BAB VI HAMA HUTAN KHUSUS DI INDONESIA
Dalam bab ini akan dibahas tentang Hama Hutan Khusus di Indonesia, yang meliputi 2 sub bab yaitu Penggolongan Hama Hutan Berdasarkan Bagian Pohon yang Diserang dan Penggolongan Hama Hutan Berdasarkan Jenis Pohon yang Diserang. Tujuan Instruksional Khusus (TIK) adalah : setelah mengikuti kuliah ini mahasiswa akan dapat menyebutkan jenis-jenis hama hutan yang penting di Indonesia berdasarkan penggolongannya dan dapat menjelaskan biologi, dampak serangan dan upaya pengendaliannya. pengendaliannya. Di Indonesia terdapat banyak sekali hama hutan, tetapi tidak semuanya akan dibicarakan di dalam buku ini. Hama yang akan dibahas hanyalah hama hutan yang mempunyai arti ekonomis, artinya kerugian yang ditimbulkan dapat rnencapai nilai ekonomis yang berarti. Hama hutan yang akan dibahas dibatasi pula pada hama yang merusak hutan dan jenis kayu industri (HTI), yaitu hutan Jati, Pinus, Sengon dan Mahoni. Untuk tanaman hutan Iainnya yang kurang penting akan disinggung sepintas lalu saja. Ahli-ahli hama hutan membagi hama hutan dengan dasar pembagian yang berbeda-beda. berbeda-beda. Dasar pembagian yang sering digunakan adalah: (1) Berdasarkan Berdasark an bagian pohon yang dirusak. dirusak . (2) Berdasarkan jenis tanaman tanaman yang yang diserang. diserang.
Penggolongan Hama Hutan Berdasarkan Bagian Pohon yang Dirusak /Di serang (1)
Serangga perusak daun (Depoliating insects) Akibat dari serangan serangga sebagian atau seluruh bagian dan daun rusak karena dimakan. Serangga perusak daun biasanya termasuk di dalam ordo-ordo Lepidoptera (larva), Hymenoptera (dewasa) dan Diptera (hanya stadium larva yang merusak daun, sedangkan dan ordo Coleoptera (dewasa) dan Orthoptera (nimfa dan dewasa) dapat merusak daun.
(2)
Serangga pengebor kulit pohon (inner bark boring insects) Bagian yang dirusak adalah kulit pohon bagian dalam sampai ke kambium. Lubang gerekan serangga dapat merusak atau menutup jalan pengiriman bahan makanan dari daun ke akar. Apabila kerusakan yang ditimbulkan sampai melingkari pohon, maka pohon seperti diteres yang mengakibatkan terhalangnva pengiriman makanan dari daun ke akar. Apabila akar pohon sampai mati, maka
Universitas Gadjah Mada
pohonnyapun menjadi mati. Serangga pengebor kulit pohon biasanya termasuk dalam ordo Coleoptera (larva). (3)
Serangga pengebor batang pohon dan kayu (Wood boring insects) Kerusakan yang berbentuk lubang-lubang yang mempunyai bermacam-macam ukuran dan bentuk. Lubang-lubang dapat dijumpai baik pada batang dan cabang pohon yang masih hidup ataupun pada balok-balok ataupun pada kayu-kayu kering. Tiap-tiap serangga pengebor kayu mempunyai spesifikasi sendiri, ada yang tinggal di dalam kayu sebagai tempat tinggalnya saja, tetapi kebanyakan hidup dengan makan batang/ kayu. Beberapa serangga hanya merusak pohon yang sehat, ada yang merusak pohon yang sedang merana atau hanya merusak pohon yang sudah mati. Sebagian besar dan pengebor batang/ kayu termasuk ke dalam ordo Coleoptera (larva), beberapa Lepidoptera (larva) dan isoptera (nimfa dan dewasa).
(4)
Serangga penghisap cairan pohon (Sap sucking insects) Kerusakan
yang
(discoloration),
ditimbulkan
bentuk
yang
berbentuk membesar
noda-noda,
perubahan
(mulformation)
atau
warna
terhentinya
pertumbuhan dan bagian-bagian tertentu misalnya daun-daun atau cabangcabang, serangga penghisap cairan pohon hampir semuanya dari ordo-ordo Homoptera (nimfa dan dewasa), Hemiptera (nimfa dan dewasa) dan mites. (5)
Serangga perusak pucuk dan cabang (Bud and twig insects) insects ) Kerusakan yang timbul pucuk dan cabang berlubang-lubang dan seperti diteres. Mengingat pucuk adalah tempat pertumbuhan pohon, maka serangga perusak pucuk dan cabang sangat merugikan. m erugikan. Penderitaan paling paling berat apabila serangga s erangga mengebor di dalam pucuk pohon. Serangga yang merusak pucuk biasanya termasuk di dalam ordo Lepidoptera (larva), Coleoptera (dewasa/ larva), Hemiptera dan Homoptera (nimfa & dewasa), Diptera (larva).
(6)
Serangga perusak anakan (Seedling insects) Pada umumnya seluruh bagian dari anakan merupakan makanan yang digemari oleh bermacam-macam serangga karena bagian-bagiannya masih muda dan lunak. Pada umumnya serangga atau binatang perusak anakan merusak pada waktu malam hari, sehingga pada waktu siang hari anakan telah putus-putus batang, akar, atau daunnya sedang kalau dicari perusaknya sudah tidak ada. Serangga perusak anakan adalah ordo Isoptera (dewasa), Lepidoptera (larva), Orthoptera (nimfa & dewasa), Homoptera dan Hemiptera (nimfa & dewasa).
