Insisi dan Drainase
Perawatan pada abses pada prinsipnya adalah insisi dan drainase. Insisi adalah pembuatan jalan keluar nanah secara bedah (dengan scapel). Drainase adalah tindakan eksplorasi pada fascial space yang yang terliba terlibatt untuk untuk mengel mengeluark uarkan an nanah nanah dari dari dalam dalam jaring jaringan, an, biasany biasanyaa dengan dengan menggu menggunak nakan an hemostat. untuk mempertahankan drainase dari pus perlu dilakukan pemasangan drain, misalnya dengan rubber drain atau penrose drain, untuk mencegah menutupnya luka insisi sebelum drainase pus tuntas (Karasutisna, !!"# $ope%&Piri% et al., !!'). Gamba Gambarr . Atas (A). pembuatan insisi pada daerah abses (Abses sublingual). (B) Hemostat
diinsersika ke dalam kavitas ruang abses. Bawah (A/B). Pemasangan rubber drain pada daerah abses. pabila belum terjadi drainase spontan, maka perawatan abses estibular adalah insisi dan drainase pada puncak fluktuasi dan drainase dipertahankan dengan pemasangan drain (drain karet atau kas a), pemberian antibiotik untuk mencegah penyebaran infeksi dan analgesik sebagai penghilang sakit. Pencabutan dilakukan setelah gejala akutnya mereda. pabila sudah terjadi drainase spontan (sudah ada fistula) fistula) maka maka dapat dapat langsu langsung ng dilaku dilakukan kan pencab pencabuta utan n gigi gigi penyeb penyebab. ab. Pencab Pencabutan utan gigi gigi yang yang terlibat (menjadi penyebab abses) biasanya biasanya dilakukan sesudah pembengkakan pembengkakan sembuh dan keadaan keadaan umum penderita membaik. Dalam keadaan abses yang akut tidak boleh dilakukan pencabutan gigi karena manipulasi ekstraksi yang dilakukan dilakukan dapat menyebarkan menyebarkan radang sehingga mungkin terjadi osteomyelitis (Karasutisna, !!"# $ope%&Piri% et al., !!'). da bebera beberapa pa tujuan tujuan dari dari tindak tindakan an insisi insisi dan draina drainase, se, yaitu yaitu menceg mencegah ah terjadi terjadiny nyaa perlua perluasan san abses*infeksi ke jaringan lain, mengurangi rasa sakit, menurunkan jumlah populasi mikroba beserta toksinnya, toksinnya, memperbaiki memperbaiki askularisasi askularisasi jaringan (karena (karena pada daerah abses akularisasi akularisasi jaringan biasanya jelek) sehingga tubuh lebih mampu menanggulangi infeksi yang ada dan pemberian antibiotok lebih efektif, dan mencegah terjadinya jaringan parut akibat drainase spontan dari abses. +elain itu, drainase dapat juga dilakukan dengan melakukan open bur dan ekstirpasi jarngan pulpa nekrotik, atau dengan pencabutan gigi penyebab (Karasutisna, !!"). Terapi Medikasi
Pemakaian antibiotik dalam perawatan medikasi lebih diutamakan dengan tujuan untuk mencegah penyebaran infeksi. Pemilihan antibiotik dilakukan berdasarkan bakteri penyebab infeksi. erdapat erdapat
dua faktor mikrobiologi yang harus ada di dalam benak dokter gigi pada saat memilih antibiotik. Pertama, antibiotik harus efektif melawan organisme Streptococcus selama bakteri ini paling banyak ditemukan. Kedua, antibiotik harus efektif melawan bakteri anaerobik sprektrum luas (-ahmood -ahmood, !!/). Penisilin masih menjadi drug of choice yang sensitif terhadap organisme Streptococcus (aerobik dan anaerobik), namun sayangnya antibiotik jenis ini mengalami resistensi (-ahmood -ahmood, !!/). Penisilin dibagi menjadi penisilin alam dan semisintetik. Penisilin alam memiliki beberapa kelemahan antara lain tidak tahan asam lambung, inaktiasi oleh penisilinase, spektrum sempit dan sering menimbulkan sensitiitasi pada penderita yang tidak tahan terhadap penisilin. 0ntuk mengatasi hal tersebut, dapat digunakan penisilin semisintetik antara lain amfisilin (sprektrum luas, tidak dirusak asam lambung, tetapi dirusak oleh penisilinase) dan kloksisilin (efektif terhadap abses, osteomielitis, tidak dirusak oleh asam lambung dan tahan terhadap penisilinase) (+oetiarto, "11').
