dengan kriteria diagnosis Hasil penelitian dari 121 penderita yang diduga terdiagnosis dermatitis atopik dilakukan penilaian diagnosis berdasarkan kriteria mayor dan minor oleh Hanifin dan Rajka. Tabel 5. Kesusaian diagnosis dengan kriteria diagnosis Variabel
Frekuensi
Persentase
DA (+)
101
83,5%
DA (-)
20
16,5%
Hasil penelitian didapatkan diagnosis penyakit dermatitis atopik tahun 2012-2013 penderita yang memiliki kesesuaian diagnosis sebanyak 101 (83,47%) penderita. Kesesuaian diagnosis diambil berdasarkan kriteria penilaian diagnosis berdasarkan kriteria mayor dan minor oleh Hanifin dan Rajka.Kriteria mayor minimal 3 dari 4 tanda ditambah 3 atau lebih kriteria minor.
Tabel 6. Distribusi riwayat atopi pada penderita DA Riwayat Atopi
n
%
Ada
52
51,5
Tidak ada
49
48,5
Dari 101 penderita
dermatitis atopik pada tahun 2012 -2013, yang memiliki
riwayat atopi sebanyak 52 (51,49%) penderita. Sedangkan 49 (48,51%) penderita tidak memiliki riwayat atopi. Karakteristik penderita dermatitis atopik Tabel 7. Distribusi jenis kelamin pada penderita DA Jenis Kelamin
n
%
Laki-laki
39
38,6
Perempuan
62
61,4
Penderita dermatitis atopik pada tahun 2012 -2013, 62 (61,39%) adalah penderita berjenis kelamin perempuan dan 39 (38,61%) penderita berjenis kelamin laki-laki. Tabel 8. Distribusi kelompok usia pada penderita DA Usia
n
%
0 – 2
25
24,8
2 – 12
29
28,7
> 12
47
46,5
Penderita dermatitis atopik pada tahun 2012 -2013, terbanyak pada kelompok usia> 12 tahun sebanyak 47 (46,53 %) penderita , diikuti kelompok usia 2-12 tahun sebanyak 29 (28,7%) penderita dan yang paling sedikit adalah kelompok usia 0-2 tahun sebanyak 25 (24,8%) penderita
Tabel 9. Distribusi lokasi lesi pada penderita DA Lokasi Lesi
n
%
Wajah
28
27,7
Fleksor
59
58,4
Ektensor
37
36,6
Lokasi lesi terbanyak pada penderita dermatitis atopik tahun 2012-2013, didapatkan dibagian fleksor sebanyak 59 (58,4%) penderita. Diikuti bagian ektensor sebanyak 37 (36,6%)
penderita dan wajah sebanyak 28 (27,7%)
penderita. Tabel 10. Distribusi penatalaksanaan pada penderita DA Terapi
n
%
Kortikosteroid topikal
77
76,2
Kortikosteroid sistemik
12
11,9
Antihistamin
72
71,3
Antibiotik sistemik
6
5,9
Antibiotik topikal
21
20,8
Politerapi
8
7,9
Pelembab
63
62,3
Kompres Nacl
4
3,9
Penatalaksanaan terbanyak pada penderita dermatitis atopik tahun 2012-2013, terbanyak adalah kortikosteroid topikal sebanyak 77 (76,2%) penderita. Penatalaksanaan antihistamin diberikan sebanyak 72 (71,3%) penderita. Pelembab diberikan sebanyak 63 (62,3%) penderita, antibiotik topikal sebanyak 21 (20,8%) pendeita, kortikosteroid sistemik sebanyak 12 (11,9%) penderita. Paling jarang diberikan adalah kompres Nacl sebanyak 4 (3,9%) penderita. Tabel 11. Distribusi penatalaksanaan kortikosteroid topikal pada penderita DA
