GEREJA DAN DUNIA MODERN
PERAN INTERNET SEBAGAI MEDIA PEWARTAAN
BAGI KAUM MUDA ZAMAN KINI
ANISETUS DOMBO FAY MERE,OSM
Abstraksi
Harus diakui bahwa penggunaan media internet telah merasuk hampir seluruh lapisan masyarakat, tak terkecuali kaum muda kita. Kehadiran media internet sebagai akibat dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah menjadi semacam "kebutuhan" dalam hidup kaum muda. Kekuatan internet sungguh telah menghipnotis kaum muda. Berhadapan dengan realitas semacam ini, Gereja dituntut untuk membuka diri dan tak boleh menutup mata. Gereja mau tak mau harus beradaptasi dan merespon secara positif keadaan ini. Hal yang menarik bahwa kehadiran media internet dapat dijadikan sebagai lahan untuk menjala kaum muda untuk masuk dan berelasi dengan Allah. Dengan kata lain media internet dapat menjadi peluang karya kerasulan dan pewartaan.
Upaya kreatif sebagai bentuk tindakan pastoral dapat diupayakan dan dimulai dengan menggunakan media ini. Tindakan pastoral yang merupakan bentuk perhatian dan pertanggungjawaban Gereja terhadap gembalaannya meminta bahkan "memaksa" Gereja untuk menerapkan suatu alternatif atau cara baru yang dapat menjala lebih banyak umat khususnya kaum muda. Kaum muda adalah generasi penerus dan pembaharu. Mereka yang adalah masa depan Gereja haruslah disapa agar mereka senantiasa merasakan kedekatan dengan Allah dalam hidupnya.
Penulis melihat peluang besar dari media ini yang kiranya dapat dimanfaatkan sebagai sarana berpastoral sehingga semakin membuat kaum muda Katolik mengalami keakraban dan perjumpaan dengan Allah. Media internet dapat menjadi sarana alternatif dalam pewartaan bagi kaum muda. Artikel ini ingin menggali secara mendalam penggunaan media ini sebagai upaya pewartaan bagi kaum muda.
Internet
Pengertian Internet
Secara etimologis internet berasal dari kata interconnection-networking, yang merupakan sistem global dari seluruh jaringan komputer yang saling terhubung menggunakan standar Internet Protocol Siute (TCP/IP) untuk melayani miliaran pengguna di seluruh dunia. Internet adalah suatu media komunikasi jarak jauh dan media informasi yang luar biasa. Ia merupakan sekumpulan jaringan komputer yang menghubungkan berbagai macam situs dan menyediakan akses untuk layanan telekomunikasi dan sumber daya informasi untuk jutaan pemakainya yang tersebar di seluruh dunia. Kita dapat terhubung dengan siapa saja di belahan dunia lain melalui internet dengan begitu mudahnya.
Dalam dunia ilmu pengetahuan internet adalah sebuah perpustakaan besar yang di dalamnya terdapat jutaan (bahkan miliaran) informasi atau data yang dapat berupa teks, grafik, audio, maupun animasi dan lain-lain dalam bentuk media elektronik. Semua orang bisa berkunjung ke perpustakaan tersebut kapan saja serta dari mana saja. Sedangkan dari segi komunikasi, internet adalah sarana yang sangat efektif dan efisien untuk melakukan pertukaran informasi jarak jauh maupun jarak dekat. Dengan demikian secara garis besar internet dapat diartikan sebagai jaringan komputer luas dan besar yang mendunia, yang menghubungkan pemakai komputer dari suatu negara ke negara lain di seluruh dunia, di mana di dalamnya terdapat berbagai sumber daya informasi dari mulai yang statis hingga yang dinamis dan interaktif.
Teknologi ini dimulai pada pertengahan tahun 70-an pada masa perang dingin dan mencapai puncaknya pada tahun 1994 ketika interface (antar muka) grafis dan konten atau isi dari jaringan diciptakan dan diperuntukkan bagi masyarakat umum agar dapat dipergunakan secara lebih mudah. Media internet merupakan media internasional yang tentunya tidak membatasi orang dalam penggunaannya. Semua orang dapat berinteraksi dan membangun relasi dengan siapa saja dari belahan dunia mana pun.
2.2 Keunggulan dan Kelemahan
Sebagai media komunikasi sosial yang menjangkau dan menjelajahi semua benua, tentunya media komunikasi ini mempunyai keunggulan dan kelemahan.
2.2.1 Keunggulan
Ada pun keunggulan dari media ini dibandingkan media komunikasi yang lain antara lain:
Informasi yang didapatkan lebih cepat dan besar
Biaya komunikasinya murah dengan menggunakan berbagai aplikasi antara lain : email, newsgroup, www, ftp,video, internet phone
Informasi untuk kehidupan umum: sains, teknologi, perdagangan, saham, komoditas, berita bisnis, asosiasi profesi, asosiasi bisnis, berbagai forum komunikasi global dapat diperoleh dengan mudah dan cepat
Jangkauan tak terbatas dan lengkap
Mengurangi biaya kertas dan biaya distribusi contoh : koran, majalah dan brosur
Keanggotaan internet tidak mengenal batas negara, ras, kelas ekonomi, ideologi atau faktor-faktor lain yang biasanya dapat menghambat pertukaran ide.
