KARTOGRAFI SEBAGAI CATATAN SEJARAH DAN PENGELOLAANNYA Julio Bondan Pradita 114130122 Mahasiswa UPN “Veteran” Yogyakarta email:
[email protected] Abstrak Kartografi merupakan bagian dari ilmu geografi yang berhubungan dengan pemetaan. Hal ini berkaitan erat dengan sistem komunikasi antara si pembuat peta dan si pengguna peta. Untuk menyampaikan berbagai informasi, baik berupa informasi grafis maupun informasi atribut, diperlukan media yang tepat untuk menyampaikannya, yaitu dengan menggunakan peta sebagai media komunikasi dalam bentuk hardcopy maupun dalam bentuk softcopy. Peta-peta ini nantinya dapat digunakan sebagai data dan dokumen baik secara aktual maupun secara periodik untuk memberikan informasi geografis suatu wilayah. Dalam kartografi, baik sebgai salah satu bagian dari ilmu geografi dan dokumen ilmiah, kartografi juga merupakan teknik dan pengetahuan untuk menunjukkan suatu fenomena geografis pada suatu daerah yang dipilih dan digeneralisasi. Arsip adalah naskah-naskah yang dibuat dan diterima oleh lembaga-lembaga negara dan badan-badan pemerintah, badan-badan swasta dan perorangan dalam bentuk corak apapun dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan dan kehidupan kebangsaan, dan semua arsip yang ada harus di kelola dengan sebaik-baiknya sehingga memudahkan untuk penggunaanya Kata kunci : Kartografi, grafis, atribut, dokumen, arsip, pengelolaan. Pendahuluan Menurut
kamus
geografi
yang
dimaksud
dengan
kartografi
adalah
ilmu
perpetaan dan pembuatan peta. Pembuat peta dan pengguna peta disebut kartografiwan. Sandy dalam tulisannya yang berjudul Esensi Kartografi menguraikan tentang hakekat peta sebagai berikut : a. Peta adalah sebuah alat peraga. b. Dengan menggunakan alat peraga itu, si penyusun peta ingin menyampaikan ide kepada orang lain. c. Ide yang dimaksud bisa berupa gambaran tentang tinggi rendah suatu daerah (topografi), penyebaran penduduk, curah hujan, penyebaran batuan (geologi), penyebaran jenis tanah (peta tanah atau soil map) dan semua hal lain yang berhubungan dengan kedudukannya dalam ‘ruang’. d. Dengan jalan menyajikannya kedalam bentuk sebuah peta, diharapkan si penerima ide dapat dengan cepat dan mudah memahami atau memperoleh gambaran dari peta apa yang disajikan itu, melalui matanya . (Tuti, 1997). Peta sebagai sarana untuk menyampaikan ide, maka nama sebuah peta biasanya 1
didasarkan pada ide yang dihidangkan misalnya, kalau sebuah peta menggambarkan tentang tanah maka disebut peta tanah, kalau peta isinya tentang curah hujan maka dinamakan peta curah hujan dan lain sebagainya. Dengan demikian yang disebut dengan arsip peta atau arsip kartografi adalah arsip yang informasinya berupa gambaran ruang muka bumi suatu daerah tertentu yang digambarkan dengan skala tertentu dengan menggunakan simbol-simbol (Tuti, 1996). Simbol dalam arsip peta digunakan sebagai “gambar pengganti” untuk menyatakan “sesuatu hal” karena tidak mungkin kartografiwan (pembuat peta) menyatakannya atau menggambarkannya seperti bentuk benda yang sebenarnya. Beberapa simbol yang sering digunakan dalam peta antara lain ; simbol titik untuk menyatakan letak kota, simbol garis untuk menyatakan jalan, sungai dll, simbol batang untuk menyatakan harga tunggal, simbol lingkaran, simbol bola dan lain sebagainya Masing – masing individu memiliki impian dan angan – angan yang biasa disebut dengan mental imagery. Gambaran dalam angan – angan tersebut dapat bersifat sumber informasi spasial atau keruangan. Informasi keruangan tersebut menyangkut obyek – obyek yang berhubungan dan mungkin saling mempengaruhi satu sama lain. Informasi keruangan yang berisi tentang obyek – obyek tersebut dapat dituangkan dalam bentuk sketsa dan petunjuk secara verbal. Maksud dari petunjuk secara verbal ini berhubungan dengan yang disebut peta mental atau biasa juga disebut dengan peta kognitif (mental map/cognitive map). Peta mental