OBAT ANTIJAMUR
1. ANTI ANTI JAMUR JAMUR UNTUK UNTUK INFEKS INFEKSII SISTE SISTEMIK MIK 1.1 AMFOTE AMFOTERISI RISIN NB
Asal dan kimia.
Amfoterisin A dan B merupakan hasil fermentasi Streptomyces nodosus. nodosus. Sembilan puluh delapan delap an persen campuran campu ran ini terdiri terdir i dari da ri amfoteri amfo terisin sin B yang mempunyai aktivitas aktivitas antijamur. Kristal Kristal seperti seperti jarum atau prisma prisma berwarna berwarna kuning jingga, tidak berbau dan tidak berasa ini merupakan merupak an antibiotik polien yang bersifat basa amfoter lemah, tidak larut dalam air, tidak stabil, tidak tahan suhu diatas 3!" tetapi dapat bertahan sampai berminggu#minggu b erminggu#minggu pada pad a suhu $!". Aktivitas anti jamur
Amfoterisin B menyerang sel yang sedang tumbuh dan sel matang. Aktivitas anti jamur nyata pada p% &,'#,() berkurang pada p% yang lebih rendah. Antibiotik ini bersifat fungistatik fung istatik atau fungisidal tergantung pada dosis d osis dan sensitivitas jamur yang dipengaruhi. dipengaruhi. *engan kadar ',3#+,' g-m antibiotik antibiotik ini dapat menchambat aktivitas Histoplasma capsulaium, Cryptococcus neoformans, Coccidioides immitis, dan beberapa spesies Candi Candida, da, Tondopsi ndopsiss glabr glabrat ata, a, Rhodo Rhodotor torul ula, a, Blast Blastom omyce ycess dermati dermatitidi tidis, s, Paracoc Paracoccidi cidioide oidess brazilien braziliensis sis,, beberapa spesies Aspergillus, Sporotrichum schenckii, icrosporum audiouini dan audiouini dan spesies Trichophyton! Secara Trichophyton! Secara in "itro bila bila rifa rifamp mpis isin in atau atau minos minosikl iklin in diber diberika ikan n bersa bersama ma amfo amfoter teris isin in B terj terjadi adi sinergisme terhadap beberapa jamur tertentu. Mekanisme Kerja .
Amfoterisin B berikatan kuat dengan ergosterol yang terdapat pada membran sel jamur. /katan ini akan ak an menyebabkan men yebabkan membran sel bocor boc or sehingga seh ingga terjadi kehilangan beberapa bahan intrasel dan d an mengakibatkan men gakibatkan kerusakan yang tetap pada sel. Bakteri, virus dan riketsia tidak dipengaruhi oleh antibiotik ini karena jasad renik ini tidak 1
mempuny mempunyai ai gugus gugus sterol sterol pada membran membran selnya selnya.. 0engikat 0engikatan an kolester kolesterol ol pada sel hewan dan manusia oleh antibiotic ini diduga merupakan salah satu penyebab efek toksikny toksiknya. a. 1esiste 1esistensi nsi terhada terhadap p amfoter amfoterisi isin n B ini mungkin mungkin disebab disebabkan kan terjadi terjadinya nya perubahan reseptor resepto r sterol pada membran sel. Farmakkinetik.
Amfoter Amfoterisi isin n B diserap diserap kurang kurang baik baik disalur disaluran an gastroi gastrointes ntestin tinal. al. 2leh 2leh karenany karenanya, a, amfotirisin B efektif hanya terhadap jamur didalam usus disaluran ini dan tidak dapat digunakan untuk penanganan penyakit sistemik. /njeksi intravena amfoterisin B sebesar ',& mg-kg-hari menghasilkan kadar dalam darah rata#rata sebesar ',3#+ g-m dan lebih dari '4 terikat oleh protein#protein serum. Sementara sebagian besar obat dimetabolisme, sebagian amfoterisin B diekskresikan dengan lambat melalui urin dalam beberapa hari. 5aktu paruh serum berkisar +( hari. Kerusakan hati, ginjal dan dialysis hanya mempunyai sedikit dampak terhadap konsentrasi obat, karena karena itu tidak diperlu diperlukan kan penyesua penyesuaian ian dosis. dosis. 2bat ini disebar disebarkan kan secara secara luas luas kedalam jaringan#jaringan, namun hanya 6#34 kadar darah yang mencapai cairan serebro serebrospi spinal, nal, sehingg sehinggaa terkada terkadang ng dibutuh dibutuhkan kan terapi terapi intrat intratekal ekal untuk untuk jenis# jenis#jen jenis is tertentu meningitis jamur. E!ek Sam"in#.