Universitas Gadjah Mada
(7)
Serangga perusak akar (Root insect) Pada umumnya bagian dari akar yang dirusak adalah ujung akar tanaman muda yang merupakan bagian yang sangat lunak. Anakan-anakan yang dirusak biasanya anakan yang masih berada di tempat persemaian. Di samping serangga perusak akar yang sering dijumpai adalah Nematoda. Serangga perusak akar biasanya masuk dalam ordo Coleoptera (larva), Isoptera (dewasa).
Penggolongan Hama Berdasarkan Jenis Pohon yang Diserang Penggolongan ini yang akan dipakai untuk membahas hama hutan yang terpenting di Indonesia, di antaranya adalah hama Jati, hama Pinus, hama Sengon laut, hama Mahoni dan lainnya.
Hama-hama Pinus Merkusii (1) Millionia Basalis WLK Nama daerah : Famili
: Geometridae
Ordo
: Lepidoptera Penggundulan dan kerusakan hebat terjadi pada hutan Pinus di Sumatera Utara.
Misalnya pada tahun 1924 di dataran tinggi Karo, 1932 di Seribu Dolok, 1935 di Aek Na Uli yang menghebat sampai 75 % hutan menjadi gundul. M basalis merusak daun pada pohon Pinus muda dan Pinus tua dan serangan berjalan sepanjang tahun. Panjang larva 3,5 - 4 cm dengan tebal 0,3 - 0,4 cm. Berwarna kehitam-hitaman dengan baris-baris warna putih kekuning-kuningan yang membujur, dengan bulu amat jarang. Di samping tiga pasang tungkai asli terdapat 2 tangkai palsu pada ruas-ruas ujung abdomen. Sewaktu mau berkepompong ulat turun ke tanah dengan pertolongan benang kelenjar liur. Pupa berada di tanah, berwarna merah merang sampai coklat tua. Panjang pupa 17 - 18 mm dengan tebal 5 mm. Kupu berwarna biru tua sampai hitam dengan kilauan biru baja. Sayap bergaris orange sampai kuning, dipinggir sayap kadang-kadang terdapat bintik-bintik hitam. Lebar sayap membentang 4 cm. Kupu terbang siang hari, banyak terdapat pada bulan Juli sampai dengan September. Siklus hidup diperkirakan 3 bulan, sementara lama tiap-tiap stadium belum diketahui.
Universitas Gadjah Mada
Fluyt pernah menganjurkan pemberantasan serangan pada tanaman mu a dengan larutan 1 % arsenat. Le baga Penelitian Hutan telah berhasil m ngadakan pemberantasan dengan para it telurnya yang termasuk dalam famili Trichog amatidae.
(2) Dyorictria sp. Narna daerah : Penggerek k lit/ batang/ cabang Famili
: Pyralidae
Ordo
: Lepidoptera Hama ini merusak Pinu di Aek Na Uli pada tahun 1941 pada tegakan umur 3 - 5
tahun, kemudian tampak me ghebat pada tahun 1944. Pada tahun 1956
enyerang
Pinus umur 4 tahun di Simpanganbolon II yang dalam waktu pendek telah meliputi daerah seluas 350 ha. Pada tahun yang sama menjalar ke Simpangbolon II pada Pinus umur I - 4 tahun seluas 430 ha, pada tahun 1957 meluas lagi sampai 102 ha. Pada tahun 1957 Juga menyerang Pinus umur 4 tahun seluas 50 ha. Ternyata pohon yang disukai dan paling menderita adalah yang berumur 2 - 8 tahun. Bagian yang paling yang disukai adalah pangkal cabang, walaupun bagian lainnyapun diserang juga. Lubang tempat penggerek masuk masih terlihat getah Pinus yang membeku, mula-mula putih kemudian coklat, pada getah Pinus sering tercampur dengan serbuk gesekan dan kotoran hamanya. Telur diletakkan satu per satu pada kulit pohon bagian luar, setelah menetas larva menggerek kulit dan masuk ke bagian dalam dari kulit. Hidup dengan makan bagian dalam kulit dan kambium pohon. Apabila telah sampai di tengah-tengah batang penggerek membelok ke bawah sampai dapat mencapai 15 - 20 cm dengan diameter lubang penggerek ± 0,3 cm. Penggerek itu dapat pula masuk ke dalam batang pohon, juga pada cabang dan pucuk. Tegakan yang terserang berat tampak seperti habis terbakar, daunnya menjadi kuning dan akhirnya coklat. Di bawah pohon dapat dijumpai pucuk-pucuk cabang yang jatuh, tampak pula pucuk-pucuk yang patah dan menggantung. Menurut ‘British Museum of Natural History” di London dari contoh yang dikirim, walaupun belum pasti, hama ini mirip yang terdapat di pulau Chusan de Shanghai yang bernama Dyorictria rubella Hamps. Larva berwarna putih kotor yang kemudian berubah menjadi hijau ke coklat-coklatan, kepala dan pronotumnya hitam. Panjang larva 2 cm dengan tebal 0,3 cm. Tiap-tiap ruas terdapat 4 bintik-bintik hitam di bagian atas dan 2 bintik-bintik hitam di samping. Pupa berwarna coklat mengkilat dengan panjang 1,3 cm dan tebal 0,25 cm. Kupu berwarna coklat kotor dengan panjang tubuh 1,3 cm dan panjang sayap 2,9 cm. Stadium telur belum banyak diketahui karena sulit ditemukan. Siklus hidup ± 76 hari, dengan rincian stadium telur 8 hari, larva 45 hari, pupa 15 hari dan dewasa 8 hari. Cara pencegahan dan pemberantasan yang baik belum ditemukan, sebagai tindakan sementara dianjurkan mengadakan penanaman campuran dengan jenis pohon yang berdaun lebar. Kalshoven pernah menganjurkan untuk mengganti tanaman Pinus Aceh dengan Pinus Tapanuli, di samping itu dianjurkan untuk mencari parasit dan predatornya.
