E-Jurnal Sariputra, Juni 2017 Vol. 4 (2)
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KATARAK SENILIS di WILAYAH KERJA PUSKESMAS MODAYAG KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW TIMUR
THE THE FACTORS AFE CTING CTING SE NILE NILE CA TARAC TS IN THE THE WORKING AR EA OF MODAYAG MODAYAG COMM COMMUNITY UNITY HEALTH CE NTER E AS T BOLAANG MONG MON G ON DO W DI S TR IC T Volta R. Lukas*, Sofietje B. Pangkerego**, Rooije R.H Rumende*** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon **Dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sariputra Indonesia Tomohon ***Dosen Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRAK Kebutaan dan gangguan penglihatan merupakan masalah kesehatan masyarakat, dimana penyakit katarak merupakan penyebab utama kebutaan di Indonesia dengan presentase 1,5%% dari jumlah penduduk Indonesia. Katarak senilis adalah katarak yang disebabkan oleh proses ketuaan atau faktor usia sehingga lensa mata menjadi keras dan keruh. Katarak senilis merupakan senilis merupakan tipe katarak yang paling banyak ditemukan. Biasanya ditemukan pada golongan usia 40 tahun keatas. Katarak dapat terjadi pada saat perkembangan serat lensa berhenti dalam perkembangannya dan telah memulai proses degenerasi. Keadaan lensa seperti ini bukan tumor atau pertumbuhan jaringan didalam mata, akan tetapi merupakan keadaan lensa menjadi berkabut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi katarak senilis di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur tahun 2017 dengan menggunakan desain penelitian Cross Sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 31 orang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor usia, jenis kelamin dan pekerjaan berpengaruh terhadap kejadian katarak senilis senilis dengan nilai signifikan 0,00 artinya 0,00 < dari α=0,01 (1%). Untuk itu perlu dilakukannya program penangulangan untuk penyakit katarak senilis dan upaya prefentif untuk mencegah terjadinya penyakit katarak pada usia dini. Kata Kunci : Usia, Jenis Kelamin, Pekerjaan, Katarak Senilis
A B S TR A C T Blindness and visual impairment is a health problem, where cataract disease is the leading cause of blindness in Indonesia with a percentage of 1,5% the total population of Indonesia. Senile cataract is a cataract caused by the aging process or age factor so the lens of the eye becomes hard and turbind. Senile cataract is the most common type of cataract. Usually found in the age group above 40 years. Cataracts can occur at a time when development of lens fibers stops in its development and has begun the process of degeneration. The state of the lens like this is not a tumor or tissue growth in the eye, but is the state of the lens becomes foggy. The purpose of this research is to know the factors that influence senile cataract in the working area of Modayag Community Health Center east Bolaang Mongondow district in 2017 by using Cross Sectional research design. Sample in this research are 31 people. The results of this study indicate that the factors or age, gender, and occupation effect the incidence of senile cataract with a significant value of 0,00 means means 0,00 <α=0,01 (1%). There fore, it need to do the prevention program for senile cataract disease and preventive efforts to prevent the occurrence of cataract disease at an early age.
K eywords eywords : A g e, G ende ender, r, E mplo mployme yment nt,, S enile enile Catara Cataracts cts PENDAHULUAN Sensori adalah stimulus atau rangsangan yang datang dari dalam maupun luar tubuh. Stimulus tersebut masuk kedalam tubuh melalui organ sensori (panca indera). Persepsi adalah daya atau kemampuan menilai barang, kualitas atau hubungan serta perbedaan antar hal yang mendapat rangsang melalui indera (Retnayu, 2006).
Katarak Senilis adalah jenis katarak yang paling sering dijumpai. Satu- satunya gejala adalah distorsi penglihatan dan penglihatan yang semakin kabur. Katarak senilis disebabkan oleh faktor usia. Katarak senilis terjadi pada usia lebih dari 60 tahun (Ilyas, 2006). Meski tidak menular namun katarak dapat terjadi pada kedua mata (Rahmi, 2008).
