SESI TANYA JAWAB
FARMAKOLOGI
PRESENT BY. KELOMPOK 1
Menghambat sintesa prostaglandin dengan menghambat kerja isoenzim COX-1 & COX-3
Mekanisme Aksi
Etodolac adalah obat anti inflamasi non steroid untuk mild-moderate pain, demam, dan radang
Etodolac
bekerja dengan menghambat enzim cyclooxygenase sehingga level prostaglandin menurun. Prostaglandin bertanggung jawab terhadap terjadinya inflamasi (peradangan)
Mekanisme kerja
Dosis : 200-400 mg 3 x sehari (dosis maksimal 1000 mg/hari)
diminum setelah makan dan diminum dengan air, untuk mengurangi efek samping pada lambung.
Satu hal yang perlu diperhatikan, etodolac juga memiliki efek pengencer darah sehingga hati-hati penggunaannya pada pasien yang menggunakan warfarin/coumarin
Dosis
Pemberian Ketorolac bersama dengan Methotrexate harus hati-hati karena beberapa obat yang menghambat sintesis prostaglandin dilaporkan mengurangi bersihan Methotrexate, sehingga memungkinkan peningkatan toksisitas Methotrexate.
Penggunaan bersama NSAID dengan Warfarin dihubungkan dengan perdarahan berat yang kadang-kadang fatal. Mekanisme interaksi pastinya belum diketahui, namun mungkin meliputi peningkatan perdarahan dari ulserasi gastrointestinal yang diinduksi NSAID, atau efek tambahan antikoagulan oleh Warfarin dan penghambatan fungsi trombosit oleh NSAID. Ketorolac harus digunakan secara kombinasi hanya jika benar-benar perlu dan pasien tersebut harus dimonitor secara ketat.
ACE inhibitor karena Ketorolac dapat meningkatkan risiko gangguan ginjal yang dihubungkan dengan penggunaan ACE inhibitor, terutama pada pasien yang telah mengalami deplesi volume.
Ketorolac mengurangi respon diuretik terhadap Furosemide kira-kira 20% pada orang sehat normovolemik.
Penggunaan obat dengan aktivitas nefrotoksik harus dihindari bila sedang memakai Ketorolac misalnya antibiotik aminoglikosida.
Pernah dilaporkan adanya kasus kejang sporadik selama penggunaan Ketorolac bersama dengan obat-obat anti-epilepsi.
Pernah dilaporkan adanya halusinasi bila Ketorolac diberikan pada pasien yang sedang menggunakan obat psikoaktif.
Interaksi obat
Ketorolac ampul ditujukan untuk pemberian injeksi intramuskular atau bolus intravena. Dosis untuk bolus intravena harus diberikan selama minimal 15 detik. Ketorolac ampul tidak boleh diberikan secara epidural atau spinal. Mulai timbulnya efek analgesia setelah pemberian IV maupun IM serupa, kira-kira 30 menit, dengan maksimum analgesia tercapai dalam 1 hingga 2 jam. Durasi median analgesia umumnya 4 sampai 6 jam. Dosis sebaiknya disesuaikan dengan keparahan nyeri dan respon pasien. Lamanya terapi : Pemberian dosis harian multipel yang terus-menerus secara intramuskular dan intravena tidak boleh lebih dari 2 hari karena efek samping dapat meningkat pada penggunaan jangka panjang.
Dosis
Efek samping di bawah ini terjadi pada uji klinis dengan Ketorolac IM 20 dosis dalam 5 hari.
Insiden antara 1 hingga 9% :
Saluran cerna : diare, dispepsia, nyeri gastrointestinal, nausea.
Susunan Saraf Pusat : sakit kepala, pusing, mengantuk, berkeringat.
Efek Samping
Dosis pada anak dan dewasa muda biasanya 0,5-2 mg/kg/hari. Dibagi menjadi 2 sampai 3 kali pemberian tergantung dari beratnya penyakit. Untuk kasus radang sendi rheumatoid yang menyerang anak usia muda, dosis dosis harian dapat mencapai 3 mg/kg/hari.
Dosis maksimal 150 mg tidak boleh dilampaui. Karena kekuatan dosis pada sediaan 50 mg, sediaan ini tidak direkomendasikan untuk digunakan pada anak dan dewasa muda dibawah 14 tahun. Tablet sediaan 25 mg dapat digunakan pada kelompok umur ini
Dosis Anak
Ketorolac merupakan suatu analgesik non-narkotik. Obat ini merupakan obat anti-inflmasi nonsteroid yang menunjukan aktivitas antipiretik yang lemah dan anti inflamasi. Ketirilac menghambat sintetis prostagandin dan dapat dianggap sebagai analgesik yang bekerja perfer karena tidak mempunyai efek terhadap reseptor opiat.
Nama kimia ketorolac adalah Benzoyl-2,3-dihydro-1 H-pyrrolizine-1-carboxylic acid dan 2 amino 2(hydroxymethyl)1,3 propanediol (1:1)
Ketorolac
Ketorolac diindikasikan untuk penatalaksanaan jangka pendek terhadap nyeri akut sedang sampai berat setelah prosedur bedah. Durasi total ketorolac tidak boleh lebih dari lima hari. Ketorolac secara parenteral dianjurkan diberikan segera setelah operasi. Harus diganti ke analgesik alternatif sesegera mungkin, asalkan terapi ketorolac tidak melebihi 5 hari. Ketorolac tidak dianjurkan untuk digunakan sebagai obat prabedah obstetri atau untuk analgesia obstetri karena belum diadakan penelitian yang adekuat mengenai hal ini dan karena diketahui mempunyai efek menghambat biosintesis prostagalndin atau kontraksi rahim dan sirkulasi fetus.
Indikasi
Pasien yang sebelumnya pernah mengalami alergi dengan obat ini, karena ada kemungkinan sensitivitas silang.
Pasien yang menunjukan manifestas alergi serius akibat pemberian asetosal atau obat anti-inflamasi non-steroid lain.
Pasien yang menderita ulkus peptikum aktif.
Diatesis hemoragik termasuk gangguan koagulasi.
Kontra Indikasi
Sindrom polip nasal lengkap atau parsial, angioedema atau bronkospasme. Terapi bersamaan dengan ASA dan NSAID lain. Hipovolemia akibat dehidrasi atau sebab lain. Gangguan ginjal derajat sedang sampai berat (kreatinin serum >160 mmol/L). Riwayat asma. Pasien pasca operasi dengan risiko tinggi terjadi perdarahan atau hemostasis inkomplit, pasien dengan antikoagulan termasuk Heparin dosis rendah (2.500–5.000 unit setiap 12 jam). Terapi bersamaan dengan Ospentyfilline, Probenecid atau garam lithium. Selama kehamilan, persalinan, melahirkan atau laktasi. Anak < 16 tahun. Pasien yang mempunyai riwayat sindrom Steven-Johnson atau ruam vesikulobulosa. Pemberian neuraksial (epidural atau intratekal). Pemberian profilaksis sebelum bedah mayor atau intra-operatif jika hemostasis benar-benar dibutuhkan karena tingginya risiko perdarahan.