Universitas Gadjah Mada
(3) Hama Pinus lainnya Masih banyak serangg yang merusak, baik hutan tanaman Pinus ma pun hutan Pinus alam, tetapi tidak terl lu merugikan dan belum banyak diselidiki pula. Hama perusak daun Pinus yang
ering tampak adalah dari famili Tenthredin idae, ordo
Hymenoptera yang dikenal dengan nama Kerawai-daun. Ulat kantong yan
merusak
daun Pinus adalah Eumeta v ariagatus (ulat kantong besar) dan Eumeta p endo (ulat kantong kecil) dari famili Psycidae, ordo Lepidoptera. Berdasarkan observasi telah diperoleh penggerek-penggerek dari f amili-famili Tortricidae, Eucosmidae dan Pyralidae, demikian juga dilaporkan adanya penggerek bunga/ buah di Takengon dan genus Evetria (sekarang dikenal sebagai R hyacionia). Di pulau Jawa beberapa kali dilaporkan kerusakan pohon Pinus karena serangan rayap tanah. Di KPH Banyu as Timur pohon Pinus dilaporkan diserang ole h ulat bulu ordo Lepidoptera.
Hama Sengon laut (Paraser ianthes falcataria) (1) Xystrocerajestiva Pascoe Nama daerah: Uter-uter, Boktor Wowolan, Kumbang Serendang dan Engkes -engkes
Famili : Cerambycidae Ordo
: Coleoptera Hama ini menyerang beberapa species dari famili Leguminoceae yang lain, yaitu
: Albizzia sumatrana, A. stipulate, A. lebbock dan Pithecellobium lobatum, mempunyai daerah penyebaran di Burma, Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Telur diletakkan pada bekas-bekas cabang atau Iuka-luka secara berkelompok. Seekor kumbang dapat meletakkan telurnya sampai 400 butir, diletakkan saling berlekatan karena zat perekat yang dikeluarkan bersama-sama telurnya. Larva yang baru menetas mulai menggerek kulit bagian dalam dari kayu muda, secara bergerombol ke arah bawah. Bagian pohon yang digerek akan mengeluarkan cairan, sehingga terlihat berwarna hitam atau coklat. Bubuk-bubuk gerekan tertinggal dalam lubang gerek dan sebagian keluar dari lubang-lubang kulit atau kulit-kulit yang pecah. Larva yang akan masuk stadium pupa mengebor ke dalam batang pohon arah tegak lurus dan pada tengah-tengah batang dan membelok ke arah atas. Panjang lubang gerek dapat mencapai 20 cm. Larva akan berkepompong di ujung lubang gerek dengan kepala di bawah. Pupa dilindungi dengan CaCo 2 yang merupakan dinding. Kumbang yang muncul akan keluar melalui lubang gerek dengan menggigit kulit pohon yang menghalanginya. Apabila banyak larva yang mengebor ke dalam lubang pohon maka bila ada angin sedikit saja pohon Sengon akan patah. Kalau kerusakan pohon tidak terlalu berat, maka pohon akan menyembuhkan diri dengan membuat kalus. Pohon yang diserang oleh X pestiva umur 2 - 3 tahun ke atas. Telur berbentuk jorong dengan ukuran 2 x 1 mm, berwarna hijau kekuningkuningan sampai kuning, berlekatan dengan zat perekat yang tidak berwarna. Lama stadium telur 15 sampai 20 han. Larva berwarna kekuning-kuningan, tidak bertungkai jelas. Sewaktu barn menetas dan telur berukuran 2 x 1 mm, sewaktu akan menjadi pupa berukuran 50 x 9 mm. Lama stadium larva 5 - 6 bulan. Pupa berwarna putih kekuning-kuningan dengan ukuran 30 x 10 mm. Lama stadium pupa 15 sampai 21 hari. Kumbang sering tidak segera keluar dan lubang gerek, tetapi beberapa saat tinggal di dalamnya. Warna kumbang kuning kemerah-merahan dengan pita hijau ke biru-biruan pada pinggir luar elytra dan sisi prothorax. Tibia berwarna coklat tua. Panjang antenna kumbang jantan 2 x panjang badan, sedang yang betina 1 x panjang badan. Ukuran panjang badan 30 - 38 mm dengan lebar 7 - 9 mm. Umur kumbang
Universitas Gadjah Mada
untuk yang jantan 2 - 13 hari, sedang yang betina 2 - 7 hari. Siklus hidup s rangga ini berkisar antara 6 - 8 bulan. Pengendalian yang disaranka n adalah: (a) Sarang-sarang infeksi di ekat pertanaman dihilangkan. (b) Pada penjarangan perta ma di mana tegakan telah berumur 3 tahun hendaknya diperhatikan adanya poh on-pohon yang sudah diserang. Sebaiknya ditebang dan dimusnahkan agar tidak
enjalar.
(c) Tiap-tiap tahun (setelah umur 3 tahun) diadakan pemeriksaan, p hon yang diserang ditebang dan b gian yang diserang dimusnahkan. (d) Tanaman dalam suatu petak yang sudah diserang berat ditebang habis dan diganti dengan tanaman aru. Dr.
