TUGAS KELOMPOK MAKALAH EKONOMI MAKRO
“TEORI
PERTUMBUHAN EKONOMI II: TEKNOLOGI, BUKTI EMPIRIS DAN KEBIJAKAN”
OLEH :
1. SEPRINI 2. DINI FITRIANI
1610247113 1610247089
DOSEN : Dr. Syapsan, ME
PROGRAM MAGISTER AKUNTANSI UNIVERSITAS RIAU PEKANBARU 2016
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur marilah kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat rahmat dan karuniaNya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tema daripada makalah kali ini adalah “Teori Pertumbuhan Ekonomi II: II: Teknologi, Bukti Empiris dan Kebijakan” Kebijakan ” , dimana dalam makalah ini kami akan memaparkan beberapa hal yang berkaitan dengan Teori Pertumbuhan Ekonomi II: Teknologi, Bukti Empiris dan Kebijakan. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas didalam mata kuliah Ekonomi Makro, yang mana materi didalam makalah ini digunakan sebagai acuan presentasi yang dilakukan pada hari yang bersangkutan. bersangkutan. Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini adalah syarat yang diajukan untuk mengikuti Ujian Akhir Semester. Dalam penyusunan makalah ini, kami merasa masih ada beberapa kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi. Untuk itu bagi dosen pembimbing kami minta kritik dan saran agar untuk berikutnya kami dapat memperbaiki pembuatan makalah ini di masa yang akan datang. Besar harapan kami,makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca , khususnya mahasiswa “Fakultas Ekonomi”.
Pekanbaru, Oktober 2016 Salam
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ................................................................................................................ 2 Daftar Isi.......................................................................................................................... 3 Bab I
Bab II
Pendahuluan ................................................................................................... 4 1.1
Latar Belakang Masalah ........................................................................ 4
1.2
Rumusan Masalah ................................................................................. 4
1.3
Tujuan Penulisan ................................................................................... 5
Pembahasan .................................................................................................... 6 2.1
2.2
2.3
2.4
Kemajuan Teknologi dalam Model Solow ............................................ 6 2.1.1
Efisiensi Tenaga Kerja ....................................................... 6
2.1.2
Kondisi Mapan dengan Kemajuan Teknologi.................... 7
2.1.3
Dampak Kemajuan Teknologi ........................................... 9
Dari Teori Pertumbuhan sampai Data Empiris...................................... 10 2.2.1
Pertumbuhan yang Seimbang............................................. 10
2.2.2
Convergence....................................................................... 11
2.2.3
Akumulasi Faktor Versus Efisiensi Produksi .................... 12
Kebijakan untuk Mendorong Pertumbuhan........................................... 13 2.3.1
Mengevaluasi Tingkat Tabungan ....................................... 14
2.3.2
Mengubah Tingkat Tabungan ............................................ 15
2.3.3
Mengakolokasikan Investasi Perekonomian ...................... 16
2.3.4
Mengubah Institusi yang Tepat .......................................... 17
2.3.5
Mendorong Kemajuan Teknologi ...................................... 18
Di luar Model Solow ( Teori Pertumbuhan Endogen ) ......................... 18 2.4.1
Model Dasar ....................................................................... 19
2.4.2
Model Dua – Sektor ........................................................... 20
2.4.3
Makroekonomi dari Penelitian dan Pengembangan ........... 21
Bab III Penutup ............................................................................................................... 23 3.1
Kesimpulan ............................................................................................ 23
Daftar Pustaka . ............................................................................................................... 24
3
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Pertumbuhan ekonomi II ini merupakan meneruskan dari analisis tentang kekuatan-kekuatan yang mengarahkan ekonomi jangka-panjang. Dengan versi dasar dari model pertumbuhan Sollow sebagai titik awal. Pada pertumbuhan ekonomi II , membuat model Sollow lebih umum dan realistis. Pada pertumbuhan ekonomi I, model Sollow menunjukkan bagaimana perubahan modal (tabungan dan investasi) dan perubahan angkatan kerja (pertumbuhan populasi) mempengaruhi output perekonomian. Dan dalam pertumbuhan ekonomi II ini akan menambahkan sumber lainnya yakni perubahan teknologi. Pada pertumbuhan ekonomi II ini juga mengkaji bagaimana kebijakan publik suatu Negara bisa mempengaruhi tingkat dan pertumbuhan standar kehidupanya. Berpindah dari teori empiris yaitu mempertimbangkan apakah model Sollow sesuai fakta. Selama dua dekade terakhir, sebuah literature besar memeriksa prediksi model Sollow dan model pertumbuhan ekonomi lainnya, ternyata ada beberapa yang sesuai dan ada yang tidak. Model Sollow dapat mencakup banyak pengalaman dalam pertumbuhan internasional, tetapi masih agak jauh dari pertumbuhan itu sendiri. Dan pada pertumbuhan II ini, mempertimbangkan hasil dari model Sollow. Model ini dapat membantu kita untuk memahami dunia ini dengan membuatnya menjadi sederhana. Oleh karenanya, setelah menyelesaikan analisis tentang suatu model adalah penting untuk mempertimbangkan apakah kita telah membuatnya menjadi terlalu sederhana.
1.2
Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan penulis utarakan disini ialah : 1. Bagaimana kemajuan teknologi dalam model Sollow? 2. Bagaimana dari teori pertumbuhan sampai data empiris pertumbuhan? 3. Apa kebijakan pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi?
