KARTOGRAFI DASAR ACARA I KETELITIAN PENGGAMBARAN
I. TUJUAN Memberikan keterampilan kepada para praktikum untuk dapat membuat atau menggambar berbagai macam kenampakan titik, garis dan area.
II. BAHAN DAN ALAT 1. Gambar yang akan disalin (guide map) 2. ... 3. ... 4.
...
5. dst
III.DASAR TEORI Cartographfy is the Art, science and technology of making maps, together with their study as scientific documents and wokrs of art (The Multilingual Dictionary of Technical Terms in Cartography, International cartography Association/I.C.a., 1973) Menur ut International Cartography Association (ICA), kartografi adalah “seni, ilmu pengetahuan, dan teknologi tentang pembuatan peta-peta sekaligus mencakup studinya sebagai dokumen ilmiah dan hasil kerja seni”. Dari definisi tersebut, jelaskan bahwa salah satu tugas seorang kartograf adalah membuat peta. Membuat peta yang dimaksud disini adalah merancang symbol (symbol design), tata letak peta (map layout), isi peta (map content), dan generalisasi (generalization). 1
Dalam menyajikan hasil rancangan peta (map design), seorang kartograf dapat dibantu oleh seorang juru gambar (draft man). Dengan demikian, jelaslah bahwa seorang juru gambar bukanlah seorang kartograf. Untuk mencapai hasil yang optimal, seorang kartograf seyogyanya mengetahui cara/teknis penggambaran yang baik. Dengan demikian, perancang peta (kartografer) dapat meneliti/ mengontrol kualitas gambar yang dihasilkan oleh juru gambar (draft man). Desain grafis merupakan bagian vital dari kartografi, karena dibutuhkan komunikasi yang efektif dari simbol-simbol yang didesain. Ada 3 komponen dari kartografi desain : warna, pola, dan tipografi (seni cetak, tata huruf). Ada banyak cara memetakan data ruang (spasial) yang kesemuanya harus disajikan dengan simbol. Untuk memudahkan pelaksanaan simbolisasi dari banyak variasi data maka diadakan klasifikasi simbol. 1. Simbol Titik Simbol titik digunakan untuk menyajikan tempat atau data posisional seperti suatu kota, titik triangulasi dan sebagainya. Simbol tersebut bias berupa dot, segitiga, segiempat, lingkaran, dan sebagainya. 2. Simbol Garis Digunakan untuk menyajikan data-data geografis misalnya sungai, batas wilayah, jalan dan sebagainya.
2
IV. LANGKAH KERJA 1. Periksalah dengan teliti bentuk kenampakkan yang ada pada peta. Apabila saudara cermati, kenampakan tersebut dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu : kenampakkan titik, garis dan wilayah (area). 2. Salinlah semua kenampakkan yang ada pada peta tersebut di atas kertas blad (transparan). 3. Setelah hasil salinan selesai, cantumkan nama dan nomor mahasiswa saudara di kanan bawah. Catatan : 1. Gunakan rapido dengan ukuran sesuai dengan kenampakkan yang saudara gambarkan. 2. Uraikan secara singkat hasil kerja saudara (bentuk kenampakkan apa yang paling mudah dan sulit untuk digambarkan).
V. HASIL PRAKTIKUM
3
Hasil blad (Terlampir)
VI.
PEMBAHASAN
VII.
KESIMPULAN
KARTOGRAFI DASAR ACARA II SKALA PETA
I. TUJUAN Praktikum dapat memahami dan mempraktekkan transformasi skala peta dan mengubah (memperbesar/memperkecil) skala peta.
II. ALAT DAN BAHAN 1. Guide map atau peta yang akan dijadikan objek praktikum 2. .. 3. .. 4. ..
III.DASAR TEORI Definisi peta (menurut ICA) : A map is a representation, normally to scale and on a fiat medium, of a selection or material or abstract features on, or in relation to the earth’s surface or of a celestial body (The Multilingual Dictionary of Technical Terms in Cartography, ICA1973). Terjemahan bebas : “Peta adalah suatu representasi/ gambaran unsur-unsur atau kenampakan-kenampakan abstrak, yang dipilih di permukaan bumi, atau yang ada kaitannya dengan permukaan bumi atau benda-benda angkasa, dan pada umumnya digambarkan pada suatu bidang datar dan diperkecil/ diskalakan”. Dengan demikian skala peta adalah perbandingan antar jarak di peta, globe, model relative atau penampang melintang dengan jarak sesungguhnya di permukaan bumi.
4
Skala peta dibedakan lagi menjadi : 1. Skala angka/ skala pecahan Skala yang dinyatakan dengan angka dan pecahan Contoh : -
Skala angka (numerical scale) = 1 : 50.000
-
Skala pecahan (representative fraction) = RF -
Hal ini menunjukkan bahwa satu satuan jarak pada peta mewakili 50.000 satuan jarak horizontal di permukaan bumi. Jadi berarti : -
1 cm dipeta mewakili 50.000 cm di lapangan (500 m) atau
-
1 inci mewakili 50.000 inci atau
km.
.
2. Skala yang dinyatakan dengan kalimat Pada peta-peta yang menggunakan satuan pengukuran metric (misalnya peta-peta di Inggris), skala yang dinyatakan dengan kalimat sering dilakukan. Contoh : “1 inch to one mile” ------ 1 : 63360 “1 inch to two mile” ------ 1 : 126.720 Tetapi cara ini, biasanya sebagai tambahan di samping cara-cara yang lain. 3. Skala grafis (graphical scale line) Dari skala angka 1 : 50.000, menjadi skala grafis sebagai berikut
5
1 km
0 km
1 km
2 km
3 km
2 km
3 km
1 : 50.000
1 km
0 km
1 km
1 :50.000 iiii
1 km
0
1
2
3 mile
Untuk menentukan panjang dari skala grafis, dapat digunakan rumus sederhana sebagai berikut :
Dimana : S
= Skala, sebagai suatu pecahan Misal 1 : 25.000
MD
= Jarak pada peta
GD
= Jarak dilapangan
Contoh : Pada peta skala 1 : 25.000, tentukan panjang skala grafis yang mencerminkan jarak 5 km di lapangan. Diketahui
:
Skala = 1 : 25.000 GD
Ditanyakan
6
:
= 4 km
Jarak pada peta ?
Jawab
:
S
=
MD
= S GD
MD
=
MD
= 16 cm
0
4
0 km
1
8
2
12
3
16 cm
4 km
Pada peta-peta yang tidak menggunakan satuan pengukuran metric (misalnya peta-peta di Inggris), skala yang dinyatakan dengan kalimat sering dilakukan. Memperbesar dan memperkecil peta (mengubah skala peta) 1. Dengan sistem grid bujur sangkar (grid square), cara ini dikenal dengan metode Union Jack. 2. Dengan alat Pantograph. 3. Dengan alat Map-O-Graph. 4. Proses Photograph. Cara memperbesar dan memperkecil peta pada dengan proses fotografi ini cukup mahal biayanya, karena harus menggunakan film negatif dan film positif.