/nfuse ampoterisisn B seringkali menimbulkan kulit panas, keringatan, sakit kepala, demam, menggigil, lesu, anoreksia, nyeri otot, flebitis, kejang dan penurunan fungsi ginjal. ('4 pasien yang mendapat dosis awal secara /7 akan mengalami demam dan menggigil. Keadaan ini hampir selalu terjadi pada penyuntikan ampfoterisin ampfoterisin B, tapi akan berkura berkurang ng pada pemberian pemberian berikut berikutnya. nya. 1eaksi 1eaksi ini akan dapat dapat ditekan ditekan deng dengan an memb member erik ikan an hidr hidrok okor orti tiso son n 6(#( 6(#(' ' mg dan dan deng dengan an anti antipi pire reti tik k sert sertaa antihistamin antihistamin sebelumnya. 8lebitis dapat dikurangi dengan menambahkan menambahkan heparin +''' unit kedalam infuse. Belum ada data yang jelas tentang efek amfoterisin B terhadap efek hepatotoksisk. 0enuruna 0enurunan n fungsi fungsi ginjal dapat terjadi terjadi pada lebih lebih dari 9'4 pasien pasien yang diobati diobati dengan amfoterisin B. keadaan ini akan kembali normal bila terapi dihentikan tetapi pada kebanyakan keban yakan pasien yang mendapat dosis penuh mengalami meng alami penurunan penurun an infiltrasi glom glomeru erulus lus menet menetap. ap. *eraj *erajat at kerusa kerusakan kan yang yang terj terjadi adi terg tergant antung ung pada pada jumla jumlah h amfoterisin amfoterisin B yang diterima, bukan dari kadar kreatinin darah. :eskipun demikian, peningkatan
kadar kreatininsampai
3,(
mg-m merupakan
tanda
perlunya
pengurangan dosis amfoterisin B. untuk mencegah timbulnya uremia. Asidosis 2
tubuler ringan, dan hipokalemia sering dijumpai dan keadaan ini dapat diatasi dengan pemberian kalium. ;fek toksik terhadap ginjal dapat ditekan bila pemberian amfoterisin B diberikan bersama flusitosin. Anemia normositik normokromik hampir selalu ditemukanpada pemakaian jangka panjang. Indikasi.
