Kurnia Novi DKK, Literasi Digital Keluarga, Dikutibp Dari; https://download.portalgaruda.org/article.php, pada 3 mei 2018
Nizwardi Janius, Ambiyar, 2016, Media Dan Sumber Pembelajaran, Kencana, Jakarta.hlm 2-3.
Darma Putra, 2010, Pengolahan Citra Digital, CV ANDI OFFSET, Yogyakarta, hlm 19-21
Universitas Pendidikan Indonesia, Membangaun Generasi Emas2045 yang berkarakter dan melek IT dan Pelatihan Berpikir Suprarasional, Jawa Barat: Upi Sumedang, 2017 hlm 136
Yee-jin shin, Mendidik Anak Di Era Digital, Bandung:PT Mizan Publik, 2014, hlm 112
Donni B.U., Pangantar Tata Kelola Internet, Jakarta, 2018, hlm 84-85
Nyi mas diane wulansari, didiklah Anak Sesuai Zamannya, PT Visimedia Pustaka, Jakarta, 2017, hlm 9-10
Jane Stokes, How To Do Media And Cultural Studies, PT Bentang Pustaka, Yogyakarta, 2007, hlm ii
Universitas Michighan, 2009, penelitian dan metode dan teknik penyusulahan dan bimbingan sosial masyarakat pedesaan dan perkotaan, departemen R.I. Badan penelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial,hlm 6-7
Rullie Nasrullah DKK, 2017, Gerakan Literasi Nasional,Kemendikbud, Jakarta Timur, hlm 3-5
Uswatun Hasanah. 2015. Konsep Pembelajaran berbasis Multiple Intellegences Dalam Perspektif Munif Chatib. Halaman 214-215
Peran Keluarga Dalam Literasi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Di Era Digital Di Kota Metro
Mahasiswi Pendidikan Islam Anak Usia Dini (PIAUD) Fakultas Tarbiah Dan Ilmu Keguruan, Institut Agama Islam Negeri, Metro, Lampung
Risa Azizatul Muawanah
NPM: 1701030031
Abstrak
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama dalam kehidupan anak. Keluargalah yang memiliki peran utama dalam mengembangkan kepribadian anak begitu juga dalam penanam literasi dini di era digital ini. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi menegenai peran keluarga dalam menanamkan literasi dini pada anak di era digital pada kota Metro. Metode yang digunakan dalam penelitian dengan mendeskripsikan dan menjelaskan temuan penelitian yang telah di adakan. Selain itu peneliti juga menganalisa sepenuhnya dengan menggunakan interpretasi teoritik.dimana data yang diperoleh dari hasil penelitian dilapangan kuantitatif maupun kualitatif. Hasil penelitian memberikan motivasi, kesempatan, dan fasilitas yang diberikan orang tua dalam mengembangkan literasi dirumah cukup tinggi namun dalam keteladanan seperti kegiatan orang tua membaca dan menulis masihlah kurang.dan orang tua belum mampu menjadi kegiatan literasi di era digital sebagai hal-hal yang bermanfaat dan berdampak baik bagi anak usia dini.
Kata kunci: keluarga, literasi, media
PENDAHULUAN
Maraknya penggunaan internat oleh anak-anak, terutama meraka yang masih berusia dini. Anak-anak ini sering kali menggunakan internet tanpa dampingan yang memadai dari orang tua, beberapa orang tua bahkan sengaja memberikan berbagai perangkat teknologi terkini agar anak dian dan sibuk bermain internet. Agar tidak "mengganggu" mereka. Bahkan tidak jarang baik anak, amaupun orangtua sibuk dengan pekerjaannya. Fenomene ini menunjukkan kecakapan literasi digital orang tua masih minim yang mengakibatkan penyalahgunaan internet oleh anak. Dalam duni akademis, praktik penggunaan internet yang semakin intens dikalangan anak usia dini, memunculkan perdebatan mengenai pengaruhnya, apakah bermanfaat atau justru merugikan. Perdebatan akademis yang lain adalah mengenai peran orang tua, sejauh mana orang tua mampu mendampingi anak dan sejauh mana kecakapan literasi digital yang orang tua miliki mampu mendukung proses pendampingan tersebut.
