URGENSI MEMAHAMI ISLAMIC WORLDVIEW oleh, Anita1 (tugas kuliah Islamic Worldview 2012)
Pada suatu perkuliahan terdapat seorang mahasiswa yang serius memperhatikan penjelasan dosennya. Yang menjadi pembahasan dalam kuliah adalah sejarah agama di dunia. Mengutip perkataan Auguste Comte, sang dosen menjelaskan bahwa pola fikir manusia selalu berkembang dan dapat digolongkan kedalam tiga tahap. Tahap yang dimaksud adalah teologi, metafisik, dan positivistik. Dosen antropologi agama itu juga menjelaskan bahwa ide paham ketuhanan manusia berawal dari fase dinamisme, animisme, politheisme, henoisme, dan monotheisme. (Nasution, 1978) Agama yang terdapat didunia saat ini merupakan hasil perkembangan pola fikir manusia dari tahap primitif ke tahap modern. Monotheisme juga mengalami perkembangan berawal dari tradisi agama Yahudi, Kristen, hingga berakhir ke Islam. Kesimpulan dalam perkuliahan ini adalah setiap agama merupakan hasil pikiran manusia yang lazim dikenal dengan sebutan agama budaya. Sebagai seorang Muslim, terdapat beberapa hal yang dianggap janggal oleh mahasiswa itu. Salah satu bentuk kejanggalannya adalah keyakinan bahwa agama Islam bukan merupakan bagian dari produk budaya. Islam yang diyakininya bukanlah hasil evolusi budaya, tetapi bersifat final dan otentik. Islam juga dianut oleh manusia pertama di bumi yaitu Nabi Adam „alaihi salam hingga Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wasallam. Nabi Muhammad shallallahu „alaihi wasallam sebagai utusan terakhir membawa Islam bukan sebagai agama baru, namun menyempurnakan ajaran yang telah dibawa para Nabi sebelumnya. Kepekaan mahasiswa itu untuk menolak teori mengenai agama berasal dari konsepkonsep yang telah terbentuk dalam pikirannya. Konsep-konsep tersebut yang mempengaruhi setiap tindakannya. Telah ada keyakinan dalam pikiran mahasiswa itu bahwa Islam tidak mengalami perkembangan sejarah seperti pada agama lain. (Al-Attas, 2007) Konsep yang telah terbangun dalam diri mahasiswa itu disebut dengan way of life/worldview yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan sebutan pandangan hidup/ PH.
1
Penulis merupakan mahasiswa semester 6 Program Studi Sosiologi dan Antropologi Jurusan P.IPS Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
1
Dalam khasanah keilmuan Barat, worldview dipahami sebagai cara pandang kehidupan yang mengedepankan porsi keduniaan. Sebagaimana dikutip dalam makalah Adnin Armas yang berjudul “Islamic Worldview (Sebuah Konsep)”, istilah worldview pertama kali dipopulerkan oleh Immanuel Kant dengan sebutan Weltanschauung dalam buku Critique of Judgment. Weltanschauung terdiri atas dua kata, yaitu Welt yang berarti dunia/alam dan Anschauung yang bermakna pandangan. Weltanschauung/worldview/PH merupakan asas lahirnya kebudayaan, peradaban dan berbagai ideologi. Sebagai contoh peradaban Barat didasarkan oleh PH Barat. Demikian halnya Peradaban Islam didasarkan oleh PH Islam.
Proses Terbentuknya Worldview Manusia tidak dilahirkan dengan memikul dosa besar, sebagaimana tertera dalam doktrin Kristen. Demikian halnya manusia juga tidak seperti yang digambarkan aliran behaviorisme, yaitu tidak memiliki pengetahuan apapun. (Abdullah, 1982:59) Manusia lahir dalam keadaan fitrah, (H.R Muslim dan Abu Hurairah) Alparslan menyatakan bahwa manusia tidak dilahirkan setelah berinteraksi dengan lingkungan atau proses pendidikan, manusia secara berangsur memperoleh pengetahuan tambahan yang disebut dengan a posteriori knowledge. Akumulasi kedua jenis pengetahuan ini secara bertahap dan terus menerus kemudian membentuk suatu kerangka (framework) di dalam pikiran, atau dalam istilah Acikgenc, sebuah architectonic whole. Kerangka inilah yang disebut dengan worldview atau PH. Acigenc menambahkan bahwa PH tidak serta merta hadir dalam diri individu. Proses terbentuknya PH dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu; pertama melalui budaya, teknologi, sains, agama, dan gagasan spekulatif (speculative ideas) atau upaya yang tidak sadar, kedua, melalui upaya sadar (conscious effort) untuk memperoleh ilmu, dan ketiga, melalui gabungan kedua cara tersebut.
