FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SI SWA KELAS IV DAN V MI NEGERI 02 CEMPAKA PUTIH CIPUTAT TIMUR TAHUN AJARAN 2010/2011
SKRIPSI
Oleh: Sri Minatun 107101001764
PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011
LEMBAR PERNYATAAN
i
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI JAKARTA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT Skripsi, November 2011 Sri Minatun, NIM : 107101001764 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV dan V MIN 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
xv + 115 halaman halaman + 23 tabel + 2 bagan + 3 lampiran ABSTRAK
Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam sebuah negara. Prestasi belajar siswa dianggap sebagai ukuran untuk menentukan tingkat keberhasilan proses pendidikan di Indonesia. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 siswa kelas IV dan V MIN 02 Cempaka Putih didapatkan bahwa ratarata nilai beberapa mata pelajaran kurang dari 7, yang berarti prestasi belajar siswa masih kurang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa MIN 02 Cempaka Putih tahun ajaran 2010/2011, dengan menggunakan disain studi cross sectional . Sampel dalam penelitian ini sebanyak 66 anak yang diambil secara acak. Data penelitian didapatkan dari data primer dengan menggunakan kuesioner, timbangan injak dan mikrotoa, serta data sekunder dari nilai rapor dan arsip sekolah. Data dianalisis secara univariat untuk melihar gambaran masing-masing variabel, bivariat dengan menggunakan anova dan uji t-independen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa MIN 02 Cempaka Putih cukup baik, yaitu dengan rata-rata nilai siswa 75,03. Berdasarkan hasil analisis bivariat tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi, kesehatan, kebiasaan sarapan pagi, pendidikan orang tua, ekonomi keluarga dan lingkungan tempat tinggal dengan prestasi belajar. Sedangkan untuk variabel sikap, minat dan motivasi terdapat hubungan yang signifikan dengan prestasi belajar. Saran yang bisa diberikan adalah pihak sekolah sebaiknya mempertahankan prestasi belajar yang sudah baik dengan memantau dan memperhatikan faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar, terutama dalam hal gizi dengan mengadakan kantin sekolah yang memenuhi persyaratan gizi dan memeriksa status gizi secara periodik.
Kata kunci: prestasi belajar, status gizi Daftar bacaan: 110 (1978 – 2011)
ii
JAKARTA STATE ISLAMIC UNIVERSITY FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENE STUDY PROGRAM OF PUBLIC HEALTH Undergraduated Thesis, November 2011 Sri Minatun, NIM : 107101001764 The Factors Accociated with Learning Achievement Class of IV & V Cempaka Putih State Elementary School 02 Ciputat Timur School Year 2010/2011
xv + 115 pages + 23 table + 3 attachments ABSTRACT
Education plays a very important import ant role in improving the quality of human resou rces within a country. Student achievement is considered as a measure to determine the level of success of the process of education in Indonesia. Based on preliminary studies conducted on 10 students in grade IV and V Cempaka Putih State Elementary School found that the average value of some subjects is less than 7, which means that student achievement is still lacking. This study aims to determine the factors that related with student achievement Cempaka Putih State Elementary School academic year 2010/2011, by using cross-sectional study design. The sample in this study as many as 66 children taken at random. The research data obtained from primary data using questionnaires, scales and mikrotoa stampede, as well as secondary data from the report cards and school records. Data were analyzed by univariate to look for a picture of each variable, bivariate using anova to see the relationship with the nutritional status of learning achievement and a independen t-test to see the relationship with the other determinants of learning achievement. Results showed that student achievement Cempaka Putih State Elementary School quite good, with an average value of 75.03 students. Based on the results of bivariate analysis there was no significant relationship between nutritional status, health, breakfast habits, parental education, family economics and the environment in which to live with learning achievement. As for the variable attitudes, interests and motivation there is a significant relationship with learning achievement. The advice can be given is the school should maintain the achievements that have been well studied by monitoring and attention to factors associated with learning achievement, especially in terms of nutrition by holding a school cafeteria that meet nutritional requirements and examine the nutriti nutr itional onal status periodically. periodically.
Keywords: learning achievement, nutritional nutritional status References: 110 (1978 – 2011)
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi dengan Judul
FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V MI NEGERI 02 CEMPAKA PUTIH CIPUTAT TIMUR TAHUN AJARAN 2010/2011
Telah diperiksa, disetujui dan dipertahankan d i hadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Jakarta, 22 November 2011
Mengetahui
Yuli Amran, SKM, MKM
Ratri Ciptaningtyas, SKM, S.Sn.Kes
Pembimbing I
Pembimbing I
iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Jakarta, 22 November 2011
Mengetahui,
Penguji I
Yuli Amran, SKM, MKM
Penguji II
Ratri Ciptaningtyas, SKM, S.Sn.Kes
Penguji III
Frima Elda, SKM, MKM
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang Maha Pengasih dan Penyayang, atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Faktorfaktor yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar Siswa MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011” . Shalawat serta salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa dari kegelapan menuju cahaya yang terang benderang yaitu Islam. Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat, pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Hidayatullah Jakarta. Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. Dr (hc). dr. M. K. Tajudin, Sp.And, selaku dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayat ullah Jakarta. 2. dr. Yuli Prapanca Satar, MARS, selaku ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat. 3. Kemenag RI yang telah memberikan beasiswa sehingga penulis diberikan kesempatan untuk menyelesaikan studi di FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Ibu Yuli Amran, SKM, MKM selaku pembimbing I dalam penyusunan skripsi, yang telah memberikan arahan, saran dan saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
vi
5. Ibu Ratri Ciptaningtyas, SKM, S.Sn.Kes selaku pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 6. Kepala sekolah MI Negeri 02 Cempaka Putih yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian di MI Negeri 02 Cempaka Putih, serta para guru dan staf di MI Negeri 02 Cempaka Putih yang telah membantu kelancaran penelitian penulis. 7. Ayah dan Ibu tersayang yang senantiasa mendoakan dan memberikan bantuan baik moril maupun materiil serta adik-adik tercinta (Irfana dan Imam), yang selalu memberikan dorongan semangat bagi penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. ini. 8. Teman-teman CSS MoRa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya angkatan 2007 yang selalu memberikan semangat bagi penulis 9. Semua pihak yang telah memberikan bantuannya sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Se moga dengan disusunnya skripsi ini akan memberikan manfaat bagi banyak pihak, khususnya bagi penulis serta bagi pembaca.
Ciputat, 15 November 2011
Penulis
vii
DAFTAR ISI Halaman
LEMBAR PERSETUJUAN……………………………… PERSETUJUAN……………………………………………………… ……………………………... ……...
i
ABSTRAK.........................................................................................................................
ii
PERNYATAAN PERSETUJUAN..............................................................................
iv
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI.........................................................................
v
KATA PENGANTAR………………… PENGANTAR………………………………………………… ……………………………………………….... ………………....
viii
DAFTAR ISI………………………… ISI…………………………………………… ………………………………………… ……………………………….. ………..
vii
DAFTAR TABEL……………………… TABEL……………………………………………… ……………………………………………….. ………………………..
xii
DAFTAR BAGAN……………… BAGAN……………………………………………… ………………………………………………………. ……………………….
xiv
DAFTAR LAMPIRAN………………… LAMPIRAN…………………………………………… ……………………………………………….. ……………………..
xv
BAB I PENDAHULUAN………… PENDAHULUAN………………………………………… …………………………………………………….. ……………………..
1
A. Latar Belakang…………… Belakang…………………………………………… ………………………………………………….….. ………………….…..
1
B. Rumusan Masalah…………………… Masalah…………………………………………………… …………………………………….……. …….…….
6
C. Pertanyaan Penelitian…………………… Penelitian…………………………………………… ………………………………….…… ………….……
7
D. Tujuan Penelitian……………… Penelitian……………………………………………… ………………………………………….……... ………….……...
9
1. Tujuan Umum……………… Umum……………………………………………… ………………………………………………... ………………...
9
2. Tujuan Khusus…………………… Khusus…………………………………………………… …………………………………………. ………….
9
E. Manfaat Penelitian………… Penelitian………………………………………… …………………………………………………….. ……………………..
10
1. Bagi MI Negeri 02 Cempaka Putih Put ih Ciputat Timur………………………….. Timur…………………………..
10
2. Bagi Peneliti……………………… Peneliti……………………………………………………… …………………………………………. ………….
11
F. Ruang Lingkup Penelitian…………… Pe nelitian…………………………………………… ………………………………………….. …………..
11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA……………………………………………………… PUSTAKA………………………………………………………… …
12
A. Prestasi Diri…………… Diri…………………………………… ……………………………………………… ……………………………........... ……...........
12
1. Pengertian Prestasi Prest asi Diri………………………………………………….......... Diri…………………………………………………..........
12
2. Macam-macam Prestasi Prestas i Diri……… D iri…………………………………………… ………………………………………….. ……..
12
B. Prestasi Belajar……………………………....................................... Belajar……………………………....................................... .................. viii
13
1. Pengertian Prestasi Prest asi Belajar…………………………………………………….. Belajar……………………………………………………..
13
2. Indikator Prestasi Belajar……………………………………………………… Belajar………………………………………………………
15
3. Batas Minimal Prestasi Belajar…………… Be lajar…………………………………………… ………………………………….. …..
18
4. Evaluasi Prestasi Belajar……………… Belajar……………………………………………………… ………………………………………..
18
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Prestas i Belajar………………………….......... Belajar…………………………..........
19
1. Faktor Internal Internal………………………… ……………………………………………………………… ……………………………………….. …..
20
a. Aspek Fisiologis…………… Fisiologis………………………………………………… ……………………………………………… …………
20
1) Status gizi……… gizi…………………………………… ……………………………………………………… …………………………
20
2) Kesehatan………………………………................................................
29
3) Kebiasaan sarapan pagi………………………… pagi……………………………………………....... ………………….......
30
b. Aspek Psikologis…………………… Psikologis………………………………………………………….. ……………………………………..
32
1) Inteligensi siswa……………………… siswa……………………………………………………….. ………………………………..
32
2) Sikap siswa………………… siswa………………………………………………… ………………………………………….. …………..
34
3) Bakat siswa………… siswa………………………………… ………………………………………………….. …………………………..
35
4) Minat siswa……………………..............................................................
35
5) Motivasi siswa……………… siswa……………………………………………… …………………………………………. ………….
37
2. Faktor Eksternal………… Eksternal………………………………………… …………………………………………………….. ……………………..
40
a. Lingkungan Sosial…………… Sosial…………………………………………… …………………………………............... …...............
40
1) Keluarga……………………………………………………………….
40
a) Pendidikan orangtua……………………………… orangtua……………………………………………… ………………
41
b) Keadaan ekonomi eko nomi keluarga……………………………………….. keluarga………………………………………..
43
2) Sekolah………………………………………………………………...
44
3) Masyarakat…………………………………………………………….
44
b. Lingkungan nonsosial………………… nonsosial…………………………………………………….. …………………………………..
45
1) Lingkungan sekolah ………………………..........................................
45
2) Lingkungan tempat t empat tinggal …………………………………………... …………………………………………...
46
3. Faktor Pendekatan Belajar……………… Be lajar……………………………………… ……………………………………. …………….
49
D. Anak Sekolah…………………………… Sekolah………………………………………………………………… ………………………………………. ….
50
E. Kerangka Teori…………………… Teori………………………………………………………… ……………………………………………... ………...
52
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS……
53
A. Kerangka Konsep……………………… Konsep……………………………………………… ………………………………………... ………………...
53
ix
B. Definisi Operasional…………………… Operasional…………………………………………………… ………………………………………... ………...
55
C. Hipotesis………………… Hipotesis………………………………………………… ……………………………………………………… ………………………..
59
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN……… PE NELITIAN………………………………… ……………………………………….. ……………..
60
A. Disain Penelitian……………………… Penelitian……………………………………………………… ………………………………………… …………
60
B. Lokasi dan da n Waktu Penelitian……… Penelitian……………………………………… ……………………………………………. …………….
60
C. Populasi dan Sampel Penelitian…………………………………………………. Penelitian………………………………………………….
60
1. Populasi Penelitian…………………… Penelitian…………………………………………………… …………………………………….. ……..
60
2. Sampel Penelitian………………… Penelitian……………………………………………………… …………………………………………. …….
60
D. Instrumen Penelitian……………… Penelitian……………………………………………… …………………………………………….. ……………..
61
E. Pengumpulan Data Peneli Penelitian…………………………………… tian…………………………………………………… ………………
62
1. Primer………… Primer………………………………… ……………………………………………………… ……………………………………... ……...
62
2. Sekunder ……………………… ……………………………………………… ……………………………………………. …………………….
63
F. Pengolahan Data Penelitian……………… Penelitian…………………………………………… ……………………………………… …………
63
G. Teknis dan Analisis Data Penelitian……… Penelitian……………………………………… ……………………………………... ……...
64
1. Analisis Data D ata Univariat…………… Univariat…………………………………… ………………………………………… …………………
64
2. Analisis Data D ata Bivariat………… Bivariat…………………………………… …………………………………………….. …………………..
64
BAB V HASIL…………… HASIL…………………………………………… …………………………………………………………… …………………………….. ..
66
A. Analisis Univariat……………………………… Univariat……………………………………………………… ………………………………….. …………..
66
1. Gambaran Prestasi P restasi Belajar……………… Be lajar……………………………………………… ……………………………………... ……...
66
2. Gambaran Status Gizi…… Gizi…………………………………… …………………………………………………….. ……………………..
66
3. Gambaran Kesehatan…………………… Kesehatan…………………………………………………… ……………………………………... ……...
67
4. Gambaran Kebiasaan Sarapan Pagi…………………………………………….
68
5. Gambaran Sikap…………………………… Sikap…………………………………………………… ………………………………….. …………..
68
6. Gambaran Minat………………………… Minat………………………………………………… …………………………………….. ……………..
69
7. Gambaran Motivasi………………… Motivasi………………………………………………… ………………………………………….. …………..
69
8. Gambaran Pendidikan Pe ndidikan Ayah…………………………………………………… Ayah……………………………………………………
70
9. Gambaran Pendidikan Pe ndidikan Ibu……………………………………………………… Ibu………………………………………………………
70
10. Gambaran Ekonomi Eko nomi Keluarga………………………………………………….. Keluarga…………………………………………………..
71
11. Gambaran Lingkungan Tempat Tinggal………………… Tinggal……………………………………….. ……………………..
71
B. Analisis Bivariat………………………… Bivariat…………………………………………… ………………………………………… ………………………..
72
1. Hubungan Status Stat us Gizi dengan Prestasi Belajar……………………… Be lajar………………………………… …………
72
x
2. Hubungan Kesehatan dengan de ngan Prestasi Belajar…………………………………. Belajar………………………………….
73
3. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Prestasi Belajar…………………...
73
4. Hubungan Sikap dengan Prestasi Prestas i Belajar……………………………………… Belajar………………………………………
74
5. Hubungan Minat dengan denga n Prestasi Belajar………………………………………
74
6. Hubungan Motivasi dengan Prestasi Belajar…………………………………...
75
7. Hubungan Pendidikan Ayah dengan de ngan Prestasi Belajar………………………….
76
8. Hubungan Pendidikan Ibu dengan de ngan Prestasi Belajar…………………………….
76
9. Hubungan Ekonomi Keluarga dengan denga n Prestasi Belajar………………………...
77
10. Hubungan Lingkungan Tempat Tinggal dengan Prestasi Belajar……………...
77
BAB VI PEMBAHASAN………… PEMBAHASAN………………………………………… …………………………………………………….. ……………………..
79
A. Keterbatasan Peneliti………………… Peneliti………………………………………………… ……………………………………………. …………….
79
B. Prestasi Belajar………………… Belajar………………………………………… ……………………………………………… ………………………….. …..
79
C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Prestas i Belajar……………………………….. Belajar………………………………..
83
1. Status Gizi ……………………………………………………………………... ……………………………………………………………………...
83
2. Kesehatan …………………… ………………………………………………………… ………………………………………………… ……………
88
3. Kebiasaan Sarapan Sarapa n Pagi Pag i ………………………………………………………. ……………………………………………………….
90
4. Sikap ……………………… ……………………………………………………… …………………………………………………... …………………...
93
5. Minat …………………… …………………………………………… ……………………………………………… …………………………….. ……..
95
6. Motivasi …………………………………................................. …………………………………................................. ....................
96
7. Pendidikan Ayah …………………… ………………………………………………… ………………………………………… ……………
97
8. Pendidikan Ibu ……………………… …………………………………………………… ……………………………………….. …………..
99
9. Ekonomi Keluarga ………………………… ………………………………………………… …………………………………. ………….
101
10. Lingkungan Tempat Tinggal ……………....................................................
102
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN………… SARAN………………………………………… ……………………………………….. ………..
106
A. Simpulan …………………… ……………………………………………… ………………………………………………… …………………………... …...
106
B. Saran ……………………………………………………………………………….
108
1. Bagi Sekolah………………………… Sekolah………………………………………………………… ………………………………………… …………
108
2. Bagi Peneliti Selanjutnya……………………… Selanjutnya……………………………………………………… ………………………………..
108
DAFTAR PUSTAKA…………………… PUSTAKA…………………………………………………… ……………………………………………… ………………
109
xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1
Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi Belajar.....................................
16
Tabel 2.2
Indikator Motivasi… Motivasi………………………… ……………………………………………………… ………………………………..
39
Tabel 5.1
Distribusi Prestasi Belajar Siswa Kelas Kelas IV dan V MI MI Negeri 02 Cempaka Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011……………………………
66
Distribusi Status Gizi Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011……………………………
67
Distribusi Kesehatan Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011……………………………
67
Distribusi Kebiasaan Sarapan Pagi Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011…………………
68
Distribusi Sikap Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011…………………………………..
68
Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6
Distribusi Minat Siswa Kelas IV dan V MI MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011 …………………………… ………………………………….. ……..
Tabel 5.7
Distribusi Motivasi Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011…………………………………..
70
Distribusi Pendidikan Ayah Siswa Kelas Kelas IV dan V MIN 02 Cempaka Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011……………………………
70
Distribusi Pendidikan Ibu Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011……………………………
71
Tabel 5.8 Tabel 5.9
Tabel 5.10 Distribusi Ekonomi Keluarga Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011 …………………
69
71
Tabel 5.11 Distribusi Lingkungan Tempat Tempat Tinggal Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011……………...
72
Tabel 5.12 Distribusi Nilai Menurut Status Gizi Gizi Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011…………………
72
Tabel 5.13 Distribusi Nilai Nilai Menurut Kesehatan Siswa Kelas Kelas IV dan V MI MI Negeri 02 xii
Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011…………………
73
Tabel 5.14 Distribusi Nilai Menurut Kebiasaan Sarapan Pagi Siswa Siswa Kelas IV dan V MIN 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011………..
73
Tabel 5.15 Distribusi Nilai Menurut Sikap Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011…………………
74
Tabel 5.16 Distribusi Nilai Menurut Minat Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011…………………
74
Tabel 5.17 Distribusi Nilai Nilai Menurut Motivasi Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011…………………
75
Tabel 5.18 Distribusi Nilai Menurut Pendidikan Ayah Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011……...
76
Tabel 5.19 Distribusi Nilai Menurut Pendidikan Ibu S iswa Kelas IV dan da n V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011……...
76
Tabel 5.20 Distribusi Nilai Menurut Ekonomi Keluarga Keluarga Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011……...
77
Tabel 5.21 Distribusi Nilai Menurut Lingkungan Tempat Tinggal Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011…………………………………………………………………
77
xiii
DAFTAR BAGAN
Halaman
Bagan 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar…………………… Belajar……………………..
52
Bagan 3.1 Bagan Kerangka Konsep………………………………… Konsep………………………………………………... ……………...
54
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1
: Hasil Analisis SPSS
2. Lampiran 2
: Kuesioner Penelitian
3. Lampiran 3
: Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner
xv
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Anak sekolah merupakan aset negara yang sangat penting sebagai sumber daya manusia
bagi
keberhasilan
pembangunan
bangsa
(Moehji,
2003).
Keberhasilan
pembangunan suatu bangsa sangat sa ngat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif (Hadi, 2005). Upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia harus dilakukan sejak dini, sistematis dan berkesinambungan (Judarwanto, 2008). Kualitas sumber daya manusia (SDM) memainkan peran penting dalam pembangunan bangsa. Perkembangan ilmu dan pengetahuan (iptek) yang kini berlangsung amat cepat dan menjadi barometer kemajuan suatu bangsa, membutuhkan SDM berkualitas tinggi (Sibuea, 2002). Berdasarkan
UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
terwujudnya sumber daya manusia yang berkualitas tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya daya manusia dalam sebuah negara. Prestasi belajar belajar siswa sebagai ukuran untuk menentukan tingkat keberhasilan proses pendidikan di Indonesia. Hal ini menunjukkan berhasil tidaknya proses pendidikan dapat diamati berdasarkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa. Menurut Purwadarminto dalam Wijayanto (2001), prestasi belajar adalah prestasi yang dicapai oleh seorang siswa dalam jangka waktu tertentu dan yang tercatat dalam buku rapor sekolah.
1
2
Menurut Syah (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi terbagi menjadi tiga yaitu faktor internal, faktor eksternal, dan faktor pendekatan belajar. Faktor internal terdiri dari aspek fisiologis (status gizi, kesehatan, dan kebiasaan sarapan pagi) dan aspek psikologis (inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi). Faktor eksternal terdiri dari lingkungan sosial (pendidikan ayah, pendidikan ibu, keadaan ekonomi orang tua, guru, teman-teman sepermainan, dan masyarakat) dan lingkungan non-sosial (lingkungan sekolah dan lingkungan tempat t empat tinggal). Status gizi gizi seseorang merupakan faktor faktor yang yang
memberikan pengaruh cukup besar
terhadap prestasi seseorang. Hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Himmah (2010) pada anak SD di Bekasi, dihasilkan bahwa prestasi belajar siswa kurang ternyata banyak terjadi pada siswa dengan status gizi yang kurang (80,6%) dibandingkan siswa dengan status gizi yang normal (41,4%). Hal ini didukung dengan penelitian Pamularsih pada anak SD di Boyolali, terdapat hubungan hubungan antara status gizi gizi dengan prestasi belajar. Menurut Moeloek (1999), gizi merupakan salah satu faktor penting dalam memberikan kontribusi terhadap kualitas sumber daya manusia (SDM). Asupan gizi yang baik berperan penting pe nting di d i dalam d alam mencapai pertumbuhan p ertumbuhan badan yang optimal. o ptimal. Pertumbuhan Pert umbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang. Dampak akhir dari konsumsi gizi yang baik dan seimbang adalah meningkatnya kualitas sumber daya manusia (Khomsan, 2004). Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak-anak saat ini (Judarwanto, 2008). Menurut Sediaoetama (2000), anak sekolah atau masa kanak-kanak pertengahan merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap ketidakcukupan gizi, sehingga anak
3
sekolah harus dipantau agar ketidakcukupan gizi bisa dihindari. Anak yang gizi kurang menjadi terbelakang, sehingga seringkali mereka tidak dapat menyesuaikan diri dengan situasi sekolah (Berg, 1986). Fase usia sekolah membutuhkan asupan makanan yang bergizi untuk menunjang masa pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan tubuh akan energi jauh lebih besar dibandingkan dengan usia sebelumnya, karena anak sekolah lebih banyak melakukan aktivitas fisik seperti bermain, berolahraga atau membantu orang tuanya (Anindya, 2009). Selain itu, pengaruh makanan terhadap perkembangan otak, apabila makanan tidak cukup mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan, dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak, berakibat terjadi ketidakmampuan berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabka n pertumbuhan badan terganggu, badan lebih kecil diikuti dengan ukuran otak yang juga kecil.
Jumlah
sel
dalam
otak
berkurang
dan
terjadi
ketidakmatangan
dan
ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasa n anak a nak (Anwar, 2008 dalam da lam Pamularsih, 2009). Untuk itu, usahausaha usaha peningkatan gizi terutama harus ditujukan pada anak-anak (Krisno, 2004). Anak yang kurang gizi mudah mengantuk dan kurang bergairah yang dapat mengganggu proses belajar di sekolah dan menurun prestasi belajarnya, daya pikir anak juga akan aka n berkurang, karena pertumbuhan pert umbuhan otaknya o taknya tidak t idak optimal opt imal (Anindya, 2009). Kurang gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunkan daya tahan, meningkatkan kesakitan dan kematian (Achmad, 2000). Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (2000) disebutkan bahwa pada anak usia sekolah kekurangan gizi akan mengakibatkan anak menjadi lemah, cepat lelah dan sakit - sakitan
4
sehingga anak seringkali absen serta mengalami kesulitan mengikuti dan memahami pelajaran. Menurut Almatsier (2006), kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses-proses seperti pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak serta perilaku. Begitu juga dengan anak yang mengalami obesitas akan mempengaruhi terhadap prestasi belajarnya. Hal ini berdasarkan Datar, Sturm, dan Magnabosco (2004) yang menyatakan prestasi anak obesitas pada pelajaran matematika dan membaca cenderung lebih rendah dibandingkan anak yang tidak obesitas. Selain itu, sarapan pagi juga penting bagi anak sekolah. Menurut Khomsan (2004), anak yang tidak sarapan pagi akan mengalami kekosongan lambung sehingga kadar gula akan menurun. Padahal gula darah merupakan sumber energi utama bagi otak. Dalam keadaan demikian anak akan sulit untuk dapat menerima pelajaran dengan baik. Gairah belajar dan kecepatan reaksi juga akan menurun. Tinggi rendahnya prestasi belajar siswa juga berhubungan dengan tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan orang tua. Karena dengan adanya tingkat pendidikan dan tingkat penghasilan yang tinggi diharapkan orang tua selain akan memberikan perhatian dan kepedulian terhadap kegiatan belajar siswa juga akan dapat memenuhi fasilitas belajar siswa dan biaya sekolah lainnya, yang pada gilirannya dapat memotivasi siswa untuk meningkatkan prestasi belajarnya. Sebaliknya dengan tingkat pendidikan yang rendah dan tingkat penghasilan yang rendah dari orang tua maka selain dapat mengurangi perhatian dan kepedulian orang tua terhadap kegiatan belajar siswa juga akan dapat mengurangi pemenuhan kebutuhan atau fasilitas belajar siswa dan biaya seko lah lainnya. Sehingga akan
5
menurunkan motivasi belajar yang pada gilirannya akan mengurangi prestasi belajar siswa (Kusumastuti, 2010). Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks Pengembangan Manusia ( Human Human Development Index), Index), yaitu komposisi dari peringkat pencapaian pendidikan, kesehatan, dan penghasilan per kepala yang menunjukkan bahwa Indeks Pengembangan Manusia Indonesia makin menurun (Aqila, 2010). Berdasarkan IPM maka pembangunan sumber daya manusia Indonesia belum menunjukkan hasil yang menggembirakan. Pada tahun 2003, IPM Indonesia menempati urutan ke 112 dari 174 negara (UNDP, 2003). Sedangkan pada tahun 2004, IPM Indonesia menempati peringkat 111 dari 177 negara (UNDP, 2004), yang merupakan peringkat lebih rendah dibandingkan peringkat IPM negara-negara tetangga (Hadi, 2005). Hasil penelitian yang dilakukan oleh IEA, Asosiasi Internasional yang secara berkala meriset pencapaian bidang pendidikan masyarakat dunia, tentang kemampuan membaca siswa Sekolah Dasar (SD) di sejumlah negara, termasuk Indonesia, menunjukkan bahwa kemampuan siswa SD di Indonesia sangat rendah (di bawah rata-rata). Dari 33 negara yang diteliti, siswa SD di Indonesia berada di urutan ke-32 (Eriyanti, 2007). Begitu juga dengan prestasi belajar siswa SD/MI di Provinsi Banten yang masih kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional) Provinsi Banten tahun 2008 untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berdasarkan Depdiknas (2009) adalah 6,46.