Jong
pada
ta un
1921
pernah
melakukan
percobaa
dengan
Paradichlorobenzol. Lembaga Penelitian Hutan pernah mencoba deng n Arkotin, Dieldrin, Aidrin dan Endrin. Telah diketahui untuk parasit telurya, yaitu dari famili Encyrtidae dan parasit larv nya dari famili Braconidae, tetapi semua b elum jelas hasilnya. Juga pernah dicob mengendalikan hama ini (pada stadium larv a) dengan jamur patogenik Beauveria b ssiana.
(2) Eurema spp. Nama daerah : Kupu kuning Farnih
: Pieridae
Ordo
: Lepidoptera Species-species dari kupu kuning yang merusak daun Sengon laut ialah Eurema
hacabe L. dan Eurema blanda Bsd. Diberitakan menyerang tanaman Sengon yang digunakan sebagai penaung di perkebunan-perkebunan Teh, Kopi dan Kakao di Jawa Barat sejak tahun 1895. Serangan pada pohon Sengon yang sudah besar jarang terlihat, biasanya sering terlihat pada persemaian Sengon dan tanaman muda yang daunnya digunduli oleh Eurema sp. akan cukup merugikan. Daerah penyebaran untuk F. hacabe sangat luas mulai dari Afrika, Tiongkok, Jepang, Korea, Asia Tenggara, Philipina dan Australia, sampai ke pulau-pulau di Samudera Pasifik. Penyebaran E. blanda adalah Taiwan, Tiongkok Selatan, Asia Selatan (India, Ceylon dan Burma), Asia Tenggara dan Philipina. Selain menyerang jenis-jenis Albizia, (A. chinensis, A. lebbeck, A. odoratisslina dan A. procera), juga merusak pohon Dadap (Erythrina sp.), Johar (Cassia siamea), Turi (Seshania grandflora), Jengkol (Pithecelobium lobatum), dan Pete (Parkla speciosa), bahkan dapat pula menyerang Jati (Tectona grandis). Telur diletakkan oleh kupu satu per satu atau berkelompok pada daun. Larva yang menetas dan telur segera makan daun. Pada waktu larva akan masuk stadium pupa, maka turun untuk berkepompong pada pohon lain atau pada batang/ cabang Sengon. Kupu aktif pada siang hari, senang berada di tempat-tempat yang basah. Apabila terbang mengikuti angin, kupu dapat terbang melewati gunung-gunung atau menyeberang lautan. Telur berwarna putih berbentuk lonjong dengan ukuran 1 x 1½ mm, lama stadium telur 3 - 4 hari. Larva berwarna hijau dengan garis putih memanjang pada sisi badan, panjang yang akan masuk stadium pupa 2½ cm, lama stadium larva ± 17 hari. Pupa berwarna hijau kehitam-hitaman, panjang ± 1½ cm, lama stadium pupa 5 - 6 hari. Kupu bersayap kuning dengan garis hitam dipinggirnya. Lebar sayap terbuka 4 ½ cm, umur ± 10 hari. Siklus hidup serangga ini diperkirakan 36 hari. Pemberantasan hama ini belum pernah dikerjakan, biasanya populasinya ditekan oleh keadaan alam atau oleh parasit kepompongnya yaitu Brachymeria sp.
Universitas Gadjah Mada
(3) Hama Sengon laut laiimya Hama lain yang sering dijumpai rnenyerang Sengon adalah pemakan kulit kayu Squaniura acustriata dan f mili Squamuridae, ordo Lepidoptera. Di s mping itu dijumpai pula serangga bubuk ambrosia yang merusak ranting, batang dan akar yaitu Xyleborus inorigerus dan X. fornicatus dan famili Scolytidae, ordo Coleoptera. Di samping Sengon juga men erang Instia palembanica, Leucaena glauca, Ochroma lagopus dan Schleichera oleo sa.
Hama Mahoni (Switetenia
ahagoni dan Swietenia macrophyla)
(1 ) Hypsipyla robusta Moore Nama daerah : Penggerek p cuk Famili
: Pyralidae
Ordo
: Lepidoptera Daerah penyebaran s rangga hama adalah India, Ghana, Malawi, Mauritius,
New South Wales, Nigeria, Pakistan, Queensland, Sabah, Serawak, Si ra Leone, Pulau Solomorn, Indonesia dan Australia. Hama ini telah menyerang tanaman Mahoni hampir di seluruh Jawa. Di d erah yang mempunyai musim dingin seperti d i India dan Australia mempunyai cara hi up yang lain dengan di Jawa. Jenis-jenis poho n lain yang diserang adalah Cedrela m exicana, C. odorata, Chioroxylon swietenia, Chukrasia tabularis, Entandrophragma angollensis, E. utile, Khaya antotheca, K. nyasica, K. sinega/ensis, Lovoa trichilicid s, Toona australis, T. ciliata dan T serrata. Telur diletakkan di pu uk pohon, daun-daun muda dan ranting-ran ing muda. Seekor ngengat betina dapat meletakkan beberapa ratus teur. Ulat yang baru menetas terus menggerek dan mencari pucuk. Ulat menggerek pucuk pohon ke ar ah bawah, apabila tidak cukup satu pu uk dapat berpindah ke pucuk lain. Untuk daerah yang mempunyai musim dingin s perti India dan Australia serangga ini mempunyai cara
hidup yang berbeda. Di sam ping pucuk pohon ulat ini juga dapat menyer ang bunga dan buahnya. Lubang gerek larva pada pucuk pohon dapat mencapai panj ng 25 cm. Pupa dalam kokon umumny berada di dalam lubang gerek, walaupun da pat pula di tempat lain yang terlindung. Akibat matinya pucuk
ohon maka akan timbul tunas-tunas/ pucuk- ucuk baru