Sebagai media promosi contoh : pengenalan dan pemesanan produk
Pertukaran data
Menjadi komunitas dunia yang sifatnya sangat demokratis serta memiliki kode etik yang dihormati segenap anggotanya.
2.2.2 Kelemahan
Kelemahan dari media internet yakni:
Penipuan
Pelecehan seksual
Bahaya keterasingan diri
Pencemaran nama baik
Plagiarisme dalam dunia pendidikan
Kekerasan dalam media
Pornografi
Munculnya budaya egoisme
Apresiasi Gereja terhadap Perkembangan berbagai Sarana Komunikasi Sosial
Sebagaimana Ensiklik Redemptoris Missio No.37, Surat Pastoral Aetatis Novae (1992) pun mengakui pengaruh besar media komunikasi sosial yang membuat dunai ini menjadi global village. Tidak ada peristiwa yang dapat selalu disembunyikan yang tidak diketahui oleh belahan bumi lainnya. Ruang dan waktu bukan lagi merupakan halangan dalam relasi antar manusia dan antar masyarakat.
Kita dapat membandingkan saja peristiwa bencana yang melanda kita beberapa tahun yang lalu, yakni Tsunami. Peristiwa yang disiarkan ke bagian dunia lain ini tidak hanya memenuhi kebutuhan orang akan informasi, tetapi juga menumbuhkan rasa solidaritas, sehingga bantuan dari luar negeri berdatangan. Masih banyak contoh peristiwa lain yang menunjukkan, bahwa media komunikasi sosial membuat kita "bersatu" dan "bertemu" dengan yang lain dalam hitungan detik atau menit. Apa yang dulu hanya diperoleh dalam waktu satu hari, sekaranng diperoleh dalam waktu sekian detik.
Gereja Katolik melihat ini sebagai hasil karya kreatif dan genial manusia, tetapi sekaligus anugerah Allah. Karena itu Gereja Katolik mengingatkan kembali umat beriman akan hakikat ini, supaya dalam menggunakan media komunikasi sosial mereka menggunakannya demi keuntungan manusia dan penemuan rencana Allah.
Seruan Gereja Untuk Memanfaatkan Media Modern
Konsili Vatikan II menerbitkan dokumen Inter Mirifica yang mengajak kita memanfaatkan sarana komunikasi modern untuk karya pewartaan dan penggembalaan Gereja. Sementara dalam Ensiklik Communio et Progressio, art. 128, Paus Paulus VI menegaskan bahwa media modern menawarkan cara-cara baru untuk menghadapkan manusia dengan pesan Injil. Lebih lanjut dalam Ensiklik Evangelii Nuntiandi, art. 45 beliau juga menegaskan bahwa "Gereja akan merasa bersalah di hadapan Kristus bila gagal menggunakan media untuk evangelisasi". Paus Yohanes Paulus juga mendukung pemanfaatan media masa untuk katekese dan dalam Ensiklik Redemptoris Missio, art.37 beliau menyebut media sebagai aeropagus pertama di zaman modern. Maka " Gereja belumlah cukup untuk menggunakan media sekedar untuk menyebarkan pesan injil dan ajaran otentik Gereja. Namun juga perlu mengintegrasikan pesan injil ke dalam kebudayaan baru yang diciptakan oleh komunikasi modern."
Paus Benediktus XVI dalam pesan hari komunikasi ke 44 menegaskan bahwa penggunaan teknologi komunikasi baru ini sangatlah perlu, khususnya dalam menjawab secara tepat tantangan-tantangan yang dirasakan kaum muda di tengah pergeseran dunia dewasa ini. Maka para imam, selaku para bentara Sabda Allah, diharapkan juga menjadi saksi setia terhadap injil dalam dunia komunikasi digital dengan menunaikan perannya sebagai pemimpin komunitas yang menampilkan 'suara berbeda' dalam pasar raya digital.
Dengan demikian, para imam ditantang untuk mewartakan Injil dengan menggunakan generasi teknologi audiovisual yang paling mutakhir (gambar, video, animasi, blog dan website) yang seiring dengan media tradisional dapat membuka wawasan baru dan luas demi dialog, evangelisasi dan katekese".
V. Internet bagi Kaum Muda
5.1. Siapa itu kaum muda?
Kaum muda adalah masa depan bangsa dan Gereja. Inilah kira-kira seruan yang seringkali menjadi akrab dan sering kita dengar dalam kehidupan bermasyarakat. Kaum muda diidentikkan dengan pengemban tanggungjawab di masa yang akan datang. Kaum muda adalah generasi yang akan menjadi aktor pada masa yang akan datang. Tentunya masa yang akan datang itu tidak semata-mata dapat dinikmati dengan baik apabila tidak dipersiapkan dari sekarang. Untuk itu kaum muda haruslah bisa mengambil langkah tindakan yang tepat di masa sekarang. Tindakan itu akan menjadi penentu masa depannya; apakah masa depannya baik atau tidak? Karena itu masa muda adalah masa pencarian jati diri dan masa di mana setiap orang mengambil langkah yang agar mampu menata masa depannya dengan baik.
