Pembahasan Praktikum Farmakologi Praktikum kali ini mempelajari tentang penanganan dan cara pemberian obat pada hewan percobaan, khususnya pada mencit. Penggunaan hewan percobaan dalam penelitian ilmiah dibidang kesehatan telah berlangsung sejak lama. Hewan sebagai model atau sarana percobaan harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu, antara lain persyaratan genetis atau keturunan dan lingkungan yang memadai dalam pengelolaannya, disamping faktor ekonomis, mudah tidaknya diperoleh, serta mampu memberikan reaksi biologis yang mirip kejadiannya pada manusia. Penelitian ilmiah dibidang farmakologi, bertujuan untuk menguji aktivitas dan toksikologi senyawa kimia yang akan digunakan untuk mengobati berbagai penyakit yang ada. Karena bertujuan mengobati manusia, maka menggunakan manusia sebagai objek penelitian secara langsung adalah sesuatu yang kejam, karena jika senyawa kimianya bersifat toksik, maka keselamatan objek manusia tersebut akan sangat terancam. Oleh karena hal tersebut, maka sebelum melakukan percobaan klinis kepada manusia, penelitian ilmiah dibidang farmakologi haruslah terlebih dahulu dicobakan terhadap hewan percobaan, dan setelah melalui rangkaian ran gkaian percobaan yang layak, barulah dapat dicobakan dicobak an kepada manusia. Dalam bidang farmakologi, hewan yang digunakan haruslah memiliki kesamaan struktur dan sistem organ dengan manusia seperti mencit, katak, marmot, tikus,kera,dsb. Selain itu haruslah juga diperhatikan variasi biologik ( usia, jenis kelamin ), ras, sifat genetik, status kesehatan, nutrisi, bobot dan luas permukaan tubuh, serta keadaan lingkungan fisiologik. Praktikum kali ini mempelajari tentang penanganan dan cara pemberian obat pada mencit. Mencit adalah hewan yang mudah ditangani, bersifat penakut dan fotofobik,cenderung sembunyi dan berkumpul bersama sesamanya, lebih aktif pada malam hari,suhu normal badan 37,5 °C, dan laju respirasi normal 163/menit. Kali ini hewan yang dipakai adalah mencit, karena merupakan mamalia yang memiliki waktu pertumbuhan yang relatif cepat. Selain itu, mencit juga memiliki komponen darah yang dapat mewakili mamalia lainnya khususnya manusia. Mencit juga memilki organ terlengkap sebagai mamalia. Mencit nya pun dipilih berkelamin jantan, Dipilih mencit jantan karena sistem imun pada mencit jantan cenderung lebih tidak
dipengaruhi oleh hormon reproduksi. Hal ini disebabkan karena kadar hormon estrogen pada mencit jantan relatif rendah dibanding mencit betina dan adanya stres akut dapat menyebabkan penurunan kadar estrogen pada mencit betina yang berefek imunostimulasi sehingga dapat mengaburkan efek stress bising terhadap hormon-hormon stres yang mempunyai efek imunodepresi, yang dihasilkan oleh aksis HPA da n sistem SMA seperti kortisol dan adrenalin. Cara menangkap mencit adalah dengan memegang ekornya dengan telunjuk dan ibu jari dan meletakkan mencit diatas permukaan yang tidak licin seperti kasa, ram kawat dan sebagainya, sehingga kalau ekornya ditarik, mencit akan mencengkram. Cara memerlakukan mencit yang telah ditangkap adalah telunjuk dan ibu jari menjepit kulit tengkuk mencit sementara ekor mencit masih dipegang tangan yang lainnya. Kemudian posisi tubuh mencit dibalikkan dan ekornya dijepitkan diantara jari manis dan kelingking, sehingga posisi permukan perut mencit menghadap kearah kita, dan mencitsudah tidak dapat bergerak lagi. Jika penanganan mencit tidak sesuai, maka mencit akan buang ait besar atau buang air