Teknologi Perlindungan Tanaman " Hama Pada Komoditas Jeruk
12
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jeruk merupakan salah satu komoditas prioritas, yang perlu ditangani lebih terarah untuk dapat menghasilkan produksi dan mutu hasil yang tinggi serta berkesinambungan. Kendala utama dalam upaya pengembangan tanaman jeruk adalah serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), terutama CVPD.
Praktikum yang kami lakukan yaitu mengenai Sampling dan Pengamatan Hama pada Komoditas Jeruk. Keberadaan serangga pada suatu tanaman dimungkinkan dengan tujuan untuk berlindung, makan dan meletakkkan telur. Oleh karena itu kita harus mengetahui karakter serangga tersebut, peran dan memilahkan antara yang bermanfaat dan yang mengganggu tanaman. Untuk memahami kelimpahan hama yang menghuni ekosistem tersebut perlu dilakukan pengamatan. Pemantauan yaitu suatu pengamatan berkala terhadap suatu obyek pada daerah tertentu untuk pengambilan keputusan. Dalam pengamatan ini terdapat tiga metode pengambilan sampel yaitu metode mutlak, metode nisbi dan metode indeks populasi.
Tujuan Praktikum
Praktikum ini bertujuan untuk mengenali keberadaan hama dan mengidentifikasi penyebab kerusakan tanaman/hasilnya secara langsung berdasarkan karakter organismenya, maupun secara tidak langsung berdasarkan kerusakan yang ditimbulkannya. Selain itu, mahasiswa di harapkan mampu menduga kepadatan populasi OPT dan menghitung tingkat serangan dari OPT tersebut serta menganalisis berbagai teknologi pengendalian yang cocok untuk komoditas yang di amati.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Setiap komoditas memiliki hama dan serangga penyerang yang berbeda serta menyerang pada bagian tanaman yang berbeda pula. Di bawah ini hama yang menyerang pada komoditas jeruk.
Aphid sp
Gejala serangan aphid hampir mirip dengan serangan tungau, akibat cairan daun yang dihisapnya, menyebabkan daun menjadi melengkung ke atas, keriting (kadang memelintir ke samping), dan belang-belang. Daun seringkali menjadi layu, menguning, dan akhirnya rontok. Berbeda dengan tungau, kutu aphid memiliki kemampuan berkembang biak sangat cepat, karena selain dapat memperbanyak diri dengan perkawinan biasa, hama ini juga mampu bertelur tanpa pembuahan.
Secara umum, serangan aphid menimbulkan sejumlah dampak berikut pada tanaman:
daun melengkung ke atas, keriput, atau memelintir
daun berbintik-bintik
daun menguning, layu, dan rontok
pertumbuhan terhambat, tanaman menjadi kerdil
tunas dan percabangan tidak berkembang
tanaman gagal berbunga, sehingga produktivitas/hasil panen sangat rendah
Pengendalian :
Pengendalian secara bercocok tanam/kultur teknis, meliputi cara-cara yang mengarah pada budidaya tanaman sehat yaitu : terpenuhinya persyaratan tumbuh (suhu, curah hujan, angin, ketinggian tempat, tanah), pengaturan jarak tanam, pemupukuan, dan pengamatan pada kanopi tunas seluas 0,25 m2. Hitung serangga dewasa yang ada setiap 2 minggu.
Pengendalian mekanis dan fisik, dilakukan dengan membersihkan kebun/ sanitasi terhadap gulma atau dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk, serta membunuh langsung serangga yang di-temukan.
Pengendalian biologi, dengan memanfaatkan musuh alami predator dari famili Syrphidae, Menochillus sp., Scymnus sp. (Coccinelidae), Crysophidae, Lycosidae dan parasitoid Aphytis sp.
Pengendalian kimiawi, dengan menggunakan insektisida selektif dan efektif sesuai rekomendasi, dilakukan secara spot spray pada tunas bila tunas terserang 25 %.