Kortikosteroid Topikal
n
%
Hidrokortison 1-2,5%
13
12,9
Desonide 0,05% krim
18
17,8
Betametason valerat 0,1% krim
28
27,7
Deksosimetason 0,25% krim
1
1
Deksosimetason 0,25% salep
18
17,8
Diflukortolon valerat 0,1% krim
2
2
Klobetasol propionat 0,05% krim
2
2
Kortikosteroid topikal terbanyak diberikan pada penderita dermatitis atopik tahun 2012-2013 adalah Betametason valerat 0,1% krim seban yak 28 (27,7%) penderita. Desonide 0,05% krim dan deksosimetason 0,25% salep diberikan sebanyak 18 (17,8%) penderita. Diflukortolon valerat 0,1% krim dan Klobetasol propionate 0,05% krim diberikan sebanyak 2 (2%) penderita. Paling sedikit diberikan adalah Deksosimetason 0,25% krim sebanyak 1 (1%) penderita. Tabel 12. Distribusi penatalaksanaan kortikosteroid sistemik pada penderita DA Kortikosteroid Sistemik
n
%
Metil prednison 4mg tab
5
5
Deksosimetason 0,5mg tab
1
1
Betametason 0,5mg tab
2
2
Betametason 0,6mg/5ml syr
1
1
Kortikosteroid sistemik
terbanyak diberikan pada penderita dermatitis atopik
tahun 2012-2013 adalah metil prednison 4mg tab sebanyak 5 (5%) penderita. Betametason 0,5 mg tab diberikan sebanyak 2 (2%) penderita. Sedangkan Deksosimetason 0,5mg tab dan betametason 0,6mg/5ml sirup hanya diberikan sebanyak 1 (1) penderita. Tabel 13.Distribusi penatalaksanaan antihsitamin sistemik pada penderita DA
Antihistamin
n
%
CTM 4mg tab
24
23,8
Mebhidrolin napadisilat 50mg tab
27
26,7
Cetrizin 10mg tab
9
8,9
Loratadin 10mg tab
10
9,9
Loratidin 5mg/5ml syr
2
2,0
Antihistamin sistemik terbanyak diberikan pada penderita dermatitis atopik tahun 2012-2013 adalah mebhidrolin napadisilat 50mg tab sebanyak 27 (26,7%) penderita. CTM 4mg tab diberikan sebanyak 24 (23,8%) penderita. Loratadin 10mg tab diberikan sebanyak 10 (9,9%) penderita. Cetrizin tab diberikan sebanyak 9 (8,9%) penderita. Loratadin 5mg/5ml sirup sebanyak 2 (2%) penderita. Tabel 14. Distribusi penatalaksanaan antibiotik topikal pada penderita DA Antibiotik Topikal
n
%
Mupirosin 2% krim
1
1
As. Fusidat 2% krim
7
6,9
Gentamisin sulfat 0,1% krim
13
12,9
Antibiotik topikal
terbanyak diberikan pada penderita dermatitis atopik tahun
2012-2013 adalah gentamisin sulfat 0,1% krim sebanyak 13(12,9%) penderita. Tabel 15. Distribusi penatalaksanaan antibiotik sistemik pada penderita DA Antibiotik Sistemik
n
%
Amoksisilin 500mg tab
4
4
Cefadroxil 500mg tab
2
2
Antibiotik sistemik terbanyak diberikan pada penderita dermatitis atopik tahun 2012-2013 adalah amoksisilin tab sebanyak 4 (4%) penderita.