7
IV. LANGKAH KERJA 1. Perhatikan secara seksama peta yang saudara hadapi. Sesuai dengan intruksi pembimbing, cantumkan skala peta secara numerik (numerical scale). 2. .. 3. ... Catatan : Dalam melaksanakan pembesaran/ pengecilan data, perhatikan banyaknya garis gambar/ garis pada peta yang dirubah skalanya, akan berubah sesuai dengan angka perubahannya.
V. PEMBAHASAN
VI. KESIMPULAN
8
KARTOGRAFI DASAR ACARA III PROYEKSI PETA DAN PENGUKURAN DISTORSI
I. TUJUAN Memberikan keterampilan kepada praktikan agar dapat menggambarkan konstruksi proyeksi silinder, kerucut dan azimuth.
II. ALAT DAN BAHAN 1. Globe 2. Kertas kalkir 3. .. 4. ..
III.DASAR TEORI Untuk memindahkan bidang lengkung ke bidang datar tidak mungkin dilakukan tanpa kesalahan. Berdasarkan hal ini maka dicari caracara untuk memindahkan bidang lengkung tersebut ke bidang datar dengan kesalahan yang sekecil-kecilnya. Cara-cara inilah yang disebut dengan proyeksi peta. Menurut Erwin Raisz, proyeksi peta adalah sistimpararel dan meridian untuk menggambarkan peta. Sedangkan menurut Steers, proyeksi peta adalah cara menggambarkan garis-garis pararel dan meridian dari globe ke kertas datar. Walaupun sangat sukar untuk membuat peta yang tepat dari bagian bola dunia, tetapi bukan berarti sukar untuk menentukan kualitas dari proyeksi yang digunakan Kualitas dari proyeksi tergantung pada Luas daerahnya 9
Bentuk daerahnya
-
Skala yang digunakan
-
Hubungan satu dengan yang lain
-
Mudahnya menggambarkan
Proyeksi peta dapat digolongkan menjadi beberapa dasar yaitu : 1. Berdasarkan garis karakteristik, dibedakan adanya 3 macam proyeksi yaitu : a. Proyeksi normal, dimana garis karakteristik berimpit dengan sumbu bumi. b. Proyeksi transversal, garis karakteristik tegak lurus pada sumbu bumi. c. Proyeksi oblique, (miring), garis karakteristik membentuk sudut lancip dengan sumbu bumi. 2. Berdasarkan kesalahannya Dengan mengabaikan unsur-unsur lainnya kita dapat mempertahankan kebenaran dari salah satu segi, dalam hal ini dibedakan : a. Proyeksi equivalent, luasnya tetap benar, artinya luas bagianbagian dari peta itu sama dengan luas bagian-bagian tersebut pada globe dengan skala yang sama. b. Proyeksi equidistant, proyeksi yang jaraknya tetap, artinya pada jarak dengan arah tertentu pada peta sama dengan jarak itu pada globe dengan skala yang sama. c. Proyeksi conform, proyeksi yang bentuknya tetap artinya bentuk pada peta sama dengan bentuknya di globe dengan skala yang sama. Tetapi harus diingat bahwa bentuk yang tetap ini hanya mungkin untuk luas yang terbatas saja. Syarat-syaratnya ialah : -
Paralel dan meridian saling tegak lurus.
-
Skala ke segala arah pada setiap titik harus sama, tetapi skala dari titik yang satu ke titik yang lain boleh berbeda.
10
Perbandingan unsur parallel dan meridian tetap.
3. Berdasarkan konstruksinya a. Proyeksi perspektif, proyeksi yang kontruksinya memang bersifat mathematis, jadi sama dengan proyeksi dalam artian umumnya. b. Proyeksi non perspektif, adalah proyeksi yang tidak bersifat perspektif tetapi menggunakan modifikasi dari proyeksi perspektif. Ini biasanya dibuat untuk praktisnya saja. 4. Berdasarkan bidang proyeksi a. Proyeksi Zenithal atau Azimuthal Bidang proyeksi berupa bidang datar yang menyinggung bola pada kutub, equator atau disembarang tempat. b. Proyeksi Silinder Pada proyeksi ini semua parallel merupakan garis lurus horizontal dan semua meridian berupa garis lurus vertical. Karena itu semua proyeksi-proyeksi dengan parallel horizontal dan meridian vertical sering digolongkan dalam proyeksi silinder ini. c. Proyeksi Kerucut Didapat dengan memproyeksikan globe pada kerucut yang menyinggung
atau
memotong
globe,
kemudian
dibuka.
Membentangnya proyeksi ini ditentukan oleh sudut puncaknya. Tiap proyeksi kerucut yang normal mempunyai parallel yang melingkar dan meridian berupa garis lurus yang radian. Terutama baik untuk daerah-daerah yang terletak dilintang tengahan.
Memilih Proyeksi Yang
kita
persoalkan
dalam
proyeksi
ini
adalah
menggambarkan permukaan bumi dengan suatu cara yang mempunyai kesalahan yang sekecil-kecilnya. Seperti telah diterangkan didepan, kesalahan dari tiap proyeksi itu pasti ada, kesalahan ini dapat berupa kesalahan bentuk, luas maupun jaraknya.
11
Ada juga proyeksi yang dapat mempertahankan kebenaran salah satu segi, meskipun dengan akibat kesalahan pada segi lain diperbesar. Oleh karena itu kita dapat memilih salah satu proyeksi yang kita anggap sesuai dengan tujuan. Untuk itu kita perlu diperhatikan dalam memilih proyeksi peta yaitu mengetahui : 1. Maksud pemetaan 2. Besar atau luasnya daerah 3. Bentuk daerah 4. Letak daerah 5. Mudah penggambarannya
Untuk menggambarkan peta diagram yang sederhana lebih baik digunakan proyeksi peta dengan parallel dan meridian yang lurus (horizontal dan vertical), karena : -
Lettering tidak perlu membengkok
-
Parallel dan meridian dapat dihapuskan, hanya dipinggirnya saja diberi angka pembagian derajat. Untuk peta yang menunjukkan hubungan antar jumlah dan
penyebaran sesuatu dengan luas daerah, lebih baik kita gunakan proyeksi equill area. Ini misalnya saja peta rapat penduduk, hasil bumi, peta iklim dan sebagainya. Besar atau luas suatu daerah juga mempengaruhi pemilihan proyeksi peta ini. Untuk daerah yang sempit, banyak proyeksi yang dapat digunakan, karena penggambarannya yang tak akan banyak kesalahan. Untuk peta yang skala dunia biasanya digunakan proyeksi konvesional. Bentuk daerah yang membujur misalnya (arah timur barat sebaiknya digunakan proyeksi yang kesalahannya terutama ke arah 12
utara selatan. Misalnya proyeksi silinder, kerucut. Untuk daerah yang membujur dengan arah utara selatan maka digunakan proyeksi peta dengan kesalahannya terutama ke arah timur dan barat. Misalnya proyeksi sinusoidal. Letak daerah yang dipetakan juga menjadi salah satu pertimbangan untuk memilih proyeksi peta yang digunakan. Pada garis besaranya dapat dikatakan bahwa : -
Proyeksi silinder sesuai untuk daerah equator.
-
Proyeksi kerucut sesuai untuk daerah lintang tengah.
-
Proyeksi azimunthal sesuai untuk daerah kutub. Tapi karena berpusat, maka sering digunakan.