keci. Hal ini dilakukan mencit karena merasa stress dan ketakutan. Hewan-hewan lain seperti tikus, marmut, dan kelinci juga akan melakukan hal yang sama jika merasa terancam. Cara pemberian obat mempegaruhi proses absorbsi dan kecepatan aktifitas dan efek obat. Ada beberapa cara pemberian obat seperti, buccal,sub lingual, oral, sub kutan, intravena, intramuscular, intraperitonial. Semua rute pemberian obat memiliki keunggulan masing-masing, oleh karena itu, sifat kimia dan fisik obat serta organ target obat akan mempengaruhi, rute pemberian obat. Pada Praktikum kali ini, ada 4 rute pemberian obat yang dicobakan pada mencit yaitu : Intravena (iv), Intraperitonial (ip), Sub- kutan (sc), dan per-oral (po). Karena pada Praktikum kali ini hanya mempelajari tentang cara pemberian obat saja, dan tidak melihat reaksi obat, maka obat yang digunakan adalah air ( aquadest ). Dan dosis yang digunakan adalah sesuai batas maksimal ( mL ) untuk setiap rute pemberian menurut buku Pharmacodynamics, Guides de Travaux Practiques karangan M. Boucard, et al tahun 1981-1982. 1. Intravena ( iv )
Pemberian obat dengan rute ini dilakukan dengan cara penyuntikan pada vena ekor mencit. Obat ( air ) yang disuntikkan dengan suntik 1 mL, dengan jarum suntik no.24. jumlah obat yang disuntikkan adalah sesuai batas maksimal ( mL ) untuk rute pemberian intravena menurut buku Pharmacodynamics, Guides de Travaux Practiques karangan M. Boucard, et al tahun 1981-1982 yaitu 0,5 mL untuk mencit dengan bobot 20 gram. Oleh karena itu mencit terlebih dahulu di timbang dan ditandai, kemudian dihitung batas maksimal pemberian obat secara intravena untuk masing-masing mencit, cara untuk menghitungnya adalah dengan rumus : bobot mencit ( gram ) dibagi 20 gram dikalikan dengan 0.5 mL. Setelah mengetahui batas maksimal pemberian obat secara intravena untuk masingmasing mencit, obat dimasukkan kedalam jarum suntik, dan disuntikkan kedalam vena ekor masing-masing mencit dimana bagian yang akan disuntik telah dibersihkan terlebih dahulu dengan kapas yang dibasahi alcohol sebagai antiseptik, keberhasilan pemberian obat secara intrvena ini ditandai dengan perubahan ekor mencit menjadi putih pucat.Selain itu adanya gelembung udara pada saat penyuntikan perlu diperhatikan, karena gelembung udara yang masuk pada vena dapat menyebabkan emboli yang merusak vena dan mengganggu system kardiovaskuler yang dapat berakibat kematian. Pemberian obat dengan efek sistemik sangat baik melalui rute ini, karena obat yang dimasukkan tidak akan mengalami proses absorbs dan akan langsung diedarkan keseluruh tubuh dengan cepat melalui sistem kardiovaskular. Bentuk sediann obat yang tepat untuk pemberian rute ini adalah larutan atau murni ( cairan ) sehingga bisa maksimal diedarkan ke seluruh tubuh. Mencit yang dicobakan berjumlah 3 ekor, dan pemberian secara intravena, berhasil dilakukan, namun 1 dari 3 mencit yang dicobakan mati akibat cara penanganan yang tidak tepat pada mencit, yaitu bagian tengkuknya yang ditekan terlalu keras agar tidak berontak saat disuntik. Sehingga akibat tengkuknya ditekan terlalu kuat, maka mencitpun mati. 2. Subcutan ( sc )
Pemberian obat dengan rute ini dilakukan dengan cara penyuntikan pada bagian bawah kulit di daerah tengkuk mencit. Obat ( air ) yang disuntikkan dengan suntik 1 mL. Jumlah obat yang disuntikkan adalah sesuai batas maksimal ( mL ) untuk rute pemberian subcutan menurut buku Pharmacodynamics, Guides de Travaux Practiques karangan M. Boucard, et al tahun 1981-