Studi kuantitaf yang dilakukan oleh puspita adiyani chandra, terhadap 100 anak sekolah yang berusia 6-12 tahun di surabaya pada tahun 2013 menunjukkan bahwa 27% anak mengguanakan internet pertama kalinya pada usia 8 tahun. Sebanyak 19% menggunakan pada usia 7 tahun dan 12% pada usia 6 tahun. Temuan yang menarik adalah beberapa responden mengaku mengenal internet sejak usia 5 tahun (balita) atau bahkan sebelumnya. Dari penelitian di atas menunjukkan perkenalan meeka dengan dengan internet diusia balita. Interaksu anak-anak umur 3-12 tahun denganinternet secra umum dimediasi oleh orang-orang disekitarnya, orang yang mempunyai peran pertama kali mengenalkan internet adalah orangtuanya (45%), anggota keluarga lain selain orang tua adlajh kakak, sepupu, paman, dan bibi (29%), guru (11%), da teman (2%). Anak-anak yang mengaku belajar sendiri secara autodidak sebanyak 10%. Dari beberapa studi di atas terdapat temuan menarik. Pertama, usia anak mengetahui internet termasuk menggunakannya terbukti sangat muda yakni ketika anak masih dibawah umur 5 tahun. Kedua, perkenalan internet lebih banyak melalui orang tuanya dibandingkan dengan guru, anggota keluarga, teman, maupun secara autodidak. Relasi anak dengan internet sering dianggap menimbulkan kecanduan yang menyebabkan anak kurang berinteraksi anggota keluarga lain maupun teman sebayanya, alasan lain internet dianggapmemberikan dampak negativ dengan alasan konten yang terdapat didalam internet mengandung pornografi, kekerasan, dan siyberbullying.
Disisi lain internet juga dianggap sebagai hal yang positif, karena dapat digunakan sebagai sarana belajar oleh anak, sebagai contoh studi yang dilakukan christina davidson (2011) menunjukkan bahwa internet dapat digunakan secara positif oleh anak-anak dirumah. Melalui kasus yang sederhana. Davidson menunjukkan bagaimana internet dapat membantu anak-anak dalam mencari informasi cicak di google. Informasi yanga dicari oleh anak bersama denganorang tua mereka menghasilkan tulisan bersama tentang cicak. Studi ini menunjukkan bahwa agar biasa menggunakan internet dengan positif, anak-anak membutuhkan bimbingan orang tua di tuntut mempunyai mempunyai kecakapan baik teknis, pengetahuan, maupun emosi dalam mengakses berbagai informasi maupun hiburan.
Dengan perkataan lain dalam menggunakan internet oleh anak-anak dirumah, bimbinganorang tua sangat diperlukan. Pembibinganini merupakan sebuah wujud nyata dari sebuah literasi digital yang dapat ditularkan dari orang tua kepada anak-anak. Terutama yang berusia dibawah 12 tahun. Pentingnya pera orang tua sebagai pendamping anak dalam menggunakan internet tidak lain karena anak belum mempunyai kecakapan teknis, pengetahuan maupun emosi dalam mengakses berbagai informasi dan hiburan melalui internet.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian Literasi Media
Literai berasal dari bahasa Inggris yaitu literacy dari bahasa latin Littera (huruf) yang pengertiannya melibatkan sistem-sistem tulisan dan konvensi-konvensi yang menyertainya, literasi umumnnya berhubungan dengan bahasa, dan bagaimana bahasa itu digunakan Literasi merupakan kemampuan yang terkait dengan kemampuan membaca, menulis, menyimak dan berbicara. Sependapat yang disampaikan oleh Laurie & Whitehead (2004) mengemukakan bahwa literasi anak merupakan kemampuan yang berkaitan dengan, membaca, menulis, menyimak dan berbica
Secara sederhana, literasi berarti kemampuan membaca dan menulis, atau melek aksara (Resmini, 2013). Dalam konteks sekarang, literasi memiliki arti yang sangat luas. Literasi dapat berarti melek teknologi, politik, berpikiran kritis, dan peka terhadap lingkungan sekitar. Widayati (2011) mendefinisikan literasi kontemporer sebagai kemampuan seseorang dalam menggunakan informasi tertulis atau cetak untuk mengembangkan pengetahuan, sehingga mendatangkan manfaat bagi masyarakat. Lebih jauh, seorang baru dapat dikatakan literat jika ia sudah dapat memahami sesuatu karena membaca dan melakukan sesuatu berdasarkan pemahaman bacaannya.