6
Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur didapatkan bahwa rata-rata nilai Matematika adalah 6,8, nilai Bahasa Indonesia adalah 7,2, nilai IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) adalah 6,6, dan rata-rata nilai IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) adalah 6,8. Sedangkan nilai rata-rata pelajaran agama yang terdiri dari Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan Bahasa Arab Arab adalah 6,9; 7,5; 7,5; 6,4 dan 7,5. Hal tersebut menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih masih kurang, karena untuk pelajaran Matematika, IPA dan IPS, yaitu rata-rata nilai tersebut masih kurang dari 7 sebagaimana standar dari Depdiknas (2008). Demikian juga dengan prestasi pelajaran agama, pelajaran Al-Qur’an Hadits dan SKI, masih kurang dari 7. Oleh karena itu, peneliti bermaksud untuk meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011. B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan Depdiknas (2009), prestasi belajar siswa SD/MI di Provinsi Banten masih kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata UASBN (Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional) Provinsi Banten tahun 2008 untuk mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia dan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang masih kurang dari 7,00 yaitu 6,46. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Put ih didapatkan bahwa rata-rata nilai beberapa mata pelajaran, seperti sepert i Matematika, IPA, IPS, Al-Qur’an Hadits dan SKI, masih kurang dari 7. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa masih kurang. Padahal, prestasi belajar siswa
7
dijadikan sebagai ukuran untuk menentukan tingkat keberhasilan proses pendidikan di Indonesia. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam sebuah negara. Sedangkan keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Sehingga, prestasi belajar anak sekolah menjadi sangat pent ing dalam menentukan keberhasilan pembangunan negara. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain faktor internal yang terdiri dari aspek fisiologis (kesehatan, status gizi dan keiasaan sarapan pagi) dan aspek psikologis (inteligensi, ( inteligensi, sikap, bakat, minat dan motivasi); faktor eksternal yang terdiri dari faktor sosial (pendidikan ayah, pendidikan ibu, keadaan ekonomi orang tua, guru, temanteman sepermainan, dan masyarakat) dan faktor non sosial (lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal); serta pendekatan belajar. Berdasarkan hal tersebut, peneliti bermaksud untuk meneliti meneliti faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011. C.
Pertanyaan Penelitian
1. Bagaimana gambaran prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011? 2. Bagaimana gambaran status gizi siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011? 3. Bagaimana gambaran kesehatan siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011?
8
4. Bagaimana gambaran kebiasaan sarapan pagi siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2 011? 5. Bagaimana gambaran pendidikan ayah siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011? 6. Bagaimana gambaran pendidikan ibu siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011? 7. Bagaimana gambaran ekonomi keluarga siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011? 8. Bagaimana gambaran lingkungan tempat tinggal siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011? 9. Adakah hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar pada siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011? 10. Adakah hubungan antara kesehatan dengan prestasi belajar pada siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011? 11. Adakah hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar pada siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010 /2011? 12. Adakah hubungan antara pendidikan ayah dengan prestasi belajar pada siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011? 13. Adakah hubungan antara pendidikan ibu dengan prestasi belajar pada siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011? 14. Adakah hubungan antara ekonomi keluarga dengan prestasi belajar pada siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011?
9
15. Adakah hubungan antara lingkungan tempat tinggal dengan prestasi belajar pada siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011? D.
Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum Diketahuinya faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar pada siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011. 2. Tujuan Khusus a. Diketahuinya gambaran prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011. b. Diketahuinya gambaran status gizi siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011. c. Diketahuinya gambaran kesehatan siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011. d. Diketahuinya gambaran kebiasaan sarapan pagi siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011. e. Diketahuinya gambaran pendidikan ayah siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011. f. Diketahuinya gambaran pendidikan ibu siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011. g. Diketahuinya gambaran ekonomi keluarga siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011. h. Diketahuinya gambaran lingkungan tempat tinggal siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011.
10
i.
Diketahuinya hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar pada siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011.
j.
Diketahuinya hubungan antara kesehatan dengan prestasi belajar pada siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011.
k. Diketahuinya hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar pada siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011. l.
Diketahuinya hubungan antara pendidikan ayah dengan prestasi belajar pada siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011.
m. Diketahuinya hubungan antara pendidikan ibu dengan prestasi belajar pada siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011. n. Diketahuinya hubungan antara ekonomi keluarga dengan prestasi belajar pada siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011. o. Diketahuinya hubungan antara lingkungan tempat tinggal dengan prestasi belajar pada siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011. E.
Manfaat Penelitian
1. Bagi MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Diperolehnya
informasi
mengenai
prestasi
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya. Selain itu, dengan hasil penelitian diharapkan dapat menjadi
11
masukan bagi pengelola pendidikan di MI Negeri 02 Cempaka Putih dalam melakukan kegiatan berbasis sekolah dalam upaya peningkatan prestasi belajar anak sekolah. 2. Bagi Peneliti Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan landasan untuk dilakukannya penelitian
lanjutan
yang
berkaitan
prestasi
belajar
dan
faktor-faktor
yang
mempengaruhinya, terutama dalam hal gizi. F.
Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur. Mahasiswi Peminatan Gizi Program Studi Kesehatan Masyarakat merupakan peneliti dalam penelitian penelitian ini dan yang diteliti adalah siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011. Alasan dilakukan penelitian ini karena berdasarkan studi pendahuluan, prestasi siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur masih kurang, yaitu nilai rata-rata pelajaran Matematika, IPA, IPS, AlQur’an Hadits dan SKI masih kurang dari 7. Penelitian dilakukan pada bulan Mei sampai November tahun 2011 di MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur dengan menggunakan disain penelitian cross-sectional .
12
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. PRESTASI DIRI
1. Pengertian Prestasi Diri Prestasi diri berarti hasil usaha atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau pribadi. Dapat pula dikatakan bahwa seseorang dianggap berprestasi, jika dia telah meraih sesuatu dari apa yang telah diusahakannya, baik melalui belajar, bekerja, berolahraga
dan
sebagainya.
Prestasi
tersebut
merupakan
wujud
optimalisasi
pengembangan potensi diri (Mustofa, 2009). 2. Macam-Macam Prestasi Diri Prestasi diri dibagi menjadi beberapa macam, yaitu (Mustofa, 2009): a. Prestasi belajar Prestasi belajar atau bidang pendidikan ini dapat di perinci lebih luas misalnya prestasi hasil belajar matematika, IPA, bahasa dan lain-lain. b. Prestasi kerja Prestasi kerja mencakup hal yang sangat luas misalnya prestasi kerja buruh, karyawan, pegawai negeri, petani dan lain-lain. c. Prestasi di bidang seni dan budaya Para seniman menghasilkan berbagai bentuk kesenian baik seni lukis, seni pahat, seni musik, seni suara, panggung wayang orang, ketoprak maupun berbagai jenis taritarian.
13
d. Prestasi di bidang olahraga Para olahragawan memperoleh prestasi yang baik dalam bidang olahraga. e. Prestasi di bidang politik dan pemerintah Para pejabat negara dan para anggota lembaga negara merupakan contoh orangorang yang meraih prestasi yang tinggi dalam bidang politik dan pemerintah. Mereka mampu memimpin bangsa dan negara serta meningkatkan kesadaran warga negara dan tentang arti pentingnya hidup berbangsa dan bernegara. f.
Prestasi di bidang hukum Alat-alat negara sebagai penegak hukum seperti polisi, hakim, jaksa maupun perangkat hukum lainnya merupakan contoh figur yang memperoleh prestasi di dalam bidang hukum atau penegak hukum. Selain para penegak hukum dan ahli ketatanegaraan merupakan pihak yang memiliki prestasi yang baik di bidang hukum, mereka telah membantu pemerintah dalam menyusun hukum dan memasyarakatkan hukum.
g. Prestasi di bidang ekonomi Bidang ekonomi merupakan bidang yang sangat luas menyangkut hampir segala lapisan kehidupan masyarakat. h. Prestasi di bidang lingkungan hidup i.
Prestasi di bidang iptek, dan lain-lain
B. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar menurut Tu’u (2004) adalah hasil yang dicapai seseorang ketika mengerjakan tugas atau kegiatan tertentu. Prestasi belajar adalah hasil yang diberikan
14
oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil perbuatan belajar (Wuryani, 2002). Sedangkan menurut Depdiknas (2008), prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau nilai yang diberikan oleh guru. Prestasi belajar siswa dapat diketahui setelah diadakan evaluasi, yang dinyatakan dalam bentuk nilai. Prestasi belajar siswa meliputi prestasi kognitif (kemampuan berpikir dan analisis, prestasi afektif (sikap) dan prestasi psikomotor (tingkah laku). Namun dari tiga spek tersebut aspek kognitiflah yang menjadi tujuan utama dalam suatu sistem pendidikan tanpa mengesampingkan aspek yang lain (Syah, 2010). Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis dan tanggung jawab. Melalui pendidikan seseorang diharapkan mampu membangun sikap dan tingkah laku serta pengetahuan dan keterampilan yang perlu dan berguna bagi kelangsungan dan kemajuan diri dalam masyarakat, bangsa dan negara. Tercapainya tujuan pendidikan nasional dapat dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh oleh
peserta
didik.
Pendidikan
pada
dasarnya
adalah
usaha
sadar
untuk
menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Belajar adalah istilah kunci ((key key term) term) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesungguhnya tidak pernah ada pendidikan. Sebagai
15
suatu proses, belajar hampir selalu mendapat tempat yang luas dalam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) di tengah-tengah persaingan yang ketat ket at diantara bangsa-bangsa lainnya yang terlebih dahulu maju karena belajar (Syah, 2006). Portosuwido dkk (1976) dalam Isdaryanti (2007) telah melakukan penelitian di bidang kognitif pada anak sekolah dasar dengan mengukur skor prestasi belajar melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS. Keempat mata pelajaran ini sudah cukup menggambarkan nilai kognitif anak sekolah dasar. Skor prestasi ialah hasil yang dicapai oleh murid pada mata pelajaran tertentu yang dinyatakan dalam wujud angka (Soemantri, 1978). Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional, beba n belajar untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) ditambah mata pelajaran agama aga ma dan akhlak mulia. Sedangkan berdasarkan SK Dirjen Pendidikan Islam No. Dj.I/60/2011 (2011), untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dan untuk meningkatkan mutu pendidikan Agama Islam, perlu diselenggarakan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UASBN). Mata pelajaran UASBN tingkat Madrasah Ibtidaiyah I btidaiyah (MI) ( MI) meliputi Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab. 2. Indikator Prestasi Belajar Pada prinsipnya, pengungkapan hasil belajar ideal meliputi segenap ranah psikologis yang berubah sebagai akibat pengalaman dan proses belajar siswa. Namun demikian, pengungkapan perubahan tingkah laku seluruh ranah itu, khususnya ranah rasa murid, sangat sulit. Hal ini disebabkan perubahan hasil belajar itu ada yang bersifat
16
intangible intangible (tak dapat diraba). Oleh karena itu, yang dapat dilakukan guru dalam hal ini hanya mengambil cuplikan perubahan tingkah laku yang dianggap penting dan diharapkan dapat mencerminkan perubahan yang terjadi sebagai hasil belajar siswa, baik yang berdimensi cipta dan rasa maupun yang berdimensi karsa (Syah, 2010). Berikut merupakan jenis, indikator, dan cara evaluasi prestasi menurut Surya (1982), Barlow (1985), Petty (2004) dalam Syah (2010): Tabel 2.1 Jenis, Indikator, dan Cara Evaluasi Prestasi Belajar
Ranah/Jenis Prestasi
Indikator
Cara Evaluasi
A. Kognitif 1. Pengamatan
2. Ingatan
1. Dapat menunjukkan
1. Tes lisan
2. Dapat membandingkan
2. Tes tertulis
3. Dapat menghubungkan
3. Observasi
1. Dapat menyebutkan
1. Tes lisan
2. Dapat
menunjukkan 2. Tes tertulis
kembali 3. Pemahaman
3. Observasi
1. Dapat menjelaskan 2. Dapat
1. Tes lisan
mendefinisikan 2. Tes tertulis
dengan lisan sendiri 4. Penerapan
1. Dapat
memberikan 1. Tes tertulis
contoh 2. Dapat
2. Pemberian tugas menggunakan 3. Observasi
secara tepat 5. Analisis (pemeriksaan 1. Dapat menguraikan dan pemilahan secara 2. Dapat teliti)
1. Tes tertulis 2. Pemberian tugas
mengklasifikasikan/memi lah-milah
6. Sintesis panduan
(membuat baru
dan
1. Dapat menghubungkan
1. Tes tertulis
2. Dapat menyimpulkan
2. Pemberian tugas
17
utuh)
3. Dapat menggeneralisasikan (membuat prinsip umum)
B. Afektif 1. Penerimaan
1. Menunjukkan
sikap
menerima
1. Tes tertulis 2. Tes skala sikap
2. Menunjukkan
sikap
3. Observasi
menolak 2. Sambutan
1. Kesediaan berpartisipasi/ terlibat
1. Tes skala sikap 2. Pemberian tugas
2. Kesediaan
3. Observasi
memanfaatkan 3. Apresiasi menghargai)
(sikap 1. Menganggap penting dan bermanfaat
1. Tes skala penilaian/ sikap
2. Menganggap indah dan harmonis
2. Pemberian tugas 3. Observasi
3. Mengagumi 4. Internalisasi (pendalaman)
1. Mengakui dan meyakini
1. Tes skala sikap
2. Mengingkari
2. Pemberian
tugas
ekspresif
(yang
menyatakan
sikap)
dan proyektif (yang menyatakan perkiraan/ramalan) 3. Observasi 5. Karakteristik (penghayatan)
1. Melembagakan meniadakan 2. Menjelmakan pribadi
dan
sehari-hari C. Psikomotor
atau
1. Pemberian ekspresif
dalam perilaku
proyektif 2. Observasi
tugas dan
18
1. Keterampilan bergerak
1. Mengkoordinasikan dan
bertindak
1. Observasi
gerak mata, tangan, kaki dan
anggota
2. Tes tindakan
tubuh
lainnya 3. Kecakapan
ekspresi
verbal dan non verbal
1. Mengucapkan 2. Membuat
mimik
gerakan jasmani
1. Tes lisan dan
2. Observasi 3. Tes tindakan
Berdasarkan Depdiknas (2008), penilaian kelompok mata pelajaran untuk SD dilaksanakan melalui muatan dan/atau kegiatan bahasa, matematika, IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), dan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). 3. Batas Minimal Prestasi Belajar Menurut Syah (2010), menetapkan batas minimum keberhasilan belajar siswa selalu berkaitan dengan upaya pengungkapan hasil belajar. Ada beberapa alternatif norma pengukuran tingkat keberhasilan siswa setelah mengikuti proses mengajar-belajar. Diantara norma-norma pengukuran tersebut ialah: a. Norma skala angka dari 0 sampai 10 b. Norma skala angka dari 0 sampai 100 4. Evaluasi Prestasi Prestasi belajar dapat diukur dengan evaluasi hasil belajar siswa (Syah, 2006). Berikut merupakan macam-macam evaluasi prestasi: a. Evaluasi Prestasi Kognitif Berdasarkan Syah (2010), mengukur keberhasilan siswa yang berdimensi kognitif (ranah cipta) dapat dilakukan dengan berbagai cara, baik dengan tes tertulis maupun tes lisan dan perbuatan. Karena semakin membengkaknya jumlah siswa di sekolah-sekolah, tes lisan dan perbuatan hampir tak pernah digunakan lagi. Alasan
19
lain mengapa tes lisan khususnya kurang mendapat perhatian ialah karena pelaksanaannya yang face yang face to face face (berhadapan langsung). Dampak negatif yang tak jarang muncul akibat tes yang face to face face itu ialah sikap dan perlakuan yang subjektif dan kurang adil, sehingga soal yang diajukan pun tingkat kesukarannya berbeda antara satu dengan yang lainnya. b. Evaluasi Prestasi Afektif Berdasarkan Syah (2010), dalam merencanakan penyusunan instrumen tes prestasi siswa yang berdimensi afektif (ranah rasa) jenis-jenis prestasi internalisasi dan karakterisasi seyogianya mendapat perhatian khusus. Alasannya karena yang lebih banyak mengendalikan sikap dan perbuatan siswa. c. Evaluasi Prestasi Psikomotor Menurut Syah (2010), cara yang dipandang tepat untuk mengevaluasi keberhasilan belajar yang berdimensi ranah psikomotor (ranah karsa) adalah observasi. Observasi dalam hal ini, dapat diartikan sebagai sejenis tes mengenai peristiwa, tingkah laku, atau fenomena lain, dengan pengamatan langsung. Namun, observasi harus dibedakan dari eksperimen, karena eksperimen pada umumnya dipandang sebagai salah satu cara observasi. C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Menurut Syah (2010), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi 3 macam, yakni:
20
1. Faktor Internal (faktor dari dalam siswa) Yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek, yakni: 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah); 2) aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). a. Aspek Fisiologis 1) Status gizi Status gizi merupakan ekspresi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel tertentu (Supariasa, 2002). Menurut Jelliffe (1989) dalam Supariasa (2002), status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan antara pemasukan gizi di satu pihak serta pengeluaran di lain pihak yang terlihat melalui variabel-variabel tertentu yaitu melalui suatu indikator status gizi. Status gizi diartikan sebagai keadaan kesehatan fisik seseorang atau sekelompok orang yang ditentukan dengan salah satu atau kombinasi dari ukuranukuran gizi tertentu (Soekirman, 2000). Menurut Almatsier (2006), status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Sedangkan zat gizi (nutrients (nutrients)) adalah ikatan kimia yang diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi, membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses kehidupan. Menurut Almatsier (2006), status gizi dibedakan menjadi 4 yaitu status gizi buruk, status gizi kurang, status gizi baik dan status gizi lebih. Berdasarkan Kepmenkes RI (2010), baku antropometri anak 5-18 tahun dihitung nilai Z_Score
21
IMT/U. Berdasarkan indikator IMT/U, status gizi diklasifikasikan dalam beberapa kelompok, yaitu: a) Sangat kurus : < -3 SD b) Kurus
: -3 SD sampai dengan < -2
c) Normal
: -2 SD sampai dengan 1
d) Gemuk
: > 1 SD
a) Status gizi buruk Secara klinis, gizi buruk ditandai dengan asupan protein, energi dan nutrisi mikro seperti vitamin yang tidak mencukupi sehingga menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan (Arundyna, 2011). Menurut Nency (2005), status gizi buruk dibagi menjadi tiga bagian, yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut kwashiorkor ), ), karena kekurangan kalori (disebut marasmus), marasmus), dan kekurangan kedua-duanya. Menurut Soemantri (1978) apabila makanan yang dikonsumsi tidak cukup mengandung zat – zat gizi yang dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya ketidakmampuan otak untuk berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan terganggu, badan lebih kecil, jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan serta ketidaksempurnaan organisasi
biokimia
dalam
otak.
perkembangan kecerdasan anak.
Keadaan
ini
berpengaruh
terhadap
22
Kelainan yang terjadi pada jaringan otak akibat gizi buruk itu membawa dampak antara lain (Moehji, 2003): (1) Turunnya fungsi otak yang berpengaruh terhadap kemampuan belajar. Penelitian yang dilakukan di Amerika Tengah Brazilia dan India menunjukkan bahwa anak-anak yang pada awal kehidupan mereka menderita gizi kurang gizi buruk, 20%-30% tidak naik kelas dan mengulang pada tahun pertama paling sedikit satu kali, dan 17%-20% mengulang pada tahun kedua pada waktu mereka mengikuti pendidikan di Sekolah Dasar. (2) Turunnya fungsi otak menyebabkan kemampuan anak bereaksi terhadap rangsangan dari lingkungannya sangat rendah dan anak menjadi apatis. (3) Turunnya fungsi otak membawa akibat terjadinya perubahan kepribadian anak. b) Status gizi kurang Status gizi kurang terjadi bila tubuh mengalami kekurangan satu atau lebih zat-zat gizi esensial (Almatsier, 2006). Kekurangan berat yang berlangsung pada anak yang sedang tumbuh merupakan masalah serius. Kondisi ini mencerminkan kebiasaan makan yang buruk (Arisman, 2007). Akibat dari status gizi kurang adalah perkembangan otak yang tidak sempurna yang menyebabkan kognitif, perkembangan IQ terhambat dan kemampuan belajar terganggu yang selanjutnya berpengaruh pada prestasi belajar siswa (Soekirman,
2000).
Menurut
(Gibney,
2009),
keadaan
gizi
kurang
mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional pada otak. Sejumlah
23
penelitian pada hewan memperlihatkan bahwa keadaan malnutrisi prenatal dan pascanatal dini pada tikus menimbulkan banyak perubahan dalam struktur otak hewan tersebut, kendati perubahan ini akan membaik pada saat tikus diberi makan kembali. Namun demikian, beberapa perubahan dianggap permanen da n perubahan p erubahan yang permanen per manen tersebut t ersebut meliputi penurunan jumlah mielin mielin dan jumlah dendrit kortikal dalam medulla spinalis spinalis serta peningkatan jumlah mitokondria dalam mitokondria dalam sel-sel neuron saraf. neuron saraf. Bukti adanya perubahan pada struktur dan fungsi otak anak-anak sangat terbatas, kendati anak-anak dengan malnutrisi berat mempunyai kepala yang lebih kecil dan hasil pemeriksaan auditory-evoked potentials potentials yang abnormal, semua keadaan ini tetap abnormal sekalipun telah terjadi pemulihan dari stadium akut (Gibney, 2009). Akibat gizi kurang terhadap proses tubuh tergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang. Kekurangan gizi secara umum (makanan kurang dalam kuantitas dan kualitas) menyebabkan gangguan pada proses: pertumbuhan, produksi tenaga, pertahanan tubuh, struktur dan fungsi otak, serta perilaku (Muliadi, 2007). (1) Pertumbuhan Seorang yang sehat dan normal akan tumbuh sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya. Tetapi pertumbuhan ini juga akan dipengaruhi oleh intake zat intake zat gizi yang dikonsumsi dalam bentuk makanan. Kekurangan atau kelebihan gizi akan dimanifestasikan dalam bentuk pertumbuhan yang menyimpang dari pola standar (Muliadi, 2007).
24
(2) Produksi Tenaga Kekurangan energi berasal dari makanan, menyebabkan seorang anak kekurangan tenaga untuk melakukan aktivitas. Anak menjadi malas, merasa lelah, cuek, dan tidak bersemangat serta produktivitas kerja menurun (Muliadi, 2007). (3) Pertahanan Tubuh Daya tahan terhadap tekanan atau stres menurun, sistem imunitas dan anti bodi bodi berkurang, sehingga anak mudah tersinggung, mudah terserang penyakit seperti: pilek, batuk, dan diare, dan bila anak/murid yang tidak ditanggulangi dengan pemberian gizi baik, lambat laun pada anak dapat membawa kematian (Muliadi, 2007). (4) Struktur dan Fungsi Otak Kemampuan berfikir otak mencapai bentuk maksimal pada usia sekolah dasar. Kekurangan gizi dapat berakibat terganggu fungsi otak secara permanen (Muliadi, 2007). (5) Perilaku Baik anak-anak maupun orang dewasa yang kurang gizi menunjukkan perilaku yang tidak normal (tidak tenang). Mereka mudah tersinggung, cengeng, kurang rangsangan dan apatis (Muliadi, 2007). Akibat dari status gizi kurang adalah perkembangan otak yang tidak sempurna yang menyebabkan kognitif dan kemampuan belajar terganggu (Soekirman, 2000).
25
Status gizi harus baik karena gizi kurang akan mempengaruhi kesehatan jasmaninya yang bermanifestasi pada kelesuan, mengantuk, dan cepat lelah. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepala, dapat menurunkan kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan kondisi jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi (Baliwati, 2004). Menurut Suryabrata (2001), nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan
ini
akan
mengakibatkan
kurangnya
tonus
jasmani,
yang
pengaruhnya dapat kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya. Energi yang diperlukan untuk bahan bakar otak, untuk merawat kesehatan sel saraf dan untuk neurotransmitter diperoleh dari makanan yang dikonsumsi, nutrisi utama untuk meningkatkan fungsi otak adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Jika nutrisi yang dibutuhkan dapat terpenuhi akan memberikan pengaruh baik dalam pertumbuhan yang dapat dilihat dari berat badan dan tinggi badan yang sesuai serta fungsi otak yang optimal yang tercermin dari performa akademik yang memuaskan (Perretta, 2004 dalam Suryowati, 2010). Kekurangan gizi sejak dini dapat mempengaruhi ketangkasan belajar, waktu pendaftaran sekolah, konsentrasi dan perhatian (Pollit, 1990 dalam Levinger, 1992).
