Nama
: Iin I’anah
NIM
: 14121620640
Kelas
: Biologi C/VI
Tugas
: UTS Evaluasi
JAWABAN 1.
Untuk mengungkapkan hubungan antara asesmen dan evaluasi, Gabel (1993) mengungkapkan bahwa evaluasi merupakan proses pemberian penilaian terhadap data atau hasil yang diperoleh melalui asesmen. Hubungan antara asesmen, evaluasi, pengukuran, dan testing dalam hal ini dikemukakan pada Gambar tersebut. Secara umum hubungan antara evaluasi, penilaian (asesmen) dan pengukuran menurut Gabel (1993) menyatakan bahwa evaluasi merupakan proses pemberian penilaian (asesmen) terhadap data atau hasil yang diperoleh melalui pengukuran. Antara penilaian (asesmen) dan evaluasi sebenarnya memiliki persamaan dan perbedaan, yaitu persamaannya adalah keduanya mempunyai pengertian menilai atau menentukan nilai sesuatu, disamping itu juga alat yang digunakan untuk mengumpulkan datanya juga sama. Evaluasi dan penilaian (asesmen) lebih bersifat kualitatif. Pada hakikatnya keduanya merupakan suatu proses membuat keputusan tentang nilai suatu objek. Sedangkan perbedaannya terletak pada ruang lingkup dan pelaksanaannya. Ruang lingkup penilaian (asesmen) lebih sempit dan biasanya hanya terbatas pada salah satu komponen atau aspek saja, seperti prestasi belajar. Pelaksanaan penilaian (asesmen) biasanya dilakukan dalam konteks internal. Ruang lingkup evaluasi lebih luas, mencangkup semua komponen dalam suatu sistem dan dapat dilakukan tidak hanya pihak internal tetapi juga pihak eksternal. Evaluasi dan penilaian (asesmen) lebih bersifat komprehensif yang meliputi pengukuran, sedangkan tes merupakan salah satu alat (instrument) pengukuran. Pengukuran lebih membatasi pada gambaran yang bersifat kuantitatif (angka-angka) tentang kemajuan belajar peserta didik, sedangkan evaluasi dan penilaian (asesmen) lebih bersifat kualitatif. Keputusan penilaian (asesmen) tidak hanya didasarkan pada hasil pengukuran, tetapi dapat pula didasarkan hasil pengamatan dan wawancara.
2.
a. Taksonomi Bloom Revisi Berdasarkan Taksonomi Bloom menjadi sesuatu yang penting dan mempunyai pengaruh yang luas dalam waktu yang lama. Namun salah seorang murid Bloom yang bernama Lorin W Anderson beserta rekannya merevisi taksonomi Bloom pada tahun 1990. Hasil perbaikannya dipublikasikan pada tahun 2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom dalam bentuk sebuah buku yang berjudul A Taxonomy for Learning, Teaching, and Assesing: A Revision of Bloom’s Taxonomy of Educatioanl Objectives yang disusun oleh Lorin W. Anderson dan David R. Krathwohl. Dalam revisi ini ada perubahan kata kunci, Masing-masing kategori masih diurutkan secara hirarki dari urutan terendah ke yang lebih tinggi. Pada ranah kognitif kemampuan berpikir analisis dan sintesis diintegrasikan menjadi analisis saja. Dari jumlah enam kategori pada konsep terdahulu tidak berubah jumlahnya karena Lorin memasukan kategori baru yaitu creating yang sebelumnya tidak ada. Taksonomi Hasil revisi Anderson pada Ranah Kognitif adalah: 1) Mengingat,
kata-kata
operasional
yang
digunakan
adalah
mengurutkan,
menjelaskan, mengidentifikasi, menamai, menempatkan, mengulangi, menemukan kembali. 2) Memahami, kata-kata operasional yang digunakan adalah menafsirkan, meringkas, mengklasifikasikan, membandingkan, menjelaskan, membeberkan. 3) Menerapkan, kata-kata opersional yang digunakan adalah melaksanakan, menggunakan, menjalankan, melakukan, mempraktekan, memilih, menyusun, memulai, menyelesaikan, mendeteksi. 4) Menganalisis, kata-kata operasional yang digunakan adalah menguraikan, membandingkan, mengkerangkakan,
mengorganisir, menyusun
menyusun outline,
ulang,
mengubah
mengintegrasikan,
struktur,
membedakan,
menyamankan, membandingkan. 5) Mengevaluasi, kata-kata operasional yang digunakan adalah menyusun hipotesi, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan, menyalahkan. 6) Berkreasi, Kata-kata operasional yang digunakan adalah merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, membaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah.