IV. INTRUKSI 1. Pilihlah salah satu sistem proyeksi. Pemilihan bidang proyeksi dan segi kinstruksi ditetapkan oleh pembimbing. 2. ... 3. ... Contoh : 1. Kedudukan sumbu simetri yang digunakan pada praktikum ini adalah kedudukan “normal”. 2. Untuk mengetahui distorsi jarak, dapat diketahui dengan menghitung jarak dua titik di globe dan bandingkan dengan jarak dua titik yang sama di peta, distorsi arah, bentuk, dan luas pada prinsipnya sama dengan pengukuran distorsi jarak. Pengukuran besarnya distorsi yang harus diukur, ditentukan pada tiga lokasi, yaitu : lintang rendah, lintang sedang dan lintang tinggi. 3. Prinsip pembuatan jaring-jaring proyeksi normal dengan tiga macam bidang proyeksi yang digunakan dapat dilihat pada lampiran.
13
V. PERHITUNGAN Proyeksi Silinder Diketahui : r. bumi
Ditanya
= 6400 km
Skala
= 1 : 64.000.000
Interval
= 15˚
: 1. Cari jari-jari proyeksi 2. Cari interval meridian 3. Cari berapa banyaknya garis 4. Berapa garis panjang parallel
Jawab
:
Langkah I : Cari jari-jari proyeksi
Langkah II : Cari interval meridian
Langkah III : Cari banyaknya garis
Langkah IV : Panjang garis parallel = interval meridian = 2,6 24 = 62,4 cm
14
jumlah garis meridian
Diketahui : r. bumi
= 6400 km
Skala
= 1 : 200.000.000
Interval
= 22,5
Diketahui : Buat Proyeksi Azimuth Gnomonis & Azimuth Stereografis Jawab
: r. proyeksi = r. bumi
skala
6400
= r.proyeksi = 3,2 cm
VI. PEMBAHASAN
VII.
15
KESIMPULAN
KARTOGRAFI DASAR ACARA IV REPRESENTASI RELIEF
I. TUJUAN Memperkenalkan dan melatih praktikan menggambarkan bentuk relief dengan metode garis kontur dan menggambar kesan tiga dimensi dengan cara hill shading, layar shading, dan blok diagram.
II. ALAT DAN BAHAN 1. Peta sebaran titik pengukuran (guide map) yang akan dibuat garis kontur. 2. Rapidograph 3. .. 4. ..
III.DASAR TEORI Relief adalah bertentangan fisikal, konfigurasi nyata dari permukaan bumi atau dalam arti bebas adalah perbedaan-perbedaan ketinggian dan kemiringan permukaan bumi. (Dictionary of Geography). Untuk menggambarkan bentuk tiga dimensional dari relief ini ada beberapa macam. Dalam praktikum ini yang dipakai adalah dengan metode garis kontur. Ada dua cara yang diperfungsikan yaitu “hillshading”dan “layer shading” yaitu dengan arus iran dan dengan warna. Untuk itu perlu dipahami dulu mengenai garis kontur, baik cara pembuatannya maupun ketentuan-ketentuan yang lain. Garis kontur adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang mempunyai ketinggian sama, di atas atau dibawah suatu bidang reference
16
(datum plane). Adapun beberapa sifat garis kontur yang perlu diketahui adalah : -
Garis kontur yang rapat, lerengnya curam.
-
Garis kontur selalu bersifat horizontal.
-
Garis kontur selalu membelak-belok mengikuti bentuk lerengnya.
-
Garis kontur selalu tegak lurus terhadap aliran/ alur sungai.
-
Garis kontur selalu tertutup. Untuk membaca ketinggian pada garis kontur tertentu terdapat
angka indeks kontur, yaitu yang menunjukkan beberapa ketinggian garis kontur tersebut. Juga dengan indeks ini dapat diketahui beberapa kontur intervalnya (ci). Contur interval atau interval kontur adalah jarak vertikal pada tiap-tiap garis kontur, yang besarnya dibuat tetap pada peta. Penentuan interval kontur tergantung pada : 1. Tujuan pemetaan Bila ingin mengetahui relief secara teliti, dibuat kontur yang kecil. 2. Skala peta Skala kecil, maka ci besar Skala besar, maka ci kecil Rumus umum yang sering di pergunakan
adalah sebagi berikut :
a. Ci = b. Skala imperial = ci = (25
mile/ inchi) feet.
3. Konfigurasi relief Relief aksar/ bergunung-gunung, sebaiknya ci besar. Relief datar ci kecil, supaya lebih tampak bedanya, 4. Pengukuran tinggi tempat Untuk mendapatkan relief yang baik, diperlukan kontur rapat, sehingga memerlukan survai detail. Kalau pengukurannya tidak teliti sebaiknya ci dibuat besar. 17
Penggambaran garis kontur dapat dilakukan dengan dua cara yaitu (bila diketahui titik-titik ketinggiannya): -
Interpolasi linier
-
Interpolasi grafis
Kedua cara tersebut di atas biasa disebut dengan logical conturing. Berdasarkan garis kontur tersebut, konfigurasi relief lebih mudah dibaca, bila dibandingkan dengan metode yang lain. Namun demikian kadang-kadang penggambaran relief dengan garis kontur saja kesan tiga dimensional sulit digambarkan, sehingga timbul cara yaitu hill shading dan layer shading(hypsometric shading). a. Hill Shading Adalah pemberian bayangan pada suatu gambaran relief untuk menciptakan suatu bentuk tiga dimensional pada metode garis kontur. Prinsip yang dipakai adalah dengan prinsip penyinaran. Biasanya penyinaran/ arah sinar datang dari arah barat laut, sehingga bayangan terjadi di sebelah tenggara. b. Layer Shading Walaupun garis kontur memberikan informasi mengenai ketinggian dan kemiringan, namun metode ini tidak membantu pada pembaca dan kemiringan, namun metode ini tidak membantu pada pembaca peta tentang kesan yang menyeluruh (kesan relief) pada suatu peta. Untuk mengatasi masalah ini pada zone-zone ketinggian tertentu diberi warna dan hal ini akan memberikan kesan yang menyeluruh, sehingga relief secara keseluruhan diketahui dengan jelas. Penggunaan
skala
warna
pada
metode
ini
dibuat
sedemikian rupa sehingga dapat memberikan kesan ketinggian dari rendah ke lebih tinggi. Misalnya : daerah/ zone ketinggian 100-200 m : biru daerah/ zone ketinggian 200-300 m : hijau 18
Warna yang paling banyak digunakan untuk mencerminkan relief adalah dari warna hijau tua (dark green) untuk daerah yang lebih rendah, sampai ke warna hijau muda, kuning dan coklat untuk daerah yang lebih tinggi. Contoh (yang sering digunakan) : 2000 – 4000
: merah coklat (brown-red)
2000 – 4000
: coklat merah (red-brown)
1000 – 2000
: coklat (brown)
500 – 1000
: coklat muda (light- brown)
200 – 500
: kuning (yellow)
100 – 200
: hijau kuning (yellow-green)
100
: hijau biru
IV. INTRUKSI 1. Lihat guid map (peta sebaran titik-titik hasil pengukuran di lapangan) Pada peta tersebut sudah tergambar sebagai garis kontur yang dapat digunakan sebagai pertolongan pembuatan garis kontur yang lain. 2. Berdasarkan titik-titik ketinggian tersebut, gambarkan garis kontur dengan cara Logical contour, dengan interval kontur (ci) = 25 meter. 3. Kontur petunjuk (index contour) digambarkan dengan lebih tebal dan cantumkan angka konturnya. 4. Apabila penggambaran kontur sudah saudara anggap benar, pindahkan pada kertas blad dan digandakan sebanyak tiga lembar. 5. Khusus untuk lembar ketiga, kecil dua kali. 6. Pada lembar pertama : berdasarkan garis kontur, tonjolkan kesan tiga dimensi dengan cara hill shading. 7. Pada lembar kedua : berdasarkan garis kontur, tonjolkan kesan tiga dimensi dengan cara layer shading.
