PEMETAAN DAERAH RAWAN BANJIR DENGAN PENDEKATAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS BERBASIS WEB DI KOTA SAMARINDA (Mapping of Flood-Prone Areas with Web-Based Geographic Information System Approach in Samarinda City)
Navisatun Halimah Agroekoteknologi/Ilmu Agroekoteknologi/Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman Samarinda Abstract
Some factors which determine of flood case are rainfall, land used, soil texture, slope, and land evaluation. This research to determine level of vulnerability flooding in Samarinda. Data was analyzed by Arithmetic Analyst Method with calculating scores of 5 parameters. This research showed that 51,18% of Samarinda was in flood-prone area. The total of the village are 100% into flood-prone areas spread over 9 (nine) villages. Publication of a map on a website could be accessed in a complete and easy on laptop devices, computer, and mobile phone (gadgets) anytime and anywhere. Keywords : Flood, GIS, WebGIS Abstrak
Beberapa faktor yang mempengaruhi terjadinya banjir adalah curah hujan, penggunaan lahan, tekstur tanah, kemiringan lahan, dan ketinggian lahan. Penelitian pendugaan banjir bertujuan untuk mengetahui besarnya tingkat kerawanan banjir di Kota Samarinda. Analisa data dilakukan dengan metode Arithmatic Analyst dengan mengkalkulasi skor pada 5 (lima) parameter penyebab banjir. Penelitian ini menunjukkan bahwa 51,18% luas wilayah Kota Samarinda merupakan daerah rawan banjir. Luas wilayah kelurahan yang 100% menjadi daerah rawan banjir tersebar di 9 (sembilan) kelurahan. Publikasi peta pada sebuah website dapat diakses secara lengkap dan mudah pada perangkat laptop, komputer, dan handphone (gadget ) kapan saja dan dimana saja. Kata kunci : Banjir, SIG, WebGIS
I.
Provinsi di Negara Indonesia yang memiliki
PENDAHULUAN
Indonesia merupakan Negara dengan
iklim tropika basah dengan curah hujan yang
iklim tropis. Semakin maraknya dampak dari
cukup tinggi sekitar 1500 – 4500 mm.tahun -1
Global
Indonesia
(Dinkes, 2012). Hal ini merupakan salah satu
tergolong dalam daerah rawan bencana. Banjir
pengaruh terjadinya beberapa bencana alam
merupakan salah satu kejadian yang sangat
seperti banjir dan tanah longsor. Samarinda,
sering terjadi di negara ini karena Indonesia
merupakan
merupakan Negara dengan wilayah perairan
mengalami bencana banjir akibat salah satu
lebih
daratan.
faktor alam tersebut. Kemudahan-kemudahan
Kalimantan Timur merupakan salah satu
dalam mengakses informasi jaman sekarang,
Warming,
besar
menjadikan
daripada
wilayah
salah
satu
kota
yang
sering
menjadikan website sebagai salah satu media
informasi geografi berbasis web di Kota
yang sangat mendukung dalam memperoleh
Samarinda adalah sebagai berikut:
berbagai
cara
1. Sebagai alternatif bagi masyarakat dalam
menyajikan informasi geografis secara lengkap
memperoleh informasi geografi tentang
adalah
daerah rawan banjir di Kota Samarinda
informasi.
dengan
pengolahan
data
Salah
satu
memadukan geografis
metode
menggunakan
aplikasi SIG dengan pembuatan rancangan website.
Penelitian
ini
terfokus
sehingga masyarakat dapat lebih waspada. 2. Sebagai acuan informasi bagi pemangku
pada
kebijakan dalam merencanakan kebijakan
pendugaan daerah-daerah yang rawan terjadi
penanggulangan bencana banjir di Kota
banjir di Samarinda dan disajikan dalam
Samarinda.
sistem informasi berbasis website. II. METODE PENELITIAN A. Rumusan Masalah Berdasarkan penjabaran latar belakang,
diperoleh rumusan masalah sebagai berikut : 1. Berapa besar tingkat kerawanan terhadap banjir di Kota Samarinda? 2. Apakah peta pendugaan daerah rawan banjir yang dihasilkan dapat diakses secara
A. Waktu dan Tempat
Penelitian
pendugaan
daerah
rawan
banjir ini dilaksakan selama 5 (lima) bulan terhitung mulai dari bulan Maret – Juli 2016. Penelitian
dilaksanakan
Kartografi
dan
SIG,
di
Laboratoium
Fakultas
Pertanian
Universitas Mulawarman.
lengkap pada interface website? B. Bahan dan Alat B. Tujuan Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini
Tujuan dari penelitian pendugaan daerah rawan
banjir
dengan
pendekatan
sistem
adalah hadware berupa Personal Computer (PC),
Laptop,
Printer,
dan
Handphone
informasi geografi berbasis web di Kota
(gadgets). Selain hardware, software juga
Samarinda adalah sebagai berikut:
sangat
1. Mengetahui besarnya tingkat kerawanan
Software yang digunakan sebagai alat dalam
terhadap
banjir
yang
terjadi
di
Kota
Samarinda.
diperlukan
melakukan
analisis
dalam
penelitian
data
adalah
ini.
aplikasi
ArcGIS versi 10.1, ArcGIS Online License
2. Mengetahui peta pendugaan daerah rawan
Trial
60
Days,
Opera
banjir yang dihasilkan dapat diakses secara
33.0.1990.58,
Google
lengkap pada interface website.
46.0.2490.86,
Browser
Stable Chrome
versi
4.2.2,
versi versi dan
Chrome versi 45.0.2454.94. C. Manfaat Penelitian
Manfaat
dari
Bahan yang digunakan adalah data curah penelitian
pendugaan
daerah rawan banjir dengan pendekatan sistem
hujan, peta land system Kalimantan Timur, peta
administrasi
Kota
Samarinda
skala
1:50.000, data SRTM, peta penutupan lahan
Analysis dan perhitungan dilakukan pada saat
2010, dan data pendukung lainnya.
proses overlay. Tahap
banjir
pendugaan
ini dilaksanakan
tahapan
adalah
validasi
hasil
penelitian (groundcheck daerah rawan banjir).
C. Prosedur Penelitian
Penelitian
ketiga
penelitian.
daerah
melalui Tahapan
rawan
Tahap
ini
merupakan
tahapan
terakhir
beberapa
penelitian, untuk melihat kesesuaian antara
tersebut
hasil analisis dengan keadaan sebenarnya di
merupakan
urutan
proses
pelaksanaan
penelitian.