atau peta kognitif ini dimiliki oleh setiap orang. Hal ini dapat dijelaskan ke dalam contoh berikut ini, ketika orang (asing atau luar daerah) menanyakan suatu lokasi tujuan kepada warga asli daerah (pribumi), misalnya tujuan ke Malioboro, tentunya bagi warga asli Kota Jogja untuk menjelaskan lokasi Malioboro tersebut dapat menjelaskan dengan mudah baik secara lisan maupun dengan menggunakan sketsa atau gambaran secara obyektif. Penjelasan mengenai jalur lokasi maupun jalan terdekat menuju Malioboro pun dapat dijelaskan dengan rinci. Dengan membuat sketsa, baik pada secarik kertas atau melalui goresan pada permukaan tanah, akan dapat digambarkan secara jelas bahkan dengan menggunakan orientasi atau arah dan obyek – obyek penting sebagai acuan atau “patokan” yang dapat diketahui dan dikenal oleh masyarakat pada umumnya. Penyajian informasi secara verbal dan atau secara skets inilah yang mampu menyajikan informasi keruangan dalam bentuk gambaran secara riil dari ruang geografis. Inilah yang pada umumnya disebut dengan peta mental atau peta kognitif. Selain peta mental, dikenal juga peta dalam bentuk kertas (paper atau hardcopy) dan peta digital (softcopy). Peta kertas atau peta dalam bentuk hardcopy sering dijumpai dan digunakan dimana saja, baik untuk kalangan umum, pribadi, maupun instansi. Sedangkan peta digital atau peta dalam bentuk softcopy, biasanya dijumpai 2
dalam akses atau browsing melalui media World Wide Web (WWW) atau media internet. Peta – peta tersebut, baik peta dalam bentuk hardcopy maupun softcopy, dikerjakan sesuai dengan tujuan yang diharapkan dan berguna bagi pengguna peta pada umumnya. Karena, peta dihasilkan dari sebagian kecil bagian dari permukaan bumi yang diukur, dimonitor, dipetakan, dan dimodelkan atau biasa disebut dengan 4M, yaitu measurement, monitoring, mapping, dan modeling. Selain peta kertas terdapat pula bola bumi atau globe, foto udara, dan citra satelit yang dapat dianggap sebagai peta. Hal ini dikarenakan media – media tersebut juga merupakan gambaran fenomena yang dapat menyajikan sebagian obyek permukaan bumi yang dipilih. Kartografi sebagai catatan sejarah Penyajian data dalam bidang kartografi adalah penyajian informasi dalam bentuk keruangan atau spasial pada bidang datar berupa peta. Telah dijelaskan di atas bahwa peta merupakan hasil akhir dalam pemprosesan data secara kartografis, dimana peta merupakan suatu alat untuk menyajikan informasi suatu wilayah yang dipilih, diskalakan, diperkecil, dan diletakkan pada bidang datar. Dari hasil pembuatan peta ini, data dapat disimpan dan dapat dipakai sebagai informasi data secara periodik dari bulan ke bulan, dari tahun ke tahun, atau dari periode ke periode selanjutnya. Untuk lebih jelasnya dalam memanfaatkan data yang disimpan secara periodik, yaitu kita dapat mengetahui informasi perbedaan dan atau perubahan penggunaan lahan suatu daerah dari rentan waktu tertentu ke waktu yang kita inginkan disesuaikan dengan tujuan dan fungsi penggunaan peta itu sendiri. Peranan kartografi sendiri merupakan teknik dari pemrosesan maupun penyajian data tabular tersebut ke dalam bentuk data spasial, baik berupa titik, garis, atau area. Beranjak dari itu, peta dapat pula digunakan sebagai data dan bukti sejarah yang berubah pada suatu tempat dan pada suatu waktu. Mengapa peta dapat dijadikan suatu data dan bukti sejarah? Dengan menggunakan peta maupun citra dan foto udara, kita dapat melihat perkembangan ataupun perubahan karakter fisik suatu daerah. Perubahan karakter fisik daerah yang mudah dilihat yaitu perubahan penggunaan lahan, misalnya suatu lahan di daerah X pada tahun 1980 yang dulunya merupakan area pertanian, kini berubah menjadi daerah permukiman dan kios dagang. Contoh lain, misalnya lahan yang dulunya merupakan lahan kosong namun kini telah dibangun sebuah bangunan. Penggunaan data kartografis sebagai data dan bukti sejarah merupakan salah satu metode penyajian data secara keruangan atau spasial. Hal ini dapat dilakukan dengan pemantauan atau monitoring perubahan wilayah suatu daerah akibat gejala fisik, berupa bencana alam seperti gempa bumi, tsunami, tanah longsor, dan banjir. Untuk kejadian –kejadian alam seperti ini biasanya selalu diingat dan menjadikannya sebagai suatu 3