amfoterisin B sebagai antibiotika berspektrum lebar yang bersifat fungisidal dapat digunakan sebagai obat pilihan untuk hampir semua infeksi jamur yang mengancam kehidupan. Biasanya diberikan sebagai terapi awal untuk untuk infeksi jamur yang serius dan selanjutnya diganti dengan salah satu a
koksidioidomikosis,
parakoksidioidomikosis,
aspergilosis,
kromoblastomikosis dan kandidiosis. :ungkin juga efektif terhadap maduromikosis =misetoma> dan mukomikosis =fikomikosis>. Amfoterisin B merupakan obat terpilih untuk blastomikosis selain hidroksistilbamidin yang cukup efektif untuk sebagian besar pasiendengan lesi kulit yang tidak progresif. ?oksisitas hidroksistilbalamin diduga lebih rendah daripada amfoterisin B. histoplasmosis, kriptokokosis, sistemik juga responsive terhadap obat ini, demikian pula leismaniasis mukokutan, yang disebabkan oleh #eishmania braziliensis! ?etesan topical amfoterisin Befektif untuk korneal dan keratitis mikotik. @ntuk endoftalmitis, obat jamur ini harus disuntikkan harus disuntikan secara intraorbital. 0asien yang diobati dengan amfoterisin B harus dirawat dirumah sakit, karena diperlukan pengawasan yang ketat selama pemberian obat. @rinalisis, gambaran darah dan kimia darah seperti kalium, ureum, magnesium serta kreatinin plasma perludilakukan terutama menjelang
tercapainya dosis optimal. Bila perlu
pemeriksaan laboratorium ini diulang 6#3 kali seminggu, dan bila terjadi insufisiensi ginjal sebaiknya pengobatan ini dihentikan sampai fungsi ginjal kembali normal. $sis
Kebanyakan pasien dengan infeksi mikosis dalam diberikan dosis +#6 gr amfoterisin B deoksikolat selama +' minggu. 2rang dewasa dengan fungsi ginjal yang normal diberikan dosis ',+,' mg-kg BB. Sebelum pemberian obat, terlebih dahulu dites dengan dosis + mg amfoterisin B di dalam (' ml cairan detrose dan diberikan 3
selama +#6 jam =anak#anak dengan berat badan kurang dari 3' kg diberikan dosis ',( mg> kemudian diobservasi dan dimonitor suhu, denyut jantung dan tekanan darah setiap 3' menit oleh karena pada beberapa pasien dapat timbul reaksi hipotensi berat atau reaksi anafilaksis. *osis obat dapat ditingkatkan +mg-kgBB, tetapi tidak melebihi (' mg. Setelah 6 minggu pengobatan, konsentrasi di dalam darah akan stabil dan kadar obat di jaringan makin bertambah dan memungkinkan obat diberikan pada interval $9 atau 6 jam. 0emberian liposomal amfoterisin B biasanya dimulai dengan dosis +,' mg-kg BB dapat ditingkatkan menjadi 3,'#(,' mg.kgBB atau lebih. 8ormula ini harus diberikan intravena dalam waktu 6 jam, jika ditoleransi baik maka waktu pemberian dapat dipersingkat menjadi + jam. 2bat ini berikan pada individu selama 3 bulan dengan dosis kumulatif +( g tanpa efek samping toksik yang signifikan. *osis yang dianjurkan adalah 3 mg-kbBB-hari. *osis yang direkomendasikan untuk pemberian amfoterisin B lipid kompleks yaitu ( mg-kgBB dan diberikan intravena dengan rata#rata 6,( mg-kbBB-jam. 2bat ini pernah diberikan pada individu selama ++ bulan dengan dosis kumulatif (' g tanpa efek samping toksik yang signifikan. *osis awal amfoterisin B dispersi koloid yaitu +,' mg-kgBB diberikan intravena dengan rata#rata + mg-kgBB-jam
dan jika dibutuhkan dosis dapat ditingkatkan
menjadi 3,'#$,' mg-kgBB. 2bat ini pernah diberikan pada individu dengan dosis kumulatif 3 g tanpa efek samping toksik yang signifikan. Interaksi O%at.
Amfoterisin B dapat menambah efek nefrotoksik obat lain seperti antibiotik aminoglikosida, siklosporin, antineoplastik tertentu sehingga kombinasi obat tersebut harus hati#hati. Kombinasi obat amfoterisin B dengan kortikosteroid dan digitalis glikosid dapat menimbulkan hipokalemi.
1.& IMI$A'O( $AN TRIA'O(
4
*iperkenalkan untuk pertama kalinya pada tahun +$$, antijamur a
terdiri dari dua nitrogen dan kelompok tria mengandung tiga nitrogen. Kedua kelompok ini memiliki spektrum dan mekanisme aksi yang sama. ?ria
:ekanisme biosintesis ergosterol dan mekanisme kerja berberapa obat antijamur terhadap biosintesis ergosterol
0ada umumnya golongan a
Ketkna)l 5
Ketokona
Struktur kimia ketokona
Aktivitas s"e*trum.