26
Kekurangan energi terjadi bila konsumsi energi melalui makanan kurang dari energi yang dikeluarkan. Tubuh akan mengalami keseimbangan energi negatif. Akibatnya, berat badan kurang dari berat badan yang seharusnya (ideal). Gejala yang ditimbulkan pada anak adalah kurang perhatian, gelisah, lemah, cengeng, kurang bersemangat dan penurunan daya tahan terhadap penyakit infeksi (Almatsier, 2006). c) Status Gizi Baik Status gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum (Almatsier, 2006). Penelitian Florencio (1990) di Filipina, prestasi akademik dan mental siswa dengan status gizi yang baik secara signifikan lebih tinggi daripada siswa dengan status gizi buruk, bahkan ketika pendapatan keluarga, kualitas sekolah, kemampuan guru, atau kemampuan mental dikontrol (Levinger, 1992). d) Status Gizi Lebih Status gizi lebih terjadi bila tubuh memperoleh zat-zat gizi dalam jumlah berlebihan (Supariasa, (Sup ariasa, 2002). WHO (2000) secara sederha na mendefinisikan obesitas sebagai kondisi abnormal atas akumulasi lemak yang ekstrim pada jaringan adiposa. Obesitas dapat terjadi pada setiap set iap umur dan da n gambaran klinis k linis obesitas pada anak dapat bervariasi dari yang ringan sampai dengan yang berat sekali.
27
e) Penilaian Status Gizi Menurut Supariasa (2002), penilaian status gizi dibagi menjadi 2 yaitu secara langsung dan tak langsung. Penilaian status gizi secara langsung dapat dibagi menjadi empat penilaian yaitu antropometri, klinis, biokimia, dan biofisik sedangkan penilaian status gizi t idak langsung dapat dibagi tiga yaitu: survey konsumsi makanan, statistik vital dan faktor ekologi. (1) Penilaian Langsung (a) Antropometri Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri secara umum digunkan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (Supariasa, 2002). (b) Klinis Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut dan mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan
28
permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya untuk survey klinis secara cepat (Supariasa, 2002). (c) Biokimia Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urin, tinja dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.
Metode
ini
digunakan
untuk
suatu
peringatan
bahwa
kemungkinan akan terjadi suatu keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi (Supariasa, 2002). Seperti pemeriksaan darah untuk mengetahui terjadinya anemia defisiensi besi. Anemia defisiensi besi yang mana gejalanya adalah anak akan tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, iritabel. Mereka tidak tampak sakit karena perjalanan penyakitnya bersifat menahun. (Hassan dan Alatas, 2002 dalam Wijayanti, 2005), pada kondisi anemia daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun (Djaeni, 2004). Anwar (2009) menjelaskan bahwa penurunan pemusatan perhatian (atensi), kecerdasan, dan prestasi belajar dapat terjadi akibat anemia besi. (d) Biofisik Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dari jaringan. Umumnya dapat
29
digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian buta senja epidemik (Supariasa, 2002). (2) Penilaian Tidak Langsung (a) Survei Konsumsi Makanan Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi secara tidak langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi (Supariasa, 2002). (b) Statistik Vital Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lainnya yang berhubungan dengan gizi (Supariasa, 2002). (c) Faktor Ekologi 2) Kesehatan Menurut Syah (2010), kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai sakit kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa
30
dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas (Syah, 2010). Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan pikirannya terganggu. Karena hal-hal tersebut, penerimaan dan respon terhadap pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola, menginterprestasi dan mengorganisasi materi pelajaran melalui inderanya sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang dipelajarinya (Mudzakir dan Sutrisno, 1997). Faktor kesehatan menurut Parsono dkk (1990) meliputi faktor kesehatan fisik pada umumnya dan kesehatan indera pada khususnya. Sehat fisik artinya tidak cacat tubuh (tuna daksa). Sehat indera artinya ia tidak tuna rungu, tuna netra dan sebagainya. 3) Kebiasaan sarapan pagi Kebiasaan makan pagi termasuk ke dalam salah satu 13 pesan dasar gizi seimbang. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran sehingga meningkatkan prestasi belajar (Depkes, 2002). Sarapan pagi sangat penting dilakukan sebelum melakukan aktivitas yang lain pada hari itu. Dengan sarapan pagi, tubuh akan memperoleh bekal zat tenaga untuk menghadapi kerja, belajar, bermain dan aktivitas lain. Banyak studi yang telah dilakukan membuktikan pentingnya sarapan pagi dan pengaruhnya terhadap kondisi tubuh dan aktivitas seseorang, terutama anak-anak. Hasil penelitian
31
Yussen dan Santrock (1982) dalam Faridi (2002) menunjukkan bahwa anak yang tidak selalu sarapan pagi dan tidak menggantinya di waktu yang lain pada pagi hari itu, tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik, mereka lemah dan lelah. Menurut Bobrof dkk (1996) dalam Himmah (2010), sarapan pagi dapat memberikan sumbangan yang berarti bagi kebutuhan gizi harian anak sekolah dasar. Selain itu, kebiasaan sarapan pagi juga dapat berpengaruh pada penampilan fisik, kemampuan motorik dan juga fungsi kognitif pada anak sekolah. Menurut Suryabrata (2001), nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya. Energi yang diperlukan untuk bahan bakar otak, untuk merawat kesehatan sel saraf dan untuk neurotransmitter diperoleh dari makanan yang dikonsumsi, nutrisi utama untuk meningkatkan fungsi otak adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral (Perretta, 2004 dalam dalam Suryowati, 2010).
Menurut Ells Ells dkk (2008), ketika
kandungan energi pada sarapan pagi diperiksa, satu studi menunjukkan bahwa sarapan pagi dengan energi rendah bersifat merugikan dalam hal suasana hati, daya tahan fisik dan berfikir ber fikir kreatif. kreatif. Para peneliti di Jamaika menemukan bahwa penyediaan sarapan pagi di sekolah untuk siswa SD, memiliki dampak yang signifikan terhadap kehadiran dan nilai aritmatika tetapi tidak pada berat badan atau skor ejaan (Powell dalam Levinger, 1992). Perbedaan hasil yang diperoleh untuk ukuran yang berbeda merupakan refleksi dari keterampilan pemecahan masalah yang berbeda yang dibutuhkan untuk melakukan tugas. Ejaan dilakukan dengan menghafal;
32
aritmatika melibatkan penerapan aturan untuk situasi baru. Siswa mudah terganggu karena kelaparan sementara akan lebih rentan terhadap skor rendah pada tes aritmatika daripada teman-teman mereka yang kurang lapar (Levinger, 1992). Selain
itu,
empat
dari
enam
studi
menyelidiki
konsumsi
sarapan
dibandingkan dengan puasa yang mengidentifikasikan beberapa perbaikan (p=0,05) dalam pemecahan masalah, perhatian dan memori sesaat setelah mengkonsumsi sereal dan tampilan visual yang kompleks setelah mengkonsumsi sarapan (Ells dkk, 2008). Perilaku adaptif kelaparan sementara akan kelihatan dalam jangka waktu yang singkat secara alami dan biasanya akan hilang ketita anak tidak lapar lagi (Pollite, 1990 dalam Levinger, 1992). Beberapa studi menemukan bahwa pada populasi dengan gizi yang relatif baik di Amerika Serikat, kelaparan sementara (sebagai lawan malnutrisi) dapat mempengaruhi perhatian, minat, dan belajar (Levinger, 1992). b. Aspek Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan belajar siswa. Namun, diantara faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut (Syah, 2010): 1) Inteligensi siswa Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psikofisik untuk mereaksi ransangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988 dalam Syah, 2010). Jadi, inteligensi sebenarnya bukan
33
persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia (Syah, 2010). Menurut Khomsan (2004), ada tiga hal yang mempengaruhi perkembangan kecerdasan seseorang yaitu genetik, lingkungan dan gizi. Faktor genetik merupakan potensi dasar perkembangan kecerdasan. Tetapi, faktor genetik ini bukan yang terpenting. Sampai saat ini belum ada penelitian yang menunjukkan mana diantara ketiga faktor tersebut yang berperan lebih besar. Sebagai perbandingan, dalam ilmu peternakan misalnya, faktor genetik hanya berperan 30 persen menentukan produktivitas susu sapi perah. Menurut Chaplin dalam Syah (2006), intelegensi adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi baru secara cepat dan efektif atau kemampuan menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif. Seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir, sehingga prestasi akademiknya pun rendah Dalyono (1997). Menurut Syah (2006), tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, dan sebaliknya
34
semakin rendah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. Anak dengan prestasi yang baik, saat diuji inteligensinya hanya 120 atau biasa-biasa saja. sa ja. Jadi IQ t inggi bukan jaminan untuk mencapai prestas i luar biasa di sekolah (Khomsan, 2004). 2) Sikap siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response (response tendency) tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2010). Menurut Notoatmodjo (2010), sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi emos i yang bersangkutan (senang-tidak (se nang-tidak senang, setuju-tidak setuju, set uju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Sikap yang positif terhadap mata pelajaran tertentu merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap yang negatif terhadap mata pelajaran tertentu apalagi ditambah dengan timbulnya rasa kebencian terhadap mata pelajaran tertentu, akan menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa yang bersangkutan (Tohirin, 2005). 200 5). Sedangkan menurut Purwanto (1992), sikap ada lah suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi. Menurut Notoatmodjo (2010), sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan lainnya. Menurut Abror (1993) bahwa
35
sikap dapat mempengaruhi keinginan akan pengetahuan, keinginan akan prestasi dan peningkatan diri dalam jenis subject jenis subject matter . Faktor-faktor ini mempengaruhi kondisi-kondisi belajar yang relevan seperti kesiapan, penuh perhatian, tingkat usaha, ketekunan dan konsentrasi. Selain itu, sikap negatif terhadap pekerjaan sekolah dikaitkan dengan kebiasaan yang kurang baik, kegagalan menyelesaikan tugas, kegagalan menguasai keterampilan dasar, kinerja tes yang kurang, mudah teralihkan perhatian, dan fobia sekolah (Conny, 2010). 3) Bakat siswa Secara umum bakat (aptitude) aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Reber, 1988 dalam Syah, 2010). Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara umum bakat itu mirip dengan inteligensi. Itulah sebabnya seorang anak yang berinteligensi sangat cerdas ( superior superior ) atau cerdas luar biasa (very (very superior ) disebut juga sebagai talented child , yakni anak berbakat (Syah, 2010). 4) Minat siswa Secara sederhana, minat (interest (interest ) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Menurut Reber (1988), minat termasuk istilah popular dalam psikologi karena ketergantungannya yang banyak pada faktor-faktor internal lainnya seperti: pemusatan perhatian, keingintahuan, motivasi, dan kebutuhan. Minat seperti yang dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa
36
dalam bidang-bidang studi tertentu (Syah, (Syah, 2010). Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tapa ada yang menyuruh (Slameto, 2003). Menurut Hadis (2006) bahwa anak didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati itu. Selain itu, minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan (Syah, 2010). Ada beberapa indikator siswa yang memiliki minat belajar yang tinggi hal ini dapat dikenali melalui proses belajar di kelas maupun di rumah (Nurhidayati, 2006). b) Perasaan Senang Seorang siswa yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap pelajaran SKI misalnya, maka ia harus terus mempelajari ilmu yang berhubungan dengan SKI. Sama sekali tidak ada perasaan terpaksa untuk mempelajari bidang tersebut. c) Perhatian dalam Belajar Adanya perhatian juga menjadi salah satu indikator minat. Perhatian merupakan konsentrasi atau aktifitas jiwa kita terhadap pengamatan, pengertian, dan sebagainya dengan de ngan mengesampingkan yang lain dari d ari pada itu.
37
Seseorang yang memiliki minat pada objek tertentu maka dengan sendirinya dia akan memperhatikan objek d) Bahan Pelajaran dan Sikap Guru yang Menarik Tidak semua siswa menyukai suatu bidang studi pelajaran karena faktor minatnya sendiri. Ada yang mengembangkan minatnya terhadap bidang pelajaran tersebut karena pengaruh dari gurunya, teman sekelas, bahan pelajaran yang menarik. Walaupun demikian, lama-kelamaan jika siswa mampu mengembangkan minatnya yang kuat terhadap mata pelajaran niscaya ia bisa memperoleh prestasi yang berhasil sekalipun ia tergolong siswa yang berkemampuan rata-rata. e) Manfaat dan Fungsi Mata Pelajaran Selain adanya perasaan senang, perhatian dalam belajar dan juga bahan pelajaran serta sikap guru yang menarik. Adanya manfaat dan fungsi pelajaran juga merupakan salah satu indikator minat. Karena setiap pelajaran mempunyai manfaat dan fungsinya. 5) Motivasi siswa Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme –baik manusia ataupun hewan- yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer (energizer ) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988 dalam Syah, 2010). Sedangkan motivasi menurut Sumanto (2006) adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Menurut Certo (1985) dalam Depdiknas (2007), motivasi merupakan
38
bagian dalam (innerstate) innerstate) pribadi seseorang yang menyebabkan seseorang melakukan tindakan tertentu dengan cara tertentu. Fungsi motivasi adalah mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar. Sebagai pengarah, artinya megarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan, dan sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Kuat lemahnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan seseorang (Hamalik, 2000). Motivasi mempunyai peraan yang penting dalam kegiatan belajar karena menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya (Bakti, 1988 dalam Azhari, 2001). Menurut Purwanto (2000), motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia menjadi tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mecapai hasil atau tujuan tertentu. Motivasi sangat penting bagi proses belajar, karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu (Soemanto, 2006). Menurut Hamalik (2000) bahwa fungsi motivasi adalah mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan seperti belajar. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang
39
diinginkan, dan sebagai penggerak, artinya menggerakkan tingkah laku seseorang. Kuat lemahnya motivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan seseorang. Dalam perkembangan selanjutnya, motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: 1) motivasi intrinsik: 2) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Termasuk dalam intrinsik siswa adalah perasaan menyenangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. Adapaun motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian dan hadiah, peratutan atau tata tertib sekolah, suri teladan orang tua, guru dan seterusnya merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat menolong siswa untuk belajar (Syah, 2010). Berikut merupakan indikator motivasi (Wardiyati, 2006): Tabel 2.2 Indikator Motivasi
Macam Motivasi a. Intrinsik
Aspek
Indikator
- Kebutuhan
- Keinginan belajar
- Peningkatan
- Senang
pengetahuan - Cita-cita
mengikuti
pelajaran - Selalu
menyelesaikan
tugas - Mengembangkan bakat - Meningkatkan pengetahuan
40
b. Ekstrinsik
- Sarana belajar - Lingkungan sekitar - Guru
- Ingin
mendapat
perhatian - Ingin mendapat pujian - Ingin
mendapat
penghargaan/hadiah dari guru atau sekolah
2. Faktor Eksternal (faktor dari luar siswa) Yakni kondisi luar lingkungan di sekitar siswa. Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. a. Lingkungan Sosial 1) Keluarga Menurut Ilsan (1996) dalam Kusumastuti (2010), keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah. Faktor orang tua sangat berpengaruh terhadap keberhasilan anak dalam belajar. Tinggi rendahnya pendidikan orang tua, besar kecilnya penghasilan, cukup kurang perhatian dan bimbingan orang tua, rukun atau tidaknya kedua orang tua, semuanya itu turut mempengaruhi percapaian hasil belajar.
41
a) Pendidikan orang tua Partisipasi orang tua dalam pelaksanaan pendidikan secara sangat meyakinkan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar murid dan menunjukkan semakin tinggi keterlibatan dan kepedulian terhadap masalahmasalah pendidikan di sekolah (Firdaus, 2000 dalam Ilyas, 2004). Pada umumnya pengetahuan orang tua sangat menentukan pendidikan keluarga (anak-anaknya). Tingkat pendidikan orang tua juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses dan prestasi belajar siswa (Suryabrata, 2002). Perhatian orang tua dengan penuh kasih sayang terhadap pendidikan anaknya, akan menumbuhkan aktivitas akt ivitas anak sebagai s ebagai suatu suat u potensi pot ensi yang sangat berharga untuk menghadapi masa depan. Pengertian perhatian orang tua yang dimaksud di sini adalah tanggapan siswa atas perhatian orang tuanya terhadap pendidikan anaknya yaitu tanggapan tentang bagaimana cara orang tuanya memberikan bimbingan belajar di rumah, memperhatikan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan alat yang menunjang pelajaran, memberikan dorongan
untuk
belajar,
memberikan
pengawasan,
dan
memberikan
pengarahan pentingnya belajar (Suryabrata, 2000). Orang
tua
dengan
tingkat
pendidikan
yang
lebih
tinggi
juga
memungkinkan untuk lebih percaya diri pada kemampuan mereka dalam membantu anak-anak mereka belajar. Dengan tingkat keyakinan tersebut maka diperkirakan akan berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan akademis anak-anak.
42
Berdasarkan Soekirman (1988), tingkat pendidikan orang tua akan berkaitan dengan jenis pekerjaan dan da n mata penca harian yang se lanjutnya akan berkaitan dengan: (1) Tersedianya waktu memberikan bimbingan belajar kepada anaknya yang mana bimbingan belajar ini tidak lain adalah stimulus bagi pengembangan diri si anak. (2) Kemampuan dana yang ada, maka dapat menyekolahkan anaknya. (3) Dengan ketersediaannya dana dari hasil mata pencaharian, dapat menyediakan sarana belajar yang memadai. Pemilihan sarana ini pun tidak lepas dari pengaruh pendidikan orang tua. Pendidikan orang tua erat kaitannya dengan bantuan orang tua dalam membantu proses belajar. Diharapkan semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua semakin baik pula prestasi belajar anaknya. Meskipun demikian, belum tentu seseorang yang tingkat pendidikannya rendah maka tingkat pengetahuannya juga rendah. Oleh karena itu, perlu dipertimbangkan bahwa faktor tingkat pendidikan juga menentukan mudah tidaknya seseorang menyerap dan memahami informasi yang diperoleh (Apriadji, 1983 dalam Faridi, 2002). Diharapkan semakin tinggi tingkat pendidikan orang tua semakin baik pula prestasi belajar anaknya. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, sama sekali tidak memperhatikan kepentingan dan kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajar, tidak menyediakan atau
43
melengkapi alat belajar, tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar anaknya, tidak memahami kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain yang dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajar (Slameto, 1995). Ada kemungkinan orang tua yang berpendidikan tinggi mengasuh anak dengan sikap terbuka/demokratis. Sedang orang tua yang berpendidikan rendah ada kemungkinan mengasuh dengan pola asuh tertutup bahkan bebas. Dalam hal pendidikan anak, orang tua yang berpendidikan tinggi tidak hanya menekan anak untuk mendapat prestasi yang baik tetapi lebih memberi arahan pada anak agar dapat mencapai prestasi yang baik (Lidia, 2008). b) Keadaan ekonomi keluarga Pada keluarga yang ekonominya kurang mungkin dapat menyebabkan anak kekurangan gizi, kebutuhan-kebutuhan anak mungkin tidak dapat terpenuhi. Selain itu ekonomi yang kurang menyebabkan suasana rumah menjadi muram dan gairah untuk belajar tidak ada. Tetapi hal ini tidak mutlak demikian. Kadang-kadang kesulitan ekonomi bisa menjadi pendorong anak untuk lebih berhasil, sebaliknya bukan berarti pula ekonomi yang berlebihan tidak akan menyebabkan kesulitan belajar. Pada ekonomi yang berlebihan anak mungkin akan selalu dipenuhi semua kebutuhannya, sehingga perhatian anak terhadap pelajaran-pelajaran sekolah akan berkurang karena anak terlalu banyak bersenang-senang, misalnya dengan permainan yang beraneka ragam atau pergi ke tempat-tem t empat-tempat pat hiburan dan lain-lain (Dalyono, (Dalyono, 1997). Menurut Slameto (1991) keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan hasil belajar anak. Kebutuhan-kebutuhan anak harus terpenuhi adalah :
44
makanan, pakaian, kesehatan, dan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, buku-buku. Fasilitas belajar ini hanya dapat terpenuhi jika orang tuanya mempunyai cukup uang. Dalam lingkungan status sosial ekonomi rendah, interaksi verbal orang tua dengan anak lebih sedikit dan lebih rendah mutunya, daripada interaksi verbal anak-orang tua di lingkungan sosial ekonomi tinggi (Sukadji, 2000). 2) Sekolah Menurut Syah (2010), lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para tenaga kependidikan (kepala sekolah dan wakil-wakilnya) dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Para guru yang menunjukkan sikap dan perilaku yang simpatik dan memperlihatkan suri teladan yang baik dan rajin khususnya dalam hal belajar, misalnya rajin membaca dan berdiskusi, dapat menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar siswa. Guru merupakan salah satu faktor lingkungan sekolah yang berperan penting dalam mencapai prestasi belajar siswa. Guru sebagai subjek dalam pendidikan yang bertugas untuk mentransfer ilmu kepada siswa, maka seorang guru harus dapat menguasai bahan pelajaran yang akan ditransfer dan dapat menyampaikan dengan baik serta dapat menguasai dan mengontrol kondisi kelas siswa (Mudzakir dan Sutrisno, 1997). 3) Masyarakat Keadaan masyarakat juga menentukan prestasi belajar. Bila di sekitar tempat
tinggal
keadaan
masyarakatnya
terdiri
dari
orang-orang
yang
berpendidikan, terutama anak-anaknya bersekolah tinggi dan moralnya baik, hal
45
ini akan mendorong anak lebih giat belajar. Tetapi sebaliknya, apabila tinggal di lingkungan yang banyak anak-anak nakal, tidak sekolah dan pengangguran, hal ini akan mengurangi semangat belajar atau dapat dikatakan tidak menunjang sehingga motivasi belajar berkurang. Tanggung jawab masyarakat terhadap pendidikan sebenarnya masih belum jelas, tidak sejelas tanggung jawab pendidikan di lingkungan keluarga dan di lingkungan sekolah. Hai ini disebabkan faktor waktu, hubungan, sifat dan isi pergaulan yang terjadi di dalam masyarakat. Waktu pergaulan terbatas, hubungannya hanya pada waktu-waktu tertentu, sifat pergaulannya bebas, dan isinya sangat kompleks dan beraneka ragam (Ihsan, 1997 dalam Minarni, 2006). b. Lingkungan nonsosial 1) Lingkungan Sekolah Menurut Tu’u (2004) lingkungan sekolah dipahami sebagai lembaga pendidikan formal, dimana di tempat inilah kegiatan
belajar mengajar
berlangsung, ilmu pengetahuan diajarkan dan dikembangkan kepada anak d idik. Lingkungan sekolah dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Faktor ini misalnya gedung, perlengkapan belajar, alat praktikum, dan fasilitas lainnya. Dapat pula berupa faktor lunak seperti: kurikulum, program, pedoman belajar, dan sebagainya (Wijayanto, 2001). Letak sekolah atau tempat belajar harus memenuhi syarat-syarat seperti di tempat yang tidak terlalu dekat kepada kebisingan atau jalan ramai (Suryabrata, 2001).
46
2) Lingkungan Tempat Tinggal Hamalik (2001) dalam Sudarmanto (2007) menyatakan bahwa lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada individu. Kondisi lingkungan belajar yang kondusif baik lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah akan menciptakan ketenangan dan kenyamanan siswa dalam belajar, sehingga siswa akan lebih mudah untuk menguasai materi belajar secara maksimal. Lingkungan yang baik perlu diusahakan agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak atau siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya (Slameto, 2003). Notoatmodjo (2007), lingkungan dikelompokkan menjadi dua, yakni lingkungan fisik yang antara lain terdiri dari suhu, kelembaban udara, dan kondisi tempat belajar. Sedangkan faktor lingkungan yang kedua adalah lingkungan sosial, yakni manusia dengan segala interaksinya serta respresentasinya seperti keramaian atau kegaduhan, lalu lintas, pasar, dan sebagainya. Menurut Hasbullah (2001) yang menyatakan bahwa lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan. Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kajadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram (Minarni, 2006). Selain itu, fasilitas belajar juga mempengaruhi hsil belajar seseorang. Menurut Sanjaya (2009) dalam Nurmalia (2010), fasilitas belajar dibagi menjadi
47
dua macam yaitu sarana dan prasara. Sarana adalah segala sesuatu yang berkaitan secara langsung dengan peserta didik dan mendukung kelancaran serta keberhasilan proses belajar peserta didik yang meliputi media pembelajaran, alatalat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain-lain. Sedangkan prasarana merupakan segala sesuatu yang tidak secara langsung berkaitan dengan peserta didik, namun dapat mendukung kelancaran dan keberhasilan proses belajar peserta didik yang meliputi jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya. Menurut Nurmalia (2010), fasilitas belajar adalah kelengkapan yang seharusnya dimiliki oleh peserta didik guna menunjang proses belajar mengajar sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar, yang secara garis besar terbagi menjadi dua yaitu sarana yang meliputi kepemilikan Lembar Kerja Siswa (LKS), ketersediaan literatur baik pribadi maupun yang tersedia di perpustakaan, ruang belajar baik di rumah maupun di sekolah, meja, kursi, penerangan, alat tulis menulis, alat-alat praktikum yang tersedia di laboratorium dan prasarana yang meliputi jalan menuju ke sekolah dan penerangan. Menurut Purwanto (2000), faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah jarak antara rumah dengan sekolah yang terlalu jauh, sehingga melelahkan. Jalan menuju sekolah berhubungan dengan letak sekolah. Jalan yang jauh dan sulit ditempuh oleh siswa membutuhkan tenaga yang lebih besar untuk dapat sampai ke sekolah. Hal ini tentu akan sangat mempengaruhi keadaan siswa ketika hendak menerima pelajaran. Siswa datang ke sekolah dalam keadaan lelah,
48
sehingga konsentrasi berkurang dan pada akhirnya siswa kurang optimal dalam menerima pelajaran. Menurut Indrakusuma (1973) dalam Nurmalia (2010), di waktu siang, cahaya matahari harus harus bisa masuk ke dalam ruang-ruang kelas dengan leluasa, sehingga ruangan kelas cukup terang untuk keperluan membaca dan menulis. Pemberian penerangan di dalam kelas dapat dilakukan dengan cara membuka jendela-jendela yang ada pada kelas tersebut. Sedangkan menurut Djamarah (2002), lingkungan alami yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah: a) Keadaan suhu Suhu udara yang terlalu panas, dapat menyebabkan anak didik kepanasan, pengap dan tidak betah tinggal di dalamnya. b) Kelembaban udara Udara yang dingin dan lembab menyebabkan ketidanyamanan dalam belajar sehingga daya serap terhadap materi pelajaran dan konsentrasi peserta didik menurun. c) Kepengapan udara Kelas atau tempat belajar yang baik adalah kelas yang memiliki sirkulasi udara yang baik. Menurut Indrakusuma (1973) dalam Nurmalia (2010), udara di dalam kelas harus dijaga agar tetap segar dan bersih. Udara di dalam kelas harus selalu bisa bertukar, meskipun jendela-jendela tertutup. Dengan begitu ruang kelas harus mempunyai banyak lubang-lubang ventilasi.
