NO
NEGARA
1
Indonesia
2
Jerman
CORPORATE GOVERNANCE
Good Corporate Governance di Indonesia mulai ramai dikenal pada tahun 1997, saat krisis ekonomi menerpa Indonesia. Indonesia. Terdapat banyak akibat buruk dari krisis tersebut, salah satunya ialah banyaknya perusahaan yang berjatuhan karena tidak mampu bertahan, Corporate governance yang buruk buruk disinyalir sebagai salah satu sebab terjadinya krisis ekonomi politik Indonesia yang dimulai tahun 1997 yang efeknya masih terasa hingga saat ini.. Menyadari situasi dan kondisi demikian, pemerintah melalui Kementerian Negara BUMN mulai memperkenalkan konsep konsep Good Corporate Governance ini di lingkungan BUMN, menekankan kewajiban bagi BUMN untuk menerapkan Good Corporate Governance secara konsisten dan atau menjadikan prinsip-prinsip Good Corporate Governance sebagai landasan operasionalnya, yang pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan kepentingan stakeholders lainnya, dan berlandaskan peraturan perundang-undangan dan nilainilai etika. Masih banyak yang harus dibenahi dan terus dikembangkan pelaksaanaan GCG di Indonesia. Karena KKN yang yang merajalela mengartikan GCG masih belum dapat terlaksana dengan baik. Pelaksanaan GCG di Indonesia tidak dapat dilakukan sendirisendiri. Tapi memerlukan Integrasi dari seluruh komponen bisnis. Agar dapat dicapai suatu perusahaan bersih yang dapat disebut Good Corporate Governance. Banyak perusahaan privasi di jerman, memiliki struktur dimana pemilik dan manajer masih individu yang sama. Yang dapat mengelakkan adanya agency problem. Bahkan diperusahaan yang diperdagangkan secara umum, sering adanya pemegang saham yang dominan, sama halnya dengan Amerika. Menurut perkembangannya, bank telah menjadi pusat str uktur corporate governance di jerman, dan di negara lain di eropa seperti itali dan prancis. Sebagai pemberi pinjaman, bank menjadi pemegang saham mayoritas ketika perusahaan yang mereka danai tersebut membutuhkan tambahan sumber dana untuk pasar modal atau mereka tidak dapat melunasi hutang. Terdapat 3 bank besar di jerman yaitu Deutche, Dresdner, dan Commerzbank, adalah bank – bank yang biasanya memonitor dan mengontrol para manajer, baik sebagai pemberi pinjaman ataupun si pemegang saham, bank memilih perwakilan untuk duduk di dewan direksi suatu perusahaan. Perusahaan – perusahaan perusahaan di jerman menggunakan corporate governance dua tingkat. Dengan menggunakan struktur ini, pengawasan terhadap para manajer terpisah dengan fungsi lain dewan direksi. Sistem dua tingkatan yang dipakai jerman ini memungkinkan adanya pengawasan dan pengendalian atas keputusan dan tindakan manajerial ditangan sebuah s ebuah grup yang terpisah dari grup lainnya.
Dikarenakan pengaruh dari pemerintah lokal dan kekuatan bank (melalui struktur direksi), membuat pemegang saham khusus tidak bisa memiliki saham mayoritas. Selain itu pemegang saham institusional besar seperti perusahaan pendanaan dan asuransi juga tidak memiliki kepemilikan yang signifikan atas perusahaan di jerman. Dan menurut perkembangannya, para manajer jerman belum mendedikasikan diri mereka untuk kekayaan pemegang saham. Namun secara keseluruhan corporate governance di jerman sedang mengalami perubahan, setidaknya secara parsial. Dikarenakan adanya peningkatan bisnis globalisasi. Menurut penelitian tradisional sistem yang dipakai jerman sebelumnya, bagaimanapun juga menghasilkan biaya keagenan dikarenakan kurangnya pengawasan internal 3
Jepang
Perkembangan prilaku ke arah corporate governance yang terjadi di jepang, dipengaruhi oleh obligasi, keluar ga, dan konsensus. Di jepang istilah beberapa obligasi tertentu masih terasa aneh. Sebagai bagian dari keluarga di perusahaan, individu – individu yang berada didalamnya adalah bagian dari sebuah unit yang mengembangkan kehidupan mereka. Keluarga memimpin sikap dan kepatuhan di seluruh perusahaan. Bahkan sebuah grup yang telah terikat dipandang lebih tinggi daripada konsep – konsep ekonomi. Konsensus, memainkan peran yang penting di corporate governance jepang. Konsensus sangat dihargai meski terkadang menghasilkan keputusan dengan lambat. Sama halnya dengan jerman, di jepang bank juga memainkan peran penting sebagai pembantu pendanaan dan monitoring perusahaan – perusahaan besar yang go public. Bank memiliki porsi saham paling besar di perusahaan, bank tersebut juga memiliki hubungan yang dekat dengan para eksekutif. Bank utama jepang bersedia memberikan saran - saran financial dan juga dengan ketat menjaga mereka. Sebagaimana kasus jerman, corporate governance jepang saat ini sedang mengalami perubahan. Contoh, dikarenakan bank jepang yang ingin melanjutkan perkembangan sebagai organisasi ekonomi, peran bank dalam memonitor dan mengontrol prilaku manajerial dan pengeluaran perusahaan, menjadi lebih semakin tidak signifikan dibandingkan masa lalu. Masih berkaitan dengan struktur corporate gonernance, telah terjadi perubahaan lain di market kontrol. Akibat adanya resesi ekonomi yang telah dihadapi jepang, membuat para manajer berusaha untuk tidak ada takeover meski perusahaan sedang dalam keadaan tidak sehat.
4
Amerika
Pengalaman Amerika Serikat yang harus melakukan restrukturisasi corporate governance sebagai akibat market crash pada tahun 1929. Corporate governance yang buruk disinyalir sebagai salah satu sebab terjadinya krisis ekonomi politik Indonesia yang dimulai tahun 1997 yang efeknya masih terasa hingga saat ini.
Krisis keuangan yang terjadi di Amerika Serikat pada saat ini juga ditengarai karena tidak diterapkannya prinsip-prinsip GCG, beberapa kasus skandal keuangan seperti Enron Corp., Worldcom, Xerox dan lainnya melibatkan top eksekutif perusahaan tersebut menggambarkan tidak diterapkannya prinsip-prinsip GCG. Di Amerika Serikat, peristiwa tersebut ditanggapi dengan perubahan fundamental peraturan perundang-undangan di bidang audit dan pasar modal.