Tabel 16. Distribusi penatalaksanaan politerapi pada penderita DA Politerapi
n
%
Fluocinolone acetonide 0,025% + gentamisin sulfat 0,1% krim
2
2
Betametason dipropionat 0,05% + gentamisin sulfat 0,1% krim
6
5,9
Politerapi terbanyak diberikan pada penderita dermatitis atopik tahun 2012-2013 adalah Betametason dipropionat 0,05% krim + gentamisin sulfat 0,1% krim sebanyak 6 (5,9%)
penderita. Sedangkan Fluocinolone acetonide 0,025% +
gentamisin sulfat 0,1% krim diberikan sebanyak 2 (2%) penderita. Tabel 17. Distribusi penatalaksanaan lainnya pada penderita DA Terapi Lainnya
n
%
Pelembab
63
62,3
Kompres NaCl
4
4
Penatalaksanaan lain terbanyak diberikan pada penderita dermatitis atopik tahun 2012-2013 adalah pelembab sebanyak 63 (62,3%) penderita. K ompres NaCl hanya diberikan pada 4 (4%) penderita. PEMBAHASAN Dari 1 Januari 2012 – 31 Desember 2013 insidensi dermatitis atopik di RSUP Dr.Kariadi adalah 121 kasus. Pada penelitian ini kasus dermatitis atopik cenderung menurun, pada tahun 2012 terdapat 79 ( 69,3%) penderita, sedangkan tahun 2013 terdapat 42 (30,7%) penderita. . Penurunan pada penelitian ini disebabkan menurunnya jumlah kunjungan di RSUP Dr.Kariadi Semarang dalam kurun waktu tersebut.Hal ini juga bisa disebabkan kemungkinan terjadi peningkatan mutu pelayanan rumah sakit dan petugas kesehatan sehingga penanganan yang diberikan menjadi lebih baik.
Pada penelitian ini dilakukan penilaian diagnosis berdasarkan kriteria mayor dan minor Hanifin Rajka. Kriteria ini cocok untuk diagnosis berbasis rumah sakit. Dari 121 penderita yang diduga terdiagnosis penyakit dermatitis atopik sebanyak 101 (83,47%) penderita yang memiliki kesesuaian dengan kriteria tersebut. Sedangkan 20 (16,5%) penderita tidak memiliki keseuaian dengan kriteria Hanifin Rajka. Hal ini dimungkinkan karena terdapat perbedaan pandangan antara satu dokter dengan dokter yang lain dalam memahami kriteria diagnosis dermatitis atopik
2
.Riwayat
atopi seperti asma bronkial dan rhinitis alergi pada penderita
sendiri maupun keluarga merupakan salah satu kriteria diagnosis penyakit dermatitis atopik. Pada penelitian ini sebanyak 52 (51,5%) penderita memiliki riwayat atopi , sedangkan 49 (48,5%) penderita tidak memiliki. Hasil pada penelitian ini sesuai dengan teori dan penelitian sebelumnya bahwa penderita dermatitis atopik lebih banyak yang memiliki riwayat atopi.
Penderita dermatitis atopik pada penelitian ini sebanyak 62
(61,39%) adalah
penderita berjenis kelamin perempuan dan 39 (38,61%) penderita berjenis kelamin laki-laki.. Hasil penelitian ini sesuai dengan teori kepustakaan bahwa rasio
gender
dilaporkan
lebih
banyak
terjadi
pada
perempuan
dengan
perbandingan 1,3 : 1.
Berdasarkan pembagian usia menurut stadium klinik didapatkan kasus terbanyak pada
kelompok usia > 12 tahun sebanyak 47 (46,5%) penderita , diikuti
kelompok usia 2-12 tahun sebanyak 29 (28,7%) penderita dan yang paling sedikit adalah kelompok usia 0-12 tahun sebanyak 25 (24,8%). Hasil pada penelitian ini berbeda dengan teori yang mengatakan bahwa penyakit dermatitis atopik dapat terjadi pada segala usia tetapi lebih sering tejadi pada bayi dan anak-anak 2,7. Pada penelitian ini, lokasi lesi terbanyak didapatkan pada fleksor sebanyak 59 (58,4%) penderita. Diikuti bagian ektensor sebanyak 37 (36,6%) penderita dan wajah sebanyak 28 (27,7%) penderita. Gejala pada bayi biasanya dimulai dari
wajah kemudian menyebar terutama ke daerah ektensor. Lesi berlanjut pada usia anak dan dewasa didapatkan terutama pada daerah lipatan dan tangan
3.
