LAPORAN PRAKTEK MAGANG
IDENTIFIKASI BAKTERI PATOGEN PADA IKAN GURAMI BATANGHARI (Osphronemus gouramy) di BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR SUNGAI GELAM PROVINSI JAMBI
OLEH
AHMAD SABRI
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
LAPORAN PRAKTEK MAGANG
IDENTIFIKASI BAKTERI PATOGEN PADA IKAN GURAMI BATANGHARI (Osphronemus gouramy) di BALAI PERIKANAN BUDIDAYA AIR TAWAR SUNGAI GELAM PROVINSI JAMBI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Mengikuti Ujian Praktek Magang Pada Fakultas Perikanan dan Kelautan
Universitas Riau
OLEH
AHMAD SABRI
FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2017
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesai kan laporan praktek magang dengan judul "Identifikasi Bakteri Patogen Pada Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Sungai Gelam, Jambi". Laporan praktek magang ini di ajukan sebagai salah satu syarat untuk dapat mengikuti ujian praktek magang pada Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Riau
Penulis mengucapkan banyak-banyak terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan dukungan, baik secara mental, moral dan secara finansial sehingga praktek magang ini dapat terlaksana sebagaimana mestinya , kemudian terima kasih yang sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada Ibu Dr. Dra. Hj.Iesje Lukistyowati, MS yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan laporan praktek magang ini. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada semua pihak BPBAT Sungai Gelam, Jambi dan rekan-rekan yang telah banyak membantu penulis dalam penyusunan Laporan praktek magang ini.
Penulis menyadari bahwa laporan praktek magang ini belum sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan untuk kesempurnaan dalam pembuatan laporan yang berikutnya agar tidak mengulangi kesalahan yang sama.
Pekanbaru, Mei 2017
Ahmad sabri
RINGKASAN
Ahmad sabri, 1404112490: Identifikasi Bakteri Patogen Pada Ikan Gurami Batanghari (Osphrounemus gouramy) di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Provinsi Jambi di bawah bimbingan Dr. Dra. Hj.Iesje Lukistyowati, MS
Ikan Gurami (Osphronemus gouramy) merupakan salah satu jenis ikan air asli dari indonesia yang sangat populer dan digemari oleh masyarakat karena memiliki kelebihan diantaranya dagingnya yang enak, walaupun harganya yang cukup mahal namun permintaan ikan gurami terus meningkat terutama dari kalangan menengah keatas sehingga menuntut pembudidaya untuk meningkatkan jumlah produksi. Untuk itu perlu dilakukan budidaya secara intensif. Budidaya secara intensif mempunyai keuntungan yaitu padat tebar yang tinggi, namun budidaya intensif juga memiliki kekurangan yaitu tingginya serangan infeksi bakterial. Oleh sebab itu penulis tertarik untuk melakukan praktek magang mengenai Isolasi dan Identifikasi Bakteri pada Ikan Gurami Batanghari
Praktek magang ini dilaksanakan pada tanggal 23 Januari - 23 Februari 2017 yang bertempat di Laboratorium Nutrisi, Kesehatan Ikan dan Lingkungan (NKL) di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Provinsi Jambi. Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah metode survey dan praktek langsung, yaitu mengambil sampel ikan yang menunjukan gejala klinis terinfeksi bakteri. Sampel ikan di bawa ke laboratorium untuk di isolasi bakterinya dari luka serta organ-organ ikan yang sering terinfeksi bakteri seperti hati, limfa dan ginjal. Bakteri dari ikan yang sakit di isolasi ke media TSA dan di inkubasi selama 18-24 jam. Kemudian di lakukan pengamatan morfologi dan pengujian biokimia. uji biokimia meliputi Gram Ryu, Katalase Oksidase, Pewarnaan Gram, Motility, Indol, MR, VP, Nitrat, Malonat, KCN, Citrat, Urease, O/F, Gelatin, NaCl 6,5%, Dnase Dan Uji Gulaa-Gula
Selama pengamatan isolasi pada ikan gurami batanghari, dari 3 ekor ikan yang diisolasi tidak ada satupun bakteri yang tumbuh pada media TSA, oleh karena itu pembimbing dan penulis melakukan uji Postulat Koch dan menggunakan bakteri Streptococcus agalatiae dengan kepadatan 108 Sel/ml disuntikan pada 10 ekor ikan Gurami Batanghari dengan dosis 0,2 ml/ekor, kemudian setelah ikan tersebut mengalami kematian lansung dilakukan isolasi kembali dari ikan yang telah diinfeksikan ke media TSA dan setelah dilakukan identifikasi bakteri yang diketemukan adalah Streptococcus agalatiae sama seperti bakteri yang diinfeksikan ke ikan Gurami Batanghari..Disarankan untuk Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Provinsi Jambi agar selalu mengaktifkan semua Biosecurity pada balai karena Biosecurity merupakan tindakan pertama yang harus dilakukan dalam mencegah penyakit pada ikan
DAFTAR ISI
Isi Halaman
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
DAFTAR GAMBAR iii
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR LAMPIRAN v
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan dan Manfaat 3
TINJAUAN PUSTAKA 4
Biologi Ikan Gurami Batanghari(Osphronemus gouramy) 4
Klasifikasi dan Morfologi 4
Habitat 5
Makanan Dan Kebiasaan Makan 6
Kualitas Air 6
Jenis bakteri yang menyerang ikan gurami 7
Flavobacterium columnare 7
Pseudomonas sp 8
Aeromonas hydrophila 9
Streptococcus sp. 10
Identifikasi bakteri 11
METODE MAGANG 16
Waktu danTempat 15
Jadwal kegiatan magang 15
Alat dan Bahan 17
Metode Praktek 18
Prosedur kerja 19
3.5.1. Sterilisasi Alat 19
3.5.2. Persiapan Media Untuk Pemeriksaan Bakteri 19
3.5.3. Pengambilan Sampel 20
3.5.4. Isolasi Bakteri 21
3.5.5. Identifikasi Bakteri 24
3.6. Analisis Data 30
IV. DESKRIPSI LOKASI MAGANG 30
Letak geografis BPBAT Sungai Gelam, Jambi 30
Sejarah singkat berdirinya BPBAT Sungai Gelam, Jambi 30
Kedudukan, Tugas dan Fungsi BPBAT Sungai Gelam, Jambi 31
Visi dan misi BPBAT Sungai Gelam, Jambi 31
Tujuan dan sasaran BPBAT Sungai Gelam, Jambi 32
Struktur organisasi BPBAT Sungai Gelam, Jambi 33
Keragaman SDM BPBAT Sungai Gelam, Jambi 36
Sarana dan prasarana BPBAT Sungai Gelam, Jambi 38
V. HASIL 42
5.1. Kegiatan yang dilakukan selama magang 42
5.2. Hasil dan data yang didapat 44
5.2.1. Hasil pengukuran sampel 44
5.2.2. Hasil Pengamatan ikan yang diinfeksikan bakteri 45
5.2.3. Hasil Uji Biokimia 45
5.3. Kualitas Air 46
VI. PEMBAHASAN 47
VII. KESIMPULAN DAN SARAN 49
7.1. Kesimpulan 49
7.2. saran 49
DAFTAR PUSTAKA 50
LAMPIRAN 52
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
Ikan Gurami Batanghari (Osphronemus gouramy) 4
Pembuatan media Tryptone Soya Agar 20
Isolasi bakteri 20
Struktur Organisasi Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Provinsi Jambi 36
Ikan gurami batanghari yang di uji Postulat koch 45
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
SNI kualitas air pada ikan gurami (Osphronemus gouramy) 15
Jadwal kegiatan magang di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam, Provinsi Jambi 16
Alat yang digunakan selama praktek magang 17
Bahan yang digunakan selama praktek magang 18
Uji karakteristik bakteri Streptococcus agalactiae 22
Jumlah Pegawai Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Provinsi Jambi Berdasarkan Status Kepegawaiannya 38
Tingkat Pendidikan Tenaga Pelaksana di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Provinsi Jambi 38
Jenis, ukuran dan jumlah kolam di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi Provinsi Jambi 39
Hatchery yang dimiliki oleh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Provinsi Jambi 40
Bangunan yang dimiliki Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Provinsi Jambi 41
Sarana transfortasi yang dimiliki oleh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Provinsi Jambi 41
Kegiatan yang dilakukan selama magang di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Provinsi Jambi 43
Hasil pengukuran ikan Gurami Batanghari yang di suntik 44
Pengamatan ikan yang di infeksi Streptococcus agalatiae 44
Hasil uji Biokimia bakteri pada Sampel Ikan Gurami batanghari 45
Pengukuran kualitas air di kolam ikan gurami 46
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
Peta lokasi magang 53
Lay out Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Provinsi Jambi 54
Gedung kantor Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Provinsi Jambi 55
Struktur organisasi Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam Provinsi Jambi 56
Alat dan bahan yang digunakan 57
Kegiatan magang 59
PENDAHULUAN
Latar belakang
Ikan gurami (Osphronemus gouramy) merupakan ikan air tawar asli Indonesia yang tersebar di kawasan Asia Tenggara. Dari segi estetika dan biologis, gurami memiliki beberapa keunggulan, diantaranya dapat dijadikan ikan hias yang jinak dan mampu hidup bersama dengan ikan jenis lain. Selain itu gurami mudah dipelihara dan memiliki daya adaptasi dengan lingkungan lebih cepat meskipun kandungan O2 terlarut rendah. Sebagai ikan konsumsi gurami memiliki nilai ekonomis tinggi dibanding komoditas air tawar yang umum di pasarkan (Sulhi et al, 2011).
Pertumbuhan ikan gurami terbilang lamban, namun perkembangan budidaya ikan gurami di Indonesia makin lama makin berkembang dengan pesat, karena kelebihan-kelebihan yang dimiliki oleh ikan gurami, pengembangan budidaya ikan gurami terus dilakukan, diantaranya dengan metode budidaya intensif, sehingga penerapan padat penebaran yang tinggi tidak dapat dihindari lagi (Cahyo, 2008).
Padat penebaran yang tinggi, jika tidak didukung oleh kualitas air yang baik, seperti kandungan pH dan oksigen terlarut rendah, pakan yang diberikan kurang tepat baik mutu maupun jumlahnya, serta penanganan ikan yang kurang sempurna, dapat mengakibatkan ikan mengalami stres sehingga ikan mudah terserang penyakit (Sarig, 1971 dalam Supriyadi dan Taufik, 1983).
Salah satu kendala yang dihadapi dalam budidaya ikan adalah masalah penyakit. Penyakit ikan merupakan masalah serius yang harus dihadapi oleh para pembudidaya ikan, karena sangat berpotensi menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Kerugian tersebut dapat berupa kematian ikan dan penurunan kualitas ikan sehingga secara ekonomis akan berakibat pada penurunan harga. Penyakit bakterial misalnya seringkali menimbulkan kerugian yang besar bagi para pembudidaya ikan karena penyakit tersebut dapat mengakibatkan kematian sekitar 50 – 100 % (Supriyadi dan Taufik, 1983).
Seperti kasus kematian massal ikan gurami di Kanagarian Lubuk Pandan, Kabupaten Padang Pariaman, Provinsi Sumatra Barat di bulan Oktober 2015 silam , dimana lebih kurang 47 ton ikan konsumsi dan 2,1 juta ekor benih milik kelompok tani ikan Mutiara Sukma mengalami kematian yang disebabkan oleh bakteri Aeromonas hydrophila. Dimana bakteri Aeromonas hydrophila ini menyebabkan penyakit Motil Aeromonas Septicemia (MAS) . Infeksi bakteri Aeromonas hydrophila sangat patogen pada ikan gurami (Osphoronemus gouramy), bakteri ini dapat menyerang ikan gurami (Osphoronemus gouramy) dari masa benih sampai dengan ukuran konsumsi. Gejala klinis infeksi bakteri Aeromonas hydrophila pada budidaya ikan gurami (Osphoronemus gouramy)seperti sisik mengelupas, terjadi pendarahan, tubuh luar memerah, terdapat luka hingga menjadi borok, perut membengkak dan mata menonjol (Meita, 2005).