82
E-Jurnal Sariputra, Juni 2017 Vol. 4 (2)
Dampak dari katarak yaitu penderita dapat mengalami kebutaan permanen sehingga dapat mempengaruhi aktivitas sehari-hari. Tanda dan gejala katarak biasanya penglihatan mulai kabur, sensitif dalam menangkap cahaya, sehingga yang dilihat hanya bentuk lingkaran semu dan semakin lama akan terlihat seperti noda keruh berwarna putih dibagian tengah lensa, kemudian penderita katarak ini akan sulit menerima cahaya untuk mencapai retina dan akan menghasilkan bayangan kabur pada retina (Rahmi, 2008). Dalam penelitian Sefti Rompas 2014 di Poli Mata RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado selama 6 bulan terakhir dari bulan Juli sampai Desember tahun 2014 sebanyak 420 pasien yang menderita penyakit katarak senilis. Berdasarkan surat Nomor 019 / PKM – MDG / 1 / 2017 dari Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, kejadian katarak berdasarkan data yang diperoleh dari bulan September sampai bulan November 2016 angka total kejadian katarak berjumlah 50 orang. Katarak diduga terjadi karena multifaktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu faktor risiko yang berasal dari dalam dan faktor ekstrinsik yaitu faktor risiko yang berasal dari luar tubuh manusia (Irwan, 2008). Katarak senilis terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah usia 60 tahun keatas. Katarak diduga terjadi karena
multifaktor, yaitu faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik yaitu faktor risiko yang berasal dari dalam dan faktor ekstrinsik yaitu faktor risiko yang berasal dari luar tubuh manusia (Irwan, 2008). Katarak senilis dapat terjadi karena dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor intrinsik dan ekstrinsik. Faktor intrinsik seperti jenis kelamin dan umur sedangkan faktor ekstrinsik kekurangan nutrisi, pengunaan obat, rokok, alcohol, sinar matahari, traumatik, pekerjaan yang berdampak langsung pada status sosial, ekonomi, kesehatan seseorang, bahkan lingkungan dan ruda paksa pada bola mata secara akumulatif sehingga menggangu kejernihan lensa serta riwayat penyakit sistemik yaitu diabetes mellitus. Pada umumnya buta katarak akan terjadi setelah 1020 tahun sejak dimulainya proses kekeruhan lensa (Ilyas, 2006). Katarak senilis dapat terjadi karena faktorfaktor yang mempengaruhi seperti faktor intrinsik yaitu usia dan jenis kelamin dan faktor ekstrinsik atau faktor sosial ekonomi yaitu pekerjaan karena pekerjaan seseorang dapat mempengaruhi proses terjadinya katarak (Irwan, 2008). Berdasarkan uraian di atas, peneliti sangat tertarik untuk mengetahui Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Katarak Senilis di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
METODE Penelitian ini, peneliti menggunakan jenis sectional. Penelitian ini dilakukan di Puskesmas rancangan penelitian non eksperimental yaitu Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow jenis rancangan penelitian komparatif (kohort). Timur mulai dari bulan Maret 2017 sampai April Jenis penelitian ini merupakan penelitian 2017. Dalam pengambilan data, peneliti epidemiologik noneksperimental yang mengkaji menggunakan instrumen berupa kuesioner antara variabel independen faktor risiko dan untuk mengetahui faktor-faktor yang variabel dependen yaitu efek atau kejadian mempengaruhi katarak senilis di Wilayah Kerja penyakit (Nursalam, 2016). Desain penelitian ini Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang menggunakan desain penelitian cross Mongondow Timur.
HASIL PENELITIAN 1. Data Demografi Tabel 1. Berdasarkan Pendidikan Responden di Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Pendidikan SD SMP SMA
Jumlah 27 2 2
Total 31
Berdasarkan tabel 1 menunjukan bahwa dari 31 responden didapatkan data paling banyak responden memiliki pendidikan SD. Responden
% 87,10% 6,45% 6,45%
Total 100%
dengan pendidikan SD didapati 27 orang (87,10%), SMP 2 orang (6,45%) dan SMA 2 orang (6,45%).
83
E-Jurnal Sariputra, Juni 2017 Vol. 4 (2)
2. Analisis Univariat USIA 16%
Usia <50 Tahun Usia >50 Tahun
84%
Gambar 1.
Distribusi Berdasarkan Usia Responden di Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur.
Berdasarkan gambar 1 menunjukan bahwa dari 31 responden didapatkan data terbanyak responden usia >50 Tahun. Responden
dengan usia >50 tahun berjumlah 26 orang (84%) sedangkan usia <50 tahun 5 orang (16%).