Penatalaksanaan pada dermatitis atopik ditujukan untuk mengurangi rasa gatal, memperbaiki keadaan kulit, infeksi dan inflamasi. Diperlukan pendekatan sistematis dan multifaktorial yang merupakan kombinasi hidrasi kulit, terapi farmakologis dan eliminasi faktor penyebab
21,27
.
Penatalaksanaan terbanyak yang diberikan pada penelitian ini adalah pemberian kortikosteroid topikal sebanyak 77 (76,2%) penderita. Kortikosteroid topikal yang banyak diberikan adalah betametason valerat 0,1% krim sebanyak 28 (27,7%) penderita. Terapi kortikosteroid topikal bersifat efektif untuk dermatitis atopik sebagai anti-inflamasi, anti proliferasi dan memiliki aksi imunosupresif.Selain itu kortikosteroid topikal relatif cepat, ditoleransi dengan baik, mudah digunakan dan tidak semahal terapi alternatif lainnya 21. Pada penelitian ini kortikosteroid sistemik diberikan sebanyak 12 (11,9%) penderita. Paling banyak diberikan adalah metil prednison 4mg tab sebanyak 5 (5%) penderita. Kortikosteroid sistemik sebaiknya digunakan pada eksaserbasi akut,
hanya
dalam
jangka
pendek,
berselang-seling
dan
diturunkan
bertahan.Penggunaan jangka waktu lama tidak dianjurkan pada anak.Tidak ada uji coba yang benar dalam mengevaluasi terapi ini sesuai dengan protokol Helsinski 30
.
Antihistamin sistemik pada penelitian ini diberikan sebanyak 72 (71,3%) penderita. Paling banyak diberikan adalah mebhidrolin napadisilat sebanyak 27 (26,7%) penderita. Mebhidrolin napadisilat merupakan antihistamin H1 blocker generasi pertama, meskipun anti histamin generasi pertama tidak secara langsung mengurangi gatal dan untuk mengobati urtikaria kronik hasilnya kurang baik, tetapi efek tersebut membantu meningkatkan kualitas tidur penderita
6,21,27,30
.
CTM 4mg tab yang merupakan antihistamin generasi pertama pada penelitian ini diberikan sebanyak 24 (23,8%) penderita. Selain itu, pada penelitian ini terdapat penderita yang diberikan antihistamin H1 blocker generasi kedua seperti cetrizin
dan loratadin. Generasi kedua ini tidak memiliki efek sedatif, tetapi ditoleransi sangat baik karena dapat diberikan dengan dosis yang tinggi untuk meringankan gejala alergi sepanjang hari dan dapat dipakai untuk mengobati urtikaria kr onis 30. Kolonisasi S.aureus ditemukan pada lebih dari 90% kulit penderita dermatitis atopik sebagai akibat gangguan fungsi sawar kulit dan imunitas alamiah
31
. Bila
terdapat infeksi sekunder oleh S.aureus (madidans, krusta, pustul,pus) yang luas dapat diberikan antibiotik sistemik, sedangkan bila lesinya tidak luas bisa diberikan antibiotik topikal
21
. Pada penelitian ini antibiotik sistemik terbanyak
diberikan pada penderita dermatitis atopik tahun 2012-2013 adalah amoksisilin 500mg tab sebanyak 4 (4%) penderita. Antibiotik topikal terbanyak yang diberikan adalah gentamisin sulfat 0,1% krim sebanyak 13(12,9%) penderita. Gentamisin telah dipergunakan secara luas dalam bidang dermatologi sejak tahun 1960. Chung dkk mengemukakan bahwa pada penderita dermatitis atopik, sensitivitas terhadap gentamisin sebesar 99,7%
31
. Asam fusidat dilaporkan
memiliki keunggulan daripada antibakteri yang lain. Asam fusidat memiliki strength of recommendation A yang artinya baik digunakan
32
.
