JENIS – JENIS JENIS LUKA Menurut tipenya luka dibedakan menjadi 4 tipe luka yaitu :
Clean wound/luka bersih
Clean wound atau luka bersih adalah luka yang dibuat oleh karena tindakan operasi dengan tehnik steril , pada daerah body wall dan non contaminated deep tissue ( tiroid, kelenjar, pembuluh darah, otak, tulang)
Clean contaminated wound
Merupakan luka yang terjadi karena benda tajam, bersih dan rapi, lingkungan tidak steril atau operasi yang mengenai daerah small bowel dan bronchial.
Contaminated wound
Luka ini tidak rapi, terkontaminasi oleh lingkungan kotor, operasi pada saluran terinfeksi (large bowel/rektum, infeksi broncial, infeksi perkemihan)
Infected wound
Jenis luka ini diikuti oleh adanya infeksi, kerusakan jaringan, serta kurangnya vaskularisasi pada jaringan luka. JENIS LUKA MENURUT PENYEBAB Tipe luka (vulnus) adalah : Vulnus laceratum (Laserasi) Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi.
Vulnus excoriasi (Luka lecet)
Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan kulit merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit.
Vulnus punctum (Luka tusuk)
Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit, merupakan luka terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang mengenai abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus).
Vulnus contussum (luka kontusio)
Penyebab : benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup, akibat dari kerusakan pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan nyeri dan berdarah (hematoma) bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di sekitarya jika organ dalam terbentur dapat menyebabkan akibat yang serius
Vulnus insivum (Luka sayat)
Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan luka terbuka akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin.
Vulnus schlopetorum
Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman, bisa tidak teratur kadang ditemukan corpus alienum.
Vulnus morsum (luka gigitan)
Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk luka tergantung dari bentuk gigi.
Vulnus perforatum Vulnus perforatum
Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah, tombak atau proses infeksi yang meluas hingga hingg a melewati selaput serosa/epithel organ jaringan.
Vulnus amputatum
Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi tinggi, terdapat gejala pathom limb.
Vulnus combustion (luka bakar)
Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit rusak dengan berbagai derajat mulai dari lepuh (bula – carbonisasi/hangus). carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan atau anesthesia.
VULNUS (LUKA) A.PENGERTIAN Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi tinggi, terdapat gejala pathom limb.
B.ETIOLOGI 1.Mekanis / traumatis
2.Perubahan suhu 3.Zat kimia 4.Ledakan 5.Sengatan listrik 6.Gigitan hewan
C.TIPE VULNUS 1.Vulnus Laceratum (Laserasi/Robek) Jenis luka ini disebabkan oleh karena benturan dengan benda tumpul, dengan ciri luka tepi luka tidak rata dan perdarahan sedikit luka dan meningkatkan resiko infeksi. 2.Vulnus Excoriasi (Luka Lecet) Penyebab luka karena kecelakaan atau jatuh yang menyebabkan lecet pada permukaan kulit merupakan luka terbuka tetapi yang terkena hanya daerah kulit. 3.Vulnus Punctum (Luka Tusuk) Penyebab adalah benda runcing tajam atau sesuatu yang masuk ke dalam kulit, merupakan luka terbuka dari luar tampak kecil tapi didalam mungkin rusak berat, jika yang mengenai abdomen/thorax disebut vulnus penetrosum(luka tembus). 4.Vulnus Contussum (Luka Kontusio) Penyebab: benturan benda yang keras. Luka ini merupakan luka tertutup, akibat dari kerusakan pada soft tissue dan ruptur pada pembuluh darah menyebabkan nyeri dan berdarah (hematoma) bila kecil maka akan diserap oleh jaringan di sekitarya jika organ dalam terbentur dapat menyebabkan akibat yang serius. 5.Vulnus Scissum/Insivum (Luka Sayat) Penyebab dari luka jenis ini adalah sayatan benda tajam atau jarum merupakan luka terbuka akibat dari terapi untuk dilakukan tindakan invasif, tepi luka tajam dan licin. 6.Vulnus Schlopetorum (Lika Tembak) Penyebabnya adalah tembakan, granat. Pada pinggiran luka tampak kehitam-hitaman, bisa tidak teratur kadang ditemukan corpus alienum. 7.Vulnus Morsum (Luka Gigitan) Penyebab adalah gigitan binatang atau manusia, kemungkinan infeksi besar bentuk luka tergantung dari bentuk gigi. 8.Vulnus Perforatum (Luka Tembus) Luka jenis ini merupakan luka tembus atau luka jebol. Penyebab oleh karena panah, tombak atau proses infeksi yang meluas hingga melewati selaput serosa/epithel organ jaringan. 9.Vulnus Amputatum (Luka Terpotong) Luka potong, pancung dengan penyebab benda tajam ukuran besar/berat, gergaji. Luka membentuk lingkaran sesuai dengan organ yang dipotong. Perdarahan hebat, resiko infeksi
tinggi, terdapat gejala pathom limb. 10.Vulnus Combustion (Luka Bakar) Penyebab oleh karena thermis, radiasi, elektrik ataupun kimia Jaringan kulit rusak dengan berbagai derajat mulai dari lepuh (bula – carbonisasi/hangus). carbonisasi/hangus). Sensasi nyeri dan atau an esthesia.
D.TANDA DAN GEJALA 1.Deformitas: Daya terik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur terjadi seperti: rotasi pemendekan tulang, penekanan tulang. 2.Bengkak: edema muncul secara cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur 3.Echumosis dari Perdarahan Subculaneous 4.Spasme otot spasme involunters dekat fraktur 5.Tenderness/keempukan 6.Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang dari tempatnya dan kerusakan struktur di daerah yang berdekatan. 7.Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya saraf/perdarahan) 8.Pergerakan abnormal 9.Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah 10.Krepitasi (Black, 1993).
E.PATOFISIOLOGI Vulnus terjadi apabila ada suatu trauma yang mengenai tubuh yang bisa disebabkan oleh traumatis/mekanis, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sen gatan listrik, dan gigitan hewan atau binatang. Vulnus yang terjadi dapat menimbulkan beberapa tanda dan gejala seperti bengkak, krepitasi, shock, nyeri, dan deformitas atau bisa j uga menimbulkan kondisi yang lebih serius. Tanda dan gejala yang timbul tergantung pada penyebab dan tipe vulnus.
F.DAMPAK PADA SISTEM TUBUH 1.Kecepatan metabolisme Jika seseorang dalam keadaan immobilisasi maka akan menyebabkan penekanan pada fungsi simpatik serta penurunan katekolamin dalam darah sehingga menurunkan kecepatan metabolisme basal. 2.Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit Adanya penurunan serum protein tubuh akibat proses katabolisme lebih besar dari anabolisme, maka akan mengubah tekanan osmotik koloid plasma, hal ini menyebabkan pergeseran cairan intravaskuler ke luar keruang interstitial pada bagian tubuh yang rendah sehingga menyebabkan oedema. Immobilitas menyebabkan sumber stressor bagi klien sehingga men yebabkan kecemasan yang akan memberikan rangsangan ke hypotalamus posterior untuk menghambat pengeluaran ADH, sehingga terjadi peningkatan diuresis. 3.Sistem respirasi.
a.Penurunan kapasitas paru Pada klien immobilisasi dalam posisi baring terlentang, maka kontraksi otot intercosta relatif kecil, diafragma otot perut dalam rangka mencapai inspirasi maksimal dan ekspirasi paksa. b.Perubahan perfusi setempat Dalam posisi tidur terlentang, pada sirkulasi pulmonal terjadi perbedaan rasio ve ntilasi dengan perfusi setempat, jika secara mendadak maka akan terjadi peningkatan metabolisme (karena latihan atau infeksi) terjadi hipoksia. c.Mekanisme batuk tidak efektif Akibat immobilisasi terjadi penurunan kerja siliaris saluran pernafasan sehingga sekresi mukus cenderung menumpuk dan menjadi lebih kental dan mengganggu gerakan siliaris normal. 4.Sistem Kardiovaskuler a.Peningkatan denyut nadi Terjadi sebagai manifestasi klinik pengaruh faktor metabolik, endokrin dan mekanisme pada keadaan yang menghasilkan adrenergik sering dijumpai pada pasien dengan immobilisasi. b.Penurunan cardiac reserve Dibawah pengaruh adrenergik denyut jantung meningkat, hal ini mengakibatkan waktu pengisian diastolik memendek dan penurunan isi sekuncup. c.Orthostatik Hipotensi Pada keadaan immobilisasi terjadi perubahan sirkulasi perifer, dimana ante rior dan venula tungkai berkontraksi tidak adekuat, vasodilatasi lebih pan jang dari pada vasokontriksi sehingga darah banyak berkumpul di ekstremitas bawah, volume darah yang bersirkulasi menurun, jumlah darah ke ventrikel saat diastolik tidak cukup untuk memenuhi perfusi ke otak dan tekanan darah menurun, akibatnya klien merasakan pusing pada saat bangun tidur serta dapat juga merasakan pingsan. 5.Sistem Muskuloskeletal a.Penurunan kekuatan otot Dengan adanya immobilisasi dan gangguan sistem vaskuler memungkinkan suplai O2 dan nutrisi sangat berkurang pada jaringan, demikian pula dengan pembuangan sisa metabolisme akan terganggu sehingga menjadikan kelelahan otot. b.Atropi otot Karena adanya penurunan stabilitas dari anggota gerak dan adanya penurunan fungsi persarafan. Hal ini menyebabkan terjadinya atropi dan paralisis otot. c.Kontraktur sendi Kombinasi dari adanya atropi dan penurunan kekuatan otot serta adanya keterbatasan gerak. d.Osteoporosis Terjadi penurunan metabolisme kalsium. Hal ini menurunkan persenyawaan organik dan anorganik sehingga massa tulang menipis dan tulang menjadi keropos. 6.Sistem Pencernaan a.Anoreksia Akibat penurunan dari sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi sekresi kelenjar pencernaan dan mempengaruhi perubahan sekresi serta penurunan kebutuhan kalori yang menyebabkan menurunnya nafsu makan. b.Konstipasi
Meningkatnya jumlah adrenergik akan menghambat pristaltik usus dan spincter anus menjadi kontriksi sehingga reabsorbsi cairan meningkat dalam colon, menjadikan faeces lebih keras dan orang sulit buang air besar. 7.Sistem perkemihan Dalam kondisi tidur terlentang, renal pelvis ureter dan kandung kencing berada dalam keadaan sejajar, sehingga aliran urine harus melawan gaya gravitasi, pelvis renal banyak menahan urine sehingga dapat menyebabkan: Akumulasi endapan urine di renal pelvis akan mudah membentuk batu ginjal dan tertahannya urine pada ginjal akan menyebabkan berkembang biakn ya kuman dan dapat menyebabkan ISK. 8.Sistem integumen Tirah baring yang lama, maka tubuh bagian bawah seperti punggung dan bokong akan tertekan sehingga akan menyebabkan penurunan suplai darah dan nutrisi ke jaringan. Jika hal ini dibiarkan akan terjadi ischemia, hyperemis dan akan normal kembali jika tekanan dihilangkan dan kulit dimasase untuk meningkatkan suplai darah.