19
8. Pada lembar ketiga : berdasarkan garis kontur, tonjolkan kesan tiga dimensi dengan membuat blok diagram. V. HASIL PERHITUNGAN KONTUR
20
VI. PEMBAHASAN
VII.
21
KESIMPULAN
KARTOGRAFI DASAR ACARA V MEMPERKIRAKAN LUAS DAN VOLUME GENANGAN I. TUJUAN Memberikan keterampilan kepada praktikan untuk menghitung luas suatu bentuk tidak teratur dan memperkirakan volume atau genangan air pada suatu bendungan/ waduk.
II. ALAT DAN BAHAN 1. Peta kontur 2. Kertas Milimeter 3. .. 4. .. 5. .. dst III.DASAR TEORI Untuk mengukur luas genangan suatu permukaan lain yang tidak teratur bentuknya dapat dengan menggunakan beberapa metode. Metode itu masing-masing mempunyai kelemahan dan kelebihan sendirisendiri. Da ri pengukuran luas itu dapat ditentukan pula volume dari genangan tersebut. Syarat yang diperlukan dari perhitungan luas dan volume ini adalah garis-garis kontur yang terdapat pada peta daerah tersebut.
a. Square Method Metode ini adalah cara yang paling sering digunakan apabila peralatan yang dipelukan kurang memadai. Selain itu cara ini mudah untuk dilakukan. Peralatan yang diperlukan hanyalah alat tulis seperti penggaris dan pensil. Pekerjaan untuk square method atau metode grid 22
ini adalah dengan membuat grid atau kotak-kotak dengan sisi yang mempunyai panjang tertentu pada gambar daerah yang akan dihitung luasnya. Hasil yang diperoleh memang tingkat ketelitiannya tidak tinggi tetapi sangat tergantung dari panjang sisi atau luas kotak yang digunakan. Semakin besar kotak yang dibuat, maka akan semakin kecil tingkat ketelitiannya, dan sebaliknya bila kotak yang dibuat itu kecil-kecil maka ketelitiannya akan lebih tinggi. Misal skalanya 1 : 50.000, maka : 1 cm
= 500 meter atau = 25.000 m2
Luas
= jumlah grid
luas grid
(penyebut skala)2
b. Stripped Method Cara ini dilakukan juga bila tidak tersedia cukup peralatan, khususnya peralatan untuk mengukur luas. Metode ini adalah dengan menggunakan garis-garis sejajar yang dibuat sedemikian rupa sehingga seluruh daerah yang akan diukur luasnya terbagi menjadi beberapa bagian oleh garis-garis ini. Dengan mengukur masingmasing daerah yang dibatasi oleh garis-garis tersebut kemudian menjumlahkanya menjadi luas total, maka luas daerah tersebut dapat dihitung dengan mengalikan luas total tersebut dengan penyebut skala. Rumus : Luas total = LI + LII + LIII + LIV + LV + LVI Luas di lapangan = L Total
(penyebut skala)
c. Triangle Method Metode ini pada prinsipnya menggunakan luas segitig, yang dibuat sedemikian hingga seluruh daerah terbagi menjadi beberapa buah segitiga. Untuk lebih memudahkan perhitungan dapat ditarik
23
garis tegak lurus dengan salah satu sisi segitiga yang berfungsi sebagai alasnya. Sehingga luas segitiga dapat dihitung dengan menggunakan rumus segitiga biasa. Rumus : Luas = ½ alas tinggi Luas = ∑ luas segitiga + ∑ luas offset X (skala peta)2 d. Metode Planimeter Metode ini dengan menggunakan alat planimeter. Dengan alat ini maka pekerjaan dapat menjadi lebih cepat dan ketelitian yang dihasilkan cukup tinggi. Pemasangan alat yang benar sangat mempengaruhi tingkat ketelitian yang diperoleh. Rumus : unit area (m2)
Luas
= Hasil pembacaan
Luas total
= LI + LII + LIII + …… LN
Luas di lapangan
= L total
(penyebut skala)
Dari hasil pengukuran luas tersebut dapat dihitung volume suatu genangan, yaitu dengan mengukur luas daerah ruang dibatasi oleh tiap-tiap kontur pada genangan tersebut. Jadi pada prinsipnya kita ukur lebih dulu luas tiap-tiap daerah yang dibatasi tiap kontur, lalu dengan suatu formula dapat kita tentukan volumenya.
Formula yang digunakan adalah : Volume = Ci
+ L2 +L3 ………………. Ln
Dimana Ci adalah contur interval (interval kontur) Volume = RUMUS UMUM : Volume =
24
IV. PERHITUNGAN -
Square Method Diketahui
: Skala 1 : 50.000 L. Grid = 1 cm
1 cm = 1 cm
Jumlah Grid = 125 buah Ditanya
: Luas daerah sebenarnya ?
Jawab : Jumlah Grid
L. Grid (Penyebut Skala)2 (50.000)2
= 125
1 cm
= 125
2.500.000.0002
= 312.500.000.000cm2 = 13,25 Km2
-
Stripped Method Diketahui : Skala 1 : 50.000 Luas : L1 = 2,6 cm
L6 = 11 cm
L11 = 10 cm
L2 = 5,4cm
L7 = 12 cm
L12 = 8,5 cm
L3 = 9 cm
L8 = 10,6 cm
L13 = 5,4 cm
L4 = 12 cm
L9 = 10,5 cm
L14 =1 cm
L5 = 12,5 cm
L10 = 10,5 cm
Ditanya
: Luas daerah sebenarnya ?
Jawab : Luas total = 120,5cm Skala
= 1: 50.000
Luas di lapangan : luas Total
25
(Penyebut Skala)2
= 120,5 cm (50.000)2 = 120,5 cm x 2.500.000.000 cm2 = 301.250.000.000 cm2 = 30,125 km2
-
Triangel
Titik : 475 1.
Dik a : 0,6 cm t : 3 cm Dit L. segitiga ? xaxt x 0,6 x 3 = 0,9 cm
2. Dik a : 2,2 cm t : 3,4 cm Dit L. segitiga ? xaxt x 2,2 x 3,4 = 3,74 cm 3. Dik a : 3,5 cm t : 4,3 cm Dit L. segitiga ? xaxt x 3,5 x 4,3 = 7,525 cm 4. Dik a : 3,1 cm t : 4,6 cm Dit L. segitiga ?