Menurut hemat Justice dan Kaderavek (2002) mengatakan bahwa periode literasi anak mulai dari lahir sampai dengan usia enam tahun. Pada periode tersebut anak-anak memperoleh pengetahuan tentang membaca dan menulis tidak melalui pengajaran, tetapi melalui perilaku yang sederhana dengan mengamati dan berpartisipasi pada aktivitas yang berkaitan dengan literasi. Pengajaran formal tidak selalu diperlukan untuk mengembangkan literasi emergen. Dengan mengamati orang yang melakukan aktivitas literasi dan berpartisipasi dengan aktivitas tersebut maka anak akan memperoleh kemampuan yang merupakan prasyarat penting untuk mengembangkan membaca konvensional.
Berkenaan dengan ini Kern (2000) mendefinisikan istilah literasi secara komprehensif sebagai berikut:
Literacy is the use of socially-, and historically-, and culturally-situated practices of creating and interpreting meaning through texts. It entails at least a tacit awareness of the relationships between textual conventions and their context of use and, ideally, the ability to reflect critically on those relationships. Because it is purpose-sensitive, literacy is dynamic - not static - and variable across and within discourse communities and cultures. It draws on a wide range of cognitive abilities, on knowledge of written and spoken language, on knowledge of genres, and on cultural knowledge.
Menurut Nutbrown & Claugh (2015) mengemukakan bahwa pengenalan literasi bagi anak anak mulai dikembangakan terlebih di Inggris sejak tahun 1980-an karena para guru dan peneliti melihat jika pentingnya mengenalkan atau membelajarkan literasi membaca dan menulis bagi anak usia dini. Senada yang disampaikan oleh Chomsky (Subyantoro, 2012) pemerolehan literasi anak pada dasarnya ia akan menginternalisasikan sistem kaidah yang berhubungan dengan bunyi dan makna secara khusus dan anak memperoleh kemampuan lietrasi dengan cara yang sangat menakjubkan.
Lebih lanjut Montessori dan Maturationis (Moriison, 2013) mengemukakan bahwa, penguasaan bahasa adalah pembawaan lahir pada semua anak tanpa memandang budaya dan agamnya. Artinya bahwa sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun anak usia dini sudah mempunyai kemampuan dalam literasi, meskipun tidak belajar secara khusus tetapi anak belajar bahasa memlalui interaksi dengan lingkungan dimana anak tinggal.
Anak memiliki Pengalaman literasi sebelum mereka pergi ke sekolah dan apa yang mereka ketahui tentang keaksaraan sangat penting bagi perkembangan mereka. Anak belajar aksaraan pertama kali didapat dari rumah mereka masing-masing melalui interaksi dengan orang tua dan dengan cara yang menyenangkan tanpa adanya intimidasi (Makin L, & Whitehead M, 2004). Gambaran lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah yang kondusif menstimulasi kemampuan literasi anak mengenai kemampuan mambaca dan menulis Nutbrown & Claugh (2015). Kemampuan literasi awal anak adalah suatu proses kemampuan yang dimulai pada saat lahir dan terus berkembangn selama masa hidup. Anak-anak mempelajari literasi dengan cara yang sangat menakjubkan. Menurut Montessori (Morrison, 2013) mengemukakan bahwa, penguasaan bahasa adalah pembawaan lahir pada semua anak tanpa memandang budaya dan agamnya.