Hama Thrips (Scirtothrips citri)
Bagian yang diserang adalah tangkai dan daun muda. Gejala: helai daun menebal, tepi daun menggulung ke atas, daun di ujung tunas menjadi hitam, kering dan gugur, bekas luka berwarna coklat keabu-abuan kadang-kadang disertai nekrotis. Serangan hama thrips menyebabkan daun menebal, kedua sisi tepi daun agak menggulung ke atas dan pertumbuhannya tidak normal. Daun pada ujung tunas menjadi hitam, kering kemudian gugur. Serangan pada buah terjadi ketika buah masih sangat muda (sebesar biji kacang hijau) dengan meninggalkan bekas luka di sekeliling tangkai berwarna coklat keabu-abuan yang kadang-kadang disertai garis nekrotis di sekeliling luka. Pengendalian: menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat dan sinar matahari masuk ke bagian tajuk, hindari memakai mulsa jerami. Upaya pengendalian dilakukan dengan menjaga agar tajuk tanaman tidak terlalu rapat, hindari memakai mulsa jerami. Penyemprotan insektisida seperti dalam pengendalian kutu daun dilakukan pada saat tanaman sedang bertunas, berbunga dan pembentukan buah pada musim kemarau.
Cara pengendalian
Secara biologis: Pemanfaatan musuh alami Coccinellide
Secara kimia: Insektisida kimia dianjurkan kepada penggunaan insektisida selektif seperti Imidakloprid, gunakan insektisida berbahan aktif Difocol (Kelthane) atau Z-Propargite (Omite) pada masa bertunas.
Kutu daun hitam (Toxoptera aurantii)
Bagian yang diserang adalah tunas muda dan bunga. Gejala: daun menggulung dan membekas sampai daun dewasa. Cara pengendalian:
Secara preventif: Monitoring pada tunas-tunas muda
Secara biologis: Predator-predator dari famili Syrphidae, Coccinellidae, Chrysopidae.
Secara kimia: Insektisida berbahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC), Dimethoate (Perfecthion, Rogor 40 EC, Cygon), Diazinon (Basudin 60 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Malathion (Gisonthion 50 EC).
Secara kultur teknis dengan menggunakan mulsa jerami di bedengan pembibitan jeruk.Secara biologis dengan menggunakan predator dari famili Syrphidae, Cocinelidae dan Crysophidae. Dengan insektisida monokrotophos, profenofos, methidathion,malathion,phosphamidon dll secara spot spray pada tunas-tunas yang terserang. Pengendalian dilakukan segera setelah koloni kutu terlihat.
Tungau Karat (Phyllocoptura oleivera Ashmed)
Cara pengendalian:
Secara preventif: Monitoring pada permukaan daun bagian tas dan bawah serta pada permukaan kulit buah.
Secara Biologis: Predator Amblyseius citri, agensia hayati seperti entomopatogen Hirsutella sp
Secara Kimiawi: Fungisida berbahan aktif sulfur seperti Maneb, Mankozeb, Zineb ataupun bubur California dapat mengendalikan populasi hama tungau.
Kutu Dompolan (Pseudococcus citri Risso)
Bagian yang diserang adalah tangkai buah. Gejala: berkas berwarna kuning, mengering dan buah gugur.
Cara pengendalian:
Secara preventif
Sanitasi lingkungan tanaman jeruk dari gulma atau tanaman inang kutu lainnya
Penyiraman dengan air sabun pada seluruh bagian pohon yang ada di permukaan tanah mulai dari pucuk tanaman
Konservasi musuh alami hama
Menghilangkan semut geramang sebagai penyebar kutu ini
Secara Biologis: Musuh alami hama ini antara lain predator Crytolaemus montrouzieri, Coccinella repanda, dan jamur Entomophthora fresenii.
Secara kimia: Penyemprotan dengan insektisida. Gunakan insektisda Methomyl (Lannate 25 WP), Triazophos (Fostathion 40 EC), Carbaryl (Sevin 85 S), Methidathion (Supracide 40 EC).
Hama Bisul Buah (Prays endocarpa Meyr.)
Cara pengendalian
Secara preventif:
Pembungkusan (pemberongsongan) buah yang masih muda dengan kertas, daun pisang kering, atau bahan lainnya.
Sanitasi pohon untuk mengumpulkan kepompong, kemudian memusnahkannya.