Ketokona
mempunyai
spektrum
yang
luas
dan
efektif
terhadap
Blastomyces dermatitidis, Candida species, Coccidiodes immitis, Histoplasma capsulatum, alasezzia furfur, Paracoccidiodes brasiliensis. Ketokona
Absorpsi peroral tiap individu bervariasi.Setelah pemberian peroral dosis 6'',$'', dan 9'' mg, konsentrasi puncak plasma sekitar $, 9, 6' g-ml. 5aktu paruh tergantung dari peningkatan dosis sekitar #9 jam pada dosis 9'' mg. Konsentrasi pada pasien meningitis jamur kurang dari +4 dari total konsentrasi obat di plasma. 0emberian bersama dengan obat yang menginduksi en
rifampisin,
dan
isonia
dapat
menurunkan
('4
absorpsi 6
ketokona
*osis ketokona
Anoreksia, mual dan muntah merupakan efek samping yang sering dijumpai terjadi pada 6'4 pasien yang mendapat dosis $'' mg-hari. 0emberian pada saat menjelang tidur atau dalam dosis terbagi dapat mengatasi keadaan ini. Alergi dapat terjadi pada $4 pasien, dan gatal tanpa rash terjadi sekitar 64 pada pasien yang diterapi ketokona dapat menghambat human adrenal synthetase dan testicular steroid yang dapat menimbulkan alopesia, ginekomastia dan impoten. Interaksi O%at
7
Konsentrasi
serum
ketokona
dapat
menurun
pada
pasien
yang
mengkonsumsi obat yang menurunkan sekresi asam lambung antasida, antikolinergik dan %6 antagonis sehingga sebaiknya obat ini diberikan setelah 6 jam pemberian ketokona
juga
dapat
menimbulkan
efek
samping
kardiovaskuler
seperti
pemanjangan E#? interval dan torsade de pointes. Ketokona
Itrakna)l
/trakona
Struktur /trakona
Aktivitas s"e*trum
/trakona
Scedosporium
apiospermum
dan
Sporothri+
schenckii!
/trakona
Konsentrasi itrakona
itrakona
tidak
begitu sempurna pada saluran
gastrointestinal =((4> tetapi absorpsi tersebut dapat ditingkatkan jika itrakona
jam setelah pemberian dosis awal. ;ksresi terbanyak
itrakona
/trakona
kontinyu
sama
efektif
dengan dosis pulse.
0ada
onikomikosis kuku tangan, pulse terapi diberikan selama 6 bulan, sedangkan onikomikosis kuku kaki selama 3 bulan. /trakona
1ejimen dosis itrakona
2nikomikosis
?inea kapitis
*ewasa Kuku tangan ) 6'' mg 6sehari + minggu-bulan , 6 dosis pulse Kuku kaki ) 6'' mg-hari+6 minggu Atau 6'' mg 6sehari +minggu-bulan, 3 dosis pulse 6(' mg-hari 6#9 minggu
Anak#anak Kuku tangan ) ( mg-kg-hari + minggu-bulan, 6 dosis pulsea Kuku kaki ) ( mg-kg-hari + minggu-bulan, 3 dosis pulse
/nfeksi Trichophyton ) ( mg-kg-hari 6#$ minggu /nfeksi :ikrosporum ) ( mg-kg-hari $#9 minggu ?inea korporis, tinea 6'' mg 6sehari+ minggu *osis berdasarkan berat +#$ kruris, tinea pedis minggu 0itiriasis versikolor 6'' mg-hari (# hari, untuk ?idak ada penelitian pencegahan rekuren dengan 6'' mg 6sehari dosis tunggal-bulan *osis pediatrik berdasarkan berat badan ) +'' mg-hari =+(#3' mg>, +'' mg-hari dapat diganti dengan 6'' mg-hari =3'#$' kg>, 6''mg-hari = (' kg>
E!ek sam"in#
