IPTEK dan Seni Dalam Pandangan Islam Oleh : Elvira Astriana Sari
(21080111130053) (21080111130053)
Rahma Shafirinia
(21080111130055) (21080111130055)
Yuanita Arindya
(21080111130058) (21080111130058)
Dwina Yoganingrum
(21080111130060) (21080111130060)
UNIVERSITAS DIPONEGORO FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK LINGKUNGAN SEMARANG 2011
Kata Pengantar Makalah ini berjudul “IPTEK dan Seni Dalam Pandangan Islam” adalah salah satu syarat untuk memenuhi tugas makalah Pendidikan Agama Islam di semester I tahun ajaran 2011/2012 program studi Teknik Linkungan. Segala puji bagi Allah SWT yang telah mencurahkan rahmat dan karunianya
yang
telah
dilimpahkan
kepada
kita
sehingga
kita
dapat
menyelesaikan makalah ini tepat waktu. Sholawat dan salam selalu tercurah kepada Rasulullah SAW. Pada makalah ini, kami yakin masih banyak terdapat kekurangan karena keterbatasan kami, oleh karena itu kami mohon kritik dan sarannya demi kelengkapan makalah kami ini. Terima kasih kepada para pembaca yang telah menyimak. Semoga keberadaan makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Maaf jika ada kekurangan. Wassalam.
Semarang,
November 2011
Penulis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dewasa ini kita sering melihat disekeliling kita, banyak saudarasaudara kita yang hidupnya serba kekurangan. Ada yang bekerja sebagai pemulung, pengemis, pengamen, dan lain-lain. Semuanya ini dapat teratasi apabila mereka memiliki ilmu yang dapat dimanfaatkan, sehingga mereka tidak lagi bekerja sebagai pemulung, pengemis, pengamen dan lain-lain sebagainya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi setiap umat yang ada di dunia ini, terlebih lagi bagi umat muslim. Dalam ajaran agama islam, menuntut ilmu sangat ditekankan dalam kitab suci Al’Quran dan Al-Hadits. Orang mempunyi ilmu berbeda dengan orang yang tidak mempunyai ilmu. Orang yang mempunyai ilmu, apabila dia ingin melakukan sesuatu dia harus memikirkan dengan matang sebelum dia melakukan sesuatu. Dan orang yang memiliki ilmu juga mempunyai tujuan hidup yang jelas. Sedangkan orang tidak memiliki ilmu, apabila dia ingin melakukan sesuatu dia tidak lagi memikirkan dengan matang apa yang akan dia lakukan nantinya. Dalam sebuah Hadits Nabi Muhammad SAW, Beliau bersabda “tuntutlah ilmu walau ke negeri cina”. Begitu pentingnya sebuah ilmu sehinggan Nabi sendiri menyuruh kita untuk menuntut ilmu sampai ke negeri cina. Untuk mendapatkan ilmu, banyak cara yang dapat kita lakukan diantaranya dengan cara membaca, mendengarkan, melihat atau membaca situasi yang pernah kita rasakan, dan masih banyak cara lagi untuk mendapatkan ilmu. Seni merupakan ekspresi dari jiwa seseorang yang menghasilkan sebuah budaya yang diidentik dengan keindahan. Seorang seniman sering menggunakan benda-benda yang diolah secara kreatif oleh tangan-tangan halus sehingga menghasilkan sebuah keindahan. Seni yang lepas dari nilai-
nilai ketuhanan tidak akan abadi karena ukurannya adalah hawa nafsu bukan akal dan budi. Seni mempunyai daya tarik yang selalu bertambah bagi orang-orang yang kematangan jiwanya terus bertambah.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apakah pengertian IPTEK dan Seni?
1.2.2
Apakah hubungan antara IPTEK dan Seni dalam pandangan Islam?
1.2.3
Batasan IPTEK dan Seni dalam Islam
1.2.4
Cara menyikapi IPTEK dan Seni pada era globalisasi dalam Islam
1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1
Mengetahui pengertian IPTEK dan Seni
1.3.2
Mengetahui hubungan antara IPTEK dan Seni dalam pandangan Islam
1.3.3
Mengetahui batasan IPTEK dan Seni dalam Islam
1.3.4
Dapat menyikapi dengan benar masalah IPTEK dan Seni pada era globalisasi.