Pengasapan pohon pada malam hari untuk mengusir ngengat yang akan meletakkan telurnya.
Secara biologis: Musuh alami hama ini antara lain parasitoid Bracon sp, Copidosa sp, dan Brachymeria sp.
Secara kimia: Penyemprotan dengan insektisida.
Hama Getah Buah (Citripestis sagitiferella Mr.)
Cara pengendalian
Secara preventif:
Pendangiran tanah di bawah pohon untuk mematikan kepompong hama, Pembungkusan buah dengan kertas atau bahan lainnya yang dilakukan sejak buah berumur 2 bulan, Pengumpulan buah-buah yang gugur, kemudian dibenamkan ke dalam tanah sedalam 30 cm, Konservasi musuh alaminya.
Secara biologis: Musuh alami hama ini berupa parasitoid telur Trichogramma nana.
Secara kima: Bila populasinya tinggi maka dapat disemprot dengan insektisida yang aplikasinya dilakukan bersamaan dengan penetasan telur.
Lalat Buah
Bagian yang diserang adalah buah yang hampir masak. Gejala: lubang kecil di bagian tengah, buah gugur, belatung kecil di bagian dalam buah. Pengendalian: gunakan insektisida Fenthion (Lebaycid 550 EC), Dimethoathe (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC) dicampur dengan Feromon Methyl-Eugenol atau protein Hydrolisate.
Cara pengendalian
Secara preventif:
Sanitasi kebun dengan mengumpulkan buah yang gugur, pendangiran tanah di bawah pohon, dan pembersihan gulma, Pembungkusan buah dengan kertas, daun, atau bahan lainnya, Pengasapan kebun dengan jerami atau sekam padi, Penggunaan senyawa penarik (antraktan) seperti metil eugenol.
Secara biologis: Musuh alami hama ini antara lain parasitoid Opius spp, Spalangia philippinensis, Sintomosphyrum spp, dan Dirhinus cluzonensis.
Secara kima: Penyemprotan Insektisida
Kutu loncat (Diaphorina citri.)
Bagian yang diserang adalah tangkai, kuncup daun, tunas, daun muda. Gejala: tunas keriting, tanaman mati.
Pengendalian: menggunakan insektisida bahan aktif dimethoate (Roxion 40 EC, Rogor 40 EC), Monocrotophos (Azodrin 60 WSC) dan endosulfan (Thiodan 3G, 35 EC dan Dekasulfan 350 EC). Penyemprotan dilakukan menjelang dan saat bertunas, Selain itu buang bagian yang terserang.
Ulat peliang daun (Phyllocnistis citrella.)
Bagian yang diserang adalah daun muda. Gejala: alur melingkar transparan atau keperakan, tunas/daun muda mengkerut, menggulung, rontok. Pengendalian: semprotkan insektisida dengan bahan aktif Methidathion (Supracide 40 EC, Basudin 60 EC), Malathion (Gisonthion 50 EC, 50 WP)< Diazinon (Basazinon 45/30 EC). Kemudian daun dipetik dan dibenamkan dalam tanah.
Tungau (Tenuipalsus sp. , Eriophyes sheldoni Tetranychus sp)
Bagian yang diserang adalah tangkai, daun dan buah. Gejala: bercak keperak- perakan atau coklat pada buah dan bercak kuning atau coklat pada daun. Pengendalian: semprotkan insektisida Propargite (Omite), Cyhexation (Plictran), Dicofol (Kelthane), Oxythioquimox (Morestan 25 WP, Dicarbam 50 WP).
Penggerek buah (Citripestis sagittiferella.)
Bagian yang diserang adalah buah. Gejala: lubang yang mengeluarkan getah. Pengendalian: memetik buah yang terinfeksi kemudian menggunakan insektisida Methomyl (Lannate 25 WP, Nudrin 24 WSC), Methidathion (Supracide 40 EC) yang disemprotkan pada buah berumur 2-5 minggu.
Kutu penghisap daun (Helopeltis antonii.)