;fek samping yang sering dijumpai adalah masalah gastrointestinal seperti mual, nyeri abdomen dan konstipasi. ;fek samping lain seperti sakit kepala, pruritus, dan ruam alergi. 0enelitian efek samping itrakona, hipertrigliseridemia =4> hipokalemia =&4>, peningkatan serum aminotransferase =(4>, rash =64> dan efek samping lain =34>. *itemukannya hipokalemia pada pasien yang menerima dosis itrakona
Absorpsi itrakona
dapat
meningkatkan
memperpanjang dari waktu
konsentrasi
paruh paruh
a
/trakona
obat terfenadin,
dapat
astemi
mida
Flukna)l
8lukona. Mekanisme kerja
8lukona
Struktur 8lukona
Akti!itas s"ektrum
:enurut 8*A flukona. Farnakkinetik 11
Absorpsi paling baik ='4> setelah makan dan keadaan perut terisi dan tidak tergantung dari keasaman lambung. 8lukona
8lukona
;fek samping yang sering adalah masalah gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, nyeri abdomen dan juga sakit kepala. Selain itu 12
hipersensitivitas, agranulositosis, sindroma Stevens Iohnsons, hepatotoksik, trombositopenia dan efek pada sistem saraf pusat. Interaksi %at
8lukona
&., KE(OM-OK ANTIJAMUR A(I(AMIN Ter%ina!in
?erbinafin merupakan antijamur sintetik golongan alilamin yang dapat diberikan secara oral. 2bat ini terutama bersifat fungisidal dan sangat aktif melawan dermatofit, tetapi kurang terhadap mold, dimorphic fungi dan yeast. 0ertama kali ditemukan pada tahun +93, digunakan di ;ropa sejak tahun ++ dan di Amerika Serikat pada tahun +&.
Struktur kimia terbinafin
Mekanisme kerja
?erbinafin menghambat kerja en pada membran sel jamur sehingga menghambat sintesis ergosterol =merupakan komponen sterol yang utama pada membran plasma sel jamur>. ?erbinafin menyebabkan %al ini mengakibatkan berkurangnya ergosterol yang berfungsi untuk 13
mempertahankan pertumbuhan membran sel jamur sehingga pertumbuhan akan berhenti =efek fungistatik> dan dengan adanya penumpukan sFualene yang banyak di dalam sel jamur dalam bentuk endapan lemak sehingga menimbulkan kerusakan pada membran sel jamur =efek fungisidal>. Akti!itas s"e*trum
?erbinafin merupakan anti jamur yang berspektrum luas. ;fektif terhadap dermatofit yang bersifat fungisidal dan fungistatik untuk Candida albican, s tetapi bersifat fungisidal terhadap Candida parapsilosis! ?erbinafin juga efektif terhadap Aspergillosis sp!, Blastomyces dermatitidis, Histoplasma capsulatum, Sporothri+ schen+kii dan beberapa dermatiaceous moulds! Farmakkinetik
?erbinafin diabsorpsi di traktus gastrointestinal, mencapai konsentrasi puncak di serum berkisar ',9#+,( mg- setelah pemberian 6 jam dengan 6(' mg dosis tunggal. 