Jenis-jenis Bridge 1. Rigid fixed bridge Gigi tiruan pontiknya di dukung secara kaku pada kedua sisi oleh satu atau lebih gigi penyangga. Dengan kata lain, tekanan yang diterima GTJ ini akan terdistribusi secara merata ke semua unit mahkota. GTJ jenis ini sering digunakan untuk GTJ yang long span, namun jarang digunakan untuk yang short span, karena diperlukan retensi yang sangat baik dari kedua retainer. Jika gagal risiko lepas sangat tinggi. Dengan kata lain, dalam pembuatan GTJ jenis ini perlu preparasi gigi abutment yang cukup ekstensif. Indikasi :
Penggantian 1 – 3 gigi yang saling bersebelahan Pasien yang punya tekanan kunyah normal – kuat Gigi penyangga tidak terlalu besar Gigi penyangga derajat goyangnya 1 (normal)
Kontra-Indikasi :
Pontics/span yang terlalu panjang Gigi penyangga memiliki kelainan periodontal atau karies esktensif Pasien yang masih muda dengan ruang pulpa besar
Keuntungan : Memiliki indikasi terluas dari semua jenis GTJ, Punya efek splinting terbaik dan karenanya sering digunakan sebagai perawatan penunjang periodontal. Kerugian : Jika span terlalu panjang terjadi resiko adanya gaya ungkit/bent/efek flexural. Hal ini terjadi pada saat makan, bolus makanan berada baik di gigi penyangga atau berada di tengah span/pontics. 2. Semi fixed bridge Gigi tiruan yang di dukung secara kaku pada satu sisi, biasanya pada akhir distal dengan satu atau lebih gigi permanen. Pada GTJ jenis ini distribusi tekanan dibagi ke masing-masing unit pontik & retainer. Disini bagian yang bersifat non-rigid diletakkan pada bagian distal unit GTJ dengan tujuan untuk mencegah tertariknya kunci (yang menghubungkan minor & major retainer)
ke arah anterior akibat adanya efek Anterior Component Force saat terjadi oklusi. Hal ini membuat tekanan oklusal diberikan pada masing-masing pontik/retainer. Indikasi :
Salah satu abutment miring >20° atau intermediate abutment Kehilangan 1 atau 2 gigi dengan salah satu gigi penyangga vital Kehilangan 2 gigi dengan gigi penyangga intermediate
Keuntungan : Adanya konektor non-rigid mencegah terjadinya gaya ungkit sebagaimana yang terjadi pada GTJ rigid-fixed, Preparasi tidak terlalu ekstensif sehingga pasien yang ruang pulpanya besar tidak menjadi masalah, Prosedur sementasi bertahap sehingga jika terjadi kesalahan tidak semua unit harus diulang. Kerugian : Pembuatan relatif sulit, terutama keakuratan kedua unit retainer, harganya relatif lebih mahal, efek splinting kurang, risiko fraktur pada kunci tinggi. 3. Cantilever bridge GTJ ini merupakan jenis yang paling sederhana karena hanya punya satu abutment/retainer. Meskipun demikian, apabila proses dan preparasinya dilakukan dengan baik, desain ini memiliki kesuksesan tertinggi. Bentuk desainnya adalah pontic secara langsung terhubung/disangga oleh 1 gigi abutment. Hal ini menyebabkan tekanan yang diterima jaringan periodonsium menjadi lebih besar daripada jenis lainnya sehingga area akar dari gigi penyangga harus cukup lebar untuk menyerap tekanan tersebut. Indiaksinya untuk gigi anterior yang memiliki daya gigi ringan seperti I2, sedangkan untuk C harus menggunakan semi rigid atau rigid-fixed. Di regio posterior jaranga digunakan karena beban oklusalnya terlalu tinggi dan berisiko terjadi gaya mengungkit Indikasi : Regio anterior, khususnya gigi I2 yang beban oklusal kecil. Kontra-Indikasi : Regio posterior, kecuali pada P2 bawah yang beban oklusalnya tidak terlalu besar.
Keuntungan : Desain sederhana, pembuatannya mudah namun hasil maksimal, jaringan yang rusak tidak banyak, estetika paling baik karena kesederhanaan desainnya serta menggunakan full-porcelain crown. Kerugian : Punya daya mengungkit yang dapat merusak jaringan periodonsium (baik tulang maupun mukosa), Terjadi rotasi palato-labial, namun hal ini jarang terjadi karena adanya keseimbangan jaringan mukosa bibir, pipi, dan lidah, Indikasi sangat terbatas. 4. Spring Bridge Disini pontics terhubung dengan retainer melalui palatal bar yang panjang dan fleksibel, dimana tekanan mastikasi yang seharusnya diterima oleh pontic akan diserap oleh mukoperiosteum via palatal bar tersebut. Hal ini sangat menguntungkan terutama bagi pasien yang memiliki beban oklusal dan daya gigit yang kuat serta menginginkan estetika tertinggi (fullporcelain). Selain itu, preparasi gigi hanya perlu satu karena retainer yang akan digunakan hanya 1 serta faktor diastema bukan menjadi persoalan Indikasi : Dimana estetika merupakan hal utama, GTJ jenis ini menjadi pilihan terbaik karena letak gigi penyangga tidak tepat disebelah pontics sehingga tidak terlalu
terlihat jika menggunakan logam Gigi dalam 1 regio tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai gigi penyangga baik karena faktor anatomis (akar & periodontal) maupun karena faktor fisik
retainernya Jika diperlukan adanya diastema (umumnya faktor estetik)
Kontra-Indikasi :
Pasien muda yang mahkota klinisnya terlalu pendek sehingga kurang retentif
untuk dijadikan penyangga Pada gigi di mandibula; Bentuk palatal tidak memungkinkan, entah karena adanya torus atau bentuknya yang terlalu dangkal/dalam. Selain alasan
fungsional, faktor estetik juga menjadi masalah Gigi penyangga tidak memiliki kontak proksimal, menyebabkan gigi berisiko bergerak
Keuntungan : Mendapat hasil estetika yang sangat baik, waktu kunjungan relatif lebih singkat, desain umumnya disambut baik oleh pasien karena faktor estetika dan kekuatan yang tahan lama, tingkat kegagalan rendah selama preparasi dan pembuatannya benar. Kerugian : Palatal bar dapat membengkok/patah suatu saat jika ada gaya yang cukup besar seperti trauma atau sering bergerak atau bahkan secara alami, Meskipun waktu kunjungan singkat, waktu pembuatan cukup lama dan kompleks serta butuh keahlian.