Tahapan
proses
pelaksanaan
penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
lapangan. Metode penelitian pendugaan rawan banjir ini menggunakan metode Arithmatic Analyst dan
Mulai
Overlay. Arithmatic
Analyst
adalah metode yang melakukan perhitungan antara bobot dan skor. Penentuan nilai bobot
Studi Literatur dan Pengumpulan Data
dan skor masing-masing parameter banjir didasarkan pada seberapa besar pengaruhnya terhadap banjir. Semakin besar pengaruh
Analisis Data dan Overlay Peta Parameter pada ArcGIS
parameter terhadap banjir maka semakin besar bobot dan skor yang diberikan terhadap parameter tersebut.
Validasi Hasil Penelitian (Groundcheck Daerah Rawan Banjir)
Penelitian ini menggunakan 5 (lima) parameter penyebab banjir yang dijadikan acuan dalam penentuan daerah rawan banjir. Parameter-parameter tersebut adalah sebagai
Selesai
berikut :
Gambar 1. Diagram Alur Penelitian
1. Curah Hujan Curah hujan adalah jumlah air hujan
Tahap pertama dalam melaksanakan penelitian pendugaan daerah rawan banjir adalah studi literatur dan pengumpulan data. Studi literatur yang dilakukan bertujuan untuk memudahkan
dalam
menentukan
metode
analisis data yang akan digunakan dalam penelitian. Tahap kedua adalah analisis data dan overlay peta pada aplikasi ArcGIS. Metode
yang digunakan adalah metode Arithmetic
yang turun pada suatu daerah dalam kurun waktu
tertentu.
Dalam
penelitian
ini,
diperlukan data curah hujan periode 10 tahun yang kemudian diolah menjadi data curah hujan
rata-rata
tahunan.
Pemberian
skor
berdasarkan kelas curah hujan seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Skor Parameter Curah Hujan Kelas Rata-Rata Curah Hujan Tahunan Sangat Basah Basah Sedang/Lembab Kering Sangat Kering
No
Rata-Rata Curah Hujan (mm.tahun-1) > 3.000 2.501 – 3.000 2.001 – 2.500 1.501 – 2.000 < 1.500
Skor
1 2 3 4 5 Sumber : Primayuda (2006) dalam Suhardiman (2012)
2. Penggunaan Lahan
Hal
tersebut
9 7 5 3 1
disebabkan
oleh
pesatnya
Penggunaan lahan merupakan realisasi
kegiatan pembangunan sehingga berkurangnya
dari pengaruh aktivitas manusia terhadap
daerah serapan air yang dapat menyerap air
sebagian permukaan bumi. Parameter ini
hujan. Pemberian skor berdasarkan kelas
merupakan salah satu parameter yang cukup
penggunaan lahan tersaji dalam Tabel 2.
penting sebagai penyebab terjadinya banjir.
Tabel 2. Skor Parameter Penggunaan Lahan No 1 2 3 4 5
Kelas Penggunaan Lahan Sawah, Tanah Terbuka Pertanian Lahan Kering, Pemukiman Semak, Belukar, Alang-alang Perkebunan Hutan
Skor 9 7 5 3 1
Sumber : Primayuda (2006) dalam Anindita (2013)
3. Kemiringan Lahan (Slope) Kemiringan
lahan
daerah (kelas
lereng)
yang
memiliki
kemiringan
lahan
rendah yang memungkinkan untuk terjadi
merupakan persentase perbandingan antara
banjir
jarak vertikal (tinggi lahan) dengan jarak
kemiringan suatu lahan maka semakin besar
horizontal (panjang lahan datar). Kemiringan
peluang terjadinya genangan air. Pemberian
lahan adalah salah satu indikator penyebab
skor berdasarkan kelas kemiringan lahan
terjadinya
tersaji dalam Tabel 3.
banjir,
sehingga
data
tersebut
karena
semakin
rendah persentase
diperlukan untuk mengklasifikasikan daerah-
Tabel 3. Skor Parameter Kemiringan Lahan No 1 2 3 4 5
Kelas Kemiringan Lahan (%) 0 – 8 8 – 15 15 – 25 25 – 40 > 40
Sumber : Utomo (2004) dalam Suhardiman (2012)
Skor 9 7 5 3 1
4. Ketinggian Lahan (Elevasi)
pada daerah tersebut. Berbeda dengan daerah
Ketinggian lahan (elevasi) adalah ukuran
yang memilki ketinggian lahan yang lebih
ketinggian lokasi di atas permukaan laut.
rendah karena pada daerah tersebut akan
Ketinggian lahan memiliki pengaruh terhadap
memiliki peluang banjir yang lebih besar.
terjadinya banjir. Semakin tinggi suatu daerah
Pemberian skor berdasarkan kelas ketinggian
maka semakin kecil peluang terjadinya banjir
lahan tersaji dalam Tabel 4.
Tabel 4. Skor Parameter Ketinggian Lahan No 1 2 3 4 5 6
Kelas Ketinggian Lahan (m) 0 – 12,5 12,6 – 25 26 – 50 51 – 75 76 – 100 > 100
Skor 9 7 5 3 1 0
Sumber : Asep Purnama (2008) dalam Suhardiman (2012) 5. Tekstur Tanah
tanah, porositas dan lain-lain. Pemberian skor
Keadaan
tekstur
tanah
sangat
berpengaruh terhadap keadaan sifat-sifat tanah
berdasarkan kelas tekstur tanah tersaji dalam Tabel 5.
yang lain seperti struktur tanah, permeabilitas
Tabel 5. Skor Parameter Tekstur Tanah No 1 2 3 4 5
Kelas Tekstur Tanah Sangat Halus Halus Sedang Kasar Sangat Kasar
Skor 9 7 5 3 1
Sumber : Primayuda (2006) dalam Suhardiman (2012)
Lima variabel tersebut akan diberi bobot nilai
sesuai
pengaruhnya
dengan terhadap
6). Setelah itu, skor di- input pada masing-
seberapa
besar
masing variabel yang menjadi indikator banjir
terjadinya
banjir.
sesuai dengan klasifikasi dari masing-masing
Semakin besar pengaruhnya maka semakin besar pula bobot yang diberikan (lihat Tabel
variabel.