Asam mefenamat merupakan kelompok antiinflamasi non steroid (AINS), yang bekerja dengan cara menghambat sintesa prostaglandin dalam jaringan tubuh dengan menghambat enzym siklooksigenase sehingga mempunyai efek analgesik antiinflamasi dan antipiretik
Asamafenamat/Mefanamic Acid
Dapat menghilangkan nyeri akut dan kronik, ringan sampai sedang sehubungan dengan sakit kepala, sakit gigi, dismenore primer, termasuk nyeri karena trauma, nyeri sendi, nyeri otot, nyeri setelah operasi, nyeri pada persalinan.
Indikasi
Pasien yang hipersensitf terhadap asam mefenamat
Penderita yang dengan asetosal mengalami bronkospasme, alergi rinitis dan urtikaria.
Penderita dengan tukak lambung dan usus.
Penderita dengan gangguan ginjal yang berat.
Kontra Indikasi
Tiap obat pasti berpotensi menyebabkan efek samping, termasuk ibuprofen. Beberapa efek samping yang dapat terjadi saat mengonsumsi obat ini antara lain:
Mual dan muntah
Perut kembung
Nyeri ulu hati
Gangguan pencernaan
Diare atau konstipasi
Sakit kepala
Tukak lambung
Muntah darah
Tinja berwarna hitam atau disertai darah
Efek Samping
Meloxicam adalah salah satu obat anti inflamasi non-steroid. Obat ini umumnya digunakan untuk meredakan gejala-gejala artritis, misalnya inflamasi, pembengkakan, serta kaku dan nyeri otot. Contoh penyakit artritis yang biasanya ditangani dengan meloxicam adalah osteoartritis, artritis reumatoid, dan ankylosing spondylitis.
Meloxicam
Obat ini bekerja dengan menghambat enzim yang memproduksi prostaglandin, yaitu senyawa yang dilepas tubuh yang menyebabkan rasa sakit serta inflamasi. Dengan menghalangi prostaglandin, obat ini akan mengurangi rasa sakit dan inflamasi.
Meloxicam hanya dapat mengurangi gejala dan tidak menyembuhkan artritis.
Mekanisme Kerja
Jenis obat
Anti inflamasi non-steroid
Golongan
Obat resep
Manfaat
Meredakan gejala-gejala artritis
Dikonsumsi oleh
Dewasa dan anak-anak di atas 2 tahun
Bentuk
Tablet
Tentang Meloxicam
Dosis meloxicam tergantung kepada kondisi yang diobati, tingkat keparahan gejala, dan respons tubuh pasien. Selain itu, pada pasien anak-anak, dosis juga disesuaikan dengan berat badan.
Dosis yang umum diberikan untuk orang dewasa adalah 7,5-15 mg per hari. Dosis maksimal obat ini adalah 15 mg per hari.
Dosis Meloxicam
Usia
Takaran
Frekuensi per hari
>12 tahun
200-400 mg
3-4 kali
10-12 tahun
300 mg atau 15 ml
3 kali
7-10 tahun
200 mg atau 10 ml
3 kali
4-7 tahun
150 mg atau 7,5 ml
3 kali
1-4 tahun
100 mg atau 5 ml
3 kali
6-12 bulan
50 mg atau 2,5 ml
3-4 kali
3-6 bulan
50 mg atau 2,5 ml
3 kali
Dosis Ibuprofen
Dosis penggunaan ibuprofen tergantung kepada tingkat keparahan rasa sakit yang diderita pasien. Jangan melebihi dosis maksimum ibuprofen untuk orang dewasa yaitu 2.400 mg per 24 jam. Tabel berikut ini akan menjelaskan dosis-dosis umum penggunaan ibuprofen bagi dewasa dan anak-anak.
Sebelum mengonsumsi ibuprofen, baca terlebih dahulu aturan pemakaian yang tertera pada kemasannya.
Dosis
Ibuprofen ada dalam dua enantiomer. Hanya S-ibuprofen saja yang digunakan sebagai penahan sakit.
Aktivitas analgesik (penahan rasa sakit) Ibuprofen bekerja dengan cara menghentikan Enzim Sikloosigenase yang berimbas pada terhambatnya pula sintesis Prostaglandin yaitu suatu zat yang bekerja pada ujung-ujung syaraf yang sakit.
Aktivitas antipiretik (penurun panas) Ibuprofen bekerja di hipotalamus dengan meningkatkan vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan aliran darah piretik.
Mekanisme kerja
Pada pencernaan : mual, muntah, diare, dan rasa sakit pada abdominal,
Pada sistem hematopoetik : leukopenia, eosinophilia, trombocytopenia, dan agranulocytopenia,
Pada sistem saraf : rasa mengantuk, pusing, penglihatan kabur dan insomnia.
Efek Samping
Penggunaan bersamaan dengan antikoagulan oral dapat memperpanjang prothrombine time.
Interaksi Obat
Digunakan melalui mulut (per oral), sebaiknya sewaktu makan.
Dewasa dan anak >14 tahun :
Dosis awal yang dianjurkan 500 mg, kemudian dilanjutkan 250 mg tiap 6 jam, sesuai dengan kebutuhan.
Dosis
Jika terjadi overdosis, maka pasien harus dirangsang muntah atau pasien diberi arang aktif (karbo absorben) untuk menyerap obat.
Over Dosis
Ibuprofen adalah sejenis obat yang tergolong dalam kelompok antiperadangan non-steroid (nonsteroidal anti-inflammatory drug) dan digunakan untuk mengurangi rasa sakit akibat artritis Ibuprofen juga tergolong dalam kelompok analgesik dan antipiretik Obat ini dijual dengan merk dagang] Advil, Motrin, Nuprin, dan Brufen
Ibuprofen diindikasikan sebagai analgesik (pengurang rasa nyeri) dan antipiretik (penurun panas). Secara umum, obat ini digunakan untuk mengurangi sakit otot, nyeri haid, selesma, flu dan sakit selepas pembedahan.
Nama kimia ibuprofen ialah asam 2-(4-isobutil-fenil)-propionat.
IbuProfen
Dosis harian yang direkomendasikan berkisar antara 100-150 mg pada kasus yang lebih ringan dan juga pada kasus yang membutuhkan terapi jangka panjang, dosis 75-100 mg per hari biasanya cukup
Pada kasus dismonerrhea (nyeri mensturasi yang berat) dosis harian harus disesuaikan dengan kisaran dosis 50-150 mg (biasanya seratus mg) sebagai dosis awal, dilanjutkan dengan 50 mg. 3 kali sehari.