yang lebih dari satu, hingga pohon mempunyai percabangan yang banyak , sehingga kualitas produksi kayupun ak n sangat menurun. Telur keputih-putihan d ngan ukuran 0,9 x 0,75 mm, karena kecilnya sulit untuk menemukan telurnya di lapangan. Larva berwarna kelabu sampai kecokl t-coklatan dengan bintik-bintik hitam dan bulu-bulu yang jarang. Kepala berwarna cok lat sampai hitam. Pupa berwarna cokla muda sampai coklat tua dengan panjang 1 - 1½ cm. Ngengat berwama coklat, sa ap depan berwarna coklat dengan garis dan noda-noda hitam, panjang sayap yang direntangkan 26 - 42 mm. Sayap belakang berw rna pucat. Ngengat betina lebih besar daripada ngengat jantan. Siklus hidup sera gga ini di Indonesia diperkirakan 7 min gu. Cara pemberantasan yang memuaskan belum didapat. Usaha-u aha yang pernah dilakukan ialah denga n cara: (a) Membuat tanaman camp uran. (b) Pemangkasan pucuk yang diserang (c) Mengganti jenis tanaman dengan tanaman yang kebal terhadap se rangan H. robusta. (d) Memangkas tunas-tunas baru yang tumbuh dan menyisakan satu tuna yang baik dan tumbuh ke atas, begitu seterusnya sehingga batang pokok (tunggal) mencapai tinggi ± 8 m. Cara ini di arapkan dapat diperoleh batang pokok yang berkualitas baik.
Hama Jati Telah banyak hama Jatii dikenal dan dilaporkan, tetapi hanya beberap saja yang kadang-kadang dapat mengh ebat serangannya.
(1 ) Xyleborus destruens Bldf Nama daerah : Bubuk Jati Famili
: Scolytidac
Ordo
: Coleoptera Hama X. destruens mulai dilaporkan pada tahun 1918 dari Sumb er pucung
(Malang Utara) dan 1920 dan Sabah (Pekalongan), kemudian lapor n adanya serangan di tempat lain sali g menyusul. Pada tahun 1952 ternyata ha pir semua tanaman jati di Jawa disera g. Penyebaran di luar Indonesia adalah Fiji, Malaysia, Serawak dan Pulau Solomo . Kumbang Ambrosia ini banyak dilaporkan
enyerang
pohon yang sudah tumbang dan beberapa jenis pohon. Khusus di Jawa
erupakan
perusak Jati yang masih tum uh. Biasanya berkembang biak pada daerah y ng musim kemaraunya hanya pendek, c urah hujan tinggi atau pada tanaman Jati yang tumbuh di atas 500 mdpl. Di Jawa selai Jati juga dilaporkan menyerang Kemlandinga (Lucaena glauca), Kakao (Theobroina c acao) dan Kesambi (Schleichera oleosa). Kumbang menggerek b atang pohon arah melintang, setelah sampai di dalam lalu berbelok, kadang-kadang d pat berbelok ke arah atas atau ke bawa h, dengan diameter lubang gerek ± 2 mm dan bercabang-cabang. Telur diletakka
di dalam
lubang gerek yang berwarna abu-abu sampai hitam yang disebabkan ad nya jamur ambrosia yang ditularkan ole kumbang. Tanaman Jati yang diserang beru ur 5 tahun ke atas. Kumbang berwarn
sawo matang sampai hitam, yang betina
empunyai
panjang 4,5 - 5 mm dengan lebar 1,7 - 1,8 mm, yang jantan lebih kecil dan yang betina. Siklus hidup di Indonesia ± 3 minggu. Pemberantasan yang pernah dilakukan dengan cara: (a) Tidak menanam Jati di daerah yang mempunyai curah hujan lebih dari 2000 mm/ tahun, atau pada ketinggian tempat di atas 500 mdpl. (b) Menebang dan memus ahkan pohon-pohon yang diserang, terutam a sewaktu penjarangan. (c) Mengurangi tanaman ba ah untuk mengurangi kelembaban udara.
(2) Hybalea puera Cr. Nama daerah : Ulat daun Jatii Famili
: Noctuidae
Ordo
: Lepidoptera Pada tahun 1926 telah iberitakan adanya penggundulan daun Jati ole h H. puera
seluas 200.000 ha dalam waktu 10 hari. Daerah penyebarannya ad lah India,
Indonesia, Australia, Ceylon, Melawai, Malaysia, Pakistan, Pulau Solo on, Afrika Selatan dan Afrika Timur. Telur diletakkan oleh ngengat satu per satu, dapa t di bagian atas atau bawah permukaa
daun. Seekor ngengat betina dapat melet kkan telur
sampai 1000 butir. Pada si ng hari ngengat bersembunyi dan terbang p ada waktu malam hari. Larva yang kel ar dari telur memakan semua jaringan daun dan yang ditinggalkan hanya tulang daun (vein) yang besar. Larva makan dan dengan melindungi dinnya dengan s bagian dari daun, bila diganggu akan menja tuhkan diri dengan benang suteranya.
upa dapat dijumpai pada daun yang digulun , tapi bila
daun-daun telah gundul, se waktu larva akan masuk stadium pupa, tur n dengan bantuan benang-benang sute ranya dan berkepompong di tanah atau seresa h daun. Larva dapat mencapaii panjang sampai 35 mm, mula-mula berw arna hijau dengan kepala hitam, kemu ian berubah menjadi gelap atau kehitam-hita an. Pupa berwama coklat tua sampai k ehitam-hitaman. Ngengat mempunyai sayap depan yang berwarna coklat kelabu, dengan garis-garis yang berwarna gelap. Panjang s ayap yang dibentangkan 4 cm. Sayap
elakang coklat tua-ungu dengan bulatan kun ing. Siklus
hidup di India 15 hari di ba ian Selatan dan 47 hari di bagian Utara. Di Indonesia (Jawa) ±20 hari. Tindakan pe ngendalian belum pernah diadakan, biasanya alam akan menekan sendiri populasinya.