Dari penjelasan diatas maka dapat di simpulkan keterkaitan taksonomi bloom dengan taksonomi bloom revisi, yaitu : 1) Tingkatan tingkah laku pada taksonomi bloom yang lama menggunakan kata sifat sedangkan Anderson mengubahnya dengan menggunakan kata kerja. 2) Tingkatan terendah (C1) Pengetahuan diganti dengan Mengingat. 3) Tingkatan C5 Sintesa dan tingkatan C6 Evaluasi dilebur menjadi Mengevaluasi yang berkedudukan pada tingkatan C5. 4) Tingkatan C6 digantikan menjadi Berkreasi.
b. Taksonomi Marzano Robert Marzano (2001) menstruktur dan mengkonsep kembali hirarki Bloom menjadi 6 kategori yang berbeda. Taksonomi Bloom dikembangkan sebagai hirarki dari
dasar
pemikiran
atau
dasar
proses
akademik,
sedangkan
Marzano
menggabungkan dasar-dasar itu dari tingkat berfikir pada proses kognitif dan proses metakognitif, sebagaimana konsep-konsep tadi berhubungan dengan manfaatnya, motivasinya, serta emosi sebagai pendukung. Berikut enam level yang dikemukakan oleh Robert Marzano. Sistem Kognitif
Level 1. Retrieval
Deskripsi Proses dari prosedur pengetahuan, mengingat kembali atau melakukan, tanpa pemahaman.
2.Comprehension
Proses dari urutan atau struktur pengetahuan,
sintesis/lamgkah-
langkah dan gambarannya secara mendasar untuk pemahaman dasar atau pemahaman awal. 3. Analisis
Proses
mengakses
dan
menguji
pengetahuan mengenai persamaan dan perbedaan, hubungan pangkat atas
dan
pangkat
bawah,
mendiagnosa kesalahan, atau logika yang konsekuen, atau prinsip yang dapat diduga. 4. Utilization
Proses
dalam
penggunaan
pengetahuan darimana masalah bisa disikapi atau dipecahkan, investigasi dapat direncanakan, keputusan dan aplikasi dapat diperoleh. Metakognitif
5. Metakognisi
Proses untuk memonitor apa dan bagaimana pengetahuan yang baik bisa
dimengerti,
pengujian
yang
secara sadar terhadap proses-proses kognitif
untuk
melihat
apakah
proses-proses tersebut mempengaruhi tujuan-tujuan yang akan dicapai. Self-system
6. Self
Proses
mengidentifikasi
respon/
rangsangan emosi, melatih persepsi, motivasi,
dan
manfaatnya
pada
kepercayaan terhadap pengetahuan awal.
Enam tingkatan atau level tersebut juga berinteraksi dengan apa yang disebut Marzano “tiga pengetahuan awal”, yaitu: 1. Informasi, mencakup: kosakata, isi secara lengkap atau prinsip. 2. Prosedur mental, mencakup: recalling, mengklasifikasikan secara umum, memonitor metakognitif, dan sebagainya. 3. Presedur psikomotor, mencakup: keahlian dan kecakapan atau penampilan.
c. Perbedaan Taksonomi Bloom dan Taksnomi Marzano Secara umum Marzano membagi urutan taksonomi pada ranah kognitif sebagai berikut : 1) Penarikan Kembali: mengingat kembali eksekusi 2) Pemahaman: sintesa keterwakilan 3) Analisis: kecocokan pengklasifikasian, analisis kesalahan, generalisasi, spesifikasi 4) Pemanfaatan Pengetahuan: pengambilan keputusan, pemecahan masalah, pertanyaan percobaan, penyelidikan Sedangkan Bloom membagi urutan taksonomi pada ranah kognitif sebagai berikut:
Remembering (mengingat)
Understanding (memahami)
Applying (mengaplikasikan)
Analyzing (menganalisis)
Evaluating (mengevaluasi)
Creating (menghasilkan)
3.