G.KOMPLIKASI 1.Kerusakan Arteri: Pecahnya arteri karena trauma bisa ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT menurun, cyanosis bagian distal, hematoma yang lebar, dan dingin pada ekstrimitas yang disebabkan oleh tindakan emergensi splinting, perubahan posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan. 2.Kompartement Syndrom: Kompartement Syndrom merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Ini disebabkan oleh oedema atau perdarahan yang menekan otot, saraf, dan pembuluh darah. 3.Infeksi: System pertahanan tubuh rusak bila ada trauma pada jaringan. 4.Shock: Shock terjadi karena kehilangan banyak darah dan meningkatnya permeabilitas kapiler yang bisa menyebabkan menurunnya oksigenasi.
H.PEMERIKSAAN PENUNJANG Laboratorium darah
I.PENATALAKSANAAN 1.Pembedahan 2.Imunisasi tetanus 3.Immobilisasi 4.Terapi antibiotik
J.PROSES PENYEMBUHAN LUKA 1.Stadium Satu-Pembentukan Hematoma: Pembuluh darah robek dan terbentuk hematoma disekitar. Sel-sel darah membentuk fibrin guna melindungi tulang yang rusak dan sebagai tempat tumbuhnya kapiler baru dan fibroblast. Stadium ini berlangsung 24 – 48 jam dan perdarahan
berhenti sama sekali. 2.Stadium Dua-Proliferasi Seluler: Pada stadium ini terjadi proliferasi dan differensiasi sel menjadi fibro kartilago yang berasal dari periosteum,`endosteum, dan bone marrow yang telah mengalami trauma. Sel-sel yang mengalami proliferasi ini terus masuk ke dalam lapisan yang lebih dalam dan disanalah osteoblast beregenerasi dan terjadi proses osteogenesis. Dalam beberapa hari terbentuklah tulang baru yang menggabungkan kedua fragmen tulang yang patah. Fase ini berlangsung selama 8 jam. 3.Stadium Tiga-Pembentukan Kallus: Sel – sel yang berkembang memiliki potensi yang kondrogenik dan osteogenik, bila diberikan keadaan yang tepat, sel itu akan mulai membentuk tulang dan juga kartilago. Populasi sel ini dipengaruhi oleh kegiatan osteoblast dan osteoklast mulai berfungsi dengan mengabsorbsi sel-sel tulang yang mati. Massa sel yang tebal dengan tulang yang imatur dan kartilago, membentuk kallus atau bebat pada permukaan endosteal dan periosteal. 4.Stadium Empat-Konsolidasi: Bila aktivitas osteoclast dan osteoblast berlanjut, anyaman tulang berubah menjadi lamellar. Sistem ini sekarang cukup kaku dan memungkinkan osteoclast menerobos melalui reruntuhan pada garis fraktur, dan tepat dibelakangnya osteoclast mengisi celah-celah yang tersisa diantara fragmen dengan tulang yang baru. Ini adalah proses yang lambat dan mungkin perlu beberapa bulan sebelum tulang kuat untuk membawa beban yang normal. 5.Stadium Lima-Remodelling: Telah dijembatani oleh suatu manset tulan g yang padat. Selama beberapa bulan atau tahun, pengelasan kasar ini dibentuk ulang oleh proses resorbsi dan pembentukan tulang yang terus-menerus. Lamellae yang lebih tebal diletidakkan pada tempat yang tekanannya lebih tinggi, dinding yang tidak dikehendaki dibuang, rongga sumsum dibentuk, dan akhirnya dibentuk struktur yang mirip dengan normalnya.
K.DIAGNOSA KEPERAWATAN 1.Nyeri akut berhubungan dengan agen injuri biologis, fisik. Tujuan: Nyeri akut teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil: Pasien tidak mengeluh nyeri Pasein tidak mengeluh sesak Pernapasan 12-21x/mnt Tekanan darah 120-129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui kondisi pasien 2)Monitor derajat dan kualitas nyeri (PQRST)? R/mengetahui rasa nyeri yang dirasakan 3)Ajarkan teknik distraksi/relaksasi/napas dalam R/mengurangi rasa nyeri 4)Beri posisi nyaman R/untuk mengurangi rasa nyeri 5)Beri posisi semifowler R/memenuhi kebutuhan oksigen
6)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien R/memenuhi kebutuhan pasien 7)Anjurkan untuk cukup istirahat R/mempercepat proses penyembuhan 8)Kolaborasi/lanjutkan pemberian analgetik; nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mengurangi rasa nyeri 2.Perfusi jaringan serebral/perifer tidak efektik berhubungan dengan aliran arteri terhambat. Tujuan: Perpusi jaringan serebral teratasi setelah dilakukan tindakan kep erawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil: Pasien tidak mengeluh pusing Pasien tidak mengeluh sesak napas Pernapasan 12-21x/mnt Tekanan darah 120-129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt CRT: <3 detik Intervensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui kondisi pasien 2)Monitor capillary refill time R/mengetahui status keadaan pasien 3)Monitor kemampuan aktivitas pasien R/mengetahui kemampuan pasien 4)Anjurkan untuk cukup istirahat R/mempercepat pemulihan k ondisi 5)Beri posisi semi fowler R/memenuhi kebutuhan oksigen 6)Bantu aktivitas pasien secara bertahap R/mengurangi beban kerja pasien 7)Cegah fleksi tungkai R/menghindari p enurunan staus kesadaran pasien 8)Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan pasien R/mencukupi kebutuhan pasien 9)Beri cukup nutrisi sesuai dengan diet R/mempercepat pemulihan kon disi 10)Kolaborasi/lanjutkan terapi oksigen R/mencukupi kebutuhan oksigen 11)Kolaborasi/lanjutkan terapi transfusi R/mempercepat pemulihan kondisi pasien 12)Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat; nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mempercepat proses penyembuhan 3.Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan primer tidak adekuat, prosedur invasif, pertahanan sekunder tidak adekuat. Tujuan: Pasien tidak mengalami infeksi setelah dilakuakan tindakan keperawatan selama 2x24jam dengan kriteria hasil: Daerah tusukan infus tidak ada tanda peradangan Hasil laboratorium darah normal(Leukosit, Hb) Intervensi: 1)Monitor tanda-tanda peradangan R/untuk melihat tanda-tanda peradangan 2)Monitor pemeriksaan Laboratorium darah R/untuk melihat kandungan darah 3)Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan R/untuk menghindari inos 4)Anjurkan untuk bed rest R/mempercepat pemulihan kondisi 5)Batasi pengunjung R/untuk mencegah inos 6)Rawat luka setiap hari dwengan teknik steril R/mencegah infeksi 7)Beri nutrisi tinggi zat besi, vitamin C R/untuk membantu proses penyembuhan luka 8)Kolaborasi/lanjutkan pemberian obat antibiotik ; nama, dosis, waktu, cara R/mempercepat penyembuhan 4.Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan kehilangan volume cairan melalui abnormal (perdarahan). Tujuan: Resiko defisit volume cairan teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24jam dengan kriteria hasil: BB dalam batas normal Tekanan darah 120129/80-84mmHg Nadi 60-100x/mnt C/axilaSuhu: 36-37 Finger print <3 detik BAK 35x/hari Tidak ada perdarahan Intevensi: 1)Ukur tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu, saturasi R/mengetahui keadaan pasien 2)Anjurkan untuk banyak minum ± 2 L/hari R/memenuhi kebutuhan cairan 3)Hitung balance cairan R/mengetahui klebihan dan kekurang cairan 4)Anjurkan untuk bed rest R/mempercepat pemulihan kondisi 5)Kolaborasi/lanjutkan pemberian terapi elektrolit; nama, dosis, waktu, cara, indikasi R/mempercepat penyembuhan 6)Kolaborasi/lanjutkan program therapi transfusi R/mempercepat pemulihan kesehatan pasien DAFTAR PUSTAKA Carpenitto, Lynda Juall. (2000). Buku Saku
Diagnosa Keperawatan. Alih bahasa : Monica Ester, Edisi 8, Jakarta: EGC Doengoes, Marilynn E. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk perencanaan Keperawatan dan masalah kolaboratif. Alih Bahasa : I Made Kanosa , Edisi III, Jakarta: EGC Hinchliff, Sue. (1996). Kamus Keperawatan. Edisi; 17. Jakarta: EGC S udart dan Burnner, (1996). Keperawatan Medikal-Bedah. Edisi 8. Vol 3, Jakarta: EGC Nanda. 2005. Definisi dan klasifikasi, Jakarta: Prima Medika
JENIS LUKA DAN PERAWATANNYA Definisi : Luka adalah keadaan dimana terdapat diskontinuitas dari kulit. Sebagai penyebab dari perlukaan adalah trauma mekanis,termis,listrik dsb. Pada umumnya yang diterima sebagai penyebab luka adalah trauma mekanis. Trauma mekanis ini dapat truma tajam maupun tumpul. Luka dapat dibagi atas : I. Menembus tidaknya : A.Tidak menembus suatu rongga (vulnus non penetrans) B.Menembus suatu rongga (vulnus penetrans) II. Adanya infeksi : A. Tidak ada infeksi B. Ada infeksi (vulnus infectum) III. Menurut bentuk morfologis : A. Hematoma Hematoma adalah keadaan terdapatnya penimbunan darah dalam suatu rongga abnormal, dalam hal ini dibawah kulit. Ada yang menganggap hematoma tidak termasuk didalam luka. B. Abrasi : Abrasi adalah keadaan dimana terdapat kerusakan epidermis. C. Ekskoriasi Ekskoriasi adalah perlukaan dimana terdapat kerusakan dari epidermis dan dermis. D. Vulnus Punctum (ictum) Perlukaan yang terjadi berupa suatu luka yang kecil (luka tusuk). E. Vulnus Scissum Perlukaan yang terjadi berupa suatu luka yang berbentuk garis.Sebagai penyebabnya adalah suatu trauma tajam. F. Vulnus Laceratum (luka compang camping) Sebagai penyebab adalah trauma tumpul. Luka yang terjadi dapat berupa garis (seperti pada v.scissum) atau memang berbentuk compang camping.