4
4. Bagaimana diluar model Sollow mengenai teori pertumbuhan endogen ?
1.3
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini yaitu : 1. Untuk mengetahui kemajuan teknologi dalam model Sollow 2. Untuk mengetahui bagaimana dari teori pertumbuhan sampai data empiris pertumbuhan 3. Untuk mengetahui kebijakan pemerintah dalam mendorong pertumbuhan ekonomi 4. Untuk mengetahui diluar model Sollow mengenai teori pertumbuhan endogen
5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Kemajuan Teknologi dalam Model Solow
Sejauh ini presentasi kita mengenai model solow mengasumsikan hubungan yang tidak berubah antara input modal dan tenaga kerja serta output barang dan jasa. Tetapi model ini bisa dimodifikasi untuk mencakup kemajuan teknologi yang merupakan variabel eksogen, yang meningkatkan kemampuan masyarakat untuk berproduksi sepanjang waktu.
2.1.1
Efisiensi Tenaga Kerja
Untuk memasukkan kemajuan teknologi, kita harus kembali ke fungsi produksi yang mengaitkan modal total K dan tenaga kerja total L dengan output total Y. Jadi, fungsi produksi itu adalah : Y=F(K,L). Kini kita tulis fungsi produksi sebagai : Y=F(K,L x E). Di mana E adalah variabel baru (dan abstrak) yang disebut efisiensi tenaga kerja. Efisiensi tenaga kerja mencerminkan pengetahuan masyarakat tentang metode-metode produksi: ketika teknologi mengalami kemajuan, efisiensi tenaga kerja meningkat. Sebagai contoh, efisiensi tenaga kerja meningkat ketika produksi lini-perakitan mentransformasi sistem manufaktur pada awal abad kedua puluh, dan meningkat lagi ketika komputerisasi diperkenalkan di akhir abad kedua puluh. Efisiensi tenaga kerja juga meningkat ketika ada pengembangan dalam kesehatan, pendidikan, atau keahlian angkatan kerja. L x E mengukur jumlah para pekerja efektif. Perkalian ini memperhitungkan jumlah pekerja L dan efisiensi masing-masing pekerja E. Fungsi produksi yang baru ini menyatakan bahwa output total Y bergantung pada jumlah unit modal K dan jumlah pekerja efektif, LxE. Inti dari pendekatan terhadap model kemajuan teknologi ini adalah bahwa peningkatan efisiensi tenaga kerja E sejalan dengan penigkatan angkatan kerja L.
6
Asumsi yang paling sederhana tentang kemajuan teknologi adalah bahwa kemajuan tekonologi menyebabkan efisiensi tenaga kerja E tumbuh pada tingkat konstan g . Sebagai contoh, jika g = 0,02 maka setiap unit tenaga kerja menjadi 2 persen lebih efisien setiap tahun: output meningkat jika angkatan kerja meningkat sampai 2 persen tambahan itu. Bentuk kemajuan teknologi itu disebut pengoptimalan tenaga kerja dan g disebut tingkat kemajuan teknologi yang mengoptimalkan tenaga kerja (labor-augmenting technological progress).
Karena angkatan kerja L tumbuh pada tingkat n dan efisiensi dari setiap unit tenaga kerja E tumbuh pada tingkat g maka jumlah pekerja efektif LxE tumbuh pada tingkat n+g .
2.1.2
Kondisi Mapan dengan Kemajuan Teknologi
Karena kemajuan teknologi yang dimodelkan disini menambah efisiensi tenaga kerja, maka hal itu memiliki pengaruh yang sama terhadap populasi. Meskipun kemajuan teknologi tidak menyebabkan jumlah pekerja aktual meningkat. Namun sebenarnya, setiap pekerja menghasilkan unit yang lebih banyak sepanjang waktu. Jadi kemajuan teknologi menyebabkan jumlah pekerja efektif meningkat. Untuk melakukan hal ini, kita perlu mempertimbangkan kembali notasi kita. Sebelumnya, kita menganalisis perekonomian dalam kuantitas per pekerja, sekarang kita menganalisis perekonomian dalam hal kuantitas per pekerja efektif. Kita nyatakan k = K/(LxE) menunjukkan modal per pekerja efektif, dan y = Y/(LxE) menunjukkan output per pekerja efektif. Dengan definisi ini kita bisa menulis kembali y=f(k). Analisis kita tentang perekonomian membuahkan hasil ketika kita mengkaji pertumbuhan populasi. Persamaan yang menunjukkan evolusi k sepanjang waktu sekarang berubah menjadi :
∆ = ( ) − ( + + ). Seperti sebelumnya, perubahan persediaan modal ∆ sama dengan investasi sf(k) dikurangi investasi pulang – pokok ( + + ). Namun demikian, karena k = K/(LxE), maka investasi pulang-pokok meliputi tiga kaidah: untuk menjaga k tetap konstan, dibutuhkan untuk mengganti modal yang terdepresiasi, nk
7
dibutuhkan untuk memberi modal bagi para pekerja baru, dan gk dibutuhkan untuk memberi modal bagi “para pekerja efektif” baru yang diciptakan oleh kemajuan teknologi. Sebagaimana ditampilkan gambar dibawah ini, penjelasan tentang kemajuan teknologi tidak secara mencolok membedakan analisis kita tentang kondisi mapan. Ada satu tingkat k, yang dinyatakan dengan k *, dimana modal per pekerja efektif dan ouput per pekerja efektif adalah konstan. Seperti sebelumnya, kondisi mapan ini menunjukkan ekuilibrium perekonomian jangka-panjang.