Penggunaan penisilin di dalam klinik antara lain adalah ampisilin dan amoksisilin. bsorbsi ampisilin oral seringkali tidak cukup memuaskan sehingga perlu peningkatan dosis. bsorbsi amoksisilin di saluran cerna jauh lebih baik daripada ampisilin. Dengan dosis oral yang sama, amoksisilin mencapai kadar dalam darah yang tingginya kira&kira kali lebih tinggi daripada ampisilin, sedangkan masa paruh eleminasi kedua obat ini hampir sama. Penyerapan ampisilin terhambat oleh adanya makanan di lambung, sedangkan amoksisilin tidak (2aniswara, "11/). 3amun, akhir&akhir ini penggunaan metronida%ole sangat populer dalam perawatan infeksi odontogen. -etronida%ole tidak memiliki aktiitas dalam melawan bakteri aerob, tetapi efektif terhadap bakteri anaerob (-ahmood -ahmood, !!/). bses gigi sering kali dapat menimbulkan rasa nyeri. 3yeri gigi yang muncul akibat keradangan salah satunya disebakan oleh adanya infeksi dentoaleolar yaitu masuknya mikroorganisme patogen ke dalam tubuh melalui jaringan dentoaleolar (+ukandar 4lisabeth, "11/). 0ntuk mengatasi hal
tersebut biasanya melalui pendekatan farmakologis dengan pemberian obat analgesik untuk meredakan rasa nyeri dengan efek analgesiknya kuat dan cepat dengan dosis optimal. Pasien dengan nyeri akut memerlukan obat yang dapat menghilangkan nyeri dengan cepat, efek samping dari obat lebih dapat ditolerir daripada nyerinya (5ahayu, !!').
Gambar . ekanisme aksi !SA"#s (non streroidal antiinflammator$ drugs)
6bat anti inflamasi non steroid (non streroidal antiinflammator$ drugs* 3+IDs) adalah golongan obat yang terutama bekerja perifer dan memiliki aktiitas penghambat radang dengan mekanisme kerja menghambat biosintesis prostaglandin melalui penghambatan aktiitas en%im siklooksigenase (2aniswara, "11/# Kartasasmita, !!). 4fek analgesik yang ditimbulkan ini menghambat sintesis prostaglandin sehingga dapat menyebabkan sensitisasi reseptor nyeri terhadap stimulasi mekanik dan kimiawi. Prostaglandin dapat menimbulkan keadaan hiperalgesia kemudian mediator kimiawi seperti bradikini dan histamin merangsangnya dan menimbulkan nyeri yang nyata (2aniswara, "11/). 4fek analgesik 3+IDs telah kelihatan dalam waktu satu jam setelah pemberian per&oral. +ementara efek antiinflamasi telah tampak dalam waktu satu&dua minggu pemberian, sedangkan efek maksimalnya timbul berariasi dari "&7 minggu. +etelah pemberiannya peroral, kadar puncaknya di dalam darah dicapai dalam waktu "&8 jam setelah pemberian, penyerapannya umumnya tidak dipengaruhi oleh adanya makanan (rbie, !!8). sam mefenamat digunakan sebagai analgesik# sebagai antiinflamasi, asam mefenamat kurang efektif dibandingkan dengan aspirin. sam mefenamat terikat sangat kuat pada protein plasma. 6leh karena itu, interaksi terhadap obat antikoagulan harus diperhatikan. 4fek samping pada saluran
cerna sering timbul misalnya dispepsia dan gejala iritasi lain terhadap mukosa lambung. Dosis asam mefenamat adalah &8 kali /!&/!! mg sehari (2aniswara, "11/). DRAINASE
Drainase adalah saluran yang dibuat pada jaringan lunak untuk mengeluarkan eksudat
8.7." Syarat- Syarat Drainase &-emilih daerah yang bebas berdasarkan pertimbangan estetik &9arus dapat mengurangi tekanan &idak mencederai banyak jaringan &idak menyebabkan banyak perdarahan &Didaerah yang mudah dan memanfaatkan graitasi &9arus dapat mengeluarkan pus &idak menimbulkan rasa sakit
8.7. Macam-Macam Drainase 8.7.." Insisi Insisi pada abses memberikan drainase dan pengeluaran bakteri dari jaringan dibawahnya. Prinsip Insisi: a
Insisi pada daerah yang sehat bila keadaan memungkinkan, insisi pada daerah yang mengalami fluktuasi paling besar akan menyebabkan bekas luka yang sulit hilang.