Apabila berbentuk garis, maka perbedaannya dengan v.scissum adalah adnya jembatan jaringan,tepi yang tak rata, pinggir yang tak rata dsb. G. Luka tembak (v.sclopetorum) Luka tembak terbagi atas luka tembak masuk dan luka tembak keluar.
Perawatan luka secara umum : ____________________________ 1. Pada setiap perlukaan perhatikan keadaan umum terlebih dulu. Apabila keadaan umum buruk usahakan terlebih dulu perbaikan keadaan umum.Apabila perdarahan tampak terus berlanjut dan merupakan penyebab dari keadaan umum yang buruk maka perdarahan dan keadaan umum buruk diatasi secara bersama-sama. 2. Saat terjadinya perlukaan : a. Luka kurang dari 6 jam : luka ini dianggap luka bersih (clean wound) . Luka seperti ini diharapkan akan sembuh per-primam (dengan tindakan yang adekwat) dan dapat dilakukan tindakan primer / penjahitan primer. b. Luka terkontaminasi: Yang termasuk luka terkontaminasi adalah : = luka antara 6-12 jam = luka kurang dari 6 jam akan tetapi kontaminasi yang terjadi adalah banyak. = luka kurang dari 6 jam akan tetapi ditimbulkan karena daya / enersi yang besar (misalnya luka tembak atau terjepit mesin). Luka ini diragukan untuk dapat sembuh secara primer karena itu diberikan tindakan ekspektatip (kompres zat antiseptika dan diberikan antibiotika. Apabila pada hari ke-3-7 tidak timbul radang bila perlu dapat dilakukan tindakan penjahitan ; penjahitan disini disebut jahitan primer tertunda (delayed primary suture). Bila antara hari ke-3-7 timbul pus maka luka dianggap luka terinfeksi. c.Luka terinfeksi : setiap luka diatas 12 jam dianggap luka terinfeksi. Pada luka ini diberi kompres dan antibiotika sambil menunggu hasil kultur dan resistensi test untuk pemberianantibiotika yang sesuai.. Apabila kemudian
proses radang sudah tenang dan timbul jaringan granulasi sehat dapat dilakukan jahitan sekunder. Perkecualian untuk penanganan ini: a. Luka lebih lama dari 6 jam tanpa tanda-tanda radang dan sudah diberi zat antiseptika sebelumnya dapat dilakukan tindakan primer. b. Luka terkontaminas didaerah wajah tetap dilakukan penjahitan primer. c. Luka kurang dari 6 jam didaerah perineum tetap dianggap luka terkontam,inasi. d. Perlukaan lebih dari 6 jam tetap dapat dilakukan eksplorasi. 3. Profilaksis tetanus : Dapat diberikan dalam bentuk Toksoid,ATS atau imunoglobulin. ATS diberikan 1500U,Toksoid 1cc atau imunoglobulin 250U (pada orang dewasa). 4. Medikamentosa : Sebaiknya diberikan antibiotika profilaksis. 5. Pembukaan jahitan : Pada daerah wajah jahitan dibuka hari ke-4 untuk menghindari terjadinya "railroad track" yang akan sangat sulit untuk dikoreksi. Apabila pada saat kontrol tampak adanya pus, maka jahitan segera dibuka pada dimana tampak pernanahan. Perawatan luka khusus : _______________________ 1. Perlukaan pembuluh darah : Apabila terdapat perlukaan pada pembuluh darah sebagai tindakan sementara dapat dilakukan tindakan penekanan daerah luka atau penekanan pada nadi proksimal dari luka.Sebagai tindakan definitip adalah ligasi atau repair dari perlukaan pembuluh darah. 2. Perlukaan syaraf perifer : Pada luka bersih, maka repair syaraf dapat dilakukan secara primer, pada luka terkontaminasi atau terinfeksi dilakukan secara sekunder. 3. Perlukaan tendo :
Bila luka dijahit primer maka tendo juga diusahakan untuk dijahit secara primer. Perkecualian adalah pada daerah "no mans land" pada tangan dimana dimana repair dilakukan secara sekunder. 4. Perlukaan daerah toraks dan abdomen : Harus selalu ditentukan apakah luka tembus atau tidak. 5. Perlukaan daerah wajah dan kepala : Apabila terdapat luka pada daerah kepala maka rambut harus dicukur terlebih dahulu. Alis tidak diperbolehkan untuk dicukur. Apabila terdapat perdarahan maka langsung dilakukan penjahitan tanpa hemostasis kecuali bila terkena pembuluh darah sedang atau besar. Perlukaan pada daerah pipi harus dipastikan bahwa tidak terdapat kerusakan pada n.VII ataupun ductus Stenoni. 6. Perlukaan daerah leher : Apabila luka dalam dan ada kemungkinan terkena organ penting (pembuluh darah dsb) maka perlu eksplorasi.
LUKA (VULNUS) Luka (Vulnus)
Luka : adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh
Etiologi :
Mekanis / traumatis Perubahan suhu Zat kimia Ledakan Sengatan listrik Gigitan hewan
Trauma tajam menyebabkan :
Luka iris : Vulnus scisum / incisivum Luka tusuk : Vulnus ictum Luka gigitan : Vulnus morsum
Trauma tumpul menyebabkan :
Luka terbuka : Vulnus apertum Luka tertutup : Vulnus occlusum + Luka lecet : Vulnus excoriatio Luka memar : contusio + hematome
Tembakan menyebabkan : Vulnus sclepetorum Fase peyembuhan Luka
Fase Inflamasi : berlangsung mulai terjadi luka sampai hari ke 5 Terjadi akibat sel mast dalam jaringan ikat menghasilkan serotonin dan histamin yang meningkatkan permiabilitas kapiler sehingga terjadi eksudasi cairan, penumpuk an sel radang disertai vasodilatasi setempat yang menyebabkan udem dan pembengkakan yang ditandai dengan warna kemerahan karena kapiler melebar (rubor), suhu hangat (kalor), rasa nyeri (dolor) dan pembengkakan (tumor).
Fase Proliferasi / Fibroplastic / Granulasi : Terjadi mulai akhir fase inflamasi sampai akhir minggu ke 3. Pada fase ini luka dipenuhi sel radang, fibroblast dan kolagen, membentuk jaringan berwarna kemerahan dengan permukaan yang berbenjol halus yang disebut jaringan granulasi. Proses ini baru berhenti setelah ephitel saling menyentuh dan menutup seluruh permukaan luka.
Fase penyudahan / Pematangan. Fase ini berlangsung berbulan bulan dan dinyatakan berakhir jika semua tanda radang telah hilang. Pada fase ini terjadi proses pematangan yang terdiri penyerapan kembali jaringan yang berlebih, pengerutan sesuai dengan gaya grafitasi, dan akhirnya perupaan kembali jaringan yang baru dibentuk.
Klasifikasi Penyembuhan Penyembuhan Primer (sanatio per primam intentionem)
Didapat bila luka bersih, tidak terinfeksi, dan dijahit dengan baik.
Penyembuhan sekunder (sanatio per secundam intentionem)
Didapat pada luka yang dibiarkan terbuka Luka diisi jaringan granulasi dimulai dari dasar terus naik sampai penuh Ephitel menutup jaringan granulasi mulai dari tepi Penyembuhan
Penyembuhan Primer tertunda atau Penyembuhan dengan jaringan tertunda
Luka dibiarkan terbuka Setelah beberapa hari ada granulasi baik dan tidak ada infeksi Luka dijahit Penyembuhan
Penatalaksanaan Luka Sebelum mulai :
Perhatikan keadaan umum Cari kemungkinan cedera lain
Penanganan hari pertama :
Anestesi lokal / umum Pembilasan luka (cairan garam faali) Sterilisasi luka (yodium povidum 1 %, klorheksidin ½ %, yodium 3 %, alkohol 70 %) Luka dikelilingi dengan kain steril
Pembersihan luka ( debrideman ) Kotoran, benda asing, eksisi jaringan mati, eksisi pinggir kulit . Hemostasis baik Jahitan primer jika diharapkan penyembuhan primer Biarkan luka terbuka jika diharapkan sanatio primer tertunda Pemasangan pengalir ( drainage ) Pembalut
Amati luka pada hari kedua, ketiga atau keempat untuk mempertimbangkan : Pemasangan penjahitan kulit primer tertunda jika ternyata tidak ada infeksi dan ternyata timbul jaringan granulasi sehat di dasar luka untuk mencapai penyembuhan primer tertunda Biarkan luka terbuka jika ada infeksi atau jaringan granulasi yang tidak kelihatan baik, selanjutnya
Tunggu epitelisasi permukaan luka dari pinggir ( penyembuhan sekunder
LUKA dan PENANGANAN
Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang. Ketika luka timbul, beberapa efek akan muncul : 1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ 2. Respon stres simpatis 3. Perdarahan dan pembekuan darah 4. Kontaminasi bakteri 5. Kematian sel
Luka Bersih (Clean Wounds). Yang dimaksud dengan
luka bersih adalah
luka bedah tak
terinfeksi yang mana luka tersebut tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan juga infeksi pada sistem pernafasan, pencernaan, genital dan urinari tidak terjadi
Luka bersih terkontaminasi (Clean-contamined Wounds). Jenis luka ini adalah luka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan, genital atau perkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak selalu terjadi.
Luka terkontaminasi (Contamined Wounds) adalah luka terbuka, fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan besar dengan teknik aseptik atau kontaminasi dari saluran cerna.
Luka kotor atau infeksi (Dirty or Infected Wounds) adalah terdapatnya mikroorganisme pada luka. Dan tentunya kemungkinan terjadinya infeksi pada luka jenis ini akan semakin besar dengan adanya mikroorganisme tersebut.
Stadium I : Luka Superfisial (Non-Blanching Erithema). Luka jenis ini adalah luka yang terjadi pada
lapisan epidermis kulit.
Stadium II : Luka "Partial Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya lapisan kulit pada lapisan
epidermis dan bagian atas dari dermis. Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti halnya abrasi, blister atau lubang yang dangkal.
: Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah hilangnya kulit keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan yang mendasarinya. Luka ini timbul secara klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak jaringan di sekitarnya.