(3) Pyrausta machueralis Wlk . Nama daerah : Ulat daun Jatii Famili
: Pyralidae
Ordo
: Lepidoptera Hama ini dikenal pul
dengan nama Hapalia niachaeralis, meru akan leaf
skelentonizer atau pembuat rangka daun. Ulat ini hanya makan bagian
aun yang
lunak saja, dan meninggalk n rangka daun. Daerah penyebaran di luan Indonesia adalah Ceylon, India dan P akistan. Seekor ngengat betina dapat melet kkan telur
sampai beberapa ratus bu tir, diletakkan baik pada bagian as maup un bawah permukaan daun. Larva meli dungi dirinya dengan benang-benang sutera. Pupa juga melindungi dengan benang- enang sutera yang berada di daun, di tanah ataupun di seresah daun. Larva dapat mencapai anjang 22 sampai 25 mm, warna hijau kecokl t-coklatan atau ungu dengan garis-gari yang berwarna coklat, kuning atau hijau da n meirilhiki empat titik hitam pada ti p ruas. Ngengat mempunyai panjang s yap yang direntangkan 19 — 26 mm.
ayap depan kekuning-kuningan dengan berb gai warna
yang membentuk garis-garis zigzag. Sayap belakang berwarna pucat den an warna kuning atau kemerah-rnerah n pada pinggirnya atau batasnya. Siklus hid p 18 - 33 hari, sehingga satu tahun dapat menghasilkan 10 generasi atau lebih, tetapi kenyataannya eksplosi serangga ini di pulau Jawa hanya terjadi 1 kali se iap tahun, pada awal musim hujan pada saat daun muda sedang/ baru tumbuh setela daun Jati meranggas. Tindakan peng ndalian serangga ini diserahkan kepada k mampuan alam.
(4) Neotermes tectonae Dam . Nama daerah : Inger-inger Famili
: Kalotermitida
Ordo
: Isoptera Hama ini merupakan j nis rayap yang sangat merugikan baik pada hutan Jati
tanaman maupun hutan Ja ti alam. Pada tahun 1930 serangan ham
ini telah
didapatkan tersebar di seluruh Jawa. Penyebaran rayap ini di Indonesia adalah di pulau Jawa, Sumatera, Muna dan Irian Jaya. Rayap ini makan selulosa dan kayu yang berada di dalam sarang, dan sarang tersebut terletak pada batang dan caba ng tinggi di atas permukaan tanah dan ti ak pernah berhubungan dengan tanah.
N. tectonae merupakan serangga sosial artinya hidup berkoloni yang terbagi dalam kasta-kasta sebagai berikut. (a) Kasta kelamin yang bersayap, yaitu individu dalam kasta kelamin yang bersayap mempunyai tugas untuk membuat keturunan. Guna penyebarannya maka individu ini mempunyai sayap, yang akan segera terlepas setelah dipakai terbang. (b) Kasta kelamin yang tak bersayap. Kasta ini sering juga disebut sebagai kasta suplementer atau Neoten. Tugasnya menggantikan kedudukan raja dan ratunya bila mati. (c) Kasta prajurit. Individu dan kasta prajurit steril (tak berkelamin) dan tak bersayap. Tugasnya melindungi keselamatan anggota koloni dan segala gangguan dan luar. Pekerjaan-pekerjaan mengurus telur-telur dan makanan dilakukan oleh individuindividu yang masih muda (young stage). (d) Kasta “pekerja” dalam koloni rayap ini tidak dijumpai secara khusus oleh karena itu pekerjaan kasta ini dalam sarang dilakukan oleh nimfa dan larva yang lebih kuat. Serangan awal rayap ini dimulai dari bagian pohon yang mati (bekas pangkal ranting yang gugur), kemudian serangan diteruskan pada bagian pohon yang sehat, baik pada bagian kayu teras maupun gubal. Kerusakan yang ditimbulkan berbentuk liang-liang, lorong-lorong atau terowongan yang saling berhubungan, akibatnya dapat menganggu/ terhentinya pengiriman bahan makanan tanaman. Bagian pohon yang diserang menjadi membengkak bergembol-gembol dan kulitnya terbelah-belah sebagai akibat terjadinya pertumbuhan hiperplasial untuk membentuk jaringan pengangkutan yang baru. Kerusakan kayu teras tidak dapat pulih (sembuh), namun demikian dengan bertambahnya umur pohon kulit menjadi licin dan permukaan batang yang terserang menjadi rata kembali/ tidak terdapat gembol. Pohon yang diserang biasanya berumur 3 tahun ke atas. Bagian batang pohon yang diserang dapat rnencapai ketinggian 10 m dari permukaan tanah. Serangan makin berat pada Jati yang tumbuh pada bonita yang makin rendah. Pohon yang diserang mudah patah apabila tertiup angin kencang. Rayap kasta kelamin dewasa berwama coklat mengkilap, dengan bagian bawah tubuh berwarna coklat muda, sedangkan kepala berwarna coklat sampai hitam. Panjang tubuh (tanpa sayap) 8 ½ - 9½ mm. Larva dan nimfa berwarna putih kekuningkuningan. Larva berukuran panjang 2 - 3 mm sedang nimfa 9 - 10 mm. Individu prajurit dengan kepala membesar berwarna coklat mengkilap, memiliki mandibula besar dan kuat berwarna hitam. Dalam perkembangan hidupnya stadium nimfa dibedakan menjadi instar 1 sampai dengan 5 disebut larva, dan instar 6 dan 7 disebut nimfa.
