Pembuatan Masker “KORAKU” yang Terbuat dari Kopi Robusta ( Coffea Canephora), Beras (Or yza yza sati sati va), dan Kunyit (Cur cuma longa) Memiliki Memiliki
Khasiat dalam Mencerahkan dan Peremajaan Kulit.
Eva Victoria M. Asmuruf 1, Ida Fitriana2, Langit Biru Udhidewa 3, Shara Indriato Pramono4, Wasilatul Immah5 1) Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Jember ABSTRAK Kopi, beras dan kunyit dapat diformulasikan menjadi masker pasta “Koraku” dengan VCO sebagai pelarut. Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui keefektifan kopi, beras, kunyit dan VCO sebagai masker wajah alami. Penggunaan kopi pada masker “Koraku” dapat “Koraku” dapat menghaluskan wajah, kandungan thiamin thiamin pada tepung beras ber aleuron aleuron dapat mencerahkan kulit, kurkumin pada kunyit memiliki sifat antibakteri sehingga dapat mencegah timbulnya jerawat pada wajah dan VCO kaya akan kandungan antioksidan tinggi sehingga dapat mencegah penuaan dini. Proses pembuatan masker “Koraku” “Koraku” pasta meliputi beberapa tahapan yaitu penggilingan, pengayakan 60 mesh, dan pencampuran bahan. Perbandingaan antara tepung beras ber aleuron aleuron : kopi bubuk robusta : bubuk kunyit dalam pembuatan bubuk “Koraku” adalah “Koraku” adalah 50 : 30 : 20, sedangkan perbandingan antara bubuk “Koraku” “Koraku” : VCO dalam pembuatan masker pasta “Koraku” adalah “Koraku” adalah 1 : 2. Pengaruh masker “Koraku” terhadap “Koraku” terhadap kulit dapat diketahui dengan diuji menggunakan Color Reader ( L, a, b) selama tiga hari secara rutin. Hasil praktikum menunjukkan bahwa penggunaan masker “Koraku” “Koraku” dapat meningkatkan nilai lightness lightness L 6,07 dan nilai b* 4,23, namun nilai whiteness menurun W 3,84. Perubahan warna pada kulit yang terjadi disebabkan oleh bahan yang digunakan dalam pembuatan masker “Koraku” “Koraku” tidak ada yang dapat menghilangkan pigmen kulit, melainkan mencerahkan kulit dengan cara mengangkat sel – sel – sel sel kulit mati dan menutrisi kulit. Kata kunci : beras, bubuk kopi, bubuk kunyit, tepung beras, dan VCO
1
PENDAHULUAN
Masker merupakan salah satu jenis perawatan kulit wajah yang digunakan untuk meningkatkan taraf kebersihan, kesehatan, dan kecantikan kulit, serta untuk memperbaiki dan merangsang kembali kegiatan-kegiatan sel kulit. Menurut Maspiyah (2009) masker termasuk kosmetik yang bekerja secara mendalam (depth cleansing) karena cleansing) karena dapat mengangkat sel-sel tanduk yang sudah mati. Penggunaan masker biasanya dilakukan setelah massage, massage, dioleskan pada seluruh wajah kecuali alis, mata, bibir sehingga akan tampak memakai topeng wajah. Pada umumnya penggunaan masker ini bertujuan untuk menyegarkan, mengencangkan kulit, dan sebagai anti oksidan. Saat ini masker wajah alami sering digunakan sebagai alternatif pilihan karena tidak memiliki resiko atau efek samping yang membahayakan. Kopi, beras, dan kunyit dapat di formulasikan menjadi masker berbentuk pasta dengan menggunakan VCO (Virgin Coconut Oil) Oil) sebagai pelarutnya. Penggunaan bahan-bahan alami ini memiliki banyak manfaat untuk kulit apabila digunakan secara teratur. Kandungan kurkumin pada kunyit dapat digunakan sebagai anti bakteri sehingga dapat mencegah timbulnya jerawat. Menurut Harisna yang
(2010), kunyit ( Curcuma domestica Val ) mengandung bahan-bahan
dapat
berfungsi
sebagai anti bakteri. Rimpang kunyit
mengandung
senyawa kurkumin yang bersifat sebagai anti bakteri (Rahman, 2009). Senyawa lain yang juga bersifat sebagai anti bakteri yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah minyak atsiri (Marwati, 1996). Campuran kopi yang digunakan dalam pembuatan masker ini juga memiliki manfaat untuk kulit. Kopi yang kaya akan kafein ternyata memiliki banyak khasiat untuk kecantikan kulit. Bubuk hitam pada kopi dapat digunakan sebagai masker, scrub, scrub, bahkan lulur seluruh tubuh. Bubuk kopi yang digunakan adalah biji kopi murni yang ditumbuk. Bubuk kopi ini berkasiat untuk menghilangkan bekas jerawat, noda hitam, dan flek. Butiran kopi yang terasa kasar pada kulit dapat memperbaiki sel kulit yang rusak dan mengangkat sel kulit mati sehingga tampak lebih cerah, dan juga dapat menjaga kelembapan kulit.