49
Menurut Nurmalia (2010), terdapat berbagai kemungkinan yang dapat terjadi ketika lingkungan belajar yang baik secara parsial tidak memberikan pengaruh yang positif terhadap prestasi belajar siswa. Salah satu kemungkinan tersebut adalah lingkungan yang kurang mendukung yang ada di sekitar siswa justru menjadi motivasi tersendiri bagi siswa dalam meraih prestasi belajar. Seringkali anak didik yang tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin Slameto (1995). Menurut Saroni (2006), lingkungan fisik merupakan salah satu komponen lingkungan belajar. Lingkungan fisik mencakup fasili fas ilitas tas yang mendukung siswa, baik jumlah maupun mutunya (Daniel,1983 dalam Sukadi, 2002). 3. Faktor Pendekatan Belajar (approach (approach to learning ) Yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Keefektifan segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses belajar materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Lawson, 1991 dalam Syah, 2010). Teknik-teknik belajar perlu diperhatikan, bagaiana caranya membaca, mencatat, menggarisbawahi, membuat ringkasan dan kesimpulan, apa yang harus dicatat dan sebagainya. Selain dari teknik-teknik tersebut, perlu juga diperhatikan waktu belajar, tempat, fasilitas, penggunaan media pengajaran dan penyesuaian bahan pelajaran (Dalyono, 1995).
50
Kegiatan-kegiatan yang disebut belajar itu akan selalu dilakukan sesuai dengan keadaan individu yang belajar, isi atau materi yang dipelajari, lingkungan dan situasinya (Wa’di, 2002). Siswa yang mempunyai kebiasaan belajar yang baik, kemungkinan akan dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi, karena dengan pola belajar yang baik, dimungkinkan siswa dapat belajar lebih terarah dan teratur (Triasari, 2008). Menurut Notoatmodjo (2007), belajar bersifat individual dan unik. Setiap orang o rang mempunyai gaya ga ya belajar dan keunikan sendiri dalam belajar. D. Anak Sekolah
Anak sekolah adalah anak yang berusia 6-12 tahun, memiliki fisik lebih kuat dibandingkan balita atau anak usia prasekolah, mempunyai sifat individual serta aktif dan tidak bergantung dengan orang tua. Pada masa anak sekolah ini dibagi menjadi dua fase, yaitu masa kelas rendah (6-10 tahun) dan masa kelas tinggi (11-13 tahun). Sifat khas dari masa rendah diantaranya terdapat korelasi antara kesehatan jasmani dengan prestasi belajar, kecenderungan memuji diri, menghendaki nilai rapor yang baik tanpa memperdulikan prestasi diri yang sesungguhnya. Sementara itu, sifat khas dari masa kelas tinggi t inggi diantaranya berminat pada kehidupan konkret, realitas dan selalu ingin banyak tahu, minat terhadap pelajaran khusus (Munandar, 1985 dalam Faridi, 2002). Pada masa sekolah, anak usia 6-12 tahun banyak berhubungan dengan orang-orang di luar keluarganya dan berkenalan dengan suasana serta lingkungan baru dalam kehidupannya. Pada usia ini, anak mempunyai banyak aktivitas di luar rumah sehingga terkadang melupakan waktu makan. Selain itu, anak juga sudah aktif memilih makanan yang disukai sehingga dapat mempengaruhi kebiasaaan makan mereka dan akhirnya dapat mempengaruhi status gizinya (Moehji, 1992).
51
Untuk memberikan makanan yang benar pada anak usia sekolah harus dilihat dari banyak aspek, asp ek, seperti ekono mi, sosial sos ial ,budaya, agama, disamping d isamping aspek a spek medik dari dar i anak itu sendiri. Makanan pada anak usia sekolah harus serasi, selaras dan seimbang. Serasi artinya sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak. Selaras adalah sesuai dengan kondisi ekonomi, sosial budaya serta agama dari keluarga. Sedangkan seimbang artinya nilai gizinya harus sesuai dengan kebutuhan berdasarkan usia dan jenis bahan makanan seperti kabohidrat, protein dan lemak (Judarwanto, 2008).
52
E. Kerangka Teori Bagan 2.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Faktor Internal 1. Aspek Fisiologis - Kesehatan - Kebiasaan Sarapan Pagi - Status Gizi 2. Aspek Psikologis - Inteligensi - Sikap - Bakat - Minat - Motivasi Faktor Eksternal 1. Lingkungan Sosial - Pendidikan Ayah - Pendidikan Ibu - Ekonomi Orang Tua - Guru - Teman Sepermainan - Masyarakat 2. Lingkungan Non-sosial - Lingkungan Sekolah - Lingkungan Tempat Tinggal
Prestasi Belajar
Faktor Pendekatan Belajar
Sumber: Syah (2010); Moehji (2003); Depkes (2002); Soekirman Soekirman (2000); Suryabrata (2002); dan Slameto (2003)
53
BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS
A. Kerangka Konsep
Kerangka konsep ini mengacu kepada kerangka teori yang diungkapkan oleh beberapa sumber bahwa banyak faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa, antara lain faktor internal (aspek fisiologis dan aspek psikologis), faktor eksternal (sosial dan non-sosial) dan pendekatan belajar (Syah, 2010). Aspek fisiologi yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa terdiri dari status gizi (Soekirman, 2000; Moehji, 2003); kesehatan (Syah, 2010); kebiasaan sarapan pagi (Depkes, 2002);. Aspek psikologis terdiri dari inteligensi, sikap, bakat, minat, dan motivasi siswa (Syah, 2010). Faktor sosial yang dapat mempengaruhi prestasi belajar antara lain pendidikan ayah (Suryabrata, 2002); pendidikan ibu (Suryabrata, 2002); keadaan ekonomi keluarga (Slameto, 1991); guru dan tenaga kependidikan (Syah, 2010); teman sepermainan (Syah, 2010) dan masyarakat (Syah, 2010). Sedangkan aspek non sosial terdiri dari lingkungan sekolah dan lingkungan tempat tinggal keluarga siswa (Syah, 2010; Slameto, 2003). Pada penelitian ini, variabel inteligensi, bakat, guru dan tenaga kependidikan, teman sepermainan, masyarakat, lingkungan sekolah serta variabel pendekatan belajar tidak diteliti. Variabel inteligensi dan bakat tidak diikursertakan karena keterbatasan peneliti, dimana inteligensi dan bakat membutuhkan tes khusus yang tidak mampu dilakukan oleh peneliti, sedangkan variabel guru dan tenaga kependidikan; lingkungan sekolah; serta variabel pendekatan belajar tidak diteliti karena sampel penelitian diambil dari sekolah yang sama. Sedangkan variabel teman sepermainan tidak diteliti karena menurut Santrock (2007),
54
anak-anak kurang dalam hal membandingkan dirinya sendiri dengan orang lain, sehingga kurang termotivasi oleh temannya untuk mencapai prestasi belajar. Kerangka konsep terdiri dari variabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah prestasi belajar. Sedangkan variabel independen yaitu status gizi, kesehatan, kebiasaan sarapan pagi, psikologis (sikap, minat, dan motivasi), pendidikan orang tua, keadaan ekonomi keluarga dan lingkungan tempat tinggal. Hu bungan antara beberapa variabel tersebut digambarkan dalam bagan sebagai berikut: Bagan 3.1 Bagan Kerangka Konsep
Variabel Independen 1. Status Gizi 2. Kesehatan 3. Kebiasaan Sarapan Pagi 4. Sikap 5. Minat 6. Motivasi 7. Pendidikan Ayah 8. Pendidikan Ibu 9. Ekonomi Keluarga 10. Lingkungan Tempat Tinggal
Variabel Dependen
Prestasi Belajar
B.
Definisi Operasional
No
Nama Variabel
1
Prestasi belajar
Definisi Operasional
Hasil
yang
kemampuan
dicapai anak
Cara Ukur
sesuai
dari
Wawancara
proses
belajar dalam waktu tertentu yang
Alat Ukur
Hasil
rekap
nilai
rapor
Hasil Ukur
Skala
Rata-rata nilai rapor
Rasio
siswa
dalam bentuk nilai dan hasil tes atau
ujian
(Buku
laporan
pendidikan, pendidikan, 2008 dalam Himmah, Himmah, 2010). 2
St atus Gizi
Suatu
keadaan
diakibatkan
siswa
oleh
yang
keseimbangan
Wawancara,
Kuesioner,
serta
timbangan dan
antara asupan zat-zat gizi dan pengukuran pengukuran penyerapan penyerapan
zat-zat
gizi
yang berat
dinilai menggunakan antropometri dengan
3
Kesehatan Kesehatan
Indeks
Massa
dan
mikrotoa
badan
1. Sangat
kurus Ordinal
(Z_Score < -3) 2. Kurus (Z_Score
≥
-3
s/d < -2)
tinggi
3. Normal (Z_Score
Tubuh badan
≥
-
2 s/d ≤ 1)
(IMT) menurut umur anak sekolah
4. Gemuk (Z_Score >1)
(Depkes RI, 2005)
(Kepmenkes RI, 2010)
Keadaan
seluruh
badan
serta
Wawancara
Rapor
bagian-bagiannya bagian-bagiannya yang yang baik, bebas
1. Tidak
(absensi
1 Ordinal
semester karena sakit
dari sakit, sehingga lebih sering
≥1
masuk sekolah (Depdiknas, 2008
2. Ya
dan Brown dkk, 2008).
minggu) (absensi
semester
1
karena
55
56
sakit <1 minggu) (Kartikasari, (Kartikasari, 2007). 4
Kebiasaan
Suatu
kebiasaan
makan
yang
Sarapan Pagi
dilakukan oleh siswa pada pagi
Wawancara
Kuesioner
kali/minggu).
hari (waktu mulai matahari terbit sampai sebelum
kira-kira
pukul
beraktifitas
1. Tidak rutin (jika <4 Ordinal
2. Rutin
07.00)
(jika
≥
4
kali/minggu).
dengan
(Depkes RI, 1995).
memakan makanan atau minuman yang
mengandung
glukosa
(Himmah, 2010 dan Ahmadi, 1999 dalam Setiawan, 2006). 5
Sikap
Kecenderungan untuk berespons (secara
positif
atau
Kuesioner
Angket
negatif)
2. Positif
1993). Minat
Kecenderungan yang tetap teta p untuk
(skor Ordinal
terhadap obyek tertentu (Sarwono,
6
1. Negatif
(skor
≥
median) Kuesioner
Angket
1. Rendah
(skor
< Ordinal
56
sakit <1 minggu) (Kartikasari, (Kartikasari, 2007). 4
Kebiasaan
Suatu
kebiasaan
makan
yang
Sarapan Pagi
dilakukan oleh siswa pada pagi
Wawancara
Kuesioner
kali/minggu).
hari (waktu mulai matahari terbit sampai
kira-kira
sebelum
pukul
beraktifitas
1. Tidak rutin (jika <4 Ordinal
2. Rutin
07.00)
(jika
≥
4
kali/minggu).
dengan
(Depkes RI, 1995).
memakan makanan atau minuman yang
mengandung
glukosa
(Himmah, 2010 dan Ahmadi, 1999 dalam Setiawan, 2006). 5
Sikap
Kecenderungan untuk berespons (secara
positif
atau
Kuesioner
Angket
negatif)
2. Positif
1993). Minat
Kecenderungan yang tetap teta p untuk
mengenang
Kuesioner
Angket
≥
1. Rendah
(skor
< Ordinal
(skor
≥
median)
beberapa
kegiatan
2. Tinggi
(Nurhidayati, (Nurhidayati, 2006). Motivasi
(skor
median)
memperhatikan dan
7
(skor Ordinal
terhadap obyek tertentu (Sarwono,
6
1. Negatif
median)
Keseluruhan daya penggerak yang
Kuesioner
Angket
menimbulkan kegiatan belajar,
1. Rendah
(skor
< Ordinal
(skor
≥
median)
sehingga tujuan belajar yang
2. Tinggi
57
diharapkan dapat tercapai
median)
(Wardiyati, 2006). 8
Pendidikan Ayah
Jenjang pendidikan formal terakhir yang
pernah
ayah
siswa
pendidikan
diselesaikan dalam
nasional
Kuesioner
Arsip sekolah
oleh
1. Rendah jika ≤ SMP
Ordinal
2. Tinggi jika > SMP
sistem
(Marwati, 2010).
(Marwati,
2010). 9
Pendidikan Ibu
Jenjang pendidikan formal terakhir yang
pernah
ayah
siswa
pendidikan
diselesaikan dalam
nasional
Kuesioner
Arsip sekolah
oleh
1. Rendah jika ≤ SMP
Ordinal
2. Tinggi jika > SMP
sistem
(Marwati, 2010).
(Marwati,
2010). 10
Ekonomi
Status
keluarga
ditinjau
dari
Keluarga
kesanggupan keluarga dalam hal
penghasilan penghasilan orang tua
membiayai pendidikan anaknya,
< UMR)
dihitung penghasilan rata-rata per
Kuesioner
Arsip sekolah
1. Rendah
2. Tinggi
(jika Ordinal
(jika
57
diharapkan dapat tercapai
median)
(Wardiyati, 2006). 8
Pendidikan Ayah
Jenjang pendidikan formal terakhir yang
pernah
ayah
siswa
pendidikan
diselesaikan dalam
nasional
Kuesioner
Arsip sekolah
oleh
1. Rendah jika ≤ SMP
Ordinal
2. Tinggi jika > SMP
sistem
(Marwati, 2010).
(Marwati,
2010). 9
Pendidikan Ibu
Jenjang pendidikan formal terakhir yang
pernah
ayah
siswa
pendidikan
diselesaikan dalam
nasional
Kuesioner
Arsip sekolah
oleh
1. Rendah jika ≤ SMP
Ordinal
2. Tinggi jika > SMP
sistem
(Marwati, 2010).
(Marwati,
2010). 10
Ekonomi
Status
keluarga
ditinjau
dari
Kuesioner
Arsip sekolah
Keluarga
kesanggupan keluarga dalam hal
penghasilan penghasilan orang tua
membiayai pendidikan anaknya,
< UMR)
dihitung penghasilan rata-rata per
1. Rendah
2. Tinggi
bulan (Azhari, (Azhari, 2001).
(jika Ordinal
(jika
penghasilan penghasilan orang tua ≥ UMR)
(Human
Resource
Community, 2011) 11
Lingkungan
Kumpulan
segala
Tempat Tinggal
pengaruh
dari
kondisi luar
dan
terhadap
Wawancara
Kuesioner
1. Kurang baik (skor < Ordinal median)
58
kehidupan
dan
perkembangan
suatu organisme di sekitar tempat tinggal (Hadikusumo, 1996 dalam Minarni, 2006).
2. Baik (Skor ≥ median)
58
kehidupan
dan
perkembangan
2. Baik (Skor ≥ median)
suatu organisme di sekitar tempat tinggal (Hadikusumo, 1996 dalam Minarni, 2006).
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur. 2. Ada hubungan antara kesehatan dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur. 3. Ada hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Put ih Ciputat Timur. 4. Ada hubungan antara sikap dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur. 5. Ada hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur.
C. Hipotesis
1. Ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur. 2. Ada hubungan antara kesehatan dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur. 3. Ada hubungan antara kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Put ih Ciputat Timur. 4. Ada hubungan antara sikap dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur. 5. Ada hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur. 6. Ada hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur. 7. Ada hubungan antara pendidikan ayah dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur. 8. Ada hubungan antara pendidikan ibu dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur. 9. Ada hubungan antara keadaan ekonomi keluarga dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Ce mpaka Putih Ciputat Timur. 10. Ada hubungan antara lingkungan tempat tinggal dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur.
59
60
BAB IV METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain cross sectional , yaitu data yang menyangkut variabel dependen dan variabel independen dikumpulkan dan diamati dalam waktu yang bersamaan. Desain cross sectional digunakan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar siswa kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur tahun ajaran 2010/2011. B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur pada bulan Mei November tahun 2011. C. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi Penelitian Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa s iswa kelas IV dan da n V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur. Jumlah populasi dalam penelitian ini adalah 157 anak. 2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008). Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah simple random sampling , dimana pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
61
acak tanpa memperhatikan strata yang ada di dalam populasi itu. Sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan rumus uji hipotesis beda dua proporsi (Ariawan, 1998), yaitu: 2 2δ2[ Z1- α /2 + Z1-β 1-β]
n = (µ1 - µ2)
2
Keterangan: n
= Besar sampel
Z1- α /2 = Nilai Z pada derajat kepercayaan 1-α 1-α/2 atau derajat kepercayaan α pada uji dua sisi (two (two tail ), ), yaitu sebesar 5% = 1.96. Z1-β 1-β
= Nilai Z pada kekuatan uji 1-β 1- β, yaitu sebesar 90% = 1.28
δ
= Standar deviasi dari beda rata-rata nilai nilai siswa = 5.311
µ1
= Rata-rata nilai siswa kelompok 1 = 70.22
µ2
= Rata-rata nilai siswa kelompok 2 = 75.03
Dari hasil perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut, diperoleh sebanyak 26 siswa untuk masing-masing kelompok, sehingga besar sampel minimal yang harus diambil sebanyak 52 siswa. Untuk menjaga bila ada ketidaklengkapan data, maka besar sampel ditambah 10% sehingga besar sampel minimal dalam penelitian ini sebanyak 58 siswa. D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner, timbangan dan mikrotoa. Kuesioner digunakan untuk mengetahui umur, kebiasaan sarapan pagi, sikap, minat, motivasi siswa, dan lingkungan tempat tinggal siswa. Kuesioner sikap sebelumnya pernah digunakan oleh Arsiah (2005), kuesioner minat sebelumnya pernah digunakan oleh
62
Nurhidayati (2006) dan kuesioner motivasi oleh Wardiyati (2006). Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan reabilitas di MIN Ciputat dengan membandingkan nilai r hasil (total (total correlation dan correlation dan cronbach) cronbach) dengan nilai r tabel. Terdapat beberapa pertanyaan s ikap, minat dan motivasi tentang kegunaan dan aplikasi mata pelajaran tidak diikutsertakan, karena siswa tingkat SD belum mengerti tentang kegunaan dan aplikasi mata pelajaran yang diberikan di sekolah dalam kehidupan sehari-hari. Selain kuesioner, pada penelitian ini juga menggunakan timbangan dan pengukur tinggi badan (mikrotoa). Timbangan digunakan untuk mengukur berat badan siswa, dengan menggunakan timbangan injak dengan ketelitian 1 kg. Sedangkan mikrotoa digunakan untuk mengukur tinggi badan siswa, dengan ketelitian 0,1 cm. Data berat badan dan tinggi badan siswa digunakan untuk menentukan status gizi siswa. E. Pengumpulan Data Penelitian
Data dalam penelitian ini diperoleh melalui dua jenis data, yaitu data primer dan data sekunder. 1. Primer Data primer dalam penelitian ini adalah data berat badan, tinggi badan, umur, kebiasaan sarapan pagi, sikap, minat, motivasi, dan lingkungan tempat tinggal siswa. Data berat badan dan tinggi badan didapatkan dengan melakukan pengukuran langsung kepada siswa yang menjadi sampel dengan menggunakan timbangan dan mikrotoa sebanyak tiga kali, kemudian dirata-ratakan. Pada saat pengukuran, sepatu dan kaos kaki siswa dilepas terlebih dahulu.
63
2. Sekunder Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari rapor untuk melihat nilai siswa dan keterangan sakit, serta arsip yang berkaitan dengan penelitian seperti pekerjaan dan penghasilan orang tua siswa. F. Pengolahan Data Penelitian
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program komputer. Gambaran status gizi diperoleh dari pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk menghitung IMT. Kemudian dibandingkan dengan standar WHO berdasarkan umur siswa. Gambaran kebiasaan sarapan pagi, sikap, minat, motivasi, dan lingkungan tempat tinggal diperoleh melalui kuesioner. Sedangkan, gambaran prestasi belajar siswa diperoleh dari nilai rapor, kesehatan siswa dari absensi, pendidikan ayah, pendidikan ibu, dan ekonomi keluarga dari arsip sekolah. Adapun untuk tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengolahan data primer dari variabel dependen, dan variabel independen adalah sebagai berikut: 1. Mengkode data (data (data coding ) Yaitu membuat klasifikasi data dan memberi kode pada jawaban dari setiap pertanyaan dalam kuisioner. Pada penelitian ini, kode data dilakukan dengan memberi kode pada tiap jawaban responden. Untuk pertanyaan positif pada kuesioner sikap, minat dan motivasi, kode 1 untuk jawaban sangat setuju, kode 2 untuk jawaban setuju, kode 3 untuk jawaban tidak setuju, kode 4 untuk jawaban sangat tidak setuju, dan sebaliknya jika pertanyaan negatif. Pemberian kode dimaksudkan untuk memudahkan dalam memasukka n data.
64
2. Menyunting data (data (data editing ) Kuisioner yang telah diisi dilihat kelengkapan jawabannya, sebelum dilakukan proses pemasukan data ke dalam komputer. 3. Memasukan data (entry (entry data) data) Setelah data di-edit, di-edit, daftar pertanyaan dan jawabannya dimasukkan ke dalam program software program software komputer. komputer. 4. Membersihkan data (data (data cleaning ) Data yang telah di entry dicek entry dicek kembali untuk memastikan bahwa data tersebut bersih dari kesalahan, baik kesalahan pengkodean maupun kesalahan dalam membaca kode. G. Teknik dan Analisis Data Penelitian
Analisis data dalam penelitian ini berupa analisis univariat, bivariat dan bivariat. 1. Analisis Data Univariat Analisis yang dilakukan untuk melihat distribusi, frekuensi dan presentase dari setiap variabel dependen dan independen yang diteliti. 2. Analisis Data Bivariat Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel dependen yaitu prestasi belajar dan variabel independen. Pada analisa ini digunakan uji anova dan tindependen. Uji anova anova digunakan untuk melihat hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar, sedangkan uji t-independen digunakan untuk mengetahui hubungan kesehatan, kebiasaan sarapan pagi, sikap, minat, motivasi, pendidikan ayah, pendidikan ibu, ekonomi keluarga, serta lingkungan tempat tinggal dengan prestasi belajar. Melalui uji statistik anova dan t-independen akan diperoleh nilai p, dimana dalam penelitian ini digunakan tingkat kemaknaan sebesar 0,05. Penelitian antara dua variabel
65
dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p≤ p≤0,05 dan dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p>0,05.
66
BAB V HASIL
A. Analisis Univariat
1. Gambaran Prestasi Belajar Pada penelitian ini, prestasi belajar diperoleh dari nilai rata-rata dari mata pelajaran umum dan agama. Pelajaran umum terdiri dari mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA dan IPS, sedangkan pelajaran agama terdiri dari mata pelajaran AlQur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dan Bahasa Arab. Distribusi prestasi belajar dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut. Tabel 5.1 Distribusi Prestasi Belajar Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Prestasi Belajar Rata-rata
Standar Deviasi
Nilai Minimal
Nilai Maksimal
75.03
7.202
61
90
Berdasarkan tabel 5.1 di atas, dapat diketahui bahwa rata-rata nilai siswa adalah 75,03, standar deviasi 7,202, nilai minimal 61 dan nilai maksimal 90. 2. Gambaran Status Gizi Pada penelitian ini, status gizi dibagi menjadi empat, yaitu sangat kurus, kurus, normal dan gemuk. Sangat kurus jika Z_Score < -3, kurus Z_Score ≥ -3 s/d < -2, normal Z_Score ≥ -2 s/d ≤ 1 dan gemuk Z_Score > 1. Distribusi status gizi siswa dapat dilihat pada tabel 5.2 berikut.
67
Tabel 5.2 Distribusi Status Gizi Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Status Gizi
Frekuensi
Persentasi (%)
Sangat Kurus
3
4,5
Kurus
9
13,6
Normal
41
62,1
Gemuk
13
19,7
Total
66
100
Berdasarkan tabel 5.2 di atas, 3 siswa atau 4,5% mempunyai status gizi sangat kurus, 9 siswa atau 13,6% berstatus gizi kurus, 41 siswa atau 62,1% berstatus gizi normal dan 13 siswa atau 19,7% berstatus gizi gemuk. 3. Gambaran Kesehatan Pada penelitian ini, kesehatan dilihat dari absensi siswa dalam semester genap, dimana bagi menjadi menjadi dua, yaitu yaitu tidak sehat dan sehat. Tidak sehat jika sakit ≥ satu minggu dan sehat jika sakit < satu minggu dalam satu semester. Distribusi kesehatan dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut. Tabel 5.3 Distribusi Kesehatan Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Kesehatan
Frekuensi
Presentasi (%)
Tidak
4
6,1
Iya
62
93,9
Total
66
100
Berdasarkan tabel 5.3 di atas, diketahui bahwa siswa yang tidak sehat (sakit) sebanyak 4 siswa atau 6,1% dan yang sehat sebanyak 62 siswa atau 93,9%.