Dari uraian dan pendapat para ahli di atas dapat dikatakan bahwa literasi anak usia dini adalah kemampuan yang dimiliki oleh anak terkait dengan kemampuan membaca dan menulis. Pengenalan literasi anak usia dini adalah suatu proses aktivitas yang memperkenalkan kemampuan membaca, menulis pada anak usia dini; tanpa adanya unsur intimidasi bagi anak untuk mengetahui secara sempurna seperti orang dewasa tetapi pembelajarkan lietrasi tersebut sesuai dengan usia atau fase-fase perkembangannya. Pengenalan literasi awal pada anak usia dini dilakukan dengan cara yang menyenangkan sehingga anak tidak merasa jenuh, untuk membelajarkan sesuatu hal yang bermakna bagi eksistensinya.
Sedangkan media (bentuk jamak dari kata medium), merupakan kata yang berasal dari bahas latin medius, yang secara harfiah yang bebrarti tengah, perantara,atau pengantar. (Arsyad,2002; Sadiman, dkk.,1990). Oleh karena itu media dapat diartikan sebagai perantara atau pengantar pesan dari pengerim ke penerima pesan. Menurut Gerlach&Ely (dalam Arsyad,2001) bahwa media jika dipahami secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang memebangun kondisi yang menyebabakan siswa mampu memperoleh pengetahuan keterampilan, sikap. Association of E ducation and Communication Technology (AECT), memberikan pengertian media sebagai segala bentuk bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyampaikan hal dan informasi. Dalam hal ini terkandung pengertian sebagai medium (Gegne et el, 1998) atau mediator yaitu mengatur hubungan yang efektif antara dua belah pihak utama dalam pembelajaran siswa dan isi pembelajaran. Sebagai mediator dapat juga mencerminka suatu pengertian bahwa setiap sisitem pengajaran, mulai dari guru sampai dengan peralatanyang paling canggih yang disebut media. Heinich et el. (1993) memberikan istilah medium yang memiliki pengertian yang sejalan dengan batasan diatas yaitu sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dan penerima.
Seringkali istilah alat bantu atau media komunikasi digunakan secara bergantian atau sebaga pengganti istilah media pendidikan ( peserta didik). Hamalik mengungkapkan (1994) bahwa dengan mengguanakn alat bantau berupa media komunikasi, hubungan komunukasi akan berjalan dengan lancar dan dengan hasil yang maksimal. Batasan media yang seperti ini juga dikemukakan oleh Reiser dan Gagne ( dalam Criticos,1996; Gagne et, al., 1998), yang secara implist menyatakan bahwa media adalah sebagai alat fisik yang digunakan untuk menyampaikan isi materi dalam oemgajaran.
Potter dalam bukunya yang berjudul "Media Litercy" (2005;34) mengatakan bahwa Media Letirasi adalah sebuah perspektif yang digunakan secara aktiv ketika individu mengakses media dengan tujuan untuk memaknai pesan ynag diasampaikan oleh media. Tallim menyatakan bahwa media litteracy adalah kemmapuan untuk menganalisi pesan media yng menerpaya baik yang bersifat informatif atau menghibur.
Berdasarkan pengertian diatas yang dapat disimpulkan bahwa media literasi ialah kemampuan atau keahlian seseorang untuk dapat menganalisis terpaan pesan-pesan dari media sehingga media dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan komunikasi antara manusia dengan benar-benar optimal.
Pengertian Literasi Media Digital
Literasi digital yang juga dikenal sebagai litersai komputer merupakan salah satu kemahiran literasi media yang merupakan kemahiran literasi media yang merupakan kemahiran penggunaan komputer, internet, telepon, PDA dan peralatan digital yang lain. Literasi digital merujuk adanya upaya mengenal, mencari, mamhami, menilai, menganlisis serta penggunaan teknologi digital.