: Luka "Full Thickness". Luka jenis ini adalah luka yang telah mencapai lapisan otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi / kerusakan yang luas. .
. Luka akut adalah jenis luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep penyembuhan yang telah disepakati.
. Luka kronis adalah jenis luka yang yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen.
: Jenis luka yang satu ini derajat nyerinya biasanya lebih tinggi dibanding luka robek, mengingat luka jenis ini biasanya terletak di ujung-ujung syaraf nyeri di kulit. : Pertama yang harus dilakukan adalah membersihkan luka terlebih dahulu menggunakan NaCl 0,9%, dan bersiaplah mendengar teriakan pasien, karena jenis luka ini tidak memungkinkan kita melakukan anastesi, namun analgetik boleh diberikan. Setelah bersih, berikan desinfektan. Perawatan jenis luka ini adalah perawatan luka terbuka, namun harus tetap bersih, hindari penggunaan IODINE salep pada luka jenis ini, karena hanya akan menjadi sarang kuman, dan pemberian IODINE juga tidak perlu dilakukan tiap hari, karena akan melukai jaringan yang baru terbentuk.
: Luka tusuk biasanya adalah luka akibat logam, nah yang harus diingat maka kita harus curiga adalanya bakteri clostridium tetani dalam logam tersebut. : Hal pertama ketika melihat pasien luka tusuk adalah jangan asal menarik benda yang menusuk, karena bisa mengakibatkan perlukaan tempat lain ataupun mengenai pembuluh darah. Bila benda yang menusuk sudah dicabut, maka yang harus kita lakukan adalah membersihkan luka dengan cara menggunakan H2O2, kemudian didesinfktan. Lubang luka ditutup menggunakan kasa, namun dimodifikasi sehingga ada aliran udara yang terjadi.
: luka kontusiopin adalah luka memar, tentunya jangan diurut ataupun ditekan-tekan, karena hanya aka mengakibatkan robek pembuluh darah semakin lebar saja. : Yang perlu dilakukan adalah kompres dengan air dingin, karena akan mengakibatkan vasokontriksi pembuluh darah, sehingga memampatkan pembuluh-pembuluh darah yang robek.
luka sayat adalah jenis luka yang disababkan karena sayatan dari benda tajam, bisa logam maupun kayu dan lain sebgainya. Jenis luka ini biasanya tipis. yang perlu dilakukan adalah membersihkan dan memberikan desinfektan.
: jenis luka ini disebabkan karena peluru tembakan, maka harus segera dikeluarkan tembakanya. : jangan langsung mengeluarkan pelurunya, namun yang harus dilakukan adalah membersihkan luka dengan H2O2, berikan desinfektan dan tutup luka. Biarkan luka selama setidaknya seminggu baru pasien dibawa ke ruang operasi untuk dikeluarkan pelurunya. Diharapkan dalam waktu seminggu posisi peluru sudah mantap dan tak bergeser karena setidaknya sudah terbentuk jaringan disekitar peluru.
adalah luka yang disebabkan akibat kontaksi antara kulit dengan zat panas seperti air panas(air memdidih), api, dll. Penanganan paling awal luka ini adalah alirkan dibawah air mengalir, bukan menggunakan odol apalagi minyak tanah. Alirkan dibawah air mengalir untuk perpindahan kalornya. Bila terbentuk bula boleh dipecahkan, perawatan luka jenis ini adalah perawatan luka terbuka dengan tetap menjaga sterilitas mengingat luka jenis ini sangat mudah terinfeksi. Dan ingat kebutuhan cairan pada pasien luka bakar.
luka jenis ini disebabkan dari luka gigitan binatang, seperti serangga, ular, dan binatang buas lainya. Kali ini luka gigitan yang dibahas adalah jenis luka gigitan dari ular berbisa yang berbahaya.
mengeluarkan racun yang sempat masuk ke dalam tubuh korban dengan menekan sekitar luka sehingga darah yang sudah tercemar sebagian besar dapat dikeluarkan dari luka tersebut. Tidak dianjurkan mengisap tempat gigitan, hal ini dapat membahayakan bagi pengisapnya, apalagi yang memiliki luka walaupun kecil di bagian mukosa mulutnya. Sambil menekan agar racunnya keluar juga dapat dilakukan pembebatan( ikat) pada bagian proksimal dari gigitan, ini bertujuan untuk mencegah semakin tersebarnya racun ke dalam tubuh yang lain. Selanjutnya segera mungkin dibawa ke pusat kesehatan yang lebih maju untuk perawatan lanjut.
Luka parut disebabkan karena benda keras yang merusak permukaan kulit, misalnya karena jatuh saat berlari. Cara mengatasi luka parut, bila ada perdarahan dihentikan terlebih dahulu dengan cara menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan kasa steril atau saputangan/kain bersih. Kemudian cuci dan bersihkan sekitar luka dengan air dan sabun. Luka dibersihkan dengan kasa steril atau benda lain yang cukup bersih. Perhatikan pada luka, bila dijumpai benda asing ( kerikil, kayu, atau benda lain ) keluarkan. Bila ternyata luka terlalu dalam, rujuk ke rumah sakit. Setelah bersih dapat diberikan anti-infeksi lokal seperti povidon iodine atau kasa anti-infeksi.
Terpotong adalah bentuk lain dari perlukaan yang disebabkan oleh benda tajam, bentuk lukanya teratur dan dalam, perdarahan cukup banyak, apalagi kalau ada pembuluh darah arteri yang putus terpotong.
menangani perdarahan terlebih dahulu yakni dilakukan dengan menekan bagian yang mengeluarkan darah dengan menggunakan kasa steril atau kain yang bersih. Bila ada pembuluh nadi yang ikut terpotong, dan cukup besar, dilakukan pembalutan torniquet. Pembalutan dilakukan dengan menempatkan tali/ikat pinggang/saputangan pada bagian antara luka dan jantung secara melingkar, kemudian dengan menggunakan sepotong kayu/ballpoint tali/ikat pinggang/saputangan tadi diputar sampai lilitannya benar-benar kencang. Tujuan cara ini untuk menghentikan aliran darah yang keluar dari luka. Setelah itu, luka ditutup dan rujuk ke rumah sakit. Pembebatan torniquet dilakukan pada lengan atas atau paha. Pembebatan di tempat lain tidak akan efektif. Pada luka yang teriris dioles anti infeksi kemudian ditutup kasa steril.
Dalam penanganan luka, sudah umum diketahui bahwa salah satu yang harus dilakukan adalah tindakan debridement. Debridement bertujuan untuk membuat luka menjadi bersih sehingga mengurangi kontaminasi pada luka dan mencegah terjadinya infeksi. Debridement bisa dilakukan dengan beberapa cara, dari yang kurang invasif hingga invasif, yaitu debridement secara biologik, mekanik, otolitik, enzimatik, dan surgical.
adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuan yang hendak dicapai adalah menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing, sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses penyembuhan.
adalah memperbaiki dan menyembuhkan luka dan ditandai dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur protein yang akan digunakan selama proses reonstruksi jaringan.
Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah ; menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringa mulai berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah perlukaan.
, Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan jaringan , Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman luka.
, Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.
Hematoma merupakan bekuan darah. Seringkali darah pada luka secara bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.
Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).
, Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat terjadi akibat dari balutan pada luka
terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.
Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan terjadi penurunan protein-kalori tubuh.
, Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh terhadap cedera,• Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan, Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular.
LUKA Luka dapat dibagi menjadi berbagai jenis berdasarkan kausa, bentuk luka, Ietak, berat ringannya, dan berdasarkan klinisnya.
Luka berdasarkan kausanya. Luka
karena sebab kekuatan fisik : - Karena kekuatan mekanis, luka ini disebut vulnus - Karena thermis - Karena elektris - Karena radiasi Luka karena bahan kimia : - Asam - Basa - Garam Luka yang ditumpangi bakteri pathogen : Streptococcus sp. dan Staphylococcus cp. yang disebut luka infeksi. Luka karena thermis, elektris, radiasi, dan karena bahan kimia menghasilkan luka bakar (combustio).
akan
Luka berdasarkan bentuk luka. 1. Luka terbuka (vulnus) : Luka dimana kontinuitas kulit terputus, selain kulit, jaringan di bawahnya ada juga yang terputus. Luka terbuka dibedakan menjadi : a. Vulnus excoriativum (luka lecet) Biasanya luka kasar dan tidak sampai lapisan sel basal kulit sehingga proses penyembuhannya berbeda dari luka yang lain, karena penyembuhannya berasal dari stratum germinativum yang menghasilkan suatu penyembuhan yang halus dan baik pada kulit yang terluka. Oleh karena itulah pembuatan vulnus excoriativum ini menjadi dasar dalam bedah plastik. b. Vulnus incisivum (scissum)
c. d.
e. f. g.
h. 1.
Adalah luka yang berbatas tegas dan rata (luka iris dan sayat) Vulnus caesum Pada dasarnya sama dengan scissum, cuma vulnus caesum lebih besar. Vulnus traumaticum Luka terbuka yang melebihi sel basal dan bentuknya tidak teratur, biasanya akibat kecelakaan. Vulnus laceratum (luka hancur) Vulnus punctum (luka tusuk) Luka di mana lebar luka Iebih kecil dari panjang (dalamnya) Iuka. Vulnus morsum (luka karena gigitan) Luka karena gigitan manusia relatif Iebih berbahaya dari pada gigitan hewan (kecuali hewan yang berbisa) Vulnus sclopetorium (luka tembus) Luka tembak ada 2 jenis : Vulnus penetrans Luka tembak tidak tembus, di mana peluru masih terdapat di dalam tubuh 2. Vulnus perforans Luka tembak tembus. Pada vulnus perforans terdapat 2 luka, yaitu luka akibat masuknya peluru dan akibat peluru yang keluar dari tubuh. Luka keluar lebih besar daripada luka masuk, hal ini karena peluru tidak bergerak pada suatu garis lurus, tetapi membentuk suatu putaran pada jalur tembak saja.
2. Luka tertutup (contusio) : Luka di mana kontinuitas kulit masih utuh, sedangkan jaringan di bawahnya banyak yang putus. Contoh: luka benda tumpul. Penanganannya : Dalam 24 jam pertama, kompres luka dengan kompres dingin untuk mengurangi perdarahan (biasanya diberikan lasonil salep atau trombophob yang mengandung heparin sehingga pembengkakan dapat berkurang). Baru kemudian diberi kompres hangat untuk mempercepat proses penyembuhan. Bila pembengkakan tidak berkurang, dapat dipikirkan untuk melakukan incisi atau pungsi untuk mengurangi hematom yang terbentuk, karena hematom merupakan deadspace yang dapat merupakan tempat pertumbuhan yang baik bagi bakteri sehingga timbul abces.