26
xaxt x 3,1 x 4,6 = 7,13 cm 5. Dik a : 3,4 cm t : 2,4 cm Dit L. segitiga ? xaxt x 3,4 x 2,4 = 4,08 cm 6. Dik a : 4,2 cm t : 1,7 cm Dit L. segitiga ? xaxt x 4,2 x 1,7 = 3,57 cm 7. Dik a : 3,8 cm t : 2,2 cm Dit L. segitiga ? xaxt x 3,8 x 2,2 = 4,18 cm 8. Dik a : 2,4 cm t : 1,2 cm Dit L. segitiga ? xaxt x 2,4 x 1,2 = 1,44 cm 9. Dik a : 1,6 cm 27
t : 2,9 cm Dit L. segi tiga ? xaxt x 1,6 x 2,9 = 2,32 cm Jumlah total Luas Segi tiga 0,8+3,74+7,525+7,13+4,08+3,57+4,18+1,44+2,32=34,885 cm Offset O1: 0.6 + O2: 0.3 + O3:0.7 + O4:0.8 + O5: 0.3 +O6: 0.5 +O7: 0.5 +O8: 0.8 +O9:0.4 + O10: 0.5 +O11: 0.3 +O12: 0.6 +O13: 1,3 +O14: 0.4 + O15: 0.7 +O16: 0.8 +O17: 0.4 +O18: 0.6 +O19: 0.5 +O20:0.4 +O21: 0.6 +O22: 0.5 +O23: 0.5 +O24: 0.5 + O25: 0.5 + O26: 0.3 + O27: 0.8 + O28:0.8 + O29: 0.7 +O30: 0.7 + O31: 0.5 +O32: 0.8 +O33:0.6 +O34: 0.6 +O35: 0.3 +O36: 0.4 +O37: 0.1 +O38: 0.2 +O39: 0.3+O40:3=21,8 cm Luas Offset
Triangel x a x t + L. Offset = 34,885 cm + 0.545 cm = 35,43 cm = 0.00035 km Titik 450 1.
Dik a : 1,8 cm t : 3 cm Dit L. segitiga ? xaxt x 1,8 x 3
28
= 2,7 cm 2. Dik a : 2,3 cm t : 2,3 cm Dit L. segitiga ? xaxt x 2,3 x 2,3 = 3,795 cm 3. Dik a : 2,3 cm t : 3,5 cm Dit L. segitiga ? xaxt x 2,3 x 3,5 = 4,025 cm 4. Dik a : 1,1 cm t : 3,3 cm Dit L. segitiga ? xaxt x1,1 x 3,3 = 1,815 cm 5. Dik a : 0,7 cm t : 1,8 cm Dit L. segitiga ? xaxt x 0,7 x 1,8 = 0,63 cm 6. Dik a : 1,3 cm t : 2,4 cm Dit L. segitiga ? 29
xaxt x 1.3 x 2,4 = 1,56 cm 7. Dik a : 0,8 cm t : 1 cm Dit L. segitiga ? xaxt x 0,8 x 1 = 0,4 cm Jumlah total Luas segitiga 2,7+3,795+4,025+1,815+-0,63+1,56+0,4=14,925 Offset 450 O1: 0.2 + O2: 0.8 + O3:0.5 + O4:0.5 + O5: 0.8 +O6: 0.2 +O7: 0.7 +O8: 0.8 +O9:0.4 + O10: 0.2 +O11: 0.4 +O12: 0.6 +O13: 0.5 +O14: 0.5 + O15: 0.3 +O16: 0.1 +O17: 0.3 +O18: 0.7 +O19: 0.3 +O20:0.7 +O21: 0.4 +O22: 0.3 +O23: 0.2 +O24: 0.3 + O25: 0.7 = 11,4
= 0,456 cm Triangel x a x t + L.Offset = 14,952 cm + 0.456 cm = 15,381 cm = 0.00015 km
30
Titik 425 1.
Dik a : 2,2 cm t : 1cm Dit L. segitiga ? xaxt x 2,2 x 1 = 1,1 cm
2. Dik a : 1,7 cm t : 1,7 cm Dit L. segitiga ? xaxt x 1,7 x 1,7 = 1,445 cm 3. Dik a : 2,9 cm t :1,3 cm Dit L. segitiga ? xaxt x 2,9 x 2,9 = 1,885 cm Offset 425 O1: 0.3 + O2: 0.9 + O3:0.3 + O4:0.5 + O5: 0.8 +O6: 0.4 +O7: 0.6 +O8: 0.4 +O9:0.5 + O10: 0.3 +O11: 0.1 +O12: 0.8 =5,9
= 0.49 cm Tryangel x a x t + L.Offset
31
= 4,43 cm + 0,49 cm = 4,92 cm = 0.0005 km
V. PEMBAHASAN
VI. KESIMPULAN
32
KARTOGRAFI DASAR ACARA VI PEMBUATAN PENAMPANG (PROFIL), MENGHITUNG KEMIRINGAN LERENG DAN MENENTUKAN SALING TAMPAK (INTERVISIBILITY) I. TUJUAN Memberikan keterampilan kepada mahasiswa dalam hal pembuatan profil menghitung kemiringan lereng dan mengamati keadaan saling tampak pada beberapa titik yang telah ditentukan.
II. ALAT DAN BAHAN 1. Peta Kontur 2. .. 3. .. 4. ..
III.DASAR TEORI Profil atau penampang atau vertical section adalah gambaran bentuk suatu penampang dari suatu daerah apabila daerah tersebut dipotong oleh suatu bidang vertikal yang tegak lurus pada permukaan.
profile line
vertical line
base line
33
Penggambaran profil dapat dengan dua cara yaitu: 1. Skala horizontal sama dengan skala vertical Car ini akan menggambarkan keadaan yang sama dengan keadaan sebenarnya dilapangan sehingga konfigurasi relief tidak jelas. Tetapi untuk tujuan tertentu hal ini penting untuk dibuat, sebab bila dengan pembesaran skala kadang akan membuat kesalahan. 2. Skal vertical diperbesar atau dengan skala exaggeration Atau bisa dikenal dengan VE, sedangkan skala horizontal tetap, gambar yang dihasilkan akan lain keadaan yang sebenarnya, dan relief yang ditampilkan akan tampak lebih jelas. Profil suatu wilayah perlu dibuat, untuk memberikan gambaran yang paling mudah dimengerti tentang suatu lereng yang digambarkan sepanjang garis tertentu. Pembuatan vertical exageration tergantung dari: 1.
Maksud pembuatan profil pekerjaan yang memerlka konfigurasi relief memerluka VE, contohnya adalah Pembuatan Dam atau Waduk Mengetahui kind form, morfologi dan sebagainya
Untuk membuat suatu penampang geologi tidak bisa menggunakan vertical exaggeration karena dalam mengukur suatu dip perlapisan bisa menjadi salah 2.
Konfigurasi relief
Relief kasar, maka tidak perlu dengan VE
Relief halus sangat memerlukan relief yang nyata atau tegas, sehingga memerlukan vertical exaggeration.
Profil dibuat untuk tujuan-tujuan tertentu, penggunaan dari profil antara lain adalah sebagai berikut:
34
1.
Visibility problem Yaitu menentukan daerah yang nampak dan tidak nampak, bila seseorang berdiri disuatu tempat, biasnya untuk suatu proyek pariwisata.