Tabel 6. Bobot Nilai Parameter (Variabel) Banjir No
Variabel (Indikator) Banjir
Bobot Nilai Variabel
1
Curah Hujan
25
2
Penggunaan Lahan
20
3
Tektur Tanah
15
4
Kemiringan Lahan
15
5
Ketinggian Lahan
25
Sumber : Hasil Analisis dan modifikasi, 2016
Setelah
menetapkan
bobot
masing-
Tahap berikutnya adalah analisis dan
masing variabel, dilakukan penetapan skor
perhitungan data yang dilakukan pada aplikasi
(nilai) variabel banjir sesuai dengan penjelasan
ArcGIS.
Metode
pada sub bab sebelumnya. Skor (nilai) variabel
metode
overlay
banjir ini di-input pada bagian data atribut
perhitungan
(database) yang sekaligus akan terhubung
overlay .
yang
digunakan
aritmatika
dilakukan
pada
adalah
di
mana
saat
proses
dengan data spasial pada aplikasi ArcGIS.
Parameter Banjir
Analisis Tingkat Kerawanan Banjir
Rata-Rata Curah Hujan Tahunan r i j n a B r e t e m a r a P a t e P
Penggunaan Lahan Kemiringan Lahan Ketinggian Lahan
n a d g n i r o k n a S t o : b t o u b b i r m e t A P s i s i l a n A
Tekstur Tanah
Skor x Bobot Nilai Total Variabel = NV(skor) * BV
y a l r e v O
Rawan Banjir = NTV( Lu) + NTV(Tp) + NTV(Tk ) + NTV( El) + NTV( Rf )
Tingkat Rawan Banjir Sangat Rawan Rawan Cukup Rawan Kurang Rawan Tidak Rawan
: : : : :
736 - 900 571 - 735 406 - 570 241 - 405 75 - 240
Peta Pendugaan Daerah Rawan Banjir Konfigurasi
Website Peta Pendugaan Daerah Rawan Banjir
Gambar 2. Diagram Alur Analisis dan Pengolahan Data
Pada
dasarnya
mampu
dimasukkan (input ) ke komputer sebagai data
memproses data mulai dari input , analisis
atribut lalu dianalisis dengan aplikasi ArcGIS
hingga output menjadi sebuah peta. Data-data
tersebut dengan memasukkan rumus (formula)
yang
perhitungan yang akan terhubung dengan
telah
SIG
telah
dikumpulkan,
kemudian
NTV(Tk ) : Nilai Total Variabel Tekstur Tanah NTV( El) : Nilai Total Variabel Ketinggian Lahan (Elevasi) NTV( Rf ) : Nilai Total Variabel Curah Hujan ( Rainfall)
database dari data spasial peta pendugaan
daerah rawan banjir. Sebelum melakukan perhitungan
nilai
tingkat
rawan
banjir,
dilakukan perhitungan nilai total variabel
Setelah itu dilakukan pembuatan nilai
terlebih dahulu untuk masing-masing variabel (indikator) banjir. Perhitungan nilai total variabel dilakukan dengan cara mengalikan nilai (skor) masing-masing variabel dengan
interval klasifikasi tingkat rawan banjir yang bertujuan untuk membedakan kelas kerentanan banjir antara yang satu dengan yang lain. Nilai interval ditentukan dengan pendekatan relatif
bobot masing-masing variabel seperti terlihat
dengan cara melihat nilai maksimum dan nilai
pada rumus berikut :
minimum tiap satuan pemetaan. Interval kelas
Nilai Total Variabel = NV(skor) * BV ……….( 1)
diperoleh dengan cara mencari selisih antara
Keterangan : NV
: Nilai Variabel (skor)
BV
: Bobot Variabel
data tertinggi dengan data terendah dan dibagi dengan jumlah kelas yang diinginkan (Sigit, 2011).
Setelah melakukan perhitungan nilai
Kelas Interval =
total variabel, dilanjutkan dengan melakukan
−
…………………..(3)
Keterangan :
perhitungan nilai tingkat kerawanan banjir
Xt
: Data tertinggi
yang dilakukan dengan cara menjumlahkan
Xr
: Data terendah
nilai
k
: Jumlah kelas yang diinginkan
total
variabel
parameter,
dari
menggunakan
masing-masing rumus
berikut
(modifikasi rumus dari Haryani, dkk (2008)) : Rawan Banjir = NTV( Lu) + NTV(Tp) + NTV(Tk )
Kelas
tingkat
kerawanan
banjir
dalam
penelitian ini dibagi dalam lima kelas, yaitu
+ NTV( El) + NTV( Rf )……...(2) Keterangan :
sangat rawan, rawan, cukup rawan, kurang rawan, dan tidak rawan. Untuk lebih jelasnya
NTV( Lu) : Nilai Total Variabel Penggunaan Lahan NTV(Tp) : Nilai Total Variabel Kemiringan Lahan (Slope)
dapat dilihat pada Table 7.
Tabel 7. Klasifikasi Tingkat Rawan Banjir No
Kelas Tingkat Rawan Banjir
Skor
1
Sangat Rawan
736 – 900
2
Rawan
571 – 735
3
Cukup Rawan
406 – 570
4
Kurang Rawan
241 – 405
5
Tidak Rawan
75 – 240
Sumber : Hasil Analisis dan modifikasi, 2016
Tahap selanjutnya adalah membuat akun
Parameter ini diproyeksikan dalam bentuk peta
pada ArcGIS Online agar peta yang kita buat
yang dianalisis dengan metode Geostatistical
dapat diolah dan dipublikasikan dalam bentuk
Analyst Krigging (lihat Gambar 3).
interface website. Setelah peta daerah rawan
banjir terbentuk, dilakukan export peta dengan format *.zip atau lebih tepatnya melakukan packaging dengan aplikasi PeaZIP pada semua data peta rawan banjir yang telah terbentuk mulai dari *.shp, *.dbf, *.prj, *.sbx, *.shx, dan *.sbn yang dimaksudkan agar peta tersebut tetap
terhubung
(link )
dengan
database
atributnya sehingga pengguna ( user ) tetap dapat memperoleh informasi secara otomatis dari peta tersebut. Peta yang telah berhasil di packaging dengan format *.zip kemudian diupload ke ArcGIS Online kemudian data
tersebut di-setting agar dapat tampil dengan sempurna dalam browser pada PC atau handphone dengan system operasi android. Peta-peta yang telah dihasilkan dalam penelitian ini dapat ditampilkan secara utuh
Gambar 3. Peta Parameter Curah Hujan Dengan Pendekatan Metode Geostatistical Analyst Krigging
(lengkap) baik data spatial maupun atributnya pada halaman web, sehingga akses data dari
Pada peta tersebut dapat lihat rata-rata
peta ini dapat menjadi lebih mudah bagi semua
curah hujan tahunan yang terendah ada pada
pengguna (user ).