Pengertian mengenai kaum muda memiliki kesulitan tersendiri karena cakupan tentangnya terlalu kompleks dan luas. Namun ada baiknya apabila kita melihat beberapa pengertian yang kiranya memberikan beberapa pemahaman mendasar tentang kaum muda. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi III memberikan pengertian bahwa kaum muda adalah golongan orang muda yang sudah mulai dewasa dan sudah sampai umur untuk kawin. Perserikatan Bangsa-bangsa menetapkan identitas kaum muda sebagai anak-anak yang berusia 15-24 tahun.
Pedoman karya pastoral kaum muda KWI memberikan pengertian bahwa kaum muda adalah mereka yang berusia antara 13-30 tahun dan belum menikah. Beberapa pengertian di atas membuat penulis ingin menegaskan bahwa pengertian kaum muda sebaiknya tak boleh didasarkan pada batasan usia melainkan dilihat dari dinamika setiap pribadi dari kaum muda.
Tentunya sebagai pribadi mereka mempunyai potensi untuk berkembang dan berperan serta dalam kehidupan Gereja dan masyarakat. Namun penulis perlu mengatakan bahwa penggunaan internet dikalangan kaum muda sejauh mereka dapat dijadikan lahan dalam berpastoral berkisar dari umur 13-30 dan belum menikah. Dengan demikian penulis lebih mendasarkan pengertian kaum muda menurut pedoman KWI, karena sejauh pengamatan penulis, batasan usia yang ditetapkan KWI menunjukkan bahwa batasan usia tersebut telah dengan aktif menggunakan media internet sesuai dengan kebutuhan mereka.
5.2. Landasan dan Tujuan Pastoral Kaum Muda
Internet yang adalah salah satu produk unggulan kemajuan teknologi dan ilmu pengetahuan ini menjadi dekat dan lekat dengan kaum muda. Dikatakan demikian karena hampir keseluruhan gaya hidup dan budaya yang berkembang dalam diri kaum muda sangat dipengaruhi oleh budaya dan gaya hidup global seperti yang ditawarkan dalam internet. Bagi kaum muda zaman sekarang, internet adalah ajang dan sarana untuk menunjukkan eksistensi dirinya.
Bagi mereka yang kurang menguasai dan kurang bergaul dengan internet dianggap kolot dan ketinggalan zaman. Melalui internet, semua informasi dan data-data yang diperlukan entah itu untuk kepentingan pribadi maupun kelompok dengan mudah dapat diperoleh. Kemudahan dan kemurahan biaya yang dikeluarkan membuat media ini dijadikan sebagai media yang paling banyak digunakan dan digandrungi oleh kaum muda dalam menjalankan kegiatannya sehari-hari.
Kemajuan teknologi ini membuka peluang bagi kaum muda untuk lebih mudah menentukkan kesenangannya baik itu kesenangan pribadi maupun kesenangan kelompok. Kelekatannya dengan media internet ini membuat kaum muda kebanyakan berprinsip bahwa mengenal internet adalah mengenal budaya dunia dan berpengetahuan luas, sedangkan sebaliknya bagi mereka yang kurang bergaul dan kurang mengenal media internet ini dianggap sebagai orang yang kurang berpengetahuan dan tidak mengikuti gaya hidup global.
Lantas bagaimana gandengannya dengan landasan dan tujuan pastoral kaum muda? Pastoral kaum muda merupakan pengungkapan hakikat dan tujuan misi Gereja untuk menghadirkan atau merealisasikan karya keselamatan Kristus khususnya dalam kaum muda. Iman Katolik merupakan landasan berpastoral bagi kaum muda. Iman Katolik dalam arti ini menunjuk pada relasi dengan Tuhan yang menyatakan diri Putera-Nya Yesus Kristus dan diteruskan melalui karya Roh Kudus yang secara nyata dihayati dalam iman Gerejani lewat kesaksian hidup di dunia dan membangun.
Tujuan pastoral kaum muda mencakup dua dimensi hidup kaum muda yakni manusiawi dan rohani yang menunjuk pada integrasi antara iman dan kehidupan. Ada pun dua dimensi yang telah disebutkan di atas membantu mereka dalam perkembangan diri sebagai manusia dan sebagai orang Katolik yang tanggap, tangguh dan terlibat dalam hidup menggereja dan negara.
VI. Internet Sebagai Media Pewartaan
6.1. Pewartaan sebagai Tugas Pokok Gereja
Berbicara mengenai pewartaan yang merupakan tugas utama Gereja dalam rangka membangun Kerajaan Allah di dunia ini berarti bahwa Gereja harus mampu dan jeli untuk melihat tuntutan dan kebutuhan zaman. Dalam hal ini Gereja harus berani untuk terbuka agar senantiasa meremajakan diri dengan beradaptasi terhadap perubahan zaman yang terus bergerak maju. Membaharui diri dalam arti ini berarti bahwa Gereja berusaha menyaring dan mengambil hal-hal yang positif dari kemajuan teknologi sambil tetap mempertahankan nilai-nilai iman kristiani.