Misalnya untuk membuat suatu jaringan jalan maka perlu dilakukan pemotongan dan mengurukan/ pengukuran. Dengan membuat profil maka dapat ditentukan berapa volume tanah yang dipotong dan berapa yang ditimbun.
Gambar cara pembuatan profil dari sebuah peta kontur:
Dengan mengetahui ketinggian dari garis kontur, kita dapat membuat suatu perhitungan kemiringan lereng. Dengan melihat skala peta kita dapatkan berapa jarak sebenarnya di lapangan. Kemudian beda tinggi dari kedua tepat tersebut dapat diketahui dengan melihat garis konturnya. Setelah diketahui jarak mendatar dan jarak vertikal maka kemiringan lereng suatu penggal lereng dapat dihitung. Formula yang digunakan adalah sebagai berikut. Tg =
35
IV. INTRUKSI 1. Perhatikan secara seksama, pada kontur yang saudara gunakan sebagai bahan praktikum. 2. Buatlah profil dari titik A ke titik E bila konfigurasi relief yang dihasilkan kurang tegas, dapat digunakan perbesaran skala vertikal (vertical exaggeration). Hitung besar kemiringan lereng (nyatakan dalam lima cara), bagaimana bentuk lerengnya dan bagaimana bentuk reliefnya. 3. Amatilah apakah titik A dan titik E saling tampak atau tidak. Beri alasan mengapa demikian. Catatan : Bentuk lereng cukup dibedakan menjadi lereng cembung atau lereng cekung. Benuk relief dapat dibedakan menjadi datar, berombak, bergelombang, berbukit kecil, berbukit sedang, berbukit dan bergunung. -
Bentuk relief bergelombang jika jarak puncak ke lembah kurang dari 10 m.
-
Bentuk relief jika jarak puncak ke lembah lebih dari 10 m.
V. PERHITUNGAN Menghitung kemiringan lereng pada peta kontur. Dik: Jarak AE Dimana
Skala
= 1,3 cm A = Sebagai titik terendah
413
E = Sebagai titik tertinggi
406
= 1 : 25000
Dit : Berapa kemiringan lereng AE ? Hitunglah dalam bentuk desimal, persen (%), dan derajat ( ⁰ )
36
Jawab Cara I
0,00012 (Desimal) = 0,012 % = 0,0068⁰ (derajat) Dik: Jarak AE
= 1,3 cm
Dimana
E = Sebagai titik terendah
406
A = Sebagai titik tertinggi 410 Skala = 1 : 25000 Dit : Berapa kemiringan lereng AE ? Hitunglah dalam bentuk desimal, persen (%), dan derajat ( ⁰ ) Jawab Cara II Tg α
(persen) 37
0⁰, 0’, 43,2’’ Dik: Jarak BE Dimana
= 2 cm B =Sebagai titik tertinggi E = Sebagai titik tetendah
Skala
435 406
1 : 25000
Dit : Berapa kemiringan lereng BE ? Hitunglah dalam bentuk desimal, persen (%), dan derajat ( ⁰ ) Jawab Cara I
0,00034 (Desimal) = 0,034 % (persen) = 0,019⁰(Derajat) Dik: Jarak BE Dimana
= 3,4 cm B =Sebagai titik tertinggi
E = Sebagai titik tetendah
38
406
435
Skala
1 : 25000
Dit : Berapa kemiringan lereng BE ? Hitunglah dalam bentuk desimal, persen (%), dan derajat ( ⁰ ) Jawab Cara II
0,034
(Desimal)
=3,4 % (persen) = 0⁰, 2’, 2,4’’(Derajat) VI. PEMBAHASAN
VII.
KESIMPULAN .
39
KARTOGRAFI DASAR ACARA VII LETTERING DAN TATA LETAK PETA I. TUJUAN Melatih praktikan untuk dapat merancang tata letak (layout) dan menempatkan nama-nama geografi dalah suatu peta sesuai dengan komposisi yang benar.
II. ALAT DAN BAHAN 1. Peta kepulauan yang dipilih sebagai guide map beserta nama-nama geografi. 2. .. 3. ... dst
III.DASAR TEORI Layout atau tata letak adalah menyusun atau megatur informasi tepi (marginal information) peta supaya posisi masing-masing elemen secara bersama-sama nampak harmonis. Informasi tepi peta meliputi : judul, skala peta, bingkai, nomer seri peta dan inset. Semua informasi yang akan dimasukkan kedalam peta perlu dipertimbangkan terlebih dahulu bagian kosong dari lembar peta. Sehingga akan didapatkan hasil peta yang lebih menarik, dan seimbang. Komposisi peta tergantung pada ruangan yang ada pada peta dan juga seni dari si pembuat peta.
40
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam layout peta : 1. Judul Peta Menunjukkan daerah yang digambarkan dalam waktu tertentu atau disebut pula jenis petanya. Misal : peta migrasi penduduk Jawa tahun 1984. Judul dapat diletakkan di sebelah kanan atas, kiri atau tengah atas dari peta, tergantung pada komposisi peta. Tulisan judul peta lebih menyolok dari pada nama daerah penelitian lainnya, sehingga pembaca peta dapat dengan mudah dan jelas mengerti judul peta tersebut. Ukuran huruf antara tema, daerah penelitian dan skala tidak sama dan ukuran huruf disesuaikan dengan ukuran peta. Dibawah judul biasanya disertakan skala peta baik skala numeris maupun skala grafis. Tulisan skala lebih kecil dari tema dan daerah penelitian. 2.
Orientasi Biasanya diletakkan ditempat yang kosong dan dibuat kira-kira tegak lurus ke atas tepat dibawah judul. Sebenarnya posisi orientasi ini tidak harus dibawah judul, tetapi tergantung dari posisi peta dan ruang yang memungkinkan sehingga memberikan kesan yang menarik dan harmonis. Bila telah ada grid-gridnya, maka panah Utara tidak perlu.
3. Legenda Legenda
ini
merupakan
kunci
peta,
sehingga
harus
mengandung keterangan simbol-simbol yang dipergunakan baik symbol titik, garis maupun area. Disamping itu arti singkatan didalam peta harus dicantumkan pula. Legenda diletakkan didalam garis tepi peta dibagian kanan atau kiri bawah.
41
4. Graticule (letak lintang-bujur) Angka ditulis dengan garis tepi antara garis tepi luar dan dalam. Tanda-tanda koordinat graticule ditambahkan dengan garisgaris pendek memotong peta inset. 5. Pencatatan Sumber Biasanya diletakkan didalam bingkai dibagian kanan bawah dengan menyebutkan nama sumber. 6. Garis Tepi Peta dibatasi dengan kerangka yang geas, garis tidak terlalu tipis, bentuk empat persegi panjang yang terdiri dari dua buah garis yang sejajar, lebar kurang lebih ¼ inchi. 7. Penyusunan/ Penggambaran Peta Untuk menunjukkan siapa yang bertanggung jawab dalam pembuatan peta harus ditulis nama penyusun/penggambar peta berikut tahun pembuatannya. Ditulis disebelah luar bingkai peta. 8. Nomor Seri Ditulis dibagian atas diluar bingkai peta. 9. Inset Apabila diperlukan dapat dibuat inset (peta yang letaknya tersendiri). Diletakkan dibagian bawah kanan dari legenda. Inset ini dapat menunjukkan : -
Suatu bagian peta pokok yang dianggap penting, diperbesar skalanya.