2
Bahan utama dari pembuatan masker wajah ini adalah tepung beras. Menurut Nirmala (2012) tepung beras sangat berkhasiat untuk kulit wajah karena mengandung amilosa, amilopektin, hydralized amylum / dekstrin dan asam kojik yang dapat memutihkan kulit sebagai hasil dari fermentasi amylum selama perendaman. Tepung beras ini berkhasiat dapat membuat kulit wajah menjadi sehat
terawat, melembabkan kulit dan mencerahkan kulit. Penambahan VCO
sebagai pelarut pada bubuk masker ini dapat mencegah terjadinya penuaan dini. Menurut Setiaji dan Prayugo (2006) kandungan antioksidan di dalam VCO sangat tinggi seperti tokoferol dan betakaroten. Antioksidan ini berfungsi untuk mencegah penuaan dini dan menjaga vitalitas tubuh. Oleh karena itu, dilakukan praktikum ini yang bertujuan untuk mengetahui keefektifan kopi, kunyit, beras, dan VCO sebagai masker alami.
3
METODE PRAKTIKUM Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan dalam praktikum ini antara lain : baskom, pisau, alas pemotong, color reader, reader, oven, blender, ayakan 60 mesh, mesh, neraca analitik, sendok, penggiling beras, sendok, botol kecil, loyang, panci, spatula, spatula, mortal dan martir, kopi robusta bubuk, kunyit, beras tanpa perlakuan poles, air, VCO, dan minyak atsiri kayu manis. Tahap Praktikum
Terdapat empat tahap dalam praktikum yang dilakukan, meliputi : 1.
Pembuatan Pembuatan Kunyit Bubuk
Pembuatan kunyit bubuk dilakukan dengan cara mengupas dan memotong kunyit sebanyak 500 gram menjadi berukuran kecil yang kemudian dilakukan pengovenan hingga kadar airnya menguap. Pengovenan dilakukan selama s elama 24 jam dengan suhu 60 0C. Setelah kunyit mengering, bahan tersebut dikeluarkan dari oven dan segera dihaluskan menggunakan blender . Apabila tidak segera dilakukan penghaluskan, maka tekstur renyah dari kunyit kering akan berkurang dan akan berdampak pada ukuran yang dihasilkan. Setelah di blender hingga menjadi halus, kunyit bubuk diayak menggunakan ayakan 60 mesh mesh untuk mendapatkan butiran yang lebih halus dan seragam. Namun pada bubuk terakhir yang tidak lolos ayakan ditumbuk menggunakan mortal dan martir, karena apabila di blender ulang ulang hasilnya tetap tidak cukup halus. Pengayakan dilakukan hingga didapatkan bubuk kunyit sebanyak 20 gram. 2. Pembuatan Tepung Beras
Pembuatan tepung beras dilakukan dengan cara padi ditumbuk untuk memisahkan dengan gabah, kemudian langsung dilakukan penggilingan. Setelah didapatkan butiran halus atau tepung beras, selanjutnya dilakukan pengayakan menggunakan ayakan 60 mesh agar didapatkan butiran-butiran yang seragam dan lebih halus. Tepung beras diayak hingga dihasilkan sebanyak 50 gram.