Gambar 1. Kemajuan Teknologi dan Model Pertumbuhan Solow
Kemajuan
teknologi mengoptimalkan tenaga kerja pada tingkat g
mempengaruhi model pertumbuhan Solow dalam cara yang sama dengan pertumbuhan populasi pada tingkat n. Sekarang, k didefinisikan sebagai jumlah modal per pekerja efektif, yang meningkatkan jumlah pekerja efektif karena kemajuan teknologi cenderung mengurangi k. Dalam kondisi mapan, investasi sf(k) secara tepat mengimbangi penurunan k yang terkait dengan depresiasi, pertumbuhan populasi, dan kemajuan teknologi.
8
2.1.3
Dampak Kemajuan Teknologi
Sebagaiman kita lihat, model per pekerja efektif k adalah konstan dalam kondisi mapan. Karena y = f(k),maka output per pekerja efektif juga konstan. Variabel inilah yang menunjukkan kuantitas per pekerja efektif yang stabil pada kondisi mapan. Berdasarkan informasi ini, kita juga dapat menduga apa yang akan terjadi dengan variabel lainnya, yang tidak dinyatakan per pekerja efektif. Sebagai contoh, perhatikanlah output per pekerja actual Y/L = y X E. Karena y konstan pada keadaan yang stabil dan E tumbuh sebesar g, output per pekerja juga harus tumbuh sebsar g pada keadaan yang stabil. Demikianlah pula, total output perekonomian adalah Y= y X (E X L). Karena y adalah konstan pada keadaan yang stabil, E tumbuh pada tingkat g, dan L tumbuh pada tingkat n, maka output total tumbuh sebsar n + g pada keadaan yang stabil. Dengan adanya kemajuan teknologi dan mengacu pada model Solow, hanya kemajuan teknologi yang bisa menjelaskan peningkatan standar kehidupan yang berkelanjutan. Dengan adanya kemajuan teknologi , model Sollow akhirnya menjelaskan kenaikan yang berkelanjutan dalam standar kehidupan yang di amati, yaitu menunjukkan bahwa kemajuan teknologi bisa mengarah ke pertumbuhan yang berkelanjutan dalam output per pekerja. Sebaliknya, tingkat tabungan yang tinggi mengarah ke tingkat pertumbuhan yang tinggi hanya jika kondisi mapan dicapai. Sekali perekonomian berada pada kondisi mapan, tingkat pertumbuhan output per pekerja hanya bergantung pada tingkat kemajuan teknologi. Mengacu pada model Sollow, hanya kemajuan teknologi yang bisa menjelaskan peningkatan standar kehidupan yang berkelanjutan. Kemajuan teknologi juga memodifikasi kriteria untuk Kaidah Emas. Tingkat modal Kaidah Emas didefinisikan sebagai kondisi mapan yang memaksimalkan konsumsi per pekerja efektif. Dengan mengikuti argument yang sama, dapat menunjukkan bahwa konsumsi per pekerja efektif pada kondisi mapan adalah : c* = f(k*) – (∂ + n + g)k* Konsumsi pada kondisi mapan dimaksimalkan jika MPK = ∂ + n + g
9
Atau MPK - ∂ = n + g Yaitu , pada tingkat modal Kaidah Emas, produk marginal modal neto, MPK - ∂ , sama dengan tingkat pertumbuhan output total, n + g . Karena perekonomian aktual mengalami pertumbuhan populasi dan kemajuan teknologi, maka harus menggunakan kriteria ini untuk mengevaluasi apakah hal itu memiliki modal yang lebih besar atau lebih kecil dari kondisi mapan Kaidah Emas.
Tabel 1. TingkatPertumbuhan Kondisi Mapan dalam Model Solow dengan Kemajuan Teknologi
Variabel
Tingkat Pertumbuhan
Simbol
Kondisi Mapan
Modal per pekerja efektif
k = K/(E x L)
0
Ouput per pekerja efektif
y = Y/(E x L)=f(k)
0
Output per pekerja
Y/L = y x E
G
Ouput total
Y = y x (E x L)
n+g
2.2
Dari Teori Pertumbuhan sampai Data Empiris
Sejauh ini dalam bab ini kita telah diperkenalkan dengan kemajuan teknologi eksogen dalam model solow untuk menjelaskan pertumbuhan yang berkelanjutan dari standar kehidupan. Kita kemudian menggunakkan kerangka kerja teoritis sebagai lensa untuk melihat isu-isu penting yang dihadapi oleh pembuat kebijakan. Sekarang mari kita diskusikan apa yang terjadi saat teori dihadapkan dengan fakta.
2.2.1
Pertumbuhan yang Seimbang
Menurut model Solow, kemajuan teknologi yang menyebabkan nilai berbagai variable meningkat secara bersamaan pada kondisi mapan. Hal ini, yang disebut pertumbuhan yang seimbang (balanced growth) , bekerja dengan baik dalam mendeskripsikan data jangka panjang bagi perekonomian AS.