Informasi mengenai jenis-jenis bakteri yang sering menyerang ikan gurami pada skala pembudidaya di Provinsi Jambi masih kurang . Oleh karena itu penulis tertarik untuk melakukan praktek magang tentang Identifikasi Bakteri Patogen Pada Ikan Gurami di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi agar dapat mengetahui teknik identifikasi bakteri dan jenis-jenis bakteri yang menyerang ikan gurami.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan dari praktek magang ini adalah untuk mengetahui teknik identifikasi bakteri patogen dan mengetahui jenis bakteri yang menyerang ikan ikan gurami (Osphronemus gouramy) di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi.
Sedangkan manfaat yang diperoleh adalah menambah pengetahuan dan keterampilan dalam mengidentifikasi bakteri serta mengetahui jenis-jenis bakteri yang menyerang ikan gurami (Osphronemus gouramy).
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Biologi Ikan Gurami Batanghari(Osphronemus gouramy)
2.1.1 Klasifikasi dan Morfologi
Menurut Cahyo. (2008), Klasifikasi ikan gurami (Osphronemus gouramy) adalah sebagai berikut : filum: Chordata, kelas: Pisces, ordo: Labyrinthici, subordo: Anabantidei, famili : Anabantidae, genus : Osphoronemus, spesies : Osphoronemus gourami .
Gambar 1.Ikan gurami (Osphronemus gouramy)
Sumber http//gambar;ikan+picture%/=J0OEaKuby-HCUM%3Aperefox
Jika dilihat dari samping, bentuk tubuh gurami terlihat pipih hampir opal.Tubuh gurami muda ditutupi sisik berwarna biru kehitaman, sedangkan bagian perutnya berwarna keputihan, menjelang dewasa, warna badan akan berubah menjadi merah kecoklatan, punggungnya berwarna sawo tua, sedangkan perutnya berwarna keperakan atau kekuningan. Sisik badan berukuran relatif besar dan semakin mendekati kepala ukuranya semakin mengecil dan tepi sisik kepala terasa kasar, mulut gurami kecil dan miring karena rahang bawah dan atas tidak sama dan tampak menyembul. Pada rahang gurami terdapat gigi kecil berbentuk kerucut dan sederetan gigi luar yang berukuran lebih besar (Cahyo, 2008).
Selain memiliki insang gurami juga memiliki alat pernafasan tambahan yang disebut labirin. Dengan alat pernafasan tambahan tersebut, gurami tahan terhadap kondisi perairan yang miskin akan oksigen.Sirip punggung gurami berjumlah 12-13 duri dan 11-13 jari–jari dan permulaanya terletak jauh di belakang sirip dada. Sirip dubur mempunyai 9-11 duri dan 19-21 jari jari.Sirip perut terletak dibawah permulaan sirip dada dan terdiri dari sebuah duri dan 5 buah jari-jari. Sirip perut selanjutnya mengalami modifikasi menjadi alat peraba.Tinggi tubuh gurami dewasa hampir dua kali panjang kepala atau sampai 3-4 kali panjang tubuh. Pada gurami muda terdapat 8 buah garis tegak namun,garis tersebut akan hilang setelah gurami dewasa(Cahyo, 2008).
Perbedaan gurami jantan dan betina juga bisa dilihat dari morfologinya, diantaranya yaitu pada gurami jantan lekukan atau benjolan dikepala begitu terlihat jelas sedangkan yang betina tidak terlihat, kemudian pada gurami jantan jika diletakkan diatas lantai maka dia akan mengangkat ekornya ke atas sedangkan yang betina ekornya tidak bergerak (Danuri, 2008).
2.1.2. Habitat
Menurut Hardaningsih, et al. (2012), Ikan gurami diklasifikasikan ke dalam ordo Labytinthici karena mampu mengambil oksigen di luar air, artinya ikan gurami ini bisa lansung mengambil oksigen dari udara bebas. Habitat asli gurami adalah rawa didataran rendah dengan salinitas airnya 5-15o/oo, baik pada air mengalir maupun yang tidak mengalir.
Ikan gurami dapat tumbuh dan berkembang pada perairan tropis maupun subtropis. Secar geografis, tersebar diberbagai Negara. Di alam ,gurami hidup si sungai atau dirawa air tawar yang berada pada ketinggian antara 50-600 m dibawah permuakaan laut, dengan suhu 24- 28o C dan kandungan oksigen berkisar 3-5 ppm serta pH berkisar dari 7-8 (Cahyo, 2008).
2.1.3. Makanan dan kebiasaan makan
Gurami merupakan jenis ikan pemakan segalanya (Omnivora).Ikan ini dapat diberi makan tumbuh-tumbuhan dan daging.Gurami yang dibudidayakan biasanya diberi makan berbagai jenis daun yang hidup di air, seperti kangkung,genjer, azolla, dan daun ekor kucing.selai itu gurami juga dapat diberi makan tumbuhan darat seperti daun talas, daun papaya dan daun singkong (Danuri ,2009).
Pada stadia larva gurami yang masih kecil memakan binatang renik seperti rotifer, infusoria,moina, daphnia dan lain sebagainya. Namun, benih gurami lebih menyenangi larva serangga, crustacean, zooplankton dan cacing sutra.Setelah besar, gurami berkecendrungan menjadi pemakan dedaunan dari tumbuhan air. Pakan dan kebiasaan makan gurami bias berubah sesuai dengan keadaan lingkungan hidupnya. Dalam lingkungan yang berbeda, akan lebih bergantung dengan ketersedian makanan. Pertumbuhan gurami akan mengalami perlambatan ketika mulai matang gonad. Hal tersebut disebabkan gurami sedikit makan atau jarang makan karena sibuk membuat sarang dan menjaga anaknya(Danuri ,2009).
2.1.4. Kualitas air
Kualitas air sangat mempengaruhi pertumbuhan ikan gurami. Parameter yang diperhatikan dalam baik atau tidaknya kualitas perairan adalah parameter fisika, kimia dan biologi. Parameter fisika suatu perairan mencakup suhu, kecerahan, kekeruhan. Sedangkan parameter kimia mencakup pH, salinitas, kadar O2 terlarut, kadar CO2 terlarut. Parameter biologi suatu perairan mencakup organisme yang hidup dan berinteraksi dalam suatu perairan tersebut. Parameter biologi yang menjadi indikator dalam perairan tersebut meliputi fitoplankton, zooplankton, dan benthos.
Kelangsungan hidup ikan sangat dipengaruhi oleh kualitas air. Air sebagai media tumbuh harus memenuhi syarat dan harus diperhatikan kualitas airnya, seperti: suhu, kandungan oksigen terlarut (DO) dan keasaman (pH). Air yang digunakan dapat membuat ikan melangsungkan hidupnya (Effendi, 2007).
Menurut Sulhi, et al.(2013) kualitas air yang optimal untuk ikan gurami dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 1. SNI kualitas air pada ikan gurami (osphronemus gouramy)
No
Parameter
Satuan
Persyaratan
1
Suhu
oC
25 – 30
2
pH
6,5 – 8,5
3
Oksigen terlarut
mg/l
2
4
Tinggi air
M
1,0 – 1,2
5
Kecerahan air
Cm
40 – 60
2.2. Jenis bakteri yang menyerang ikan gurami (Osphoronemus gouramy )
2.2.1. Flavobacterium columnare
Menurut Eissa (2010) menyatakan bahwa klasifikasi Flavobacterium columnare sebagai berikut: filum: Bacteroidetes, kelas: Flavobacteria, ordo: Flavobacteriales, family: Flavobacteriaceae, genus: Flavobacterium, spesies: Flavobacterium columnare
Flavobacterium columnare merupakan bakteri gram negatif, berbentuk basil (batang), termasuk dalam bakteri yang tumbuh pada keadaan aerob, motil, memilikiselubung polisakarida selain selulosa. Flavobacterium columnare ini dalah makhluk yang tak kasat oleh mata, umumnya ia memiliki panjang 5-15 μm dan lebar 0,3-0,7 μm (Eissa, 2010).
Pada saat kondisi ikan stress, Flavobacterium columnare bersifat oportunis dan dapat menyebabkan penyakit columnaris pada ikan. Kondisi stress ini dapat diakibatkan karena menurunnya kadar oksigen, meningkatnya kadar karbondioksida, kadar ammonia maupun kadar nitrit dalam air. Perubahan lingkungan juga dapat menjadi penyebab ikan stress antara lain temperatur yang ekstrem, intensitas cahaya yang berlebih, dan fluktasi pH. Kondisi stress ini menyebabkan pertahanan tubuh ikan menurun dan Flavobacterium columnare mengambil keuntungan dari kondisi tersebut, dan dapat menyebabkan penyakit columnaris (Eissa, 2010).
Flavobacterium columnare menghasilkan enzim chondroitin AC lyase. Enzim chondroitin AC lyase ini meyebabkan terdegradasinya sulfat chondroitin A dan C dan asam hyaluronic, polisakarida kompleks jaringan ikat, serta kelompok mucopolysaccharides, asam tersebut ditemukan terutama dijaringan ikat hewan. Selain itu, Flavobacterium columnare juga memproduksi enzim protease yang berkontribusi dalam kerusakan jaringan (Irwan, 2011).
2.2.2 Pseudomonas sp.
Pseudomonas sp. menyebabkan penyakit terlokalisasi dan sistemik. Penyakit karena Pseudomonas sp. dimulai dengan penempelan dan kolonisasi bakteri ini pada jaringan inang. Bakteri ini menggunakan fili untuk penempelan sel bakteri pada permukaan inang. Pseudomonas sp memproduksi sejumlah endotoksin dan produk ekstaseluler yang menunjang invasi lokal dan penyebaran mikroorganisme. Toksin dan produk ekstraseluler ini mencakup protease ekstraseluler, sitotoksin, hemolisin, dan piosianin. Untuk penyakit sistemik, produk yang menunjang invasi mencakup kapsul antifagositas, endotoksin, eksotoksin a, dan eksotoksin (Danuri, 2008).
Tanda-tanda penyakit yang disebabkan bakteri Pseudomonas sp yaitu nafsu makan hilang, mata menonjol dan sering kali lepas, kulit kelihatan melepuh yang kemudian menjadi borok (Kordi dan Ghufran, 2010)
2.2.3 Aeromonas hydrophila
Osman,et al. (2008) menyatakan bahwa klasifikasi Aeromonas hydrophila sebagai berikut: filum: Protophyta, kelas: Schizomycetes, ordo: Pseudanonadeles, family: Vibrionaceae, genus: Aeromonas, spesies: Aeromonas hydrophila.
Aeromonas hydrophila merupakan bakteri heterotrophic unicellular, tergolong protista prokariot yang dicirikan dengan adanya membran yang memisahkan inti dengan sitoplasma. Bakteri ini biasanya berukuran 0,7-1,8 x 1,0-1,5 µm dan bergerak menggunakan sebuah polar flagel. Aeromonas hydrophila bersifat motil dengan flagela tunggal di salah satu ujungnya. Bakteri ini berbentuk batang dengan ujung membulat, fakultatif anaerob, dan bersifat mesofilik. Aeromonas hydrophila bersifat gram negatif, oksidasi positif dan katalase positif. Bakteri ini juga mampu memfermentasikan beberapa gula seperti glukosa, fruktosa, maltosa, dan trehalosa. Hasil fermentasi dapat berupa senyawa asam atau senyawa asam dengan gas. Pada nutrient agar, setelah 24 jam dapat diamati koloni bakteri dengan diameter 1-3 mm yang berbentuk cembung, halus dan terang (Abdelaziz dan Zaki, 2010).