Liteerasi digital adalah ketertarikan sikap dan kemampuan individu dalam menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, atau mengelola, mengintegrasikan, menganalisis, dan mengevaluasi informasi membangun pengetahuan baru membuaat dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dengan masyarakat. Media digital termasuk salah satu gadget dalam mediabarau (Dennis McQuail,2000 dalam ibrahin dan akhmad, 2014)terdapat kategori utama yaitu pertama, media komunikasi interpersonal seperti email, kedua media permainan innteraktif seperti game, ketiga media pencarian informasi seperti mesin pencarian di Net, Empat media partisipatoris seperti ruang chat di Net.
Dalam penelitian yang dimaksud dengan literasi media digital adalah keahlian atau kemampuan seseorang memanfaatkan komputer, internet, telepn, PDAdan peralatan digital yang lain sebagai alat penujang komunikas secara benar dan optimal.
Literasi digital bukan hanya sekedar keterampilan membaca dan menulis, namun mencangkup keterampilan lainnya Casey dan Bruse;2011(dalam Mountebello,2016), sebagai kemampuan untuk menggunakan, memahami, menganalisis, mengevaluasi, dan menganalisis informasi dalam berbagai formal dari berbagai sumber digital.
Peran Keluarga Dalam Literasi Di Era Digital
Anak-anak di era digital tak pernah lepas dari benda benda yang berhubungan dengan teknilogi. Hadirnya tablet di belahan dunia membuat anak-anak akrab dengan media yang merupakan pengembangan dari handphone dan komputer ini. Keluargalah yang harus memperhatikan. Saat menggunakan perangkay digital. Perangkat digital itu antara lain tv, komputer, ponsel cerdas, tablet dan lain-lain karena dapat mengakibatkan dampat baik dan buruk bagi ank.
Keterlibatan orang tua pada proses perkembangan literasi anak di era digital adalah peran orang tua yang dimainkan dengan mengadaptasi inti dari filosof literasi yyang dimulai dan dilakukan oleh masyarakat melek huruf yang diawali dan ditopang dengan belajar keaksaran yang dilakukan dirumah oleh orang tua dan anak pada medis digital seperti tv, gedged, komputer dan lain-lain.. Orang tua memiliki peran penting dalam mengenalkan dasar literasi pada anak. Secara spesifik, keterlibaan orang tua pada proses pengenalan literasi diberikan dengan cara berinteraksi dengan anak.
Haringey, dalam peneletiannya menyebutkan bahwa prestasi memebaca anak dipengarhi oleh intervensi yang dilakuakn oleh orang tuanya. Keterlibatan orang tua dalam proses pengembangan literasi anaknya, memberikan kontribysi besar pada perolehan prestasi keaksaraan.
Walaupun kebanyakan anak mulai belajar membaca ketika mereka memasuki sekolah dasar, namun pengalaman literasi selama mereka berada diusia prasekolah diyakini akan membentuk fondasi yang kuat pada perkembangan membacanya. Untuk membantu anak dalam proses literasinya, diperlukan peran lingkungan
Dalam setiap media digital memang banyak berpengaruh pada ankak-anak ada pengaruh baiknya dan pengaruh buruknya menurut American Ademi of pediotrics (AAP), sari USA anak-ank dibawah usia 2-3 tahun tidak boleh menggunakan tv, gadget, dan medi digital lainnya. Dengan alasan jika anak tidak di beri pengawan atau peran orang tua tidak ada bayi atau anak-anak akan menjadi pasif.ototnya tidak bekerja dengan optimal, kemampuan motoriknya tidak bekerja secara maksmal, serta rentang perhatiannya menjadi sangat pendek. Terutama media didital TV yang sifatnya hanya satu arah, ini semua akan menajadi dampak yang tidak baik bagi anak jika tidak di dampingi.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode survey. Dengan alat kuisioner. Tipe pertanyataan terhadap responden semi terbuka. Peneliti juga melakukan teknik probing. Hasil jawaban yang diperoleh melalui kuesioner dan daro probing ini menghasilkan data primer. Sedangkan data sekunder diperoleh dari buku, jurnal, dan artikle berisi teori dan data-data pengembangan literasi anak.