68
4. Gambaran Kebiasaan Sarapan Pagi Kebiasaan sarapan pagi dibagi menjadi dua kelompok, yaitu tidak rutin dan rutin. Tidak rutin jika sarapan <4 kali/minggu dan rutin jika ≥ 4 kali/minggu. Distribusi kebiasaan sarapan pagi dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut. Tabel 5.4 Distribusi Kebiasaan Sarapan Pagi Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Kebiasaan Sarapan Pagi
Frekuensi
Presentasi (%)
Tidak Rutin
19
28,8
Rutin
47
71,2
Total
66
100
Berdasarkan tabel 5.4 di atas, siswa yang tidak rutin sarapan pagi sebanyak 19 siswa atau 28,8% dan yang rutin sarapan pagi sebanyak 47 siswa atau 71,2%. 5. Gambaran Sikap Pada penelitian ini, sikap dibagi menjadi dua, yaitu positif dan negatif. Cut off point dari sikap adalah median, karena skor sikap bersifat homogen. Skor sikap didapatkan dari beberapa pertanyaan likert yang kemudian skor jawabannya dijumlahkan. Sikap dikatakan positif jika skor ≥ median dan negatif jika skor < median. Distribusi sikap siswa dapat dilihat pada tabel 5.5 berikut. Tabel 5.5 Distribusi Sikap Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Sikap
Frekuensi
Presentasi (%)
Negatif
13
19,7
Positif
53
80,3
Total
66
100
69
Berdasarkan tabel 5.5 di atas, terdapat 13 siswa atau 19,7% yang mempunyai sikap negatif dan 53 siswa at au 80,3% mempunyai sikap positif. 6. Gambaran Minat Pada penelitian ini, minat dibagi menjadi dua, yaitu rendah dan tinggi. Cut off point dari minat adalah median, karena skor minat bersifat homogen. Skor minat didapatkan dari beberapa pertanyaan likert yang kemudian skor jawabannya dijumlahkan. Minat dikatakan rendah rendah skor < median median jika skor dan tinggi jika ≥ median. Distribusi minat siswa dapat dilihat pada tabel 5.6 berikut. Tabel 5.6 Distribusi Minat Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Minat
Frekuensi
Presentasi (%)
Rendah
28
42,4
Tinggi
38
57,6
Total
66
100
Berdasarkan tabel 5.6 di atas, terdapat 28 siswa atau 42,4% mempunyai minat yang rendah dan 38 siswa atau 57,6% mempunyai minat yang tinggi. 7. Gambaran Motivasi Pada penelitian ini, motivasi dibagi menjadi dua, yaitu rendah dan tinggi. Cut off point dari dari motivasi adalah median, karena skor motivasi bersifat homogen. Skor motivasi didapatkan dari beberapa pertanyaan likert yang kemudian skor jawabannya dijumlahkan. Motivasi dikatakan rendah skor < median jika jika skor dan tinggi tinggi jika ≥ median. Distribusi motivasi siswa dapat dilihat pada tabel 5.7 berikut.
70
Tabel 5.7 Distribusi Motivasi Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Motivasi
Frekuensi
Presentasi (%)
Rendah
28
42,4
Tinggi
38
57,6
Total
66
100
Berdasarkan tabel 5.7 di atas, terdapat 28 siswa atau 42,4% mempunyai motivasi yang rendah dan 38 siswa atau 57,6% mempunyai motivasi yang tinggi. 8. Gambaran Pendidikan Ayah Pendidikan ayah dibagi menjadi dua kelompok, yaitu rendah dan tinggi. Untuk kategori rendah jika pendidikan ≤ SMP dan tinggi jika > SMP. Distribusi pendidikan ayah dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut. Tabel 5.8 Distribusi Pendidikan Ayah Siswa Kelas IV dan V MIN 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Pendidikan Ayah
Frekuensi
Persentasi (%)
Rendah
15
22,7
Tinggi
51
77,3
Total
66
100
Berdasarkan tabel 5.8 di atas, sebanyak 15 siswa atau 22,7% yang mempunyai ayah dengan pendidikan rendah dan 51 siswa atau 77,3% yang mempunyai ayah dengan pendidikan tinggi. 9. Gambaran Pendidikan Ibu Pendidikan ibu dibagi menjadi dua kelompok, yaitu rendah dan tinggi. Untuk kategori rendah jika pendidikan ≤ SMP dan tinggi jika > SMP. Distribusi pendidikan ibu dapat dilihat pada tabel 5.9 berikut.
71
Tabel 5.9 Distribusi Pendidikan Ibu Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Pendidikan Ibu Frekuensi Persentasi (%) Rendah 13 19,7 Tinggi 53 80,3 Total 66 100 Berdasarkan tabel 5.9 di atas, 13 siswa atau 19,7% mempunyai ibu dengan pendidikan yang rendah dan 53 siswa atau 80,3% mempunyai ibu dengan pendidikan yang tinggi. 10. Gambaran Ekonomi Keluarga Ekonomi keluarga didapatkan dari nilai kumulatif dari penghasilan ayah dan penghasilan ibu. Ekonomi keluarga dibagi menjadi dua kelompok, yaitu rendah dan tinggi. Kategori rendah jika penghasilan orang tua < UMR (UMR Tangerang Selatan sebesar Rp 1.250.000,00) dan tinggi jika penghasilan orang tua ≥ UMR.
Distribusi
ekonomi keluarga dapat dilihat pada tabel 5.10 berikut. Tabel 5.10 Distribusi Ekonomi Keluarga Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Ekonomi Keluarga Rendah Tinggi Total
Frekuensi 20 46 66
Persentasi (%) 30,3 69,7 100
Berdasarkan tabel 5.13 di atas, 20 siswa atau 30,3% berekonomi rendah dan 46 siswa atau 69,7% berekonomi tinggi. 11. Gambaran Lingkungan Tempat Tinggal Pada penelitian ini, lingkungan tempat tinggal dibagi menjadi dua, yaitu kurang baik dan baik. Cut off point dari lingkungan tempat tinggal adalah median, karena data
72
lingkungan tempat tinggal bersifat tidak normal. Skor lingkungan tempat tinggal didapatkan dari beberapa pertanyaan yang kemudian skor jawabannya dijumlahkan. Untuk kategori kurang baik jika
skor < median median jika skor dan baik jika jika ≥ median.
Distribusi lingkungan tempat tinggal dapat dilihat pada tabel 5.11 berikut. Tabel 5.11 Distribusi Lingkungan Tempat Tinggal Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Lingkungan Tempat Tinggal Kurang Baik Total
Frekuensi 21 45 66
Persentasi (%) 31,8 68,2 100
Berdasarkan tabel 5.11 di atas, siswa yang mempunyai lingkungan tempat tinggal kurang baik sebanyak 21 orang atau 31,8% dan yang mempunyai lingkungan tempat tinggal yang baik sebanyak 45 orang atau 68,2%. B. Analisis Bivariat
1. Hubungan Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Distribusi prestasi belajar siswa menurut status gizi dapat dilihat pada tabel 5.12 Tabel 5.12 Distribusi Nilai Menurut Status Gizi Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Status Gizi Sangat kurus Kurus Normal Gemuk
Mean 68,67 76,89 75,17 74,77
Standar Deviasi 8,021 6,900 7,074 7,672
Total
75,03
7,202
Pvalue 0,403
n (%) 3 (4,5) 9 (13,6) 41 (62,1) 13 (19,7) 66
Hasil penelitian menunjukkan bahwa, rata-rata nilai pada siswa sangat kurus adalah 68,67, rata-rata nilai pada siswa yang kurus adalah 76,89, rata-rata nilai pada
73
siswa yang normal adalah 75,17 dan rata-rata nilai pada siswa yang gemuk adalah 74,77. Dari hasil hasil statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,403, artinya pada α 5% tidak ada perbedaan yang signifikan nilai rapor pada siswa yang sangat kurus, kurus, normal ataupun gemuk. 2. Hubungan Kesehatan dengan Prestasi Belajar Tabel 5.13 Distribusi Nilai Menurut Kesehatan Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Nilai Rapor Kesehatan Tidak Iya
Mean
Standar Deviasi
Pvalue
n (%)
75,50 75,00
7,681 7,236
0,894
4 (6,1) 62 (93,9)
Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa yang sakit (tidak sehat) memiliki nilai rata-rata sebesar 75,50 dan standar deviasi sebesar 7,681. Sedangkan, siswa yang sehat memiliki nilai rata-rata sebesar 75,00 dan standar deviasi sebesar 7,236. Berdasarkan perhitungan perhitungan statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,894, artinya pada α 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara nilai rapor dengan kesehatan. 3. Hubungan Kebiasaan Sarapan Pagi dengan Prestasi Belajar Tabel 5.14 Distribusi Nilai Menurut Kebiasaan Sarapan Pagi Siswa Kelas IV dan V MIN 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Nilai Rapor
Mean
Standar Deviasi
Pvalue
n (%)
Tidak Rutin
73,47
6,501
0,268
19 (28,8)
Rutin
75,66
7,440
Sarapan Pagi
47(71,2)
Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa yang tidak rutin sarapan pagi memiliki nilai rata-rata sebesar 73,47 dan standar deviasi sebesar 6,501. Sedangkan, siswa yang
74
rutin sarapan pagi memiliki nilai rata-rata sebesar 75,66 dan standar deviasi sebesar 7,440. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,268, artinya pada α 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara nilai rapor dengan kebiasaan sarapan pagi. 4. Hubungan Sikap dengan Prestasi Belajar Tabel 5.15 Distribusi Nilai Menurut Sikap Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Nilai Rapor
Mean
Standar Deviasi
Pvalue
n (%)
Negatif
69,15
5,226
0,001
13 (19,7)
Positif
76,47
6,913
Sikap
53 (8,3)
Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa dengan sikap yang negatif terhadap mata pelajaran memiliki nilai rata-rata sebesar 69,15 dan standar deviasi sebesar 5,226. Sedangkan, siswa dengan sikap yang positif memiliki nilai rata-rata sebesar 76,47 dan standar deviasi sebesar 6,913. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,001, artinya artinya pada α 5% terdapat hubungan yang signifikan signifikan antara nilai rapor dengan sikap siswa terhadap mata pelajaran di sekolah. 5. Hubungan Minat dengan Prestasi Belajar Tabel 5.16 Distribusi Nilai Menurut Minat Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Nilai Rapor
Mean
Standar Deviasi
Pvalue
n (%)
Rendah
72,00
6,307
0,003
28 (42,4)
Tinggi
77,26
6,074
Minat
38 (57,6)
75
Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa dengan minat yang rendah memiliki nilai rata-rata sebesar 72,00 dan standar deviasi sebesar 6,307. Sedangkan siswa dengan sikap yang positif, memiliki nilai rata-rata sebesar 77,26 dan standar deviasi sebesar 6,074. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,003, artinya pada α 5% terdapat hubungan hubungan yang signifikan signifikan antara nilai rapor dengan minat siswa terhadap mata pelajaran di sekolah. 6. Hubungan Motivasi dengan Prestasi Belajar Tabel 5.17 Distribusi Nilai Menurut Motivasi Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Nilai Rapor
Mean
Standar Deviasi
Pvalue
n (%)
Rendah
72,29
6,036
0,007
28 (42,4)
Tinggi
77,05
7,392 7,39 2
Motivasi
38 (57,6)
Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa dengan motivasi yang rendah memiliki nilai rata-rata sebesar 72,00 dan standar deviasi sebesar 6,307. Sedangkan siswa dengan motivasi yang tinggi, memiliki nilai rata-rata sebesar 77,05 dan standar deviasi sebesar 7,392. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,007, artinya pada α 5% terdapat hubungan yang signifikan antara nilai rapor dengan motivasi siswa.
76
7. Hubungan Pendidikan Ayah dengan Prestasi Belajar Tabel 5.18 Distribusi Nilai Menurut Pendidikan Ayah Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Nilai Rapor
Mean
Standar Deviasi
Pvalue
n (%)
Rendah
74,00
7,221
0,533
15 (27,7)
Tinggi
75,33
7,241
Pendidikan Ayah
51 (77,3)
Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa dengan pendidikan ayah yang rendah memiliki nilai rata-rata sebesar 74,00 dan standar deviasi sebesar 7,221. Sedangkan siswa dengan pendidikan ayah yang tinggi, memiliki nilai rata-rata sebesar 75,33 dan standar deviasi sebesar 7,241. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,533, artinya pada α 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara nilai rapor dengan pendidikan ayah siswa. 8. Hubungan Pendidikan Ibu dengan Prestasi Belajar Tabel 5.19 Distribusi Nilai Menurut Pendidikan Ibu Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Nilai Rapor
Mean
Standar Deviasi
Pvalue
n (%)
Rendah
72,85
6,149
0,225
13 (19,7)
Tinggi
75,57
7,392
Pendidikan Ibu
53 (80,3)
Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa dengan pendidikan ibu yang rendah memiliki nilai rata-rata sebesar 72,85 dan standar deviasi sebesar 6,149. Sedangkan siswa dengan pendidikan ibu yang tinggi, memiliki nilai rata-rata sebesar 75,57 dan standar deviasi sebesar 7,392. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar
77
0,225, artinya artinya pada α 5% tidak ada hubungan yang signifikan signifikan antara nilai rapor dengan dengan pendidikan ibu siswa. 9. Hubungan Ekonomi Keluarga dengan Prestasi Belajar Tabel 5.20 Distribusi Nilai Menurut Ekonomi Keluarga Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Nilai Rapor
Mean
Standar Deviasi
Pvalue
n (%)
Rendah
74,80
7,245
0,866
20 (30,3)
Tinggi
75,13 75, 13
7,262
Ekonomi Keluarga
46 (69,7)
Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa dengan ekonomi keluarga yang rendah memiliki nilai rata-rata sebesar 74,80 dan standar deviasi sebesar 7,245. Sedangkan siswa dengan pendidikan ibu yang tinggi, memiliki nilai rata-rata sebesar 75,13 dan standar deviasi sebesar 7,262. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,866, artinya pada α 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara nilai rapor dengan ekonomi keluarga. 10. Hubungan Lingkungan Tempat Tinggal dengan Prestasi Belajar Tabel 5.21 Distribusi Nilai Menurut Lingkungan Tempat Tinggal Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011
Nilai Rapor
Mean
Standar Deviasi
Pvalue
N (%)
Kurang
72,90
7,509
0,102
21 (31,8)
Baik
76,02
6,917
Lingkungan Tempat Tinggal
45 (68,2)
Hasil analisis menunjukkan bahwa siswa dengan lingkungan tempat tinggal yang kurang baik, memiliki nilai rata-rata sebesar 72,90 dan standar deviasi sebesar 7,509.
78
Sedangkan siswa dengan lingkungan tempat tinggal yang baik, memiliki nilai rata-rata sebesar 76,02 dan standar deviasi sebesar 6,917. Berdasarkan perhitungan statistik didapatkan nilai Pvalue sebesar 0,102, artinya pada α 5% tidak ada hubungan yang signifikan antara nilai nilai rapor dengan lingkungan tempat tinggal.
79
BAB VI PEMBAHASAN
A. Keterbatasan Peneliti
1. Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional yang hanya menggambarkan variabel yang diteliti pada waktu yang bersamaan, sehingga terkadang ditemukan bias berupa lemahnya dalam melihat hubungan sebab ak ibat. 2. Kuesioner diisi oleh responden (siswa) sendiri dalam satu kelas sehingga terdapat kemungkinan saling menyontek sesama teman tanpa sepengetahuan peneliti, dimana hal ini dapat menimbulkan bias. 3. Keterbatasan dalam jenis variabel yang diteliti, masih terdapat beberapa variabel lainnya yang berhubungan dengan prestasi belajar yang tidak diteliti. Selain itu, kebiasaan makan responden (siswa) dari segi kandungan zat gizinya tidak diteliti, sehingga tidak dapat diketahui kekurangan zat gizi secara spesifik. B. Prestasi Belajar
Berdasarkan UU No.20 Tahun 2003, pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga yang demokratis dan tanggung jawab. Melalui pendidikan seseorang seseo rang diharapkan mampu membangun sikap dan d an tingkah laku serta pengetahuan dan ketrampilan yang perlu dan berguna bagi kelangsungan dan kemajuan diri dalam masyarakat, bangsa dan negara.
80
Tercapainya tujuan pendidikan nasional dapat dilihat dari prestasi belajar yang diperoleh oleh peserta didik. Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuhkembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan belajar mereka. Belajar adalah istilah kunci (key (key term) term) yang paling vital dalam setiap usaha pendidikan, sehingga tanpa belajar sesu ngguhnya tidak pernah ada pendidikan. pe ndidikan. Sebagai suatu proses, belajar hampir ha mpir selalu mendapat tempat yang luas dalam da lam berbagai disiplin ilmu yang berkaitan dengan upaya pendidikan. Belajar juga memainkan peranan penting dalam mempertahankan kehidupan sekelompok umat manusia (bangsa) ditengah-tengah persaingan yang ketat di antara bangsa-bangsa lainnya yang terlebih dahulu maju karena belajar (Syah, 2006). Hasil dari perbuatan belajar ini yang disebut prestasi belajar. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Wuryani (2002), prestasi belajar adalah hasil yang diberikan oleh guru kepada siswa dalam jangka waktu tertentu sebagai hasil perbuatan belajar. Menurut Suryabrata (2006) prestasi akademik adalah hasil belajar terakhir yang dicapai oleh siswa dalam jangka waktu tertentu, yang mana di sekolah prestasi akademik siswa biasanya dinyatakan dalam bentuk angka atau simbol tertentu, kemudian dengan angka atau simbol tersebut, orang lain atau siswa sendiri akan dapat mengetahui sejauh mana prestasi akademik yang telah dicapai. Dengan demikian, prestasi akademik di sekolah merupakan bentuk lain dari besarnya penguasaan bahan pelajaran yang telah dicapai siswa, dan rapor bisa dijadikan hasil belajar terakhir dari penguasaan pelajaran tersebut. Pada penelitian ini, prestasi belajar dilihat dari nilai rapor semester terakhir yaitu semester genap. Prestasi belajar diambil dari nilai rata-rata mata pelajaran Bahasa Indonesia,
81
Matematika, IPA dan IPS. Portosuwido dkk (1976) dalam Isdaryanti (2007) telah melakukan penelitian di bidang kognitif pada anak a nak sekolah seko lah dasar dengan mengukur skor prestasi belajar melalui mata pelajaran Bahasa Indonesia, Matematika, IPA, IPS. Keempat mata pelajaran ini sudah cukup menggambarkan nilai kognitif anak sekolah dasar. Namun, pada penelitian ini mata pelajaran yang dilihat nilainya ditambah dengan mata pelajaran agama, yaitu Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam (SKI), dan Bahasa Arab. Hal ini sebagaimana yang tercantum dalam PP No.19 tahun 2005 tentang Sistem Pendidikan Nasional, beban belajar untuk Madrasah Ibtidaiyah (MI) ditambah mata pelajaran agama dan akhlak mulia. Sedangkan berdasarkan SK Dirjen Pendidikan Islam No. Dj.I/60/2011, untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dan untuk meningkatkan mutu pendidikan Agama Aga ma Islam, perlu diselenggarakan d iselenggarakan U jian Akhir Madrasah Bersta ndar Nasiona l (UASBN). Mata pelajaran UASBN tingkat Madrasah Ibtidaiyah (MI) meliputi Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam, dan Bahasa Arab. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata nilai siswa adalah 75,03 dengan nilai minimal 61 dan nilai maksimal 90. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi belajar siswa cukup baik, karena kare na nilai lebih dari 7 sebagaimana standar dari Depdiknas (2008), walaupun masih ada beberapa siswa siswa yang prestasi belajarnya belajarnya kurang. Hasil penelitian ini ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan o leh Azhari (2001) yang mengatakan bahwa sebagian se bagian besar siswa menunjukkan prestasi belajar yang baik. Prestasi belajar yang baik dapat menjadi indikator kualitas seorang siswa, dimana hal ini akan memberikan kontribusi terhadap keberhasilan pembangunan. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Hadi (2005), keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada keberhasilan bangsa itu sendiri dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas, sehat, cerdas, dan produktif. Salah satu cara menilai
82
kualitas seorang anak adalah dengan melihat prestasi belajarnya di sekolah. Prestasi yang dicapai menunjukkan hasil dari proses belajar (Soemantri, 1978). Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Himmah (2010), yang menyatakan bahwa sebagian besar siswa SD di Bekasi mempunyai prestasi belajar yang kurang baik. Hal ini dikarenakan penelitian sebelumnya mengambil sampel dari kelas 3, sehingga sifat khas mereka mereka terhadap pelajaran berbeda. berbeda. Pada masa anak sekolah ini dibagi menjadi dua fase, yaitu masa kelas rendah (6-10 tahun) dan masa kelas tinggi (11-13 tahun). Sifat khas dari masa rendah diantaranya terdapat korelasi antara kesehatan jasmani dengan prestasi belajar, kecenderungan memuji diri, menghendaki nilai rapor yang baik tanpa memperdulikan prestasi diri yang sesungguhnya. Sementara itu, sifat khas dari masa kelas tinggi diantaranya berminat pada kehidupan konkret, realitas dan selalu ingin banyak tahu, minat terhadap pelajaran khusus (Munandar, 1985 dalam Faridi, 2002). Selain itu, penelitian sebelumnya hanya menggunakan rata-rata nilai pelajaran umum, karena penelitian yang dilakukan oleh Himmah (2010) pada siswa SD, sedangkan pada penelitian ini dilakukan pada siswa MI. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar adalah gizi yang baik. Menurut Moeloek (1999), asupan gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal. Pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseo rang (Muliadi, (Muliadi, 2007). Selain status gizi, prestasi belajar juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti kebiasaan sarapan pagi dan kesehatan serta faktor psikologis. Faktor psikologis diantaranya yaitu sikap, minat dan motivasi. Selain itu, prestasi belajar juga dapat dipengaruhi oleh faktor eksternal
83
seperti pendidikan orang tua, ekonomi keluarga dan lingkungan baik sekolah maupun tempat tinggal. Oleh karena itu, pihak sekolah sebaiknya mempertahankan prestasi belajar yang sudah baik dengan memantau prestasi belajar siswanya. C. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
1. Status Gizi Menurut Jelliffe (1989) dalam Supariasa (2002), status gizi adalah tanda-tanda atau penampilan fisik yang diakibatkan karena adanya keseimbangan a ntara pemasukan gizi di satu pihak serta pengeluaran di lain pihak yang terlihat melalui variabel-variabel tertentu yaitu melalui suatu indikator status gizi. g izi. Pada penelitian ini, status gizi ditentukan dengan menggunakan antropometri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa berstatus gizi normal, yaitu sebanyak 41 siswa atau 62,1% dan 25 siswa berstatus gizi tidak normal, yaitu terdiri dari 3 siswa atau 4,5% berstatus gizi sangat kurus, 9 siswa atau 13,6% berstatus gizi kurus, dan 13 siswa atau 19,7% berstatus gizi gizi gemuk. Hasil penelitian penelitian ini sejalan dengan hasil hasil penelitian yang dilakukan oleh Setiawati (2002) bahwa sebagian besar siswa berstatus gizi baik (73%) dan sisanya berstatus gizi tidak baik (27%), yang terdiri dari gizi kurang dan gizi lebih. Status gizi baik atau optimal terjadi bila tubuh memperoleh cukup zat-zat gizi yang digunakan secara efisien sehingga memungkinkan pertumbuhan fisik, perkembangan otak, kemampuan kerja dan kesehatan secara umum (Almatsier, 2006). Asupan gizi yang baik berperan penting di dalam mencapai pertumbuhan badan yang optimal.
84
Pertumbuhan badan yang optimal ini mencakup pula pertumbuhan otak yang sangat menentukan kecerdasan seseorang (Khomsan, 2004). Berdasarkan tabel 5.12 dapat diketahui bahwa rata-rata nilai yang paling rendah terdapat pada kelompok dengan status gizi sangat kurus. Hal ini menunjukkan bahwa kurang gizi tingkat berat cukup mempengaruhi prestasi belajar. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Florencio (1990) di Filipina, prestasi akademik dan mental siswa dengan status gizi yang baik secara signifikan lebih tinggi daripada siswa dengan status gizi buruk, bahkan ketika pendapatan keluarga, kualitas sekolah, kemampuan guru, atau kemampuan mental dikontrol (Levinger, 1992). Akibat dari status gizi kurang adalah perkembangan otak yang tidak sempurna yang menyebabkan kognitif, perkembangan IQ terhambat dan kemampuan belajar terganggu yang selanjutnya berpengaruh pada prestasi belajar siswa (Soekirman, 2000). Akibat dari status gizi kurang adalah perkembangan otak yang tidak sempurna yang menyebabkan
kognitif
dan
kemampuan
belajar
terganggu
(Soekirman,
2000).
Kekurangan gizi sejak dini dapat mempengaruhi ketangkasan belajar, waktu pendaftaran sekolah, konsentrasi dan perhatian (Pollit, 1990 dalam Levinger, 1992). Status gizi harus baik karena gizi kurang akan mempengaruhi kesehatan jasmaninya yang bermanifestasi pada kelesuan, mengantuk, dan cepat lelah. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing-pusing kepala, dapat menurunkan kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan kondisi jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan dan minuman yang bergizi (Baliwati, 2004). Anak-anak yang mendapatkan makanan yang memadai
85
(bergizi) mempunyai skor kognitif yang lebih tinggi daripada anak-anak dengan asupan makanan yang kurang (Levinger, 1992). Namun, pada hasil penelitian ini tidak terlihat ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar antara siswa yang sangat kurus, kurus, normal ataupun gemuk. Pada penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan antara status gizi dengan pre stasi belajar. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Setiawati dkk (2002) dan Setiadi (2001) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara status gizi dengan prestasi belajar. Status gizi selain ditentukan dengan ukuran antropometri, juga dapat ditentukan secara biokimia, yaitu pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh (Supariasa, 2002). Akibat gizi kurang terhadap proses tubuh tergantung pada zat-zat gizi apa yang kurang (Muliadi, 2007). Pada penelitian ini, status gizi ditentukan dengan antropometri, tidak diukur secara biokimia, se hingga tidak t idak dapat diketahui kekurangan kekura ngan gizi g izi secara spesifik, seperti anemia defisiensi besi yang mana gejalanya adalah anak akan tampak lemas, sering berdebardebar, lekas lelah, pucat, sakit kepala. Mereka tidak tampak sakit karena perjalanan penyakitnya bersifat menahun (Hassan dan Alatas, 2002 dalam Wijayanti, 2005). Pada kondisi anemia, daya konsentrasi dalam belajar tampak menurun (Djaeni, 2004 dalam Wijayanti, 2005). Anwar (2009) menjelaskan bahwa penurunan pemusatan perhatian (atensi), atensi), kecerdasan, dan prestasi belajar dapat terjadi akibat anemia besi. Sehingga walaupun status gizinya baik berdasarkan pengukuran antropometri, tetapi mengalami anemia, maka siswa tersebut daya konsentrasinya menurun, yang mana akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.