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian IPTEK dan Seni 2.1.1
Pengertian IPTEK
Iptek singkatan dari Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni. Berbagai definisi tentang ilmu pengetahuan teknologi dan seni telah banyak diberikan oleh para filosof, ilmuwan dan budayawan sesuai dengan bidang keahlian mereka masing-masing. Dalam sudut pandang filsafat ilmu, pengetahuan dan ilmu sangat beda
maknanya.
Ilmu
adalah
pengetahuan
yang
sudah
diklasifikasikan, disistematisasi dan diinterprestasikan sehingga menghasilkan kebenaran obyektif serta sudah diuji kebenarannya secara ilmiah, sedangkan pengetahuan adalah apa saja yang telah diketahui oleh manusia atau segala sesuatu yang diperoleh manusia baik melalui panca indra, intuisi, pengalaman maupun firasat. Jadi ilmu pengetahuan atau sains adalah himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat dinalar atau diterima oleh akal. Dengan kata lain, sains dapat didefinisikan sebagai kumpulan rasiomnalisasi kolektif insani atau sebagai pengetahuan yang sudah sistematis. Dalam pemikiran sekuler, sains mempunyai tiga karekteristik yaitu obyektif, netral, dan bebas nilai, sedangkan dalam pemikiran islam, sains tidak boleh bebas nilai, baik nilai lokal maupun nilai universal. Dalam pemikiran islam ada dua sumber ilmu, yaitu akal dan wahyu. Keduanya tidak boleh dipertentangkan. Ilmu yang bersumber dan wahyu Allah bersifat abadi dan tingkat kebenaran mutlak. Sedangkan ilmu yang bersumber dari akal pikiran manusia bersifat perolehan, tingkat kebenaran nisbi, oleh karenanya tidak ada istilah final dalam suatu produk ilmu pengetahuan, sehingga
setiap saat selalu terbuka kesempatan untuk melakukan kajian ulang atau perbaikan kembali. (1) Sumber-sumber pengembangan IPTEK telah disediakan oleh Allah SWT melalui ciptannya yang ada dilangit dan dibumi. Diantara sumber-sumber teori pengembangan IPTEK sesuai kandungan surah Al-Baqarah 2:164, yaitu sebagai berikut:
164. Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; sungguh (terdapat) tandatanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan .
Isi kandungannya adalah: 1. Kemahakuasaan Allah SWT dalam menciptakan langit dan bumi. 2. Kemahakuasaan Allah SWT dalam pergantian siang dan malam 3. Kemahakuasaan Allah SWT dalam memperjalankan bahtera dilautan
4. Kemahakuasaan Allah SWT dalam menciptakan hujan untuk menyuburkan tanah yang tadinya gersang dan tandus. 5. Kemahakuasaan Allah SWT dalam menciptakan binatang ternak 6. Kemahakuasaan Allah SWT dalam mengatur tugas angin dan awan.(5)
2.1.2
Pengertian Seni
Seni artinya keindahan. Menurut Al-Farabi, seni adalah ciptaan yang berbentuk keindahan. Al-Ghazali mengatakan seni adalah hasil kerja yang dihasilkan dari jiwa dan rasa manusia sesuai dengan fitrahnya. Seni islam memiliki unsur-unsur yang sesuai dengan syariat islam. Seni islam bersifat universal. Seni islam adalah hasil kerja orang islam. Keberagaman gaya seni dalam islam dapat diterima apabila tidak bertentangan dalam islam. (3) Dalam masyarakat yang beradab perhatian kepada keharmonisan hidup sangat tinggi. Apresiasi terhadap keindahan alam, seni, musik dan inovasi budaya termasuk teknologi merupakan bagian gaya hidup dengan peradaban. Mengisi hidup dengan cara menginfestasi kemajuan berfikir manusia. Karenanya Islam memperhatikan detil-detil tersebut sebagai bagian dari peradaban dalam budaya Islam dan syariat yang tinggi. (2) Kemampuan berseni merupakan salah satu perbedaan manusia dengan makhluk lain. Jika demikian, islam pasti mendukung kesenian selama penampilannya lahir dan mendukung fitrah manusia yang suci itu, dan karena itu pula islam bertemu dengan seni dalam jiwa manusia, sebagaimana seni ditemukan oleh jiwa manusia di dalam islam. (4)
