ANALISIS KESTABILAN LERENG PADA STA 1+070 – 1+150 1+150 PLTA UPPER CISOKAN PLTA PERM AN EN T ACCESS ACCESS ROAD
PT PLN (PERSERO) PUSAT ENJINIRING KETENAGALISTRIKAN KETENAGALISTRIKAN
LAPORAN PROJECT PROJECT ASS ASSI GNM ENT ON THE JOB TRAINING ANGKATAN 54
OLEH : DANTIE CLAUDIA BUTAR BUTAR 1604/BDG/JF/S1/GEO/36290
PROGRAM PRAJABATAN S1/D3 PT. PLN (PERSERO) PUSAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN TAHUN 2016
ii
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan berkatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan Project Assignment dengan judul “ Analisis Kestabilan Lereng pada STA 1+070 – 1+150 Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan ” sebagai evaluasi akhir
dalam program On the Job Training (OJT) untuk Diklat Prajabatan S1/D3 PT. PLN (Persero) Angkatan 54 di PLN (Persero) Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan (PUSENLIS). Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Ferry Syauki sebagai mentor 1 yang telah memberikan bimbingan dalam mengerjakan Project mengerjakan Project Assignment. Assignment. 2. Bapak Hanung Natendra sebagai mentor 2 yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta masukan dalam pengerjaan Project Assigment ini. 3. Seluruh staff yang berada di PUSENLIS yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman yang sangat berguna dalam menunjang pengerjaan Project Assignment . 4. Teman-teman Prajabatan angkatan 54. 5. Semua pihak yang sudah membantu yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu. Penulis menyadari bahwa Project Assignment ini masih banyak kekurangan, sehingga penulis mengharapkan adanya kritik maupun saran dari para pembaca. Semoga Project Assignment ini dapat bermanfaat dalam proses pembelajaran bagi kita semua.
Jakarta, Desember 2016 Penulis
iii
ABSTRAK
Pengerjaan konstruksi proyek PLTA Upper Cisokan Pumped Storage Lot Storage Lot 1 (Civil Works) sampai saat ini belum dapat dimulai karena terdapat permasalahan pada pekerjaan Permanent Access Road sehingga menyebabkan pekerjaan konstruksi PLTA Upper Cisokan Pumped Storage oleh kontraktor belum bisa dimulai. Longsoran yang terjadi pada titik STA 1+070 – 1+150 1+150 merupakan longsor rotasional dan tipe gerakan berupa nendatan tanah (earth slump). Lapisan tanah penyusun lereng pada lokasi longsor merupakan tanah lanau-pasiran pada lapisan l apisan atas dan tanah lempung pada lapisan bawah. Longsoran terjadi karena faktor eksternal yaitu curah hujan yang tinggi setelah kemarau panjang, sehingga retakan-retakan yang telah ada akan terisi air, masuk ke pori-pori tanah sehingga akan menimbulkan pergeseran pada massa tanah, sedangkan faktor internalnya karena kondisi tanah penyusun lereng yang berasal dari batuan sedimen klastik yang mudah lapuk dan terdegradasi, sehingga material tanah bersifat lepas dan tidak padat. Berdasarkan simulasi kestabilan lereng, diperoleh nilai faktor keamanan lereng sebesar 0,9 (lereng tidak aman) apabila tanpa menggunakan perkuatan (reinforcement). Apabila dipasang perkuatan berupa pile, pile, diperoleh faktor keamanan sebesar 1,226 (lereng aman). Pemasangan perkuatan berupa ground anchor pada lereng menghasilkan faktor keamanan sebesar 1,145 (lereng tidak aman). Sedangkan perkuatan berupa geosynthetic geosynthetic yang dipasang pada lereng menghasilkan faktor keamanan sebesar 1,257 (lereng aman). Berdasarkan analisis faktor keamanan, efisiensi waktu pengerjaan, serta biaya, maka sebaiknya digunakan perkuatan lereng berupa geosynthetic (geotextile). Penggunaan proteksi berupa geosynthetic
dapat menghemat pengeluaran
(cost)
atau
memberikan saving memberikan saving sebesar Rp 388.316.401,76 serta benefit berupa berupa potensi segera dimulainya pekerjaan konstruksi PLTA Upper Cisokan oleh kontraktor. Kata kunci :
PLN PUSENLIS, PLTA Upper Cisokan, longsoran, faktor keamanan, geosynthetic keamanan, geosynthetic iv
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................iii ABSTRAK..............................................................................................................iv DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi DAFTAR TABEL..................................................................................................vii DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1. 1.2.