b
Daerah insisi pada daerah yang terlindungi, sehingga bekas sayatan tidak tampak.
c
;ika memungkinkan lakukan insisi pada daerah yang terendah dari abses.
d
e
+tabilisasi posisi drain dengan jaringan lunak sekitarnya.
f
2unakan drain ekstra oral.
g
;angan gunakan drain yang sama pada waktu yang lama.
h
) Dilakukan
insisi
yang
cukup
besar
untuk
memasukkan
drain
sehingga
pembukaannya akan bertahan cukup lama, drain dimasukkan dan dipertahankan dengan jahitan. 8) Dilakukan penggantian drain setiap hari sampai tidak ada lagi pengeluaran pus 7) Dilakukan perawatan pendukung dengan antibiotik dan analgesik /) Perlu ditekankan penderita harus makan dan minum cukup =) Penderita harus memantau adanya gejala penyebaran infeksi berupa demam, meningkatnya rasa sakit dan trismus atau disfagia. ') >aktor etiologi harus dihilangkan baik dengan cara kuretase, ekstirpasi pulpa atau pencabutan ?) pabila keadaan tidak membaik maka dilakukan peningkatan dosis antibiotik atau sebaiknya dilakukan konsultasi ke ahli bedah mulut.
Prosedur ". +iapkan perlengkapan sebagai berikut: a. pron b. +arung tangan c. -asker wajah dengan pelindung d. Poidone iodine atau chlorhe@idine e. Kasa steril f. $idocain "A atau $idocain B epinefrin atau
. Persiapan
a. -inta persetujuan tindakan dokter kepada pasien atau keluarga dekatnya b. Pastikan identitas pasien, tempat pembedahan c. Cuci tangan dengan sabun antibakteri dan air d. Pakai sarung tangan dan pelindung muka e. $etakkan semua perlengkapan pada tempat yang mudah diraih, diatas meja tindakan f. Posisikan pasien sehingga daerah drainase terpapar penuh dan dapat dicapai secara mudah dan kondisinya nyaman untuk pasien g. Pastikan cahaya yang memadai agar abses mudah dilihat h.
8. Prosedur Insisi dan drainase abses a. Pegang skalpel dengan jempol dan jari telunjuk untuk membuat jalan masuk ke abses b.
h. eruskan penghancuran lokulasi dalam gerakan memutar sampai seluruh rongga abses sudah dieksplorasi i.
7. Perawatan lanjutan a. 0ntuk abses sederhana tidak perlu antibiotika. b. 0ntuk selulitis yang luas dibawah abses gunakan antibiotika c. utup luka abses dengan kasa steril d. Keluarkan semua benda&benda dari abses dalam beberapa hari e. ;adualkan kontrol atau 8 hari sesudah prosedur untuk mengeluarkan bahan&bahan dari luka f. -inta kepada pasien untuk kembali sebelum jadual bila ada tanda&tanda perburukan, meliputi kemerahan, pembengkakan, atau adanya gejala sistemik seperti demam
8.7.. Punctie a. Pengertian Punctie (biasa diartikan tusukan) adalah prosedur medis dimana jarum digunakan untuk membuat rongga yang bertujuan mengeluarkan darah , cairan atau jaringan dari tubuh untuk pemeriksaan pada setiap kelainan pada sel atau jaringan. Punctie yang merupakan praktek memasukkan jarum atau membuat sebuah lubang kecil di jaringan, organ, untuk mengekstrak gas, cairan atau sampel. Pada tusukan, dapat mencapai superficial. indakan pungsi bertujuan bertujuan untuk menegakkan diagnosis sekaligus untuk maksud terapi juga untuk mengurangi pus yang ada, sehingga pada saat insisi nanah tidak terlalu banyak mengalir ke luar (menghindari terjadinya aspirasi)..