10
Pertama, pertimbangkanlah output per pekerja Y/L dan persediaan modal per pekerja K/L. Menurut Solow, dalam kondisi mapan, kedua variabel ini tumbuh sebesar g pada tingkat kemajuan teknologi. Data AS selama pertengahan abad ini menunjukkan bahwa output per pekerja dan persediaan modal per pekerja telah tumbuh dalam tingkat yang hampir sama- sekitar 2% per tahun. Dengan kata lain, rasio modal-output telah bertahan konstan sepanjang waktu. Kemajuan teknologi juga mempengaruhi harga faktor. Soal 3(d) pada akhir bab ini meminta anda untuk menunjukkan bahwa, dalam kondisi mapan, upah riil tumbuh sebesar tingkat kemajuan teknologi. Namun harga sewa riil modal tetap konstan sepanjang waktu. Sekali lagi, prediksi ini tepat untuk Amerika Serikat. Selama 50 tahun terakhir, upah riil telah meningkat 2% pertahun: upah ini telah naik dengan jumlah yang hampir sama dengan GDP riil per pekerja. Namun harga riil modal (diukur sebagai pendapatan modal riil dibagi dengan persediaan modal) mempunyai nilai yang hampir sama. Prediksi model Solow tentang harga factor-dan ketepatan prediksi initerutama patut diperhatikan ketika dibandingkan dengan teori perkembangan perekonomian kapitalis Karl Marx. Marx memprediksikan bahwa pengembalian modal akan menurun sepanjang waktu dan hal ini akan mengarah pada krisis politik serta ekonomi. Sejarah perekonomian belum mendukung prediksi Marx, yang sebagian menjelaskan mengapa saat ini kita mempelajari teori ekonomi Solow dan bukan Marx.
2.2.2
Convergence
Model Solow meramalkan kapan convergence terjadi. Menurut model tersebut kapan pertemuan (convergence) perekonomian bergantung pada perbedaan saat mereka memulai. Di satu sisi, jika dua perekonomian dengan kondisi mapan yang sama seperti yang ditentukan oleh tingkat tabungan, tingkat pertumbuhan populasi, dan efisiensi tenaga kerja, karena kesalahan sejarah mulai dengan persediaan modal yang berbeda. Pada kasus ini, maka kita dapat mengharapkan mereka untuk bertemu, perekonomian dengan persediaan modal yang lebih kecil secara alami akan tumbuh lebih cepat. Di sisi lain, jika kedua perekonomian yang mempuyai kondisi mapan yang berbeda, mungkin karena
11
perekonomian mempunyai tingkat tabungan yang berbeda, maka kita tidak perlu mengharapkan convergence. Disini, setiap perekonomian akan mendekati kondisi convergence. Di sini, setiap perekonomian akan mendekati kondisi mapannya sendiri. Pengalaman ini konsisten dengan analisis ini. Dalam contoh perekonomian dengan budaya dan kebijakan yang sama, studi yang dilakukan membuktikan bahwa perekonomian akan saling berkonvergensi pada tingkat sekitar 2 persen per tahun. Yaitu, kesenjangan antara perekonomian yang kaya dan miskin menyempit sekitar 2 persen per tahun. Salah satu contohnya adalah perekonomian rumah tangga di AS. Karena alasan sejarah, seperti perang sipil tahun 1860-an tingkat pendapatan antarnegara bagian mempunyai variasi yang besar seabad yang lalu. Tetapi perbedaan ini akan menghilang dengan berlalunya waktu. Pada data internasional, gambarannya menjadi lebih rumit. Ketika para peneliti hanya memeriksa data tentang pendapatan per kapita, mereka kurang mendapatkan bukti mengenai adanya convergence: Negara-negara yang miskin rata-rata tidak berkembang lebih cepat daripada Negara-negara kaya. Penemuan ini mengindikasikan bahwa negara yang berbeda mempunyai kondisi mapan yang berbeda pula. Jika teknik statistik digunakan untuk mengendalikan beberapa determinan kondisi mapan tersebut, seperti tingkat tabungan, tingkat pertumbuhan populasi, dan tingkat pendidikan, maka sekali lagi data menunjukkan convergence pada tingkat sekitar 2% per tahun.
2.2.3
Akumulasi Faktor Versus Efisiensi Produksi
Dilihat dari sisi akuntansi, perbedaan internasional dalam pendapatan per kapita dapat dibagi menjadi (1) perbedaan factor produksi, seperti kuantitas modal fisik dan modal manusia, atau (2) perbedaan efisiensi dalam penggunaan factor produksi. Yaitu, seorang pekerja dinegara miskin mungkin miskin karena ia kekurangan alat dan keahlian atau karena peralatan dan keahliannya tidak digunakan optimal. Untuk menjelaskan hal ini, model Solow, pertanyaannya adalah apakah kesenjangan yang besar antara si kaya dan si miskin disebabkan oleh akumulasi modal (termasuk sumber daya manusia) atau perbedaan fungsi
12
produksi. Suatu penemuan menyatakan bahwa keda hal itu berkorelasi secara positif. Ada beberapa cara untuk menginterprestasikan korelasi positif ini. Salah satu hipotesisnya adalah bahwa perekonomian yang efisien dapat mendorong akumulasi modal. Sebagai contoh, seseorang dalam perekonomian yang berfungsi dengan baik mungkin mempunyai sumber daya dan insentif untuk tetap bersekolah serta mengakumulasikan modal manusia yang lebih besar. Hipotesis lainnya adalah bahwa akumulasi modal dapat mendorong efisiensi produksi yang lebih baik. Jika ada eksternalitas yang positif terhadap modal fisik dan modal manusia, maka negara yang menabung dan menginvestasikan lebih banyak tampaknya akan mempunyai fungi produksi yang lebih baik (kecuali jika penelitian tersebut memperhitungkan eksternalitasnya, suatu hal yang sulit dilakukan). Jadi, efisiensi produk yang lebih besar dapat menyebabkan akumulasi factor yang lebih besar, atau sebaliknya. Hipotesis terakhir adalah bahwa faktor akumulasi dan efisiensi produksi digerakkan oleh variable ketiga. Variabel ketiga ini dapat berupa kualitas institusi negara, termasuk proses pembuatan kebijakan pemerintah. Seperti yang dikatakan oleh seorang ekonom, jika pemerintah membuat kesalahan, maka mereka membuat kesalahan yang besar. Kebijakan yang jelek, seperti inflasi yang tinggi, defisit anggaran yang berlebihan, campur tangan pasar yang terlalu besar, dan korupsi yang merajalela sering berjalan beriringan. Kita seharusnya tidak terkejut bahwa perekonomian seperti itu mengakumulasi modal yang lebih sedikit dan gagal menggunakkan modal tersebut dengan efisien.