Universitas Gadjah Mada
Masa perkembangan
oloni yang baik dengan anggota beberapa ratus ekor
diperlukan waktu 5 - 6 tahun. Setelah itu anggota koloni berkurang, melemah dan akhirnya mati. Pengendalian yang pernah dilakukan adalah dengan cara p njarangan yang teratur, sebaiknya dilak kan sebelum hujan pertama atau kira-kira bul n Agustus - September, untuk menceg h penyebaran kasta kelamin. Pohon yang diserang oleh inger-inger dengan koloni m asih aktif ditebang dan bagian batang maup n cabang yang diserang segera dimus ahkan (misalnya dengan jalan dibakar) atau diipindahkan ke tempat yang jauh dari hutan Jati.
(5) Coptotermes curvignathu Hepper Nama daerah : Rengas atau Anai-anai putih Famili
: Rhinotermitidae
Ordo
: Isoptera Di indonesia dikenal sebagai perusak pohon Karet (Hevea dan Fi cus) sejak
tahun 1919, tahun 1930 mul i dikenal sebagai perusak pohon kapok. Serangan pada
hutan Jati mulai diketahui sejak tahun 1932. Serangan di kebun percobaan Yanlapa (Jawa Barat) yang diselidiki sejak tahun 1964 sampai 1969 masih terlihat cukup berat. Di samping Jati juga menyerang tanaman Albizzia procera, Eucalyptus spp, Pinus caribea, P. insularis, Pinus merkusii, Shorea spp., Aghatis spp., Inisia spp., Koompassia inalaccensis, dan Canarium spp. Daerah penyebaran adalah India, Burma, Indocina, Malaysia, Filipina, dan Indonesia. Di Indonesia telah tersebar di Sumatera, Kalimantan, Jawa dan Sulawesi. Tempat hidup yang disukai adalah tempat-tempat yang lembab. Sarangnya dapat meliputi seluas 1 ½ - 2 ha, sarang sekundernya dapat berada 90 m dari pusatnya. Penyerangan pada pohon hidup dimulai dari akarnya, tampaknya dimulai dari bagian akar yang sudah mati atau membusuk. Apabila menyerang kulit pohon maka bagian luar dari liang-liangnya ditutupi dengan tanah. Pohon yang diserang secara terusmenerus dapat sampai mati. Serangan juga dapat terjadi pada tanaman Jati muda yang menggunakan stump atau apabila penanaman terlambat waktunya sehingga harus disiram pada musim kemarau. Dalam kehidupan sosialnya dapat dijumpai kastakasta reproduktif primer, reproduktif sekundair, pekerja (steril) dan prajurit (steril). Kasta reproduktif mempunyai panjang badan 7,5 - 8,0 mm, sedang yang bersayap mempunyai panjang sayap yang direntangkan 15 - 16 mm. Kasta pekerja mempunyai panjang 4,5 - 5,0 mm. Kasta prajurit mempunyai panjang 5,0 - 5,3 mm. panjang mandibula ± 0,9 mm dengan lebar kepala 1,4 - 1,5 mm.
Pemberantasan yang pernah dilakukan adalah: • Membersihkan lapangan dan pohon-pohon yang diserang, pohon-pohon mati, tunggak-tunggak dan jenis-jenis pohon yang disukai pada waktu persiapan lapangan untuk penanaman. • Menggunakan insektisida untuk membunuh serangga. Insektisida yang pernah dipakai adalah gas-gas belerang yang dipompakan ke dalam lubang sarang atau menggunakan termitisida.
Universitas Gadjah Mada
(6) Hama Jati Iainnya Beberapa hama Jati perlu untuk mendapat pengawasan agar popula sinya tidak meningkat, walaupun sampaii kini belum dilaporkan banyak menimbulkan
erusakan.
Duomitus ceramicus Wlk. dari famili Cossidae, ordo Lepidoptera dikenal de gan nama Oleng-oleng. Larvanya mem punyai panjang sampai 8 cm, memakan kulit , kambium selanjutnya ke kayu gubal dan terus ke dalam kayu. Arah lubang gerek mula-mula tegak lurus batang seterusn a membelok ke arah atas, dapat mencapai
anjang 75
cm. Sering batang pohon membentuk gembol-gembol. Pohon yang diseran g berumur 8 bulan - 30 tahun. Monochamus rusticat r Fab. dan famili Cerambycidae, ordo Coleo tera yang dikenal dengan nama Ulan- ulan atau Engkes-engkes. Larva yang berw arna putih menggerek kulit, kambium t rus masuk ke kayu dan setelah sampai di h ti gerekan membelok ke atas dan ke
awah mencapai panjang ± 20 cm, dapat m nimbulkan
gembol-gembol yang di dala nya berlubang. Phassus damor Mor . dari famili Hepialidae, ordo Lepidoptera ya ng dikenal dengan nama Uter-uter. Lar va berwarna putih kekuning-kuningan denga n panjang sarnpai 6 - 7,5 cm menyerang leher akar atau 30 cm di atasnya. Larva akan terus masuk sampai akar besar. Upaya pengendalian j enis-jenis serangan hama tersebut di atas belum pernah dilaporkan dan tampaknya di erahkan kepada kemampuan alam.