Luka berdasarkan letak. 1. Luka tersembunyi 2. Luka jelas
Luka berdasarkan berat ringannya. 1. Luka ringan : luka yang dangkal. 2. Luka dalam : luka yang cukup dalam mengenai berbagai lapisan jaringan 3. Luka parah : luka dalam di berbagai tempat.
Luka berdasarkan klinisnya.
Pembagian luka inilah yang terbaik. Karena pembagian berdasarkan klinis ini kita dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan keadaan luka pasien. Dibagi menjadi : 1. Luka bersih Luka yang dibuat sengaja oleh operator. 2. Luka kontaminasi Luka yang timbul pada kecelakaan yang tidak lebih dari 8 jam atau tidak melebihi golden period (0-8 jam setelah insiden). 3. Luka infeksi Luka kontaminasi yang sudah ada tanda-tanda infeksi (lebih dari 8 jam). Pada Golden Period, kita dapat melakukan jahitan pada luka dengan syarat sudah dilakukan debridement. Jahitan primer adalah jahitan pada luka. Jahitan primer dilakukan pada luka bersih dan luka kontaminasi setelah luka kontaminasi tersebut dilakukan debridement. Debridement dilakukan dalam 4 tahap : Tahap I : Toiletisasi luka dengan membersihkan luka dari kotaran dengan betadin dan alkohol 70 %. Tahap II : Eksisi jika masih terdapat jaringan yang kotor dan mati yang tidak hanyut pada proses tahap I. Tetapi dengan berpedoman untuk menghemat kulit secermat mungkin. Tahap III : Toiletisasi lagi dengan NaCl fisiologis. Tahap IV : Tepi luka diratakan. Pada luka infeksi tidak boleh dilakukan debridement dan tidak boleh langsung dijahit, tetapi lakukan perawatan terbuka dengan betadine dan kompres alkohol sampai 3 hari, dimana jaringan granulasi sudah timbul kemudian lakukan ondermyn agar kulit terpisah dengan jaringan granulasi, baru kemudian dijahit. Jahitan ini disebut jahitan sekunder . Apabila luka agak terlalu besar sehingga agak sukar untuk menyatukan tepi-tepi luka walaupun sudah dilakukan ondermyn maka dilakukan autotransplantasi kulit di tempat lain. Kemudian kulit transplant tadi dijahitkan pada luka, jahitan ini disebut jahitan tersier . Adalagi istilah jahitan situasi , yaitu jahitan pada luka infeksi yang dibuat untuk menenangkan pasien dengan sedikit menutup luka agar tidak terlalu menganga agar si pasien masih merasa diperhatikan oleh sang dokter.
LUKA Luka dapat dibagi menjadi berbagai jenis berdasarkan kausa, bentuk luka, Ietak, berat ringannya, dan berdasarkan klinisnya.
Luka berdasarkan kausanya. Luka
-
karena sebab kekuatan fisik : Karena kekuatan mekanis, luka ini disebut vulnus
- Karena thermis - Karena elektris - Karena radiasi Luka karena bahan kimia : - Asam - Basa - Garam Luka yang ditumpangi bakteri pathogen : Streptococcus sp. dan Staphylococcus cp. yang disebut luka infeksi. Luka karena thermis, elektris, radiasi, dan karena bahan kimia menghasilkan luka bakar (combustio).
akan
Luka berdasarkan bentuk luka. 1. Luka terbuka (vulnus) : Luka dimana kontinuitas kulit terputus, selain kulit, jaringan di bawahnya ada juga yang terputus. Luka terbuka dibedakan menjadi : a. Vulnus excoriativum (luka lecet) Biasanya luka kasar dan tidak sampai lapisan sel basal kulit sehingga proses penyembuhannya berbeda dari luka yang lain, karena penyembuhannya berasal dari stratum germinativum yang menghasilkan suatu penyembuhan yang halus dan baik pada kulit yang terluka. Oleh karena itulah pembuatan vulnus excoriativum ini menjadi dasar dalam bedah plastik. b. Vulnus incisivum (scissum) Adalah luka yang berbatas tegas dan rata (luka iris dan sayat) c. Vulnus caesum Pada dasarnya sama dengan scissum, cuma vulnus caesum lebih besar. . d Vulnus traumaticum Luka terbuka yang melebihi sel basal dan bentuknya tidak teratur, biasanya akibat kecelakaan. e. Vulnus laceratum (luka hancur) f. Vulnus punctum (luka tusuk) Luka di mana lebar luka Iebih kecil dari panjang (dalamnya) Iuka. g. Vulnus morsum (luka karena gigitan) Luka karena gigitan manusia relatif Iebih berbahaya dari pada gigitan hewan (kecuali hewan yang berbisa) h. Vulnus sclopetorium (luka tembus) Luka tembak ada 2 jenis : 1. Vulnus penetrans Luka tembak tidak tembus, di mana peluru masih terdapat di dalam tubuh 2. Vulnus perforans Luka tembak tembus. Pada vulnus perforans terdapat 2 luka, yaitu luka akibat masuknya peluru dan akibat peluru yang keluar dari tubuh. Luka keluar lebih besar daripada luka masuk, hal ini karena peluru tidak bergerak pada suatu garis lurus, tetapi membentuk suatu putaran pada jalur tembak saja. 2. Luka tertutup (contusio) :
Luka di mana kontinuitas kulit masih utuh, sedangkan jaringan di bawahnya banyak yang putus. Contoh: luka benda tumpul. Penanganannya : Dalam 24 jam pertama, kompres luka dengan kompres dingin untuk mengurangi perdarahan (biasanya diberikan lasonil salep atau trombophob yang mengandung heparin sehingga pembengkakan dapat berkurang). Baru kemudian diberi kompres hangat untuk mempercepat proses penyembuhan. Bila pembengkakan tidak berkurang, dapat dipikirkan untuk melakukan incisi atau pungsi untuk mengurangi hematom yang terbentuk, karena hematom merupakan deadspace yang dapat merupakan tempat pertumbuhan yang baik bagi bakteri sehingga timbul abces.
Luka berdasarkan letak. 1. Luka tersembunyi 2. Luka jelas
Luka berdasarkan berat ringannya. 1. Luka ringan : luka yang dangkal. 2. Luka dalam : luka yang cukup dalam mengenai berbagai lapisan jaringan 3. Luka parah : luka dalam di berbagai tempat.
Luka berdasarkan klinisnya. Pembagian luka inilah yang terbaik. Karena pembagian berdasarkan klinis ini kita dapat melakukan tindakan yang sesuai dengan keadaan luka pasien. Dibagi menjadi : 1. Luka bersih Luka yang dibuat sengaja oleh operator. 2. Luka kontaminasi Luka yang timbul pada kecelakaan yang tidak lebih dari 8 jam atau tidak melebihi golden period (0-8 jam setelah insiden). 3. Luka infeksi Luka kontaminasi yang sudah ada tanda-tanda infeksi (lebih dari 8 jam). Pada Golden Period, kita dapat melakukan jahitan pada luka dengan syarat sudah dilakukan debridement. Jahitan primer adalah jahitan pada luka. Jahitan primer dilakukan pada luka bersih dan luka kontaminasi setelah luka kontaminasi tersebut dilakukan debridement. Debridement dilakukan dalam 4 tahap : Tahap I : Toiletisasi luka dengan membersihkan luka dari kotaran dengan betadin dan alkohol 70 %. Tahap II : Eksisi jika masih terdapat jaringan yang kotor dan mati yang tidak hanyut pada proses tahap I. Tetapi dengan berpedoman untuk menghemat kulit secermat mungkin. Tahap III : Toiletisasi lagi dengan NaCl fisiologis. Tahap IV : Tepi luka diratakan. Pada luka infeksi tidak boleh dilakukan debridement dan tidak boleh langsung dijahit, tetapi lakukan perawatan terbuka dengan betadine dan kompres alkohol sampai 3
hari, dimana jaringan granulasi sudah timbul kemudian lakukan ondermyn agar kulit terpisah dengan jaringan granulasi, baru kemudian dijahit. Jahitan ini disebut jahitan sekunder . Apabila luka agak terlalu besar sehingga agak sukar untuk menyatukan tepi-tepi luka walaupun sudah dilakukan ondermyn maka dilakukan autotransplantasi kulit di tempat lain. Kemudian kulit transplant tadi dijahitkan pada luka, jahitan ini disebut jahitan tersier . Adalagi istilah jahitan situasi , yaitu jahitan pada luka infeksi yang dibuat untuk menenangkan pasien dengan sedikit menutup luka agar tidak terlalu menganga agar si pasien masih merasa diperhatikan oleh sang dokter.
Gunshot wound Indah PS, Lely, Irene, Elena, Luh S Teori Luka VI. TEORI LUKA
A. Keparahan luka tembak ditentukan oleh dua faktor:
1.
Kerusakan pada jaringan yang disebabkan oleh interaksi mekanik antara peluru dan lapisan
otot/jaringan.
2. Pengaruh rongga sementara yang diakibatkan oleh peluru.
B.
Sekali peluru menembus tubuh, pilin yang diakibatkan oleh alur pilin tidak memadai untuk mengkompensasi bertambahnya kepadatan jaringan.
1. Peluru mulai mengoleng, atau terhuyung-huyung pada jalur proyeksinya. Olengannya sudut antara jalur proyeksi dan poros membujur dari
adalah
peluru.
2. Saat peluru meluncur menerobosi jaringan, olengannya bertambah. Kalau
jalurnya cukup
panjang, olengannya akan mencapai 90°, jadi menonjolkan sisi pembukaan yang maksimum.
3. Kalau peluru terus meluncur, maka akan terjadi putaran balik 180° dan meluncur
dengan
gerakan mundur.
C. Sebagai tambahan pada kerusakan mekanis jaringan, peluru yang bergerak merusak tatanan lapisan jaringan sama seperti sebuah speed-boat yang merusak ketenangan air saat meluncur di atas danau.
1. Semakin besarn energi kinetis yang dikeluarkan oleh peluru, semakin banyak energi yang hilang, dan kerusakan tatanan jaringanpun semakin
besar.
2. Jaringan terhempas dari jalur peluru yang menyebabkan terjadinya rongga
sementara.