Pandangan Hidup Barat Sekuler atau Pandangan Hidup Islam? Dalam kasus diatas terlihat jelas bahwa PH Barat telah mendominasi cara berfikir sang dosen. Keyakinan bahwa seluruh agama merupakan produk budaya merupakan pengaruh dari ilmu pengetahuan Barat. Padahal ilmu pengetahuan Barat tidak memiliki nilai yang netral sebagaimana yang dikatakan Habermas bahwa semua ilmu telah dijerumuskan oleh kepentingan kognitif. Habermas juga menambahkan perlunya kekuatan kritik yang terkait metodologi 2
maupun kondisi sejarah (historis) dalam memahami segala bentuk ilmu. (Tumanggor, 2010: 11) Al-Attas dalam Islam dan Sekularisme juga menegaskan bahwa ilmu pengetahuan Barat dibangun diatas lima faktor, yaitu; (1) akal diandalkan untuk membimbing kehidupan manusia; (2) bersikap dualistik terhadap realitas dan kebenaran; (3) menegaskan aspek eksistensi yang memproyeksikan pandangan hidup sekular; (4) membela doktrin humanisme; (5) menjadikan drama dan tragedi sebagai unsur-unsur yang dominan dalam fitrah dan eksistensi kemanusiaan. (Al-Attas, 2010) Pemikiran seperti ini sangat berbahaya jika dimiliki seorang Muslim. Seorang Muslim dapat menjadi sekuler jika terjebak dalam dikotomi ilmu pengetahuan Barat. Padahal Islam tidak mengakui pemisahan antara perkara inderawi dan jasmani karena keduanya merupakan penjelmaan dari satu kesatuan ruhani. (Al-Attas, 2009) Oleh sebab itu, menjadi satu keharusan bagi seorang Muslim untuk mempelajari PH Islam. Hal ini dapat menjadi alternatif ditengah arus globalisasi serta derasnya serbuan PH Barat. Dengan PH Islam, seorang Muslim akan memahami bahwa Islam tidak mengenal proses dialektika yang berulang, dari tesis-antitesis-dan sintesis. Islam telah dewasa sejak pertama kali muncul. Islam tidak membutuhkan proses pertumbuhan menuju kedewasaan. Al-Attas juga menyatakan bahwa PH Islam memiliki konsep sendiri mengenai (1) Tuhan, (2) Wahyu, (3) Agama, (4) Dunia, (5) Manusia, (6) Ilmu, (7) Adab, (8) Kebahagiaan, serta (9) Kebudayaan, Perubahan, dan Kemajuan. Selanjutnya PH Islam memiliki karakteristik yang berbeda dari PH lainnya. Karakteristik itu adalah; pertama, PH Islam bukan hanya mencakup pandangan terhadap alam indrawi (visible world), melainkan juga yang ghaib (invisible world) dan kedua, PH Islam dibentuk oleh suatu sumber wahyu (Revelation). PH Islam dapat terwujud dengan mempelajari konsep-konsep tersebut. Meski tidak semua ilmu dapat diterima oleh akal dan menjadi PH, tapi setidaknya dengan ilmu manusia dapat menempatkan segala sesuatu sesuai dengan tempatnya. Melalui ilmu manusia dapat mengetahui hak dan bathil tanpa mencampur antara keduanya. Melalui ilmu manusia akan memperoleh kebahagiaan. Perlu usaha keras dari seorang Muslim untuk memahami PH Islam. Karena dengan PH Islam, seorang Muslim minimal dapat memfilter atau bahkan meluruskan berbagai disiplin Ilmu yang salah. Allahu „alam
3