2.3
Kebijakan untuk Mendorong Pertumbuhan
Setelah menggunakkan metode Solow untuk menyingkap hubungan di antara sumber-sumber pertumbuhan ekonomi yang berbeda, dan kita telah mendiskusikan
beberapa
bukti
empiris
yang
menjelaskan
pengalaman
pertumbuhan aktual. Kita bisa gunakan teori itu untuk membantu menuntun pemikiran kita tentang kebijakan ekonomi.
13
2.3.1
Mengevaluasi Tingkat Tabungan
Sebagaimana yang kita ketahui, tingkat tabungan menentukan tingkat modal dan output pada kondisi mapan (steady state). Satu tingkat tabungan tertentu menghasilkan kondisi mapan Kaidah Emas, yang akan memaksimalkan konsumsi per pekerja sekaligus kesejahteraan ekonomi. Kaidah Emas memberikan tolok ukur yang bisa kita bandingkan dengan perekonomian AS. Untuk memutuskan apakah perekonomian AS berada pada, di atas, atau di bawah Kaidah Emas, kita perlu membandingkan produk marjinal modal setelah depresiasi (MPK- ) dengan tingkat pertumbuhan output total (n + g). Kita tahu bahwa pada kondisi mapan Kaidah Emas, MPK- =n+g. Jika perekonomian beroperasi dengan modal yang kian menurun menyatakan bahwa MPK – > n + g. Dalam hal ini, kenaikan tingkat tabungan secara bertahap akan meningkatkan akumulasi modal yang mengarah ke kondisi mapan dengan kondisi mapan dengan konsumsi yang lebih tinggi (meskipun konsumsi akan lebih rendah untuk sebagian transisi menuju kondisi mapan yang baru). Di sisi lain, jika perekonomian beroperasi dengan terlalu banyak modal, maka MPK – < n + g. Pada kasus ini, akumulasi modal akan berlebih: menurunkan tingkat tabungan akan meningkatkan tingkat konsumsi untuk saat ini dan yang akan datang. Untuk membuat perbandingan ini perekonomian riil, seperti perekonomian AS, kita membutuhkan estimasi tingkat pertumbuhan ( n + g ) dan estimasi produk marjinal modal neto ( MPK – ). GDP riil di Amerika Serikat tumbuh ratarata 3 persen per tahun, sehingga n + g = 0,03. Kita bisa mengestimasi produk marjinal modal neto dari tiga fakta berikut ini: 1. Persediaan modal kira-kira 2,5 kali GDP satu tahun. 2. Depresiasi modal kira-kira 10 persen dari GDP. 3. Pendapatan modal kira-kira 30 persen dari GDP. Dengan menggunakkan notasi model (dan hasil dari Bab 3 bahwa para pemilik modal menikmati pendapatan dari MPK untuk setiap unit modal), kita bisa menulis fakta ini sebagai: 1. к = 2,5 γ. 2. к = 0,1 γ. 3. MPK x к = 0,3 γ.
14
Kita mencari tingkat depresiasi dengan membagi persamaan 2 dengan persamaan 1:
к/ к = (0,1 γ) /(0,25 γ) = 0,04. Dan kita cari produk marjinal modal MPK dengan membagi persamaan 3 dengan persamaan 1: ( MPK x к) /к = (0,3 γ) / (2,5 γ) MPK = 0,12. Jadi, kira-kira 4 persen dari persediaan modal terdepresiasi setiap tahun, dan produk marjinal modal kira-kira 12 persen per tahun. Produk marjinal modal neto, MPK – , kira-kira 8 persen per tahun. Sekarang kita bisa melihat bahwa pengembalian modal (MPK – =
8 persen per tahun) melebihi tingkat pertumbuhan rata-rata perekonomian ( n + g = 3 persen per tahun). Fakta ini, bersama-sama dengan analisis sebelumnya, mengindikasikan bahwa persediaan modal dalam perekonomian AS berada di bawah tingkat Kaidah Emas. Dengan kata lain, jika Amerika Serikat menabung dan menginvestasikan bagian yang lebih besar dari pendapatannya, maka perekonomian akan tumbuh jauh lebih cepat dan akhirnya mencapai kondisi mapan dengan konsumsi yang lebih tinggi.