Pada kasus migrane, dosis 50 mg biasa dipakai. Sebaiknya obat ini diminum dengan air putih. Tidak menggunakan cairan lain
Dosis Dewasa
Natrium declopenac memiliki 2 sediaan tablet. Yaitu,20 mg dan 50 mg. Tablet harus ditelan seluruhnya dengan cairan, lebih baik jika diminum sebelum makan, dan tidak boleh dibagi atau dikunyah.
dosis.
Efek samping yang memiliki angka kejadian 1-10% meliputi :
mual.
Muntah.
Diare.
Kembung.
Penurunan nafsu makan.
Peningkatan kadar enzim hati.
Nyeri kepala.
Vertigo.
Kemerahan pada kulit.
Kulkus peptik.
Berdaging pada telinga.
Efek Samping
Hipersensitivitas.
Diskrasia darah.
Demam tinggi.
Peradangan mulut, hidung tenggorokan juga disekitar anal dan genital
Efek samping
Dewasa: 2 sendok takar (10 ml) setiap 6 - 8 jam.
Maximum 8 sendok takar (40 ml) sehari.
Anak-anak:
Dosis untuk anak diberikan berdasarkan bobot badan sebagai berikut:
16 - 23 kg (kira-kira 4 - 6 thn) : ½ - 1½ sendok takar (drops: 0,5-1,5 mL)
24 - 30 kg (kira-kira 7 - 9 thn) : 1 - 2 sendok takar (drops: 0,8-2 mL)
31 - 45 kg (kira-kira 10 - 12 thn) : 1 - 3 sendok takar (drops: 1-3 mL)
46 - 53 kg (kira-kira 13 - 14 thn) : 1½ - 3½ sendok takar (drops: 1,5-3,5 mL)
Sendok takar = 5 ml
Bayi dan Balita:
Dosis untuk bayi dan balita diberikan berdasarkan bobot badan sebagai berikut:
5 - 8 kg (kira kira 3 - 11 bulan) : drops: 0,05-0,5 mL)
9 - 15 kg (kira kira 1 - 3 tahun) : drops: 0,15-1 mL
Sendok takar = 5 ml
Dewasa dan anak-anak 15 tahun:
Dosis sekali: 2 - 5 ml i.v. atau i.m.
Dosis sehari tidak lebih dari 10 ml.
Pengobatan dalam keadaan emergency untuk keadaan syok anafilaktik:
Suntikkan 1 ml (0,1 mg epinephrine), sambil tekanan darah dan detak jantung dimonitor, perhatikan adanya gangguan ritme jantung, jika diperlukan dapat diulang.
Kemudian suntikkan Glukokortikoid IV, contohnya 250 mg-1000 mg methylprednisolone, ulangi jika diperlukan.
Dosis ini dianjurkan untuk dewasa dengan bobot badan normal, untuk anak-anak diperlukan pengurangan dosis dan diberikan berdasarkan bobot badan. Untuk menyeimbangkan cairan tubuh dapat diberikan pengganti cairan tubuh (plasma expander).
Selain itu dilakukan pula pernafasan buatan, inhalasi oksigen dan pemberian antihistamin.
dosis
Paracetamol adalah derivat p-aminofenol yang mempunyai sifat antipiretik/analgesic
- Sifat antipiretik disebabkan oleh gugus aminobenzen dan mekanismenya diduga berdasarkan efek sentral.
- Sifat analgesik parasetamol dapat menghilangkan rasa nyeri ringan sampai sedang.
- Sifat antiinflamasinya sangat lemah sehingga sehingga tindak digunakan sebagai antirematik.
Parasetamol
Sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
Indikasi
Mengatasi nyeri berat akut dan kronis seperti pada keadaan penyakit reumatik, sakit kepala, sakit gigi atau adanya tumor, nyeri setelah kecelakaan atau operasi.
Mengatasi nyeri berat yang disebabkan spasme otot polos baik itu akut dan kronis sperti spesme otot kolik pada saluran pencernaan, saluran empedu ginjal dan saluran kemih bagian bawah
Indikasi
Metamizol ialah suatu senyawa yang memiliki efek analgesik
Metamizol
Tramadol adalah salah satu obat jenis obat pereda sakit yang kuat yang digunakan untuk menangani rasa sakit tingkat sedang hingga berat, misalnya rasa nyeri setelah operasi. Tramadol memengaruhi reaksi kimia di otak dan sistem saraf yang pada akhirnya mengurangi sensasi rasa sakit. Anjuran untuk mengonsumsi tramadol adalah tiap 4-6 jam sekali, tapi tidak boleh lebih dari 400 mg dalam satu hari.
Tramadol
Jenis obat
Analgesik opiat
Golongan
Obat resep
Manfaat
Meredakan rasa sakit tingkat sedang hingga berat
Dikonsumsi oleh
Dewasa dan anak-anak di atas umur 12 tahun
Bentuk
Kapsul, tablet, obat larut, suntik
Tentang Tramadol
Tramadol tersedia dalam berbagai merek dan dapat digunakan dalam bentuk tablet, kapsul, serta obat larut. Jenis obat ini juga ada yang bereaksi cepat dan lambat. Penggunaannya harus sesuai dengan resep dokter.
Tramadol
Dosis dan Frekuensi
Untuk mengurangi rasa sakit dengan cepat
50-100 mg per 4-6 jam
Dosis Tramadol
Dosis penggunaan tramadol tergantung pada tingkat keparahan rasa sakit yang diderita oleh pasien. Tetapi konsumsi obat ini tidak boleh melebihi 400 mg dalam durasi 24 jam.
Dosis penggunaan tramadol untuk jangka waktu yang lebih panjang akan diatur oleh dokter sesuai kondisi kesehatan dan kemajuan pasien. Untuk anak-anak di bawah 12 tahun, dosis dan penggunaan tramadol akan disesuaikan. Sementara itu, bagi manula yang berusia di atas 75 tahun dianjurkan untuk tidak mengonsumsi tramadol melebihi 300 mg per hari.
Sama seperti obat-obat lain, tramadol juga berpotensi menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang umum terjadi saat mengonsumsi analgesik ini adalah:
Pusing dan limbung
Lelah dan mengantuk
Mual dan muntah
Konstipasi dan sulit buang air kecil
Mulut kering
Perut kembung
Efek Samping
Tramadol adalah analgesik kuat yang bekerja pada reseptor opiat. Tramadol mengikat secara stereospesifik pada reseptor di sistem saraf pusat sehingga menghentikan sensasi nyeri dan respon terhadap nyeri. Disamping itu tramadol mmenghambat pelepasan neutrotransmiter dari saraf aferen yang bersifat sensitif terhadap rangsangan, akibatnya implus nyeri terhambat
Mekanisme Kerja
Hipersensitif terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati.
Kontra Indikasi
Reaksi kulit, darah, & reaksi alergi lain.
Efek Samping
Dewasa : 3-4 kali sehari 1-2 tablet.
