Amedeo Avogadro mungkin sosok yang tidak begitu populer, tapi bagi pela jar SMA di Indonesia, karya Avogadro menjadi bahan pelajaran kimia dan wajib dikuasai. Hipotesis Avogadro, yang dipelajari saat SMA, berperan penting dalam menyelesaikan berbagai masalah terkait ilmu kimia pada 1800 dan masih digunakan hingga kini. Siapa yang sangka kalau ahli kimia dari Italia ini sebelumnya berprofesi sebagai pengacara. Hipotesis dari Avogadro awalnya sempat mengawali penolakan dari pemikir ilmiah. Kematiannya pada 9 Juli 1856 tidak ti dak dihiraukan masyarakat. Akan tetapi, sosok Avogadro merupakan kunci dari salah satu masalah kimia utama dari dulu sampai sekarang. Tanpa solusi yang ia ajukan, dunia kimia mungkin tidak berkembang seperti saat ini.
Amedeo Avogadro dan Kehidupannya Avogadro lahir pada 9 Agustus 1776 dan merupakan anak dari Filippo Avogadro, pengacara dan senator wilayah Piedmont di Italia bagian utara. Avogadro lulus jurusan hukum pada 1792, namun ia tidak berpraktek hukum sampai menerima gelar doktor pada hukum gereja empat tahun kemudian. Pada 1801, ia menjadi sekretaris wilayah prefektur Eridano. Diawali pada 1800, Avogadro secara pribadi mendalami matematika dan fisika, dan ia berfokus pada riset awal di bidang listrik. Pada 1804, ia menjadi anggota anggota dari Academy of Science di Turin dan ditunjuk sebagai tenaga ahli di kampus tersebut. Tiga ta hun kemudian ia menjadi profesor dari filsafat alam di Royal College of Vercelli. Karirnya terus berkembang sampai pada 1820 ia mendapat jabatan sebagai dosen matematika fisika di University of Turin. Tidak banyak yang informasi yang diperoleh tentang kehidupan pribadi Avogadro, namun banyak yang menganggapnya menganggapnya sebagai seorang yang religius dan bermoral. Avogadro Avogadro menikahi Felicita Mazzé dan memiliki enam anak. Sepanjang hidupnya, ia banyak membahas isu terkait statistik, meteorologi, dan pengukuran.
Amedeo Avogadro dan Teori Atom Molekul Pada 1811, Avogadro menerbitkan hipotesis bahwa volume gas yang sama pada temperatur dan suhu yang sama mengandung jumlah molekul yang sama. Ia melanjutkan hipotesis bahwa berat relatif molekul pada dua gas sama dengan rasio dari kerapatan kedua gas gas pada kondisi temperatur dan tekanan yang sama. Secara cerdik, Avogadro berpendapat bahwa gas yang sederhana tidak dapat terbentuk dari atom tunggal melainkan terdiri dari dua atau lebih atom. Hipotesis yang disampaikan oleh Avogadro mampu menyelesaikan kesulit an yang dihadapi oleh Dalton dan yang lainnya saat menjawab laporan dari Gay-Lussac yang menyatakan bahwa pada suhu diatas 100°c, volume uap uap air ternyata berjumlah 2 kali lipat dari volume oksigen yang digunakan untuk membentuknya. Menurut Avogadro, molekul oksigen terpecah menjadi dua atom dan kemudian membentuk uap air.