Pewartaan Gereja haruslah menjadi tempat utama dengan memikirkan pertama-tama cara, tempat dan kepada siapa pewartaan itu diberikan. Kaum muda yang menjadi fokus penulis dalam membuat tulisan ini adalah pribadi-pribadi yang harus menjadi target utama Gereja dalam pewartaannya. Mengapa demikian? Seperti yang telah dikatakan di atas bahwa kaum muda adalah masa depan Gereja. Tugas pewartaan Sabda Allah akan menjadi efektif apabila Gereja bisa melihat kondisi kaum muda dan mengenal budaya yang sedang dan berkembang dalam dunia mereka. Dalam hal ini dibutuhkan usaha keras agar Gereja betul-betul menyentuh kehidupan kaum muda sehingga dengan demikian dapat ditemukan metode dan cara berpastoral yang baik dan efisien.
Sabda Allah yang diwartakan oleh Gereja adalah inti pokok yang diwartakan. Sabda Allah itu tidak berubah tetapi cara mewartakan Sabda Allah itulah yang perlu diubah sesuai dengan situasi dan kondisi kepada siapa pewartaan itu diberikan. Tujuannya adalah agar pewartaan yang dijalankan Gereja tidak salah arah dan salah sasaran. Pewartaan tentu dilakukan pertama-tama dengan mengenal dan masuk secara mendalam dalam kehidupan kaum muda. Kaum muda yang berada dalam posisi mencari jati diri perlu dibimbing secara benar dan juga pewartaan yang diberikan kepada mereka haruslah kontekstual dan menarik perhatian serta minat mereka akan Sabda Allah yang diwartakan.
6.2. Internet sebagai media pewartaan Iman Gereja bagi Kaum Muda
Gereja yang adalah Sakramen keselamatan harus terus memperbaharui diri dengan melihat kebutuhan zaman di mana umat Allah hidup dan berkembang. Alat-alat komunikasi yang baru dan lebih canggih menunjang pemberitaan peristiwa-peristiwa maupun cara berpikir dan berperasaan secepat dan seluas mungkin (GS art.6). Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membawa dampak pada berbagai bidang kehidupan umat manusia.
Salah satu diantaranya yakni perkembangan sarana komunikasi yang membawa akibat pada cepatnya arus informasi yang dapat diketahui dengan cepat di seluruh belahan dunia. Penggunaan media komunikasi canggih seperti internet, handpone, komputer tak luput dari perhatian berbagai lapisan masyarakat. Data menunjukkan bahwa kaum muda mendominasi penggunaan internet dan multimedia. Kaum muda saat ini telah menjadikan sarana multimedia seperti internet menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidupnya. Kaum muda tak lagi terkejut atau pun gagap dengan pesatnya perkembangan media komunikasi ini. Mereka telah akrab bergaul dan bahkan menganggap bahwa derasnya arus multimedia bukan sebagai barang baru lagi.
Kehadiran internet telah manjadi semacam budaya yang mengakar dalam hidup kaum muda. Dengan melihat realitas yang demikian membuat pastoral kaum muda harus bisa beradaptasi dengan situasi dan kehidupan kaum muda. Realitas yang demikian dapat dijadikan peluang bagi Gereja untuk melakukan tindakan pastoralnya yang diharapkan mampu mengarahkan kaum muda untuk hidup dalam karunia Allah, sehingga mereka dapat bergantung pada rahmat Allah dan membuat rahmat Allah tersebut mengalir ke dalam kehidupan mereka.
Dewasa ini salah satu teknologi komunikasi yang sudah dan telah dimanfaatkan oleh kaum muda salah satu diantaranya yakni internet. Paus Benediktus XVI dalam pesan hari komunikasi ke- 44 menegaskan bahwa penggunaan teknologi komunikasi baru ini, sangatlah perlu, khususnya dalam menjawab secara tepat tantangan-tantangan yang dirasakan kaum muda di tengah pergeseran dunia dewasa ini. Bertitik tolak dari penegasan Paus di atas, maka tak ada salahnya apabila Gereja berupaya memberikan pendampingan dan pembinaan iman dalam pastoral melalui teknologi komunikasi salah satu diantaranya yakni media internet. Pembinaan dan pendampingan bagi kaum muda diperlukan karena orang-orang muda kita menyimpan kekuatan besar dalam diri mereka. Tenaga dan semangat orang muda luar biasa besar, belum lagi didukung oleh cita-cita luhur mereka. Semuanya itu harus diintegrasikan agar menjadi sumber rahmat bagi Gereja dan masyarakat pada umumnya. Orang muda adalah harta tak ternilai bagi Gereja. Media internet tentunya memiliki daya untuk berpastoral bagi kaum muda sehingga kemampuan kaum muda dapat dikembangkan.