2.3.2
Mengubah Tingkat Tabungan
Cara yang paling tepat yang dilakukan pemerintah untuk mempengaruhi nilai tabungan nasional adalah melalui tabungan masyarakat-penerimaan antara jumlah penerima pajak pemerintah dan pengeluarannya. Bila pengeluaran pemerintah melebihi penerimaannya, maka pemerintah dikatakan mengalami defisit anggaran, yang menunjukkan tabungan masyarakat negatif. Pemerintah juga mempengaruhi tabungan nasional dengan mempengaruhi tabungan swasta-tabungan yang dilakukan oleh rumah tangga dan perusahaan. Sebaliknya, berapa banyak orang yang menabung bergantung dari insentif yang mereka terima, dan insentif ini dibedakan oleh berbagai kebijakan public. Banyak ekonom berpendapat bahwa tarif pajak atas modal yang tinggi-termasuk pajak pendapatan perusahaan, pajak pendapatan federal, dan berbagai jenis pajak 15
pendapatan negara bagian- menghambat tabungan swasta dengan mengurangi tingkat pengembalian yang diterima oleh para penabung. Di sisi lain, pos penghapusan pajak, seperti IRA, dirancang untuk mendukung tabungan swasta dengan memberikan perlakuan khusus atas pendapatan yang ditabung dalam pos ini. Beberapa ekonom mengusulkan peningkatan insentif untuk menabung dengan mengganti sistem pajak pendapatan saat ini dengan system pajak konsumsi.
2.3.3
Mengakolokasikan Investasi Perekonomian
Model Solow menyederhanakan asumsi bahwa hanya ada satu jenis modal. Di dunia, tentu saja ada banyak jenis modal. Perusahaan-perusahaan swasta melakukan investasi dalam jenis-jenis modal tradisonal, seperti pabrik buldoser dan baja, serta jenis-jenis modal baru, seperti computer dan robot. Pemerintah melakukan investasi dalam berbagai bentuk modal masyarakat yang disebut infastruktur, seperti jalan raya, jembatan dan system pembuangan air. Para pembuat kebijakan yang berusaha mendorong pertumbuhan ekonomi harus menghadapi isu tentang jenis-jenis modal apa yang paling dibutuhkan perekonomian. Dengan kata lain, jenis-jenis modal apakah yang menghasilkan produk marjinal teringgi? Untuk itu, para pembuat kebijakan bisa mengandalkan pasar untuk mengalokasikan tabungan ke jenis-jenis investasi alternatif. Industriindustri dengan produk marjinal modal tertinggi secara alami akan bersedia meminjam pada tingkat bunga pasar untuk mendanai investasi baru. Banyak ekonom menyarankan bahwa pemerintah semata-mata hanya menciptakan “tingkat yang menghasilkan” untuk berba gai jenis modal misalnya, dengan menyakinkan bahwa sistem pajak memperlakukan seluruh jenis modal secara adil. Pemerintah kemudian bisa mengandalkan pasar untuk mengalokasikan modal secara efisien. Para ekonom lain menyarankan agar pemerintah secara aktif mendorong bentuk-bentuk modal tertentu. Anggaplah, misalnya, pengembangan teknologi terjadi sebagai produk-sampingan dari aktivitas ekonomi tertentu. Ini akan terjadi jika
proses
produksi baru
dan perbaikannya dijalankan
selama
proses
pengumpulan modal (fenomena yang disebut belajar melalui tindakan) dan jika gagasan ini menjadi bagian dari telaga pengetahuan masyarakat. Produk-
16
sampingan itu disebut eksternalitas teknologi (atau imbasan ilmu pengetahuan). Dengan
adanya
eksternalitas
itu,
pengembalian
modal
sosial
melebihi
pengembalian perseorangan, dan manfaat dari peningkatan akumulasi modal bagi masyarakat lebih besar ketimbang yang dinyatakan model Solow. Selain itu beberapa jenis akumulasi modal bisa menghasilkan eksternalitas yang lebih besar ketimbang akumulasi modal lainnya. Sebagian besar ekonom bersikap skeptik terhadap kebijakan indusri, karena dua alasan. Pertama, mengukur ekternalitas dari sektor-sektor yang berbeda begitu sulit seperti mengantang asap. Jika kebijakan didasarkan pada pengukuran yang buruk, maka pengaruhnya akan mendekati acak, dan dengan demikian, lebih buruk ketimbang tidak ada kebijakan sama sekali. Kedua, proses politis adalah jauh dari sempurna. Sekali pemerintah terlibat dalam bisnis yang memfasilitasi industri-industri tertentu dengan subsidi dan penghapusan pajak, hal itu cenderung didasarkan pada kepentingan politis sebagai besaran eksternalitas.
2.3.4
Mengubah Institusi yang Tepat
Tradisi hukum suatu negara adalah sebuah contoh dari institusi tersebut. Beberapa negara seperti A.S, Australia, India dan Singapura, merupakan daerah bekas koloni Inggris dan karenanya memiliki sistem hukum dengan gaya-Inggris. Negara-negara lainnya seperti Italia, Spanyol dan banyak negara di Amerika Latin memiliki tradisi hukum yang berasal dari Kode Napoleonik Prancis. Penelitian menemukan bahwa perlindungan hukum bagi pemegang saham dan kreditor lebih kuat dengan gaya-Inggris daripada sistem gaya-Prancis. Hasilnya, negara-negara dengan hukum gaya-Inggris memiliki pasar modal yang lebih berkembang. Selanjutnya,
negara
dengan
pasar
modal
yang
berkembang
mengalami
pertumbuhan yang lebih cepat, karena lebih mudah perusahaan kecil atau pun perusahaan baru untuk membiayai proyek investasi, sehingga terjadi alokasi yang lebih efisien pada modal negara tersebut. Perbedaan institusi penting lainnya terjadi antarnegara adalah kualitas dari pemerintahan negara itu sendiri. Suatu pemerintah yang ideal harus berperilaku sebagai “tangan yang menolong” (helping hand) pada sistem pasar, perlindungan hak milik, pelaksanaan perjanjian yang telah disetujui, promosi kompetisi,
17
penindakan pelaku kejahatan dan lain sebagainya. Namun terkadang, pemerintah menyimpang dari bentuk ideal ini dan berperilaku lebih sebagai “tangan yang menyerobot” dengan menggunakkan wewenang yan g dimiliki negara untuk memperkaya sekelompok kecil individu sementara masyarakat luas menderita. Studi empiris membuktikan bahwa tingkat korupsi yang cukup tinggi di suatu negara merupakan faktor penentu yang cukup penting bagi pertumbuhan ekonomi.