3. Rongga yang secara alamiah bersifat sementara hanya bertahan seper-5
sampai 10 ribu
detik saja.
a.
Sejak mulai terasa sampai pingsan, peluru melewati beberapa berangsur-angsur meliwati
getaran dan kontraksi yang semakin sebelum hilang sama
sekali, meninggalkan bekas luka yang
permanent.
b. Rongga sementara dapat menjadi 11 kali lebih besar dari diameter peluru.
c.
Titik pelebaran maksimum rongga oleh sebuah peluru non-fragmen, yang merusak bentuk akan
terjadi bilamana peluru meluncur pada sisinya.
4. Kerusakan paling parah pada rongga sementara terjadi pada luka tembak di kepala. Disini struktur yang tengkorak kepala yang keras hanya dapat mengurangi tekanan dengan cara meledak/pecah.
5. Besarnya rongga sementara dan tekanan yang dihasilkan oleh terhempasnya jaringan hanya berperan kecil, kalaupun ada, peran karena luka oleh peluru pistol, karena pada kenyataannya peluru pistol hanya memiliki energi kinetik yang relatif kecil.
6. Hal ini berbeda dengan peluru senapan center fire yang oleh sifat dari kecepatan tingginya memiliki jumlah energi kinitik yang sangat besar. Rongga besar dan tekanan gelombang besar dapat dihasilkan yang sebenarnya dapat mengkacaukan, memecahkan, dan juga dapat merobek organorgan yang tidak terkena secara langsung oleh peluru, tetapi itupun hanya dalam jarak yang dekat dengan jalurnya. memperlihatkan kecepatan tinggi dan energi kinetik dari aneka macam jenis amunisi.
D. Ujung yang kosong dan halus dari peluru senapan cenderung merobek tubuh yang meninggalkan luka yang lebih parah dibanding dengan jika tidak sobek. Sebaliknya peluru senjata militer cenderung untuk tidak merobek tubuh. Kecuali dalam peluru M16 (5.56 x 45 mm).
VII. LUKA TEMBAKAN SENAPAN
Bilaman sebuah senapan ditembakkan, peluru yang ada diikuti oleh:
Nyala api, sepanjang 1 sampai 2 inci dengan suhu kurang lebih 1400 °
Asap gas
Serbuk-serbuk yang terbakar maupun tidak terbakar
Karbon, debu dari bubuk mesiu yang terbakar
Logam berembun dari peluru, kelongsong dan primer
Tegantung jarak tembak antara moncong senapan dan sasaran, bahan tersebut dapat mempengaruhi keadaan serta dalamnya luka.
Berdasarkan bentuk dan juga luasnya, luka tembak bisa dibagi dalam empat kategori besar:
1. kontak
2. kontak dekat
3. sedang
4. jauh
A. Pada luka kontak, moncong senapan menempel pada kulit ketika ditembakkan.
1.
Kalau senapannya ditekan "keras" ke kulit, begitu menempel sehingga dipastikan tidak adan
celah diantara keduanya ketika senapan ditembakkan luka yang diakibatkan disebut kontak keras (hard contact ).
a. Pada luka yang diakibatkan oleh kontak keras, seluruh bahan yang keluar dari moncong senapan masuk kedalam kulit.
b. Pinggiran luka jadi terbakar dan menghitam oleh gabungan api menyala yang keluar dari moncong senapan dan saturasi debu disekitar nyala api
2. Kontak keras di bagian dada dan perut, apakah oleh senjata berupa senapan, pistol ataupun senapan tabur, luka yang diakibatkan berbentuk bulatanlubang
yang
dikelilingi
oleh
garis-garis
menghitam dan terbakar. Tidak jarang, gas yang masuk thoracic dan rongga perut menyebabkan dada dan dinding perut menyembul keluar menghantam pucuk moncong senapan, dan meninggalkan bentuk pelatuknya pada kulit.
3. Gambarnya sepenuhnya berbeda dalam hal luka kontak pada kepala lapisan yang tipis kulit kepala sobek sampai tulangnya terlihat.
a. Pada luka kontak di kepala yang dibidik oleh pistol, seseorang bisa mengalami:
i. lubang masuk dengan garis-garis menghitam yang hangus
dimana
ii. lubang luka dengan bekas moncong senapan yang membekas sekitarnya; atau
iii. lubang berbentuk belimbing
iv. Dua gambar terakhir menunjukkan gas yang keluar dari moncong senapan dan mengendap di antara kulit kepala dan tulang. Keadaan ini mengakibatkan melepuhnya kulit kepala dengan bekas pucuk senapan yang membekas, atau sobeknya kulit kepala yang melepuh yang mengakibatkan lubang berbentuk belimbing.
v. Pemeriksaan yang hati-hati pada pinggiran lubang belimbing membuktikan kerusakan yang sebenarnya, dengan garis-garis menghitam dan hangus dari mana sobekannya meluas.
vi. Ujud dan besarnya luka tergantung pada tingkat caliber senjatanya.
a) Dengan peluru rimfire .22 lubang lukanya berbentuk bulat dengan garis-garis menghitam dan hangus
b) Dengan Magnum .357 lubangnya khas berbentuk belimbing dengan keluarnya jaringan otak.
b. Pada luka kontak di kepala akibat senapan centerfire atau senapan tabur, terjadi luka menganga yang luar biasa mengerikan dengan kulit kepala sobek serta keluarnya jaringan otak. Hal ini diakibatkan oleh terjadinya rongga sementara dan pengaruh gas dibawah tekanan tinggi yang meluas dalam rongga kepala.
c. Pada luka kontak di kepala, kemungkinan terjadi back spatter atau muncratan balik ke senjata atau penembaknya.
i.
Back spatter terjadi akibat merebaknya gas dibawah kulit pada luka kontak serta pengaruh
rongga pada luka non-kontak. Back spatter ini keluar dari setiap pembukaan yang terjadi. Untuk droplet
<0.5mm, dengan jarak paling jauh
0-40cm dan maksimum 69cm. Untuk droplet >0.5 mm, paling
panjang adalam 0-50cm dengan jarak maksimum sebesar 119cm.
ii. Perlu disadari bahwa tidak dalam segala kejadian dimana jaringan atau darah menyembur balik ke senapan maupun penembaknya. Semua ini tergantung pada suatu tingkat jenis dan caliber senjata serta posisi penembaknya.
iii. Semburan lebih sering terjadi pada penembakan dengan senpan tabor atau Magnum .357 daripada pistol .22
4. Pada luka kontak lepas (loose contact), moncong laras menempel pada kulit tetapi untuk waktu yang singkat sejalan dengan meletusnya senjata, sebuah lubang menganga diantara moncong senapan dan kulit sehingga
abunya masuk dalam lubang tersebut. Abu atau debu ini bisa
dibersihkan.
5. Pada beberapa luka kontak, serbuk tidak saja tertinggal di jalan masuknya tetapi juga pada jalan keluarnya.
a.
Biasanya ini terjadi dengan serbuk bola dan berhubungan dengan luka akibat kontak keras
pada tubuh.
b.
Bersamaan dengan meluncurnya peluru ke dalam tub serbuk pun tertinggal di jalan
keluarnya.
B. Pada luka kontak dekat, moncong senapan dibidik pada jarak dekat pada lubang peluru yang dikelilingi oleh sebuah balutan
kulit sehingga terjadi
yang menghitam dan kulit terbakar. Balutan ini
cukup lebar untuk dapat dilihat pada luka kontak. Dengan pistol, luka kontak dekat terjadi ketika tembakan dilepas pada jarak kurang dari 10mm
C. Luka tembakan jarak sedang ditandai dengan adanya mesiu yang melekat pada luka terbuka
1. Powder tattooing terjadi ketika moncong senapan berjarak ketika ditembakkan, tetapi cukup dekat sehingga keluarnya butiran-butiran serbuk
dari moncong senapan menghantam kulit,
mengakibatkan pengikisan. Keadaan ini disebut powder tattoo marks
2. Powder tattooing terdiri dari banyak luka-luka berbahaya pada kulit berwarna coklat kemerahmerahan sampai merah jingga sekitar luka terbuka.
Jenis Senjata dan Amunisi I.
MACAM-MACAM JENIS SENJATA KECIL
A. Ada lima jenis senjata kecil:
1. Pistol
2. Senapan
3. Senapan tabur
4. Senapan sub-mesin
5. Senapan Mesin
Pada seluruh jenis senjata tersebut, te rkecuali senapan tabur, terdapat rifling interior pada larasnya.
B. Rifling adalah serangkaian alur pilin paralel yang memotong panjang kaliber larasnya.
1. Metal yang ada diantara alur-alurnya disebut lands.
2. Jumlah alur bisa beragam mulai dari 2 sampai 20 dengan arah bidik sesuai arah jam (kanan) atau sebaliknya (kiri).
a. Hampir semua pistol memiliki 5 atau 6 alur pilin ke kanan
Pada Colt alur pilinnnya adalah ke kiri.
b. Pada senapan centerfire, hampir semua senjata memiliki alur pilin ke arah kanan dengan jumlah pilin antara 4 sampai 6.
c. Alur pilin senjata .22 rimfire umumnya ke kanan dengan jumlah alur
antara 4.5 atau 6.
3. Rifling mengimpartasikan putaran rotasi peluru ketika meluncur dalam laras. Kegunaan putaran ini adalah untuk menstabilkan peluncuran
peluru ketika ditembakkan ke udara, dan menjaga
kejatuhannya.
II. SENJATA API
A. Pistol bisa dibagi menjadi dua kategori umum:
1. revolver - peluru disimpan dalam sebuah silinder yang diputar dengan
menarik picunya
2. pistol otomatis; semi otomatis - peluru disimpan dalam sebuah magasin;putaran pertama harus dimasukkan secara manual ke dalam ruang ledaknya.
B. Senapan - Senapan tabur
Senapan tabur dan senapan, dibidik memanfaatkan bahu,
1. Senapan tabur beda dengan senapan dimana moncongnya halus dan tidak
2.
terdapat rifling.
Senapan tabur dirancang untuk dapat memuntahkan butir-butir tabur ganda liwat larasnya,
sedangkan senapan dirancang untuk memuntahkan peluru tunggal liwat larasnya.
3. Senapan untuk menyerang adalah:
a. senapan yang mengisi pelurunya sendiri
b. mampu melakukan tembakan otomatis sepenuhnya
c. mempunyai kapasitas magasin yang besar
d. dilengkapi ruang ledak untuk peluru senapan dengan kekuatan sedang
(peluru dengan kekuatan sedang antara peluru senapan standard an
peluru pistol).