Tujuan pastoral yang berusaha menghadirkan hidup yang berkelimpahan yang bersumber dari hidup Kristus sendiri patutlah diwartakan dan diperjuangkan, juga di era multimedia, dimana kekuatan gambaran dan suara perlu diperhitungkan dan dimanfaatkan untuk melengkapi karya pastoral tradisional sehingga kawanan domba Kristus di zaman modern ini pada akhirnya bisa menemukan padang berumput hijau dan hidup dalam segala kelimpahannya. Tidak dapat dipungkiri bahwa media internet juga membawa dampak yang tak baik namun hal demikian tidak perlu membuat kita ragu untuk memanfaatkannya mengingat besarnya keuntungan yang ditawarkan multimedia bagi karya pewartaan dan penggembalaan di zaman modern ini; ketakutan atau kekhawatiran akan komunikasi tidaklah beralasan, karena sangat besarnya kemungkinan positif dari internet.
Realitas berbicara bahwa melalui media internet ini orang-orang muda dapat menjalin persahabatan di seantero dunia, membangun paguyuban dan jejaring. Pastoral kaum muda tentunya sangat penting diupayakan agar mereka dapat juga mengenal dan mengolah kehidupan pribadi lebih baik. Kegiatan pembinaan dan kerasulan dapat diwartakan oleh Gereja melalui salah satu media ini,agar kaum muda kita dapat tersapa dan bertumbuh dalam perkembangan kerohanian mereka. Media internet merupakan salah satu lahan yang dapat dimanfaatkan oleh Gereja untuk menyapa kaum muda serta menawarkan nilai-nilai kebaikan dan membantu meningkatkan mutu hidup mereka.
Perlu dikatakan di sini bahwa masa muda adalah masa mencari, mempertanyakan dan mengambil keputusan. Masa ini juga adalah masa pengambilan keputusan moral secara bertahap terjalin dalam konteks masalah-masalah perkembangan; masa pencarian nilai dan masa untuk menginginkan tanggungjawab yang lebih besar terhadap hidup dan tuntutannya.Media internet dalam hal ini dipakai Gereja untuk bisa secara lebih dekat masuk dalam kehidupan kaum muda. Internet tidak lagi menjadi sekedar media untuk pertukaran informasi dan lain-lain tetapi dijadikan sebagai media pewartaan. Dengan melihat peluang ini, tentunya kaum muda lebih tersapa dan diperhatikan dan diperhatikan. Melalui media internet kaum muda bisa semakin mendalami imannya akan Allah di tengah pengaruh gobalisasi yang saat ini telah merasuki masyarakat dari tingkat perkotaan sampai tingkat pedesaan.
Sesungguhnya tugas Gereja dalam mendampingi kaum muda adalah kelanjutan dari apa yang sudah dirintis oleh Yesus sendiri dalam injil. Ia melihat kaum muda sebagai pribadi yang bisa dibentuk dengan menanamkan nilai-nilai hidup. Yesus mendukung kaum muda untuk perlu memenuhi segala macam bentuk aturan dan hukum, untuk tidak sekedar berjalan dan melaksanakan keinginannya, tetapi Yesus lebih menghendaki agar kaum muda mengikuti Dia, untuk melihat Yesus sebagai inspirasi utama.
Jelas bahwa media internet memiliki jejaring yang didalamnya tersedia berbagai situs, web, blog atau jaringan pertemanan seperti facebook , friendstar dan sebagainya. Kehadiran situs, web, blog atau yang lainnya adalah ruang di mana Gereja dapat memanfaatkan peluang ini untuk tindakan pastoral bagi kaum muda. Gereja yang dimaksudkan di sini adalah Gereja lingkup keuskupan, kelompok kategorial juga paroki-paroki.
Pembuatan website, situs-situs rohani, blog atau juga gerakan facebook bersama haruslah benar-benar menghadirkan sebuah bentuk pendampingan dan pembinaan iman bagi kaum muda. Pembuatan website, situs, blog sedapat mungkin diusahakan terdapat kolom yang secara khusus diperuntukkan untuk pembinaan iman bagi kaum muda. Melalui website, Gereja dapat memasukan forum penanaman nilai seperti Kitab Suci, hidup orang kudus, ajaran sosial gereja, renungan artikel tentang Maria, sakramen, keutamaan teologis, evangelisasi, ekumenisme dan sebagainya. Situs yang dibuat dapat diakses setiap saat untuk memperoleh berita atau informasi yang membantu pendalaman iman. Pembuatan situs-situs rohani haruslah didesain lebih menarik, bermutu dan memiliki isi yang padat makna dalam artian bahwa isinya mengetuk hati dan meneguhkan kaum muda. Penulis yakin dengan pembuatan situs-situs yang mana didalamnya terdapat ruang pendalaman iman, sharing, konsultasi maka tak jarang situs rohani ini dapat menjadi sahabat bagi kaum muda untuk meneguhkan iman mereka ditengah dunia yang semakin sekular ini.