Terdapat sejumlah kombinasi antibiotik dan kortikosteroid topikal sebagai terapi kombinasi pada penderita dermatitis atopik. Pada penelitian ini, paling banyak diberikan kombinasi betametason dipropionat 0,05% + gentamisin sulfat 0,1% krim sebanyak 6 (5,9%) penderita. Menurut studi, kombinasi yang terbaik adalah kortikosteroid topikal dengan asam fusidat.Sebuah studi menunjukkan bahwa penggunaan jangka pendek kombinasi kortikosteroid topikal dengan asam fusidat tidak meningkatkan resistensi.Formulasi baru kombinasi betametason valerat dengan asam fusidat dalam krim lemak dapat juga mengatasi xerosis pada dermatitis atopik 32. Penatalaksanaan pada penderita dermatitis atopik yang sangat penting adalah pelembab.Pelembab sangat dianjurkan dipakai sebelum memakai kortikosteroid topikal
27
. Pada penelitian ini pelembab diberikan sebanyak 63 (62,3%) penderita.
Hal ini sesuai dengan literatur bahwa pada kulit penderita dermatitis atopik terjadi
peningkatan transepidermal water loss sehingga barrier kulit menjadi rusak yang menyebabkan kulit menjadi kering. Pemakaian pelembab pada penderita dermatitis atopik dapat memperbaiki fungsi barrier stratum korneum dan mengurangi kebutuhan pemaiakan steroid topikal 3,4,6.
Pada lesi akut yang basah, umumnya sebelum dioleskan obat topikal dilakukan pengompresan.Teknik kompres juga dilakukan untuk mempercepat penyembuhan luka 4. Pada penelitian ini, kompres NaCl hanya diberikan pada 4 (4%) penderita.
Seperti yang tertulis pada metode penelitian, jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif retrospektif dengan desain cross-sectional .Kekurangan dari penelitian ini hanya menggunakan data sekunder yang didapatkan dari catatan medik.Tidak semua catatan medik memiliki data lengkap yang diharapkan. Selain itu, pada penelitian ini sulit untuk melihat follow up keberhasilan terapi.
SIMPULAN DAN SARAN: SIMPULAN: Angka kejadian dermatitis atopik di RSUP Dr Kariadi mengalami penurunan periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2013.Diagnosis yang memiliki kesesuaian kriteria diagnosis sebanyak 83,7%. Penderita yang memiliki riwayat atopi sebanyak 51,5%. Distribusi kejadian dermatitis atopik pada penderita wanita lebih banyak dari pria.Distribusi kejadian dermatitis atopik menurut usia terbanyak pada usia >12 tahun.Distribusi lokasi dermatitis atopik terbanyak pada daerah fleksorPenatalaksanaan dermatitis atopik terbanyak adalah kortikosteroid topikal.
SARAN:
Diperlukan kesepakatan mengenai kriteria diagnosis dalam menentukan diagnosis dermatitis atopik.Diperlukan pemahaman yang sama dalam pengisian rekam
medis sehingga diperoleh data yang lengkap akurat.Diperlukan edukasi sebagai penatalaksanaan dermatitis atopik.Diperlukan penyesuaian prinsip umum steroid topikal sebagai penatalaksanaan dermatitis atopik.
Ucapan Terimakasih:
Peneliti mengucapkan terima kasih kepada dr. Muslimin, sp.KK yang telah memberikan saran-saran dalam pembuatan Karya Tulis Ilmiah. Peneliti juga mengucapkan terima kasih kepada dr.Retno Indar W, Msi,sp.KK selaku ketua penguji dan dr. Asih Budiastuti, sp.KK(K) selaku penguji, serta pihak-pihak lain yang telah membantu hingga penelitian ini dapat terlaksana dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
1.
Djuanda S,Sularsito SA.Dermatitis Atopik.Dalam:Djuanda A,editor. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi ke- 6 .Jakarta: FK UI; 2007. h.138-47.
2.
Yusuf A, Sunarko M.Dermatitis Atopik di Divisi Alergi URJ Kulit Kelamin RSU DR.Soetomo Surabaya2003-2005. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin. Surabaya: Airlangga University Press; 2007. h. 9-25.