Aeromonas hydrophila merupakan bakteri yang secara normal ditemukan dalam air tawar. Infeksi Aeromonas hydrophila dapat terjadi akibat perubahan kondisi lingkungan, stress, perubahan temperatur, air yang terkontaminasi dan ketika host tersebut telah terinfeksi oleh virus, bakteri, atau parasit lainnya (infeksi sekunder), oleh kerena itu bakteri ini disebut dengan bakteri yang bersifat patogen oportunistik . Bakteri ini dapat bertahan dalam lingkungan aerob maupun anaerob dan dapat mencerna material-material seperti gelatin dan hemoglobin. Aeromonas hydrophila resisten terhadap chlorine serta suhu yang dingin (faktanya Aeromonas hydrophila dapat bertahan dalam temperatur rendah ± 4 ºc), tetapi setidaknya hanya dalam waktu 1 bulan (Drake dan Isohood, 2002).
Irwan (2011) menambahkan bahwa sebagian besar isolat Aeromonas hydrophila mampu tumbuh dan berkembang biak pada suhu 370c dan tetap motil pada suhu tersebut. Disamping itu, bakteri Aeromanas hydrophila mampu tumbuh pada pH 5. Aeromanas hydrophila menyebabkan penyakit Motile Aeromonas Septicemia (MAS) atau penyakit bercak merah. Bakteri ini menyerang berbagai jenis ikan air tawar seperti lele dumbo, (Clarius glariepinus), ikan mas (Cyprinus carpio), gurami (Osphronemus gouramy), nila (Oreochromis niloticus) dan udang galah (Macrobracium rusenbergii) dan dapat menimbulkan wabah penyakit dengan tingkat kematian tinggi (80-100%) dalam waktu 1-2 minggu.
2.2.4 Streptococcus sp.
Penyakit Streptococcosis disebabkan oleh bakteri Streptococcus sp. Ikan yang diserang bakteri ini menunjukkan gejala: bisul pada sirip, kulit, rongga perut, dan organ dalam. Pada tahun 2002 diketahui bahwa ikan nila sangat rentan terhadap infeksi penyakit bacterial antara lain akibat infeksi bakteri Streptococcus sp ini. Adapun level infeksinya bervariasi tergantung tingkatan budidayanya. Penyakit ini diluar negeri telah banyak mengakibatkan kerugian, berupa kematian baik pada benih maupun ikan nila ukuran konsumsi. Kematian akibat penyakit tersebut dapat mencapai lebih dari 75 (Kordi, 2010)
2.3 Identifikasi Bakteri
Identifikasi merupakan salah satu bagian dari taksonomi. Identifikasi terdiri dari kegiatan pengamatan terhadap ciri – ciri spesifik organisme yang telah diketahui namanya, dan pengamatan terhadap ciri – ciri organisme yang belum diketahui namanya. Hal tersebut dilanjutkan dengan membandingkan kedua karakter dari organisme yang berbeda tersebut untuk mencari persamaannya (Cowan, 1974).
Tujuan identifikasi dilakukan untuk mengetahui spesies bakteri yang diperoleh untuk selanjutnya digunakan untuk berbagai keperluan; selain itu proses tersebut juga berfungsi untuk mengecek ulang (uji konfirmasi) isolat yang telah diketahui spesies dan karakternya, sehingga dapat memperkecil kesalahan pada hasil uji yang dilakukan. Identifikasi dan klasifikasi mikroorganisme harus lah diketahui terlebih dahulu karakteristik atau ciri-ciri mikroorganisme. Ukurannya yang sangat kecil, tidak lah memungkin kan bagi kita untuk mempelajari satu mikroorganisme saja, sehingga yang dipelajari adalah karakteristik suatu biakan yang merupakan populasi dari suatu mikroorganisme. Biakan murni yang mengandung hanya satu macam mikroorganisme ini kemudian baru ditentukan spesiesnya (Bisset,1963).
Menurut Feliatra (2004), keberhasilan identifikasi bakteri sangat dipengaruhi oleh kondisi bakteri. Kegiatan identifikasi dilakukan pada bakteri yang telah dimurnikan atau berasal dari kultur murni. Hal tersebut dapat diperoleh melalui proses isolasi bakteri untuk mendapatkan isolat yang benar – benar murni. Untuk mendapatkan isolat yag benar benar murni dapat dilakukan melalui purifikasi atau pemurnian.
Menurut Lim (2009), pengujian sifat biokimia dan patogenisitas dapat dilakukan untuk kegiatan identifikasi suatu jenis bakteri. Patogenisitas merupakan kemampuan suatu bakteri untuk menyebabkan penyakit pada inang atau organisme lainnya. Bakteri patogen memiliki tingkat patogenisitas yang berbeda. Faktor yang mempengaruhi tingkat patogenisitas bakteri antara lain berupa : dinding sel (LPS atau Peptidoglikan), filli, flagella, produksi enzim, gen virulen, eksotoksin, endotoksin, dan kapsul. Patogenisitas tersebut sangat berkaitan dengan kemampuan bakteri dalam memproduksi enzim, toksin, cara mengatasi ketahanan inang, maupun kecepatan perkembangbiakan bakteri tersebut (Kamiso, 1996).
Lukistyowati (2005) menyatakan untuk identifikasi secara konvensional ada dua prosedur yang harus dilakukan yaitu uji fisika dan uji biokimia.
Uji Fisika
Uji fisika meliputi pengamatan bakteri seperti bentuk koloni, permukaan, warna, tepian dan elevasi koloni bakteri. Selanjutnya dilakukan pengamatan gram untuk menentukan sifat gram. Prosedur uji fisika antara lain :
a. Morfologi Koloni
Uji morfologi koloni terdiri dari bentuk koloni, permukaan koloni, tepi koloni, dan uji Gram. Tujuan melakukan uji morfologi koloni dan pewarnaan Gram ini adalah untuk mengetahui sifat dan karakteristik dari bakteri untuk memudahkan proses identifikasi bakteri.
Pewarnaan Gram dilakukan untuk mengetahui apakah bakteri tersebut bersifat bakteri Gram positif (+) atau bakteri Gram negatif (-). Apabila hasil pewarnaan berwarna violet (ungu), berarti bakteri tersebut adalah bakteri Gram positif (+), dan apabila preparat yang diwarnai menjadi berwarna pink berarti bakteri tersebut adalah bakteri Gram negatif (-). Selain pewarnaan gram, untuk mengetahui bakteri tersebut bersifat gram positif atau negatif dapat menggunakan uji KOH 3%.
Uji Biokimia
Uji biokimia adalah pengamatan terhadap sifat-sifat biokimia dari suatu bakteri. Pada pengujian biokimia koloni bakteri berasal dari bakteri yang telah dimurnikan. Pengujian biokimia meliputi Uji katalase, Uji oksidase, Uji motility, Uji O/F, Uji SIM dan Uji Produksi H2S dan Gas.
a. Uji Katalase
Uji ini bertujuan untuk menentukan kemampuan bakteri dalam menghasilkan enzim katalase. Uji ini dilakukan dengan menggunakan larutan H2O2 3%. Uji ini dilakukan dengan cara meneteskan larutan H2O2 3% di atas objek glass, kemudian mengambil satu ose bakteri dicelupkan dalam larutan H2O2 3% yang telah diteteskan pada objek glass lalu diangkat, ulangi beberapa kali. Bila bakteri mengeluarkan gelembung udara (busa) dengan cepat (± 3 detik), berarti bakteri tersebut katalase positif (+) dan jika tidak mengeluarkan gelembung udara termasuk katalase negatif (-).
b. Uji Oksidase
Uji ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam menghasilkan enzim oksidase dengan menggunakan Oksidasi stik. Ujung jarum ose dibakar dengan lampu bunsen hingga steril. Koloni diambil dengan jarum ose steril lalu digoreskan pada Oksidasi stik. Apabila kertas berubah warna menjadi biru/ungu pekat berarti bakteri tesebut termasuk oksidase positif (+) dan jika tidak berubah warna maka termasuk oksidase negatif (-).
c. Uji O/F
Tujuan dari uji O/F adalah untuk mengetahui sifat oksidase dan fermentative suatu bakteri terhadap glukosa. Cara kerja dari uji ini adalah dengan menyiapkan dua tabung media O/F dalam tabung reaksi dan diinokulasikan dengan bakteri murni dari media TSA. Salah satu tabung reaksi yang sudah diinokulasi diberi parafin cair steril tebal 1 cm, dan satu nya lagi tidak di beri parafin cair. Tujuan dari pemberian parafin ialah untuk menghambat masuknya udara dan untuk mengetahui apakah bakteri tersebut memanfaatkan glukosa dalam media O/F tanpa Oksigen. Lalu kedua buah tabung tersebut diinkubasi pada suhu kamar selama 18-24 jam dengan suhu 30oC. Selanjutnya diamati perubahan warna, jika kedua medium berubah warna menjadi kuning maka bakteri tersebut bersifat fermantatif, sebaliknya jika tabung yang ditutup parafin berubah warna menjadi kuning dan yang tidak ditutup parafin tidak berubah warna tetap hijau bakteri bersifat oksidatif.
d. Uji Motility
Tujuan dari uji moltility adalah untuk mengetahui sifat motilitas dari bakteri. Uji ini menggunakan medium SIM, cara kerjanya yaitu biakan bakteri dari media TSA diambil dengan menggunakan jarum ose yang sudah disterilkan dengan menggunakan bunsen, lalu ditusukkan secara tegak lurus pada medium motility. Medium yang sudah diinokulasi bakteri diinkubasi pada suhu kamar selama 18-24 jam. Hasil: Jika arah pertumbuhan bakteri menyebar dari tusukan tegak lurus artinya bakteri tersebut bersifat motil (+) sedangkan jika arah pertumbuhan bakteri hanya ada pada garis tusukan artinya bakteri tersebut bersifat nonmotil (-).
e. Uji Produksi H2S dan Gas
Uji ini bertujuan untuk mengetahui sifat bakteri dalam menghasilkan H2S dan gas dengan menggunakan media SIM. Bakteri diinokulasi dengan cara menusukan jarum ose kemudian ditusuk pada media dan diinkubasi pada suhu kamar selama 24 jam pada suhu 30oC. Indikasi adanya H2S bila pada bekas tusukan berwarna hitam. Bila terbentuk adanya gas ditandai dengan adanya gelembung gelembung pada media atau media dalam tabung terangkat ke atas dan adanya warna hitam berarti bakteri menghasilkan H2S dan gas.
Hasil uji fisika dan uji biokimia maka dapat dilakukan identifikasi bakteri. Hasil uji tersebut kemudian dicocokan sesuai dengan buku petunjuk identifikasi menurut (Bergey's (1994) dan Cowan (1974).
METODE MAGANG
Waktu dan Tempat
Praktek magang ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai bulan Februari 2017 yang bertempat di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT), Kec. Sungai Gelam, Kab. Muaro Jambi, Provinsi Jambi.