Anak-anak : 3-4 kali sehari à ½-1 tablet.
Penyajian :Dikonsumsi bersamaan dengan makanan atau tidak
Jenis: Tablet
Dosis
Sediaan oral :
Dosis awal yang dianjurkan : 75 mg 3 kali sehari atau 50 mg 4 kali sehari.
Dosis maksimum 300 mg sehari. Sebaiknya digunakan bersama dengan makanan atau susu.
Injeksi IM :
50–100 mg tiap 4 jam. Dosis maksimum 200 mg/hari, tidak lebih dari 3 hari.
Dosis
Mual, muntah, diare, dyspepsia, konstipasi, pusing, sakit kepala, ulkus peptikum hemoragi perforasi, kemerahan kulit, gangguan fungsi ginjal dan hati, nyeri abdomen, konfusi ringan, vertigo, oedema, insomnia.
Reaksi hematologi : trombositopenia.
Bronkospasma dan anafilaksis jarang terjadi.
Efek Samping
Pemakaian bersama dengan warfarin, sulfonilurea atau hidantoin dapat memperpanjang waktu protrombin dan perdarahan gastrointestinal.
Pemakaian bersama dengan metotreksat dilaporkan menimbulkan interaksi berbahaya, mungkin dengan menghambat sekresi tubular dari metotreksat.
Interaksi Obat
Menghambat sintesa prostaglandin dengan membuat kerja isoenzim COX-1 dan COX-2
Mekanisme Kerja
Natrium Diclopenac merupakan bagian dari obat non-steroid yang memiliki fungsi sebagai anti-reumatik, anti radang dan penurun demam. Obat ini diindikasi untuk pasien dengan berbagai bentuk radang degeneratif dari reumatik seperti atritis reumatoid, spondilitis ankilosis, ostreoatritis, serangan gout (kadar asam urat yang tinggi) akut, sindrom nyeri pada tulang belakang.
Diclopenac Natrium
Hipersensitif terhadap ketoprofen, aspirin dan AINS lain.
Gangguan fungsi ginjal dan hati yang berat
Kontra Indikasi
Untuk mengobati gejala-gejala artritis rematoid, ankilosing spondilitis, gout akut dan osteoartritis serta kontrol nyeri dan inflamasi akibat operasi ortopedik.
Indikasi
Ketoprofen merupakan suatu antiinflamasi non steroid dengan efek antiinflamasi, analgesik dan antipiretik. Sebagai anti inflamasi bekerja dengan menghambat sintesa prostaglandin. Pada pemberian oral kadar puncak dicapai selama 0,5–2 jam. Waktu paruh eliminasi pada orang dewasa 3 jam, dan 5 jam pada orang tua
Ketoprofen
Obat anti inflamasi non-steroid atau yang lebih dikenal dengan sebutan NSAID (non steroidal anti-inflammatory drugs) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgesik (pereda nyeri), antipiretik (penurun panas), dan anti inflamasi (anti radang). Istilah "nonsteroid" digunakan untuk membedakan jenis obat-obatan ini dengan steroid yang juga memiliki khasiat serupa. NSAID bukan tergolong obat-obatan jenis narkotika.
Anti Inflemasi Non-Steroid
Mekanisme kerja NSAID didasarkan atas penghambatan isoenzim COX-1 (cyclooxygenese-1) dan COX-2 (cyclooxyganase-2). Enzim cyclooxygenese ini berperan dalam memacu pembentukan prostaglandin dan tromboksan dari arachidonic acid. Prostaglandin merupakan mulekoul pembawa pesan pada proses inflamasi (radang)
Mekanisme Kerja NSAID
NAMA UMUM - NAMA GENERIK
Ansaid - Flurbiprofen
Butazolidin - Phenylbutazon
Clinoril - Sulindac
Dolobid - Diflunisal
Feldene - Piroxicam
Indocin - Indometahacin
Lodine - Etodolac
Meclomen - Meclofenamate
Motrin - Ibuprofen
Nalfon - Fenoprofen
Naprosyn - Naproxen
Orudis - Ketoprofen
Ponstel - Mefenamic acid
Relafen - Nabumetone
Rimadyl - Carprofen
Tolectin - Tolmetin
Toradol - Ketorolac
Voltaren - Diclofenac
OBAT ANTI PERADANGAN NON STEROID (NSAID)
Semua obat berpotensi menyebabkan efek samping, termasuk meloxicam. Beberapa efek samping yang umum terjadi saat mengonsumsi obat ini adalah:
Mual dan muntah.
Gangguan pencernaan.
Sakit kepala.
Sulit tidur.
Efek samping ini biasanya akan berkurang seiring penyesuaian tubuh terhadap obat. Segera hentikan pemakaian obat dan temui dokter jika Anda mengalami efek samping yang serius, seperti kesulitan bernapas, tinja berwarna hitam atau berdarah, dan muntah darah.
Efek samping ini biasanya akan berkurang seiring penyesuaian tubuh terhadap obat. Segera hentikan pemakaian obat dan temui dokter jika Anda mengalami efek samping yang serius, seperti kesulitan bernapas, tinja berwarna hitam atau berdarah, dan muntah darah.
Efek Samping
Nabumetone adalah suatu non steroid antiinflamasi yang tidak mempunyai sifat asam. Setelah di absobrsi di saluran pencernaan, nabumetone akan segera dimetabolisme di hati menjadi metabolit aktif.
Nabumeton
Osteoartritis, rematoid atritis dan keadaan-keadaan yang memerlukan terapi dengan preparat anti inflamasi
indikasi
Berikut ini adalah dosis awal pemberian morfin bagi orang dewasa atau bagi yang telah memiliki berat badan lebih dari 50 kilogram.
Untuk morfin tablet, dosis yang diberikan biasanya berkisar antara 5-20 mg tiap empat jam sekali. Sedangkan untuk morfin suntik, dosis yang diberikan biasanya berkisar antara 3-5 mg tiap empat jam sekali. Dosis akan diberikan sesuai dengan tingkat keparahan rasa sakit, kondisi pasien. Dosis akan direvisi secara teratur dan disesuaikan dengan respons tubuh terhadap obat.
Mengenai pasien anak-anak, selain mempertimbangkan tingkat rasa sakit dan kondisi, dosis morfin juga akan disesuaikan dengan berat badan mereka.
Dosis Morfin
Jenis obat
Analgesik opium
Golongan
Obat resep
Manfaat
Meredakan rasa sakit yang parah
Dikonsumsi oleh
Dewasa dan anak-anak
Bentuk obat
Tablet, kapsul, cairan yang diminum, dan suntik
Tentang Morfin
Menghentikan pengobatan morfin yang telah berlangsung jangka panjang juga tidak bisa sekaligus, terutama pada pasien yang menggunakan morfin dalam dosis besar. Hal ini dapat menimbulkan gejala putus obat seperti kegelisahan, tubuh berkeringat, nyeri otot, dan mual. Untuk mengatasinya dokter akan mengurangi dosis secara bertahap hingga pasien benar-benar lepas dari morfin.