2.2 Hubungan Iman, Ilmu, Teknologi dan Seni
Didalam Al-Quran surah Ibrahim 14:24-25:
Tidakkah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya (menjulang) ke langit,Termasuk dalam "kalimat yang baik" ialah kalimat tauhid, segala ucapan yang menyeru kepada kebajikan dan mencegah dari kemungkaran serta perbuatan yang baik. Kalimat tauhid seperti "laa ilaa ha illallaah". pohon itu memberikan buahnya pada setiap musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat. (2425) Allah telah memberikan ilustrasi indah tentang integrasi antara iman, ilmu, teknologi dan seni dalam pandangan islam terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi dalam suatu sistem yang disebut dienul islam. Didalamnya terkandung 3 unsur pokok, yaitu: akidah, syariah dan akhlak, dengan kata lain iman, ilmu, teknologi dan seni dan amal shaleh dan ikhsan. Pengembangan IPTEK yang lepas dari keimana dan ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan manfaat bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan akan menjadi malapetaka bagi kehidupannya sendiri. Ilmuilmu yang dikembangkan atas dasar keimanan dan ketakwaan pada Allah akan
memberikan jaminan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia termasuk bagi lingkungannya.
2.3 Batasan IPTEK dan Seni dalam pandangan Islam
IPTEK dan segala hasilnya dapat diterima oleh Islam manakala bermanfaat bagi kehidupan manusia. Jika penggunaan hasil IPTEk akan melalaikan seseorang dan dzikir dan taffakkur,serta mengantarkan kepada rusaknya nilai-nilai kemanusiaan, maka bukan hasil teknologinya yang ditolak, melainkan manusianya yang harus diperingatkan dan diarahkan dalam menggunakan teknologi. Dan apabila IPTEK sejak semula diduga dapat menggeserkan manusia dan jati diri dari tujuan penciptaan maka sejak dini pula kehadirannya ditolak oleh Islam. Adapun tentang seni dalam teori ekspresi disebutkan bahwa Art is an expression of human felling adalah suatu pengungkapan perasaan manusia. Seni
merupakan ekspresi jiwa seseorang dan hasil dari ekspresi jiwa tersebut berkembang menjadi bagian dari budaya manusia. Seni identik dengan keindahan, keindahan yg haqiqi identik dengan kebenaran, dan keduanya memiliki nilai yang sama, yaitu keabadian. Dan seni yang lepas dari nilai-nilai ketuhanan tidak akan abadi, karena ukurannya adalah hawa nafsu, bukan akal budi. Islam sebagai agama yang mengandung ajaran, moral, aqidah, dan syariat, senantiasa mengukur segala sesuatu(benda-benda,karya seni,dan aktivitas) dengan pertimbangan-pertimbangan ketiga aspek tersebut. Oleh karena itu, seni yang bertentangan atau merusak moral, aqidah, dan syariat tidak akan diakui sebagai sesuatu yang bernilai seni. Dengan demikian semboyan seni untuk seni tidak dapat diterima dalam Islam. Dalam perspektif Islam, IPTEK dan seni merupakan pengembangan potensi manusia yang telah diberikan oleh Allah berupa akal dan budi. Prestasi gemilang dalam pengembangan IPTEK pada hakikatnya tidak lebih dari sekedar
menemukan bagaimana proses sunahtullah itu terjadi di alam semesta ini bukan merancang atau menciptakan hukum baru di luar sunahtullah( hukum alam hukum Allah)