Jadwal Kegiatan Magang
Jadwal kegiatan magang selama di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam, Jambi dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2. Jadwal kegiatan magang di BPBAT Sungai Gelam, Jambi
NO
Kegiatan
Minggu Ke
Keterangan
1
2
3
4
1
Pengenalan Balai dan pembekalan magang
Dilakukan pengenalan tentang BPBAT sungai gelam dan lansung diserahkan kepada Leb masing-masing
2
Pengambilan sampel ikan yang akan diidentifikasi
Pengambilan sampel lansung turun ke kolam , dibimbing oleh Arief Rahmadnofiandy Ediwarman S,si
3
Analisis sampel
Sampel di analisis di leb NKL yang dibimbing oleh Arief Rahmadnofiandy Ediwarman. S.si , Fadel purnama. S.Pi dan Mesy susanti. S.Pi
4
Pengumpulan data
Data dikumpulkan sesuai dengan keadaan pada Analisis sampel dan dibimbing oleh Arief Rahmadnofiandy Ediwarman. S.si, Fadel purnama. S.Pi dan Mesy susanti. S.Pi
5
Analisis Data dan Hasil
Dibimbing oleh Arief Rahmadnofiandy Ediwarman. S.si, Fadel purnama. S.Pi dan Mesy susanti. S.Pi
Sumber : Data primer
Alat dan Bahan
Adapun alat dan bahan yang digunakan selama praktek magang di BPBAT Sungai Gelam, Jambi dapat dilihat pada tabel 3 dan tabel 4 dibawah ini.
Tabel 3. Alat yang digunakan selama praktek magang
No
Alat
Kegunaan
1
Oven
Sterilisasi alat
2
Mikroskop
Identifikasi bakteri, Pewarnaan Gram
3
Inkubator
Inkubasi bakteri
4
Cawan petri
Wadah media agar
6
Mikro pipet
Memindah larutan
7
Timbangan analitik
Menimbang bahan
8
Laminar flow
Wadah pengerjaan bakteriologi
9
Tabung reaksi
Wadah media ujibiokimia
10
Lampu Bunsen
Sterilisasi alat
11
Objek glass
Identifikasi bakteri, Pewarnaan Gram
12
Autoclav kotor
Sterilisasi alat kotor
13
Pinset
Mengambil organ dari ikan sakit
14
Jarum oase
Menggoreskan bakteri
15
Thermometer
Mengukur suhu
16
Tabung erlemenyer
Wadah pembuatan media
17
pH meter
Mengukur pH
18
Kamera
Dokumentasi
19
20
Alat tulis
Autoclave bersih
Mencatat data primer
Sterilisasi alat bersih
21
Tusuk gigi
Mengambil bakteri dari media TSA
22
Sentrifuge
Untuk mensentrifuge Bakteri
23
Jarum suntik
Untuk penyuntikan Bakteri
24
Vortex
Untuk menghomogenkan Bakteri
25
Aquarium
Media pemeliharaan ikan
26
Pisau bedah steril
Memotong luka pada ikan
Tabel 4. Bahan yang digunakan selama praktek magang
No
Bahan
Fungsi
1
Ikan Gurami Batanghari
Sampel ikan yang diperiksa
2
Tryptone Soya Agar (TSA)
Media agar
3
TryptoneWater
Media uji
4
Metil Red,
Reagen
5
Alkohol 70%
Sterilisasi
6
Decolorization sation
Uji pewarnaan Gram
7
Lugol
Uji pewarnaan Gram
8
Minyak emersi
Untuk memperjelas preparat
9
Kristal violet
Uji pewarnaan Gram
10
Safranin
Uji pewarnaan Gram
11
Sim
Media uji Motilitas
12
H2O2 30%
Reagen uji katalase
13
Kcnc
Uji Biokimia
14
NaCl 4%
Uji Biokimia
15
NaCl 6,5%
Uji Biokimia
16
O/F berparafin
Uji Biokimia
17
O/F tidak berparafin
Uji Biokimia
18
Kcn
Uji Biokimia
19
Malonat
Uji Biokimia
20
Citrat
Uji Biokimia
21
Urease
Uji Biokimia
22
Nitrat
Uji Biokimia
23
Gelatin
Uji Biokimia
24
SIM
Uji Biokimia
25
Manitol
Uji gula-gula
26
Inositol
Uji gula-gula
27
Glukosa
Uji gula-gula
28
Sukrosa
Uji gula-gula
29
Laktosa
Uji gula-gula
30
Arabinosa
Uji gula-gula
31
Rafinosa
Uji gula-gula
Metode Praktek
Metode yang digunakan dalam praktek magang ini adalah metode survey dan praktek langsung, yaitu melakukan praktek magang secara langsung di laboratorium penguji tentang teknik identifikasi bakteri pada ikan Gurami Batanghari.
Prosedur Kerja
3.5.1 Sterilisasi Alat
Sterilisasi alat sangat perlu dilakukan sebagai langkah awal dalam mempersiapkan pembuatan media. Hal ini dilakukan agar alat-alat yang akan digunakan steril dan bebas dari organisme-organisme patogen yang masih melekat pada alat-alat tersebut, sehingga kegiatan yang dilakukan tidak terhambat karena ada kontaminasi dari organisme patogen yang tidak berasal dari sampel yang digunakan.
Alat berbahan kaca seperti tabung reaksi dan cawan petri serta yang berbahan logam dimasukkan langsung ke autoclave, sedangkan alat yang terbuat dari plastik dibungkus dahulu menggunakan alumunium foil agar tidak rusak, setelah itu langsung disterilisasi di dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 1210C dan tekanan 1 atm. Setelah selesai, alat-alat dicuci menggunakan sabun sunlight sampai bersih dan dikeringkan. Selanjutnya dilakukan autoclave, dimana sebelum dimasukkan, alat-alat terlebih dahulu dibungkus menggunakan kertas agar sewaktu diangkat tidak terlalu panas. Autoclave dilakukan selama 15 menit pada suhu 1210C dengan tekanan 1 atm sampai alat otomatis mati, setelah proses autoclave selesai, alat-alat seperti cawan petri dan tabung reaksi dimasukkan ke dalam oven pengeringan pada suhu 600C, setelah semua cawan petri dan tabung reaksi kering di masukkan ke dalam lemari penyimpanan. Alat lain seperti gelas ukur dan erlenmeyer disimpan di rak penyimpanan.
3.5.2 Persiapan Media
Media yang digunakan adalah TSA (Tryptone Soya Agar) cara membuat media TSA adalah dengan mencampurkan 20 gram TSA ke dalam 480 mL aquades di tabung erlemeyer , kemudian homogenkan campuran tersebut menggunakan hot plate dan magnetic stirrer sampai tidak ada gumpalan, lalu ditutup dengan menggunakan alumunium foil. Selanjutnya autoclave selama 15 menit pada suhu 1210C dan tekanan 1 atm, kemudian dinginkan larutan tersebut sampai kira-kira pada suhu 500C lalu tuangkan ke dalam cawan petri. Proses penuangan dilakukan di dalam Clean Bench agar terjaga kesterilisasiannya (Gambar 2.B). Setelah agak mengeras lalu disimpan di dalam lemari pendingin
(B)
Gambar 2. (A) Penimbangan media agar, (B) Penuangan media ke petri
Sumber : Dokumentasi pribadi
Pengambilan Sampel
Sampel yang digunakan berasal dari kolam Balai Perikanan Budidaya Air Tawar (BPBAT) Jambi. Ikan sampel yang diambil adalah ikan yang menunjukan gejala klinis atau dalam keadaan sakit. Ikan yang digunakan sebagai sampel sebaiknya ikan yang masih hidup dan diambil pada waktu pagi hari antara jam 07.00-09.00 dengan jumlah sampel ikan Gurami Batanghari sebanyak3-10 ekor.Ikan sampel dibawa ke laboratorium kemudian dilakukan otopsi dan isolasi dari jaringan luar (luka), hati, dan ginjal.
3.5.4 Isolasi Bakteri
Bakteri diisolasi dari ikan sampel, pertama-tama diambil bagian ikan yg luka, kemudian ikan dibedah lalu diambil bagian yang diperlukan seperti hati, ginjal dan limpa. Setelah itu diolesi dengan larutan iodine 2% di bagian permukaan organ tersebut kemudian panaskan sendok bedah dan ditempelkan pada permukaan yang telah diolesi larutan iodine 2% tadi agar larutan mengering dan tidak masuk ke bagian dalam organ. Tujuan diberi larutan ini adalah untuk membunuh semua mikroorganisme yang ada disekitar organ yang akan diperiksa Setelah itu potong atau iris organ lalu digoreskan sebanyak 3 garis pada media agar lalu diratakan menggunakan jarum ose sampai memenuhi seluruh permukaan media agar (Gambar 3.B). Setelah itu cawan petri ditutup dan bungkus dengan parafilm lalu simpan pada inkubator dengan suhu 250C selama 24 jam kemudian amati pertumbuhannya
(B)
Gambar 3. (A) Isolasi bakteri, (B) Penggoresan Bakteri pada TSA
Sumber : Dokumentasi pribadi
Setelah dilakukan isolasi pada ikan sampel sebanyak 3 ekor ternyata tidak ada bakteri yang tumbuh pada media TSA , kemudian penulis bersama pembimbing melakukan uji Postulat Koch, adapun prosedur kerjanya adalah sebagai berikut :
Persiapan alat dan bahan.
Alat yang digunakan dalam uji Potulat Koch adalah spuit, nampan, penggaris, alat tulis, tabung reaksi, serokan ikan, akuarium ukuran 75 x 40 x 40 cm. Sedangkan bahan yang digunakan adalah ikan gurami batangari yang dipelihara di kolam beton BPBAT Sungai Gelam, Provinsi Jambi dan media hidup bakteri Streptococcus agalactiae yang diambil dari koleksi BPBAT Sungai Gelam, dengan karakteristik sebagai berikut:
Tabel 5. Uji karakteristik bakteri Streptococcus agalactiae
NO
Uji
Hasil
1
Gram ryu
+
2
Morfologi bakteri
Bulat
3
Motility
-
4
Katalase
-
5
Oksidase
-
6
Indol
-
7
MR
+
8
VP
+
9
Nitrat
+
10
Malonat
-
11
KCN
+
12
Citrat
-
13
Urease
-
14
OF
F
15
Gelatin
-
16
NaCl 6,5%
-
17
Dnase
-
18
Glukosa
+
19
Sukrosa
+
20
Laktosa
-
21
Manitol
-
22
Inositol
-
23
Raffinosa
-
24
Arabinosa
-
Sumber: Data sekunder
Pengkulturan bakteri.
Penanaman bakteri di lakukan pada media TSA sebanyak 5 petri dan di inkubasi selama 24 jam di inkubator
Pemanenan bakteri.
Bakteri di panen setelah 24 jam dengan cara menambahkan NaCl fisiologis kedalam media TSA, kemudian sapu dengan menggunakan segitiga kaca, kemudian ambil bakteri yang telah ditambah NaCl fisiologis dengan menggunakan mikropipet masukkan ke dalm tabung reaksi
Konsentrasi bakteri yang digunakan
Konsentrasi bakteri yang digunakan dalam uji Potulat Koch ikan Gurami batanghari adalah 108 sel/ml. Pengenceran bakteri dengan menggunakan standar Mac Farland 108. Endapan bakteri dihomogenkan terlebih dahulu dengan menggunakan Vortex, lalu masukkan bakteri kedalam tabung raksi yang berisi NaCl 10 ml hingga warnanya sama dengan standar Mac Farland (gambar 5).
Pengukuran Ikan Sampel
Sebelum dilakukan penyuntikan terlebih dahulu diukur TL, SL dan Berat ikan tersebut, seperti Gambar 4 dibawah ini
Penyuntikan
Ikan di suntik dengan dosis 0,2 ml/ekor, serta konsentrasi bakteri 108 sel/ml. Penyuntikan dilakukan secara intramuscular dibelakang sirip punggung dengan kemiringan 450 ,
Setelah dilakukan penyuntikan, ikan diamati selama 10 hari dan dilakukan isolasi pada ikan yang menunjukan gejala klinis serta ikan yang mengalami kematian.