Tabel Kisi-Kisi Soal Indikator
Aspek Bloom C1
1. Menjelaskan zat-zat makanan yang
C2
Jawaban Soal
Jumlah Soal
D, E, C
3
E, B, B
3
1
B
1
2
A, E
2
E
1
C3
C4
1
1
2
2
C5
C6 1
terkandung pada makanan. 2. Menjelaskan proses pencernaan pada
1
tubuh manusia. 3. Menjelaskan hubungan struktur dengan fungsi jaringan penyusun organ pada sistem pencernaan manusia. 4. Menjelaskan gangguangangguan pada
3
sistem pencernaan manusia. 5. Menjelaskan sistem pencernaan pada
2
hewan. Jumlah Soal Keterangan: C2 = Memahami C3 = Menerapkan C4 = Menganalisis C5 = Mengevaluasi C6 = Mencipta
3
2
2
2
1
10
4.
Soal Pilihan Ganda Materi a. Soal Tipe C2: 1) Zat makanan pada proses metabolisme yang menghasilkan energi tertinggi untuk satuan berat yang sama .... (Bakhtiar, 2010) a. Karbohidrat
d. Lemak
b. Protein
e. Vitamin
c. Serat
2) Zat-zat makanan yang diserap oleh pembuluh darah kapiler di dalam usus halus seperti berikut, kecuali .... (Rachmawati, dkk., 2009) a. Air
d. glukosa
b. Vitamin
e. gliserol
c. asam amino
3) Seorang siswa mengalami gangguan pencernaan makanan dengan gejala sukar membuang air besar. Gangguan ini disebut .... (Diastuti, 2009) a. Sembelit, disebabkan makanannya kurang mengandung serat b. Diare, disebabkan keracunan makanan c. Kolik, disebabkan kekurangan vitamin C d. Apendisitis, disebabkan infeksi kuman e. Peritonitis, disebabkan infeksi selaput rongga tubuh
b. Soal Tipe C3: 1) Perhatikan organ-organ yang berperan dalam proses pencernaan makanan berikut, (Purnomo, dkk., 2009) 1. Faring
5. Lambung
2. Laring
6. Pankreas
3. Kerongkongan
7. Hati
4. Tenggorokan
8. Usus 12 jari
Organ-organ yang termasuk saluran pencernaan makanan terdapat pada .... a. 1, 2, 3, dan 5
d. 2, 3, 5, dan 8
b. 1, 3, 5, dan 8
e. 2, 4, 5, dan 8
c. 1, 4, 5, dan 6
2) Sakit maag yang akut dapat mengakibatkan penyakit lain, yaitu .... (Lestari dan Idun, 2009) a. Peritonitis
d. Faringitis
b. Meningitis
e. Tukak lambung
c. Diare akut
c. Soal Tipe C4: 1) Zat-zat makanan yang telah dicerna menjadi molekul-molekul yang sederhana, sesampainya di usus halus diserap oleh vili dan .... (Lestari dan Idun, 2009) a. Hanya vitamin dan mineral yang menuju kapiler b. Semuanya akan menuju ke kapiler c. Asam lemak dan asam amino menuju ke pembuluh chyl d. Asam amino, glukosa serta asam lemak menuju ke pembuluh chyl e. Asam lemak dan gliserin menuju ke pembuluh chyl sedangkan asam amino, glukosa, vitamin dan mineral ke kapiler
2) Tahap-tahap pada proses pencernaan makanan sebagai berikut, (Purnomo, dkk., 2009) 1. Ingesti
4. Digesti
2. Absorbs
5. Mastikasi
3. Deglutisi
6. Defekasi
Proses pencernaan makanan yang terjadi di mulut terdapat pada nomor .... a. 1, 2, 3, dan 4
d. 2, 3, 5, dan 6
b. 1, 3, 4, dan 5
e. 3, 4, 5, dan 6
c. 2, 3, 4, dan 5