memory yang sangat mungkin akan berguna di lain waktu atau di masa depan. Tentunya memory tersebut digunakan untuk mengantisipasi bahkan mencegah terjadinya banyak korban yang berjatuhan. Seperti ketika Gunung Kelud yang meletus pada tahun 1951 yang mengakibatkan terjadinya hujan abu vulkanik hingga daerah Yogyakarta. Dari kejadian – kejadian di atas dapat diketahui bahwa memory dan data – data yang dapat dikumpulkan, merupakan data dan bukti sejarah. Selain memory yang dapat dituangkan dalam bentuk peta kognitif atau peta mental dari sejumlah orang yang mungkin merupakan saksi hidup pada masa yang akan datang hingga penyajian peta dalam bentuk peta kertas maupun peta digital yang disajikan dalam bentuk luas area yang terkena imbas oleh suatu fenomena alam. Selain itu dapat pula disajikan dalam tampilan peta secara periodik dari suatu waktu ke waktu untuk tujuan pemantauan perubahan karakter fisik daerah yang dikaji pada suatu penelitian dan tujuan pemetaan tertentu. Pengelolaan arsip kartografi Pengelolaan arsip kartografi pada dasarnya tidak berbeda dengan pengelolaan arsiparsip lainnya yaitu meliputi : 1. Penilaian (appraisal). 2. Pengaturan (arrangement). 3. Pendeskripsian (description). 4. Pemeliharaan dan penyimpanan (conservation) 5. Penyajian (reference). Penilaian Adalah menganalisis informasi yang terkandung dalam arsip kartografi untuk menetapkan nilai guna dan jangka simpannya di lihat dari kaidah hukum yang spesifik dan mengikat sesuai dengan materi, kepentingan operasional lembaga pencipta (creating agency), dan peraturan perundangan kearsipan yang berlaku. Prinsip, prosedur dan teknik yang digunakan untuk melakukan penilaian arsip kartografi tidak berbeda dengan penilaian arsip tekstual. Seperti halnya arsip tekstual, arsip kartografi ini dapat memiliki nilai guna hukum (legal), nilai guna kebuktian (evidential), nilai guna administrasi (administrative), dan nilai guna informasi (informational). Pengaturan Adalah kegiatan menata arsip agar mudah diketemukan kembali bilamana sewaktuwaktu diperlukan. Pengaturan arsip kartografi yang simple dan lebih efektif adalah berdasarkan lokasi geografi (Tuti, 1996). Prosedur pengaturan arsip kartografi pada dasarnya sama dengan prosedur pengaturan arsip tekstual, perbedaannya ialah bahwa arsip kartografi 4
menghendaki perhatian pada tiap-tiap individual itemnya. Selama proses pengaturan, pengidentifikasian pada arsip kartografi harus menggunakan pensil dan dituliskan pada lembar belakang arsip agar terhindar dari kesalahan dikemudian hari. Pendeskripsian Pendeskripsian arsip kartografi adalah mencatat uraian isi informasi dan kondisi yang terekam dalam arsip kartografi berdasarkan cirri-ciri arkhivistik (Keputusan Gubernur DIY nomor 123 tahun 2003). Pendeskripsian arsip kartografi menggunakan kartu deskripsi yang didalamnya memuat informasi antara lain : a. Judul b. Jenis c. Skala d. Pembuat e. Tahun pembuatan f. Lokasi g. Ukuran h. Warna/alat. Pemeliharaan Pemeliharaan arsip kartografi pada dasarnya tidak berbeda dengan pemeliharaan arsip tekstual pada umumnya. Ada beberapa tindakan yang dapat dilakukan oleh arsiparis tergantung kondisi arsip yang bersangkutan, antara lain : a. membersihkan arsip dari debu b. deasidifikasi/menetralkan asam pada kertas c. restorasi d. laminasi e. enkapsulasi f. fumigasi. Selain terhadap fisik arsip pemeliharaan juga dilakukan terhadap lingkungan penyimpanan dengan cara : a. pemberian kamper b. penggunaan sistem pengatur suhu c. penyuntikan anti rayap (Keputusan Gubernur DIY nomor 129 tahun 2003). Penyimpanan