Bagian yang diserang Helopeltis antonii. Gejala: bercak coklat kehitaman dengan pusat berwarna lebih terang pada tunas dan buah muda, bercak disertai keluarnya cairan buah yang menjadi nekrosis. Pengendalian: semprotkan insektisida Fenitrotionmothion (Sumicidine 50 EC), Fenithion (Lebaycid), Metamidofos (Tamaron), Methomil (Lannate 25 WP).
Ulat penggerek bunga dan puru buah (Prays sp.)
Bagian yang diserang adalah kuncup bunga jeruk manis atau jeruk bes. Gejala: bekas lubang-lubang bergaris tengah 0,3-0,5 cm, bunga mudah rontok, buah muda gugur sebelum tua. Pengendalian: gunakan insektisida dengan bahan aktif Methomyl (Lannate 25 WP) dan Methidathion (Supracide 40 EC). Kemudian buang bagian yang diserang.
Kumbang belalai (Maeuterpes dentipes.)
Bagian yang diserang adalah daun tua pada ranting atau dahan bagian bawah. Gejala: daun gugur, ranting muda kadang-kadang mati. Pengendalian: perbaiki sanitasi kebun, kurangi kelembaban perakaran. Kemudian gunakan insektisida Carbaryl (Sevin 85 S) dan Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G).
Kutu sisik (Lepidosaphes beckii Unaspis citri.)
Bagian yang diserang daun, buah dan tangkai. Gejala: daun berwarna kuning, bercak khlorotis dan gugur daun. Pada gejala serangan berat terlihat ranting dan cabang kering dan kulit retak buah gugur.
Pengendalian: gunakan pestisida Diazinon (Basudin 60 EC, 10 G, Basazinon 45/30 EC), Phosphamidon (Dimecron 50 SCW), Dichlorophos (Nogos 50 EC), Methidhation (Supracide 40 EC).
BAB III
METODE PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Praktikum dilakukan dengan arahan dosen dan beberapa asisten dosen pada hari Rabu, tanggal 15 Mei 2013 pukul 13.30 WIB. Praktikum dilakukan di lahan penelitian Ciparanje tepatnya di kebun jeruk.
Tujuan Praktikum
Praktikum kali ini bertujuan untuk mengenali, memahami serta mengamati jenis-jenis serangga yang terdapat pada tanaman jeruk. Selain itu dalam praktikum ini kita dituntut untuk memahami gejala-gejala serangan hama yang terdapat pada tanaman jeruk.
Alat dan Bahan
Berikut beberapa alat dan bahan yang digunakan untuk pembuatan alat perangkap , yaitu sebagai berikut:
Gelas plastik bekas air mineral (3 buah).
Yellow sticky trap 1 buah
Jaring Serangga
Gunting
Tali raffia
Aspirator
Prosedur Praktikum
Praktikum ini dilakukan dengan arahan dosen dan dibantu beberapa asisten dosen. Praktikum ini berlangsung selama 2 hari, dimana hari pertama kita menyiapkan dan menyimpan alat perangkap dan kemudiandi biarkan selama 2 hari selanjutnya kita lakukan pengamatan beserta penghitungan jumlah serangga. Kami meletakkan perangkap tepat tanggal 15 mai 2013 jam 13.45 dan kami mengambil perangkap atau mengamati hasilnya tepat pada hari jumat tanggal 17 mai jam 11.45.
.Praktikum dilakukan dengan dua metode yaitu metode nisbi dan metode pengambilan sampel mutlak.lebih jelasnya dipaparkan berikut ini
Pengambilan Sampel Nisbi :
Cara pelaksanaan
Tentukan luas lahan yang akan diamati dan tentukan jumlah tanaman yang akan dijadikan sampel
Setiap kelompok memasang 1 buah yellow sticky trap dan 2 buah pitt fall trap (cup plastic yang dibenamkan di tanah dengan permukaan sejajar dengan permukaan tanah) pada lahan yang diamati. Menangkap dengan menggunakan jarring serangga.
Memasang perangkap glimol sebagai atraktan.
Perangkap dipasang selama 3 hari kemudian diambil dan diidentifikasi jenis serangga yang tertangkap dan dihitung jumlahnya.