86
Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Himmah (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status gizi dengan prestasi belajar. Perbedaan ini dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh Himmah dengan menggunakan indikator BB/TB, sedangkan pada penelitian ini indikator yang digunakan adalah IMT/U. Perbedaan hasil tersebut karena perbedaan ambang batas dalam penentua kategori status gizi. berdasarkan Kemenkes RI (2010) ambang batas kategori status gizi normal untuk indikator BB/TB adalah -2 SD sampai dengan 2 SD, sedangkan untuk indikator IMT/U adalah -2 SD sampai dengan 1 SD. Indeks massa tubuh (IMT=BMI, Body Mass Index) Index) menurut umur (IMT/U), sebagai alat penyaringan ( screening screening , dan bukan alat diagnostik) yang efektif untuk menilai secara cepat status gizi anak. IMT merupakan pembagian berat badan (dalam kg) 2
terhadap kuadrat tinggi badan (dalam m ). IMT dapat digunakan untuk rentang yang panjang yaitu dari usia us ia 5 tahun – 20 tahun. t ahun. Untuk anak digunakan IMT spesifik spes ifik menurut umur dan gender dan gender (Sunarti, (Sunarti, 2004). IMT berubah secara substansial pada anak-anak sesuai pertambahan umur (Hayati, (Ha yati, 2009). Sedangkan S edangkan indikator BB/TB digunakan untuk anak 005 tahun (Kemenkes, 2010). Indikator untuk anak usia 0-5 tahun tidak akan layak untuk anak-anak yang lebih tua. Selain itu, IMT adalah cara termudah untuk memperkirakan status gizi serta berkorelasi tinggi dengan massa lemak tubuh, sedangkan BB/TB tidak dapat melihat massa lemak tubuh, dimana lemak tubuh anak laki-laki dan perempuan berbeda (WHO, 2007). Meskipun status gizi tidak berhubungan secara signifikan dengan prestasi belajar, namun dapat dilihat bahwa prestasi belajar yang masih kurang banyak terjadi pada siswa dengan status gizi kurang tingkat berat (sangat kurus). Kelainan yang terjadi pada
87
jaringan otak akibat gizi buruk itu membawa dampak antara lain turunnya fungsi otak yang berpengaruh terhadap kemampuan belajar, kemampuan anak bereaksi terhadap rangsangan dari lingkungannya sangat rendah dan anak menjadi apatis, serta membawa akibat terjadinya perubahan kepribadian anak (Moehji, 2003). Apabila makanan yang dikonsumsi tidak cukup mengandung zat – zat gizi yang dibutuhkan dan keadaan ini berlangsung lama, akan menyebabkan perubahan metabolisme dalam otak. Hal ini akan mengakibatkan terjadinya ketidakmampuan otak untuk berfungsi normal. Pada keadaan yang lebih berat dan kronis, kekurangan gizi menyebabkan pertumbuhan terganggu, badan lebih kecil, jumlah sel dalam otak berkurang dan terjadi ketidakmatangan serta ketidaksempurnaan organisasi biokimia dalam otak. Keadaan ini berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasan anak (Soemantri, 1978). Menurut (Gibney, 2009), keadaan gizi kurang mengakibatkan perubahan struktural dan fungsional pada otak. Sejumlah penelitian pada hewan memperlihatkan bahwa keadaan malnutrisi prenatal dan pascanatal dini pada tikus menimbulkan banyak perubahan dalam struktur otak hewan tersebut, kendati perubahan ini akan membaik pada saat tikus diberi makan kembali. Namun demikian, beberapa perubahan dianggap permanen da n perubahan peruba han yang permanen tersebut meliputi penurunan jumlah mielin dan jumlah dendrit kortikal dalam medulla spinalis spinalis serta peningkatan jumlah mitokondria dalam sel-sel neuron saraf. neuron saraf. Berdasarkan hal tersebut di atas, sebaiknya pihak sekolah melaksanakan kegiatan dalam upaya peningkatan gizi untuk meningkatkan prestasi belajar anak sekolah, dengan mengadakan kantin sekolah yang memenuhi persyaratan gizi. Selain itu, perlu juga
88
dilakukan pemeriksaan kesehatan periodik berupa penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan untuk mengetahui status gizi, sehingga kurang gizi khususnya pada tingkat yang berat, dapat dicegah. 2. Kesehatan Faktor kesehatan menurut Parsono dkk (1990) meliputi faktor kesehatan fisik pada umumnya dan kesehatan indera pada khususnya. Sehat fisik artinya tidak cacat tubuh (tuna daksa). Sehat indera artinya ia tidak tuna rungu, tuna netra dan sebagainya. Berdasarkan tabel 5.3, sebagian besar siswa MI Negeri Cempaka Putih sehat (absensi karena sakit < 1 minggu dalam satu semester). Kondisi umum jasmani dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ tubuh yang lemah, apalagi jika disertai sakit kepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta (kognitif) sehingga materi yang dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas (Syah, 2010). Anak yang kurang sehat dapat da pat mengalami kesulitan belajar, sebab se bab ia mudah capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang, kurang semangat, dan pikirannya terganggu. Berdasarkan hal-hal tersebut, penerimaan dan respon terhadap pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal dalam memproses, mengelola, menginterprestasi dan mengorganisasi materi pelajaran melalui inderanya sehingga ia tidak dapat memahami makna materi yang dipelajarinya (Mudzakir dan Sutrisno, 1997). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kesehatan dengan prestasi belajar. Hal ini dikarenakan kategori sakit pada penelitian ini hanya pada kuantitas tidak berangkat karena sakit ≥ 7 hari dalam satu
89
semester, sehingga siswa yang sakit bisa jadi mempunyai kebiasaan belajar yang baik. Kegiatan-kegiatan yang disebut belajar itu akan selalu dilakukan sesuai dengan keadaan individu yang belajar, isi atau materi yang dipelajari, lingkungan dan situasinya (Wa’di, 2002 dalam Triasari, 2008). Siswa yang mempunyai kebiasaan belajar yang baik, kemungkinan akan dapat mencapai prestasi belajar yang tinggi, karena dengan pola belajar yang baik, dimungkinkan siswa dapat belajar lebih terarah dan teratur (Triasari, 2008). Tidak hanya itu, belajar juga bersifat individual, sehingga ada siswa yang dapat memahami pelajaran hanya dengan mendengarkan sekali saja, ada juga siswa dapat memahami pelajaran dengan belajar berulang-ulang baik di sekolah ataupun di rumah dengan intensitas yang berbeda. Siswa yang sakit (tidak berangkat sekolah ≥ 7 hari dalam satu semester) bisa jadi dapat belajar dengan baik pada saat berangkat sekolah, dimana siswa tersebut lebih sering berangkat, sehingga dapat mengikuti ketertinggalannya pada saat sakit. Hal ini sebagaimana teori yang dinyatakan oleh Notoatmodjo (2007), belajar bersifat individual dan unik. Setiap orang mempunyai gaya belajar dan keunikan sendiri dalam belajar. Selain itu, tidak adanya hubungan dapat disebabkan karena tidak hanya kesehatan yang dapat mempengaruhi prestasi belajar tetapi inteligensi juga memegang peranan. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Syah (2010), memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. Intelegensi menurut Azwar (2004) merupakan salah satu faktor internal yang mempengaruhi prestasi akademik seseorang. Menurut Chaplin dalam Syah (2006),
90
intelegensi adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan situasi baru secara cepat dan efektif atau kemampuan menggunakan konsep-konsep abstrak secara efektif. Siswa yang mempunyai intelegensi yang baik akan mudah dalam memahami pelajaran dalam waktu yang relatif singkat dan mampu mengingat pelajaran yang diperolehnya dengan baik. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Dalyono (1997), seseorang yang memiliki intelegensi baik (IQ-nya tinggi) umumnya mudah belajar dan hasilnya pun cenderung baik. Sebaliknya orang yang intelegensinya rendah cenderung mengalami kesukaran dalam belajar, lambat berpikir, sehingga prestasi akademiknya pun rendah. Hal ini sejalan dengan teori yang dinyatakan oleh Syah (2006), tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa sangat menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan intelegensi seorang siswa, maka semakin besar peluangnya untuk meraih sukses, dan sebaliknya semakin rendah re ndah kemampuan intelegensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk memperoleh sukses. Berdasarkan hal tersebut di atas, walaupun sakit, siswa yang mempunyai intelegensi tinggi dapat mengejar ketertinggalannya dengan cepat dan efektif, sehingga siswa tersebut berpeluang besar untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik. 3. Kebiasaan Sarapan Pagi Kebiasaan makan pagi termasuk ke dalam salah satu 13 pesan dasar gizi seimbang. Bagi anak sekolah, makan pagi dapat meningkatkan konsentrasi belajar dan memudahkan menyerap pelajaran sehingga meningkatkan prestasi belajar (Depkes, 2002). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar siswa rutin sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah, yaitu sebanyak 47 siswa atau 71,2%. Para siswa terbiasa
91
sarapan pagi sebelum berangkat ke sekolah, karena setiap pagi mareka disiapkan sarapan baik oleh ibu ataupun pembantu. Sarapan pagi sangat penting dilakukan sebelum melakukan aktivitas yang lain pada hari itu. Dengan sarapan pagi, tubuh akan memperoleh bekal zat tenaga untuk menghadapi kerja, belajar, bermain dan aktivitas lain. Banyak studi yang telah dilakukan membuktikan pentingnya sarapan pagi dan pengaruhnya terhadap kondisi tubuh dan aktivitas seseorang, terutama anak-anak. Hasil penelitian Yussen dan Santrock (1982) dalam Faridi (2002) menunjukkan bahwa anak yang tidak selalu sarapan pagi dan tidak menggantinya di waktu yang lain pada pagi hari itu, tidak dapat mengikuti pelajaran dengan baik, mereka lemah dan lelah. Berdasarkan tabel 5.14, terlihat bahwa rata-rata nilai siswa yang rutin sarapan pagi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang tidak rutin sarapan pagi. Anak-anak yang biasa tidak sarapan pagi mempunyai konsentrasi belajar yang lebih rendah, kurang perhatian, intelegensia yang rendah re ndah dan prestasi belajar yang lebih rendah re ndah dibandingkan d ibandingkan anak-anak yang biasa sarapan pagi. Dengan demikian sarapan pagi sangat penting dilakukan oleh anak usia sekolah disebabkan sarapan pagi dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan konsentrasi belajar (Hamilton, 1990 dalam Faridi, 2002). Para peneliti di Jamaika menemukan bahwa penyediaan sarapan pagi di sekolah untuk siswa SD, memiliki dampak yang signifikan terhadap kehadiran dan nilai aritmatika tetapi tidak pada berat badan atau skor ejaan (Powell dalam Levinger, 1992). Perbedaan hasil yang diperoleh untuk ukuran yang berbeda merupakan refleksi dari keterampilan pemecahan masalah yang berbeda yang dibutuhkan untuk melakukan tugas. Ejaan dilakukan dengan menghafal; aritmatika melibatkan penerapan aturan untuk situasi
92
baru. Siswa mudah terganggu karena kelaparan sementara akan lebih rentan terhadap skor rendah pada tes aritmatika daripada teman-teman mereka yang kurang lapar (Levinger, 1992). Selain itu, empat dari enam studi menyelidiki konsumsi sarapan dibandingkan dengan puasa yang mengidentifikasikan beberapa perbaikan (p=0,05) dalam pemecahan masalah, perhatian dan memori sesaat setelah mengkonsumsi sereal dan tampilan visual yang kompleks setelah mengkonsumsi sarapan (Ells dkk, 2008). Perilaku adaptif kelaparan sementara akan kelihatan dalam jangka waktu yang singkat secara alami dan biasanya akan hilang ketita anak tidak lapar lagi (Pollite, 1990 dalam Levinger, 1992). Beberapa studi menemukan bahwa pada populasi dengan gizi yang relatif baik di Amerika Serikat, kelaparan sementara (sebagai lawan malnutrisi) dapat mempengaruhi perhatian, minat, dan belajar (Levinger, 1992). Namun, pada hasil penelitian ini tidak terlihat ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar antara siswa yang rutin sarapan pagi dan siswa yang tidak rutin sarapan pagi. Analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar. Hal ini dikarenakan pada penelitian ini hanya meneliti kuantitasnya saja, sehingga tidak tahu kandungan gizi dari makanan yang biasa mereka konsumsi, dimana zat gizi dapat menunjang untuk perkembangan otak ot ak sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Suryabrata (2001), nutrisi harus cukup karena kekurangan kadar makanan ini akan mengakibatkan kurangnya tonus jasmani, yang pengaruhnya dapat berupa kelesuan, lekas mengantuk, lekas lelah, dan sebagainya. Energi yang diperlukan untuk bahan bakar otak, untuk merawat kesehatan sel saraf dan untuk neurotransmitter diperoleh dari makanan
93
yang dikonsumsi, nutrisi utama untuk meningkatkan fungsi otak adalah karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral (Perretta, 2004 dalam Suryowati, 2010). Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya peneliti selanjutnya meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar di luar faktor-faktor yang diteliti pada penelitian ini, terutama mengenai asupan zat gizinya, dimana dapat menunjang untuk perkembangan otak dan perhatiannya terhadap pelajaran sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar. Hal ini didukung pernyataan Ells dkk (2008), ketika kandungan energi pada sarapan pagi diperiksa, satu studi menunjukkan bahwa sarapan pagi dengan energi rendah bersifat merugikan dalam hal suasa na hati, daya tahan fisik dan berfikir kreatif. 4. Sikap Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons (response (response tendency) tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif (Syah, 2010). Menurut Notoatmodjo (2010), sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau objek tertentu, yang sudah melibatkan faktor pendapat dan emosi yang bersangkutan (senang-tidak senang, setuju-tidak setuju, baik-tidak baik, dan sebagainya). Berdasarkan tabel 5.5, sebagian besar siswa siswa mempunyai sikap yang yang positif. Siswa yang memiliki sikap yang positif akan senang dengan pelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga mudah dalam memahami materi yang diberikan oleh guru. Sikap yang positif terhadap mata pelajaran tertentu merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa. Sebaliknya, sikap yang negatif terhadap mata pelajaran tertentu apalagi ditambah dengan timbulnya rasa kebencian terhadap mata pelajaran tertentu, akan menimbulkan kesulitan belajar bagi siswa yang bersangkutan (Tohirin, 2005).
94
Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan prestasi belajar. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Arsiah (2005) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan prestasi belajar. Hal ini dikarenakan penelitian Arsiah (2005) (2005 ) dilakukan pada siswa SMP sedangkan pada penelitian ini pada pad a siswa tingkat SD. Selain itu, Arsiah (2005) hanya meneliti sikap terhadap pelajaran matematika saja. Sikap dapat mempengaruhi pikiran, perasaan dan perhatian. Siswa yang mempunyai sikap positif akan merasa senang belajar dan memperhatikan mata pelajaran yang diberikan oleh guru, sehingga pelajaran yang disampaikan oleh guru dapat diterima oleh siswa dengan baik, yang mana akan berpengaruh terhadap prestasi belajarnya. Sebagaimana teori yang dinyatakan oleh Notoatmodjo (2010), sikap itu suatu sindroma atau kumpulan gejala dalam merespons stimulus atau objek, sehingga sikap itu melibatkan pikiran, perasaan, perhatian dan gejala kejiwaan lainnya. Selain itu, siswa yang mempunyai sikap positif juga mempunyai keinginan yang besar akan pengetahuan, mereka akan belajar untuk mendapatkan pengetahuan dan prestasi. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Abror (1993) bahwa sikap dapat mempengaruhi keinginan akan pengetahuan, keinginan akan prestasi dan peningkatan diri dalam jenis subject jenis subject matter . Faktor-faktor ini mempengaruhi kondisi-kondisi belajar yang relevan seperti kesiapan, penuh perhatian, tingkat usaha, ketekunan dan konsentrasi. Selain itu, sikap negatif terhadap pekerjaan sekolah dikaitkan dengan kebiasaan yang kurang baik, kegagalan menyelesaikan tugas, kegagalan menguasai keterampilan dasar, kinerja tes yang kurang, mudah teralihkan perhatian, dan phobia sekolah (Conny, 2010).
95
5. Minat Secara sederhana, minat (interest (interest ) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu (Syah, 2010). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar siswa mempunyai minat yang tinggi, yaitu sebanyak 38 siswa atau 57,6%. Siswa yang mempunyai minat yang tinggi akan menyukai mata pelajaran yang diberikan oleh guru sehingga siswa dapat mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2003). Siswa yang mempunyai minat yang tinggi akan senang dan tertarik untuk belajar pelajaran yang diberikan oleh guru tanpa ada paksaan untuk memperoleh prestasi yang baik. Hasil analisis bivariat bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan hubungan yang signifikan antara minat dengan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widiyatmo (2010) yang menyataka n bahwa ada hubungan antara minat dengan prestasi belajar siswa. Siswa yang berminat terhadap suatu mata pelajaran akan mempelajarinya dengan su ngguh-sungguh, karena ada daya tarik t arik baginya. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Hadis (2006) bahwa anak didik yang berminat terhadap sesuatu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap sesuatu yang diminati itu. Selain itu, minat dapat mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan memusatkan perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang
96
memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat, akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan (Syah, 2010). 6. Motivasi Motivasi menurut Soemanto (2006) adalah suatu perubahan tenaga di dalam diri/pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Menurut Whittaker dalam Soemanto (2006), motivasi adalah kondisikondisi atau keadaan yang mengaktifkan atau memberi dorongan kepada makhluk untuk bertingkah laku mencapai tujuan yang ditimbulkan oleh motivasi tersebut. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa mempunyai motivasi yang tinggi yaitu sebanyak 38 siswa atau 57,6%. Motivasi mempunyai peraan yang penting dalam kegiatan belajar karena menggerakkan dan mengarahkan aktivitas seseorang. Dengan kata lain, adanya usaha yang tekun dan terutama didasari adanya motivasi, maka seseorang yang belajar itu akan dapat melahirkan prestasi yang baik. Intensitas motivasi seorang siswa akan sangat menentukan tingkat pencapaian prestasi belajarnya (Bakti, 1988 dalam Azhari, 2001). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan prestasi belajar dengan nilai Pvalue sebesar 0,007. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Wardiyati (2006) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang signifikan antara motivasi dengan prestasi belajar siswa. Motivasi sangat penting bagi proses belajar, karena motivasi menggerakkan organisme, mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling berguna bagi kehidupan individu (Soemanto, 2006). Adanya motivasi belajar yang kuat
97
membuat siswa belajar dengan tekun dan terarah, yang pada akhirnya terwujud dalam hasil belajar siswa tersebut. Siswa tersebut juga merasa menikmati, suka dan tertantang untuk mempelajari suatu materi pelajaran. Hal ini sebagaimana dinyatakan oleh Hamalik (2000) bahwa fungsi motivasi adalah mendorong timbulnya kelakuan atau suatu perbuatan. Tanpa motivasi tidak akan timbul perbuatan per buatan seperti belajar. Sebagai pengarah, artinya mengarahkan perbuatan kepada pencapaian tujuan yang diinginkan, dan sebagai penggerak, artinya menggerakkan t ingkah laku seseorang. Kuat lemahnya motivasi mot ivasi akan menentukan cepat atau lambatnya suatu pekerjaan seseorang. Selain itu siswa yang mempunyai motivasi akan berusaha dengan belajar sungguhsungguh untuk mendapatkan prestasi belajar yang baik. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Purwanto (2000), motivasi adalah pendorong suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia menjadi tergerak hatinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mecapai hasil atau tujuan tertentu. Berdasarkan hal tersebut, pihak sekolah sebaiknya mempertahankan sikap, minat dan motivasi siswa dengan menjaga suasana dan lingkungan belajar di sekolah supaya mendukung proses pembelajaran. 7. Pendidikan Ayah Menurut Ilsan (1996) dalam Kusumastuti (2010), keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama dalam masyarakat, karena dalam keluargalah manusia dilahirkan, berkembang menjadi dewasa. Bentuk dan isi serta cara-cara pendidikan di dalam keluarga akan selalu mempengaruhi tumbuh dan berkembangnya watak, budi pekerti dan kepribadian tiap manusia. Pendidikan yang diterima dalam keluarga inilah
98
yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sebagian besar siswa mempunyai Ayah dengan pendidikan tinggi yaitu sebanyak 51 siswa atau 77,3%. Partisipasi orang tua dalam pelaksanaan pendidikan secara sangat meyakinkan berpengaruh positif terhadap prestasi belajar murid dan menunjukkan semakin tinggi keterlibatan dan kepedulian terhadap masalah-masalah pendidikan di sekolah (Firdaus, 2000 dalam Ilyas, 2004). Berdasarkan tabel 5.18, dapat diketahui rata-rata nilai siswa yang memiliki ayah dengan pendidikan tinggi lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memiliki ayah dengan pendidikan rendah. Pada umumnya pengetahuan orang tua sangat menentukan pendidikan keluarga (anak-anaknya). (anak-anakn ya). Tingkat pendidikan orang tua juga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap proses dan prestasi belajar siswa (Suryabrata, 2002). Perhatian orang tua dengan penuh kasih sayang terhadap pendidikan anaknya, akan menumbuhkan aktivitas anak sebagai suatu potensi yang sangat berharga untuk menghadapi masa depan. Pengertian perhatian orang tua yang dimaksud di sini adalah tanggapan siswa atas perhatian orang tuanya terhadap pendidikan anaknya yaitu tanggapan tentang bagaimana cara orang tuanya memberikan bimbingan belajar di rumah, memperhatikan dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan alat yang menunjang pelajaran,
memberikan dorongan
untuk
belajar,
memberikan pengawasan,
dan
memberikan pengarahan pentingnya belajar (Suryabrata, 2000). Namun, pada hasil penelitian ini tidak terlihat ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar antara siswa yang memiliki ayah dengan pendidikan rendah dan siswa yang memilki ayah dengan pendidikan tinggi. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa
99
tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ayah dengan prestasi belajar dengan nilai Pvalue sebesar 0,533. Hal ini dikarenakan tingkat pendidikan berhubungan dengan pekerjaan, dimana ayah bertugas mencari penghasilan untuk menghidupi keluarga dan juga membiayai anak sekolah, sehingga ayah tidak ada waktu untuk membimbing anaknya dalam pelajaran. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Soekirman (1988) bahwa tingkat pendidikan orang tua akan berkaitan dengan jenis pekerjaan dan mata pencaharian yang selanjutnya akan berkaitan dengan tersedianya waktu memberikan bimbingan belajar kepada anaknya yang mana bimbingan belajar ini tidak lain adalah stimulus bagi pengembangan diri si anak. 8. Pendidikan Ibu Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar siswa mempunyai ibu dengan pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 53 siswa atau 80,3%. Pendidikan orang tua erat kaitannya dengan bantuan orang tua dalam membantu proses belajar. Orang tua dengan tingkat pendidikan yang lebih tinggi juga memungkinkan untuk lebih percaya diri pada kemampuan mereka dalam membantu anak-anak mereka belajar. Dengan tingkat keyakinan tersebut maka diperkirakan akan berpengaruh secara signifikan terhadap kemampuan akademis anak-anak (Slameto, 1995). Berdasarkan tabel 5.19, dapat diketahui rata-rata nilai siswa yang memiliki ibu dengan pendidikan tinggi lebih tinggi daripada nilai siswa yang memiliki ibu dengan pendidikan rendah. Hal ini dikarenakan ibu dengan pendidikan yang tinggi dapat memberikan perhatian terhadap pendidikan anaknya dengan memberikan bantuan dalam proses belajarnya. Diharapkan semakin tinggi t inggi tingkat pendidikan orang tua semakin baik pula prestasi belajar anaknya. Orang tua yang kurang memperhatikan pendidikan
100
anaknya, misalnya mereka acuh tak acuh terhadap belajar anaknya, sama sekali tidak memperhatikan kepentingan dan kebutuhan anaknya dalam belajar, tidak mengatur waktu belajar, tidak menyediakan atau melengkapi alat belajar, tidak mau tahu bagaimana kemajuan belajar anaknya, tidak memahami kesulitan yang dialami dalam belajar dan lain-lain yang dapat menyebabkan anak kurang berhasil dalam belajar (Slameto, 1995). Tingkat pendidikan orang tua juga akan berpengaruh terhadap cara mendidik atau pola asuh orang tua. Ada kemungkinan orang tua yang berpendidikan tinggi mengasuh anak dengan sikap terbuka/demokratis. Sedang orang tua yang berpendidikan rendah ada kemungkinan mengasuh dengan pola asuh tertutup bahkan bebas. Dalam hal pendidikan anak, orang tua yang berpendidikan tinggi tidak hanya menekan anak untuk mendapat prestasi yang baik tetapi lebih memberi arahan pada anak agar dapat mencapai prestasi yang baik (Lidia, 2008). Namun, pada hasil penelitian ini tidak terlihat ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar antara siswa yang memiliki ibu dengan pendidikan rendah dan siswa yang memiliki ibu dengan pendidikan tinggi. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu degan prestasi belajar siswa. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Azhari (2001) yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara pendidikan ibu dengan prestasi belajar siswa. Hal ini dikarenakan pendidikan p endidikan ibu terendah siswa pada peneli pene litian tian ini adalah SD, dan responden adalah siswa tingkat SD, sehingga meskipun pendidikan ibu rendah tetapi mereka dapat memberi bantuan dalam proses belajar. Selain itu, tidak semua ibu berpendidikan rendah mempunyai pengetahuan yang rendah juga, dimana mereka dapat memberi arahan kepada anaknya untuk mencapai prestasi belajar yang
101
baik. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Apriadji (1983) dalam Faridi (2002), belum tentu te ntu seseorang seseo rang yang tingkat t ingkat pendidikannya rendah maka t ingkat pengetahuann ya juga rendah. 9. Ekonomi Keluarga Berdasarkan hasil penelitian, sebagian besar siswa dari keluarga ekonomi tinggi, yaitu sebanyak 46 siswa atau 69,7%. Menurut Slameto (1991) keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan hasil belajar anak. Kebutuhan-kebutuhan anak harus terpenuhi adalah : makanan, pakaian, kesehatan, dan fasilitas belajar seperti ruang belajar, meja, kursi, penerangan, buku-buku. Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara ekonomi keluarga dengan prestasi belajar siswa. Hal ini berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Prayitno (2010) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang siginfikan antara kondisi ekonomi orang tua wali murid terhadap prestasi belajar. Hal ini dikarenakan perbedaan karakteristik responden penelitian, yang mana Prayitno (2010) melakukan penelitian pada siswa tingkat SMP. Tidak semua siswa dengan ekonomi tinggi mempunyai prestasi belajar yang baik, karena siswa dengan ekonomi tinggi dapat membeli sesuatu yang tidak dibutuhkan atau membeli sesuatu secara berlebihan yang dapat mengganggu belajar, seperti alat-alat bermain yang terlalu banyak sehingga siswa sibuk dengan permainannya sampai lupa belajar. Begitu Beg itu juga dengan siswa dengan d engan ekonomi rendah, mereka t idak dapat membeli alat-alat bermain sehingga terdapat waktu untuk belajar. Selain itu, siswa dengan ekonomi rendah juga dapat termotivasi untuk berhasil, sehingga mereka rajin belajar supaya mendapatkan prestasi belajar yang baik. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan
102
oleh Dalyono (1997), kadang-kadang kadang-kadang kesulitan ekonomi bisa menjadi menjadi pendorong anak untuk lebih berhasil, sebaliknya bukan berarti pula ekonomi yang berlebihan tidak akan menyebabkan kesulitan belajar. Pada ekonomi yang berlebihan anak mungkin akan selalu dipenuhi semua kebutuhannya, sehingga perhatian anak terhadap pelajaran-pelajaran sekolah akan berkurang karena anak terlalu banyak bersenang-senang, misalnya dengan permainan yang beraneka ragam atau pergi ke tempat-tempat hiburan dan lain-lain. 10. Lingkungan Tempat Tinggal T inggal Hamalik (2001) dalam Sudarmanto (2007) menyatakan bahwa lingkungan adalah sesuatu yang ada di alam sekitar yang memiliki makna atau pengaruh tertentu kepada individu. Kondisi lingkungan belajar yang kondusif baik lingkungan rumah maupun lingkungan sekolah akan menciptakan ketenangan dan kenyamanan siswa dalam belajar, sehingga siswa akan lebih mudah untuk menguasai materi belajar secara maksimal. Pada penelitian ini, lingkungan tempat tinggal merupakan lingkungan belajar di rumah siswa, yang meliputi keadaan rumah, seperti fasilitas belajar di rumah, pencahayaan, kelembaban, jarak rumah dari sekolah dan jarak rumah dari sumber keramaian. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Notoatmodjo (2007), lingkungan dikelompokkan menjadi dua, yakni lingkungan fisik yang antara lain terdiri dari suhu, kelembaban udara, dan kondisi tempat belajar. Sedangkan faktor lingkungan yang kedua adalah
lingkungan
sosial,
yakni
manusia
dengan
segala
interaksinya
serta
respresentasinya seperti keramaian atau kegaduhan, lalu lintas, pasar, dan sebagainya. Begitu juga dengan Hasbullah (2001) yang menyatakan bahwa lingkungan belajar adalah lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam proses pendidikan.