Sayangnya, hipotesis Avogadro diabaikan selama setengah abad sejak pertama kali diterbitkan. Berbagai alasan pengabaian meliputi masalah teoreti s dan ketidakaktifan Avogadro pada komunitas ilmuwan kimia di wilayah pusat penelitian kimia seperti Prancis, Jerman, Inggris, dan Swedia. Karena komunitas ilmiah tidak cukup memperhatikan teori Avogadro, hipotesis Avogadro tidak segera diterima. Namun ada beberapa ilmuwan yang tertarik menggunakan hipotesis tersebut dalam eksperimen ilmiah. Salah satunya adalah André-Marie Ampère yang berhasil mencapai hasil eksperimen serupa dengan hipotesis dari Avogadro. Selain itu ada juga studi kimia organik yang menunjukkan bahwa hipotesis Avogadro mampu menjelaskan mengapa pada kuantitas molekul berwujud gas yang sama, terdapat jumlah volume yang sama. Sayangnya, eksperimen tersebut dilakukan pada sen yawa yang bersifat anorganik sehingga cenderung tidak sesuai dengan pembuktian ilmiah. Hipotesis Avogadro akhirnya diselesaikan oleh Stanislao Canizzaro yang menyampaikan pada kongres Karlsruhe di 1860, empat tahun setelah Avogadro meninggal. Ia menjelaskan bahwa hipotesis Avogadro memiliki pengecualian pada temperatur tertentu disebabkan disosiasi molekul. Selain itu, ia juga membuktikan bahwa hipotesis Avogadro tidak hanya tepat pada kasus massa molekul, melainkan juga massa atom. Pada 1911, berlangsung konferensi di Turin untuk memperingati ser atus tahun terbitnya paper klasik dari Avogadro pada 1811. Konferensi ini dihadiri oleh raja Victor Emmanuel III sekaligus menjadi momen pengakuan kontribusi luar biasa Avogadro terhadap dunia kimia. Kontribusi ini membuat Avogadro dikenal juga sebagai pendiri dari teori atom molekul.
Konstanta Avogadro Konstanta Avogadro merupakan sumbangan Avogadro yang masih banyak digunakan sampai sekarang. Meski begitu, Avogadro sendiri sebenarnya tidak pernah merumuskan nilai konstanta tersebut. Teori yang ia ajukan pertama kali pada 1811 membahas tentang proporsi volume gas terhadap jumlah atom atau molekul. Jean Perrin merupakan yang pertama menamai konstanta ini pada tahun 1909 sebagai penghargaan atas Avogadro. Ia meraih Hadiah Nobel Fisika pada tahun 1926 karena karyanya menentukan konstanta Avogadro melalui berbagai metode berbeda. Nilai konstanta Avogadro pertama kali diajukan oleh Johann Josef Loschmidt pada tahun 1865. Ia memperkirakan rata-rata diameter molekul di udara dengan menghitung jumlah partikel pada volume gas tertentu. Ia menentukan angka kerapatan partikel n 0 pada gas ideal yang kini dikenal juga sebagai konsntanta Loschmidt. Konstan Loschmidt ini dirumuskan menjadi: n0 = p0 NA / RT0 p0 merupakan notasi untuk tekanan, R untuk konstanta gas, dan T 0 sebagai suhu mutlak. Penentuan bilangan Avogadro yang akurat membutuhkan pengukuran dari kuantitas pada skala atomik dan makroskopik menggunakan unit pengukuran yang sama. Cara ini membuat Robert Milikan, ahli fisika dari Amerika, mampu mengukur muatan elektron pada 1910. Muatan elektron per mol merupakan konstanta yang kini kita kenal sebagai konstanta Faraday dan telah digunakan sejak 1834 saat Michael Faraday menerbitkan karyanya terkait
elektrolisis. Dengan membagi muatan elektron per mol, maka hipotesis Avogadro dapat diperoleh. Sejak 1910, terdapat cara perhitungan baru dengan hasil yang lebih akurat untuk menentukan nilai konstanta Faraday. Awalnya, Perrin mengajukan nama bilangan Avogadro yang mengacu pada jumlah molekul per 1 gram molekul oksigen, dan cara ini masih banyak digunakan untuk menghitung konstanta Avogadro dalam versi dasar. Pada 1971, International System of Units (SI) atau satuan internasional, diperkenalkan dan menggunakan mol seba gai dimensi pengukuran terpisah untuk jumlah molekul. Dengan penggunaan satuan inte rnasional, konstanta Avogadro tidak lagi menggunakan bilangan murni, tapi menggunakan unit pengukuran mol -1. Revisi dari unit satuan internasional membuat angka konstanta Avogadro ditetapkan bernilai 6,02214 x 10 23 mol-1. Konstanta ini memiliki ketidakpastian relatif pada 5 x 10 -8. Konstanta Avogadro kini termasuk 1 dari 7 konstanta yang digunakan untuk menghitung setiap unit satuan internasional. - See more at: http://www.bglconline.com/2014/08/amedeo-avogadro-atommolekul/#sthash.Mi0pyRO1.dpuf