Melalui cara-cara di atas tentu oleh kaum muda Gereja dirasakan semakin peduli dan semakin meningkatkan mutu pewartaannya di tengah situasi global yang mewartakan berbagai pilihan hidup dan budaya yang secara jelas menunjukkan dampak sekularisme bagi manusia. Dalam dunia modern sekarang ini, kepercayaan manusia akan eksistensi Allah semakin hari semakin berkurang. Hal itu muncul sebagai akibat dari munculnya budaya materialisme, New Age dan budaya sekularisme. Budaya-budaya ini membawa dampak yang besar terhadap agama yakni memudarnya kepercayaan akan Tuhan. Salah satu alasan yang menyebabkan kepercayaan terhadap Tuhan semakin berkurang adalah kemampuan intelektual manusia sehingga tidak ada lagi tempat untuk Tuhan. Dalam budaya New Age, potensi-potensi manusia semakin dikembangkan, usaha-usaha pencarian personal-individual akan makna hidup semakin ditingkatkan. Berkembangnya nilai-nilai individualitas dan independensi diri menyebabkan penerimaan spritualitas tanpa lembaga dan agama komunal. Dengan melihat situasi inilah maka Gereja mengambil sikap yang hati-hati agar pewartaan imannya tetap mengena dan aktual bagi umatnya.Kaum muda yang tentunya menjadi pribadi yang mudah terpengaruh kian hari menjadi sorotan utama Gereja. Maka penggunaan media internet seperti yang dijelaskan di atas menjadi pilihan yang sangat cocok bagi pengembangan iman kaum muda di tengah situasi zaman yang semakin hari semakin maju.
Sebagaimana telah dikatakan di atas bahwa iman adalah dasar bagi pembinaan kaum muda. Iman membuat kaum muda kita berkiblat pada Kristus. Pembinaan iman melalui media ini dapat membawa mereka ke arah yang lebih baik sekaligus mengalami perjumpaan dengan Allah. Situs atau pun blog yang dikhususkan bagi kaum muda haruslah dapat meningkatkan mutu hidup mereka baik dalam aspek rohani maupun manusiawi. Perubahan tampilan harus senantiasa diusahakan, isi yang dihadirkan dalam situs diupayakan agar lebih kontekstual agar kaum muda yang mengaksesnya memperoleh kesegaran rohani bukan sebaliknya kekeringan dan kebosanan.
Kerjasama dengan orang-orang yang berkompeten dalam mendesain suatu situs atau blog sangatlah perlu. Keuskupan atau juga paroki dapat pula bekerjasama dengan para religius atau juga awam yang dipandang hidup rohaninya baik, dalam memberikan sumbangan positif khususnya dalam pengadaan renungan atau pula mensharingkan pengalaman iman yang dialami oleh mereka. Pengalaman yang disharingkan oleh kaum awam beriman misalnya soal perkawinan dapat menjadi bekal bagi kaum muda ketika mereka akan memasuki bahtera rumah tangga.
Sharing diantara para kaum muda sendiri dan saling menanggapi dikalangan mereka melalui kolom sharing dalam situs dapat menambah wawasan berpikir dari kaum muda. Pembuatan situs rohani dapat menjadi pintu dialog dan sekaligus menawarkan pencerahan bagi mereka yang tengah mencari Sang Kebenaran. Facebook yang adalah jaringan pertemanan dapat digunakan oleh para imam untuk memberi inspirasi yang menguatkan kaum muda yang terhubung dengannya. Selain itu apabila kaum muda memiliki facebook sendiri dapat membantunya juga untuk menjaga dan memperdalam kontak pastoral selain dengan teman yang seasal parokinya juga dengan teman dari paroki yang lain.
Dengan menggunakan media internet Gereja kiranya melakukan hal-hal yang penting bagi kaum muda antara lain pertama memperkuat dan mendorong pertumbuhan iman kaum muda. Dengan iman yang kuat, kaum muda dapat mempertanggungjawabkan imannya dengan lebih baik di mana saja ia berada. Selain itu, mereka tidak mudah terbawa oleh arus perkembangan zaman yang cenderung membuat mereka kehilangan tujuan hidup. Kedua memberikan kepada kaum muda suatu sarana ampuh dalam merefleksikan imannya secara jelas dan benar. Ketiga menyerukan pertobatan kepada kaum muda agar hidup kaum muda bertumbuh secara penuh dan lengkap. Keempat mendukung prilaku positif yang dihasilkan dari penggunaan media internet ini secara bertanggungjawab dan mengajak kaum muda untuk menerima tanggungjawab perutusannya dalam hubungannya dengan Tuhan dan sesama.
Gereja yang mengemban tugas pewartaan ini haruslah memotivasi kaum muda lewat media internet ini agar digunakan secara bertanggung jawab. Tanggung jawab yang dimaksud adalah tanggungjawab terhadap perilaku dan kebiasaan positif dalam penggunaan internet. Hal itu tentu saja dilakukan oleh Gereja dengan diwarnai komunikasi yang terbuka sehingga dapat menemukan perilaku dan nilai-nilai postif yang menguntungkan hidup dan perkembangan iman kaum muda. Penting bagi Gereja untuk melihat bagaimana penggunaan media internet ini oleh kaum muda secara positif. Melalui internet kaum muda dapat mengakses berbagai macam informasi, membangun relasi dengan siapa saja tanpa mengenal batas negara dan batas budaya. Pastoral kaum muda dalam hal ini tentunya menjadi sangat penting dengan menggunakan media internet ini.