Hama Persemaian Perkecambahan dan persemaian tanaman kehutanan selalu mendapat ancaman dari berbagai binatang, khususnya serangga yang merusak. Sebagian besar serangga tersebut merusak pada malam hari, sehingga di waktu siang hari bibit-bibit tanaman telah rusak, sedangkan perusaknya tidak dijumpai karena telah bersembunyi di dalam tanah, batu-batu, daun kering atau tempat persembunyian yang lain. Binatang-binatang yang sering merusak persemaian adalah: (a) Agrolis segetum Schiff., A. ipisilon, A. interjectionis dari famili Noctuidae, ordo Lepidopetera. Serangga-serangga ini sering disebut sebagai ulat tanah. (b) Gryllus mitratus Burm., Gryllus bimaculatus Deg. (Jangkrik) dan Brachytrypes portentosus Licht. (gangsir, kasir) dari famili Gryllidae, ordo Orthoptera. (c) Species-species dari famili Acrididae, ordo Orthoptera yang dikenal dengan nama belalang. (d) Larva dari famili Melolonthidae, ordo Coleoptera, dikenal dengan nama uret. (e) Species-species dari famili Formicidae, ordo Hymenoptera yang dikenal dengan nama semut.
Binatang lain yang merusak persemaian adalah: (a) Achalinu fulica Fer., dan filum Mollusca yang dikenal dengan nama bekicot, siput darat atau keyong racun. (b) Tikus dan berbagai macam burung. Pencegahan dan/ atau pemberantasan yang pernah dilakukan untuk melindungi persemaian adalah : (a) Membuat selokan di sekitar persemaian dan mengairi selokan. (b) Menutupi biji-biji yang baru disebar, misalnya dengan daun-daun kering. (c) Secara mekanis yaitu dengan menangkap baik dengan tangan ataupun dengan perangkap kemudian membunuhnya. (d) Menggunakan insektisida yang dicampur pada tanah, biji ataupun disemprotkan.
Hama Tanaman Hutan Lainnya Masih banyak hama yang telah dilaporkan dijumpai di dalam hutan di indonesia, tetapi sejauh ini masih belum dianggap merugikan secara ekonomis, sekalipun demikian perlulah diawasi dan dijaga jangan sampai populasinya naik, terutama apabila penanaman jenis pohon makanannya akan diperluas. Di dalam daftar
Universitas Gadjah Mada
berikut ini beberapa jenis ha a yang telah dilaporkan ada di dalam hutan Indonesia, walaupun masih belum diang ap mempunyai arti ekonomis.
Rangkuman Di Indonesia banyak jenis hama yang menyerang tegakan hutan , terutama hutan tanaman industri (HTI), jenis-jenis hama tersebut dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu berdasarka
bagian pohon yang diserang dan berdas rkan jenis
pohon yang diserang. Speci s serangga tertentu menyerang bagian poh n maupun jenis pohon tertentu, sedangkan species serangga yang menyerang ters but dapat terjadi pada stadium larva, ni fa maupun dewasa. Penggolongan hama berdasarkan bagian pohon yang disera g adalah serangga perusak daun, ser ngga pengebor kulit pohon, serangga penge or batang pohon dan kayu, serangga pengisap cairan pohon, serangga perusak
ucuk dan
cabang, serangga pemakan nakan/ semai dan serangga perusak akar. Se entara itu penggolongan hama berdas rkan jenis pohon yang diserang antara lain hama Jati, hama Pinus, hama Sengon laut, hama Mahoni dan lainnya. Species-species hama yang menyerang bagian po on maupun jenis pohon memperlihatkan var iasi dalam biologi, bagian/ jenis poho maupun cara pengendalianny a.
yang diserang, gejala serangan, dampak serangan
Latihan 1.
Semua bagian pohon, mulai dari akar sampai ke daun, dapat diserang oleh serangga yang berbeda-beda. Sebutkan 3 species serangga yang menyerang daun, sebutkan ordonya dan stadium aktif serangga yang menyerang.
2.
Sebutkan 2 ordo serangga yang menyerang bagian meristematik tanaman hutan dan sebutkan pula stadium aktif yang menyerang.
3.
Tegakan hutan Jati, Sengon laut dan Mahoni pada wilayah KPH dilaporkan diserang oleh serangga penggerek/ pengebor batang dan perusak pucuk tanaman. a. Sebutkan species, ordo, tipe metamorfosis dan stadium aktif menyerang hama tersebut. b. Sebutkan bagian-bagian pohon yang diserang dan uraikan gejala kerusakan/ serangan. c. Uraikan dampak serangan dan upaya pengendaliannya.
DAFTAR PUSTAKA Kaishoven, L.G.E. 1981., Pest of Crops in Indonesia . Revised & Translated by P.A van der Laan . PT. Ichtiar Baru-Van Hove, Jakarta. Subyanto,
1994.
Inger-inger
pada
Tegakan
Jati .
Permasalahan
dan
Cara
Pengendaliannya. Laporan Penelitian Tahap I. Kerjasama antara Perum Perhutani dan Fakultas Kehutanan UGM. Subyanto,
1995.
Inger-inger
pada
Tegakan
Jati .
Permasalahan
dan
Cara
Pengendaliannya. Laporan Penelitian Tahap II. Kerjasama antara Perum Perhutani dan Fakultas Kehutanan UGM.
Universitas Gadjah Mada