3.5.5 Identifikasi Bakteri
Dalam mengidentifikasi bakteri yang telah diisolasi ada beberapa uji yang harus dilakukan untuk mengetahui jenis bakteri tersebut , adapun ujinya sebagai berikut :
1. Uji Gram Ryu
Pada pengujian Gram Ryu ini, pertama-tama ambil objek glass lalu teteskan larutan KOH 3% beberapa tetes kemudian panaskan jarum ose sampai memerah lalu dinginkan di petri dan ambil satu ose bakteri pada media agar lalu homogenkan diatas objek glass yang telah ditetesi KOH 3% tadi lalu lihat apa yang terjadi, jika larutan tersebut seperti lendir yang tarik menarik (adhesive) antara jarum ose dan larutan KOH tadi, jika ada bersifat Gram negatif (-) dan jika tidak ada berarti bakteri tersebut bersifat Gram positif (+).
2. Uji Katalase
Pengujian katalase ini menggunakan larutan Hydrogen Peroksida (H2O2) 30%. Pertama ambil objek glass kemudian ambil larutan H2O2 dngan menggunakan pipet tetes dan teteskan beberapa tetes ke objekglass setelah itu ambil bakteri pada media menggunakan jarum ose sebanyak satu ose lalu homogenkan dengan H2O2 lihat apa yang terjadi. Jika muncul seperti gelembung udara maka bakteri tersebut bersifat katalase positif (+), sedangkan jika tidak ada gelembung berarti bakteri bersifat katalase negatif (-).
3. Uji Oksidase
Pengujian ini menggunakan kertas sitokrom-oksidase. Bakteri diambil menggunakan tusuk gigi yang sudah steril lalu diusapkan diatas kertas oksidasi. Lihat apa yang terjadi, jika olesan yang ada bakterinya berubah menjadi warna biru berarti terjadi reaksi oksidase positif (+), tetapi bila tidak ada perubahan warna pada kertas oksidasi maka reaksi oksidase negatif (-).
4. Pewarnaan Gram
Objeck glass dibersihkan dengan alkohol lalu fiksasi diatas nyala api Bunsen sampai kering. Panaskan ose sampai memerah lalu dinginkan dengan cara menusukkan ke bagian media agar yang tidak ditumbuhi bakteri sampai dingin lalu ambil satu ose koloni bakteri dan letakkan pada object glass yang telah diberi beberapa tetes aquades lalu ratakan , kemudian fiksasi di atas nyala api bunsen sampai mengering.
Langkah selanjutnya adalah tetesi dengan larutan Cristal Violet secara merata, biarkan selama 1 menit 30 detik lalu disiram dengan air mengalir selama 30 detik dan keringanginkan. Selanjutnya tetesi secara merata dengan larutan Lugol's solution selama 3 menit dan bersihkan di air mengalir selama 20 detik dan keringanginkan. Langkah berikutnya adalah dengan memberikan larutan Decolorization solution selama 5-10 detik lalu dicuci di air mengalir selama 30 detik. Setelah kering ditetesi dengan Safranin solution selama 1 menit dan dicuci dengan air mengalir selama 1 menit lalu keringkan selama 5 menit pada suhu 500C.
Bila sudah kering amati dibawah mikroskop pada perbesaran 1000X dan diberi minyak emersi, amati bentuk morfologi dan koloni bakteri tersebut. Bila bakteri tersebut bersifat Gram positif (+) akan ditunjukkan dengan warna biru dan jika bersifat Gram negatif (-) akan ditunjukkan dengan warna merah muda atau pink.
5. Uji O/F (Oksidatif/Fermentatif)
Uji O/F ini adalah dengan melakukan penanaman koloni bakteri murni dalam kedua media O/F pada tabung reaksi dengan cara ditusukkan pada media (dengan jarum ose). Salah satu tabung diberi paraffin cair setebal 1 cm untuk menutup permukaan media agar oksigen tidak masuk lalu tutup dengan karet busa, kemudian inkubasi selama 24 jam pada suhu 250C. Bila terjadi perubahan warna dari hijau menjadi kuning pada kedua tabung maka bakteri tersebut bersifat fermentative (F), apabila perubahan warna dari hijau menjadi kuning hanya terjadi pada salah satu tabung maka bakteri tersebut bersifat oksidatif (O), hasil (-) apabila tidak terjadi reaksi sama sekali, kedua tabung tetap berwarna hijau. Tetapi jika salah satu tabung berubah warna dari hijau menjadi biru maka bakteri tersebut bersifat Alkali (Lampiran 4.a).
6. Uji SIM (Sulfida Indol Motility)
Pengujian ini dilakukan dengan cara ambil beberapa koloni bakteri lalu tanam pada media agar lalu inkubasikan selama 24 jam pada suhu 250C. Setelah itu amati perubahan pada media agarnya, jika pada seluruh bagian agar berwarna keruh mengindikasikan bakteri tersebut bersifat motil. Jika berwarna hitam pada agar menunjukkan bakteri tersebut memproduksi H2S, dan apabila pada agar terdapat gelembung atau pecah-pecah berarti bakteri tersebut memproduksi gas.
7. Uji MR-VP
Uji MR untuk mengetahui kemampuan bakteri menghasilkan asam dari fermentasi glukosa. Sedangkan uji VP untuk mengetahui kemampuan bakteri menghasilkan produk akhir yang netral yaitu achetylmethylcarbinol dan fermentasi glukosa.
Pembuatan reagen MR yaitu Methyl Red 0.1 gr +ethanol 95% 300 mL+aquades sampai 500 mL. Dan reagen VP1 yaitu a-naphtol 5 gr +ethanol 100 mL. Reagen VP2, yaitu KOH 40 gr +aquades sampai 100 mL.
Hasil pengamatan pada uji MR+reagen jika berubah warna menjadi merah maka hasilnya (+) dan jika tidak berubah warna maka (-) (Lampiran 4.b). Pada uji VP yang diberi reagen VP1 hingga cairannya berwarna putih susu kemudian ditambahkan reagen VP2 sampai warna kembali semula. Hasil (+) jika apabila dikocok berwarna merah dan hasil (-) jika tidak berubah warna (Lampiran 4.c).
8. Uji Urease
Uji ini untuk mengetahui apakah bakteri menghasilkan enzim urease. Pembuatan media menggunakan urease 2.4 gr +urea 0.95 gr +aquades 95 mL. Apabila suhunya sudah 500C kemudian dipanaskan di air mendidih sampai urea larut kemudian tuang ke tabung reaksi pada suhu 500C. Hasil menunjukkan (+) jika media berubah warna menjadi merah dan (-) berwarna kuning (Lampran 4.d).
9. Uji Sitrat
Uji sitrat bertujuan untuk mengetahui kemampuan bakteri tumbuh menggunakan sumber karbon dari sitrat. Pembuatan media sitrat adalah larutkan 2.3 gr sitrat kedalam 100 mL aquades lalu aduk hingga homogen. Autoclave pada suhu 1210C dan tekanan 1 atm selama 15 menit lalu tuangkan pada tabung reaksi saat suhu 500C, kemudian tunggu hingga mengeras. Hasil menunjukkan (+) bila bakteri ditanamkan pada media agar dan media berubah menjadi warna biru dan hasil (-) jika tidak berubah warna.
10. Uji Indol
Uji Ini untuk mengetahui bakteri dalam menghasilkan indol. Media yang digunakan adalah media SIM dan Tryptone Water. Reagen yang digunakan dalam pengujian ini adalah reagen kovacs. Cara membuatnya yaitu: p-dhimetilaminobenzaldehyde 5 gram+ethanol 75 mL+HCl pekat 25 mL. Pertama-tama bakteri ditanam pada media uji, setelah bakteri itu tumbuh diberi reagen melalui pinggir tabung dan jangan dikocok kemudian amati. Reaksi menunjukkan (+) jika terbentuk seperti cincin merah dan hasil (-) jika tidak terbentuk cincin merah
11. NaCl 6.5%
Pembuatan media menggunakan TSA 4 gr +NaCl 6.5%+aquades 100 mL lalu aduk sampai homogen. Masukkan dalam autoclave selama 15 menit pada suhu 1210C dan tekanan 1 atm. Setelah larutan agak dingin tuangkan ke dalam tabung reaksi, kemudian masukkan satu ose bakteri. Hasil pengujian (+) apabila bakteri tumbuh pada media menunjukkan bakteri tersebut memproduksi NaCl. Apabila tidak tumbuh berarti hasilnya negatif.
12. Mac Conkey
Cara pembuatan Mc Konkey 5 gr +aquades 100 mL. Kemudian bakteri ditumbuhkan selama 24 jam dalam suhu 250C. Jika bakteri tumbuh pada media maka bersifat gram (-). dan jika tidak tumbuh bersifat gram (+).
13. DNase
Cara pembuatannya adalah dengan mencampurkan DNase 3.9 gr +aquades 100 mL. Kemudian bakteri ditumbuhkan dalam cawan petri selama 24 jam pada suhu 250C. Hasil pengujian menunjukkan (+) jika ada zona bening disekitar koloni yang diberi reagen HCL 0.1 N. Hasil negatif jika tidak ada zona bening (Lampiran 4.h).
14. Uji gula-gula
Tujuan dari uji ini adalah untuk mengetahui kemampuan bakteri dalam mengurai karbohidrat.
a. Glukosa
Cara pembuatan media glukosa adalah larutkan Phenol Red Broth Base 1.5 g+glukosa 1 g kedalam aquades 100 mL. Hasil (+) jika warna merah menjadi kuning, dan reaksi menunjukkan (-) jika tidak berubah warna (Lampiran 4.g).
b. Manitol
Cara pembuatan media manitol adalah larutkan Phenol Red Broth Base+manitol 1 g kedalam 100 mL aquades. Hasil (+) jika warna merah menjadi kuning, dan (-) jika tidak berubah warna.
16. Uji Gelatin
Pengujian gelatin digunakan untuk melihat kemampuan bakteri dalam mencerna atau menggunakan gelatin. Uji gelatin dapat juga digunakan untuk mendeteksi aktivitas proteolytic antara bakteri. Bakteri kemudian di tumbuhkan ke dalam media gelatin 1tabung dan 1 tabung lagi adalah gelatin murni sebagai kontrol. Kemudian masukan ke dalam lemari pendingin, jika tabung kontrol sudah membeku ambil media gelatin yang ditanam bakteri lalu amati. Jika gelatin yang ditanam bakteri membeku maka hasilnya adalah negatif (-), sedangkan jika tetap dalam keadaan cair berarti hasilnya positif (-).
(B) (B)
Gambar 4. (A) Pengambilan bakteri dengan jarum ose. (B) Uji katalase. (C) memasukkan bakteri pada media uji
Sumber : Dokumentasi pribadi
Analisis Data
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan dengan cara pengamatan secara langsung terhadap sampel bakteri serta wawancara kepada pembimbing lapangan dan pegawai di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi. Sedangkan data sekunder diperoleh dari rujukan data-data yang terdapat di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi dan berbagai sumber pustaka lainnya.
DESKRIPSI LOKASI MAGANG
4.1. Letak geografis BPBAT Sungai Gelam, Jambi
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi berlokasi di Desa sungai Gelam Kecamatan Sungai Gelam Kabupaten Muaro Jambi, sekitar 30 km di sebelah Timur dari kota Jambi dengan koordinat 010 44' 34,4" LS, 1030 45' 00,9" BT dan 35 m dpl (Lampiran 1). Luas areal 20 ha terdiri dari 4,8 ha areal perkolaman, 3,35 ha waduk/reservoir, dan 11,85 ha daratan yang dipergunakan untuk perkantoran, asrama, mess operator serta sarana penunjang lainnya. Sumber air berasal dari resapan lahan di sekitar Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi yang ditampung dalam tiga buah waduk/reservoir.