wilayah bagian utara Kota Samarinda dan wilayah dengan rata-rata curah hujan tahunan
III. HASIL DAN PEMBAHASAN
Parameter-parameter
yang
tertinggi berada pada wilayah bagian timur digunakan
Kota Samarinda. Luas wilayah berdasarkan
dalam penelitian ini diproyeksikan dalam
sebaran rata-rata curah hujan tahunan di Kota
bentuk peta parameter. Kemudian dilakukan
Samarinda dapat dilihat pada Tabel 8.
scoring dan pembobotan pada peta parameter
Analisis Geostatistical Krigging yang
tersebut.
digunakan dalam membentuk peta parameter
1) Curah Hujan
sebaran rata-rata curah hujan tahunan ini
Pembuatan peta parameter curah hujan
menghasilkan kelas berdasarkan interpolasi
bertujuan untuk melihat sebaran rata-rata
titik penakar hujan. Berdasarkan Tabel 15
curah hujan tahunan pada wilayah penelitian.
dapat lihat bahwa daerah dengan rata-rata
curah hujan tahunan antara 1.900 - 2.000
rata-rata curah hujan tahunan antara 2.200 -
mm.tahun-1 memiliki
2.300
luas
4.371,42
Ha
(6,33%). Sedangkan sebagian besar wilayah di
mm.tahun -1 dengan
luas
wilayah
mencapai 37.828,05 Ha (54,77%).
Kota Samarinda merupakan daerah dengan Tabel 8.
Luas Wilayah Berdasarkan Sebaran Rata-Rata Curah Hujan Tahunan di Kota Samarinda dengan Metode Geostatistical Analyst Krigging
Kelas Rata-Rata Curah Hujan Luas Wilayah (Ha) (mm.tahun-1) 1 1.900 – 2.000 4.371,42 2 2.000 – 2.100 7.230,14 3 2.100 – 2.200 9.565,79 4 2.200 – 2.300 37.828,05 5 2.300 – 2.400 10.075,32 Sumber : Pengolahan Data Sekunder dan Hasil Analisa SIG, 2016 No
Persentase Luas Wilayah (%) 6,33 10,47 13,85 54,77 14,59
2) Kemiringan Lahan Pembuatan peta parameter kemiringan lahan (slope) bertujuan untuk melihat daerahdaerah mana saja di Kota Samarinda yang memiliki persentase kemiringan lahan yang rendah hingga tinggi. Daerah-daerah dengan kemiringan lahan yang rendah kemungkinan terjadinya banjir jauh lebih besar dibandingkan dengan lahan
daerah-daerah yang
tinggi.
dengan Parameter
kemiringan ini
pun
diproyeksikan dalam bentuk peta yang dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 4.
Peta Parameter Lahan (Slope)
Kemiringan
Letak Kota Samarinda yang cenderung berada pada dataran rendah, membuat kota ini memiliki kemiringan lahan yang termasuk dalam daerah datar dan landai. Luas wilayah
berdasarkan klasifikasi kemiringan lahan ini
hampir setengah dari luasan Kota Samarinda
dapat dilihat pada Tabel 9.
yaitu 41,76% (28.844,76 Ha). Untuk daerah
Berdasarkan Tabel 9 dapat dilihat bahwa Kota
Samarinda
kemiringan
lahan
curam
(daerah bergunung) dengan kemiringan > 40%
cukup
luas wilayahnya mencapai 2.526,06 Ha atau
landai/datar. Hal ini dapat dilihat bahwa pada
3,66% dari luas wilayah total Kota Samarinda.
kemiringan
lahan
kota
memiliki
yang
memiliki
merupakan
yang
yang
kelas kemiringan lahan 0 - 8% memiliki luas
Tabel 9. Luas Wilayah berdasarkan Kemiringan Lahan No
Kelas Kemiringan Lahan (%)
Luas Wilayah (Ha)
Persentase Luas Wilayah (%)
28.844,76 41,76 15.268,32 22,11 14.375.05 20,81 8.051,32 11,66 2.526,06 3,66 Sumber : Data SRTM 90 m, setelah diolah dan Hasil Analisa SIG, 2016
1 2 3 4 5
0 – 8 8 – 15 15 – 25 25 – 40 > 40
3) Ketinggian Lahan Pembuatan peta parameter ketinggian lahan bertujuan untuk melihat daerah mana saja di wilayah Kota Samarinda yang berada pada posisi terrendah hingga tertinggi. Hal ini menjadi
salah
satu
pengaruh
terhadap
terjadinya banjir. Semakin tinggi suatu daerah maka akan semakin kecil peluang terjadinya banjir pada daerah tersebut, begitu pula sebaliknya semakin rendah posisi suatu daerah maka akan semakin besar peluang terjadinya banjir.
Parameter
ketinggian
lahan
juga
diproyeksikan dalam bentuk peta yang dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5.
Peta Parameter Ketinggian Lahan (Elevasi)
Kota Samarinda berada di ketinggian antara 0 – 200 Mdpl (di atas permukaan laut). Berdasarkan
garis
ketinggiannya,
Kota
Samarinda terletak pada daerah dataran rendah
dengan luas wilayah pada ketinggian lahan 0-
dan
yang
12,5 mdpl sebesar 35,39% dari luas wilayah
berdasarkan
Kota Samarinda atau sebesar 24.445,99 Ha.
klasifikasi ketinggian tempat ini dapat dilihat
Wilayah dengan dengan ketinggian > 100
pada Tabel 10.
mdpl hanya 1.328,88 Ha yang merupakan 1,92
cenderung
mendatar.
memiliki
Luas
topografi
wilayah
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat
% dari luas wilayah Kota Samarinda.
bahwa sebagian besar Kota Samarinda berada pada daerah dataran rendah, hal ini dibuktikan
Tabel 10. Luas Wilayah berdasarkan Ketinggian Lahan (Mdpl) No
Kelas Ketinggian Lahan (m)
Luas Wilayah (Ha) 24.445,99 14.244,78 18.751,30 7.860,23 2.437,15 1.328,88
Persentase Luas Wilayah (%)
35,39 20,62 27,15 11,38 3,53 1,92 Sumber : Data SRTM 90 m, setelah diolah dan Hasil Analisa SIG, 2016
1 2 3 4 5 6
0 – 12,5 12,6 – 25 26 – 50 51 – 75 76 – 100 > 100
4) Penggunaan Lahan Pembuatan parameter penggunaan lahan ini bertujuan untuk melihat pola penggunaan lahan
yang
ada
Penggunaan
di
lahan
Kota
Samarinda.
berperan
dalam
mempengaruhi besarnya air limpasan hujan yang telah melebihi laju infiltrasi sehingga menimbulkan aliran permukaan ( run off ). Apabila
suatu
daerah
ditumbuhi
banyak
pepohonan maka aliran permukaan akan sulit terjadi.