0emberian bersama makanan tidak mempengaruhi absorpsi obat. ?erbinafin bersifat lipofilik dan keratofilik, terdistribusi secara luas pada dermis, epidermis, jaringan lemak dan kuku. Konsentrasi plasma terbinafin terbagi dalam tiga fase dimana waktu paruh terbinafin yang terdistribusi di dalam plasma yaitu +,+ jamC eliminasi waktu paruh +& sampai +'' jam setelah pemberian 6(' mg dosis tunggalC setelah $ minggu pengobatan dengan dosis 6(' mg-hari waktu paruh rata#rata 66 hari. *i dalam dermis#epidermis, rambut, dan kuku eliminasi waktu paruh rata#rata 6$#69 hari. ?erbinafin dapat mencapai stratum korneum, pertama kali melalui sebum kemudian bergabung dengan basal keratinosit dan selanjutnya berdifusi ke dermis#epidermis, tetapi terbinafin tidak terdeteksi di dalam kelenjar keringat ekrin. ?erbinafin yang diberikan secara oral akan menetap di dalam kulit dengam konsentrasi di atas :/" untuk dermatofit selama 6#3 minggu setelah pengobatan dihentikan. ?erbinafin dapat terdeteksi pada bagian distal nail plate dalam waktu + minggu setelah pengobatan dan kadar obat yang efektif dicapai setelah $ minggu pengobatan. ?erbinafin tetap akan dijumpai di dalam kuku untuk jangka waktu yang lama setelah pengobatan dihentikan.?erbinafin dimetabolisme di hepar dan metabolit tidak aktif akan dieksresi melalui urin sebanyak '4 dan melalui feces sebanyak 6'4. $sis
14
0ada onikomikosis kuku tangan dan kaki dewasa yang disebabkan dermatofita, pemberian terbinafin kontinyu lebih efektif daripada itrakona dosis harus diberikan setengah dari dosis tersebut. 0engobatan tinea pedis selama 6 minggu, tinea korporis dan kruris selama +#6 minggu, sedangkan infeksi pada kuku tangan selama 3 bulan dan kuku kaki selama & bulan atau lebih. ?erbinafin dosis rejimen
2nikomikosis ?inea kapitis
*ewasa Kuku tangan ) 6(' mg-hr & minggu Kuku kaki ) 6(' mg-hr +6 minggu 6(' mg-hr 6#9 minggu
Anak#anak 3#& mg-khg-hr +6 minggua /nfeksi Trichophyton ) 3#& mg-kg-hr 6#$ minggua /nfeksi icrosporum ) 3 #& mg-kg-hr minggua 3#& mg-kg-hr +#6 minggu
?inea korporis, 6(' mg-hr +#6 minggu tinea kruris b ?inea pedis 6(' mg-hr 6 minggu =mokasin> b *ermatitis 6(' mg-hr $#& minggu seboroik a *osis anak berdasarkan berat badan ) &6,( mg-hr =+'#6' kg>, +6( mg-hr =6'#$' kg>, 6(' mg-hr =$' kg>. "atatan ) tingkat kesembuhan tinggi dicapai dengan dosis $,( mg-hr atau lebih. b ?idak ada penelitian.
E!ek sam"in#
;fek samping pada gastrointestinal seperti diare, dispepsia, dan nyeri abdomen. ?erbinafin tidak direkomendasikan untuk pasien dengan penyakit hepar kronik atau aktif. Interaksi %at
Konsentrasi terbinafin akan menurun jika diberikan bersama rifampisin. Jamun kadar dalam darah dapat meningkat apabila diberikan bersama simetidin yang merupakan suatu inhibitor sitokrim 0#$('.
+. ANTI JAMUR UNTUK $ERMATOFIT $AN MUKOKUTAN 15
+.1 RISEOFU(/IN
Griseofulvin merupakan antibiotik antijamur yang berasal dari spesies Penicillium mold . 0ertama kali diteliti digunakan sebagai antijamur pada tumbuhan dan kemudian diperkenalkan untuk pengobatan infeksi dermatofita pada hewan. Griseofulvin digunakan sejak tahun +(9 untuk pengobatan infeksi dermatofita pada manusia. Griseofulvin merupakan obat anti jamur yang pertama diberikan secara oral untuk pengobatan dermatofitosis.