4.2. Sejarah Singkat Berdirinya Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi
Untuk menunjang pelaksanaan program pembangunan dan peningkatan produksi perikanan di Indonesia sebagaimana tertuang dalam surat keputusan Menteri Pertanian Nomor : 346/kpst/OT.210/5/94 Tanggal 6 Mei 1994, maka dibentuklah Loka Budidaya Air Tawar Jambi yang berstatus Eselon IV, dengan wilayah kerja meliputi Indonesia Barat. Berdasarkan surat keputusan Menteri Eksploitasi Laut dan Perikanan Nomor : 66 tahun 2000 tanggal 31 Juli 2000 terjadi perubahan struktur organisasi Loka Budidaya Air Tawar Jambi. sesuai perkembangannya, pada tanggal 1 Mei 2000 Loka Budidaya Air Tawar Jambi berubah menjadi Balai Budidaya air Tawar Jambi yang berstatus eselon III, berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.26-E/MEN/2001. Berdasarkan peraturan menteri kelautan dan perikanan No. 6 PERMEN-KP/2014 nama balai berubah menjadi Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi (BPBAT Jambi).
4.3. Kedudukan, Fungsi dan Tugas Balai Perikanan Budidaya Air TawarJambi
Sesuai dengan peraturan Mneteri Kelautan dan Perikanan Nomor: 6/PERMEN-KP/2014 tanggal 3 Februari 2014 tentang organisasi dan tata kerja Balai Perikanan Budidaya Air Tawar mempunyai tugas melaksanakan uji terap teknik dan kerjasama, pengelolaan produksi, pengujian laboratorium, mutu pakan, residu kesehatan ikan dan lingkungan, serta bimbingan teknis perikanan budidaya air tawar.
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut BPBAT Sungai Gelam menyelenggaarkan fungsi:
Menyusun rencana kegiatan teknis dan anggaran, pemantauan dan evaluasi serta pelaporan.
Melaksanakan uji terap teknik perikanan budidaya air tawar.
Melaksanakan penyiapan bahan standarisasi perikanan budidaya air tawar.
Melaksanakan sertifikasi sistem perikanan air tawar.
Melaksanakan kerja sama teknis perikanan air tawar.
Melaksanakan Pengelolaan dan pelayanan sistem informasi dan publikasi perikanan budidaya air tawar.
Melaksanakan layanan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan teknis perikanan budidaya.
Melaksanakan pengujian kesehatan ikan dan lingkungan budidaya air tawar.
Melaksanakanproduksi induk unggul, benih bermutu dan sarana produksiperikanan.
Melaksanakan bimbingan teknis perikanan budidaya air tawar, dan
Melaksanakan urusan tata usaha dan rumah tangga.
4.4. Visi dan Misi Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jamb
4.4.1. Visi
Sebagai penghasil induk unggul dan teknologi terapan budidaya ikan air tawar terbesar dan berkelanjutan disumatra.
4.4.2. Misi
Untuk mendukung Visi yag telah ditetapkan, maka Misi yang diemban oleh Balai Perikanan Budidaya Air tawar Jambi yaitu :
Mengembangkan rekayasa teknologi budidaya ikan air tawar.
Meningkatkan produksi induk dan benih unggul.
Meningkatkan sistem informasi IPTEK dan standarisasi perikanan air tawar.
Meningkatkan jasa pelayanan teknologi dan produksi.
Melaksanakan upaya pelestarian sumberdaya ikan (plasma nutfah) dan lingkungan.
4.5. Tujuan dan Sasaran Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi
4.5.1. Tujuan
Meningkatkan kemampuan ketatalaksanaan dan profesionalisme karyawan Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi.
Meningkatkan produksi induk dan benih unggul untuk didistribusikan di wilayah kerja.
Meningkatkan penerapan dan pengujian teknologi budidaya air tawar dan pengendalian hama dan penyakit serta pelestarian plasma nutfah.
Meningkatkan sosialisasi penerapan sertifikasi dan pengawasan budidaya ikan air tawar.
Melakukan pengawalan pembinaan dan pendampingan teknologi di kawasan minapolitan dan industrialisasi perikanan.
Meningkatkan pelayanan dan kegiatan diseminasi teknologi budidaya air tawar hasil penerapan teknologi budidaya air tawar
Meningkatkan pemenuhan sarana gedung bangunan dan perkolaman serta peralatan hatchery dan laboratorium BPBAT Jambi.
4.5.2. Sasaran
Terlaksananya kegiatan ketatalaksanaakan Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi.
Tersedianya karyawan dan pejabat fungsional yang ahli dan terampil.
Tersedianya teknologi terapan tentang pembenihan dan pembudidayaan ikan – ikan kultur.
Tersedianya informasi teknologi tentang pembenihan dan pembudidayaan ikan – ikan perairan umum.
Tersedianya calon induk ikan – ikan kultur dan ikan perairan umum yang berkualitas.
Terlaksananya kegiatan pelestarian plasma nutfah dan pemanfaatan perairan umum.
Meningkatkan kemampuan dan keterampilan pembudidaya melalui diseminasi dan pelayanan teknik.
Tersedianya sarana dan fasilitas Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi yang memadai.
Struktur organisasi Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi
Berdasarkan PERMEN Kelautan dan perikanan Nomor : 6/PERMEN-KP/2014 tanggal 12 Januari 2006tentang Organisasi dan Tata Kerja Balai Perikanan Budidaya Air Tawar, struktur organisasi BPBAT Jambi (Lampiran 3) terdiri atas :
Kepala Balai
Sub Bagian Tata Usaha
Seksi Uji Terap Teknik dan kerjasama
Seksi Pengujian dan dukungan Teknis
Kelompok Jabatan Fungsional
Dalam menjalankan tugasnya Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi dipimpin oleh seorang kepala dan dibantu oleh Kasubbag, Kasi dan Kelompok Jabatan Fungsional. Berikut adalah uraian tugas dari masing – masing seksi dalam struktur organisasi mengacu pada PERMEN Kelautan dan Perikanan No :6/PERMEN-KP/2014 :
Sub Bagian Tata Usaha
Mempunyai tugas untuk melakukan penyiapan bahan perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan evaluasi pelaporan keuangan, kegiatana teknis anggaran, pengelolaan keoegawaian, tata laksana, barang milik negara, rumah tangga, dan ketatausahaan.
Seksi Uji Terap Teknik dan kerjasama
Mempunyai tugas untuk melakukan penyiapan bahan perencanaan uji terap teknik, standarisasi, sertifikasi, kerjasama teknik, pengelolaan dan pelayanan system informasi serta publikasi perikanan budidaya air tawar.
Seksi Pengujian dan dukungan Teknis
Mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan pelaksanaan layanan pengujian laboratorium persyaratan kelayakan teknis, kesehatan ikan dan lingkungan, produksi induk unggul, benih bermutu dan sarana produksi serta bimbingan teknisperikanan budidaya air tawar.
Kelompok Jabatan Fungsional :
Mempunyai tugas melaksanakan kegiatan tugas masing-masing jabatan fungsional dan peraturan perundang-undangan. Jabatan fungsional yang ada di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungai Gelam sampai bulan Desember 2014 adalah perekayasa, Teknisi Litkayasa, Pengawas Benih, Pengawas Bidang Pembudidaya Dan Pengendalian Hama dan Penyakit ikan.
Dalam melaksanakan kegiatan teknis balai kelompok jabatan fungsional tertentu tersebar dalam empat kelompok kerja (POKJA), yaitu:
Kelompok kerja Catfish, yaitu kelompok kerja yang mengerjakan komoditas ikan Patin, Baung dan Lele.
Kelompok kerja Cyclid, yaitu kelompok kerja yang mengerjakan komoditas ikan Nila dan Mas.
Kelompok kerja Spesifik local , yaitu kelompok kerja yang mengerjakan komoditas ikan Gurame, Arwana, Botia dan Jelawat.
Kelompok kerja Nutrisi ikan, kesehatan ikan dan lingkungan (NKL) yaitu kelompok kerja yang mengerjakan formulasi dan pembuatan pakan alami seperti Moina sp dan Daphnia sp, Rotifera sp dan pakan ikan berbahan baku lokal serta pengelolaan laboratorium uji dan kesehatan ikan dan lingkungan.
KEPALA BALAIIr. H. Mimid Abdul Hamid M.Sc.Kepala Sub Bagian Tata UsahaMubinun S.Pi, M.SiKelompok Ikan Spesifik Lokal dan Ikan HiasKoordinator kelompokFungsionalKepala SeksiPelayanan TeknisMashudi, S.PiKepala Seksi StandarisasiDan InformasiYudho Adhitomo, A.PiKelompok Nutrisi, Kesehatan Ikan dan LingkunganKelompok Ikan CatfishKelompok Ikan Siklid
KEPALA BALAI
Ir. H. Mimid Abdul Hamid M.Sc.
Kepala Sub Bagian Tata Usaha
Mubinun S.Pi, M.Si
Kelompok Ikan Spesifik Lokal dan Ikan Hias
Koordinator kelompok
Fungsional
Kepala Seksi
Pelayanan Teknis
Mashudi, S.Pi
Kepala Seksi Standarisasi
Dan Informasi
Yudho Adhitomo, A.Pi
Kelompok
Nutrisi,
Kesehatan Ikan dan Lingkungan
Kelompok
Ikan Catfish
Kelompok
Ikan Siklid
Gambar 7: Struktur Organisasi di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi.
4.7. Keragaman Sumber Daya Manusia BPBAT Sungai Gelam
Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi merupakan suatu institusi yang melakukan perekayasaan dan kaji terap akan berbagai informasi ilmu pengetahuan teknologi yang berhubungan dengan teknologi budidaya air tawar yang baru dan menyempurnakan teknologi yang sudah ada sehingga dapat diterapkan oleh masyarakat.
Dalam menjalankan tugas dan fungsinya BPBAT Sungai Gelam sampai dengan Triwulan IV tahun 2015 BPBAT Sungai Gelam didukung oleh SDM sebanyak 109 orang yang terdiri dari 68 orang pegawai negeri sipil (PNS), 1 orang CPNS, dan 41 orang sebagai tenaga honor kontrak. Berdasarkan Status kepegawaiannya Tahun Anggaran 2014 dapat dilihat pada tabel 3, sedangkan berdasarkan Tingkat pendidikannya dan berapa presentase tingkat pendidikan di Balai Budidaya Air Tawar Jambi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 6. Jumlah Pegawai Balai Perikanan Budidaya Air Tawar jambi Berdasarkan Status Kepegawaiannya
No
Status
Jumlah (orang)
1
2
PNS
CPNS
68
1
3
Kontrak
40
Total
109
Sumber : data sekunder
Dari Tabel 6 dapat diketahui bahwa jumlah pegawai BPBAT Jambi didominasi oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS) dengan jumlah 69 orang dan disusul dengan tenaga kontrak berjumlah 40 orang.
Dalam melaksanakan tugas dan fungsi teknik maupun administrasi pada Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi menggunakan sistem pemilihan sesuai dengan keahlian dan keterampilan masing-masing karyawan. Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting untuk menentukan kemampuan seorang tenaga kerja dalam menyerap perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi baik secara umum dan khusus dalam usaha pembenihan dan budidaya ikan. Dalam rangka peningkatan sumberdaya manusia secara terus menerus Balai mengirimkan pegawai untuk mengikuti diklat atau kursus yang diadakan oleh instansi terkait. Pegawai yang mengikuti diklat atau kursus tersebut dikirim ke daerah-daerah. Secara umum tingkat pendidikan tenaga kerja yang ada di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Tingkat Pendidikan Tenaga Kerja di Balai Perikanan Budidaya
Air Tawar Jambi Provinsi Jambi.