Hal
itu
terjadi
karena
besarnya
kapasitas serapan air oleh pepohonan sehingga kemungkinan
banjir
lebih
kecil
daripada
daerah yang tidak ditanami oleh vegetasi. Sebaran daerah berdasarkan parameter ini diproyeksikan dalam bentuk peta yang dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 6. Peta Parameter Penggunaan Lahan
Penggunaan lahan di Kota Samarinda berkembang
mengikuti
pola
penyebaran
penduduk.
Akumulasi
penduduk
sebagian
dilihat pada Tabel 11, luas wilayah untuk
besar berada pada lokasi-lokasi yang didukung
penggunaan lahan belukar sebesar 46.179,18
dengan prasarana dan sarana transportasi yang
Ha. Selain belukar dengan luas wilayah cukup
memadai, dan berada pada pusat perdagangan,
mendominasi
pusat industri, dan lokasi transmigrasi. Luas
Samarinda,
wilayah berdasarkan penggunaan lahan di
pemukiman juga memiliki luasan yang lebih
Kota Samarinda dapat dilihat pada Tabel 11.
tinggi dibanding dengan penggunaan lahan
Sebagian besar penggunaan lahan di Kota Samarinda adalah belukar hal ini dapat
penutupan
lahan
penggunaan
lahan
di
Kota untuk
yang lain. Luas wilayah pemukiman di Kota Samarinda mencapai 11.939,42 Ha.
Tabel 11. Luas Wilayah Berdasarkan Penggunaan Lahan No
Penggunaan Lahan
Luas Wilayah (Ha)
Persentase Luas Wilayah (%)
0,02 66,85 0,43 2,79 17,28 0,16 3,92 1,55 2,61 0,81 2,83 0,03 0,06 0,65 Sumber : Peta Penggunaan Lahan Tahun 2010 (Dinas Kehutanan UPT. Planologi Prov. Kalimantan Timur), setelah diolah dan Hasil Analisa S IG, 2016 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
Bandara/Pelabuhan Belukar Hutan Sekunder Hutan Tanaman Industri (HTI) Pemukiman Perkebunan Pertambangan Pertanian Lahan Kering Pertanian Lahan Kering Campuran Rawa Sawah Tanah Terbuka Tanaman Rawa Tubuh Air
5) Tekstur Tanah
12,51 46.179,18 299,52 1.928,39 11.939,42 107,42 2.708,58 1.072,68 1.803,08 561,22 1.953,23 19,86 38,92 451,75
memiliki peluang yang kecil terhadap kejadian
Pembuatan peta parameter tekstur tanah
banjir karena air hujan meresap ke dalam
bertujuan untuk melihat sebaran jenis tekstur
tanah
tanah yang ada di Kota Samarinda. Tekstur
terjadinya aliran permukan. Sebaran daerah
tanah sangat berpengaruh terhadap sifat-sifat
berdasarkan
tanah yang lain seperti permeabilitas tanah,
dalam bentuk peta yang dapat dilihat pada
infiltrasi tanah, aliran permukaan, dan lain-
Gambar 7.
lain. Tanah dengan tekstur sangat halus akan sulit menyerap air hujan sehingga akan terjadi aliran permukaan (run off ) dan peluang terjadinya
banjir
akan
semakin
besar.
Sebaliknya, tanah dengan tekstur sangat kasar
dengan
cepat
parameter
dan
ini
memperkecil
diproyeksikan
Tabel 12. Luas Wilayah Berdasarkan Sebaran Tekstur Tanah No
Kelas Tekstur Tanah
Luas Wilayah (Ha)
1 2 3 4
Halus Agak Halus Agak Kasar Kasar
9.835,45 36.953,31 13.549,17 8.738,25
Persentase Luas Wilayah (%)
14,24 53,50 19,61 12,65 Sumber : Peta Sistem Lahan Kalimantan Timur (RePPProt 1987), setelah diolah dan Hasil Analisa SIG, 2016 Tingkat kerawanan banjir merupakan peristiwa terbenamnya daratan karena volume air yang meningkat pada lahan yang diperoleh berdasarkan nilai kerawanan banjir. Daerah rawan banjir adalah daerah yang memiliki kemungkinan terjadi banjir dalam kurun waktu tertentu dan berpotensi terhadap rusaknya Gambar 7. Peta Parameter Tekstur Tanah
alam
yang
dilihat
dari
segi
fisik
dan
klimatologis daerah tersebut. Berdasarkan
peta
parameter
tekstur
tanah (lihat Gambar 7) yang terbentuk dapat dilihat bahwa sebagian besar tekstur tanah yang ada di Kota Samarinda adalah tekstur dengan jenis agak halus yang luasannya mencapai
53,50%
dari
total
luas
Kota
Samarinda atau sekitar 36.953,31 Ha. Hal ini menggambarkan bahwa daerah serapan air hujan di Kota Samarinda kurang optimal, karena
sifat
mempengaruhi Sehingga
fisik
tekstur
terhadap
kemungkinan
tanah
cukup
kejadian
banjir.
terjadi
kasar memiliki luasan mencapai 8.738,25 Ha. Luasan wilayah berdasarkan sebaran tekstur
kerawanan
banjir
diperoleh
berdasarkan nilai kerawanan banjir yang telah ditentukan pada masing-masing parameter penyebab banjir. Parameter-parameter yang telah diproyeksikan sebelumnya kemudian dioverlay dan dianalisis pada aplikasi ArcGIS 10.1 hingga diperoleh hasil peta pendugaan daerah rawan banjir. Proyeksi peta pendugaan daerah
rawan
diklasifikasikan
banjir
yang
berdasarkan
telah tingkat
kerawanannya dapat dilihat pada Gambar 8.
genangan
cukup besar. Wilayah kota dengan tekstur
tanah dapat dilihat pada Tabel 12.