Tentang Unit OJT.........................................................................................1 Latar Belakang Masalah...............................................................................5
BAB II DIAGNOSTIK 2.1. Identifikasi Masalah....................................................................................8 2.2. Tools Analysis............................................................................................10 BAB III DESIGN (OPPORTUNITY FOR IMPROVEMENT) 3.1. Idea Generation..........................................................................................12 3.2. Skala Prioritas............................................................................................12 3.3. Workplan....................................................................................................14 BAB IV DELIVERY (ACTION FOR IMPROVEMENT) 4.1. Action Plan.................................................................................................16 4.2. Pembahasan (Saving, Gain, dan Benefit)...................................................19 4.2.1. Kondisi geologi dan geoteknik lereng...................................................19 4.2.2. Penentuan faktor keamanan lereng.......................................................22 4.2.3. Rekomendasi reinforcement pada lereng..............................................25 4.2.4. Saving, Gain, dan Benefit.....................................................................27 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan......................................................................................................28 5.2. Saran................................................................................................................28 DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30 DAFTAR LAMPIRAN..........................................................................................31
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1. Grafik jumlah produk portofolio BEBT PLN PUSENLIS..................2 Gambar 1.2. Grafik jumlah produk portofolio BEBT PLN PUSENLIS perbulan Oktober dari tahun 2014 sampai Oktober 2016.......................................................3 Gambar 1.3. Tahapan proses enjiniring PLN PUSENLIS.....................................4 Gambar 2.1. Lokasi longsoran pada STA 1+070 – 1+150.....................................9 Gambar 2.2. Skema Root Cause Problem Solving .................................................10 Gambar 4.1. Tahapan Action for Improvement .....................................................17 Gambar 4.2. Geometri longsoran rotasional..........................................................19 Gambar 4.3. Longsoran pada titik STA 1+070 – 1+150........................................20 Gambar 4.4. Proteksi lereng berupa gabion pada l okasi longsoran.......................21 Gambar 4.5. Retakan-retakan pada lereng longsoran............................................21 Gambar 4.6. Peta geologi regional Cisokan...........................................................22 Gambar 4.7. Ilustrasi stabilisasi lereng dengan geosynthetic................................26
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Pemetaan Skala Prioritas.......................................................................13 Tabel 3.2. Workpl an On the Job Training..............................................................15 Tabel 4.1. Action Plan............................................................................................18 Tabel 4.2. Faktor keamanan yang direkomendasikan oleh Dirjen Pertambangan Umum Indonesia....................................................................................................24 Tabel 4.3. Tabulasi nilai Factor of Safety hasil simulasi.......................................25
vii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN 1
:
DIAGRAM ALIR PENGERJAAN SIMULASI KESTABILAN LERENG.
LAMPIRAN 2
:
SIMULASI ANALISIS KESTABILAN LERENG UNTUK PENENTUAN FAKTOR KEAMANAN LERENG.
LAMPIRAN 3
:
RINCIAN ANGGARAN PADA JENIS PROTEKSI BERUPA GABION, PET WOVEN GEOTEXTILE , DAN PILE.
viii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Tentang Unit OJT
PT. PLN (Persero) Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan atau PLN PUSENLIS merupakan salah satu unit penunjang yang berada di dalam lingkungan PT. PLN (Persero). Tujuan PLN PUSENLIS adalah menyediakan pelayanan dalam bidang enjiniring ketenagalistrikan di lingkungan PLN dalam rangka mendukung usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum. PLN PUSENLIS
mempunyai
visi
diakui
sebagai
pusat
unggulan
enjiniring
ketenagalistrikan PT PLN (Persero). Adapun misi PLN PUSENLIS, antara lain : 1.
Mewujudkan PUSENLIS sebagai pusat unggulan ketenagalistrikan.
2.
Mempersiapkan SDM yang kompeten di bidang enjining ketenagalist rikan.
3.
Menjadi
pusat
informasi
dan
pengembangan
perangkat
enjiniring
ketenagalistrikan. 4.
Melakukan kajian rekomendasi kebijakan enjiniring ketenagalistrikan melalui penguasaan teknologi mutakhir. PLN PUSENLIS mempunyai tugas utama sebagai berikut :
1.
Mempersiapkan, melaksanakan dan menetapkan kegiatan enjiniring sarana ketenagalistrikan yang mencakup: studi kelayakan, desain enjiniring, dokumen teknis pengadaan, supervisi enjiniring konstruksi, supervisi desain, drawing approval dan optimalisasi kinerja sarana tenaga listrik.
2.
Membina
dan
mengembangkan
sumber
daya
Pusat
Enjiniring
Ketenagalistrikan. 3.
Melaksanakan operasional Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan sesuai dengan lingkup kerja yang ditetapkan.
4.