Morfin merupakan jenis obat yang masuk ke dalam golongan analgesik opium atau narkotik. Obat ini digunakan untuk mengatasi rasa sakit yang terbilang parah dan berkepanjangan atau kronis. Morfin bekerja pada saraf dan otak sehingga tubuh tidak merasakan rasa sakit.
Meskipun memiliki manfaat besar, morfin juga dapat menyebabkan ketergantungan. Risiko ketergantungan ini bahkan lebih tinggi pada pasien yang di masa lalunya pernah kecanduan alkohol atau narkoba.
Morfin
Sama seperti obat-obat lainnya, morfin berpotensi menyebabkan efek samping. Beberapa efek samping yang biasa terjadi setelah mengonsumsi analgesik narkotik ini adalah:
Mengantuk
Pusing atau sakit kepala
Mual
Sembelit
Sulit buang air kecil
Gangguan tidur
Mulut terasa kering
Tubuh berkeringat
Biasanya efek samping akan hilang dengan sendirinya setelah tubuh menyesuaikan dengan pengobatan. Namun jika efek samping tidak kunjung hilang atau justru memburuk, hubungi dokter yang memberikan resep obat ini sebelum melanjutkan penggunaan.
Efek Samping
Obat Analgesik Non-Nakotik dalam Ilmu Farmakologi juga sering dikenal dengan istilah Analgetik/Analgetika/Analgesik Perifer. Analgetika perifer (non-narkotik), yang terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral. Penggunaan Obat Analgetik Non-Narkotik atau Obat Analgesik Perifer ini cenderung mampu menghilangkan atau meringankan rasa sakit tanpa berpengaruh pada sistem susunan saraf pusat atau bahkan hingga efek menurunkan tingkat kesadaran. Obat Analgetik Non-Narkotik / Obat Analgesik Perifer ini juga tidak mengakibatkan efek ketagihan pada pengguna (berbeda halnya dengan penggunanaan Obat Analgetika jenis Analgetik Narkotik).
Analgetik Non-Opoid
Petidin merupakan narkotika sintetik derivat fenilpiperidinan dan terutama berefek terhadap susunan saraf pusat. Mekanisme kerja petidin menghambat kerja asetilkolin (senyawa yang berperan dalam munculnya rasa nyeri) yaitu pada sistem saraf serta dapat mengaktifkan reseptor, terutama pada reseptor µ, dan sebagian kecil pada reseptor kappa. Penghambatan asetilkolin dilakukan pada saraf pusat dan saraf tepi sehingga rasa nyeri yang terjadi tidak dirasakan oleh pasien
Efeknya terhadap SSP adalah menimbulkan analgesia, sedasi, euphoria, dapresi pernafasan serta efek sentral lain. Efek analgesik petidin timbul aga lebih cepat daripada efek analgetik morfin, yaitu kira-kira 10 menit, setelah suntikan subkutan atau intramuskular, tetapi masa kerjanya lebih pendek, yaitu 2–4 jam. Absorbsi petidin melalui pemberian oral maupun secara suntikan berlangsung dengan baik. Obat ini mengalami metabolism di hati dan diekskresikan melalui urin
Pethidin
Petidin ( meperidin, demerol ) adalah zat sintetik yang formulanya sangat berbeda dengan morfin, tetapi mempunyai efek klinik dan efek samping yang mendekati sama. Perbedaan dengan morfin sebagai berikut :
1. Petidin lebih larut dalam lemak dibandingkan dengan morfin yang lebih larut dalam air.
2. Metabolisme oleh hepar lebih cepat dan menghasilkan normeperidin, asam meperidinat dan asam normeperidinat. Normeperidin adalah metabolit yang masih aktif memiliki sifat konvulsi dua kali lipat petidin tetapi efek analgesinya sudah bekurang 50%. Kurang dari 10% petidin bentuk asli ditemukan dalam urin.
3. Petidin bersifat seperti atropine menyebabkan kekeringan mulut, kekaburan pandangan dan takikardia.
4. Seperti morfin ia menyebabkan konstipasi, tetapi efek terhadap sfingter Oddi lebih ringan.
5. Petidin cukup efektif untuk menghilangkan gemetaran pasca bedah yang tak ada hubungannya dengan hipotermi dengan dosis 20-25 mg i.v pada dewasa. Morfin tidak.
6. Lama kerja petidin lebih pendek dibandingkan morfin.
Petidin mampu menimbulkan efek penghilang nyeri yang sangat ampuh namun petidin juga dapat menimbulkan efek samping yang cukup serius. Salah satu efek samping yang perlu diperhatikan oleh tenaga medis adalah ketagihan terhadap obat-obatan golongan narkotik dan timbulnya depresi pada sistem pernafasan. Efek samping petidin lainnya antara lain: pusing, merasa lemah, sakit kepala, perubahan suasana hati, agitasi, bingung, konstipasi, mulut mengering, berkeringat, gangguan penglihatan, gangguan jantung, mengantuk, mual, muntah, dan gangguan aliran darah. Penggunaan petidin juga dapat menimbulkan alergi dengan manifestasi seperti gatal, bengkak dan merah pada daerah suntikan, pembengkakan pada bibir, wajah, hingga terjadinya kesulitan pernafasan. Apabila overdosis akan terjadi lemah otot dan gangguan aliran darah akut.
Apabila pasien telah menggunakan petidin dalam jangka waktu lama dan atau dalam dosis besar, penggunaan petidin tidak boleh langsung diberhentikan secara tiba-tiba. Hal ini karena akan menyebabkan timbulnya efek withdraw, dimana akan terjadi gejala putus obat (sakau) seperti jantung berdebar, denyut nadi cepat, dan pernafasan menjadi tertekan, nyeri pada seluruh tubuh, rasa tidak nyaman.
Efek samping
Kodein merangsang reseptor susunan saraf pusat (SSP) yang dapat menyebabkan depresi pernafasan, vasodilatasi perifer, inhibisi gerak perilistatik usus, stimulasi kremoreseptor dan penekanan reflek batuk.
Mekanisme Kerja Codein
Euforia, gatal-gatal, muntah, mual, mengantuk, miosis, penahanan urine, depresi pernafasan dan jantung, depresi mental, lemah, gugup, insomnia, hipotensi, hipersensitif.
Penggunaan jangka panjang mengakibatkan toleransi ketergantungan.
Pada dosis besar menyebabkan kerusakan hati.
Efek Samping
Analgetik dibagi menjadi dua yaitu :
Analgetik Opoid/Narkotika.
Analgetik Non-narkotika.
