BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
General anestesi merupakan tehnik yang paling banyak dilakukan pada berbagai macam prosedur pembedahan. Tehnik ini menghilangkan kesadaran yang bersifat pulih kembali (reversible) ( reversible) dan meniadakan nyeri secara s ecara sentral. se ntral. Trias anestesia terdiri dari analgesia, hipnotik dan relaksasi. Tahap awal dari anestesi umum adalah induksi. Induksi anestesi merupakan peralihan dari keadaan sadar dengan reflek perlindungan masih utuh sampai dengan hilangnya kesadaran (ditandai dengan hilangnya reflek bulu mata) akibat pemberian obat–obat anestesi 1. Perhatian utama pada anestesi umum adalah keamanan dan keselamatan pasien, dan salah satu faktor penentunya adalah kestabilan hemodinamik selama tindakan induksi dilakukan, hal ini dapat dicapai apabila obat anestesi tersebut dapat memberikan level anestesi yang adekuat untuk pembedahan tanpa menimbulkan depresi yang serius terhadap fungsi hemodinamik. 2 Sejak diperkenalkannya propofol sebagai agent anestesi intravena menjadikan obat ini merupakan obat pilihan yang sangat popular dan merupakan pilihan utama untuk induksi anestesi. 3,4 Induksi dengan propofol selalu berhubungan dengan menurunnya tekanan darah arteri khususnya pada pasien yang berusia tua, akan tetapi penurunan tekanan darah ini tidak begitu signifikan pada pasien yang berusia muda dan sehat. Penyebab pasti mekanisme penurunan tekanan darah dara h ini belum diketahui. 3,4,5,6 Banyak penelitian menyatakan hal ini terjadi dikarenakan penurunan tekanan perifer pembuluh darah yang dapat dicegah dengan pemberian loading cairan yang efektif, tetapi dikatakan juga penurunan tekanan darah ini tidak dapat diperkecil dengan pemberian cairan preload sebelum pembiusan. 3 Beberapa
penelitian
menyatakan
efek
penurunan
tekanan
darah
ini
berhubungan dengan inhibisi dari simpatetik s impatetik nervus sistem sist em dan kerusakan mekanisme baroreflex. Dan juga ada dilaporkan dikarenakan berkurangnya kadar norepinephrine di plasma setelah pemberian propofol.7,8,9
Universitas Sumatera Utara
Hipotensi bila berlangsung lama dan tidak diterapi akan menyebabkan hipoksia jaringan dan organ. Bila keadaan ini berlanjut terus akan mengakibatkan keadaan syok hingga kematian. 10 Sejauh ini banyak cara dilakukan untuk mencegah terjadinya hipotensi setelah pemberian propofol, misalnya dengan pemberian preloading cair an baik itu kristalloid ataupun kolloid dan juga pemberian suatu vasopressor seperti efedrin, dopamin, dan metaraminol. Pemberian simpatomimetik untuk mencegah dan mengatasi hipotensi dengan meningkatkan tahanan perifer pembuluh darah serta kontraktilitas jantung mempunyai keuntungan berupa biaya yang lebih murah akan tetapi mempunyai kelemahan dengan dapat terjadinya takikardi dan meningkatkan resiko untuk terjadinya arritmia.5 Preloading dengan cairan untuk mencegah hipotensi dengan maksud meningkatkan venous return dan tekanan pengisian kembali atrium kanan serta ventrikel kiri untuk mempengaruhi cardiac output bisa saja dilakukan, akan tetapi mempunyai banyak kelemahan yaitu akan memakan waktu selama pemberian cairan tersebut, biaya, resiko hemodilusi, overload cairan, dan reaksi anafilaktik. 5,10,11 Metode-metode pencegahan hipotensi pada pemakaian propofol diatas masih terus dalam perdebatan para ahli, apakah memilih penggunaan vasopressor ataukah memilih pengisian volume vaskular. Keduanya mempunyai kelebihan dan kelemahan. Dalam suatu penelitian propofol ini malah dipergunakan untuk mencegah terjadinya kondisi hipertensi pada saat tindakan laringoskopi dan intubasi. Seperti diketahui bahwa pada saat tindakan laringoskopi dan intubasi akan terjadi rangsang nyeri yang akan mengakibatkan respon peningkatan tekanan darah yang bila hal ini terjadi pada pasien dengan riwayat hipertensi yang berat akan dapat berakibat fatal. Disini peran propofol adalah untuk mencegah terjadi peningkatan tekanan darah tersebut. 8,9 Dalam rutinitas tindakan general anestesi, setiap tindakan induksi selalu diikuti oleh tindakan laringoskopi dan intubasi. Jadi bila induksi yang dilakukan menggunakan propofol yang akan berefek hipotensi dilanjutkan dengan tindakan laringoskopi dan intubasi yang akan memberikan efek peningkatan tekanan darah tentunya merupakan kombinasi yang akan tetap memelihara tekanan darah pada range yang normal, akan tetapi tidak demikian halnya bila tindakan intubasi tidak dilakukan 8,9
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian oleh Turner dkk dengan pemberian preloading cairan kristalloid ternyata tidak dapat mencegah penurunan tekanan darah setelah induksi 3
propofol dan fentanyl.
Sedangkan menurut RK Stoelting dan SC Hillier, pasien dengan hidrasi yang cukup sebelum pemberian intra vena yang cepat dari propofol dapat meminimalisir 8
efek penurunan tekanan darah.
Dari perbedaan yang ada pada latar belakang diatas, timbul keinginan peneliti untuk mengetahui efek pemberian cairan pengganti puasa terhadap perubahan hemodinamik setelah induksi propofol.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Dari latar belakang masalah di atas memberikan dasar bagi peneliti untuk merumuskan pertanyaan penelitian sebagai berikut :
Apakah ada perbedaan efek pemberian Ringer Laktat pengganti puasa dibandingkan dengan tanpa pemberian cairan pengganti puasa terhadap perubahan hemodinamik setelah induksi propofol 2 mg/kgbb iv pada general anestesi.
1.3. HIPOTESA
Ada
perbedaan
efek
pemberian
Ringer
Laktat
pengganti
puasa
dalam
mempertahankan hemodinamik setelah induksi propofol 2 mg/kgbb iv pada general anestesi dibandingkan dengan tanpa pemberian cairan pengganti puasa.
1.4. TUJUAN
1.4.1 Tujuan umum : mendapatkan alternatif cara mempertahankan hemodinamik setelah induksi propofol 2 mg/kgbb iv pada tindakan general anestesi. 1.4.2 Tujuan khusus : 1. Untuk mengetahui perbandingan perubahan hemodinamik sebelum dengan sesudah induksi propofol 2 mg/kgbb iv pada masing-masing kelompok studi.
Universitas Sumatera Utara
2. Untuk mengetahui perbandingan
perubahan hemodinamik sebelum dan
sesudah induksi propofol 2 mg/kgbb iv antar kelompok studi.
1.5. MANFAAT
1.
Mendapatkan acuan perlu tidaknya pemberian Ringer Laktat pengganti puasa sebelum induksi dengan propofol 2 mg/kgbb iv pada general anestesi.
2.
Sebagai bahan acuan penelitian lanjutan dengan menggunakan bahan maupun dosis yang berbeda dalam mempertahankan hemodinamik setelah induksi dengan propofol 2 mg/kgbb iv pada general anestesi.
Universitas Sumatera Utara