Mekanisme kerja
Griseofulvin merupakan obat antijamur yang bersifat fungistatik, berikatan dengan protein mikrotubular dan menghambat mitosis sel jamur sehingga tetap dalam fase metafase. Akti!itas s"e*trum
Griseofulvin mempunyai aktifitas spektrum yang terbatas hanya untuk spesies -pidermophyton flocossum, icrosporum sp!, dan Trichophyton sp!, yang merupakan penyebab infeksi jamur pada kulit, rambut kuku. Griseofulvin tidak efektif terhadap kandidiasis kutaneus dan pitiriasis versikolor. Farmakkinetik
0emberian griseofulvin secara oral dengan dosis ',(#+ gr akan menghasilkan konsentrasi puncak di plasma sebanyak + mikrogram-ml dalam waktu $ jam. Griseofulvin mempunyai waktu paruh di dalam plasma lebih kurang + hari dan sekitar ('4 dari dosis oral dapat dideteksi di dalam urin dalam waktu ( hari dan kebanyakan dalam bentuk metabolit. Griseofulvin sangat sedikit diabsorpsi dalam keadaan perut kosong. :engkonsumsi griseofulvin bersama dengan makanan berkadar lemak tinggi dapat meningkatkan absorpsi mengakibatkan kadar griseofulvin dalam serum akan lebih tinggi. Ketika diabsorpsi, griseofulvin pertama kali akan berikatan dengan serum albumin dan distribusi di jaringan ditentukan dengan konsentrasi bebas. Selanjutnya menyebar melalui cairan transepidermal dan keringat serta 16
akan dideposit di sel prekursor keratin kulit =stratum korneum>, selanjutnya terjadi ikatan yang kuat dan menetap. apisan keratin yang terinfeksi akan digantikan dengan lapisan keratin baru yang lebih resisten terhadap serangan jamur. 0emberian griseofulvin secara oral akan mencapai stratum korneum setelah $#9 jam. Griseofulvin dimetabolisme di hepar menjadi dismethil griseofulvin dan akan dieksresikan melalui urin. ;liminasi waktu paruh #6+ jam dan kurang dari +4 dari dosis akan dijumpai pada urin tanpa perubahan bentuk. $sis
Griseofulvin terdiri atas 6 bentuk yaitu microsize =mikrochryristallin. dan ultramicrosize =ultramicrochrystallin>. Bentuk ultramicrosize penyerapannya pada saluran pencernaan +,( kali dibandingkan dengan bentuk microsize 0ada saat ini, griseofulvin lebih sering digunakan untuk pengobatan tinea kapitis. ?inea kapitis lebih sering dijumpai pada anak#anak disebabkan oleh Trychopyton tonsurans. *osis pada anak#anak 6'#6( mg-kg-hari =mikrosize>, atau +(#6' mg-kg-hari =ultrasize> selama minggu. *osis griseofulvin =pemberian secara oral> yaitu dewasa (''#+''' mg- hari =microsize> dosis tunggal atau terbagi dan 33'#3( mg-hari =ultramicrosize> dosis tunggal atau terbagi. +' ama pengobatan untuk tinea korporis dan kruris selama 6# $ minggu, untuk tinea kapitis paling sedikit selama $#& minggu, untuk tinea pedis selama $#9 minggu dan untuk tinea unguium selama 3#& bulan. E!ek sam"in#
;fek samping griseofulvin biasanya ringan berupa sakit kepala, mual, muntah, dan nyeri abdomen. ?imbulnya reaksi urtikaria dan erupsi kulit dapat terjadi pada sebagian pasien. Interaksi %at
Absorpsi griseofulvin menurun jika diberikan bersama dengan fenobarbital, namun efek ini dapat diatasi dengan cara mengkonsumsi griseofilvin bersama makanan. Griseofulvin juga dapat menurunkan efektifitas warfarin. Kegagalan kontrasepsi juga ditemukan pada pasien yang mengkonsumsi griseofulvin bersasma dengan penggunaan kontrasepsi oral. +.& NISTATIN Asal dan kimia 17