Tingkat
Berdasarkan peta pendugaan tersebut dapat
dilihat
bahwa
di
kota
samarinda
tergolong dalam daerah yang rawan terhadap kejadian banjir. Luas wilayah dengan tingkat rawan terhadap banjir di Kota Samarinda merupakan
wilayah
yang
paling
luas
dibandingkan dengan tingkat kerawanan lain.
Luas wilayah berdasarkan tingkat kerawanan
dilihat pada Tabel 13 berikut ini.
kejadian banjir di Kota Samarinda dapat
Tabel 13. Luas Wilayah Kota Samarinda berdasarkan Tingkat Kerawanan Banjir No
Tingkat Kerawanan Banjir
Luas Wilayah (Ha) 947,35 35.179,07 27.062,41 5.505,33 45,67
Persentase Luas Wilayah (%)
Sangat Rawan 1,38 Rawan 51,18 Cukup Rawan 39,37 Kurang Rawan 8,01 Tidak Rawan 0,07 Sumber : Data Sekunder, setelah diolah dan Hasil Analisa SIG, 2016
1 2 3 4 5
a. Rata-rata curah hujan tahunan di Kota Samarinda
cukup
tinggi
sehingga
mempengaruhi peluang terjadinya banjir b. Penggunaan
lahan
diKota
Samarinda
sebagian besar berupa belukar dan daerah pemukiman
yang menyebabkan
daerah
serapan air hujan menjadi tidak maksimal c. Derajat
kemiringan
lahan
di
Kota
Samarinda lebih cenderung datar, sehingga daerah-daerah dengan derajat kemiringan rendah (datar) menjadi daerah yang mudah terjadi banjir d. Kota Samarinda merupakan kota yang berada di daerah dataran rendah yang sebagian besar besar wilayahnya berada pada ketinggian antara 0-12,5 mdpl. Hal ini menyebabkan
banyaknya
daerah-daerah
yang menjadi area rawan banjir karena Gambar 8. Peta Daerah Rawan Banjir Di Kota Samarinda
posisinya yang rendah e. Tekstur
tanah
di
Kota
Samarinda
didominasi dengan jenis tekstur agak halus Berdasarkan peta daerah rawan banjir (Gambar
8),
dapat
dilihat
bahwa
Kota
Samarinda merupakan kota yang memiliki kecenderunganrawan terhadap kejadian banjir. Berdasarkan hasil proyeksi peta parameter banjir, bahwa :
masing-masing
peta
menunjukkan
yang
menyebabkan
kurang
optimalnya
tanah menyerap air hujan sehingga menjadi air limpasan. Berdasarkan penjabaran diatas, sebaran daerah rawan banjir berdasarkan pembagian wilayah
administrasi
kelurahan
Samarinda tersaji dalam Tabel 14.
di
Kota
Tabel 14. Luas Wilayah Tingkat Kerawanan Banjir Berdasarkan Kecamatan No 1
Kecamatan/ Kelurahan Kecamatan Palaran 1. Handil Bhakti
Tingkat Kerawanan Banjir
a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan d. Sangat Rawan 2. Simpang Pasir a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan d. Sangat Rawan 3. Rawa Makmur a. Cukup Rawan b. Rawan 4. Bukuan a. Cukup Rawan b. Rawan c. Sangat Rawan 5. Bantuas a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan d. Sangat Rawan 2 Kecamatan Samarinda Ilir 1. Selili a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan 2. Sungai Dama a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan 3. Sidodamai a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan 4. Sidomulyo a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan 5. Pelita a. Rawan b. Sangat Rawan 3 Kecamatan Samarinda Kota 1. Bugis a. Cukup Rawan b. Rawan 2. Pasar Pagi Rawan 3. Pelabuhan Rawan 4. Sungai Pinang Luar Rawan 5. Karang Mumus Rawan 4 Kecamatan Sambutan 1. Pulau Atas a. Cukup Rawan b. Rawan c. Sangat Rawan 2. Sindang Sari Rawan 3. Makroman a. Cukup Rawan b. Rawan c. Sangat Rawan 4. Sambutan a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan Pada halaman berikutnya
Luas Wilayah (Ha)
Persentase Luas Wilayah (%) *)
164,52 2.328,75 2.412,46 112,32 268,40 1.364,50 1.061,23 15,96 94,95 898,58 355,55 1.961,20 115,09 106,73 2.371,79 4.930,07 209,23
3,28 46,41 48,08 2,24 9,90 50,35 39,16 0,59 9,56 90,44 14,62 80,65 4,73 1,40 31,13 64,72 2,75
10,19 51,06 86,46 3,87 36,34 24,84 0,22 44,13 36,56 3,95 33,72 49,29 60,04 1,38
6,90 34,57 58,53 5,95 55,86 38,19 0,27 54,54 45,19 4,54 38,78 56,68 97,75 2,25
2,16 70,68 33,51 44,86 114,12 36,71
2,97 97,03 100,00 100,00 100,00 100,00
79,65 1.266,48 32,29 1.170,62 206,55 2.176,00 55,29 31,95 1.138,07
5,78 91,88 2,34 100,00 8,47 89,26 2,27 1,13 40,27
Lanjutan Tabel 14 No
5
6
7
Tingkat Kerawanan Banjir c. Rawan d. Sangat Rawan 5. Sungai Kapih a. Cukup Rawan b. Rawan c. Sangat Rawan Kecamatan Samarinda Seberang 1. Mesjid Rawan 2. Baqa Rawan 3. Sungai Keledang a. Cukup Rawan b. Rawan 4. Gunung Panjang a. Cukup Rawan b. Rawan 5. Mangkupalas a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan 6. Tenun Samarinda Rawan Kecamatan Loa Janan Ilir 1. Sengkotek a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan d. Sangat Rawan 2. Simpang Tiga a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan d. Sangat Rawan 3. Tani Aman a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan d. Sangat Rawan 4. Harapan Baru a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan d. Sangat Rawan 5. Rapak Dalam a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan Kecamatan Sungai Kunjang 1. Loa Buah a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan 2. Loa Bakung a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan 3. Teluk Lerong Ulu Rawan 4. Loa Bahu a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan 5. Karang Asam Ulu a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan 6. Karang Asam Ilir a. Kurang Rawan Kecamatan/ Kelurahan
Pada halaman berikutnya
Luas Wilayah (Ha) 1.608,75 47,13 30,53 587,50 2,13