4
3.
Pembuatan Masker Pasta “KORAKU” KORAKU”
Setelah mendapatkan kunyit bubuk dan tepung beras masing-masing sebanyak 20 gram dan 50 gram, kemudian mengambil bahan lain berupa bubuk kopi robusta sebanyak 30 gram dan VCO ( Virgin Coconut Oil) sebanyak 200 ml yang telah disiapkan. Lalu campurkan semua bahan dalam satu wadah, aduk-aduk hingga homogen menggunakan spatula spatula kecil. Formulasi yang digunakan adalah bubuk masker m asker “KORAKU” berbanding VCO sebesar 1 1 : 2. Setelah semua bahan tercampur rata, kemudian dilakukan pemasukan dalam kantong plastik dan dipotong ujungnya. Hal ini berfungsi untuk mempermudah pemasukan pasta masker ke dalam kemasan wadah botol yang telah dipersiapkan. Setelah semua pasta masker masuk kedalam botol, kemudian tutup botol dan beri label “MASKER KORAKU” KORAKU ”. Berikut adalah diagram alir dari pembuatan masker pasta “KORAKU” :
Gambar 1. Diagram alir pembuatan masker pasta “KORAKU”
5
4.
Pengujian Masker Pasta KORAKU
Pengujian
yang
dilakukan
untuk
mengetahui
khasiat
dari
masker
“KORAKU” KORAKU ” ini adalah selama tiga hari berturut-turut dengan tiga kali penggunaan dalam sehari. Untuk mengetahui perubahan yang terjadi, setiap hari dilakukan pengujian terhadap warna kulit yang diuji coba menggunakan color reader . Namun pada hari pertama sebelum menggunakan masker “KORAKU” KORAKU”, terlebih dahulu dilakukan pengujian warna terhadap kulit yang akan diberi masker untuk mengetahui data warna kontrol sebagai pembanding dari perubahan warna yang terjadi setelah memakai masker “KORAKU” KORAKU”. Setelah menggunaan masker “KORAKU” pada kulit yang diuji selama tiga hari, didapatkan data L, a, dan b. Perhitungan nilai L,a,b merupakan Sistem Hunter . Dalam sistem Hunter warna dibedakan menjadi 3 dimensi warna. Simbol a untuk dimensi kemerahan dan kehijauan. Simbol b untuk dimensi kekuningan dan kebiruan. Dimensi warna yang ketiga adalah L ( Lightness ( Lightness)) atau kecerahan (de man, 1999). Sedangkan untuk nilai whiteness (W) whiteness (W) dapat diperoleh dengan menggunakan rumus : W = 100 – 100 – ((100-L) ((100-L)2 + (a2 + b2))0,5 Keterangan : W = derajat putih, diasumsikan nilai 100 adalah yang paling sempurna L = nilai yang ditunjukkan oleh kecerahan a = nilai yang menunjukkan warna merah bila bertanda (+) dan warna hijau bila bertanda (-) b = nilai yang menunjukkan warn kuning bila bertanda (+) dan warna biru bila bertanda (-) (Mawarni, dkk, 2015).
6
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penggunaan bahan berupa tepung beras tumbuk : kopi bubuk robusta : bubuk kunyit dengan perbandingan 50 : 30 : 20 serta penggunaan bubuk koraku : VCO dengan perbandingan 1 : 2 dalam pembuatan masker koraku terbukti mampu meningkatkan kecerahan kulit. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan diketahui bahwa dengan penggunaan masker koraku secara rutin diperoleh data seperti pada tabel 1. Tabel 1. Hasil Pengamatan Perubahan Warna Kulit Setelah Menggunakan
Masker Koraku.