JENIS KELAMIN 26% 74%
Laki-Laki Perempuan
Gambar 2. Distribusi Berdasarkan Jenis Kelamin Responden di Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Berdasarkan gambar 2 menunjukan bahwa dari 31 responden didapatkan data terbanyak responden berjenis kelamin perempuan. Jenis
kelamin perempuan berjumlah 23 orang (74%) sedangkan laki-laki 8 orang (26%).
PEKERJAAN 16%
Dalam Gedung 84%
Luar Gedung
Gambar 3. Distribusi Berdasarkan Pekerjaan Responden di Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Berdasarkan gambar 3 menunjukan bahwa dari 31 reponden didapatkan data terbanyak adalah yang bekerja di luar gedung. Responden yang
memiliki pekerjaan di luar gedung berjumlah 26 orang (84%) sedangkan pekerjaan di dalam gedung 5 orang (16%).
KATARAK SENILIS 0%
Non Katarak Senilis Katarak Senilis 100%
Gambar 4. Distribusi Berdasarkan Katarak Senilis Responden di Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Berdasarkan gambar 4 menunjukan bahwa dari 31 responden didapatkan data semua
responden adalah penderita katarak senilis (100%).
84
E-Jurnal Sariputra, Juni 2017 Vol. 4 (2)
3.
Analisis Bivariat Tabel 2. Tabulasi Silang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Katarak Senilis di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Usia
Usia <50 Tahun Usia >50 Tahun Total Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Total Pekerjaan
Dalam Gedung Luar Gedung Total
Katarak Senilis n 5 26 31
% 16% 84 % 100%
Katarak Senilis n 8 23 31
% 26% 74% 100%
Katarak Senilis n 5 26 31
% 16% 84% 100%
Berdasarkan tabel 2 tabulasi silang faktorfaktor yang mempengaruhi katarak senilis di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur menunjukan bahwa responden yang menderita katarak senilis usia >50 tahun berjumlah 26 orang (84%) dan responden usia <50 tahun didapati 5 orang (16%). Responden yang menderita katarak senilis dengan jenis kelamin laki-laki didapati 8 orang (26%) sedangkan jenis kelamin perempuan berjumlah 23 orang (74%). Responden yang menderita katarak senilis
Hasil Uji Regresi Logistik Biner (Signifikan usia 0,00)
Hasil Uji Regresi Logistik Biner
(Signifikan jenis kelamin 0,00) Hasil Uji Regresi Logistik Biner (Signifikan pekerjaan 0,00)
yang memiliki pekerjaan dalam gedung terdapat 5 orang (16%) sedangkan responden yang bekerja di luar gedung yang menderita katarak senilis berjumlah 26 orang (84%). Uji Regresi Logistik Biner dengan menggunakan program SPSS terdapat pengaruh yang signifikan faktor usia, jenis kelamin, dan pekerjaan terhadap katarak senilis di Wilayah kerja Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, dengan nilai p value=0,00, maka Ho ditolak dan Ha diterima karena 0,00 < dari α=0,01.
PEMBAHASAN Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Katarak Senilis di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur Berdasarkan tabel 2 menunjukan bahwa faktor usia, faktor jenis kelamin dan pekerjaan berpengaruh terhadap katarak sinilis di Wilayah kerja Puskesmas Modayag dengan hasil uji statitik regresi logistik biner dengan p value=0,00 artinya 0,00 < dari α=0,01 (1%). Peneliti berasumsi kejadian katarak senilis di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: faktor usia, jenis Kelamin tingkat pendidikan, dan pekerjaan (tempat kerja). 1. Faktor Usia Peneliti berpendapat faktor usia (lanjut usia) dapat mempengaruhi terjadinya katarak
senilis, karena dengan bertambahnya usia seseorang atau proses ketuaan lensa mata menjadi keras dan keruh sehingga akan mempengaruhi proses ketajaman penglihatan seseorang. Dengan proses degeneratif seseorang, maka penglihatan akan mulai kabur dan sulit untuk melihat beda-benda jika terlalu kecil. Berdasarkan data univariat dari gambar 1 yaitu usia responden, penderita katarak senilis di Wilayah Kerja Puskesmas Modayag berjumlah 31 orang dengan usia >50 tahun. Hal ini disebabkan karena faktor usia sangat berpengaruh terhadap proses terjadinya katarak senilis.