3.
Leung DYM, Eichenfield LF, Bogunewwicz M. Atopic dermatitis (atopic eczema). Dalam: Wolf K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DA, ed. Fitzpatrick’s Dermatology in general medicine edisi ke-7. New York: Mc Graw Hill; 2008. h. 146-57.
4.
Kabulrahman. Penyakit Kulit Alergi. Semarang : Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro; 2003.h.10-12.
5.
KariosentonoH.
Dermatitis
Atopik
(eksema).Surakarta:Lembaga
Pengembangan Pendidikan (LPP) UNS dan UPT Penerbitan dan Percetakan UNS; 2006. h.1-28. 6.
Atopic Dermatitis, Eczema, and Non Infectionus Immunodeficiency Disorders. Dalam:William D James M, Timothy G Berger M, Dirk M Elston M, editors. Andrews' Disease of The Skin Clinical Dermatology. Edisi ke-11. Philadelphia, USA: Saunders ELsevier; 2011. h. 62-9.
7.
Williams HC. Atopic Dermatitis. New Engand Journal of Medicine. 2005. [Internet]. [ diperbarui: 2 Juni 2005; disitasi: 14 Januari 2014 ] 352:2314-24. Terdapat pada: htp://www.nejm.org/doi/full/10.1056/NEJMcp042803
8.
Jacoeb TNA. Manifestasi klinis dermatitis atopik pada anak. Dalam: Boediardja SA, Sugito TL, Rihatmadja R, editor. Dermatitis pada bayi dan anak . Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2004. h.58-78.
9.
Brahmana ARB.Gambaran Dermatitis Atopik di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD DR.Pringadi Medan Tahun 2008.Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara [Internet]. 2010. [ Disitasi: 11 Januari 2014]; Tersedia pada: http://repository.usu.ac.id/bitsream/12345678/3530/5/capter%201.pdf
10. Kanwar AJ, De Dipankar.Epidemiology and Clinical Features of Dermatitis Atopic in India.India Journal of Dermatology. [Internet]. 2011; [diperbarui: 21 Oktober 2014 ; disitasi: 28 Januari 2014]; 56(5): 471 – 475. Terdapat pada:Http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC31201 11. Kim BS. Atopic Dermatitis. Medscape. [Internet] 2014 [diperbarui:21 Januari 2014;
disitasi
28
Januari
2014].Terdapat
pada
:
Http://emedicine.medscape.com/article/1049085overview#showall 12. Charman RC, William HC. Epidemiology of Atopic Dermatitis.Dalam: Leung DYM, Bieber Thomas editors. Atopic Dermatitis. USA: Marcel Dekker; 2002. h.21-36. 13. Burns T.Rook’s Textbook dermatology edisi ke-8.Blackwell Publishing; 2010. h. 24-40. 14. Diepgen TL. Is The Pravelence of Atopic Dermatitis Increasing?.dalam: William HC.Atopic Dermatitis: The Epidemiology, Causes and Prevention of Atopic Eczema. UK: Cambridge University; 2000 . h. 96-112. 15. Klaus w, Dick suurmond.Flitzpatr ick’s color atlas and sypnosis edisi ke5.New York:Mc Graw Hill; 2005.
h.35-40.
16. Remitz A, Sakari Reitamo. The Clinical Manifestations of Atopic Dermatitis.dalam: Reitamo S, Thomas A, Martin S. Text Book of Atopic Dermatitis. UK: Informa Healthcare; 2008. h.1-11. 17. Werfel T. Classification, Clinical features and Differential Diagnosis of Atopic Dermatitis. dalam: Werfel T,W. Kiess, J. M. Spergel. Atopic Dermatitis in Childhood and Adolescence Vol 15. Switzerland: Karger publisher; 2011. h. 2-20. 18. Brown GR, Tonny Burns. Lecture Notes On Dermatologi 8 th ed. Jakarta: Penerbit Erlangga; 2005. h. 73-4 . 19. Sugito TL. Penatalaksanaan Terbaru Dermatitis Atopik . Dalam : Boediardja SA, Sugito TL, Indriatmi W, Devita M, Prihianti S,editor. Dermatitis atopik. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2009. p.39-55. 20. Hunter JAA, JA Savin, MV Dahl. Clinical Dermatology edisi ke-2. Cambridge : Blackwell Science; 1995. h. 92-7.