Hari
Nilai L
a
B
W
ke-0
33,4
+5,9
21,8
37,35
ke-1
34,9
+6,5
24,2
30,24
ke-2
38,67
+11,5
25,97
32,41
ke-3
39,47
+10,9
26,03
33,51
Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa nilai kecerahan (ligthness) meningkat (ligthness) meningkat dari hari-kehari. Nilai lightness pada lightness pada hari ke-0 adalah L 33,4 kemudian meningkat menjadi L 34,9 pada hari ke-1, pada hari ke-2 meningkat secara drastis menjadi L 38,9 dan terus meningkat hingga hari ke-3 menjadi L 39,47. Nilai b* pada hari ke0 adalah b*21,8 kemudian meningkat menjadi b* 24,2 pada hari ke-1, pada hari ke-2 meningkat menjadi b*25,97 dan terus meningkat hingga hari ke-3 menjadi b* 26,03. Hasil perhitungan nilai whiteness yang whiteness yang diperoleh dengan menggunakan rumus W = 100 – ((100-L)2 + (a2 + b2))0,5 menunjukkan nilai yang lebih rendah daripada nilai pada hari ke-0. Pada hari ke-0 W 37,35, hari ke-1 W 30,24, hari ke2 W 32,41, dan hari ke-3 W 33,51. Peningkatan nilai ligthness ligthness dan *b serta penurunan nilai whiteness dari whiteness dari hari-kehari dapat dilihat dari gambar 1.
7
PERUBAHAN WARNA KULIT SETELAH MENGGUNAKAN MASKER KORAKU Nilai 45 40 35 30
Lightness
25 Whiteness 20 b* 15 10 5 0 ke-0
ke-1
ke-2
k e- 3
Gambar 2. Perubahan Warna Kulit Setelah Menggunakan Masker Koraku
Berdasarkan grafik dapat diketahui bahwa tingkat kecerahan kulit meningkat yaitu sebesar L 6,07 dari sebelum menggunakan masker koraku. Peningkatan nilai L dikarenakan adanya kandungan kopi pada masker yang memiliki tekstur kasar serta mengandung butiran scrub yang sangat baik untuk mengangkat sel-sel kulit mati dan melembabkan kulit (Hertina, 2013). Akibat terangkatnya sel – sel sel kulit mati oleh scrub kopi scrub kopi membuat kulit terlihat semakin cerah. Selain itu adanya tepung beras tumbuk yang masih mengandung thiamin juga berpengaruh dalam mencerahkan kulit. Hal ini karena senyawa thiamin yang thiamin yang mempunyai kemampuan untuk menyamarkan noda pada cacar air dan jerawat. Thiamin juga Thiamin juga memiliki sifat antioksidan yang sangat bermanfaat bagi kulit yaitu menangkal radikal bebas, mencegah penuaan dini dan mengurangi jerawat (Setyowati dan Sari, 2014). Penggunaan kunyit sebagai bahan pembuatan masker koraku juga membuat kulit terlihat semakin cerah. Hal ini karena adanya kandungan kurkumin pada rimpang kunyit (Rahman, 2009). Pada grafik menunjukkan bahwa nilai b* mengalami peningkatan b* 4,23. Hal ini dikarnakan adanya penggunaan bahan berupa bubuk kunyit dengan perbandingan 20% dalam pembuatan bubuk koraku, 8
sehingga warna kulit menjadi lebih condong ke warna kuning akibat penggunaan kunyit yang terlalu banyak. Ini sesuai dengan pernyataan dari (Silja, 2006) CIE b* mewakili jenis warna kuning dan biru, dimana negatif b* mewakili warna biru, dan positif b* mewakili warna kuning. Berdasarkan
grafik
diketahui
bahwa
tingkat
keputihan
(whiteness)
berbanding terbalik dengan grafik tingkat kecerahan (lightness). (lightness). Nilai tingkat keputihan (whiteness) justru (whiteness) justru menurun W 3,84 dari sebelum menggunakan masker koraku. Hal ini karena bahan yang digunakan dalam pembuatan masker koraku tidak ada yang dapat menghilangkan pigmen kulit, melainkan mencerahkan kulit dengan cara mengangkat sel – sel – sel sel kulit mati dan menutrisi kulit. Masker koraku juga dapat menghaluskan kulit, mencegah penuaan dini dan timbulnya jerawat. Hal ini karena adanya kandungan kafein di dalam kopi yang dapat bertindak selaku
vasorestrictor yang berarti mengencangkan dan
mengecilkan pembuluh darah (Dewi, 2012). Selain itu adanya rimpang kunyit yang mengandung senyawa kurkumin yang bersifat sebagai antibakteri dapat menghambat timbulnya jerawat (Rahman, 2009). Menurut Marwati (1996) senyawa lain yang juga bersifat sebagai anti bakteri yang terdapat dalam rimpang kunyit adalah minyak atsiri. Penambahan VCO sebagai bahan pelarut juga mengandung antioksidan seperti tokoferol dan dan betakaroten yang betakaroten yang dapat mencegah terjadinya penuaan dini (Setiaji dan Prayugo, 2006). Komponen yang paling banyak terdapat dalam VCO V CO adalah asam laurat la urat yang juga memiliki aktivitas anti bakteri sehingga dapat mencegah timbulnya jerawat.