5
Arsip kartografi disimpan dalam almari khusus atau cabinet. Ada dua jenis cabinet yang biasa digunakan yaitu vertical storage dan horizontal storage. Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. Kelebihan dari horizontal storage adalah tidak merubah bentuk dan skala peta, dapat diperluas keatas, memungkinkan bekerja diatas permukaan peta untuk konsultasi yang singkat. Horizontal storage lebih tepat dipakai untuk arsip kartografi yang bernilai permanen. Sedangkan kelebihan dari vertical storage adalah mudah untuk mengakses perlembar peta, mudah menyimpannya kembali, kemungkinan peta robek sangat kecil. Vertical storage lebih tepat digunakan untuk arsip peta yang sering digunakan. Seperti pada contoh di atas, data kartografis berupa peta, citra maupun foto udara, dapat disimpan dan dijadikan sebagai data kejadian atau fenomena yang dapat direkam secara periodik. Sehingga jika sewaktu – waktu hendak dilakukan penelitian ataupun pemetaan mengenai kasus kebencanaan, terutama yang menyangkut contoh di atas, misal gempa bumi atau gejala dan fenomena vulkanik, dapat segera dilakukan persiapan dengan menggunakan hasil rekaman fenomena dari waktu ke waktu ketika bencana tersebut melanda. Jika yang diteliti mengenai fenomena vulkanik seperti guguran awan panas dan lelehan lahar, maka tindakan preventif, seperti mengevakuasi dengan pemilihan lokasi yang aman bagi para pengungsi untuk menghindari terjangan awan panas tersebut dapat dilakukan. Pemilihan lokasi ini tentunya telah diperkirakan dengan bantuan data luncuran awan panas sebelumnya, sehingga arah luncuran dapat diprediksi dan tentunya akan banyak korban dapat diselamatkan. Penyajian Seperti halnya arsip tekstual, arsip kartografi digunakan untuk berbagai keperluan. Pada waktu masih dinamis arsip kartografi berguna untuk kepentingan operasional organisasi. Setelah statusnya berubah menjadi statis, maka arsip peta akan menjadi konsumsi umum khususnya para peneliti. Untuk mengusahakan pelayanan penyajian arsip kartografi kepada pengguna dibutuhkan pegawai/arsiparis yang memahami betul tentang arsip khususnya arsip kartografi sehingga akan dapat banyak membantu kepada para pengguna. Selain kemampuan teknis, arsiparis juga harus bersikap bersahabat kepada para pengguna dan harus dapat menjamin arsip yang digunakan dapat terpelihara dengan baik. Penutup Data – data kartografis secara berkala inilah yang dapat membantu para geograf maupun para ilmuwan untuk melakukan monitoring dan atau pemantauan mengenai gejala 6
atau kondisi alami ataupun buatan di suatu tempat, di setiap waktu, dan di bagian permukaan bumi yang dikaji. Kejadian alam akan selalu mengalami perubahan, proses alami dan buatan akan selalu terjadi, selama itulah data kartografis akan selalu bertambah dengan perekaman yang berkala dan akan selalu dapat digunakan sebagai data dan bukti akan suatu fenomena yang terjadi di permukaan bumi ini. Arsip kartografi termasuk jenis arsip tekstual karena media rekamnya berupa kertas sehingga pengelolaanya tidak jauh berbeda dengan pengelolaaaan arsip-arsip konvensional yaitu meliputi ; penilaian, pengaturan, pendiskripsian, pemeliharaan, penyimpanan, dan penyajian. Perbedaan yang mencolok dari pengelolaan arsip ini dalam hal penyimpanan. Arsip kartografi pada umumnya berukuran besar maka penyimpanannya juga menggunakan sarana simpan yang berupa almari atau cabinet bain vertical storage maupun horisontal storage dengan ukuran disesuaikan ukuran arsip sehingga dapat menjamin kemudahan akses dan tidak terjadi kerusakan.
7
DAFTAR PUSTAKA Kraak, Menno-Jan & F. Ormelling. 2007. Kartografi : Visualisasi Data Geospasial Edisi Kedua. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta. Sukwardjono, dkk. 1997. Kartografi Dasar. Fakultas Geografi UGM : Yogyakarta. Tuti Sri Widayanti, Makalah Pengenalan Arsip Kartografi, Anri Jakarta, 1996
8