No
Tingkat Pendidikan
Jumlah (orang)
Persentase
1
Magister
7
10,29%
2
Sarjana
31
45,59%
3
D3
10
14,71%
4
SLTA
17
25,00%
5
SLTP
1
1,47%
6
SD
2
2,94%
Total
68
100%
Sumber : Data sekunder
Berdasarkan Tabel 7, jenjang pendidikan tertinggi dari pegawai adalah Pasca Sarjana (S2) dan yang terendah adalah Sekolah Dasar (SD) dengan total jumlah pegawai PNS Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi adalah 68 orang. Persentase tingkat pendidikan di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi yang tertinggi adalah jenjang pendidikan sarjana yaitu 45,59% dan yang terendah pada jenjang pendidikan SLTP dengan persentase 1,47 %.
4.8. Sarana dan Prasarana Budidaya Air Tawar Jambi
Dalam mendukung semua kegiatan di BPBAT Jambi, maka Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi dilengkapi dengan sarana dan prasarana diantaranya :
Perkolaman
Perkolaman ini digunakan untuk kegiatan pendederan, pembesaran, pemeliharaan induk serta untuk kegiatan perekayasaan. Kolam yang ada di BPBAT Jambi dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 8. Jenis, ukuran, dan jumlah kolam di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi
No
Jenis kolam
Ukuran (m2)
Jumlah (Unit)
1
Kolam induk
600
10
2
Kolam pendederan
500
15
250
28
3
Kolam pembesaran
1500
11
500
18
4
Kolam induk ikan hias
50
4
5
Bak nila
50
56
7
KJA
14
60
Sumber : data sekunder
Berdasarkan Tabel 8, dapat diketahui jumlah, jenis, dan ukuran kolam/keramba yang ada beserta perkembangannya, hal ini erat kaitannya dengan kegiatan budidaya air tawar yang dilakukan di BPBAT Jambi.
Fasilitas yang mendukung budidaya perikanan di Balai Budidaya Air Tawar Jambi sudah cukup memadai. Diantaranya kolam induk sebanyak 10 unit dengan luas masing-masing 600 m2, kolam pendederan sebanyak 15 unit dengan luas masing-masing 500 m2,kolam pembesaran sebanyak 11 unit dengan luas masing-masing 500 m2 dan 28 unit dengan luas masing-masing 250 m2, kolam pembesaran sebanyak 11 unit dengan luas masing-masing 1500 m2 dan 18 unit dengan luas masing-masing 500 m2, kolam induk ikan hias sebanyak 4 unit dengan luas masing-masing 50 m2, dan keramba sebanyak 60 unit dengan luas masing-masing 14 m2. Kolam-kolam tersebut sudah sangatmemadai untuk kegiatan budidaya perikanan, dan ditambah lagi dengan berbagai sarana dan prasaran lainnya.
Hatchery
Jumlah Hatchery yang dimiliki oleh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 9. Hatchery yang dimiliki oleh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi
No
Hatchery
Komoditas
1
Hatchery 1
Patin Siam, Lele, Baung
2
Hatchery 2
Nila, Mas
3
Hatchery 3
Jelawat, Arwana, Botia, Gurame dan Tambakan.
Sumber : Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi Tahun 2015
Jaringan Listrik
Kapasitas terpasang jaringan listrik yang ada di BPBAT Jambi sebesar 60 KVA berasal dari PLN Rayon Kota Baru Jambi. Untuk menanggulangi terjadinya ganguan pemadaman listrik dari PLN maka disiapkan juga Generator Set (Genset) sebanyak 3 unit dengan kapasitas masing-masing 60 KVA (1 unit), 150 KVA (1 unit), 20 KVA (1 unit) dan 40 KVA (1 unit).
Bangunan/Gedung
Bangunan/gedung memiliki fungsi untuk menunjang kelancaran aktifitas di BPBAT Jambi maka peranan gedung atau bangunan menjadi sangat penting karena sudah menjadi keharusan Balai Perikanan memiliki fasilitas gedung yang memadai untuk keberlangsungan proses administrasi, produksi, pelatihan, dan tempat tinggal. Berikut ini adalah Tabel 7 mengenai gedung yang dimiliki oleh BPBAT Jambi.
Tabel 10. Bangunan yang dimiliki oleh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi
No
Tipe Bangunan
Luas (m2)
Jumlah (unit)
1
Gedung Perkantoran
240
1
2
Aula
170
1
3
Gedung Pejabat Fungsional
120
1
4
Perpustakaan
100
1
5
Asrama
90
3
100
1
6
Mes Operator
- Tipe 21
147
7
- Tipe 36
360
10
- Tipe 45
820
18
- Tipe 70
350
5
7
Gudang
-
5
8
Bengkel/Workshop
-
1
Sumber : Data sekunder
Sarana Transportasi
Sarana transportasi berfungsi untuk menunjang kelancaran kegiatan, BPBAT Jambi ditunjang oleh beberapa kendaraan operasional antara lain dapat dilihat pada Tabel 11.
Tabel 11. Sarana transportasi yang dimilki oleh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi
No
Tipe kendaraan
Jumlah
Keadaan
1
Truk
2
Layak Pakai
2
Kijang Minibus
6
Layak Pakai
3
Kijang Pick Up
1
Layak Pakai
4
Mitsubishi L300
1
Layak Pakai
5
Isuzu ELF Minibus
1
Layak Pakai
6
KIA Travello
1
Layak Pakai
7
Kendaraan Roda 3
1
Layak Pakai
8
Kendaraan Roda 2
9
Layak Pakai
Sumber : Data sekunder
Dilihat dari sarana dan prasarana yang dimiliki oleh Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi, sudah sangat memadai dan menunjang kegiatan yang ada di BPBAT Jambi.Hal ini sesuai petunjuk teknis Dirjen Perikanan Budidaya (2006), untuk mendukung optimalisasi fungsi pembangunan prasarana budidaya maka dalam pembangunan prasarana budidaya harus dibuat skala prioritas pembangunan prasarana budidaya berdasarkan kebutuhan dan dana yang tersedia. Untuk menentukan skala prioritas maka prasarana budidaya dapat dikelompokan menjadi 4 (empat) komponen bangunan yaitu Bangunan pokok, Bangunan pendukung, Bangunan penunjang, Bangunan pengaman, dan bangunan pelengkap.
Prasarana pokokadalah bangunan yang harus ada karena terkait langsung dalam proses produksi benih (Misalnya : kolam/bak induk, kolam/bak pemijahan, dll). Prasana pendukungadalah bangunan yang keberadaannya mempermudah, mempercepat, dan memperkecil biaya proses pembenihan (Misalnya : kantor, jaringan jalan dan tempat parkir, laboratorium, dll). Prasarana penunjang adalah : bangunan yang keberadaannya bersifat melengkapi dan tidak mempengaruhi proses perbenihan (Misalnya : Gedung pertemuan, fasilitas olahraga, dll). Prasana Pengamanadalah : bangunan yang diperlukan untuk pengamanan fasilitas perbenihan (Misalnya : pagar keliling/lingkungan , pos jaga, dll). Prasana Pelengkapadalah : bangunan yang fungsinya melengkapi bangunan pendukung, bangunan penunjang dan bangunan pengaman sehingga bangunan perbenihan dimaksud beroperasi lebih optimal dan lebih berdaya guna (Misalnya : rumah pompa, rumah genset, garasi kendaraan, dll).
HASIL
Kegiatan Yang Dilakukan Selama Magang
Selama melakukan praktek magang di BPBAT Sungai Gelam, Jambi, kegiatan yang dilakukan meliputi pengambilan sampel ikan Gurami Batanghari di kolam Semi Beton C12, lalu dibawa ke laboratorium Nutrisi dan Kesehatan Lingkungan (NKL) dan diisolasi di laboratorium, di laboratorium ikanya di isolasi ke media TSA dimana organ yang diisolasi adalah hati dan ginjal , kemudian di inkubasi kedalam inkubator selama 24 jam, adapun kegiatan yang dilakukan di BPBAT Sungai Gelam, Jambi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 12. Kegiatan yang dilakukan selama magang di BPBAT Sungai Gelam, provinsi Jambi
NO
Kegiatan
Pembimbing
1
Pengarahan Umum
Mashudi S.Pi
2
Pengarahan leb NKL
Ir. Fadel Purnama M.Si
3
Sterilisasi Alat
Arief Rahmadnoviandi E, S.Si
4
Pembuatan media
Arief Rahmadnoviandi E, S.Si
5
Pengambilan Sampel
Arief Rahmadnoviandi E, S.Si
6
Isolasi sampel
Arief Rahmadnoviandi E, S.Si
7
Kultur Bakteri
Arief Rahmadnoviandi E, S.Si
8
Pemanenan Bakteri
Arief Rahmadnoviandi E, S.Si
9
Melakukan uji postulat koch
Arief Rahmadnoviandi E, S.Si dan Fadel Purnama S.Pi
10
Pengamatan uji postulat koch
Arief Rahmadnoviandi E, S.Si
11
Uji Biokimia
Arief Rahmadnoviandi E, S.Si
12
Analisis Data
Arief Rahmadnoviandi E, S.Si dan Fadel Purnama S.Pi
Hasil Dan Data Yang Didapatkan
Setelah melakukan isolasi dari sampel ikan gurami batanghari sebanyak 3 ekor pada media TSA , tidak satupun terdapat isolat bakteri yang tumbuh pada media agar, untuk mempelajari teknik identifikas bakteri maka dilakukan uji Postult Koch. Hasil uji Postult Koch adalah sebagai berikut :
Hasil pengukuran Ikan sampel
Adapun Hasil pengukuran ikan sampel yang akan dilakukan uji Postult Koch dapat dilihat dibawah ini :
Tabel 13. Hasil pengukuran ikan Gurami Batanghari yang di suntik
No
Berat (gram)
Panjang (cm)
TL
TL
1
30,1
13,0
10,5
2
32,7
13,0
10,5
3
47,9
14,5
12,0
4
28,2
12,0
10,0
5
28,2
12,0
10,0
6
25,4
12,0
10,0
7
27,0
11,5
9,5
8
40,1
14,0
11,5
9
30,3
12,5
10,0
10
18,0
12,1
10,0
Rata-rata
30,79
12,66
10,4
Hasil pengamatan ikan Gurami batanghari yang di infeksi bakteri Streptococcus agalactiae
Pengamatan dilakukan selama 10 hari menunjukkan gejala klinis pada ikan gurami batanghari diantaranya warna pada tubuh memudar, sisiknya rontok, sirip kripis, pergerakannya tidak stabil, menyendiri di permukaan dan apabila di nekropsi pada ginjal dan hati berwarna pucat dan darahnya merah kecoklatan, seperti gambar dibawah ini
Gambar 9. Ikan gurami batanghari yang di uji Postulat koch
Sumber : Dokumentasi pribad
Dalam pengamatan yang dilakukan selama 10 hari kematian ikan gurami batanghari dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 14. Pengamatan ikan yang di infeksi Streptococcus agalactiae
Jumlah sampel Ikan (ekor)
Hari
Ke
Jumlah ikan (ekor)
Mati Hidup
10
1
1
9
2
2
7
3
2
5
4
1
4
5
-
4
6
1
3
7
-
3
8
1
2
9
-
2
10
1
1
Jumlah
9
1
Hasil Uji Biokimia
Setelah dilakukan isolasi pada ikan gurami Batanghari yang diuji postulat koch, Bakteri tumbuh pada media TSA dan dilakukan identifikasi dengan hasil uji sebagai berikut :
Tabel 15. Hasil uji Biokimia bakteri pada Sampel Ikan Gurami batanghari
NO
Uji
Hasil
1
Gram ryu
+
2
Morfologi bakteri
Bulat
3
Motility
-
4
Katalase
-
5
Oksidase
-
6
Indol
-
7
MR
+
8
VP
+
9
Nitrat
+
10
Malonat
-
11
KCN
+
12
Citrat
-
13
Urease
-
14
OF
F
15
Gelatin
-
16
NaCl 6,5%
-
17
Dnase
-
18
Glukosa
+
19
Sukrosa
+
20
Laktosa
-
21
Manitol
-
22
Inositol
-
23
Raffinosa
-
24
Arabinosa
-
Sumber: Data primer
Berdasarkan hasil uji biokimia tersebut, kemudian dilakukan identifikasi berdasarkan Cowan And Steels (1993), teridentifikasi jenis bakteri Streptococcus agalactiae.