85
E-Jurnal Sariputra, Juni 2017 Vol. 4 (2)
Hal tersebut disebabkan seiring meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur, fungsi sel, jaringan, serta system organ (Fatmah, 2010). Pada fungsi persepsi sensori yaitu indera penglihatan (mata), proses ketajaman penglihatan akan mulai berkurang karena dipengaruhi oleh bertambahnya usia. Proses normal ketuaan akan mengakibatkan lensa menjadi keras dan keruh. Keadaan ini disebut sebagai katarak senilis yang sering ditemukan pada usia 50 tahun keatas. Dengan meningkatnya usia, maka ukuran lensa akan bertambah dengan timbulnya serat-serat lensa yang baru, maka lensa akan berkurang kebeningannya (Pujianto, 2004). Dalam penelitian Sefti Rompas tahun 2014 di Poli Mata RSUP Prof Kandou Manado selama 6 bulan terakhir dari bulan Juli sampai Desembar penderita katarak senilis berjumlah 420 orang. 2. Faktor Jenis Kelamin Peneliti berpendapat jenis kelamin dapat mempengaruhi proses terjadinya penyakit katarak karena pada wanita mengalami masa menopause. Berdasarkan data univariat gambar 2 yaitu jenis kelamin responden, didapati responden yang menderita katarak senilis mayoritas adalah jenis kelamin perempuan. Jenis kelamin perempuan dapat berpengaruh terhadap kejadian katarak senilis karena pada perempuan terjadi menopause. Saat berlangsungnya menopause biasanya akan terjadi gangguan hormonal sehingga ada jaringan-jaringan tubuh yang mudah rusak. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Framingham eye study (NHANES) di Punjab India ditemukan indikasi bahwa penderita katarak perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki terutama diatas usia 60 tahun, tetapi belum ada penjelasan yang mendasari, mungkin karena umur harapan hidup perempuan dibandingkan laki-laki (Ulandari, 2014). 3. Faktor Pendidikan Peneliti berpendapat bahwa pendidikan sangat berpengaruh terhadap terjadinya suatu proses penyakit. Karena dengan pendidikan yang rendah maka pengetahuan atau wawasan dari seseorang akan menjadi kurang. Pendidikan sangat berpengaruh terhadap status sosial ekonomi termasuk pekerjaan. Berdasarkan data demografi pendidikan
responden, didapati pendidikan dari responden paling banyak berpendidikan SD (Sekolah Dasar). Maka dengan pendidikan yang rendah sangat mempengaruhi terjadinya katarak senilis yang disebabkan oleh kurangnya informasi sehingga membuat pengetahuan sangat kurang tentang penyakit katarak senilis. Pendidikan dapat diartikan sebagai usaha sadar dan sistematis untuk mencapai taraf hidup atau untuk kemajuan hidup lebih baik dan dapat membuat manusia lebih mengerti, paham, dan kritis dalam berpikir. Untuk itu pendidikan sangat diperlukan untuk kelangsungan kehidupan manusia. Dengan memiliki pendidikan kita dapat mengetahui segala sesuatu melalui proses-proses atau tahapan pendidikan mulai dari TK, SD, SMP, SMA, sampai pada perguruan tinggi (Sukmadinata, 2009). Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Pujiono tahun 2014 pendidikan sangat berpengaruh terhadap kejadian katarak senilis. 4. Faktor Pekerjaan (Tempat Kerja) Pekerjaan dalam hal ini berhubungan dengan pekerjaan yang dilakukan di luar gedung yang selalu terkena paparan sinar ultraviolet, dimana sinar UV merupakan faktor risiko terjadinya katarak, karena dengan sering terpapar sinar UV maka akan bedampak pada kesehatan mata kita. Berdasarkan data univariat gambar 3 yaitu pekerjaan responden, didapatkan paling banyak responden yang memiliki pekerjaan di luar gedung. Hal ini disebabkan karena pekerjaan sangat mempengaruhi proses terjadinya katarak senilis. Pada studi Neal at all melaporkan adanya hubungan positif yang kuat antara pekerjaan yang terpapar sinar matahari (Sinha et all , 2009). Sinar ultraviolet yang berasal dari sinar matahari akan diserap oleh protein lensa dan kemudian akan menimbulkan reaksi fotokimia sehingga terbentuk radikal bebas atau sepsis oksigen yang bersifat sangat reaktif. Reaksi tersebut akan mempengaruhi struktur protein lensa, selanjutnya menyebabkan kekeruhan lensa yang disebut katarak (WHO, 2013). Penelitian sebelumnya oleh Anggun Trithias Arimbi tahun 2011, faktor pekerjaan sangat berpengaruh terhadap katarak senilis di RSUD Budhi Asih.
SIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan yang dilakukan dapat dihasilkan beberapa simpulan sebagai berikut:
1.
86
Faktor usia pada katarak senilis di Puskesmas Modayag kabupaten Bolaang Mongondow Timur menunjukan dari 31 responden, didapati data terbanyak
E-Jurnal Sariputra, Juni 2017 Vol. 4 (2)
penderita katarak senilis diusia >50 tahun. Responden yang menderita katarak senilis usia >50 tahun berjumlah 26 orang (84%). 2. Faktor Jenis Kelamin pada katarak senilis di Puskesmas Modayag kabupaten Bolaang Mongondow Timur menunjukan dari 31 responden, didapati data terbanyak responden yang menderita katarak senilis jenis kelamin perempuan dengan jumlah 23 orang (74%). 3. Faktor Pekerjaan pada katarak senilis di Puskesmas Modayag kabupaten Bolaang Mongondow Timur menunjukan dari 31 responden, didapatkan data terbanyak penderita katarak senilis dengan pekerjaan diluar gedung. Penderita katarak senilis yang memiliki pekerjaan diluar gedung berjumlah 26 orang (84%).
4.
Katarak Senilis di Puskesmas Modayag kabupaten Bolaang Mongondow Timur, dari 31 responden didapati semua responden menderita katarak senilis dengan usia <50 tahun 5 orang, usia >50 tahun 26 orang, jenis kelamin laki-laki 8 orang, dan jenis kelamin perempuan berjumlah 23 orang. Hasil tersebut peneliti dapatkan melalui kuesioner kemudian peneliti meninjau kembali jawaban responden berdasarkan data medic di Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. 5. Faktor usia, jenis kelamin dan pekerjaan pada katarak senilis di Puskesmas Modayag kabupaten Bolaang Mongondow Timur, berpengaruh signifikan pada model regresi logistic biner adalah signifikan 0,00 artinya 0,00 < dari α=0,01 (1%) maka Ha diterima sedangkan Ho ditolak.
SARAN Bagi Pihak Puskesmas dan Peneliti 1. Memberikan pelayanan kesehatan agar membuat program penanggulangan untuk penyakit katarak senilis seperti pemeriksaan mata dan operasi katarak gratis. 2. Memberikan informasi berupa poster atau leaflet kepada masyarakat tentang gejala, penyebab dan tanda-tanda terjadinya katarak senilis 3. Meningkatkan pengetahuan masyarakat melalui seminar kesehatan tentang upaya
4.
prefentif atau pencegahan penyakit katarak senilis di Puskesmas Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Untuk penelitian selanjutnya untuk menambah variabel seperti riwayat penyakit diabetes mellitus, merokok, alkohol dan riwayat penyakit keluarga. Serta dengan menambah jumlah sampel penelitian yang lebih banyak dengan tingkat kemaknaan (1%).
DAFTAR PUSTAKA Fatma, 2010, Pengantar Lanjut Usia, Rineka Cipta, Jakarta.
Retnayu P.P, 2006, Pengantar Keperawatan, Wijaya, Jakarta.
Ilyas M, 2006, Ilmu Penyakit Mata, Sagung Seto, Jakarta.
Sukmadinata, 2009, Teori Pendidikan Untuk Kehidupan Manusia, Wantoro, Makassar.
Irwan, 2008, Ilmu Kesehatan Mata, Pustaka, Jakarta.
Balai Sinha
Nursalam, 2016, Metodologi Penelitian Edisi IV,Salemba Medika, Jln. Raya Lenteng Agung No.101 Jagakarsa, Jakarta Selatan.
R., A.James, E.Robert, 2009, Etiopathogenesi Of Cataract Journal Review Indian Journal Of Oftamology, Geneva.
Ulandari T.S.N, 2014, Jurnal Pengaruh Jenis Kelamin, Pekerjaan dan Pendidikan Terhadap Kejadian Katarak , Nyoman, Jakarta.
Pujianto, 2004, Patofisiologi Katarak Senilis, Graha Ilmu, Yogyakarta. Rahmi I, 2008, Data World Health Organization, Rineka Cipta.
World
87
Health Organization, 2013, Global Invititive For The Elimination Of Advoidable Blindness, Geneva.