21. Natalia, Sri Linuwih Menaldi, Triana Agustin. Perkembangan Terkini pada Terapi Dermattis Atopik. J Indonesian Medical Associaton. [Internet]. 2011. [diperbarui: Juli 2011; disitasi: 13 Januari 2014]; 61(7): 299-304. Tersedia pada: http:// Journal Indonesian medical/22550/32.pdf 22. Hussain
SH,
James
RT,
Albert
CY.
Infantile
Atopic
Dermatitis.
dalam: Donald Rudikoff D,Steven RC, Noah S. Atopic Dermatitis and Eczematous Disorders. Florida: CRC Press; 2014 .h. 77-88. 23. Maibach HI. Evidence Based Dermatology edisi ke-2. California: People’s Medical Publishing House; 2011.
h.297-325.
24. Tranggono RI, Latifah F. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan Kosmetik. Jakarta: Penerbit Gramedia; 2011.h.75-82. 25. MA Ari. Dermatitis dan Peran Steroid Dalam Penanganannya. Dexa Media .[Internet]. 2009. [diperbarui: 17 Oktober 2004 disitasi: 10 Juni 2014]. 17(4):1-7 .Terdapat pada: http:// unhas.ac.id / tahir / BAHAN - KULIAH/ BIO-MEDICAL/ BAHAN-UMUM / ECHOCARDIOGRAPHY % 20 ( % 20 SALEH %20 -% 20D 411 % 2002 % 20050 % 20) / REFERENSI / dermatitis.pdf. 26. Yanhendri.
Berbagai
Bentuk
Sediaan
Topikal
Dalam
Dermatologi.
Kalbemed. [Internet]. 2012. [diperbarui : 6 Agustus 2012 disitasi : 10 Juni 2014]. 39(6): 423-30. Terdapat pada: http: // www.kalbemed.com /Portals /6 / 08_194Berbagai%20Bentuk
%20
Sediaan
%
20
Topikal%20dalam%20Dermatologi.pdf. 27. Watson Wade, Sandeep Kapur. Atopic Dermatitis. AACI J. [Internet]. 2011. [diperbarui: 20 Desember 2011 disitasi: 20 Juni 2014].7(4):1-7. Terdapat pada: http : // www.aacijournal.com / content/7/s1/s4 28. Saeki H. Guidelines For Management Of Atopic Dermatitis. JDA J. [Internet]. 2009. [diperbarui: 28 September 2009 disitasi: 20 Juni 2014]. 36(10):563-577.
Terdapat
pada:
http:
//
onlinelibrary
.wiley.com
/
doi/10.1111/j.1346-8138.2009.00706.x/full#b4 29. Tomas KS. Randomised Controlled Trial of Short Bursts of a Potent Topical Corticosteroid Versus Prolonged Use of a Mild Preparation for Children With
Mild or moderate Atopic Eczema. BMJ. [Internet]. 2002. [diperbarui: 30 Maret 2002 disitasi: 20 Juni 2014 ] 3(24): 768. Terdapat pada: http ://www.bmj.com /content /324/7340/768.1 30. William H, Kim Thomas. Atopic Dermatitis. Dalam: William H. EvidenceBased Dermatology BMJ . London: BMJ Book; 2003.h 144-218 31. Anthony C.Antibacterial/Steroid Combination Therapy In Infected Eczema. Acta Derm Venerol. [Internet].2008. [diperbarui: 11 Mei 2008 disitasi: 20 Juni 2014] 2(16): 28-34. Terdapat pada: http: //www. medicaljournals.s e/acta/content/download.php