Metode Pengambilan Sampel Mutlak
Cara pelaksanaan
Pada lahan yang akan diamati, tentukan jumlah tanaman yang akan dijadikan sampel (misal 10% dari populasi tanaman)
Pada jenis tanaman yang dipilih (dijadikan unit contoh/unit sampel), tandai dengan tali raffia amati, hitung dan koleksi semua organisme yang ditemukan pada setiap bagian strata tanaman (bagian atas/pucuk, tengah, dan bagian bawah tanaman)
Amati setiap organisme dan catat beserta peranannya dalam agroekosistem
Tentukan dan identifikasi serangga apa saja yang ditemukan
Tentukan hama yang dominan/utama, lalu amati/hitung berdasarkan kerusakan mutlak atau kerusakan tidak mutlak
Langkah-Langkah Praktikum
Langkah pertama kita perlu menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Dalam penelitian kali ini kta menggunakan 3 jenis perangkap yaitu Yellow trap, Pitfall trap, dan glumol trap
Dalam praktikum kali ini sebelum kita meletakan dan merancang perangkap yang kami butuhkan, kami melakukan pengamatan hama yang terdapat pada tanaman jeruk di sana secara acak . Nama lain dari bagian pengamatan ini adalah pengamatanindek nisbi.
Pengamatan selanjutnya dilakukan menggunakan metode nisbi yaitu dengan menggunakan perangkap jebakan. Perangkap jebakan yang kami gumnakan adalah yellow trap, glumol trap dan Pitfall trap.
Yellow trap adalah alat perangkap yang berupa lembaran berwarna kuning dan dilapisi lem. Yellow trap yang ada kami gantungkan diantara pohon jeruk dengan menggunakan bantuan kayu dan tali rapiah
Pitfall trap adalah alat perangkap dengan alat gelas plastik transparan atau terang. Gelas plastik terang ini kami isi dengan air dan kami letakan di dalam lubang dengan ketinggian bibir gelas dan permukaan gelas sama
Glumol trap adalah perangkap dengan alat gelas plastic terang yang dilapisi dengan glumol. Gelas plastik yang telah dilapisi glumol kami gantung di antara pepohonan jeruk.
Setelah kami meletakkan perangkap sesuai dengan tempat yang telah kami tentukan, kemudian kami membiarkannya selama kurang lebih dua hari.
BAB IV
HASIL PRAKTIKUM
Hasil Praktikum
Hasil dari pengamatan hama tanaman jeruk ini, kami bagi menjadi dua bagian yaitu:
Metode Pengambilan Sampel Mutlak
Pada pengamatan ini kami lakukan tanpa menggunakan alat perangkap yakni pengamatan secara langsung dengan menggunakan metode acak. Metode mutlak yaitu pengamatan individu per luasan. Dalam pengamatan ini kami memperoleh 4 jenis hama seperti aphid, ulat penggerek daun, ulat daun, dan ulat buah dalam jumlah yang cukup banyak. Hama pada tanaman jeruk yang kami amati telah mencapai kondisi ambang batas dan perlu segera penangan. Kondisi daun perbatang yang sudah tidak sempurna, belum lagi banyak daun yang berlubang atau sobek bekas gigitan ulat daun dan kondisi buah yang sebagian rontok sebelum masak. Ada beberapa buah yang kondisinya mengeras serta berlubang ditambah lagi buah yang menguning tapi belum masak.
Gambar
Keterangan
Bagian belakang daun yang terdapat kulit ulat daun akibat dari ulat yang mengalami instar
Buah yang terserang oleh ulat buah
Daun yang terserang oleh ulat penggerek daun
Daun yang diserang oleh apids
Metode Mutlak yaitu data yang didapat merupakan angka pendugaan kepadatan populasi dalam bentuk jumlah individu per satuan unit permukaan tanah atau habitat serangga yang kita amati.