Perlu juga kami katakan di sini bahwa pewartaan Gereja yang memanfaatkan multimedia hendaknya memperhatikan beberapa prinsip komunikasi kristiani:
Komunikasi kristiani berpusat pada Kristus. Yesus yang hadir ke dunia memaklumkan Kerajaan Allah, menugaskan kepada setiap orang yang percaya pada-Nya untuk mewartakan kabar gembira kepada semua orang.
Untuk dapat melakukan tugas perutusan itu Gereja hendaknya terbuka kepada Roh Kudus. Roh Kudus yang memberikan kekuatan hingga manusia mampu mengkomunikasikan kabar gembira kepada semua orang.
Bersifat inklusif dan terbuka
Kabar gembira menyapa semua orang tanpa kecuali.
7. Kelemahan Media Internet Sebagai Media Pewartaan
Penulis mengakui bahwa media internet juga memiliki kelemahan atau keterbatasan dalam mewartakan Kerajaan Allah di tengah dunia. Media internet dapat berjalan baik apabila terdapat jaringan dan akses ke internet. Selain itu tak adanya kesadaran dari pribadi kaum muda untuk membuka website atau situs paroki yang di dalamnya terdapat kolom khusus bagi kaum muda sehingga darinya mereka dapat menimba kesegaran rohani. Hal ini membuat kekeringan iman dalam hidup mereka walau upaya pastoral dari pihak Gereja telah diupayakan. Keterbatasan lain yakni adanya tuntutan multimedia agar isi tulisan di web tidak terlalu panjang, cukup sekitar satu halaman, yang tentunya membatasi kedalaman pembatasan. Kelemahan atau keterbatasan dari media internet adalah hal yang wajar. Namun penulis meyakini bahwa berpastoral melalui media internet bagi kaum muda dewasa ini sangat membantu kaum muda untuk mengalami perjumpaan dengan Tuhan.
8. Penutup
Setelah berbicara mengenai pengertia internet dan kaum serta upaya Gereja untuk memanfaatkan media internet ini sebagai media pewartaan, penulis menarik beberapa kesimpulan yang kiranya dapat membantu pemahaman kita dalam mengerti bagaimana kaum muda bisa dibimbing secara tepat dan benar dalam hal rohani melalui media internet ini.
Pertama, kaum muda yang adalah masa depan Gereja harus diperhatikan dengan sungguh-sungguh oleh Gereja agar tetap berada dalam koridor iman yang benar. Kedua, Gereja yang hidup di dunia bersama dengan segenap umat Allah tentu tidak menutup mata dengan perubahan dan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Akan tetapi Gereja dengan bijak menggunakan dan memanfaatkan perkembangan itu seperti internet sebagai media pewartaan iman bagi kaum muda. Ketiga, pengadaan website, situs-situs dan blog-blog rohani kiranya semakin membantu Gereja dalam mewartakan Kabar Gembira bagi dunia khususnya bagi kaum muda dengan lebih mudah dan efektif.
Semoga dengan kehadiran media ini diharapkan dapat membawa kaum muda untuk mengalami perjumpaan dengan Allah. Pada akhirnya kita kembali menyerahkan karya dan upaya pastoral kita kepada kuasa Roh Kudus yang senantiasa menjadi jiwa Gereja serta penopang dan penggerak utama karya pastoral Gereja.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Anton Pareira,.OCarm, Internet sebagai alat komunikasi dan kemanusiawian komunikasi langsung, dalam Robertus Wijanarko,CM,Ph.D dan Adi Saptowidodo CM, MA (ed)., Iman dan Pewartaan di Era Multimedia, Malang: Seri Filsafat Teologi Vol. 20 No. Seri 19, 2010.
Bagiyowinadi, F.X Didik Pr, Berpastoral dengan Multimedia Peluang dan Strategi Pastoral dalam Robertus Wijanarko, CM,Ph.D dan Adi Saptowidodo CM, MA (ed). Iman dan Pewartaan di Era Multimedia, Malang: Seri Filsafat Teologi Vol. 20 No. Seri 19, 2010.
Benediktus XVI, Pesan pada hari Komunikasi ke-44, "Imam dan Pelayanan Pastoral di dunia Digital: Media Baru demi Pelayanan Sabda" (16 Mei 2000).
Jonathans, Errol. Era Multimedia: Sebuah "Kosmologi" Baru dalam Robertus Wijanarko, CM,Ph.D dan Adi Saptowidodo CM, MA (ed). Iman dan Pewartaan di Era Multimedia, Malang: Seri Filsafat Teologi Vol. 20 No. Seri 19, 2010.
Griffin, David Ray. Tuhan dalam Dunia Postmodern, A. Gunawan Admiranto (Terj.), Yogyakarta:Kanisius, 2005.
Komisi Kepemudaan KWI, Pedoman Karya pastoral Kaum Muda, (Cet ke -5 ,1986).
Mangunhardjana, A.M. Pendampingan Kaum Muda, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,1986)
Paulus, Yohanes II., Anjuran Apostolik Catechesi Tradendae, 19 Oktober 1979.