9
KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dalam pembuatan masker “Koraku” dapat dibuat kesimpulan bahwa : 1. Penggunaan masker koraku dapat meningkatkan nilai lightness L lightness L 6,07 dan nilai b* 4,23, namun nilai whiteness justru whiteness justru menurun W 3,84. 2. Tingkat keputihan (whiteness) berbanding terbalik dengan grafik tingkat kecerahan (lightness). 3. Bahan yang digunakan dalam pembuatan masker koraku tidak ada yang dapat menghilangkan pigmen kulit, melainkan mencerahkan kulit dengan cara mengangkat sel – sel – sel sel kulit mati dan menutrisi kulit. 4. Warna kulit yang telah dilakukan uji coba lebih condong kekuning akibat penggunaan kunyit yang terlalu banyak, untuk itu perlu dilakukan perbaikan formulasi untuk mendapatkan masker yang lebih baik lagi. 5. Selain dapat mencerahkan kulit, masker koraku juga dapat menghaluskan kulit, mencegah penuaan dini, mencegah timbulnya jerawat, dan mengecilkan pembuluh darah.
10
DAFTAR PUSTAKA
de Man. J.M. 1999. Principles 1999. Principles of Food Chemistry Third edition , An Aspen Publication. Gaithersburg. Dewi, Desyntia. 2012. Sehat dengan Secangkir Kopi. Kopi . Surabaya : Stomata Harisna, 2010. Pengaruh Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica) dengan Konsentrasi yang Berbeda terhadap Mikroba pada isolatikannila (Oreochromisniloticus).. http://etd.Eprints.ums. ac.id/7637/1/J31005009.pdf. (Oreochromisniloticus) [28 Februari 2016]. Hertina, TiurNur. 2013. Pemanfaatan Ampas Kedelai Putih Dan Ampas Kopi Dengan Perbandingan Berbeda Berbeda Dalam Pembuatan Lulur Tradisional Untuk Untuk Perawatan Tubuh.e-Journal. Tubuh.e-Journal. Volume 02 Nomor 03. Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya. Maspiyah. 2009. “ Modul Perawatan Kulit Wajah Wajah”. ”. UNESA Mawarni, Rizki Tika, Widjanarko, Simon Bambang. 2015. Penggilingan Metode Ball Mill Dengan Pemurnian Kimia Terhadap Penurunan Oksalat Tepung Porang. Jurnal Porang. Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol. 3 No. 2 p. 571-581. Fakultas Teknologi Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Brawijaya. Marwati T, Winarti C, Djajeng S. 1996. Aktivitas Antibakteri pada Rimpang Kunyit . Prosiding Simposium Nasional 1 Tumbuhan Obat dan Aromatik APINMAP.37-43. Rahman, M. N. 2009. Aktivitas Antibakteri Senyawa Hasil Biotransformasi Kurkumin oleh Mikroba Endofit Asal Kunyit . Departemen Biokimia. FMIPA. IPB. Bogor. Setiaji Bambang dan Prayugo Surip. 2006. Membuat VCO Berkualitas Tinggi. Tinggi . Jakarta: PenebarSwadaya Setyowati dan Sari. 2014. Pengaruh Masker Jagung Dan Minyak Zaitun Terhadap Perawatan Kulit Wajah. Wajah . Journal of Beauty and Beauty Health Education. UniversitasNegeri Semarang, Indonesia. Silja Holopainen, Colorimetry – Presentasi Bahan Kuliah Pengukuran Warna, 2006
11