103
Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa sebagian besar siswa mempunyai lingkungan tempat tinggal yang cukup baik, yaitu sebanyak 45 orang atau 68,2%. Lingkungan yang baik perlu diusahakan agar dapat memberi pengaruh yang positif terhadap anak atau siswa sehingga dapat belajar dengan sebaik-baiknya (Slameto, 2003). Berdasarkan tabel 5.21, diketahui bahwa rata-rata nilai siswa yang memiliki lingkungan tempat tinggal baik lebih tinggi daripada rata-rata nilai siswa yang memiliki lingkungan tempat tinggal yang kurang baik. Suasana rumah dimaksudkan sebagai situasi atau kejadian-kajadian yang sering terjadi di dalam keluarga di mana anak berada dan belajar. Suasana rumah yang gaduh/ramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan kepada anak yang belajar. Selanjutnya agar anak dapat belajar dengan baik perlulah diciptakan suasana rumah yang tenang dan tenteram (Minarni, 2006). Selain itu, faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar juga adalah jarak antara rumah dengan sekolah yang terlalu jauh, sehingga melelahkan. Jalan menuju sekolah berhubungan dengan letak sekolah. Jalan yang jauh dan sulit ditempuh oleh siswa membutuhkan tenaga yang lebih besar untuk dapat sampai ke sekolah. Hal ini tentu akan sangat mempengaruhi keadaan siswa ketika hendak menerima pelajaran. Siswa datang ke sekolah dalam keadaan lelah, sehingga konsentrasi berkurang dan pada akhirnya siswa kurang optimal dalam menerima pelajaran (Purwanto, 2000). Begitu juga dengan fasilits belajar siswa di rumah akan mendukung belajar siswa untuk mendapatkan prestasi yang baik. Hal ini sebagaimana yang dinyatakan oleh Purwanto (2004), ada tidaknya atau tersedia tidaknya fasilitas-fasilitas yang diperlukan dalam belajar turut memegang peranan penting pula. Menurut Sanjaya (2009) dalam Nurmalia (2010), fasilitas fasilitas belajar dibagi menjadi dua macam yaitu sarana dan prasara.
104
Sarana adalah segala sesuatu yang berkaitan secara langsung dengan peserta didik dan mendukung kelancaran serta keberhasilan proses belajar peserta didik yang meliputi media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah, dan lain-lain. Sedangkan prasarana merupakan segala sesuatu sesuat u yang tidak t idak secara langsung berkaitan de ngan peserta didik, namun dapat mendukung kelancaran dan keberhasilan proses belajar peserta didik yang meliputi jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil dan lain sebagainya. Jarak misalnya, karena jarak antara rumah dan sekolah itu terlalu jauh, memerlukan kendaraan yang cukup lama sehingga melelahkan (Purwanto, 2004). Namun, pada hasil penelitian ini tidak terlihat ada perbedaan yang signifikan prestasi belajar antara a ntara siswa yang memiliki lingkungan tempat tinggal yang kurang kura ng baik dengan siswa yang memiliki lingkungan tempat tinggal baik. Pada penelitian ini, tidak ada hubungan yang signifikan antara lingkungan tempat tinggal dengan prestasi belajar dengan nilai Pvalue sebesar 0,102. Siswa dengan lingkungan tempat tinggal yang kurang baik, seperti tempat belajar yang kurang nyaman, yang mana sedikitnya udara yang masuk karena tempat belajar yang masih bersama dapat memberikan motivasi terhadap siswa untuk mendapatkan prestasi yang baik. Siswa dengan lingkungan yang kurang mendukung untuk belajar dapat karena ekonomi keluarga yang rendah, sehingga orang tua tidak dapat memenuhi semua kebutuhan anaknya untuk belajar. Hal ini dapat menjadi motivasi tersendiri bagi siswa, yaitu dengan keinginan yang kuat untuk dapat hidup lebih baik dari kedua orang tuanya, sehingga bersemangat dalam belajar. Sebagaimana yang dinyatakan oleh Nurmalia (2010), terdapat berbagai kemungkinan yang dapat terjadi ketika lingkungan belajar yang baik secara parsial tidak memberikan pengaruh yang positif terhadap prestasi prest asi belajar
105
siswa. Salah satu kemungkinan tersebut adalah lingkungan yang kurang mendukung yang ada di sekitar siswa justru menjadi motivasi tersendiri bagi siswa dalam meraih prestasi belajar, dimana hal ini didukung dengan hasil pada penelitian ini yang menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara motivasi dengan prestasi belajar. Hal ini didukung dengan pernyataan Slameto (1995) tentang hubungan motivasi dengan prestasi belajar, seringkali anak didik yang tergolong cerdas tampak bodoh karena tidak memiliki motivasi untuk mencapai prestasi sebaik mungkin. Hal ini menunjukkan seorang anak didik yang cerdas, apabila memiliki motivasi belajar yang rendah maka dia tidak akan mencapai prestasi akademik yang baik. Sebaliknya, seorang anak didik yang kurang cerdas, tetapi memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar, maka dia akan mencapai prestasi akademik yang baik.
106
BAB VII SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Prestasi belajar siswa MI Negeri 02 Cempaka Putih sudah cukup baik dengan rata-rata nilai 75,03 dengan nilai terendah 61 dan nilai tertinggi 90. 2. Gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar a. Sebagian besar siswa berstatus gizi normal, yaitu sebanyak 41 siswa atau 62,1% dan 17 siswa berstatus gizi tidak normal, yaitu terdiri dari 3 siswa atau 4,5% berstatus gizi sangat kurus, 9 siswa atau 13,6% berstatus gizi kurus, dan 13 siswa atau 19,7% berstatus gizi gemuk. b. Sebagian besar siswa sehat, yaitu sebanyak 62 siswa atau 93,9%. c. Sebagian besar siswa rutin sarapan pagi, yaitu sebanyak 47 siswa atau 71,2%. d. Sebagian besar siswa mempunyai sikap positif terhadap mata pelajaran, yaitu sebanyak 53 siswa atau 80,3%. e. Sebagian besar siswa mempunyai minat tinggi, yaitu sebanyak 38 siswa atau 57,6%. f.
Sebagian besar siswa mempunyai motivasi tinggi, yaitu sebanyak 38 siswa atau 57,6%.
g. Sebagian besar siswa mempunyai Ayah dengan pendidikan tinggi yaitu sebanyak 51 siswa atau 77,3%. h. Sebagian besar siswa mempunyai Ibu dengan pendidikan tinggi, yaitu sebanyak 53 siswa atau 80,3%.
107
i.
Sebagian besar siswa dari keluarga ekonomi tinggi, yaitu sebanyak 46 siswa atau 69,7%.
j.
Sebagian besar siswa mempunyai lingkungan tempat tinggal yang cukup baik, yaitu sebanyak 45 orang atau 68,2%.
3.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan prestasi belajar a. Tidak ada hubungan antara status gizi dengan prestasi belajar dengan nilai Pvalue sebesar 0,403. b. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kesehatan dengan prestasi belajar dengan nilai Pvalue sebesar 0,894. c. Tidak ada hubungan yang signifikan antara kebiasaan sarapan pagi dengan prestasi belajar dengan nilai Pvalue sebesar 0,268. d. Terdapat hubungan yang signifikan antara sikap dengan prestasi belajar dengan nilai Pvalue sebesar 0,001. e. Terdapat hubungan yang signifikan antara minat dengan prestasi belajar dengan nilai Pvalue sebesar 0,003. f.
Terdapat hubungan yang signifikan antara motivasi dengan prestasi belajar dengan nilai Pvalue sebesar 0,007.
g. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ayah dengan prestasi belajar denga nilai Pvalue sebesar 0,533. h. Tidak ada hubungan yang signifikan antara pendidikan ibu degan prestasi belajar dengan nilai Pvalue sebesar 0,225. i.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara ekonomi keluarga dengan prestasi belajar dengan nilai Pvalue sebesar 0,866.
108
j.
Tidak ada hubungan yang signifikan antara lingkungan tempat tinggal dengan prestasi belajar dengan nilai Pvalue sebesar 0,102.
B. Saran 1. Bagi Sekolah a. Mempertahankan prestasi belajar yang sudah baik dengan memantau prestasi belajar siswa. b. Sebaiknya pihak sekolah melaksanakan kegiatan dalam upaya peningkatan gizi untuk meningkatkan prestasi belajar anak sekolah, dengan mengadakan kantin sekolah yang memenuhi persyaratan gizi. Selain itu, perlu juga dilakukan pemeriksaan kesehatan periodik berupa penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan untuk mengetahui status gizi, sehingga kurang gizi khususnya pada tingkat yang berat, dapat dicegah. c. Mempertahankan sikap, minat dan motivasi siswa dengan menjaga suasana dan lingkungan belajar di sekolah supaya mendukung proses pembelajaran. 2. Bagi Peneliti Selanjutnya a. Sebaiknya menggunakan disain penelitian eksperimental untuk melihat efek status gizi terhadap prestasi belajar dengan mengontrol berbagai kondisi. b. Sebaiknya meneliti faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar di luar faktor-faktor yang diteliti pada penelitian ini, terutama mengenai asupan zat gizinya, dimana dapat menunjang untuk perkembangan otak sehingga dapat mempengaruhi prestasi belajar.
109
DAFTAR PUSTAKA
Abror, Rachman A. 1993. Psikologi 1993. Psikologi Pendidikan. Pendidikan. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya Achmad. 2000. Penuntasan Masalah Gizi Kurang . Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Almatsier, Sunita. 2006. Prinsip 2006. Prinsip Dasar Ilmu Gizi Gizi. Jakarta: Gramedia Anindya. 2009. Kebutuhan Gizi Seimbang Anak Usia Sekolah. Sekolah. Diakses pada 29 April 2011 dalam situs web http://rajawana.com/artikel/kesehatan/407-kebutuhan-gizi-seimbanganak-usia-sekolah.html Anwar, Faisal dan Khomsan, Ali. 2009. Makan 2009. Makan Tepat, Badan Sehat . Jakarta: PT Mizan Publika. Aqila. 2010. Masalah 2010. Masalah Pendidikan di Indonesia. Indonesia. Bimbingan Belajar SD, SMP dan SMA. Diakses pada 29 April 2011 dalam situs web: http://www.aqilacourse.info/2010/04/30/makalah%E2%80%9Cmasalah-pendidikan-di-indonesia%E2%80%9D/ Ariawan, Iwan. 1998. Besar dan Metode Sampel pada Penelitian Kesehatan. Kesehatan. Depok: Jurusan Biostatistik dan Kependudukan FKM UI Arisman. 2007. Gizi dalam Daur Kehidupan. Kehidupan. Jakarta: EGC _______. 2004. Gizi dalam Daur Kehidupan. Kehidupan. Jakarta: EGC Arsiah, Zul. 2005. Hubungan antara Sikap terhadap Matematika dan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas 2 SMP di Indonesia. Indonesia. Tesis. Depok: FISIP UI Arundyna, Haldien. 2011. Kekurangan 2011. Kekurangan Gizi. Gizi. Lombok: Askep Serba Serbi. Diakses pada tanggal 13 Oktober 2011 dari alamat web: http://haldien3101-3102.blogspot.com/2011/06/v behaviorurldefaultvmlo14.html Azhari. 2001. Hubungan 2001. Hubungan antara Faktor Internal dan Eksternal dengan Prestasi Belajar Siswa di SPK Depkes Lubuk Linggau Tahun 2001. 2001. Tesis. Depok: FISIP UI Azwar, Saifuddin. 2004. Pengantar 2004. Pengantar Psikologi Intelegensi. Intelegensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. 2010. Riset Kesehatan Dasar . Jakarta: Kementrian Kesehatan RI Baliwati, Yayuk Farida. 2004. Pengantar 2004. Pengantar Pangan dan Gizi. Jakarta: Penebar Swadaya Berg, Alan. 1986. Peranan Gizi dalam Pembangunan Nasional . Diterjemahkan oleh Sayogyo. Jakarta: CV. Rajawali
110
Brown JL, Beardslee WH, Prothrow-Stith D. 2008. Impact of School Breakfast on Children’s Health and Learning, L earning, An Analysis of the Scientific Research. Sodexo Research. Sodexo Foundation. Diunduh pada tanggal 27 Mei 2011 dari situs web: http://www.sodexofoundation.org/ Clara, Evy. 2000. Status Sosial Ekonomi dan Sosialisasi di Keluarga dalam Menunjang Prestasi Belajar Siswa. Siswa. Depok: FISIP UI Conny. 2010. Perspektif 2010. Perspektif pendidikan anak berbakat . Jakarta: Grasindo Dalyono. 1997. Psikologi 1997. Psikologi Pendidikan. Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta Datar, A., Sturm, R., and Magnabosco, J. L. 2004. Childhood overweight and academic performance: National study of kindergarteners and a nd first-graders. Obesity Research vol 12. Diakses pada 4 Juni 2011 dalam situs web: www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/14742843 Depdikbud. 1991. Pedoman 1991. Pedoman Penilaian Hasil Belajar di SD. SD. Jakarta: Depdikud ________. 1995. Petunjuk 1995. Petunjuk Pelaksanaan Penilaian di SD. SD. Jakarta: Depdikbud Depdiknas. 2008. Kamus 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Indonesia. Jakarta: Gramedia _________. 2008. Rancangan 2008. Rancangan Penelitian Hasil belajar . Jakarta: Depdiknas _________. 2009. Potret Hasil Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional Tahun Pelajaran 2008/2009. 2008/2009. Jakarta: Direktorat Pembinaan Taman Kanak-Kanak dan Sekolah Dasar Depkes RI. 2002. Pedoman 2002. Pedoman Umum Gizi Seimbang S eimbang . Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat _________. 2004. Analisis 2004. Analisis Situasi Gizi dan Kesehatan Masyaraka. Jakarta: Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat _________. 2005. Pedoman Perbaikan Gizi Anak Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah. Ibtidaiyah. Direktorat Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi 2002. Psikologi Belajar . Jakarta: PT Rineka Cipta Ells, L.J, dkk. 2008. A 2008. A systematic review of the effect of dietary exposure that could be achieved through normal dietary intake on learning and performance of school-aged children of relevance to UK schools. schools. British Journal of Nutrition. Eriyanti, RW. 2007. Model Penerapan Teori Skemata untuk Meningkatkan Pemahaman Isi Bacaan bagi Siswa Sekolah Dasar . Diakses pada 29 April 2011 dalam situs web: http://research-report.umm.ac.id/index.php/research-report/article/view/72 Faridi, Achmad. 2002. Hubungan sarapan pagi dengan kadar glukosa darah dan konsentrasi belajar pada siswa SD. SD. Skripsi. Bogor: GMSK Faperta IPB
111
Gibney, MJ dkk. 2009. Gizi Kesehatan Masyarakat . Jakarta: EGC Hadi, Hamam. 2005. Beban Ganda Masalah Gizi dan Implikasinya terhadap Kebijakan Pembangunan Kesehatan Nasional. Nasional. Pidato pengukuhan jabatan guru besar fakultas kedokteran UGM. Yogyakarta. Diakses pada 3 April 2011 dalam web www.gizi.net Hamalik, Oemar. 2000. Psikologi 2000. Psikologi Belajar dan Manager . Bandung: Sinar Baru Algessindo Harizka, Awang. 2010. Peranan 2010. Peranan Penting Lingkungan Untuk Menunjang Proses Belajar . Laporan Penelitian. Semarang: Universitas Negei Semarang Hayati, Nurjanah. 2009. Faktor-faktor 2009. Faktor-faktor Perilaku yang Berhubungan dengan Kejadian Obesitas di Kelas 4 dan 5 SD Pembangunan Jaya Bintaro, Tangerang Selatan Tahun 2009. Depok: 2009. Depok: FKM UI Himmah, EF. 2010. Hubungan 2010. Hubungan Status Gizi dan Faktor-Faktor Penentu Lainnya dengan deng an Prestasi Belajar Pada Siswa Kelas 3, 4, 5, dan 6 di SD Marga Mulya III Bekasi Tahun 2010. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Human Resource Community. 2011. UMR/UMK Indonesia. Diakses pada tanggal 17 November 2011 dari situs web: www.hrcentro.co m/umr Huwae. 2005. Hubungan 2005. Hubungan antara Status Gizi dan Kadar Hb dengan Prestasi Belajar Murid SD di Daerah Endemis Malaria. Malaria. Yogyakarta: UGM. Ilyas. 2004. Pengaruh Komunikasi Orang Tua Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pada MTsN Model Makassar . Tesis. Makassar: Universitas Hasanuddin Isdaryanti, Christien. 2007. Asupan Energi Protein , Status Gizi, dan Prestasi Belajar Anak Sekolah Dasar Arjowinangun I Pacitan. Pacitan. Skripsi. Yogyakarta: UGM Judarwanto, Widodo. 2008. Perilaku 2008. Perilaku Makan Anak Sekolah. Picky Eaters Clinik (Klinik Khusus Kesulitan Makan pada Anak). Anak). Diakses 23 April 2011 dalam situs web: http://kesulitanmakan.bravehost.com Kartikasari, Rani. 2007. Hubungan antara Hubungan antara Status Gizi Anak, Tingkat Pendidikan Terakhir Ayah dan Tingkat Pendidikan Terakhir Ibu dengan Hasil Belajar Siswa Kelas 4,5, dan 6 SDN Plosorejo 1 Desa Plosorejo Randublatung Kabupaten Blora. Blora. Skripsi. Semarang: Universitas Negeri Semarang Khomsan, Ali. 2004. Pangan 2004. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan. Kesehatan. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada Khudori. 2006. Kebutuhan 2006. Kebutuhan Pokok dan SDM Berkualitas Berku alitas.. Diakses pada 23 April 2011 dalam situs web: http://sinarharapan.co.id/berita/0302/22opio0l.html Koolman, Jan dan Rohm, Kaus-Heinrich. 2001. Atlas Berwarna dan Teks Biokimia. Biokimia. Diterjemahkan oleh Wanandi. Jakarta: Hipokrates
112
Krisno, Agus. 2004. Dasar-dasar 2004. Dasar-dasar Ilmu Gizi. Malang: Gizi. Malang: UMM Press Kusumastuti, Tri Laswi. 2010. Hubungan antara Tingkat Pendidikan dan Penghasilan Orang Tua dengan Prestasi Belajar IPA Semester Satu Siswa Kelas Tujuh SMP Cinde Semarang Tahun Pelajaran 2010/2011. 2010/2011. Penelitian Tindakan Kelas. Semarang. Diakses 23 April 2011 dalam situs web: http://www.scribd.com/doc/55874141/Hubungan-AntaraTingkat-Pendidikan-Dan-Penghasilan-Orang-Tua Levinger. Beryl. 1992. Nutrition, 1992. Nutrition, Health and Learning: Current Issues and Trends. T rends. International International Basic Education Programs. USA: Education Development Center, Inc. (EDC) Lidia, Susi. 2008. Pngaruh Pola Asuh Orang Tua dan Disiplin Belajar Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 5 Brebes Tahun Ajaran 2007/2008. 2007/2008. Skripsi. Surakarta: UMS Marwati, Eka. 2010. Hubungan Kebiasaan Kebiasaan Makan, Konsumsi Makanan dan Pengetahuan Gizi dengan Status Gizi Kurang Siswa Kelas IV, V dan VI di SDN Wargasetra 2 Kecamatan Tegal Waru Karawang Jawa Barat Tahun 2010. 2010. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Minarni, Tri. 2006. Pengaruh 2006. Pengaruh Disiplin dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Mata M ata Pelajaran Ekonomi Siswa Kelas VIII Semester I SMP Negeri 11 Semarang Tahun Ajaran 2004/2005. 2004/2005. Skripsi. Semarang: UNS Moehji, S. 2003. Ilmu 2003. Ilmu Gizi 2 : Penanggulangan Gizi Buruk . Jakarta: Papas Sinar Siranti ________. 1992. Penyelenggaraan Makanan Institusi dan Jasaboga. Jasaboga. Jakarta: Bharata Karya Aksara Mudzakir dan Sutrisno. 1997. 1997. Psikologi Pendidikan. Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta Muliadi. 2007. Peranan 2007. Peranan Gizi yang Berkualitas da lam Mencegah Malnutrisi pada Anak Sekolah Dasar . UNM. Jurnal Samudra Ilmu, Volume 2 Nomor 2. Diakses 29 April 2011 pada situs web: www.lipi.go.id Mustofa. 2009. Macam-macam Prestasi Diri. Diri. Diakses pada 24 Juli 2011 dalam situs web: http://mustofasmp2.wordpress.com/2009/01/24/macam-%E2%80%93-macam-prestasidiri/ Notoatmodjo, Soekidjo. 2010. Promosi 2010. Promosi Kesehatan Teori & Aplikasi. Aplikasi. Jakarta: Rineka Cipta __________________. 2007. Promosi 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta Nurhidayati. 2006. Hubungan antara Minat dengan Prestasi Belajar Siswa dalam Bidang Studi Sejarah Kebudayaan Islam. Islam. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Nurmalia, Erlina. 2010. Pengaruh Fasilitas dan Lingkungan Belajar terhadap Prestasi Belajar Siswa Kelas XI IPS MAN Malang I. Skripsi. I. Skripsi. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim
113
Pamularsih, Arni. 2009. Hubungan 2009. Hubungan Status Gizi dengan Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Di Sekolah Dasar Negeri 2 Selo Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali. Boyolali. Karya Tulis Ilmiah. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Diakses pada 29 April 2011 dalam situs web: http://etd.eprints.ums.ac.id/5923/1/J300060019.PDF Parsono, dkk. 1990. Landasan 1990. Landasan Pendidikan. Pendidikan. Jakarta: Karunika Pondaag, Joseph. 1996. Hubungan 1996. Hubungan antara Keluarga, Sekolah Asal dan Jenis Kelamin dari Segi Norma Budaya dengan Sikap Belajar Siswa Penduduk Asli dan Pendatang . Tesis. Depok: FISIP UI PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Pendidikan Nasional. Diakses pada 29 April 2011 dalam situs web http://www.presidenri.go.id/DokumenUU.php/104.pdf Pratami, Rizka Dila. 2011. Tingkat Pendidikan Ibu yang Rendah dapat Menyebabkan Keadaan Kurang Gizi pada Anak . Diakses pada 29 April 2011 dalam situs web: http://morishineinc.blogspot.com/2011/01/tingkat-pendidikan-ibu-yang-rendah.html Prayitno, Evit Eko. 2010. Hubungan 2010. Hubungan Kondisi Ekonomi Orang Tua/Wali Murid Terhadap Prestai Belajar PKn Siswa Kelas IX SMP N 1 Gondang Kabupaten Bojonegoro. Skripsi. Malang: Universits Muhammadiyah Malang Primasari, Tinneke. 2008. Faktor-faktor yang Berhubungang dengan Status Gizi Kurang pada Siswa Sekolah Dasar di 3 Kecamatan Kabupaten Kampar Tahun 2007 . Skripsi. Depok: FKM UI Purwanto, Ngalim. 1992. Psikologi 1992. Psikologi Pendidikan. Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya ______________. 2000. Psikologi 2000. Psikologi Pendidikan. Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Santrock, John W. 2007. Psikologi Pendidikan. Diterjemahkan oleh Wibowo BS, Tri. Jakarta: Kencana Sarwono, Solita. 1993. Sosiologi Kesehatan. Kesehatan. Yogyakarta: UGM Press Sediaoetama, AD. 2000. Ilmu 2000. Ilmu Gizi untuk Mahasiswa Mahasiswa dan Profesi. Profesi. Jakarta: Dian Rakyat Setiadi, D Wasis. 2001. Hubungan Inteligensi, Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa SLTP. Tesis. Semarang: Undip Setiawati, Mexitalia, dkk. 2002. Hubungan 2002. Hubungan Kecerdasan Emosional, Status Gizi dengan Prestasi Belajar . Laporan Penelitian. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Semarang: Undip Sibuea, Posman. 2002. Perbaikan 2002. Perbaikan Gizi Anak Sekolah sebagai Investasi SDM . Sumatera Utara. Diakses pada 30 April 2011 dalam situs web: http://els.bappenas.go.id/upload/other/Perbaikan%20Gizi%20Anak%20Sekolah%20seba gai%20Investasi%20SDM.htm
114
SK Dirjen Pendidikan Islam Nomor Dj.I/60/2011 tentang Ketentuan Pelaksanaan Ujian Akhir Madrasah Berstandar Nasional (UAMBN) Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Bahasa Arab Tingkat Madrasah Ibtidaiyah, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah Tahun Pelajaran 2010/201. Diakses pada 3 Mei 2011 dalam situs web: http://mtsfutuhiyyah2.files.wordpress.com/2011/02/01-sk-ketentuan-pelaksanaan-uambn2011.pdf Slameto. 2003. Belajar 2003. Belajar dan Faktor-faktor Faktor-faktor yang yang Mempengaruhinya. Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta ______. 1995. Belajar 1995. Belajar dan Faktor-faktor Faktor-faktor yang yang Mempengaruhinya. Mempengaruhinya. Jakarta: PT Rineka Cipta ______. 1991. Evaluasi 1991. Evaluasi Pendidikan. Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara Soekirman. 2000. Ilmu Gizi dan Aplikasinya: untuk Keluarga dan Masyarakat . Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional _________. 1988. Kebijakan 1988. Kebijakan Pangan dan Gizi serta Upaya Peningkatan Kualitas Hidup. Hidup. Gizi Indonesia Soemanto, Wasty. 2006. Psikologi 2006. Psikologi Pendidikan. Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta Soemantri. 1978. Hubungan Anemia Kekurangan Zat Besi dengan Konsentrasi dan Prestasi Belajar . Tesis. Semarang: UNDIP Soetjiningsih. 1995.Tumbuh 1995.Tumbuh Kembang Anak . Jakarta: EGC Stikbar, Shudy. 2011. Hubungan 2011. Hubungan Kebiasaan Makan Pagi Terhadap Status Gizi Dengan Prestasi Belajar Di SDN 95 Desa Lero Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang Tahun 2010. Diakses dalam situs web: http://shudystikbar.blogspot.com/2011/01/hubungan-kebiasaanmakan-pagi-terhadap.html Sudarmanto, RG. 2007. Pengaruh Lingkungan Belajar dan Minat Belajar terhadap Prestasi Belajar Akuntansi Siswa SMK Negeri I Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2006/2007 . Jurnal. Bandar Lampung. Diakses dalam situs web: http://blog.unila.ac.id/radengunawans/files/2010/12/100.-Pengaruh-Lingkungan-Belajardan-Minat-Belajar.pdf Sugiyono. 2008. Metode 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: R&D. Bandung: Alfabeta Suhardjo, Kusharto. Prinsip-Pr Kusharto. Prinsip-Prinsip insip Ilmu Gizi. Gizi. Yogyakarta: Kanisius Suharjo. 2003. Berbagai 2003. Berbagai Cara Pendidikan Gizi. Gizi. Jakarta: Bumi Aksara Sukadi. 2002. Hubungan 2002. Hubungan antara Persepsi dan Sikap Siswa Terhadap Lingkungan Fisik Sekolah S ekolah dengan Prestasi Belajar Siswa SMU Negeri di Kota Makassar. Tesis. Makassar: Universitas Negeri Makassar
115