-
Lokasi daerah yang dipetakan terhadap daerah lain dalam peta pokok, dapat digambarkan suatu inset yang berskala kecil.
-
Bagian lain dari peta pokok karena ruangnya kurang atau menghemat ruangan, maka dipindahkan ke dalam bagian tersendiri yaitu pada inset dengan skala yang sama.
42
1. Latering Latering bukan merupakan unsur yang dipetakan, melainkan sebagai tambahan untuk memberikan identitas obyek yang dipetakan. Pada pekerjaan lettering suatu peta diperlukan pertimbangan-pertimbangan yang cermat dari seorang kartografer, karena akan mempengaruhi kenampakkan suatu peta. Kesalahan karena lettering akan menyebabkan peta tidak enak dipandang, sulit dibaca/dimengerti dan nampak padat dengan huruf-huruf. Untuk
menghindari
masalah,
telah
dibuat
aturan-aturan
penempatan beserta beserta tipe huruf yang digunakan dalam mewakili
suatu
kenampakkan.
Faktor-faktor
yang
perlu
diperhatikan dalam pekerjaan lettering suatu peta adalah : 1. Corak/macam dari huruf 2. Bentuk huruf 3. Ukuran huruf 4. Kontras antara huruf dengan latar belakang 5. Metode lettering 6. Penempatan nama 7. Hubungan antara lattering dengan reproduksinya.
Tipe huruf yang sering digunakan dalam pembuatan peta antara lain adalah : 1. Roman, yaitu tegak, tebal tipis, bersirip, biasanya digunakan untuk man made feature. 2. Italic, yaitu miring, tebal tipis, bersirip, biasanya untuk hydrographic (tubuh air). 3. Gothic, yaitu tegak, sama tebal, tanpa sirip biasanya untuk kenampakan relief (lembah, gunung).
43
4. Gothic- Italic, yaitu miring, sama tebal, tanpa sirip biasa digunakan untuk jaringan perhubungan atau komunikasi (telepon, dan sebagainya).
2. Penempatan Nama Penempatan nama sering merupakan pekerjaan yang sukar, terutama untuk peta yang padat dengan nama-nama. Maksud dari aturan-aturan penempatan nama ialah agar mudah dibaca dan tidak membingungkan bagi si pemakai peta, nama-nama mana yang diwakilinya. a. Nama-nama dalam suatu lembar peta harus teratur susunannya. Harus sejajar dengan tepi bawah peta (untuk peta berskala besar) atau sejajar dengan garis parallel/grid (untuk peta skala kecil). Apabila hal diatas tidak dapat dipenuhi, maka namanama harus ditulis atau ditempatkan dari bawah keatas untuk nama-nama di bagian kiri peta dan dari atas kebawah untuk nama-nama di bagian kanan peta. Hal ini berlaku juga bagi nama-nama yang sejajar dengan meridian. b. Nama-nama dapat memberi keterangan dari unsur-unsur berbentuk titik, garis dan luasan/area. -
Nama untuk unsur titik (misalnya kota, gunung dan sebagainya) sebaiknya diletakkan disamping kanan agak ke atas dari unsur tersebut.
-
Nama untuk unsur yang berbentuk memanjang (misalnya sungai, pantai, batas dan sebagainya) sebaiknya diletakkan sejajar unsur tersebut. Apabila cukup lebar, nama diletakkan di dalam (misalnya sungai yang lebar). Untuk sungai yang berupa garis sebaiknya ditempatkan sedikit di
44
atas obyeknya (misalnya 0,5 mm). Nama-nama untuk unsur yang memanjang sebaiknya diulang pada jarak tertentu. -
Nama unsur luasan/area (missal Negara, pegunungan, dan sebagainya) sebaiknya ditempatkan memanjang sehingga menempati ⅔ dari panjang daerah. Penempatan dari hurufhuruf sedapat mungkin menunjukkan karakteristik dari bentuk daerah itu.
c. Nama-nama harus terletak bebas satu sama lain. Dan sedapat mungkin tidak tergantung oleh simbol-simbol lainnya. Nama-nama tidak boleh saling berpotongan, kecuali ada nama
yang
letak
huruf-hurufnya
melengkung,
lengkungannya harus teratur dan tidak boleh terlalu tajam lengkungannya. d. Dalam hal ini banyak nama yang terpusat di suatu daerah, harus diatur sedemikian rupa sehingga terlihar distribusi namanama di tempat itu tidak terlalu padat disbanding dengan daerah lain dipeta. Tetapi harus dijaga jangan sampai ada keraguan unsur-unsur mana yang diwakili oleh nama-nama tersebut. e. Angka ketinggian dari garis kontur ditempatkan di celah-celah tiap kontur dan penempatannya harus sedemikian rupa sehingga tiap angka ada arah mendaki lereng. Penyimpangan dari aturan ini boleh dilakukan apabila terjadi angka-angka menjadi terbaik dari arah pembaca peta, hingga sulit untuk dibaca. f. Pemilihan (jenis) huruf tergantung sepenuhnya pada perencana (kartografer) sendiri. Akan tetapi jenis-jenis huruf haruslah fit pada keseluruhan isi peta. Ada beberapa aturan mengenai pemakaian jenis huruf ini, misalnya huruf-huruf tegak lurus 45
untuk nama-nama unsure buatan manusia (kota, jalan dan lainlain), serta huruf miring untuk nama-nama unsur alam (sungai, danau dan lain-lain). Tetapi pemilihan jenis huruf diserahkan sepenuhnya pada kartografer.
IV. INTRUKSI : 1. Di hadapan saudara telah tersedia peta Pulau Sumatera yang belum diberi keterangan apapun. 2. Salinlah peta tersebut pada kertas blad (kalkir). 3. Berikan keterangan semua unsur yang dipetakan (kota, sungai, pulau, selat, samudera, laut dan sebagainya) sesuai dengan aturan-aturan yang telah ditentukan. 4. Berikan informasi tepi (judul, skala, orientasi, legenda, nama penyusun dan sebagainya) dengan susunan yang seimbang sesuai dengan ruang yang ada. Catatan : Gunakan sablon apabila memungkinkan
V. PEMBAHASAN
VI KESIMPULAN
46
KARTOGRAFI DASAR ACARA VIII MEMBACA PETA
I. TUJUAN Memberikan keterampilan kepada praktikan untuk membaca (khususnya peta topografi) dan mengenal adanya aspek generalisasi.
II. ALAT DAN BAHAN 1. Peta Topografi skala 1 : 50.000 2. .. 3. .. 4. ..
III.DASAR TEORI Membaca peta dapat diartikan sebagai usaha mempelajari atau mengetahui kenampakan-kenampakan dipermukaan bumi dengan melalui peta. Terutama melalui simbol-simbol dan juga legenda yang ada pada peta. Membaca peta biasanya selalu diikuti dengan menafsir peta, yang merupakan kegiatan yang berurutan setelah membaca peta. Menafsir peta merupakan usaha lebih lanjut dari membaca peta, yaitu berdasarkan kemampuan-kemampuan yang dibaca pada peta, dianalisa satu persatu maupun dalam hubungannya dengan yang lain untuk kemudian digali kenampakan-kenampakan yang mungkin atau yang paling mungkin. Untuk dapat membaca dan menafsir peta dengan baik maka yang harus dimiliki adalah : 1. Kemampuan membayangkan (imagination).