C. Senapan sub-mesin (pistol mesin) adalah senjata dengan kemampuan secara otomatis yang memiliki ruang ledak untuk peluru pistol. Senapan mesin menembakkan peluru senapan dan punya kemampuan tembak secara otomatis.
III. KALIBER
A. Kaliber sebuah senjata ditentukan oleh diameter moncong yang diukur dari land ke land . Ketentuan ini tidak selalu diikuti bahkan kaliber yang ditetapkan untuk sebuah senjata sangat perlu diperdebatkan.
1. Dalam sistem metrik yang digunakan di Eropa, kaliber senjata mengenali diameter peluru dan panjang kelongsongnya dalam milimeter. Jadi sebuah kelongsong ukuran 7.62 x 39 mm
menembakkan peluru berukuran 7.62 mm dalam diameter yang dilepaskan dari sebuah kelongsong peluru dengan panjang 39mm.
B. Istilah Magnum dalam pengertian sebuah pistol atau senapan, merujuk pada kekuatan ekstra sebuah peluru yang didorong dengan kecepatan yang lebih besar. Pada senapan tabur, istilah Magnum berarti meningkatnya berat mesiu pellet atau butir-butir peluru tabur dengan kecepatan yang umumnya tidak meningkat.
C.
Kaliber sebuah senapan tabur dikenali liwat ukurannya. Ukuran yan paling umum adalah 12, 16, 20 dan .410. Diameter moncongnya adalah:
1. 0729 inci untuk ukuran 12;
2. 0.615 inci untuk ukuran 20; dan
3. 0.410 inci untuk ukuran .410
D.
Apakah senapan tabur itu berukuran 12, 16 atau 20, butir-butir peluru tabur didorong kira-kira pada kecepatan yang sama. Perbedaannya, kelongsong ukuran 12 menampung lebih banyak butirbutir peluru tabur daripada yang berukuran 16 yang punya daya tampung butir-butir peluru tabur lebih dari yang berukuran 20.
IV. AMUNISI
A.
Amunisi senjata dengan putaran rotasi peluru dibagi dalam dua kategori yaitu centerfire atau rimfire - tergantung lokasi primernya.
1. Pada peluru rimfire, komposisi primernya terletak pada bibir kelongsong peluru dengan mesiu yang berhubungan dengan yang primer.
a. Pada saat penembakan, pemantiknya menghancurkan bibir kelongsong peluru, meledakkan komposisi primernya, menyulut bubuknya.
b. Saat ini amunisi rimfire hanya terbagi dalam tiga kaliber - 22 Short, 22Long Rifle dan 22 Magnum.
c. Amunisi rimfire bisa digunakan baik pada pistol maupun senapan.
2.
Umumnya amunisi adalah pusat ledakannya ( centerfire). Pada pusat
peledakan
kelongsong, kesulitan pokok terletak pada bagian tengah dasar kelongsong. Ketika ditembakkan, pemantiknya menghantam tengah-tengah dasar primer yang memantik komposisi primer yang selanjutnya memantik mesiunya
B. Kelongsong peluru biasanya terbuat dari kuningan, meskipun ada yang terbuat dari aluminium dan baja.
1. Ketika diledakkan, kelongsong peluru mengandung gas dari hasil pemantikan mesiu.
2. Kebanyakan peluru pistol bentuknya lurus sedang peluru senapan berbentuk leher botol (bottle neck )
3. Pada amunisi komersial, kaliber dan nama pabrik pembuatnya dicap pada dasar peluru.
4. Pada amunisi militer, nama pabrik dan tahun pembuatan amunisinya (baik berbentuk tulisan maupun kode) dicap pada dasar peluru.
C. Mesiu yang digunakan dalam kelongsong peluru adalah mesiu tidak mengandung asap, campuran dari nitrocellulose, dimana nitroglycerin bisa ditambahkan ataupun tidak ditambahkan. Ujud mesiu di Amerika Serikat umumnya adalah:
1. disk (flake atau serpihan) atau bola dalam pistol dan senapan tabor
2. silindrikal atau mesiu bola pada senapan laras panjang
D. Pelor merupakan bagian dari peluru yang lepas dari moncongnya ketika senjata ditembakkan
1. Oleh karena velositasnya yang tinggi, pusat penembak pelor senjata harus terbungkus metal baik secara penuh ataupun sebagian.
a. Pada umumnya pembungkusnya terbuat dari tembaga atau copper alloy tetapi bisa juga dari baja
b. Matanya terbuat dari timah tetapi untuk peluru-peluru militer bisa dari leburan baja atau gabungan keduanya.
2. Amunisi yang sepenuhnya terbungkus metal - pembungkusannya
menyelubungi
pucuk
dan sisi-sisi pelurunya.
3. Semua amunisi militer, termasuk amunisi pistol, haruslah berbungkus metal secara penuh.
4.
Pada amunisi semi-jacket , ada mata timah dengan bungkus tembaga
menutupi
sisi-
sisinya dan biasanya dasar pelurunya dengan mata yang menonjol pada ujungnya.
5. Sebagai kebiasaan, peluru timah digunakan pada revolver; peluru berbungkus metal penuh digunakan pada pistol otomatis.
6. Saat ini amunisi pistol umunya menggunakan peluru semi-jacket, iasanya dengan rancangan pucuk yang kosong, baik disengaja untuk
dipasang pada revolver maupun pistol otomatis.
7. Amunisi .22 Short dan Senapan Laras Panjang (long rifle) dipasang dengan pelor timah; amunisi Magnum .22 beramunisi jacket metal penuh atau semi-jacket.
8. Konfigurasi pelurunyapun bervariasi
a. Amunisi pistol biasanya:
i.
moncong bulat
ii. potongan semi-wad
iii. hollow point atau
iv. wad cutter (berbentuk silindris)
b. Amunisi senapan centerfire:
i.
full metal jacket atau
ii.
semi-jacket
iii. dengan ujung spitzer atau pucuk bulat
E. Hampir semua badan senapan tabur dibuat dengan sekam plastik dan kepala kuningan dengan pucuk yang mengatup
1. Dibalik ujung yang sobek terdapatlah pellet atau butir-butir peluru tabur (tembakannya), lalu gumpalan dan bubuk.
2. Pabrik yang berlainan menggunakan bahan gumpalan serta desain gumpalan yang berbeda pula. Ukuran dan pabrik pembuat amunisi dapat dikenali liwat gumpalan yang diambil
3. Federal dan Remington menggunakan gumpalan plastik sedang Winchester punya cirri-ciri khas yaitu menggunakan gumpalan dari kertas
maupun cardboard. Tetapi ada beberapa produk
Winchester yang menggunakan gumpalan plastik.
4. Pellet yang digunakan untuk berburu burung atau binatang-binatang kecil
disebut
birdshot. Diameter pellet atau butir-butir peluru tabur birdshot bervariasi
5. Pellet yang digunakan polisi untuk bela diri dan pengejaran disebut buckshot .
a. buckshot yang paling umum digunakan adalah #4 dan 00;
b. buckshot #4 berdiameter .24 inci;
c. yang 00 berdiameter .33 inci;
d. Ciri-cirinya, buckshot dipasang dengan bungkusan serbuk putih bahan plastik yang ketika ditembakkan akan dikeluarkan bersamaan dengan buckshot dan gumpalan.
F.
Sementara, umumnya muatan untuk senapan tabur mengandung birdshot atau buckshot, tetapi ada juga yang bermuatan gotri senapan
1. Peluru gotri senapan tabur sungguh-sungguh adalah misil timah yang besar :
a. berbentuk peluru seperti peluru gotri American Foster
b.
Peluru gotri Brenneke dari Eropa mirip dengan peluru gotri Foster hanya saja diberi
gumpalan cardboard yang menempel pada alasnya, atau:
c. jam pasir (hourglass) berbentuk bulat sabot
2. Serangkaian tulang siku dan alur pilin terdapat di sepanjang permukaan peluru gotri American Foster maupun Brenneke.
3. Berat peluru gotri ini berkisar antara kira-kira 350 sampai 490 grain
(kesatuan
berat
di
Inggris) tergantung ukuran.
4. Peluru gotri sabot punya konfigurasi jam pasir dan terbungkus dalam dua buah plastik
a. Seluruh himpunan, dua buah plastik yang menyelimuti peluru gotri berikut peluru gotrinya meluncur keluar melalui larasnya.
b. Sementara keluar, kedua buah plastiknya terlepas dan misil jam pasirnya terus meluncur menuju sasarannya
V. PERBANDINGAN BALISTIK PELURU
A. Peluru
1. Ketika sebuah peluru ditembakkan melalui larasnya,
penembakan meninggalkan dua jenis
tanda pada peluru:
a. karakteristik kelas dan
b. karakteristik individual
2. Karakteristik Kelas adalah pembuatan dan model senapan, contohnya, jumlah lands dan alur pilin; kepadatan pilin; kedalaman alur pilin serta
arahnya.
3. Karakteristik Individual adalah tanda-tanda yang dibuat pada peluru
oleh
ketidaksempurnaan dalam laras yang hanya ada pada laras individual
itu sendiri. Tanda-tanda
inilah yang dipakai para penyelidik senjata untuk
mengenali
peluru
yang
ditembakkan
oleh
senjata tertentu. B. Kelongsong Peluru
1. Kelongsong peluru juga punya tanda-tanda yang berasal dari pemantik,
pelontar dan juga dari
magasin.
2. Tanda-tanda ini dapat dipakai untuk mengenali asal kelongsong peluru
senjata yang spesifik.
3. Kadang-kadang, sidik jari dapat ditemui pada kelongsong peluru yang telah
ditembakkan.
C. Sidik jari pada senjata, khususnya pistol umumnya jarang dipakai. Jadi, rekomendasi sidik jari pada sebuah senjata, umumnya tidak menguntungkan.
Type your title here.
VII. LUKA TEMBAK
Pada saat peluru ditembakkan dari moncongnya, akan selalu diikuti dengan hak-hal berikut : Percikan api, 1 – 2 inci panjangnya dan temperature mencapai 1400° F Awan gas Biji-biji bubuk mesiu yang terbakar dan yang tidak terbakar. Karbon, jelaga dari pembakaran bubuk mesiu Uap logam dari peluru, selongsong peluru dan penggalak. Bergantung pada jarak antara moncong senjata dan target, materi-materi tersebut dapat mempengaruh tampakan dari luka tembak masuk yang terjadi. (gbr 8.12 dan 8.13)
Berdasarkan dari gambaran lukacdan jarak tembak, luka tembak dapat dibedakan menjadi 4 katagori yaitu : 1. luka tembak temple (contact) 2. luka tembak jarak sangat dekat (near contact) 3. luka tembak jarak dekat (intermediate) 4. luka tembak jarak jauh (distant)
A. Pada luka tembak tempel (contact), moncong senjata berhadapan langsung tanpa jarak dengan target pada saat penembakan.