Pembagian Analgetik
Hanya efektif untuk menyembuhkan sakit
Tidak narkotika dan tidak menimbulkan rasa senang dan gembira apabila digunakan sebagai mana mestinya
Tidak mempengaruhi pernapasan
Gunanya untuk nyeri sedang, ex: sakit gigi
Karakteristik obat Analgetik:
Didalam lokasi jaringan yang mengalami luka atau peradangan beberapa bahan algesiogenic kimia diproduksi dan dilepaskan, didalamnya terkandung dalam prostaglandin dan brodikinin. Brodikinin sendiri adalah perangsang reseptor rasa nyeri. Sedangkan prostaglandin ada 2 yang pertama Hiperalgesia yang dapat menimbulkan nyeri dan PG(E1, E2, F2A) yang dapat menimbulkan efek algesiogenic.
Penyebab sakit/ nyeri.
Analgesik atau analgetik, adalah obat yang digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa sakit atau obat-obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran.
Obat ini digunakan untuk membantu meredakan sakit, sadar tidak sadar kita sering mengunakannya misalnya ketika kita sakit kepala atau sakit gigi, salah satu komponen obat yang kita minum biasanya mengandung analgesik atau pereda nyeri.
PENGERTIAN ANALGETIK
Analgesik opioid merupakan kelompok obat yang memilikisifat-sifat seperti opium atau morfin. Golongan obat ini digunakan untuk meredakan atau menghilangkan rasa nyeri seperti pada fractura dan kanker.
Analgesik opioid digunakan untuk mengurangi nyeri sedang sampai berat, terutama yang pada bagian viseral. Penggunaan berulang dapat mengakibatkan ketergantungan dan toleransi, tapi ini bukan alasan tidak digunakannya dalam mengatasi nyeri pada penyakit terminal. Penggunaan opioid kuat mungkin sesuai untuk beberapa kasus nyeri kronis non-keganasan; pengobatan sebaiknya diawasi oleh dokter spesialis dan kondisi pasien sebaiknya dikaji setiap interval tertentu
Analgesik Opoid
Kodein merupakan prodrug, karena di saluran pencernaan kodein diubah menjadi bentuk aktifnya, yakni morfin dan kodeina-6-glukoronida Sekitar 5-10% kodein akan diubah menjadi morfin, sedangkan sisanya akan menjadi bentuk yang bebas, atau terkonjugasi dan membentuk kodeina-6-glukoronida (70%), norkodeina (10%), hidromorfona (1%). Seperti halnya obat golongan opiat lainnya, kodein dapat menyebabkan ketergantungan fisik, namun efek ini relatif sedang bila dibandingkan dengan senyawa golongan opiat lainnya.
Codein
Golongan
Sediaan
Penyakit/indikasi
Penghilang nyeri golongan opioid (analgesik opioid)
Tablet: 30 mg (fosfat)
Penghilang nyeri opioid potensi rendah untuk nyeri rignan samapi sedang
Indikasi
Meredakan nyeri hebat, antitusif, diare
Kontraindikasi
Depresi saluran nafas, penyakit obstruksi paru-paru, juga pada kondisi dimana hambatan perilistatik harus dihindari, pada kejang perut.
Indikasi dan Kontra Indikasi
Nyeri ringan sampai sedang, per oral, DEWASA 30-60 mg tiap 4 jam bila perlu, maksimal 240mg/hari; ANAK 1-12 tahun, 0.5-1 mg/kg tiap 4-6 jam bila perlu; maksimal 240 mg sehari
Dosis Codein
Dosis petidin intramuscular 1-2 mg/kgBB (morfin 10x lebih kuat) dapat diulang tiap 3-4 jam. Dosis intavena 0,2-0,5 mg/kgBB. Petidin subkutan tidak dianjurkan karena iritasi. Rumus bangun menyerupai lidokain, sehingga dapat digunakan untuk analgesia spinal pada pembedahan dengan dosis 1-2 mg/kgBB.
Dosis
Berikatan dengan reseptor di sistem saraf pusat, mempengaruhi persepsi dan respon terhadap nyeri
Mekanisme Kerja
Indikasi
Nyeri sedang sampai berat, nyeri pasca bedah
Kontra indikasi
Depresi pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala
Indikasi dan kontra indikasi
Dexamethasone merupakan kelompok obat kortikosteroid. Obat ini bekerja dengan cara mencegah pelepasan zat-zat di dalam tubuh yang menyebabkan peradangan.
Dexamethasone digunakan dalam menangani berbagai kondisi, misalnya penyakit autoimun seperti sarcoidosis dan lupus, penyakit inflamasi usus seperti ulcerative colitis dan penyakit Crohn, beberapa penyakit kanker, dan alergi.
Dexamethasone juga digunakan untuk mengatasi mual dan muntah akibat kemoterapi, mengobati hiperplasia adrenal kongnital, serta untuk mendiagnosis penyakit Cushing.
Dexametason
Jenis obat
Kortikosteroid
Golongan
Obat resep
Manfaat
Mengatasi alergi
Mengobati inflamasi atau peradangan
Meredakan pembengkakan otak
Mengatasi edema makula
Mengatasi mual dan muntah akibat kemoterapi
Untuk mendiagnosis penyakit Cushing
Mengatasi hiperplasia adrenal kongenital
Dikonsumsi oleh
Dewasa dan anak-anak
Bentuk obat
Tablet, cairan yang diminum, suntik dan infus
Tentang Dexamethason
Dosis dexamethasone akan tergantung pada penyakit atau gejala yang ditangani. Umumnya, dosis awal yang akan diresepkan dokter berada di antara 0.75-9 mg per harinya. Perlu diketahui bahwa dosis dexamethasone juga akan disesuaikan dengan perkembangan penyakit/gejala dan respons tubuh pasien terhadap obat ini. Untuk pengguna anak-anak, berat badan mereka juga perlu dipertimbangkan dalam menentukan dosis dexamethasone. Untuk informasi lebih lengkap, tanyakan pada dokter.
Dosis
Dexamethasone dapat menyebabkan efek samping dan bentuk efek samping tersebut bisa berbeda-beda pada penggunanya. Ada beberapa efek samping yang mereda seiring dengan tubuh menyesuaikan diri dengan obat ini.
Beberapa efek samping dexamethasone yang umum adalah:
Badan terasa lelah atau lemas
Gangguan pola tidur
Sakit kepala
Vertigo
Keringat berlebihan
Jerawat
Kulit kering dan menipis serta gampang memar
Pertumbuhan rambut yang tidak biasa
Perubahan suasana hati seperti depresi dan mudah tersinggung
Mudah haus
Sering buang air kecil
Nyeri otot
Nyeri pada sendi atau/dan tulang
Sakit perut atau perut terasa kembung
Rentan terhadap infeksi
Petidin merupakan obat golongan opioid yang memiliki mekanisme kerja yang hampir sama dengan morfin yaitu pada sistem saraf dengan menghambat kerja asetilkolin (senyawa yang berperan dalam munculnya rasa nyeri) serta dapat mengaktifkan reseptor, tertama pada reseptor mu, dan sebagian kecil pada reseptor kappa. Penghambatan asetilkolin dilakukan pada saraf pusat dan saraf tepi sehingga rasa nyeri yang terjadi tidak dirasakan oleh pasien. Onset petidin termasuk cepat dimana efek dapat dirasakan setelah 15 menit obat dimasukkan dan memiliki durasi 2-4 jam. Petidin diindikasikan untuk penderita nyeri berat dan hebat serta nyeri yang berlangsung lama (misalnya: nyeri setelah operasi, nyeri karena infeksi saluran kencing bagian atas, nyeri karena kanker). Petidin lebih efektif dalam nyeri neuropatik.