Kualitas air
Adapun hasil pengukuran kualitas air kolam pemeliharaan ikan gurami sebagai berikut
Tabel 16. Pengukuran kualitas air di kolam ikan gurami
No
Parameter
Satuan
Standar
Nilai
1
Suhu
oC
24-28
24,7
2
pH
-
6-7
6,81
3
DO
mg/l
5-7
4,70
4
Amoniak
mg/l
0,1 – 0,2
0,01
VI. PEMBAHASAN
Selama melakukan magang, kegiatan yang di lakukan di BPBAT Sungai Gelam, Jambi, meliputi pengenalan daerah magang oleh Bapak Mashudi, S.Pi selaku pegawai BPBAT Sungai Gelam,Jambi, beliau lansung memperkenalkan struktur organisasi balai dan menyuruh mahasiswa untuk memvalidisasi data pribadi yang kemudian lansung dibagi ke komoditi masing-masing sesuai dengan Proposal magang yang telah diajukan,sebelum pergi ke Komoditi yang telah ditetapkan Mahasiswa terlebih dahulu diambil alih oleh Bapak Herdis Wiranata S.St.Pi selaku penanggung jawab Mahasiswa disana
Kegiatan magang selama di laboratorium Nutrisi, Kesehatan Ikan dan lingkungan meliputi Pengukuran kualitas air yang di jadwalkan setiap hari oleh pembimbing magang, Pembuatan media dilakukan jika media sudah Menipis, dan pembersihan media dilakukan setiap minggu tanpa ditentukan harinya serta membersihkan laboratorium setiap hari Rabu bersama keluarga laboratorium NKL.
Pengambilan sampel dilakukan dua hari sekali yang memiliki ciri klinis terserang bakteri seperti mata putih,sirip gripis, sisik mengalami kerontokan, ada luka, bergerak secara abnormal dan menyendiri. Organ yang diambil untuk diisolasi adalah mata, ginjal dan hati, setelah itu amati kejala klinis ikan dan lansung diisolasi ke media TSA.
Dari hasil isolasi 3 ekor ikan Gurami Batanghari yang di periksa tidak ada Bakteri yang tumbuh pada media TSA, hal ini diduga disebabkan oleh beberapa hal diantaranya yang pertama, Ikan Gurami Batanghari di BPBAT Sungai Gelam, Jambi tidak ada terinfeksi oleh Bakteri, kemudian yang kedua pada saat isolasi dalam pengambilan organ yang akan diisolasi tidak ada bakterinya , lalu yang ketiga pada saat pengisolasian sebelum dilakukan isolasi, organ yang akan di isolasi terlebih dahulu diolesi dengan larutan Iodine yang sifatnya membunuh bakteri dan yang terakhir diduga karena pada saat melakukan isolasi Jarum ose yang digunakan setelah difiksasi masih dalam keadaan panas sehingga bakteri yang diisolasi mati.
Untuk Menambah keterampilan maka dilakukan Uji Postulat Koch, agar dapat mengetahui teknik identifikasi bakteri dan mengetahui gejala klinis ikan Gurami Batanghari yang terinfeksi Bakteri. Uji Potulat Koch dilakukan pada 10 ekor Ikan Gurami Batanghari yang sehat dengan rata-rata berat 30,79 g , TL 12,66 cm dan Sl 10,4 cm, hasil dari pengamatan pada Tabel 16 menunjukkan bahwa ikan Gurami Batanghari yang telah diinfeksikan Bakteri mengalami kematian secara bertahap dengan ciri-ciri berenang kepermukaan dan menyendiri, warnah tubuh memudar, sirip gripis, sisik mengalami kerontokan, kemudian jika dinekropsi organ hati,ginjal dan limpa bewarna pucat serta warna darah agak hijau kehitaman.
Isolasi yang dilakukan pada ikan gurami Batanghari yang di infeksikan bakteri berhasil tumbuh Pada media TSA ,kemudian setelah dilakukan Uji Biokimia ternyata sama hasilnya dengan hasil uji biokimia bakteri yang di injeksikan sebelumnya dengan Hasil uji biokimia adalah Bakteri Streptococcus agalactiae.
Selama pengamatan ikan gurami batanghari yang di inveksikan bakteri Streptococcus agalactiae menunjukan gejala yang klinis sperti sirip kripis, sisik rontok dan sering menyendiri kemudian pada akhirnya mati,
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Teknik identifikasi bakteri yang dilakukan di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi meliputi: Sterilasi alat, persiapan media, pengambilan sampel, isolasi bakteri dan identifikasi secara biokimia. Dari hasil isolasi yang dilakukan Pada ikan Gurami Batanghari di Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Sungaia Gelam, Jambi tidak terdapat Bakteri patogen yangmenyerang, kemudian dilakukan uji Postulat koch dengan menggunakan bakteri Streptococcus agalactiae dan setelah diisolasi kembali teridentifikasi. Hasil uji Postulat koch pada ikan gurami batanghari dengan bakteri Streptococcus agalactiae selama pengamatan10 hari, ikan gurami positif terinfeksi bakteri Streptococcus agalactiae. Pengukuran kualitas air di kolam pemeliharaan ikan Gurami Batanghari sudah memenuhi SNI kualitas air untuk Ikan Gurami.
Saran
Dalam melakukan identifikasi bakteri pada ikan harus melihat Gejala-gejala klinis ikan yang terserang bakteri terlebih dahulu, sehingga Bakteri yang ingin diisolasi benar-benar ditemukan, kemudian dalam melakukan isolasi sebaiknya Jangan menggunakan larutan Iodine karna larutan ini bersifat membunuh bakteri sehingga bakteri yang akan diisolasi akan mati dan ditambah lagi dengan menggunakan spatula baja yang panas untuk menghilangkanya yang dapat membunuh bakteri karna terlalu panas.
DAFTAR PUSTAKA
Abdelaziz dan Zaki. 2010. Aeromonas As A Human Pathogen. Crccritical Eviews In Microbiology, 16:253–286.
Bisset, K.A. 1963. Bacteria. Third Edition. E.&S. Livingstone: Edinburg & London.
Cahyo, S.2008.Panduan LengkapGurami.Penebarswadaya.Jakarta.188 hal.
Cowan, S. T. 1974. Manual For The Identification Of Medical Bacteria. Second Edition. Cambridge University. Cambridge. 238 P
Danuri, S. 2008.Sukses Budidaya Gurami.Pustakabaru press.Yogyakarta.144 hlm.
Drake, dan Isohood. (2002). Aeromonas hydrophila Diarrhoea In A Long-Term Care Setting. Journal Of The American Geriatrics Society, 38:804–806.
Effendi, H. 2007. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelola Sumberdaya Dan Lingkungan Perairan. Kanisius. Yogyakarta. Hlm 258
Eissa, F. 2010. Identiikasi Bakteri yang Menyerang Ikan Gurami (Osphoronemus gouramy. Jurnal Ilmu Perikanan dan Sumberdaya Perairan.
Feliatra, I. Efendi., dan E. Suryadi. 2004. Isolasi dan Identifikasi Bakteri Probiotik dari Ikan Kerapu Macan (Ephinephelus fuscogatus) Dalam Upaya Efisiensi Pakan. Jurnal Natur Indonesia 6 (2) : 75 – 80.
Hardaningsih, Murwantoko, dan Senni. 2012. 7 Rezeki Budidaya Gurami. Kanisius, Yogyakarta.
Irwan. 2011. Menanggulangi Hama Dan Penyakit Ikan. Aneka. Solo. 126 hlm.
Kamiso, H.N. 1996. Vibriosis pada Ikan dan Alternatif Penanggulangannya. Jurnal Perikanan. I (I) : 78 – 86.
Kordi, K. M. Dan Ghufran h. 2010. Panduan Lengkap Memelihara Ikan Air Tawar Di Kolam Terpal. Yogyakarta: lily publisher. 156 hlm.
Lay, B. 1994. Analisa Mikrobiologi Di Laboratorium. Pt. Raja grafindo persada.jakarta. 77 hal.
Lim, C . 2009. Influence of Dietary Levels of Lipid and Vitamin E On Growth and Resistence of Nile Tilapia to Streptococcus iniae challenge. Aquaculture. 298 : 76 – 82
Lukistyowati, I. 2005. Teknik pemeriksaan Penyakit Ikan. Unri Press Pekanbaru. 104 hlm.
Meita, M. 2005. Uji Resistensi Ikan Gurami (Osphoronemus gouramy) yang Ressien dan Sensitif Terhadap Bakteri Aeromonas hydrophila Dengan Metode Injeksi Peroral. Jurnal Universitas Pendidikan Indonesia Bandung. Volume 3, No. 7
Mulyanto, A. 2014.Studi Patologi Penyakit Infeksi Bakterial Ikan Gurami (Osphronemus Gouramy, Lac.). Jurnal Unsoad
Osman.2008. Hama Dan Penyakit Pada Ikan Air Tawar. Erlangga .jakarta . 167 hal.
Sands, D. C. 1990. Physiological Criteria-Determinative Test. Dalam Methods In Phystobacteriology. Z. Klement k. Rudolph, dan D. C. Sands (peny). Akademiai Kiado and Nyoma. Bupadest. Hlm. 133 – 143
Supriyadi, H. dan P. Taufik. 1983.Penelitian Pendahuluan Immunisasi Ikan Dengan Cara Vaksinasi. Bull. Pen. Pd .4 (1): 34 36.
Sulhi M, Samsudin R, dan Hendra. (2013).Penggunan Kombinasi Beragam Pakan Hijauan dan Pakan Komersialterhadap Pertambahan Bobot Ikan Gurame (Osphronemus gouramy).Mina Sains. Vol 1 no 5.
Lampiran 1. Peta Lokasi Praktek Magang
Lampiran 2. Lay Out Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi
Lampiran 3. Gedung Kantor Balai Perikanan Budidaya Air Tawar Jambi
Lampiran 4. Struktur Organisai BPBAT jambi
Lampiran 5. Alat dan bahan yang digunakan
TSA MR-VP Tryptone water SIM
Crystal violet MacCONKEY DNASE Lactose
Urea Potasium hydroksida Iodine Ethanol
Manitol Lactose Sukrose Glucose
Mnyak emersi Aquades Triptonewater Max farlan 108
Gurami batanghari Inkubator tabung reaksi cawan petri
Gelas ukur Vorteks sentrifuse Auto Clave
Lemari pendingin timbangan digital oven elenmeyeer
Micropipet stopwatch jarum ose Clean banch
Microskop alat bedah suntik
Lampira 6. Dokumentasi kegiatan magang
Mengisolasi ke TSA penuangan media pemanenan bakteri
Persiapan uji potulat koch penyuntikan Fiksasi
Isolasi uji biokimia pembukusan petri
Uji Katalase penimbangan media sterilisasi alat
Keluarga laboratorium NKL BPBAT Sungai Gelam, Jambi