Persentase Luas Wilayah (%) *) 56,93 1,67 4,92 94,73 1,67
67,51 71,92 24,79 241,21 86,54 115,58 22,45 36,67 43,43 47,45
100,00 100,00 9,32 90,68 42,82 57,18 21,89 35,76 42,35 100,00
6,66 61,70 152,93 0,75 16,68 162,56 184,68 0,07 15,74 184,57 305,30 26,86 45,18 339,20 492,95 9,47 99,05 228,02 496,78
3,00 27,79 68,87 0,34 4,58 44,66 50,74 0,02 2,96 34,66 57,34 5,04 5,09 38,25 55,59 1,07 12,02 27,68 60,30
157,45 641,63 312,26 152,41 899,41 732,58 83,84 41,49 1.352,64 1.407,10 26,54 102,40 192,28 29,45
14,17 57,73 28,10 8,54 50,40 41,05 100,00 1,48 48,29 50,23 8,26 31,88 59,86 7,50
Lanjutan Tabel 14 No
Kecamatan/ Kelurahan
7. Karang Anyar
8
9
Tingkat Kerawanan Banjir b. Cukup Rawan c. Rawan a. Cukup Rawan b. Rawan
Kecamatan Samarinda Ulu 1. Teluk Lerong Ilir a. Cukup Rawan b. Rawan 2. Jawa a. Cukup Rawan b. Rawan 3. Dadi Mulya a. Cukup Rawan b. Rawan 4. Sidodadi a. Cukup Rawan b. Rawan 5. Gunung Kelua a. Cukup Rawan b. Rawan 6. Air Hitam a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan 7. Air Putih a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan 8. Bukit Pinang a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan Kecamatan Samarinda Utara 1. Lempake a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan d. Sangat Rawan 2. Sempaja Selatan a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan 3. Sungai Siring a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan d. Sangat Rawan 4. Tanah Merah a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan d. Sangat Rawan 5. Sempaja Utara a. Tidak Rawan b. Kurang Rawan c. Cukup Rawan d. Rawan e. Sangat Rawan
6. Sempaja Barat
7. Sempaja Timur Pada halaman berikutnya
a. b. c. a. b.
Kurang Rawan Cukup Rawan Rawan Cukup Rawan Rawan
Luas Wilayah (Ha) 120,62 242,36 17,89 174,15
Persentase Luas Wilayah (%) *) 30,74 61,76 9,32 90,68
7,32 106,26 2,41 47,95 7,15 95,73 33,62 175,14 29,97 262,35 562,09 1.290,88 433,62 52,79 184,87 229,03 63,48 910,91 508,53
6,44 93,56 4,79 95,21 6,95 93,05 16,10 83,90 10,25 89,75 24,58 56,45 18,96 11,31 39,61 49,08 4,28 61,43 34,29
67,59 1.534,71 1.872,44 257,40 37,10 215,76 621,39 1.214,32 4.400,67 1.928,26 17,12 104,08 950,30 847,08 28,82 45,67 1.831,98 1.707,66 610,57 0,02
1,81 41,12 50,17 6,90 4,24 24,68 71,08 16,06 58,21 25,50 0,23 5,39 49,23 43,88 1,49 1,09 43,66 40,70 14,55 0,0005
154,95 349,80 337,39 7,35 604,38
18,40 41,54 40,06 1,20 98,80
Lanjutan Tabel 14 Tingkat Kerawanan Banjir 8. Budaya Pampang a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan d. Sangat Rawan Kecamatan Sungai Pinang 1. Temindung Permai a. Cukup Rawan b. Rawan 2. Bandara a. Rawan b. Sangat Rawan 3. Sungai Pinang Dalam a. Cukup Rawan b. Rawan c. Sangat Rawan 4. Mugirejo a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan 5. Gunung Lingai a. Kurang Rawan b. Cukup Rawan c. Rawan
No
Kecamatan/ Kelurahan
10
Luas Wilayah (Ha) 208,92 1.298,50 1.161,97 8,31
0,71 182,55 66,25 5,85 501,86 751,02 1,31 26,27 1.063,99 412,40 3,28 203,55 270,32
Persentase Luas Wilayah (%) *) 7,80 48,49 43,39 0,31
0,39 99,61 91,89 8,11 40,01 59,88 0,10 1,75 70,81 27,44 0,69 42,66 56,65
*) persentase luas wilayah diperoleh berdasarkan luas per kelurahan
Sumber : Pengolahan Data Sekunder dan Hasil Analisa SIG, 2016
Penelitian
ini
berhenti
kuning yang berarti cukup rawan, hijau muda
sampai diperolehnya peta pendugaan daerah
yang berarti kurang rawan, dan hijau tua yang
rawan banjir dalam bentuk 2 dimensi baik
berarti tidak rawan). Namun pada peta digital
softcopy
Tahapan
yang telah dibuat pada penelitian ini, peta
selanjutnya adalah menyusun peta pendugaan
dapat diakses pada WebGIS dengan membuka
rawan banjir tersebut agar dapat diakses dalam
browser atau aplikasi pencarian dan ketikkan
sebuah
alamat
maupun
sistem
tidak
hanya
hardcopy.
WebGIS.
Tujuan
dari
pembuatan sistem WebGIS pendugaan daerah
http://www.arcgis.com/apps/Viewer/index.htm
rawan banjir ini adalah agar data atribut atau
l?appid=d5cf83e98dc740e581dc645be1bf8b9f
informasi dari peta pendugaan rawan banjir ini
atau jika terlalu panjang, ketikkan short link
bisa diakses. Apabila kita membuat peta dalam
bit.ly/WebGIS_RawanBanjir 1 (lihat Gambar
bentuk 2 dimensi hardcopy (peta cetak) maka
9).
informasi yang kita peroleh hanya sebatas legenda yang tertera pada peta tersebut. Sebagai contoh, peta rawan banjir yang dapat dilihat pada Gambar 8 sebelumnya hanya menerangkan batas-batas wilayah dan daerah mana yang memiliki tingkat kerawanan terhadap kejadian banjir (merah yang berarti sangat rawan, orange yang berarti rawan,
1
Jika link tidak berfungsi segera kirim pemberitahuan ke email
[email protected]
Gambar 9. Peta Pendugaan Daerah Rawan Banjir Berbasis Web di Kota Samarinda pada Browser (Opera Stable ver 33.0.1990.58) Kemajuan
teknologi
semakin
memberikan kemudahan dan kenyamanan bagi para pengguna internet. Selain dapat diakses pada browser komputer peta digital pendugaan daerah rawan banjir ini dapat pula diakses pada browser handphone (gadget ) bersistem operasi android (lihat Gambar 10). Sehingga akses informasi semakin mudah karena dapat dilakukan pada perangkat handphone dan dapat mengakses peta kapan pun dan di mana pun sesuai dengan keinginan user ( surfer ).