47
2. Ketajaman menganalisa (a keen sence of analysis), dapat menganalisa setiap kenampakan yang ada pada peta baik secara sendiri-sendiri maupun secara keseluruhan. 3. Latihan yang teratur (reguler training) kecuali latihan dalam ruangan (laboratorium) juga harus berani keluar (lapangan) untuk mengecek kebenaran pembaca atau interpretasi. 4. Pengetahuan secara umum, karena peta memuat berbagai kemampuan dan pembacaan peta harus sesuai dengan maksud tertentu. Maka kita harus sering memperlihatkan berbagai ilmu terutama dalam kaitannya dengan peta dan pengetahuan umum. Kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul dalam membaca dan menafsir peta antara lain :
Kurang mengenal proyeksi peta.
Pembaca peta berbuat adalah dalam pembacaannya.
Kurangnya pengertian mengenai persoalan dan salah satu menggunakan metode pembacaan.
Peta yang dibaca dapat dipercaya atau peta tersebut sudah tidak sesuai lagi.
Jarak yang mendatar yang dikira jarak sebenarnya.
Sebelum membaca suatu peta kita harus memperhatikan faktor-faktor yang terdapat dalam suatu petayaitu : 1. Judul Peta Judul peta ini menunjukkan daerah mana yang digambarkan oleh peta itu. Diperhatikan pula induk petanya, misalnya : induk peta Jawa dan Madura. 2. Tipe peta Dibuat atas dasar kepentingan dan penunjukkan peta, misalnya: peta geologi, topografi dan lain-lain.
48
3. Indeks Peta Menunjukkan system pemberian nomer pada tiap lembaran peta, sehingga dengan demikian dapat diketahui lokasi peta yang kita amati terhadap daerah sekitarnya. 4. Sumber Peta Perlu dilihat apkah pembuat peta itu merupakan lembaga atau yang lain yang mempunyai kompetensi dalam hal perpetaan. Dari mana sumber diperoleh (dalam melakukan pengukuran-pengukuran ditambah dari pemotretan dari udara). 5. Tahun Pembuatan Peta Peta menggambarkan keadaan medan, baik yang alami maupun yang buatan manusia, yang keduanya banyak mengalami perubahan. 6. Proyeksi Peta Cara-cara penggambaran dengan kesalahan yang sekecilkecilnya dari permukaan bumi yang berbentuk bola ke dalam bidang datar, yang meliputi kesalahan arah, luas jarak maupun bentuk. 7. Skala Peta Erat berhubungan dengan maksud pembacaan, yaitu peta yang berskala besar akan menyajikan keterangan yang detail, sedangkan peta yang berskala kecil akan mempu menyajikan keterangan secara menyeluruh (umum) sesuai dengan maksud tertentu sehingga hanya penting saja yang dicantumkan (kurang mendetail). 8. Orientasi Tidak selamanya peta berorientasi atau (utara disebelah atas), sesuai dengan kepentingannya kadang peta juga bisa berorientasi kearah yang lain.
49
9. Administrative Indeks Untuk mengetahui pembagian daerah administrative daerah yang kita amati, perlu dilihat administrative indeknya dibagian kiri luar bagian bawah. 10. Legenda Legenda harus dipelajari, sebelum membaca peta dan isinya, agar diketahui keterangan mengenai simbo-simbol yang dipergunakan. Informasi tepi (marginal information) dibedakan atas :
Informasi wajib Terdiri dari judul, nomer seri, nomer lembar, keterangan penerbitan, panel dan identifikasi.
Informasi tambahan Terdiri dari: diagram komplikasi dan daftar nama yang tercantum dalam peta.
Informasi pada batas Terdiri dari: koordinat geografis, harga graticul, dan keterangan arah yang dituju.
Informasi tepi secara sistematis adalah: 8
2
9
10
1. garis tepi (neet line) 2. Tepi atas 3. Tepi bawah
4
4. Tepi kiri 1 5
5. Tepi kanan 6. Batas (bourde) 7.Garis batas luar
3
7 6
8. Garis batas 9. Judul peta 10. Nomer sheet peta
50
Didalam pembuatan peta perlu disertakan simbol-simbol agar peta dapat dibaca. Symbol adalah alat yang berfunngsi untuk menggambarkan keadaan medan dan letaknya dalam peta. Simbol yang baik adalah yang dikenal dengan mudah dan juga mudah dibaca. Menurut artinya symbol dapat dibedakan menjadi: 1. Simbol kualitatif Menyatakan identitas atau melukiskan keadaan asli dari unsur, jadi dihubungkan dengan kualitas unsur yang diwakilinya. Symbol ini tidak menyajikan jumlah (besarnya), tetapi henya merupakan symbol yang berhubungan dengan kualitas dari unsur yang diwakili, simbol ini dapat berupa simbol titik, garis dan area. 2. Simbol kuantitatif Menyatakan
identitas
keadaan
asli
dari
daerah
yang
diwakilinya juga menunjukkan berapa besar, jumlah atau banyaknya unsur tersebut, symbol ini dapat berupa titik, garis ataupun area.
IV. INTRUKSI 1. Amatilah peta topografi yang saudara hadapi dengan seksama 2. Kelompokkan informasi yang disajikan pada peta tersebut (dengan melihat legenda peta), menjadi tiga kelompok (titik, garis, dan area/wilayah).
Berikan
contoh
(minimal
5),
kenampakkan-
kenampakkan apa yang diwakili oleh ketiga symbol tersebut. 3. Bagaimana sistem penomeran pada peta saudara gunakan, buatlah sambungan nomer peta yang saudara hadapi (tiga sheet kearah utara, barat, selatan, dan timur) 4. Plotkan titik A (kira-kira di tengah-tengah muka peta), selanjutnya tentukan posisi horizontal dan vertikalnya.
51
5. Amatilah deklinasi arah utar (pada keterangan deklinasi), apakah arti angka tersebut. 6. Amatilah indeks administrasi, ada berapa wilayah administrasi yang tergambar pada peta tersebut.
V. PEMBAHASAN
VI. KESIMPULAN
52
KESIMPULAN
Akhirnya praktikum Kartografi dasar telah selesai dari acara I sampai ddengan acara VII, banyak ilmu yang didapatkan dari setiap acara dan banyak pengetahuan khususnya Kartografi Dasar, mulai dari :
1. Acara I yaitu ketelitian penggambaran 2. Acara II yaitu Skala Peta 3. Acara II yaitu Proyeksi peta dan pengukuran distorsi 4. Acara IV yaitu Representasi relief 5. Acara V yaitu Memperkirakan luas dan volume genangan 6. Acara VI yaitu Pembuatan penampang (profil), menghitung kemiringan lereng dan menentukan saling tampak (intervisibility) 7. Acara VII Lettering dan tata letak peta 8. Acara VIII Membaca peta
Demikian adalah acara-acara pada praktikum Kartografi Dasar, yang berguna untuk esok hari dan seterusnya.
53
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Martono, Agus.2005. “Buku Petunjuk Kartografi Dasar”.Surakarta : Universitas Muhammadiyah Surakarta
54