d. Soal Tipe C5: 1) Perhatikan gambar berikut! (Purnomo, dkk., 2009)
Proses pencernaan makanan yang terjadi dalam organ bertanda X yaitu .... a. Amilum menjadi maltosa oleh enzim ptyalin b. Protein menjadi pepton oleh enzim pepsin c. Pepton menjadi asam amino oleh enzim tripsin d. Pepton menjadi asam amino oleh enzim erepsin e. Emulsi lemak menjadi asam lemak dan gliserol
2) Ruang pada lambung sapi yang sama dengan lambung manusia adalah .... (Lestari dan Idun, 2009) a. Reticulum
d. Fundus
b. Omasum
e. abomasum
c. Rumen
e. Soal Tipe C6: 1) Bila kekurangan vitamin akan menyebabkan penyakit defisiensi vitamin atau avitaminosis. Sebaliknya, bila kelebihan vitamin dapat menimbulkan penyakit hipervitaminosis walaupun kasus ini sangat jarang terjadi. Seperti halnya kasus mengkonsumsi vitamin C, jika kekurangan vitamin C akan mengalami gangguan pencernaan, menurunnya kekebalan tubuh, timbul sariawan dan penurunan jumlah sel darah merah, sementara jika mengkonsumsi vitamin C berlebihan akan menimbulkan masalah pada sistem urinaria karena vitamin C yang larut dalam air akan mengendap dan membentuk Kristal pada kandung kemih jika terlalu lama ditumpuk dan kurang air minum. Berdasarkan uraian di atas, sikap yang benar dalam menghadapi permasalahan ini adalah ....
a. Tidak perlu mengkonsumsi vitamin C karena berbahaya bagi sistem urinaria. b. Cukup mengkonsumsi vitamin lainnya yang fungsinya tidak jauh berbeda. c. Konsumsi vitamin C dengan kadar yang seimbang dan banyak minum. d. Kurangi kadar konsumsi vitamin C yang normal. e. Perbanyak minum air mineral setiap saat.
Kunci Jawaban: a. Soal Tipe C2: 1) D 2) E 3) A
b. Soal Tipe C3: 1) B 2) E
c. Soal Tipe C4: 1) E 2) B
d. Soal Tipe C5: 1) B 2) E
e. Soal Tipe C6: 1) C
5.
Soal Essay Tentang Enzim 1) Jelaskan fungsi enzim dan teori mengenai cara kerja enzim! 2) Jelaskan tahap-tahap dalam respirasi aerob! 3) Jelaskan keterkaitan antara metabolisme, karbohidrat, protein, dan lemak!
Pedoman Penskoran Bentuk Soal Essay / Uraian
Penskoran Setiap poin skor sama
Penghitungan nilai akhir Bentuk soal
Jumlah soal
Essay / Uraian
3
Jawaban 1. Enzim berfungsi sebagai biokatalisator,
Skor maksimal 35
menurunkan energy aktivasi suatu reaksi. Terdapat dua teori yang menjelaskan cara kerja enzim, yaitu teori lock and key dan teori induced fit. Berdasarkan teori lock and key, kerja enzim mirip mekanisme kunci dan anak kunci. Substrat memasuki enzim, kemudian substrat diubah menjadi produk dan dilepaskan. Berdasarkan teori induced fit, enzim melakukan penyesuaian bentuk untuk berikatan dengan substrat. Hal tersebut meningkatkan kecocokan dan mendorong komplek enzim-substrat lebih reaktif. Molekul enzim kembali ke bentuk semula setelah produk dihasilkan.