Mekanisme kerja
Kinerja steroid dalam tubuh menghasilkan beragam efek sehingga penggunaan steroid dari luar (eksogen) selain memiliki efek pengobatan juga perlu diperhatikan efek sampingnya. Hal ini terjadi terutama bila dipakai dalam jangka waktu yang lama.
Beberapa efek yang umum terjadi saat melakukan pengobatan dengan steroid eksogen :
peningkatan tekanan darah (sehingga perlu diwaspadai pada pasien hipertensi),
menghambat pertumbuhan pada anak,
peningkatan berat badan,
deposit lemak pada wajah (moon face), dan
osteoporosis.
Saat ini penggunaan steroid sebagai terapi penyakit semakin meluas. Hormon ini tidak hanya diberikan pada seseorang yang mengalami kekurangan steroid alami dalam tubuhnya (misalnya penyakit Addison), tetapi juga pada keluhan asma, alergi, rheumatoid arthritis, gangguan pencernaan (ulkus), luka radang (inflamasi) pada mata maupun kulit, hingga mengatasi reaksi autoimun ketika dilakukan transplantasi jaringan. Oleh karena itu banyak digunakan bentuk steroid sintesis dalam praktek pengobatan berbagai penyakit seperti prednison, prednisolon, metilprednisolon, deksametason, betametason, dan triamsinolon.
Anti Inflemasi Steroid
Efek samping biasanya jarang terjadi namun efek samping tersebut adalah :
diare.
Mual.
Kembung.
Sembelit.
Sakit kepala.
Pusing.
Gatal.
Kemerahan.
mengantuk
Efek Samping
Dewasa.
2 tablet 1 gram sekali diminum di malam hari, untuk keadaan yang berat, gejala-gejala yang menetap dalam keadaan akut, diberikan penambahan 1-2 tablet 500 mg-1 gram di pagi hari
2. Orang tua.
Pada orang tua yang berusia lanjut, dimana konsentrasi obat dalam darah akan lebih tinggi, maka dosis jangan melebihi 1 gram/hari. Pada kebanyakan kasus, dosis 500 mg (1 tablet) sehari, sudah memberikan hasil yang baik.
Dosis
Tukak lambung yang aktif, gangguan fungsi hati yang berat (misalnya : sirosis hepatitis) pasien yang snsitif terhadap nabumetone
Kontra Indikasi
Metilprednisolon merupakan kortikosteroid dengan kerja intermediate yang termasuk kategori adrenokortikoid, antiinflamasi dan imunosupresan.
Adrenokortikoid:
Sebagai adrenokortikoid, metilprednisolon berdifusi melewati membran dan membentuk komplek dengan reseptor sitoplasmik spesifik. Komplek tersebut kemudian memasuki inti sel, berikatan dengan DNA, dan menstimulasi rekaman messenger RNA (mRNA) dan selanjutnya sintesis protein dari berbagai enzim akan bertanggung jawab pada efek sistemik adrenokortikoid. Bagaimanapun, obat ini dapat menekan perekaman mRNA di beberapa sel (contohnya: limfosit).
METHYLPREDNISOLONE
Kortikosteroid bekerja dengan mempengaruhi kecepatan sintesis protein. Molekul hormon memasuki sel melewati membran plasma secara difusi pasif. Hanya di jaringan target hormon ini bereaksi dengan reseptor protein yang spesifik dalam sitoplasma sel dan membentuk kompleks reseptor steroid. Kompleks ini mengalami perubahan lalu bergerak menuju nucleus dan berikatan dengan kromatin.
Immunosupresan
Mekanisme kerja immunosupresan belum dimengerti secara lengkap tetapi kemungkinan dengan pencegahan atau penekanan sel mediasi (hipersensitivitas tertunda) reaksi imun seperti halnya tindakan yang lebih spesifik yang mempengaruhi respon imun, Glukokortikoid mengurangi konsentrasi limfosit timus (T-limfosit), monosit, dan eosinofil. Metilprednisolon juga menurunkan ikatan immunoglobulin ke reseptor permukaan sel dan menghambat sintesis dan atau pelepasan interleukin, sehingga T-limfosit blastogenesis menurun dan mengurangi perluasan respon immun primer. Glukokortikoid juga dapat menurunkan lintasan kompleks immun melalui dasar membran, konsentrasi komponen pelengkap dan immunoglobulin.
Lanjutan
TERIMAKASIH
Enzim penginduksi mikrosom hepatik.
Obat seperti barbiturat, fenitoin dan rifampin yang menginduksi enzim hepatik dapat meningkatkan metabolisme glukokortikoid, sehingga mungkin diperlukan dosis tambahan atau obat tersebut tidak diberikan bersamaan.
Anti inflamasi nonsteroidal.
Pemberian bersamaan dengan obat ulcerogenik seperti indometasin dapat meningkatkan resiko ulcerasi saluran pencernaan. Aspirin harus diberikan secara hati-hati pada pasien hipotrombinernia. Meskipun pemberian bersamaan dengan salisilat tidak tampak meningkatkan terjadinya ulcerasi saluran pencernaan, kemungkinan efek ini harus dipertimbangkan.
Obat yang mengurangi kalium.
Diuretik yang mengurangi kadar kalium (contoh: thiazida, furosemida, asam etakrinat) dan obat lainnya yang mengurangi kalium oleh glukokortikoid. Serum kalium harus dimonitor secara seksama bila pasien diberikan obat bersamaan dengan obat yang mengurangi kalium.
Bahan antikolinesterase.
Interaksi antara glukokortikoid dan antikolinesterase seperti ambenonium, neostigmin, ataupyridostigmin dapat menimbulkan kelemahan pada pasien dengan myasthenia gravis. Jika mungkin, pengobatan antikolinesterase harus dihentikan 24 jam sebelum pemberian awal terapi glukokortikoid.
Vaksin dan toksoid.
Karena kortikosteroid menghambat respon antibodi, obat dapat menyebabkan pengurangan respon toksoid dan vaksin inaktivasi atau hidup.
Interaksi Obat
Anti-inflamasi (steroidal)
Glukokortikoid menurunkan atau mencegah respon jaringan terhadap proses inflamasi, karena itu menurunkan gejala inflamasi tanpa dipengaruhi penyebabnya.