Pontifical Council for Social Communications, The Church and Internet, (2 Februari 2002), no.10.
Saptowidodo, Adi. Diktat Pastoral Kaum Muda, Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana-Malang, 2010.
Shelton, Charles M. SJ,Moralitas Kaum Muda, Bagaimana menanamkan Tanggung Jawab Kristiani, Yogyakarta:Kanisius, 1998.
Wijanarko, Robertus CM,Ph.D, New Age: Sebuah Fenomena Budaya Kontemporer dalam Dr. Valentinus & Dr. Yustinus (Eds.), Mereguk Air Hidup, Beriman Dalam Era New Age, Seri Filsafat Teologi Widya Sasana, Vol.19,No.Seri 18,2009, Malang: Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana, 2009.
Ruing, Laurensius. Multimedia Dan Evangelisasi, dalam Armada Ryanto & Mistrianto (Eds.), Gereja Kegembiraan dan Harapan. Merayakan 45 thn Gaudium et Spes. Yogyakarta: Kanisius,2011.
Internet
http://belajar-komputer-mu.com/pengertian-internet/, diakses pada tanggal 20 Oktober 2012.
http://belajar-komputer-mu.com/pengertian-internet/, diakses pada tanggal 20 Oktober 2012.
Prof.Dr.Berthold Anton Pareira.OCarm, Internet sebagai alat komunikasi dan kemanusiawian komunikasi langsung, dalam Robertus Wijanarko,CM,Ph.D dan Adi Saptowidodo CM, MA (ed)., Iman dan Pewartaan di Era Multimedia, Malang: Seri Filsafat Teologi Vol. 20 No. Seri 19, 2010. Hal 183.
http://members. Tripod.com/octa_haris/internet.html, diakses pada tanggal 20 Oktober 2012.
Leonardus Samosir OSC. Media Komunikasi Sosial: Tawaran dan Tantangan dalam Spiritualitas Sosial: Suatu Kajian Kontekstual. A. Eddy Kristiyanto OFM (Editor). Yogyakarta: Kanisius 2010.Hlm 252-253.
Bdk. Ensiklik Miranda Prorsus (1957) dan Instruksi Pastoral Communio et Progressio (1971), No.2.
Surat Pastoral Aetatis Novae, No.3.
F.X Didik Bagiyowinadi, Pr, Berpastoral dengan Multimedia Peluang dan Strategi Pastoral dalam Robertus Wijanarko, CM,Ph.D dan Adi Saptowidodo CM, MA (ed). Iman dan Pewartaan di Era Multimedia, Malang: Seri Filsafat Teologi Vol. 20 No. Seri 19, 2010. Hal 210-211.
Catechesi Tradendae, no.46.
Pesan hari Komunikasi ke -44, no.3.
Pesan hari Komunikasi ke -44, no.4.
A.M.Mangunhardjana: Pendampingan Kaum Muda, (Yogyakarta: Penerbit Kanisius,1986), hlm 11-12.
Komisi Kepemudaan KWI, Pedoman Karya pastoral Kaum Muda, (Cet ke -5 ,1986), hlm 4.
Adi saptowidodo, Diktat Pastoral Kaum Muda, Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana-Malang, 2010 hlm.1.
Komisi Kepemudaan KWI ,Op.cit, hlm.5.
Adi Saptowidodo,Op.cit.hlm.5.
Errol Jonathans,Era Multimedia: Sebuah "Kosmologi" Baru dalam Robertus Wijanarko, CM,Ph.D dan Adi Saptowidodo CM, MA (ed). Iman dan Pewartaan di Era Multimedia, Malang: Seri Filsafat Teologi Vol. 20 No. Seri 19, 2010. Hal 7.
F.X Didik Bagiyowinadi, Op.cit, 209-210.
Pontifical Council for Social Communications, The Church and Internet, (2 Februari 2002), no.10.
Charles M. Shelton SJ, Moralitas Kaum Muda, Bagaimana menanamkan Tanggung Jawab Kristiani, Yogyakarta:Kanisius, 1998,hlm.31.
David Ray Griffin, Tuhan dalam Dunia Postmodern, A. Gunawan Admiranto (Terj.), Yogyakarta:Kanisius, 2005, hlm.81.
Bdk. Robertus Wijanarko CM,Ph.D, New Age: Sebuah Fenomena Budaya Kontemporer dalam Dr. Valentinus & Dr. Yustinus (Eds.), Mereguk Air Hidup, Beriman Dalam Era New Age, Seri Filsafat Teologi Widya Sasana, Vol.19,No.Seri 18,2009, Malang: Sekolah Tinggi Filsafat Teologi Widya Sasana, 2009,hlm.12-13.
F.X. Didik Bagiyowinadi, op.cit, hlm 220.
Laurensius Ruing. Multimedia Dan Evangelisasi, dalam Armada Ryanto & Mistrianto (Eds.), Gereja Kegembiraan dan Harapan. Merayakan 45 thn Gaudium et Spes. Yogyakarta: Kanisius,2011. Hlm 168.
F.X. Didik Bagiyowinadi, op.cit, hlm 214.
1