C. Luka tembak jarak dekat (intermediate)
Luka tembak jarak dekat dikarakteristikkan dengan adanya ”kelim tato” disekitar luka tembak masuk. (gbr 8.16-c) 1. kelim tato muncul apabila moncong senjata diarahkan menjauh dari target pada
saat penembakan, namun jaraknya masih cukup dekat sehingga bubuk mesiu yang muncul dari moncong senjata pada saat penembakan bersamaan dengan menembusnya anak peluru ke kulit akan menghasilkan luka yang berlubanglubang kecil-kecil (punctated abrasions) pada kulit sekitar luka tembak masuk. Luka tersebut disebut kelim tato. 2. Kelim tato terdiri dari luka berlubang-lubang kecil (punctated lesion) yang multiple
berwarna merah-kecoklatan sampai orange-kemerahan yang mengelilingi kulit sekitar luka tembak masuk. 3. luka pada kelim tato adalah luka abrasi yang berlubang-lubang kecil (punctated
abrasions) a.
luka tersebut tidak dapat dihilangkan dengan menghapus/menggosoknya.
b. Luka tersebut bukan suatu luka bakar, sayangnya luka tersebut biasanya
menunjukkan bubuk mesiu yang terbakar (powder burns)
i.
istilah bubuk mesiu yang terbakar (powder burns) sangat remangremang dan tidak cocok dalam mendeskripsikan etiologi dari luka tersebut (kelim tato).
ii.
istilah bubuk mesiu yang terbakar (powder burns) tidak seharusnya digunakan pada saat mendeskripsikan kelim tato atau kulit yang terbakar atau menghitamnya kulit di sekitar luka akibat terbakar api dan atau penembakan.
4. Pada kasus-kasus penembakan dengan pistol, kelim tato akan muncul apabila
pistol tersebut ditembakkan dengan jarak moncong pistol ke target melebihi 10 mm. 5. jarak maksimum terbentuknya kelim tato pada target tergantung dari jenis bubuk
mesiu yang dipakai dan jenis senjatanya. 6. penggalak pada anak peluru yang banyak digunakan di Amerika Serikat diisi
dengan bubuk mesiu berbentuk bola (ball powder) atau bubuk mesiu yang berbentuk serpihan (flake/disc powder) disebut seperti itu karena bentuk-bentuk bubuk mesiu dan ukuran yang berbeda-beda. a.
bubuk mesiu yang berbentuk serpihan (flake/disc powder) adalah bubuk mesiu tradisional yang biasanya digunakan pada pistol, mengandung bubuk mesiu yang berbentuk sirkuler / bundar. Kelim tato yang muncul pada pistol yang anak pelurunya diisi bubuk mesiu jenis ini dapat muncul pada jarak moncong pistol dengan target kira-kira sampai 2 kaki.
b. Pada
pistol yang pada penggalaknya berada di tengah (centerfire
handguns) yang menggunakan bubuk mesiu berjenis bola (ball powder), kelim tato akan muncul pada jarak maksimum 3 – 4 kaki. 7. Pada senapan berburu (shotgun) dapat menggunakaan salah satu dari bubuk
mesiu jenis serpihan (flake) atau pun bola (ball). a.
Satu-satunya senjata shotgun yang menggunakan amunisi yang berisi bubuk mesiu jenis bola (powder ball) adalah senjata yang diproduksi oleh Winchester. Pabrik lainnya menggunakan bubuk mesiu jenis serpihan (flake).
b. Kelim tato muncul pada jarak 2 kaki dengan menggunakan shotgun yang
berisi bubuk mesiu jenis serpihan (flake) dan 3 kaki dengan shotgun yang berisi bubuk mesiu jenis bola (ball).
8. Pada senjata jenis senapan yang penggalaknya terletak di tengah (centerfire
rifles), diisi dengan dua jenis bubuk mesiu jenis bola dan silinder, pada bubuk mesiu jenis silinder, bubuknya berbentuk silindris yang kecil. a.
kelim tato dari bubuk mesiu jenis silindris akan muncul pada jarak yang tepat yaitu 2 kaki.
b. Sementara dari bubuk mesiu jenis bola muncul pada jarak 3 kaki. 9. Pada amunisi yang penggalaknya terletak di tepi (rimfire amunition) (22 Short ; 22
long Rifle) di isi dengan salah satu dari bubuk mesiu jenis bola (ball) atau serpihan (disc) a.
Satu-satunya pabrik yang menggunakan bubuk mesiu jenis bola adalah Winchester.
b. Bubuk mesiu yang di gunakan pada amunisi dengan penggalak yang
letaknya di tepi (rimfire amunition) sangat stabil dan jarak tempuhnya tidak terlalu jauh. Oleh karena itu kelim tato yang terbentuk pada anak peluru yang penggalaknya terletak di tepi dan menggunakan bubuk mesiu jenis bola jaraknya tidak lebih dari 1 ½ kaki. c.
Sedangkan
bila
menggunakan
bubuk
mesiu
jenis
serpihan
dapat
membentuk kelim tato pada jarak 2 kaki. 10. Telapak tangan dan kaki adalah area yang sangat resisten terhadap terbentuknya
kelim tato, malahan apabila terbentuk kelim tato pada area ini hal tersebut akan terlihat seperti area yang sebagian terlihat seperti luka bakar.
D. Apabila senjata di di tembakkan dengan jarak dekat pada tubuh, jelaga akan muncul dari moncong senjata dan mengendap pada pakaian dan kulit. Pada pistol, jelaga yang mengendap tidak akan timbul apabila jarak tembakan melebihi 12 inchi, tetapi pada banyak kasus, jelaga juga tidak timbul pada jarak kurang 12 inchi.
E. Saat jarak maksimal dimana kelim tato terbentuk telah terlampaui sehingga tidak terbentuk kelim tato, pada saat itu lah luka yang terjadi di sebut luka tembak jarak jauh (distant gunshot wound)
1. Luka tembak masuk jarak jauh cenderung membentuk bulatan atau oval dengan tepi luka yang tajam, khasnya pada luka masuk tepinya akan dikelilingi oleh cincin abrasi yang disebut kelim lecet. 2.
Kelim lecet terbentuk akibat peluru memotong secara kasar tepi luka sehingga membuat lecet kulit di daerah sekitarnya, hal tersebut tidak berhubungan dengan panas yang dihasilkan oleh peluru atau gerakan memutar peluru.
3. Kelim lecet yang bentuknya iireguler dapat terjadi pada : a.
Peluru yang ketika menembus kulit dengan membentuk sudut terhadap permukaan kulit. (gbr. 8.17-b)
b. Kulit yang berlipat-lipat pada saat peluru menembus bagian tersebut. c.
Deformitas pada peluru / peluru berubah bentuknya.
d. Peluru yang tidak stabil pada saat meluncur.
4.
Pada beberapa kasus, luka tembak masuknya tidak memliliki kelim lecet sisekitarnya, hal tersebut biasanya terjadi pada luka masuk akibat senapan yang anak peluru menggunakan penggalak yang berada ditengah (centerfire rifle), atau pada peluru semi-jacket dan full-metal jacket yang meluncur dengan kecepatan tinggi, yang biasanya menggunakan senjata jenis magnum 357 dan pada senjata dengan kaliber 9 mm.
5.
Luka
tembak
masuk
yang
dihasilkan
oleh
senapan
dengan
peluru
yang
menggunakan penggalak yang berada ditengah (centerfire rifle) dapat membentuk ”micro tears” sobekan-sobekan kecil disekitar luka masuk (gbr 8.17-c) a.
Sobekan-sobekan ini ukurannya seluas 1-2 mm, mengelilingi tepi dari luka tembak masuk.
b. c.
Tidak dapat disamakan dengan kelim lecet Biasanya muncul/terlihat dengan menggunakan senjata bertenaga besar seperti Magnum 357.
6.
Luka tembak masuk jarak jauh pada telapak tangan dan kaki bentuknya irreguler, sering terlihat ganbaran satelit dan gambaran kelim lecet yang kurang jelas. Lukanya lebih terlihat seperti luka tembak keluar.
F.
Pada luka tembak yang menyermpet, hal tersebut terjadi apabila peluru meluncur dan dan menyentuh kulit dengan membentuk sudut yang dangkal, sehingga menghasilkan daerah abrasi/lecet yang panjang tanpa membuat perforasi pada kulitnya. Sering pada kasus ini sulit ditentukan dari arah mana peluru meluncur.
G.
Pada luka tembak tangnsial (garis singgung), hal tersebut terjadi apabila peluru meluncur
dan
menyinggung
kulit
secara
sejajar
dengan
permukaan
kulit,
menghasilkan luka yang dangkal pada kulit sampai dengan lapisan subkutan. Terdapat robekan-robekan pada bagian tepi lukanya, yang menunjukkan atau sebagai petunjuk arah peluru meluncur.
H.
Luka tembak keluar cenderung lebih besar / lebar dan tepi lebih irreguler dibandingkan luka tembak masuk. Hal tersebut disebabkan karena pada saat anak peluru mencapai batas akhir pada salurannya, peluru menjadi tidak stabil, dan menjadi rusak / deformitas sehingga luka yang ditimbulkannya menjadi lebih besar. 1.
Pada saluran yang membentuk luka tembak keluar, bentuknya dapat berfariasi berupa celah atau melebar di bagian dalamnya, dari kecil sampai besar diameternya.
2.
Khasnya, luka tembak keluar tidak mempunyai kelim lecet disekitar luka, karena peluru yang melewati saluran luka tidak berhubungan dengan permukaan luar dari kulit.
3. Luka tembak keluar jarang disertai dengan kelim lecet pada tepinya, kalau pun ada disebut dengan ”shored exit wounds” (seperti pantai). Hal tersebut dapat terjadi apabila pada saat peluru keluar, kulit pada titik saat peluru keluar terdorong keluar mengikuti arah peluru dan berlawanan dengan permukaan
yang
keras
seperti
tanah
atau
tembok,
hal
tersebut
menyebabkan gesekan dan menyebabkan luka lecet pada tepi kulit dimana