Glukokortikoid menghambat akumulasi sel inflamasi, termasuk makrofag dan leukosit pada lokasi inflamasi. Metilprednisolon juga menghambat fagositosis, pelepasan enzim lisosomal, sintesis dan atau pelepasan beberapa mediator kimia inflamasi. Meskipun mekanisme yang pasti belum diketahui secara lengkap, kemungkinan efeknya melalui blokade faktor penghambat makrofag (MIF), menghambat lokalisasi makrofag: reduksi atau dilatasi permeabilitas kapiler yang terinflamasi dan mengurangi lekatan leukosit pada endotelium kapiler, menghambat pembentukan edema dan migrasi leukosit; dan meningkatkan sintesis lipomodulin (macrocortin), suatu inhibitor fosfolipase A2-mediasi pelepasan asam arakhidonat dari membran fosfolipid, dan hambatan selanjutnya terhadap sintesis asam arakhidonat-mediator inflamasi derivat (prostaglandin, tromboksan dan leukotrien). Kerja immunosupresan juga dapat mempengaruhi efek antiinflamasi.
lanjutan
Insufisiensi adrenokortikal:
Dosis tinggi untuk periode lama dapat terjadi penurunan sekresi endogeneous kortikosteroid dengan menekan pelepasan kortikotropin pituitary insufisiensi adrenokortikal sekunder.
Efek muskuloskeletal:
Nyeri atau lemah otot, penyembuhan luka yang tertunda, dan atropi matriks protein tulang yang menyebabkan osteoporosis, retak tulang belakang karena tekanan, nekrosis aseptik pangkal humerat atau femorat, atau retak patologi tulang panjang.
Gangguan cairan dan elektrolit:
Retensi sodium yang menimbulkan edema, kekurangan kalium, hipokalemik alkalosis, hipertensi, serangan jantung kongestif.
Efek pada mata:
Katarak subkapsular posterior, peningkatan tekanan intra okular, glaukoma, eksoftalmus.
Efek endokrin:
Menstruasi yang tidak teratur, timbulnya keadaan cushingoid, hambatan pertumbuhan pada anak, toleransi glukosa menurun, hiperglikemia, bahaya diabetes mellitus.
Efek Samping
Abnormalitas fungsi adrenokortikal, untuk pengobatan:
Insufisiensi adrenokortikal akut dan kronik primer:
Hidrokortison dan kortison lebih dipilih sebagai terapi pengganti karena aktivitas mineralokortikoidnya yang berarti. Penggantian sodium dan cairan juga dibutuhkan. Pada beberapa pasien penggantian mineralokortikoid tambahan juga mungkin diperlukan.
Insufisiensi adrenokortikoid sekunder:
Penggantian dengan glukokortikoid umumnya mencukupi, mineralokortikoid tidak selalu dibutuhkan.
Indikasi
Efek pada saluran cerna:
Mual, muntah, anoreksia yang berakibat turunnya berat badan, peningkatan selera makan yang berakibat naiknya berat badan, diare atau konstipasi, distensi abdominal, pankreatitis, iritasi lambung, ulceratif esofagitis.
Juga menimbulkan reaktivasi, perforasi, perdarahan dan penyembuhan peptik ulcer yang tertunda.
Efek sistem syaraf:
Sakit kepala, vertigo, insomnia, peningkatan aktivitas motor, iskemik neuropati, abnormalitas EEG, konvulsi.
Efek dermatologi:
Atropi kulit, jerawat, peningkatan keringat, hirsutisme, eritema fasial, striae, alergi dermatitis, urtikaria, angiodema.
Efek samping lain:
Penghentian pemakaian glukokortikoid secara tiba-tiba akan menimbulkan efek mual, muntah, kehilangan nafsu makan, letargi, sakit kepala, demam, nyeri sendi, deskuamasi, mialgia, kehilangan berat badan, dan atau hipotensi.
Bayi dan anak:
Insufisiensi adrenokortikal: intramuskular, 117 mikrogram (0,117 mg) (base) per kg berat badan atau 3,33 mg (base) permeter persegi permukaan tubuh sehari (dalam dosis terbagi tiga) setiap hari ke tiga; atau 39 sampai 58,5 mikrogram (0,039 sampai 0,0585 mg) (base) per kg berat badan atau 1,11 sampai 1,66 mg (base) permeter persegi permukaan tubuh sekali sehari.
Untuk pengobatan luka tulang punggung akut: intravena, 30 mg (base) per kg berat badan diberikan selama 15 menit, diikuti selama 45 menit dengan infus 5,4 mg per kg berat badan per jam, selama 23 jam.
Indikasi lain: intramuskular, 139-835 mikrogram (0,139-0,835 mg) (base) per kg berat badan atau 4,16-25 mg (base) permeter persegi permukaan tubuh setiap 12 sampai 24 jam.
Untuk pengobatan tambahan pada AIDS yang berhubungan dengan pneumosistis carinii: Anak-anak berusia 13 tahun atau kurang: dosis belum ditentukan secara pasti. Anak-anak berusia lebih dari 13 tahun: sama dengan dosis dewasa.
Dewasa
Secara intramuskular atau intravena, 10-40 mg (base), diulangi sesuai keperluan.
Untuk dosis tinggi (pulse terapi): intravena, 30 mg (base) per kg berat badan diberikan sekurang-kurangnya 30 menit. Dosis dapat diulangi setiap 4-6 jam sesuai kebutuhan.
Untuk eksaserbasi akut pada sklerosis ganda: intramuskular atau intravena, 160 mg (base) perhari selama satu minggu, diikuti dengan 64 mg setiap hari selama satu bulan.
Untuk pengobatan luka tulang punggung akut: intravena, 30 mg (base) per kg berat badan diberikan selama 15 menit, diikuti dengan 45 menit infus, 5,4 mg per kg berat badan per jam, selama 23 jam.
Untuk pengobatan tambahan pada AIDS yang berhubungan dengan pneumosistis carinii: intravena, 30 mg (base) dua kali sehari pada hari pertama sampai kelima, 30 mg sekali sehari pada hari keenam sampai kesepuluh, 15 mg sekali sehari pada hari ke sebelas sampai dua puluh satu.
Dosis
Click to edit Master title style
06/03/2015
#
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
06/03/2015
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
06/03/2015
#
Click icon to add picture
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
06/03/2015
#
06/03/2015
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master title style
06/03/2015
#
06/03/2015
#
Click to edit Master text styles
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master title style
06/03/2015
#
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master title style
Click to edit Master subtitle style
06/03/2015
#
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
06/03/2015
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
Click to edit Master text styles
Click to edit Master text styles
Second level
Third level
Fourth level
Fifth level
06/03/2015
#
Click to edit Master title style
Click to edit Master text styles
06/03/2015
#
SESI TANYA JAWAB