2. Respirasi aerob terjadi melalui tahap glikolisis, siklus Krebs, dan transport
40
elektron. Pada tahap glikolisis, molekul glukosa diubah menjadi asam piruvat. Kemudian asam piruvat diubah menjadi asatil KoA dan memasuki siklus Krebs. NADH dan FADH2 dari tahap glikolisis dan siklus Krebs memasuki tahap transpor elektron untuk dihasilkan molekul ATP. Dari seluruh reaksi respirasi aerob
25
dihasilkan 38 ATP.
3. Selain karbohidrat, molekul protein dan lemak juga dapat digunakan sebagai sumber energi. Jika tubuh kelebihan salah satu molekul, seperti kelebihan karbohidrat, molekul berlebih tersebut dapat dibentuk menjadi protein atau lemak. Jumlah
100
Nilai akhir = 100
6.
Langkah-langkah yang harus dilakukan bagi seorang guru dalam proses pengembangan alat evaluasi agar diperoleh instrumen yang valid dan reliable, yaitu hal pertama yang terpenting dan harus dibiasakan guru adalah membuat kisi-kisi sebelum membuat butir soal. Kisi-kisi berisi materi dan sub-materi yang akan diujikan serta distribusi soal yang mewakili semua sub-materi yang ada. Jika kisi-kisi tidak dibuat, maka guru tidak mengetahui apakah butir-butir soal yang dibuat representatif, baik ditinjau dari terwakilinya semua sub-materi, tingkatan aspek kognitif (C1 – C6), maupun tingkat kesukarannya. Meski terlihat sepele, tetapi kisi-kisi mampu membantu guru untuk belajar merencanakan dengan baik evaluasi yang akan dilakukan. Berikutnya adalah memilih bentuk soal, apakah soal objektif atau uraian, tergantung
tujuan penilaian yang akan dilakukan. Soal objektif membuatnya lama,
biasanya hanya mengukur aspek kognitif tingkat rendah, dan ada kemungkinan peserta didik menebak jawaban, namun kelebihannya mudah dan cepat mengoreksinya, mencakup banyak materi, dan objektivitas tinggi. Sedangkan soal uraian memiliki kelebihan dan kelemahan sebaliknya. Ada beberapa hal penting yang perlu diperhatikan jika guru akan membuat soal objektif maupun uraian, diantaranya soal bentuk benar-salah, soal bentuk menjodohkan, soal bentuk pilihan ganda, dan soal uraian. •
Tentukan kompetensi dasar yang akan diujikan (dari standar kompetensi)
•
Buat deskripsi bahan
•
Kembangkan indikator-indikator kinerja bahasa dan bersastra yang dimaksud
•
Buat tugas, perintah, atau pertanyaan yang harus dilakukan atau dijawab oleh siswa; sebaiknya dibiasakan dibuat secara tertulis dan kemudian disuruh baca sejawat sebagai reviewer
•
Buat pedoman pengamatan atau penilaian yang sesuai dengan tugas untuk memberikan skor (atau pilih mana yang sesuai jika sudah ada).
7.