Seharusnya temu-temuan baru dibidang IPTEK membuat manusia semakin mendekatkan diri kepada Allah, bukan semakin angkuh dan menyombongkan diri. Sumber pengembangan IPTEK dalam islam adalah wahyu Allah. IPTEK yang Islami selalu mengutamakan dan mengedepankan kepentingan orang banyak dan kemaslahatan bagi kehidupan umat manusia. Untuk itu IPTEK dalam pandangan Islam tidak bebas nilai. 2.4 Cara Menyikapi IPTEK dan Seni pada era global dalam pandangan Islam
Setiap manusia diberikan hidayah dari Allah swt berupa “alat” untuk mencapai dan membuka kebenaran. Hidayah tersebut adalah indera, untuk menangkap kebenaran fisik,
naluri, untuk mempertahankan hidup dan
kelangsungan hidup manusia secara probadi maupun sosial, pikiran dan atau kemampuan rasional yang mampu mengembangkan kemampuan tiga jenis pengetahuan akali (pengetahuan biasa, ilmiah dan filsafi). Akal juga merupakan penghantar untuk menuju kebenaran tertinggi, imajinasi, daya khayal yang mampu menghasilkan kreativitas dan menyempurnakan pengetahuannya, hati nurani, suatu kemampuan manusia untuk dapat menangkap kebenaran tingkah laku manusia sebagai makhluk yang harus bermoral. Dalam menghadapi perkembangan budaya manusia dengan perkembangan IPTEK yang sangat pesat, dirasakan perlunya mencari keterkaitan antara sistem nilai dan norma-norma Islam dengan perkembangan tersebut. Menurut Mehdi Ghulsyani, dalam menghadapi perkembangan IPTEK ilmuwan muslim dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok,
Kelompok yang menganggap IPTEK
moderen bersifat netral dan berusaha melegitimasi hasil-hasil IPTEK moderen
dengan mencari ayat-ayat Al-Quran yang sesuai, Kelompok yang bekerja dengan IPTEK moderen, tetapi berusaha juga mempelajari sejarah dan filsafat ilmu agar dapat menyaring elemen-elemen yang tidak islami, Kelompok yang percaya adanya IPTEK Islam dan berusaha membangunnya. Untuk kelompok ketiga ini memunculkan nama Al-Faruqi yang mengintrodusir istilah “islamisasi ilmu pengetahuan”. Dalam konsep Islam pada dasarnya tidak ada pemisahan yang tegas antara ilmu agama dan ilmu non-agama. Sebab pada dasarnya ilmu pengetahuan yang dikembangkan manusia merupakan “jalan” untuk menemukan kebenaran Allah itu sendiri. Sehingga IPTEK menurut Islam haruslah bermakna ibadah. Yang dikembangkan dalam budaya Islam adalah bentuk-bentuk IPTEK yang mampu mengantarkan manusia meningkatkan derajat spiritialitas, martabat manusia secara alamiah. Bukan IPTEK yang merusak alam semesta, bahkan membawa manusia ketingkat yang lebih rendah martabatnya. Dari uraian di atas “hakekat” penyikapan IPTEK dalam kehidupan seharihari
yang
islami
adalah
memanfaatkan
perkembangan
IPTEK
untuk
meningkatkan martabat manusia dan meningkatkan kualitas ibadah kepada Allah swt. Kebenaran IPTEK menurut Islam adalah sebanding dengan kemanfaatannya IPTEK itu sendiri. IPTEK akan bermanfaat apabila mendekatkan pada kebenaran Allah dan bukan menjauhkannya, dapat membantu umat merealisasikan tujuantujuannya (yang baik), dapat memberikan pedoman bagi sesama,
dapat
menyelesaikan persoalan umat. Dalam konsep Islam sesuatu hal dapat dikatakan mengandung kebenaran apabila ia mengandung manfaat dalam arti luas.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
3.2 Saran Penulis
DAFTAR PUSTAKA Anonim. www.al-shira.org/html/id/books/001.index.hmtl Ilmy, Bachrul.2007. Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Grafindo Media Pratama Mangunjaya, Fachruddin M. 2005. Konservasi Alam Dalam Islam. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Shihab, M.Quraish. 2007. Wawasan . Bandung: Mizan Wahyuddin, dkk. 2003. Pendidikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi. Bandung Yendra, Melui . 2007. Ensiklopedia Anak-anak muslim. Bandung: Pustaka obor