b. Kelebihan erapi pungsi mempunyai beberapa kelebihan,.yaitu : ". -udah dikerjakan. . Dikerjakan sekaligus untuk keperluan diagnosis dan terapi,sehingga trauma jaringan lebih kecil. 8. idak menakutkan penderita. 7. -etode lebih mudah, aman dan murah. Pungsi hanya memerlukan alat berupa alat suntik (semprit dan jarum no."? 2) dan spatula lidah, sedangkan insisi memerlukan alat suntik untuk diagnosis, pisau lengkung, alat penghisap atau kain kasa penghisap untuk mencegah terjadinya aspirasi. c. eknik Pungsi
+ebuah tusukan dilakukan dengan jarum atau trocar (kanul memotong atau menusuk). empat masuk menusuk kulit. Instrumen yang digunakan harus dinyatakan steril, setelah pemeriksaan klinis,pasien mungkin bisa dilakukan sinar&. Kulit didesinfeksi, dalam anestesi local*umum.
+ampel yang diambil kemudian akan diperiksa histologis (biopsi) atau ditempatkan di laboratorium diagnostik.
4ksplorasi tusukan untuk mendirikan atau mengkonfirmasikan diagnosis.
Pada infeksi rongga mulut yang sering menggunakan cara pengobatan dengan punctie adalah apabila diagnosanya adalah abses peritonsil.Dimana punctie dilakukan terlebih dahulu sebelum dilakukan perawatan lanjutan berupa insisi drainase. 9al ini dimaksudkan untuk mengurangi pus yang ada, sehingga pada saat insisi nanah tidak terlalu banyak mengalir ke luar (menghindari terjadinya aspirasi).
8.7..8 6pen
menembus jaringan keras tulang, mencapai jaringan lunak. ;ika periosteum sudah tertembus oleh pus yang berasal dari dalam tulang tadi, maka dengan bebasnya, proses infeksi ini akan menjalar menuju facial space terdekat, karena telah mencapai area jaringan lunak. erapi menggunakan drainase dengan cara insisi jaringan lunak dimana pus tersebut ada pada jaringan keras tersebut kemudian bur tulang hingga mencapai rongga berisi pus tersebut, kemudian masukkan hemostat hingga kedalaman rongga pus tersebut. +elanjutnya rubber drain setelah drainase.
8.7..7 -emakai ;arum 4kstirpasi Drainase menggunakan jarum ekstirpasi pada abses periapikal 2igi nekrosis dengan pembengkakan terlokalisasi atau abses aleolar akut atau disebut juga abses periapikal * periradikuler akut adalah adanya suatu pengumpulan pus yang terlokalisasi dalam tulang aleolar pada apeks akar gigi setelah gigi nekrosis.
Perawatan abses aleolar akut : ". mula&mula dilakukan buka kamar pulpa . kemudian debridemen saluran akar yaitu pembersihan dan pembentukan saluran akar secara sempurna bila waktu memungkinkan. 8. lakukan drainase dengan menggunakan jarum ekstirpasi untuk meredakan tekanan dan nyeri serta membuang iritan yang sangat poten yaitu pus. 7. Pada gigi yang drainasenya mudah setelah pembukaan kamar pulpa, instrumentasi harus dibatasi hanya di dalam sistem saluran akar. Pada pasien dengan abses periapikal tetapi tidak dapat dilakukan drainase melalui saluran akar, maka drainase dilakukan dengan menembus foramen apikal menggunakan file kecil sampai no. /. /. +elama dan setelah pembersihan dan pembentukan saluran akar, lakukan irigasi dengan natrium hipokhlorit sebanyak&banyaknya. =. +aluran akar dikeringkan dengan poin kertas, kemudian diisi dengan pasta kalsium hidroksida dan diberi pellet kapas lalu ditambal sementara (2rossman, "1??# Ealton and orabinejad, !!).