Teknik Analisa Data
Proses analisa data dilakukan dengan mendeskripsikan dan menjelaskan temuan penelitian yang telah di adakan. Selain itu peneliti juga menganalisa sepenuhnya dengan menggunakan interpretasi teoritik.dimana data yang diperoleh dari hasil penelitian dilapangan (kuantitatif maupun kualitatif).
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
Seorang anak belajar mengenai sesuatu dari lingkungan sekitarnya. Mereka mengembangkan kemampuan kognitifnya dengan cara berinterakis dengan orang disekitarnya. Lingkungan primer yang pertama kali dikenal oleh anak adalah lingkungan keluarga. Dari itu, peran orang tua sangat penting untuk menumbuhkan kemampuan kognitifnya. Kemampuan kognitif yang dibahas disini adalah kemampuan literasi dini anak. Orang tua yang memberikan stimulasi dini pada perkembangan literasi anak cenderung memiliki kepercayaan pada kegiatan membaca ataupun menulis.
Anak dengan latar belakang orang tua yang percaya bahwa dengan melakuakan kegiatan literasi sejak anak masih usia dini akan menumbuhkan anak dengan keaktifan literasi dengan cukup baik. Hubungan anak dengan ibu ketika membaca atau menulis bersama membawa minat yang cukup besar untuk mengembangkan kemampuan literasi anak. Khususnya keyakinan orangtua dalam memberikan dampak positif terhadap keterampilan literasi anak. Di zaman kita sekarang ini literasi tidak hanya bisa di lakukan dengan buku-buku yang manual saja, membaca buku ataupun menulis dan mengenalkan huruf pada anak bisa juga di lakukan melalui buku online atau cerita2 online karena zaman kita sekarang sudah canggih apapun ada di dan bisa diunduh dengan mudah dan bisa di pakai dari yang usia dewasa sampai ke usia dini sekalipun.
Berdasarkan penelitian dalam wawancara narasumber mengaku bahwa digital di era sekarang ini sangatlah bermanfaat untuk membantu anak-anak dalam belajar membaca ataupun menulis dan berbahasa sekalipun karena di media online aplikasi yang disuguhkan beragam dan tidak membuat anak menjadi bosan. Narasumber juga mengaku, tidak selalu anak-anak mereka di beri kan gadget untuk belajar terkadang mereka juga masih menggunakan buku tulis (manual) untuk mengajarkan anak-anaknya.
Kebanyakan dari responden juga mengakatan bahwa masih sangat sulit memanfaatkan gadget untuk menstimulus perkembangan literasi anak usia dini dikarenakan banyak waktu yang tidak sempat diguanakn untuk menemani sang buah hati.
Narasumber lain mengatakan bahwa alasan mereka menggunakan gadged untuk menstimulus anaknya, itu di karenakan internet dapat memberikan manfaat yang optimal bagi tumbuh kembang anak secara pengetahuan dan kepribadian, pengguanaan internet akan mendorong produktivitas dan kreativitas mereka dalam aktivitas masyarakat.
Setiap individu haruslah memahami bahwa literasi digital merupakan hal penting yang dibutuhkan untuk dapat berpartisipasi di dunia modern sekarang ini. Literasi digital sama pentingnya dengan membaca, menulis, berhitung dan disiplin ilmu lainnya. Genarasi yang tumbuh dengan akses yang tidak terbatas teknologi, mempunyai pola pikir yang berbeda dengan generasi sebelumnya.setiap orang hendaknya dapat bertanggung jawab terhadap bagaimana mengguanakan teknologi digital untuk berinteraksi dengan linggkungan sekitarnya. Teknologi digital memungkinkan untuk berinteraksi dan berkomunikasi dengan masyarakat, teman, keluarga, dengan jangkauan lebih luas.