Sukadji, Soetarlinah. 2000. Psikologi Pendidikan dan Psikologi Sekolah. Sekolah. Depok: Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran dan Pendidikan Psikologi Supariasa, IDN, dkk. 2002. Penilaian 2002. Penilaian Status Gizi. Gizi. Jakarta: EGC Suryabrata, Sumadi. 2001. Psikologi 2001. Psikologi Pendidikan. Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada _______________. 2006. Psikologi 2006. Psikologi Pendidikan. Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Suryowati, Daniar Indah. 2010. Pengaruh 2010. Pengaruh Status Gizi Terhadap Prestasi Akademik Siawa Usia 10-12 Tahun SDN Ngagel . Surabaya: Unair Sutjijoso, Adinda Rizkiany dan Zarfiel, Miranda D. 2009. Harga 2009. Harga Diri dan Prestasi Belajar pada pad a Remaja yang Obesitas. Obesitas. Jurnal Psikologi Volume 3 No.1. Depok. Diakses pada 3 Juni 2011 dalam situs web: http://ejournal.gunadarma.ac.id/in http://ejournal.gunadarma.ac.id/index.php/psiko/article/view/259 dex.php/psiko/article/view/259 Syah, Muhibbin. 2010. 2010. Psikologi Pendidikan. Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya _____________. 2006. Psikologi 2006. Psikologi Pendidikan. Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Tohirin. 2005. Psikologi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Islam. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Triasari, Novia. 2008. Pengaruh Perhatian, Minat dan Kebiasaan Belajar Siswa Terhadap Prestasi Belajar Ekonomi pada Siswa Kelas XI MAN Karanganyar Tahun Ajaran 2008/2009. 2008/2009. Skripsi. Surakarta: UMS Tu’u, Tulus. 2004. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Siswa. Siswa. Jakarta: Grasindo UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses pada 3 Mei 2011 dalam situs web www.inherent-dikti.net Wardiyati, Agustin. 2006. Hubungan Hubungan antara Motivasi dengan Prestasi Belajar Bidang Studi Pendidikan Agama Islam. Islam. Skripsi. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Widiyatmo, Agus. 2010. Hubungan Minat dan Motivasi dengan Prestasi Belajar Mahasiswa Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Fa kultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta. Surakarta: UNS Wijayanto, Prasetyo. 2001. Hubungan Kecerdasan Emosional, Status Gizi dengan Prestasi Belajar . Tesis. UNDIP: Semarang Wijayanti, Annisa Shinta. 2005. Hubungan 2005. Hubungan antara Kadar Hemoglobin dengan Prestasi Belajar Siswi SMP Negeri 25 Semarang . Skripsi. Semarang: UNS Wuryani, Sri Estuti. 2002. 2002. Psikologi Pendidikan. Pendidikan. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana
LAMPIRAN-LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 A. Hasil Analisis SPSS 1. Analisis Univariat Statistics prestasi N
Valid
66
Missing
0
Mean
75.03
Median
76.50
Mode
68
Std. Deviation
a
7.202
Variance
51.876
Range
29
Minimum
61
Maximum
90
Percentiles
25
68.00
50
76.50
75
81.25
a. Multiple modes exist. The smallest value is shown sttsgzkp Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
sangat kurus
3
4.5
4.5
4.5
kurus
9
13.6
13.6
18.2
normal
41
62.1
62.1
80.3
gemuk
13
19.7
19.7
100.0
Total
66
100.0
100.0
sehat Frequency Valid
tidak
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
4
6.1
6.1
6.1
iya
62
93.9
93.9
100.0
Total
66
100.0
100.0
ksarpg Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
tidak
19
28.8
28.8
28.8
rutin
47
71.2
71.2
100.0
Total
66
100.0
100.0
skp Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
negatif
13
19.7
19.7
19.7
positif
53
80.3
80.3
100.0 100. 0
Total
66
100.0
100.0
mnt Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
rendah
28
42.4
42.4
42.4
tinggi
38
57.6
57.6
100.0
Total
66
100.0
100.0
Mtvsi Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
rendah
28
42.4
42.4
42.4
tinggi
38
57.6
57.6
100.0
Total
66
100.0
100.0
didik_ayh Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Cumulative Percent
rendah
15
22.7
22.7
22.7
tinggi
51
77.3
77.3
100.0
Total
66
100.0
100.0
didik_ibu Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
rendah
13
19.7
19.7
19.7
tinggi
53
80.3
80.3
100.0
Total
66
100.0
100.0
eknm_klg Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
rendah
20
30.3
30.3
30.3
tinggi
46
69.7
69.7
100.0
Total
66
100.0
100.0
lgkngn_ttgl Frequency Valid
Percent
Cumulative Percent
Valid Percent
kurang
21
31.8
31.8
31.8
baik
45
68.2
68.2
100.0
Total
66
100.0
100.0
2. Analisis Bivariat
Descriptives Prestasi 95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
sangat kurus
3
68.67
8.021
4.631
48.74
88.59
61
77
kurus
9
76.89
6.900
2.300
71.59
82.19
65
86
normal
41
75.17
7.074
1.105
72.94
77.40
62
90
gemuk
13
74.77
7.672
2.128
70.13
79.41
63
84
Total
66
75.03
7.202
.887
73.26
76.80
61
90
ANOVA Prestasi Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
F
154.271
3
51.424
Within Groups
3217.668
62
51.898
Total
3371.939
65
Sig. .991
.403
Group Statistics sehat prestasi
N
Mean
tidak iya
Std. Deviation
Std. St d. Error Mean
4
75.50
7.681
3.841
62
75.00
7.236
.919
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F prestasi
Equal variances assumed
Sig.
.007
t
.932
Equal variances not assumed
Sig. (2tailed)
df
Mean Difference
Std. Error Difference
prestasi
N
Upper
.134
64
.894
.500
3.744
-6.979
7.979
.127
3.353
.906
.500
3.949
-11.351
12.351
Group Statistics ksarpg
Lower
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
tidak
19
73.47
6.501
1.491
rutin
47
75.66
7.440
1.085
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F prestasi
Equal variances assumed
Sig.
1.031
.314
Equal variances not assumed
t
Sig. (2tailed)
df
-1.118
Mean Difference
Std. Error Difference
Lower
Upper
64
.268
-2.186
1.954
-6.090
1.718
-1.185 37.947
.243
-2.186
1.845
-5.920
1.548
Group Statistics mtvsi3 prestasi
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
rendah
28
72.29
6.036
1.141
tinggi
38
77.05
7.392
1.199
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F prestasi
Equal variances assumed
Sig.
2.076
.154
Equal variances not assumed
t -2.793
Sig. (2tailed)
df
Mean Difference
Std. Error Difference
prestasi
N
Upper
64
.007
-4.767
1.707
-8.177
-1.357
-2.880 63.267
.005
-4.767
1.655
-8.074
-1.460
Group Statistics mnt3
Lower
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
rendah
28
72.00
6.307
1.192
tinggi
38
77.26
7.074
1.148
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F prestasi Equal variances assumed
Sig.
.875
.353
Equal variances not assumed
t
Sig. (2tailed)
df
-3.126
Mean Difference
Std. Error Difference
Lower
Upper
64
.003
-5.263
1.684
-8.627
-1.899
-3.181 61.618
.002
-5.263
1.655
-8.571
-1.955
Group Statistics mtvsi3 Prestasi
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
rendah
28
72.29
6.036
1.141
tinggi
38
77.05
7.392
1.199
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F prestasi Equal variances assumed
2.076
Equal variances not assumed
Sig. .154
t
Sig. (2tailed)
df
-2.793
Mean Difference
Std. Error Difference
Lower
Upper
64
.007
-4.767
1.707
-8.177
-1.357
-2.880 63.267
.005
-4.767
1.655
-8.074
-1.460
Descriptives Prestasi 95% Confidence Interval for Mean N
Mean
Std. Deviation
Std. Error
Lower Bound
Upper Bound
Minimum
Maximum
Sedang
11
73.55
5.733
1.729
69.69
77.40
65
84
Tinggi
55
75.33
7.471
1.007
73.31
77.35
61
90
Total
66
75.03
7.202
.887
73.26
76.80
61
90
ANOVA Prestasi Sum of Squares Between Groups
df
Mean Square
29.103
1
29.103
Within Groups
3342.836
64
52.232
Total
3371.939
65
F
Sig. .557
.458
Group Statistics didik_ayh Prestasi
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
rendah
15
74.00
7.221
1.864
tinggi
51
75.33
7.241
1.014
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F prestasi Equal variances assumed
.017
Sig. .896
Equal variances not assumed
t -.627
Sig. (2tailed)
df
Mean Difference
Std. Error Difference
Prestasi
N
Upper
64
.533
-1.333
2.125
-5.579
2.913
-.628 22.943
.536
-1.333
2.122
-5.724
3.058
Group Statistics didik_ibu
Lower
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
rendah
13
72.85
6.149
1.705
tinggi
53
75.57
7.392
1.015
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F prestasi Equal variances assumed
1.777
Sig. .187
Equal variances not assumed
t
Sig. (2tailed)
df
-1.225
Mean Difference
Std. Error Difference
Lower
Upper
64
.225
-2.720
2.221
-7.156
1.716
-1.370 21.394
.185
-2.720
1.985
-6.843
1.403
Group Statistics eknm_klg Prestasi
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
rendah
20
74.80
7.245
1.620
tinggi
46
75.13
7.262
1.071
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F prestasi Equal variances assumed
.008
Sig. .930
Equal variances not assumed
t -.170
Sig. (2tailed)
df
Mean Difference
Std. Error Difference
Prestasi
N
Upper
64
.866
-.330
1.944
-4.213
3.553
-.170 36.303
.866
-.330
1.942
-4.268
3.607
Group Statistics eknm2
Lower
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
rendah
32
73.78
7.052
1.247
tinggi
34
76.21
7.248
1.243
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F prestasi Equal variances assumed
Sig.
.037
.848
Equal variances not assumed
t
Sig. (2tailed)
df
-1.376
Mean Difference
Std. Error Difference
Lower
Upper
64
.174
-2.425
1.762
-5.944
1.095
-1.377 63.926
.173
-2.425
1.760
-5.941
1.092
Group Statistics lgkngn_ttgl Prestasi
N
Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean
kurang
21
72.90
7.509
1.639
baik
45
76.02
6.917
1.031
Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
t-test for Equality of Means 95% Confidence Interval of the Difference
F prestasi Equal variances assumed Equal variances not assumed
.344
Sig. .559
t -1.660
Sig. (2tailed)
df
Mean Difference
Std. Error Difference
Lower
Upper
64
.102
-3.117
1.878 -6.870
.635
-1.610 36.379
.116
-3.117
1.936 -7.043
.808
Lampiran 2 KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS IV DAN V MI NEGERI 02 CEMPAKA PUTIH CIPUTAT TIMUR TAHUN AJARAN 2010/2011
Pengantar Assalamu’alaikum Wr. Wb. Saya Sri Minataun mahasiswi Peminatan Gizi, Program Studi Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, sedang mengadakan penelitian untuk skripsi mengenai “Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Prestasi Belajar Siswa Kelas IV dan V MI Negeri 02 Cempaka Putih Ciputat Timur Tahun Ajaran 2010/2011”. Untuk itu, saya mohon bantuan adik-adik untuk mengisi kuesioner ini dengan lengkap dan jujur. Jawaban adik sangat bermanfaat bagi penelitian saya. Atas partisipasinya, saya ucapkan terima kasih.
Petunjuk Pengisian Kuesioner!
Isilah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan memberi tanda silang (X) pada jawaban yang sesuai dengan apa yang adik ketahui dan yang dilakukan sehari-hari dan jangan terpengaruh oleh teman!
Tanggal wawancara :
No. responden :
I. KHARAKTERISTIK ANAK 1 Nama
2
Jenis kelamin
3
Tanggal lahir
4
Kelas
5 6 7
BB TB No Telp (jika ada)
II. Kebiasaan Sarapan Pagi 8 Apakah adik selalu sarapan pagi kalau
1. laki-laki 2. perempuan 1. IV 2. V ………………….. kg ………………….. cm
1. Tidak (jika < 4kali/minggu) 2. Ya (jika ≥ 4 kali/minggu)
9
10
mau ke sekolah? Dimana biasanya adik sarapan pagi?
Siapa yang menyiapkan menu pagi adik (sarapan)
0. Rumah 1. Perjalanan 2. Sekolah 3. Lainnya, sebutkan:……………. …………………………………… 0. sarapan dibuat sendiri (o leh ibu, kakak atau ayah) 1. beli
III. Lingkungan Rumah Siswa
1 3 4
5
Bagaimana pencahayaan kamar/ruangan 1. Kurang terang adik pada siang hari? 2. Terang Apakah adik merasa pengap jika berada di 1. Iya dalam rumah adik? 2. Tidak Fasilitas belajar apa saja yang adik punya 1. Meja belajar di rumah? (jawaban boleh lebih dari 1) 2. Kursi belajar 3. Alat tulis menulis (buku, pensil atau pulpen) 4. Komputer 5. Lembar Kerja Siswa (LKS) Apakah
rumah
adik
dekat
sekolah? 6
7
dengan 1. Tidak 2. Iya
Dengan apakah adik pergi ke sekolah?
1. Jalan kaki atau naik sepeda 2. Naik motor atau kendaraan yang lainnya Apakah rumah adik jauh dengan jalan 1. Tidak raya, pasar, atau sumber keramaian yang 2. Iya lain?
A. Sikap Berilah tanda (v) pada kolom yang tersedia dengan jawaban sesuai dengan keadaan adik! Keterangan : SS = sangat setuju, S = setuju, TS = tidak setuju, STS = sangat tidak setuju 1. Sikap terhadap Pelajaran Umum No 1
Pertanyaan SS Ingin berprestasi baik dalam mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS
S
TS
STS
2 3 4
Ingin mendapat banyak pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS Senang belajar mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS Cepat menangkap mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS
2. Sikap terhadap Pelajaran Agama No
Pertanyaan
1
Ingin berprestasi baik dalam pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab Ingin mendapat banyak pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab Senang belajar mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab
2 3 4
SS
S
TS
STS
Cepat menangkap mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab
B. Minat Berilah tanda (v) pada kolom yang tersedia dengan jawaban sesuai dengan keadaan adik! Keterangan : SS = sangat setuju, S = setuju, TS = tidak setuju, STS = sangat tidak setuju 1. Minat terhadap Pelajaran Umum No Pertanyaan 1 Saya senang mengikuti mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS 2 Saya tetap belajar pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS walaupun tidak ada guru 3 Saya mengikuti mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS dengan kemauan sendiri 4 Saya terpaksa mengikuti mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS karena diwajibkan oleh sekolah 5 Saya selalu hadir mengikuti pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS 6 Saya mengikuti pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS dengan penuh perhatian 7 Saya selalu mengikuti mengikuti penjelasan guru dalam setiap
SS
S
TS
STS
8 9 10 11 12 13
14 15 16 17 18
pembelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS Saya sering mencatat materi-materi yang diberikan guru Selalu mengerjakan tugas-tugas pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS Mencatat pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS dari teman bila saya berhalangan had ir Tidak akan mengerjakan tugas pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS yang diberikan guru jika tidak diperiksa Materi pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS yang disampaikan oleh guru sangat menarik Materi pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS bisa dipelajari dari buku, karena itu saya dan teman-teman boleh mengobrol dikelas Materi pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS sangat membosankan Penjelasan guru tentang pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS mudah diikuti Saya sering mengantuk waktu guru menerangkan pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS Guru mata pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS guru favorit saya Mempelajari pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS banyak membuang waktu
2. Minat terhadap Pelajaran Agama No 1 2
3
4
5
Pertanyaan Saya senang mengikuti pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab Saya tetap belajar pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab walaupun tidak ada guru Saya mengikuti mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab dengan kemauan sendiri Saya terpaksa mengikuti mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab karena diwajibkan oleh sekolah Saya selalu hadir mengikuti pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa
SS
S
TS
STS
6
7
8
9
10
11
12 13
14
15
16
17 18
Arab Saya mengikuti pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab dengan penuh perhatian Saya selalu mengikuti penjelasan guru dalam setiap pembelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab Sering mencatat materi-materi pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab yang diberikan guru Saya selalu mengerjakan tugas-tugas pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab Saya mencatat pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab dari teman bila saya berhalangan hadir Saya tidak akan mengerjakan tugas pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Ke budayaan Islam dan Bahasa Arab yang diberikan guru jika tidak diperiksa Materi pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab yang disampaikan oleh guru sangat menarik Materi pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Ba hasa Arab bisa dipelajari dari buku, karena itu saya dan teman-teman boleh mengobrol dikelas Materi pelajaran Al-Qur’an Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab sangat membosankan Penjelasan guru tentang pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab mudah diikuti Saya sering mengantuk waktu guru menerangkan pelajaran AlQur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab Guru mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab guru favorit saya Mempelajari pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akidah Akhlak, Fikih, Sejarah Kebudayaan Islam dan Bahasa Arab banyak membuang waktu
C. Motivasi Berilah tanda (v) pada kolom yang tersedia dengan jawaban sesuai dengan keadaan adik! Keterangan : SS = sangat setuju, S = setuju, TS = tidak setuju, STS = sangat tidak setuju
1. Motivasi terhadap Pelajaran Umum No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
11
12 13 14 15
Pertanyaan SS Saya selalu belajar Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS setiap hari atas kemauannya sendiri Saya belajar Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS karena dipaksa orang tua Saya membaca buku-buku yang ada kaitannya dengan bidang studi Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS Saya berusaha mengerjakan tugas dari guru, meskipun tugas itu sangat sulit Saya menghindari tugas-tugas Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS, sekalipun tugas itu ringan Saya mempertimbangkan (melihat) nilai rapor semester sebelumnya untuk meraih sukses berikutnya Saya membahas Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS di rumah setelah pulang sekolah Saya mempunyai kemauan yang tinggi untuk meraih prestasi di bidang Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS Saya belajar keras agar prestasi saya lebih bagus dari temanteman kelas Saya menghindar bertanya sesuatu yang yang berkaitan berkaitan dengan pelajaran Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS kepada guru Saya mendapat mendapat dorongan dari teman-teman untuk untuk belajar Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS dengan lebih semangat Saya menyempatkan waktu untuk membaca Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab di perpustakaan Saya memperbaiki cara belajar Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS tanpa menunggu arahan dari guru Saya tetap belajar Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS di kelas meskipun guru tidak datang Saya bersikap cuek terhadap kesulitan-kesulitan belajar
S
TS
STS
16 17 18 19 20
Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS yang saya alami Saya menikmati tugas-tugas Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS yang diberikan guru Saya membaca buku Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS setiap ada waktu luang Saya merasa bosan belajar Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS di dalam kelas Saya berusaha menyelesaikan PR Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS dengan sebaik-baiknya Saya belajar Matematika, Bahasa Indonesia, IPA dan IPS lebih lama dari pelajaran lainnya
2. Motivasi terhadap Pelajaran Agama No
Pertanyaan
1
Saya selalu belajar Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab setiap hari atas kemauannya sendiri Saya belajar Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab karena dipaksa orang tua Saya membaca buku-buku yang ada kaitannya dengan bidang studi Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab Saya berusaha mengerjakan tugas Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab dari guru, meskipun tugas itu sangat sulit Saya menghindari tugas-tugas Al-Qur’an Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab, sekalipun tugas itu ringan
2 3
4
5 6 7 8
9
Saya mempertimbangkan masa lalu lalu untuk meraih meraih sukses berikutnya Saya membahas Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab di rumah setelah pulang sekolah Saya mempunyai kemauan yang tinggi untuk meraih prestasi di bidang Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Ba hasa Arab
Saya belajar Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab lebih keras agar prestasi saya lebih bagus dari teman-teman kelas 10 Saya menghindar menghindar bertanya sesuatu yang yang berkaitan dengan pelajaran Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab kepada guru
SS
S
TS
STS
11
Saya mendapat dorongan dorongan dari teman-teman untuk belajar belajar AlAlQur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab dengan lebih semangat
12
Saya menyempatkan waktu untuk membaca Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab di perpustakaan Saya memperbaiki cara belajar belajar Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab tanpa menunggu arahan dari guru Saya tetap belajar belajar Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab di kelas meskipun guru tidak datang
13
14 15
16 17 18 19 20
Saya bersikap masa bodoh terhadap kesulitan-kesulitan belajar Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab yang saya alami Saya menikmati tugas-tugas Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab yang diberikan guru Saya membaca buku Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab setiap ada waktu luang Saya merasa merasa jenuh jenuh belajar belajar Al-Qur’an Al-Qur’an Hadits, Hadits, Akidah Akidah Akhlak, Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab di dalam kelas Saya berusaha menyelesaikan menyelesaikan PR Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab dengan sebaik-baiknya Saya belajar belajar Al-Qur’an Hadits, Akidah Akhlak, Fikih, SKI dan Bahasa Arab lebih lama dari pelajaran lainnya
Formulir Pengukuran Berat Badan (BB) dan Tinggi Badan (TB)
No
Berat Badan Nama Siswa
BB 1
BB 2
Tinggi Badan BB 3
TB 1
TB 2
TB 3
Lampiran 3 Uji Validitas dan Reabilitas Kuesioner A. Kuesioner Sikap Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if
Scale Variance if Corrected Item-
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Alpha if Item Item Deleted
skp1
10.30
4.011
.871
.937
skp2
10.10
4.305
.788
.961
skp3
10.50
2.789
.983
.894
skp4
10.50
2.789
.983
.894
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items Items .944
4
R tabel = 0,468 Valid r hasil > r tabel Jadi semua pertanyaan sikap dinyatakan valid dan reliabel. B. Kuesioner Minat Item-Total Statistics Scale Mean if
Scale Variance if
Item Deleted
Item Deleted
Corrected Item- Cronbach's Alpha Total Correlation
if Item Deleted
mi1
79.10
84.544
.876
.929
mi2
78.80
89.067
.939
.930
mi3
78.90
86.767
.852
.930
mi4
78.90
89.211
.904
.930
mi5
79.00
91.556
.675
.933
mi6
79.00
85.111
.814
.930
mi7
79.10
90.100
.619
.933
mi8
78.80
89.067
.939
.930
mi9
78.60
93.378
.605
.934
mi10
79.00
91.556
.675
.933
mi11
78.70
94.678
.381
.936
mi12
79.30
90.678
.517
.935
mi13
78.80
94.844
.336
.937
mi14
79.00
90.444
.792
.932
mi15
79.00
93.333
.345
.938
mi16
78.80
92.844
.540
.935
mi17
79.10
90.989
.547
.935
mi18
79.00
86.889
.852
.930
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items Items .936
24
C. Kuesioner Motivasi
Item-Total Statistics Cronbach's Scale Mean if
Scale Variance if
Corrected Item-
Alpha if Item Item
Item Deleted
Item Deleted
Total Correlation
Deleted
mo1
93.90
127.042
.712
.925
mo2
93.75
130.408
.666
.926
mo3
93.80
124.905
.848
.923
mo4
93.90
125.147
.842
.923
mo5
94.05
125.418
.779
.924
mo6
93.70
130.221
.694
.926
mo7
93.80
130.484
.656
.926
mo8
93.90
124.621
.878
.923
mo9
94.10
125.779
.889
.923
mo10
94.00
126.105
. 806
.924
mo11
93.90
129.989
. 514
.927
mo12
93.80
132.379
. 490
.928
mo13
93.90
129.253
. 781
.925
mo14
94.00
124.842
. 896
.922
mo15
94.50
127.842
. 642
.926
mo16
93.90
129.253
. 563
.927
mo17
93.90
125.884
. 791
.924
mo18
94.20
126.905
. 680
.925
mo19
94.10
126.516
. 598
.926
mo20
94.70
128.537
. 611
.926
Reliability Statistics Cronbach's Alpha
N of Items Items .929
30