- Teori tes klasik Salah satu teori pengukuran yang tertua didunia pengukuran behavioral adalah classical true-score theory. Teori ini sering disebut dengan teori tes klasik. Teori tes klasik merupakan sebuah teori yang mudah dalam penerapannya serta model yang cukup berguna dalam mendeskripsikan bagaimana kesalahan dalam pengukuran dapat mempengaruhi skor amatan. Inti teori klasik adalah asumsi-asumsi yang dirumuskan secara sistematis serta dalam jangka waktu yang lama. Dari asumsi-asumsi tersebut kemudian dijabarkan dalam beberapa kesimpulan. Ada tujuh macam asumsi yang ada dalam teori tes klasik ini. Allen & Yen menguraikan asumsi-asumsi teori klasik sebagai berikut, Asumsi pertama teori tes klasik adalah bahwa terdapat hubungan antara skor tampak (observed score) yang dilambangkan dengan huruf X, skor murni (true score) yang dilambangkan dengan T dan skor kasalahan (error) yang dilambangkan dengan E. Menurut Saifuddin Azwar (2001:30) yang dimaksud kesalahan pada pengukuran dalam teori klasik adalah penyimpangan tampak dari skor harapan teoritik yang terjadi secara random. Hubungan itu adalah bahwa besarnya skor tampak ditentukan oleh skor murni dan kesalahan pengukuran. Dalam bahasa matematika dapat dilambangkan dengan X = T + E. Asumsi kedua adalah bahwa skor murni (T) merupakan nilai harapan є (X). Dengan demikian skor murni adalah nilai rata-rata skor perolehan teoretis sekiranya dilakukan pengukuran berulang-ulang (sampai tak terhingga) terhadap seseorang dengan menggunakan alat ukur. Asumsi ketiga teori tes klasik menyatakan bahwa tidak terdapat korelasi antara skor murni dan skor pengukuran pada suatu tes yang dilaksanakan (ρet = 0). Implikasi dari asumsi adalah bahwa skor murni yang tinggi tidak akan mempunyai error yang selalu positif ataupun selalu negatif.
Asumsi keempat meyatakan bahwa korelasi antara kesalahan pada pengukuran pertama dan nol (ρe1e2 = 0). Artinya bahwa skor-skor kesalahan pada dua tes untuk mengukur hal yang sama tidak memiliki korelasi (hubungan). Dengan kesalahan pada pengukuran kedua adalah nol (demikian besarnya kesalahan pada suatu tes tidak bergantung kesalahan pada tes lain. Asumsi kelima menyatakan bahwa jika terdapat dua tes untuk mengukur atribut yang sama maka skor kesalahan pada tes pertama tidak berkorelasi dengan skor murni pada tes kedua (ρelt2). Asumsi ini akan gugur jika salah satu tes tersebut ternyata mengukur aspek yang berpengaruh terhadap teradinya kesalahan pada pengukuran yang lain. Asumsi keenam teori tes klasik adalah menyajikan tentang pengertian tes yang pararel. Dua perangkat tes dapat dikatakan sebagai tes-tes yang pararel jika skor-skor populasi yang menempuh kedua tes tersebut mendapat skor murni yang sama (T = T' ) dan varian skor-skor kesalahannya sama (se 2=se'2). Dalam prakteknya, asumsi keenam teori ini sulit terpenuhi. Asumsi terakhir dari teori tes klasik menyatakan tentang definisi tes yang setara (essentially t equivalent). Jika dua perangkat tes mempunyai skor-skor perolehan dan Xt1 dan Xt2 yang memenuhi asumsi 1 sampai 5 dan apabila untuk setiap populasi subyek X1 =X2 + C12, dimana C12 adalah bilangan konstanta, maka kedua tes disebut tes yang pararel.
- Teori tes modern Teori tes modern sering juga disebut Latent Trait Theory yaitu performance subjek dalam suatu tes yang dapat diprediksi dari kemampuannya yang bersifat laten. Atau lebih dikenal dengan Item Response Theory (IRT) yaitu respon subjek terhadap item yang menunjukkan kognitifnya. Kelebihan kinerja subjek dapat dilihat dengan Item Characteristic Curve (ICC). Artinya semakin baik performance subjek akan semakin banyak respon (jawaban pada aitem tes) yang benar. Unsur teori dalam tes modern meliputi: 1) Butir (item tes) 2) Subjek (responnya) 3) Isi respon subjek
Asumsi-asumsi dalam tes modern: 1) Parameter butir soal dan kemampuan adalah (Invariant). Artinya soal yang dibuat memiliki korelasi positif dengan kemampuan yang diukur. 2) Unidimensionality, artinya 1 item mengukur satu kemampuan. Asumsi ini kurang terbukti karena pada dasarnya antara item 1 dengan lainnya saling melengkapi. 3) Local independence, artinya respon terhadap suatu item tidak akan berpengaruh terhadap item lainnya.