Gambar 10.Tampilan Peta Pendugaan Daerah Rawan Banjir Berbasis Web di Kota Samarinda pada Browser operasi Handphone bersistem android (Aplikasi Browser versi 4.2.2-eng.build03.1413260822)
Berdasarkan Gambar 9 dan 10 dapat dilihat
2. Mapping Platform dapat ditampilkan secara
bahwa selain dapat diakses pada browser PC
utuh dan lengkap pada interface website
dan laptop, sistem web pemetaan daerah rawan
pada aplikasi browser pada perangkat
banjir
personal computer (PC),
juga dapat diakses
pada
browser
Laptop,
dan
handphone. Handphone dengan
teknologi
Handphone (gadget ) dengan sistem operasi
yang
saat
Android.
sudah
cukup
canggih
ini
memberikan kemudahan pada user untuk dapat mengakses web mapping yang setara dengan
B. Saran
web mapping pada komputer ataupun laptop. Informasi pada web mapping pun dapat diakses kapan saja dan di mana saja dengan perangkat handphone (gadget ).
Saran yang dapat diberikan berdasarkan pelaksanaan
penelitian
1.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
WebGIS daerah rawan banjir ini perlu
sebenarnya yang
telah
WebGIS
dilaksanakan dan hasil serta pembahasan yang
tingkat
output
acuan
yang dilaksanakan dalam penelitian ini dan
(51,18%). Sedangkan daerah yang kurang rawan terhadap banjir memiliki luasan mencapai 5.505,33 Ha (8,01%); daerah dengan tingkat cukup rawan terhadap banjir memiliki luasan mencapai 27.062,41 Ha (39,37%); daerah dengan tingkat sangat rawan terhadap banjir memiliki luasan mancapai 947,35 Ha (1,38%); dan daerah yang tidak rawan (aman) terhadap banjir
dikoordinasikan
yang
berwenang
oleh dalam
spasial agar data tersebut dapat dijadikan
tinggi. Hal ini terlihat dari hasil analisis
daerah yang terluas yaitu 35.179,07 Ha
perlu
Penanganan
suatu daerah memiliki keseragaman data
tingkat rawan terhadap kejadian banjir yang
tingkat rawan terhadap banjir merupakan
lapangan.
mengembangkan WebGIS ini sehingga
1. Kota Samarinda merupakan daerah dengan
menunjukkan bahwa luas wilayah dengan
di
pihak-pihak
telah dijabarkan, dapat disimpulkan bahwa :
dengan luas 45,67 Ha (0,07%).
hingga
menjadi akurat sesuai dengan kondisi
A. Kesimpulan
penelitian
daerah
rawan banjir ini adalah sebagai berikut:
dikembangkan
Berdasarkan
pendugaan
resmi
dalam
merencanakan
kebijakan penanggulangan banjir. 2.
Penelitian ini perlu dikembangkan dengan penelitian lanjutan yang membuat sistem berbasis
website
mapping ini
dapat
memiliki fitur-fitur yang lebih informatif dan interaktif. Diharapkan agar penelitian sejenis dapat dikembangkan sehingga akan
mempermudah
dalam
membuat
sistem peringatan dini kebencanaan dan sistem pengambil keputusan.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, H. 2011. Distribusi Status Hara N, P, dan K di Kecamatan Marangkayu Kabupaten Kutai Kartanegara Melalui Pendekatan Sistem Informasi Geografis (SIG) (Studi Kasus Desa Sebuntal, Desa Perangat Baru dan Desa Bunga Putih) . Skripsi. Universitas Mulawarman. Samarinda. Bakti, L.M. 2010. Kajian Sebaran Potensi Rob Kota Semarang dan Usulan Tesis. Universitas Penanganannya . Diponegoro. Semarang. Budiono, R.O. 2014. Estimasi Curah Hujan Maksimum Boleh Jadi Di Daerah Aliran Sungai Di Kabupaten Situbondo Menggunakan Metode Hersfield . Skripsi. Universitas Jember. Jember. Dinkes. 2012. Profil Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur Tahun 2012. Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Timur. Samarinda. Haryani, N.S., Yulianto, F., Manoppo, A.K.S. 2008. Analisis Tingkat Rawan Banjir di Provinsi Jawa Timur dari Data Penginderaan Jauh dan SIG . PIT MAPIN XVII. Bandung. Murdiyanto. 2010. Simulasi Daerah Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografis di Kabupaten Sragen . Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Ibrahim Malang. Malang. Prahasta, E. 2005. Konsep-Konsep Dasar Sistem Informasi Geografis. Informatika. Bandung. Primayuda, A. 2006. Pemetaan Daerah Rawan Dan Resiko Banjir Menggunakan Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus Kabupaten Trenggalek, Propinsi Jawa Timur). Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rinezti, H. 2011. Rancang Bangun Aplikasi Try Out Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Berbasis Web. Skripsi. Universitas Mulawarman. Samarinda.
Sigit, A.A. 2011. Aplikasi Sistem Informasi Geografis (SIG) Berbasis Web Untuk Monitoring Banjir di Wilayah DAS Bengawan Solo Hulu. Seminar Nasional Teknologi Informasi & Kumunikasi Terapan 2011. ISBN : 979-26-0255-0. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta Somantri, L. 2008. Pemanfaatan Teknik Penginderaan Jauh untuk Mengidentifikasi Kerentanan dan Resiko Banjir . Jurnal Gea Jurusan Pendidikan Geografi. Vol 8 No. 2 Oktober 2008. Sosrodarsono, S.Ir. 1999. Hidrologi Untuk Pengairan. Pradnya Paramita. Jakarta. Suhardiman. 2012. Zonasi Tingkat Kerawanan Banjir dengan Sistem Informasi Geografis (SIG) pada Sub DAS Walanae Hilir . Skripsi. Universitas Hasanuddin. Makasar. Zubaidah, A., Sowarsono., Purwaningsih, R. 2005. Analisa Daerah Potensi Banjir di Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan Menggunakan Citra AVHRR/NOAA-16 . Pertemuan Ilmiah Tahunan MAPIN XIV. Surabaya