Jistatin merupakan suatu antibiotik polien yang dihasilkan oleh Streptomyces noursei. 2bat yang berupa bubuk wama kuning kemerahan ini bersifat higroskopis, berbau khas, sukar larut dalam kloroform dan eter. arutannya mudah terurai dalam air atau plasma. Sekalipun nistatin mempunyai struktur kimia dan mekanisme kerja mirip dengan amfoterisin B, nistatin lebih toksik sehingga tidak digunakan sebagai obat sistemik. Jistatin tidak diserap melalui saluran cema, kulit maupun vagina. Aktivitas antijamur
Jistatin menghambat pertumbuhan berbagai jamur dan ragi tetapi tidak aktif terhadap bakteri, proto
Mekanisme kerja
Ji statin hanya akan diikat oleh jamur atau ragi yang sensitif. Aktivitas anti # jamur tergantung dari adanya ikatan dengan sterol pada membran sel jamur atau ragi terutama sekali ergosterol. Akibat terbentuknya ikatan antara sterol dengan antibiotik ini akan terjadi perubahan permeabilitas membran sel sehingga sel akan kehilangan berbagai molekul kecil. Candida albicans hampir tidak memperlihatkan resistensti terhadap nistatin, tetapi C! tropicalis,! C! guillermondi dan ". stellatiodes mulai resisten. bahkan sekaligus menjadi tidak sensitif terhadap amfoterisin B. namun resistensi ini biasanya tidak terjadi in "i"o! 0engobatan kandidiasis kutis dapat digunakan nistatin topikal pada kulit atau membrane mukosa =rongga mulut, vagina>. Jistatin biasanya tidak bersifat toksik tetapi kadang#kadabng dapat timbul mual, muntah dan diare jika diberikan dengan dosis tinggi. @ntuk pengobatan kandidiasis vaginalis diberikan + atau 6 "aginal suppossitoria =+''.''' setiap unitnya> yang diberikan selama kurang lebih +$ hari.
18
$AFTAR -USTAKA
+.
7erma S, %effernan :*. Superficial /ungal 0nfection1 2ermatophytosis, onychomycosis, Tinea 3igra, Piedra. /n) 5olff K, Goldsmith A, Kat< S/, Gilchrest BS, 0aller AS, effel *I. eds. 8it
6. *epartemen 8armakologi dan ?erapeutik 8K@/. farmakologi dan terapi edisi %!Iakarta) Balai 0enerbit 8K@/.6'' 3. Kat
%ay 1I. 2eep /ungal 0nfections. /n) 5olff K, Goldsmith A, Kat< S/, Gilchrest BS, 0aller AS, effel *I. eds. 8it
(.
%igh 5A, 8it
&.
Ashley ;S et.al. Pharmacology of systemic antifungal agents. "linical /nfectious *isease * 6''&C$3 =Suppl +>)69#3.
19
.
Gubbins 02, Anaissie ;I. Antifungal therapy. /n) Anaissie ;I, :cGinn :1, 0faller. "linical :ycology. 6nd ;d. "hina) ;lsevier. 6''. p+&+#+&
9.
LhaoM, "alderone 1A. Antifungals currently used in the treatment of in"asi"e fungal disease. /n) "alderone 1A, "ihlar 1. ;ds. 8ungal pathogenesis principles and clinical applications. @SAC :ycology 7ol +$. 6''6C p ((#($
.
2nyewu ", %eitman I. 4niue Aplications of 3o"el Antifungal 2rug Combinations. Anti# /nfective Agents in :edicinal "hemistry 6''C &) 3#+(
+'. esher I. 5oody ":". Antimicrobial drugs. /n)Bolognia I Iorri) +#9+ +6. 5u II, 0ang K1, %uang *B, ?rying SK. Therapy of Systemic /ungal 0nfections . *ermatologic ?herapy 6''$C +) (36N(39
+3. :arr KA. -mpirical Antifungal Therapy 5 3e6 7ptions, 3e6 Tradeoffs. J ;ngl I :ed 6''6C 3$&=$>) 69#69' +$. ?orres %A, %achem 1D, "hemaly 18, Kontoviannis *0, 1aad //. Posaconazole1 A Broad' Spectrum Triazole Antifungal . #ancet 0nfect 2is 6''(C () (N9( +(. 1ay A, Anand S. Recent trends in antifungal therapy1focus on systemic mycoses. /ndian I "hest *is Allied Sci 6'''C$6)3(#3&&
20