2.3.5
Mendorong Kemajuan Teknologi
Model Solow menunjukkan bahwa pertumbuhan yang berkelanjutan dalam pendapatan per pekerja harus berasal dari kemajuan teknologi. Namun, model Solow menganggap kemajuan teknologi sebagai variable eksogen, model Solow tidak dijelaskannya. Sehingga, determinan kemajuan teknologi tidak dipahami dengan baik. Di samping pemahaman yang terbatas ini, banyak kebijakan publik dirancang untuk mendorong kemajuan teknologi. Sebagian besar dari kebijakan ini mendorong sektor swasta untuk menyalurkan sumber daya ke inovasi teknologi. Sebagai contoh, sistem paten memberikan monopoli sementara kepada investor produk-produk baru; prinsip perpajakan menawarkan menghapus pajak untuk perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam penelitian dan pengembangan; serta kantor-kantor pemerintah seperti National Science Foundation secara langsung mensubsidi penelitian dasar di universitas. Selain itu, sebagaimana yang telah dibahas, kebijakan industri juga menyarankan bahwa pemerintah seharusnya mengambil peran yang lebih aktif dalam mempromosikan industry-industri tertentu yang merupakan kunci bagi kemajuan teknologi yang pesat.
2.4
Di luar Model Solow (Teori Pertumbuhan Endogen)
Untuk memahami sepenuhnya proses pertumbuhan ekonomi, kita perlu keluar dari model Solow dan mengembangkan model-model yang menjelaskan kemajuan teknologi yang berasal dari luar. Model-model ini disebut teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory). Karena menolak asumsi
model Solow tentang perubahan teknologi yang berasal dari luar (eksogen).
18
Meskipun bidang teori pertumbuhan endogen sangat luas dan kadang-kadang kompleks, mari kita bahas sepintas riset modern ini.
2.4.1
Model Dasar
Untuk menggambarkan gagasan di belakang teori pertumbuhan endogen, kita mulai dengan produksi sederhana: Y= AK, Di mana Y adalah output, K adalah persediaan modal, dan A adalah konstanta yang mengukur jumlah output yang diproduksi untuk setiap unit modal. Sekarang mari kita lihat bagaimana fungsi produksi ini berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi. Seperti biasa, kita asumsikan sebagian pendapatan ditabung dan diinvestasikan. Karena itu, kita jelaskan akuntansi modal dengan persamaan yang telah kita gunakan sebelumnya:
∆ = – δ . Persamaan ini menyatakan bahwa perubahan persediaan modal ( ∆) sama dengan investasi (s ) dikurangi depresiasi (δK). Menggabungkan persamaan ini dengan fungsi produksi :
= A, kita dapatkan
∆/ =∆/ = s − δ. Persamaan ini menujukkan apa yang menentukkan tingkat pertumbuhan output ∆ / . Lihatlah, selama s > δ, pendapatan perekonomian tumbuh selamanya, meskipun tanpa asumsi kemajuan teknologi eksogen. Jadi perubahan sederhana dalam fungsi produksi bisa mengubah secara dramatis prediksi tentang pertumbuhan ekonomi. Dalam model Solow, tabungan akan mendorong pertumbuhan untuk sementara, tetapi pengembalian modal yang kian menurun pada akhirnya akan mendorong perekonomian mencapai kondisi mapan di mana pertumbuhan hanya bergantung pada kemajuan teknologi eksogen. Sebaliknya, dalam model pertumbuhan endogen, tabungan dan investasi bisa mendorong pertumbuhan berkesinambungan.
19
2.4.2
Model Dua – Sektor
Meskipun model Y= AK contoh pertumbuhan endogen yang paling sederhana, teori itu berjalan dengan baik. Sebuah lini penelitian telah berupaya mengembangkan model dengan lebih dari satu sector produksi untuk memberikan penjelasan yang lebih baik tentang kekuatan-kekuatan yang mengelola kemajuan teknologi. Perkonomian memiliki dua sector, yang bisa kita sebut perusahaan manufaktur dan universitas riset. Perusahaan memproduksi barang dan jasa, yang digunakan untuk konsumsi serta investasi dalam modal fisik, Universitas memproduksi faktor-faktor produksi yang disebut “ilmu pengetahuan”. yang kemudian digunakan secara bebas oleh kedua sektor. Perekonomian dijelaskan oleh fungsi produksi untuk perusahaan, fungsi produksi untuk universitas, dan persamaan akumulasi-modal.