Cara Perhitungan intensitas serangan/kerusakan oleh hama
Intensitas serangan bertingkat (kerusakan tidak mutlak)
Intensitas serangan = Σn × z × 100%
N × Z
= (3 × 3) + ( 2 × 4) × 100%
5 × 4
= 9 + 8 × 100%= 85%
20
Persentase tanaman terserang (untuk kerusakan mutlak)
% tanaman terserang = Jumlah tanaman rusak mutlak × 100%
Jumlah tanaman sampel
= 3 × 100%
5
= 60%
Keterangan :
n : jumlah sampel yang mempunyai nilai skor sama
z : nilai skor
N : jumlah total sampel yang diamati
Z : nilai skor tertinggi
Metode Pengambilan Sampel Nisbi
Pengamatan kedua atau pengamatan dengan menggunakan metode nisbi dilakukan dengan menggunakan tiga jenis alat perangkap. Dari hasil pemasangan ketiga alat prangkap dan setelah kami biarkan selama dua hari kami menemukan beberapa jenis hama. Pada perangkap yellow trap kami temukan 8 ekor lalat buah, pada pitfall trep kami menemukan sekitar 3 ekor jangkrik dan 5 ekor semut. Sementara pada glumol trap kami menemukan adanya lalat buah sebanyak 30 ekor. Dari serangkaian pengematan diatas diketahui bahwa tanaman jeruk pada kebun ciparanje tersebut sudah saatnya dikendalikan karena telah mengalami ambang batas.
Berikut merupakan data serangga hama yang didapatkan dari perangkap yang telah diletakkan pada lahan jeruk.
No
Nama Perangkap
Nama serangga
Jumlah
Gambar
1
Yellow Trap
Lalat buah
8 ekor
2
Pitfall trap
Jangkrik
3 ekor
Semut
5 ekor
3
Glumol
Lalat buah
30 ekor
Tabel 1. Data serangga hama tangkapan di lahan tembakau dengan menggunakan alat perangkap.
Berdasarkan keterangan dari tabel di atas maka dapat di simpulkan bahwa lalat buah merupakan hama utama dari tanaman jeruk di lahan Ciparanje.
BAB V
PENUTUP
Komoditas jeruk dapat terserang hama yang sangat merugikan bagi pertumbuhan tanaman jeruk. Hama tersebut dapat terlihat langsung karena menempel pada tanaman jeruk, antara lain aphid dan ulat daun. Aphid adalah serangga kecil yang berbentuk seperti buah pear dengan warna hijau dan biasanya terletak di bagian belakang daun. Aphid menyerap cairan yang terdapat didalam daun dan mengakibatkan daun kriting. Ulat daun menimbulkan menemukan gejala adanya daun yang robek dan berlubang serta ditemukannya bekas ulat yang masih menempel di bagian belakang daun jeruk.
Sementara dengan menggunakan alat perangkap serangga, kami menemukan berbagai serangga yang diduga sebagai hama pengganggu pertumbuhan tanaman, antar lain jangkrik, semut dan lalat buah. Berdasarkan gejala-gejala yang terjadi, komoditas jeruk di kebun Percobaan Ciparanje sudah saatnya dikendalikan karena telah mengalami ambang batas.
DAFTAR PUSTAKA
Anonym . 2011.Hama pada Tanaman Jeruk. Tersedia di : agromaret.com/artikel diakses pada tanggal 20 Mei 2013.
Anonym . 2013. Lalat Buah Jeruk. Tersedia di : http://kliniktaniorganik.com/?p=13939 . diakses pada tanggal 22 Mei 2013
Anonym .2013. Makala DBT Hama dan Penyaki –Jeruk. Tersedia di : blog.ub.ac.id/abiyasa diakses pada tanggal 20 Mei 2013.
Maspary. 2012. Tips Mengendalikan Hama Tanaman Jeruk. Tersedia di : http://www.gerbangpertanian.com diakses pada tanggal 20 Mei 2013.
Syafril . Tersedia di : http://sumbar.litbang.deptan.go.id/ind/images/pdf/hptjeruk. diakses pada tanggal 22 Mei 2013.
Zuhronie. 2008. Pengamatan Penyakit dan Hama Penting Pada Tanaman Jeruk di Kecamatan Sumedang Utara Kabupaten Sumedang, Jawa Barat. Tersedia di http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/37359 . diakses pada tanggal 20 Mei 2013.
[Type the company name]