Literasi digital akan menciptakan tatanan masyarakat dengan pola pikir dan pandangan yang kritis-kreatif. Mereka tidak akan mudah termakan oleh isu yang provokativ, menjadi korban informasi hoaks, atau kornan informasi digital. Dengan demikian, kehidupan sosial dan budaya masyarakat akan cenderung aman dan kondusuif membangun budaya literasi digital perlu mengembangkan peran aktiv masyarakat secara brsama-sama.keberhasilan membangun literasi digital merupakan salah satu indikator dalam bidang pendidikan dan kebudayaan.
Munif Chatib menjelaskan bahwa nama jenis-jenis kecerdasan tersebut tidak berkorelasi langsung dengan nilai yang diperoleh pada pelajaran tertentu karena multiple intelligences bukan studi dan bukan pula kurikulum. Kemiripan nama-nama kecerdasan tidak menunjukkan nama bidang studi. Multiple intelligences merupakan pengenalan peserta didik untuk menentukan strategi mengajar guru. Adapun nama jenis-jenis kecerdasan menurut Munif Chatib, diantaranya yaitu:
1. Kecerdasan Linguistik (Cerdas Bahasa)
2. Kecerdasan Logis-Matematis (Cerdas Angka)
3. Kecerdasan Kinestesis (Cerdas Olah Tubuh-Jasmani)
4. Kecerdasan Spasial-Visual (Cerdas Ruang dan Gambar)
5. Kecerdasan Musik (Cerdas Musik)
6. Kecerdasan Interpersonal (Cerdas Bergaul)
7. Kecerdasan Intrapersonal (Cerdas Diri)
8. Kecerdasan Naturalis (Cerdas Alam)
9. Kecerdasan Eksistensialis (Cerdas Spiritual)
KESIMPULAN
Orang tua diharapkan mampu melindungi anak-anaknya dari ancaman era digital, tetapi tidak menghalangi potensi manfaat yang ditawarkan oleh teknologi. Salah satunya adalah memanfaat teknologi sebagai pengembangan literasi pada anak usia dini. Namun harus dengan pengawasan yang intensif agar anak dapat semaksimal mungkin terhindar dari hal yang negariv yang terdapat pada media digital seperti TV, gedged dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Kurnia Novi DKK, Literasi Digital Keluarga, Dikutibp Dari; https://download.portalgaruda.org/article.php,
Nizwardi Janius, Ambiyar, 2016, Media Dan Sumber Pembelajaran, Kencana, Jakarta.
Darma Putra, 2010, Pengolahan Citra Digital, CV ANDI OFFSET, Yogyakarta.
Universitas Pendidikan Indonesia, 2017, Membangaun Generasi Emas2045 yang berkarakter dan melek IT dan Pelatihan Berpikir Suprarasional, Jawa Barat: Upi Sumedang.
Yee-jin shin, 2014, Mendidik Anak Di Era Digital, Bandung:PT Mizan Publik.
Donni B.U.,2018, Pangantar Tata Kelola Internet, Jakarta.
Nyi mas diane wulansari,2017, didiklah Anak Sesuai Zamannya, PT Visimedia Pustaka, Jakarta
Jane Stokes,2007, How To Do Media And Cultural Studies, PT Bentang Pustaka, Yogyakarta
Universitas Michighan, 2009, penelitian dan metode dan teknik penyusulahan dan bimbingan sosial masyarakat pedesaan dan perkotaan, departemen R.I. Badan penelitian dan pengembangan kesejahteraan sosial,
Rullie Nasrullah DKK, 2017, Gerakan Literasi Nasional,Kemendikbud, Jakarta Timur.
Uswatun Hasanah. 2015. Konsep Pembelajaran berbasis Multiple Intellegences Dalam Perspektif Munif Chatib.