8.7../ 4kstraksi 2igi Teknik Drainase Dengan Cara Pencabutan Gigi
Drainase menggunakan teknik ini digunakan pada kasus yang jika cairan tersebut berada di sekitar apikal gigi misalnya abses periapikal. Cara&caranya adalah seperti pada pencabutan gigi pada umumnya.
". Gigi insisius atas dicabut dengan menggunakan tang F"/!, dengan pinch grasp dan tekanan lateral (fasial*lingual) serta rotasional. ekanan lateral lebih ditingkatkan pada arah fasial, sedangkan tekanan rotasional ke arah mesial. . Gigi insisius ba!a" dicabut dari posisi kanan atau kiri belakang dengan menggunakan tang F"/! dan sling grasp. ekanan permulaan adalah lateral dengan penekanan ke arah fasial. Ketika mobilisasi pertama dirasakan, kombinasi dengan tekanan rotasional sangat efektif. 8. Gigi kaninus atas sangat sukar dicabut karena memiliki akar yang panjang dan tulang serikal yang menutupinya padat dan tebal. 2igi ini dicabut dengan cara pinch grasp. ang yang digunakan F"/! dipegang dengan telapak tangan ke atas. da alternatie untuk gigi ini yaitu dengan menggunakan tang kaninus khusus, F". ekanan pencabutan yang utama adalah ke lateral terutama fasial, karena gigi terungkit ke arah tersebut. ekanan rotasional digunakan untuk melengkapi tekanan lateral, biasanya dilakukan jika sudah terjadi sedikit luksasi. 7. Gigi kaninus ba!a" dicabut dengan tang F"/", yang dipegang dengan telapak tangan ke bawah dan sling grasp. ekanan yang diberikan adalah tekanan lateral fasial, karena arah pengeluaran gigi adalah fasial. ekanan rotasional bias juga bermanfaat.
/. Gigi prem#$ar atas dicabut dengan tang F"/! dipegang dengan telapak ke atas dan dengan pinch grasp. Premolar pertama dicabut dengan tekanan lateral# ke arah bukal yang merupakan arah pengeluaran gigi. 2erakan rotasional dihindarkan karena gigi premolar pertama atas ini memiliki dua akar. plikasi tekanan yang hati&hati pada gigi ini untuk mengurangi terjadinya fraktur akar. >raktur pada gigi ini bias diperkecil dengan membatasi gerak ke arah palatal. 2igi premolar kedua biasanya mempunyai akar yang tunggal dan dicabut yang sama dengan gigi kaninus atas. ang F"/! digunakan kembali dengan tekanan lateral, yaitu bukal serta lingual. Pada waktu mengeluarkan gigi ke arah bukal, digunakan kombinasi tekanan rotasional dan oklusal. =. Gigi prem#$ar ba!a",cara pencabutannya sangat mirip dengan teknik pencabutan gigi insisius bawah. ekanan yang terutama diperlukan adalah lateral*bukal, tetapi pada akhirnya bias dikombinasi dengan tekanan rotasi. Pengeluaran gigi ini ke arah bukal. '. Gigi m#$ar atas dicabut dengan menggunakan tang F"/!, F/8 atau F"!, dipegang dengan telapak tangan ke atas dan pinch grasp. ang F"! walaupun ideal untuk pencabutan molar ketiga atas, dianggap uniersal dan dapat digunakan untuk molar pertama dan kedua kanan dan kiri atas. ekanan pencabutan utama adalah ke ara h bukal yaitu arah pengeluaran gigi. ?. Gigi m#$ar ba!a" diicabut dengan menggunakan tang F"/", F8, F. ang F"' bawah, mempunyai paruh yang lebih lebar, yang didesain untuk memegang bifurkasi dan merupakan pilihan yang lebih baik asalkan mahkotanya cocok. ekanan lateral untuk permulaan pencabutan gigi molar adalah ke arah lingual. ulang bukal yang tebal menghalangi gerakan ke bukal dan pada awl pencabutan gerak ini hanya mengimangi tekanan lingual yang lebih efektif. 2igi molarsering dikeluarkan ke arah lingual.