1982 yaitu 0,5 mL untuk mencit dengan bobot 20 gram. Oleh karena itu mencit terlebih dahulu di timbang dan ditandai, kemudian dihitung batas maksimal pemberian obat secara subcutan untuk masing-masing mencit, cara untuk menghitungnya adalah dengan rumus : bobot mencit ( gram ) dibagi 20 gram dikalikan dengan 0.5 mL. Setelah mengetahui batas maksimal pemberian obat secara subcutan untuk masingmasing mencit, obat dimasukkan kedalam jarum suntik, dan disuntikkan kebagian bawah kulit di daerah tengkuk mencit, dengan cara kulit tengkuknya diangkat, kemudian dibersihkan dengan kapas yang dibasahi alcohol sebagai antiseptic, lalu jarum suntik dimasukkan kebawah kulit dan isi suntik dikeluarkan. Pemberian obat pada rute ini cenderung cukup aman karena kulit mencit bias diangkat dengan hati-hati sehingga jauh dari organ dalam mencit, sehingga jarum suntik tidak melukai organ mencit. Pemberian obat pada rute ini juga memberikan respon yang cepat jika obatnya memiliki efek farmakologi, karena obat langsung berada pada tubuh dan langsung bias berdifusi kedalam organ target tanpa harus diabsorbsi dan diedarkan pembuluh darah. Bentuk sediann obat yang tepat untuk pemberian rute ini adalah larutan atau murni ( cairan ) sehingga bisa maksimal berdifusi ke organ target. 3. Per-oral
Pemberian obat per oral merupakan pemberian obat paling umum dilakukan karena relatif mudah dan praktis serta murah. Kerugiannya ialah banyak faktor dapat mempengaruhi bioavailabilitasnya (faktor obat, faktor penderita, interaksi dalam absorpsi di saluran cerna). Pemberian secara oral pada mencit dilakukan dengan alat suntik yangdilengkapi jarum oral atau sonde oral (berujung tumpul). Hal ini untuk meminimalisir terjadinya luka atau cedera ketika hewan uji akan diberikan sedianuji. Sonde oral ini dimasukkan ke dalam mulut, kemudian perlahan-lahandiluncurkan
melalui
langit-langit
ke
arah
belakang
sampai
esophagus
kemudianmasuk ke dalam lambung. Perlu diperhatikan bahwa cara peluncuran/pemasukansonde yang mulus disertai pengeluaran cairan sediaannya yang mudah adalah cara pemberian yang benar. Sebaiknya sebelum memasukan sonde oral, posisi kepalamencit adalah menengadah dan mulutnya terbuka sedikit, sehingga sonde oralakan masuk secara lurus ke dalam tubuh mencit. Cara pemberian yang keliru,masuk ke dalam saluran pernafasan atau paru-paru
dapat menyebabkan gangguan pernafasan dan kematian.Praktikan dapat mengetahui pemberian obat secara oral ini berhasil atau tidak.Hal ini dapat dilihat dari cairan yang dimasukan tersebut. Bila dari hidung hewanuji keluar cairan seperti yang kita berikan menunjukkan adanya kesalahan dalam proses pemberian. Sedangkan bila berhasil, maka tidak akan terjadi apa-apa. 4. Intraperitoneal
Jarum disuntikkan dengan sudut sekitar 100 dari abdomen pada daerah yang sedikit menepi dari garis tengah, agar jarum suntik tidak terkena kandung kemih dan tidak terlalu tinggi supaya tidak terkena penyuntikkan pada hati. Sebelumnya diberi alcohol 70% dengan tujuan sebagai anestesi lokal. Tujuan pemberian melalui rute ini adalah agar tanpa melalui saluran pencernaan dan langsung ke pembuluh darah.
Kesimpulan 1. Praktikkan dapat menangani hewan untuk percobaan farmakologi secara baik. 2. Praktikkan mengetahui sifat – sifat hewan percobaan dan faktor – faktor yang mempengaruhi responnya 3. Praktikkan dapat melakukan teknik – teknik pemberian obat melalui berbagai rute pemberian serta pengaruhnya terhadap efek yang ditimbulkan