= [, (1 u) ] ( fungsi produksi dalam perusahaan manufaktur) ∆ =g()
(fungsi produksi dalam universitas riset)
∆ = −
(akumulasi modal)
Di mana u adalah bagian dari angkatan kerja di universitas(dan 1 u adalah bagian dalam perusahaan manufaktur), adalah persediaan ilmu pengetahuan (yang pada gilirannya menentukan efisiensi tenaga kerja), g adalah fungsi yang menunjukkan bagaimana pertumbuhan ilmu pengetahuan bergantung pada bagian angkatan kerja yang berada di universitas. Jika kita melipatgandakan kedua jumlah modal fisik () n dan jumlah pekerja efektif dalam perusahaan manufaktur [(1−)], maka kita melipatgandakan output barang dan jasa ( ). Namun demikian, pada saat yang sama model ini juga merupakan sepupu dari model pertumbuhan Solow. Jika u, bagian dari angkatan kerja yang berada di universitas dinyatakan konstan, maka efisiensi tenaga kerja tumbuh pada tingkat konstan g(u). Hasil pertumbuhan Konstan dalam efisiensi tenaga kerja pada tingkat g ini adalah sama dengan asumsi yang dibuat dalam model Solow dengan kemajuan teknologi. Ada dua variable keputusan dalam model ini ini. Seperti dalam model Solow, bagian output yang digunakan untuk tabungan dan investasi, ,
20
menentukan persediaan modal fisik pada kondisi mapan. Selain itu, bagian tenaga kerja yang berada di universitas, u, menentukan pertumbuhan persediaan ilmu pengetahuan. Baik maupun u mempengaruhi tingkat pendapatan, meskipun hanya u yang mempengaruhi tingkat pertumbuhan pendapatan pada kondisi mapan. Jadi, model pertumbuhan endogen ini mengambil langkah kecil dengan tujuan
menunjukkan
keputusan-keputusan
kemasyarakatan
mana
yang
menentukan tingkat perubahan teknologi.
2.4.3
Makroekonomi dari Penelitian dan Pengembangan
Model pertumbuhan endogen dua-sektor yang baru saja dibahas membuat kita lebih memahami kemajuan teknologi. Tetapi pembahasan itu hanya sebuah awal dari kisah kreasi ilmu pengetahuan. Jika orang berpikir tentang proses penelitian dan pengembangan sejenak, maka tiga fakta akan muncul. Pertama, meskipun ilmu pengetahuan merupakan barang publik (yaitu, barang yang secara bebas tersedia untuk setiap orang), namun banyak penelitian dilakukan di perusahaan-perusahaan yang dijalankan dengan morif mencari laba. Kedua, penelitian menjadi menguntungkan karena inovasi memberikan perusahaan kekuatan monopoli temporer, selain karena sistem patennya, karena ada keunggulan untuk menjadi perusahaan pertama di pasar dengan produk baru. Ketiga,
ketika
sebuah
perusahaan
berinovasi,
perusahaan
lain
juga
mengembangkan perusahaan itu untuk menghasilkan inovasi generasi berikutnya. Fakta ini (terutama mikroekonomi) tidak mudah dikaitkan dengan model-model pertumbuhan (terutama makroekonomi) yang telah kita bahas. Sebagian model pertumbuhan endogen berusaha memasukkan fakta-fakta tentang penelitian dan pengembangan ini. Untuk melakukan hal ini diperlukan pemodelan keputusan yang dihadapi perusahaan ketika terlibat dalam penelitian dan pemodelan interaksi di antara perusahaan yang memiliki kekuatan monopoli atas inovasi mereka. Pembahasan yang lebih mendalam atas model-model ini berada di luar cakupan buku ini. Tetapi perlu dijelaskan bahwa model pertumbuhan endogen memberikan penjelasan yang lebih lengkap tentang proses inovasi teknologi.
21
Meskipun teori itu sendiri bersifat mendua terhadap pengoptimalan upaya penelitian, hasil empiris dibidang ini biasanya lebih sedikit. Banyak studi eksternalitas “berdiri diatas bahu” adalah penting, dan akibatnya, imbalan, atau pengembalian sosial terhadap penelitian cukup besar sering lebih 40 persen per tahun. Angka ini adalah tingkat pengembalian yang mengesankan, terutama apabila dibandingkan dengan pengembalian modal fisik, yang sebelumnya diperkirakan sebesar 8 persen per tahun. Dalam penelitian sebagian ekonom, penemuan ini, membenarkan subsidi pemerintah terhadap penelitian.
22
BAB III PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Pertumbuhan ekonomi jangka-panjang adalah determinan terpenting dari kesejahteraan ekonomi penduduk suatu negara. Hal-hal lainnya yang dipelajari ahli makroekonomi-pengangguran, inflasi, deficit perdagangan, dan lain-lain bisa dikatakan tidak begitu penting. Untungnya, para ekonom cukup banyak mengetahui tentang kekuatankekuatan yang mengarahkan pertumbuhan ekonomi. Model pertumbuhan Solow dan model-model pertumbuhan endogen yang lebih mutakhir menunjukkan tingkat serta pertumbuhan standar kehidupan suatu negara. Meskipun tidak memberikan pil ajaib untuk menjamin perekonomian mencapai pertumbuhan yang pesat, teori-teori tersebut memberikan banyak wawasan, dan memberikan kerangka kerja intelektual bagi banyak perdebatan tentang kebijakan public yang bertujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi pada jangka panjang.
23
DAFTAR PUSTAKA
Mankiw, N.Gregory. 2007. Makroekonomi Edisi Keenam. Jakarta: Erlangga.
24