Arti isti$a" ♠
Pinch grasp adalah teknik menggunakan eleator atau tang yang efektif tergantung pula pada retraksi pipi atau bibir dan stabilitas prosesus aleolaris. Pinch grasp terdiri dari memegang
♠
prosesus aleolaris di antara ibu jari dan telunjuk dengan tangan yang bebas. Sling grasp mandibula memungkinkan retrraksi pipi*lidah, memberikan dukungan pada mandibula.biasanya dukungan diperoleh dengan memegang mandibula di antara ibu jari dan telunjuk dengan tangan yang bebas. +ehingga dengan ini -; terlindung dari tekanan tang yang berlebihan.
8./ Peme$i"aran Pasca %perati&
pabila riwayat menunjukkan adanya infeksi agresif yang terjadinya mendadak (tiba&tiba) maka perlu dilakukan pengontrolan terhadap pasien yakni 7 jam setelah perawatan. pabila infeksi nampak lebih jinak dengan durasi yang lebih lama dan tidak disertai tanda yang membahayakan, maka kunjungan berikutnya bisa ditunda sampai 7? jam. Perkembangan yang terjadi dipantau apakah keadaannya membaik atau memburuk. Perubahan pembengkakan dicatat (ukuran, konsistensi, fluktuasi) apakah tempat drainase masih memadai, dan dicatat pula bagaimana sifat pernanahannya. emperatur diukur atau diamati dan pasien dianjurkan untuk memperhatikan gejala baru yang timbul. pabila kontrol dan resolusi kondisi akut telah berjalan baik, maka faktor&etiologi bisa dihilangkan yakni dengan kuretase, ekstirpasi pulpa, operkulektomi, atau pencabutan. pabila kondisinya tidak membaik maka diperlukan perawatan yang bersifat segera. pabila tidak dilakukan kultur, tindakan yang dilakukan biasanya dengan meningkatkan dosis antibiotik dan bukan merubah jenis antibiotiknya. Kadang&kadang perlu dipertimbangkan untuk dilakukan rujukan yakni apabila menjumpai infeksi orofasial akut yang membahayakan kehidupan.
8.= S%P In&eksi %d#nt#gen a. anamnesa perlu diketahui riwayat penyakit mengenai onset, lamanya, kemungkinan lokal infeksi primer, intensitas penyakit, adanya kambuh ulang dari infeksi serupa, serta perawatan yang dialami, perlu juga ditanyakan kemungkinan adanya gejala sistemik. b. pemeriksaan klinik meliputi pemeriksaan ekstraoral dan intraoral berupa inspeksi, palpasi, dan perkusi. c. diagnosa diambil berdasarkan anamnesa dan pemeriksaan klinik. d. penatalaksaan kasus perawatan infeksi odontogenik meliputi : ". perawatan medik.
ahli lain berpendapat bahwa pencabutan pada stadium akut justru akan terjadi drainase pus dan menyebabkan penyembuhan dini. 7. perawatan suportif. Penderita dengan infeksi odontogen dapat mengalami penurunan daya tahan tubuh karena rasa sakit dan pembengkakan. 5asa sakit menyebabkan penderita tidak dapat beristirahat dengan cukup dan kekurangan asupan nutrisi. 6leh karena itu pasien di anjurkan untuk makan&makanan tinggi kalori dan tinggi protein. e. post operatif f. monitoring dan control setelah penderita mendapatkan perawatan intensif bedah dan antibiotik, lakukan ealuasi hasil perawatan dengan mengawasi keadaan penderita, umumnya penderita diperiksa kembali setelah dua hari perawatan, bilamana terapi berhasil biasanya penderita mengalami penurunan rasa sakit dan pembengkakan yang signifikan.
Pederson GW. Buku ajar praktis bedah mulut (oral surgery). Alih bahasa: Purwanto, Basoeseno, akarta: !G"# $%%&, &'. Cascarini $uke.!", Bedah ulut % aksilofaksial . ;akarta, Penerbit buku kedokteran 42C.