Meningkatkan kinerja Pusat Enjiniring Ketenagalistrikan bertumpu pada potensi insani PT. PLN (Persero). Struktur organisasi PLN PUSENLIS terdiri dari bidang-bidang yang
berada dibawah pimpinan General Manager (GM), yaitu Bidang Enjiniring Pembangkit Thermal (BEPT), Bidang Enjiniring Pembangkit Energi Baru dan
Terbarukan (BEBT), Bidang Enjiniring Transmisi dan Distribusi (BETD), Bidang Keuangan, SDM dan Administrasi (BKSA), dan Bidang Perangkat Enjiniring dan Pengendalian Mutu (BPPM). Untuk menjalankan aktivitas pengadaan barang dan jasa terdapat bagian Perencanaan Pengadaan dan Pelaksana Pengadaan. Dalam kaitannya dengan kegiatan On the Job Training (OJT), penulis ditempatkan pada Bidang Enjiniring Pembangkit Listrik Energi Baru dan Terbarukan (BEBT) PLN PUSENLIS.
PLN
PUSENLIS
mempunyai
tugas
utama,
antara
lain
mempersiapkan, melaksanakan dan menetapkan kegiatan enjiniring sarana ketenagalistrikan yang meliputi produk utama mencakup studi kelayakan (feasibility study), dokumen lelang (bid document), review desain (design review) serta produk pendukung berupa HPE (Harga Perkiraan Enjiniring), basic design, project design, dan produk lain. KPI (Key Performance Indicator) PLN PUSENLIS BEBT, antara lain jumlah produk portofolio, rasio konsultansi, ketepatan waktu penyelesaian penugasan, dan rasio penyelesaian penugasan. Berdasarkan laporan target bulanan pemantauan sasaran mutu tahun 2016 untuk Bidang
Enjiniring Pembangkit
Energi Baru dan Terbarukan (BEBT), sasaran mutu berupa jumlah produk portofolio telah dilakukan evaluasi terhadap target dan realisasinya (Gambar 1.1.). Jumlah Produk Portofolio 24
25 20 21
20 15
15
16 13
15
22
17
TARGET
10
10 5
7 2 2
3
3
4 4
5
REALISASI
7
5
0
Jan
Feb M ar Apr
Mei
Jun
Jul
Agt
Sep
Okt
Gambar 1.1. Grafik jumlah produk portofolio BEBT PLN PUSENLIS per Oktober 2016
2
Jumlah Produk Portofolio 25 20
22
22
24
24 20
19
15
TARGET
10
REALISASI
5 0
2014
2015
2016
Gambar 1.2. Grafik jumlah produk portofolio BEBT PLN PUSENLIS perbulan Oktober dari tahun 2014 -2016
Berdasarkan Gambar 1.1., dapat disimpulkan bahwa jumlah produk portofolio yang dihasilkan oleh Bidang Pembangkit Energi Baru dan Terbarukan (BEBT) PLN PUSENLIS tiap bulannya mengalami peningkatan dan bahkan pada bulan Juni sampai Oktober, realisasi jumlah produk portofolio yang dihasilkan melebihi jumlah produk portofolio yang ditargetkan. Dari Gambar 1.2. terlihat bahwa jumlah produk portofolio terealisasi per bulan Oktober untuk tahun 2014 dibawah jumlah yang ditargetkan. Per bulan Oktober tahun 2015 dan 2016, jumlah produk portofolio terealisasi melebihi jumlah yang ditargetkan. Proses bisnis PLN PUSENLIS merupakan interaksi timbal balik pelanggan dengan manajemen. General Manager (GM) PLN PUSENLIS bertanggung jawab dalam penetapan RJPP, RKAP (Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan), dan KPI (Key Performance Indicator) perusahaan. Proses manajemen sumber daya dilakukan oleh BKSA dan BPPM. BKSA dalam hal ini bertanggung jawab dalam penyediaan SDM, dana, serta fasilitas kerja. Sedangkan BPPM bertanggung jawab dalam penyediaan SMMK3 (Sistem Manajemen Mutu dan K3) serta perangkat enjiniring. Tahapan realisasi produk dilakukan oleh 3 bidang di PLN PUSENLIS, yakni BEPT, BEBT, dan BETD, dimana ketiga bidang ini bertanggung jawab dalam pelaksanaan penugasan dan pekerjaan enjiniring. Dalam tahap ini, dimungkinkan adanya kerjasama antara PLN PUSENLIS dengan pemasok dan mitra kerja. Tahapan berikutnya merupakan pengukuran, analisis, dan perbaikan, 3
dimana pekerjaan ini dilakukan oleh seluruh bidang di PLN PUSENLIS, dimana tanggung jawabnya mencakup perbaikan prosedur, penyiapan perangkat kerja enjiniring, serta penyiapan standard. Pelaksanaan pemeriksaan desain dilakukan oleh BPPM. Ruang lingkup bisnis PLN PUSENLIS berupa layanan jasa enjiniring, meliputi : pra studi kelayakan, studi kelayakan, desain dasar (basic design), penyusunan dokumen lelang, membantu proses pengadaan, supervisi enjiniring konstruksi, supervisi enjiniring saat tes dan komisioning, serta enjiniring pekerjaan pengembangan (development), peningkatan (improvement) serta perbaikan (rehabilitation). Adapun pelaksanaan dan urutan proses enjiniring sesuai best practice dapat dilihat pada Gambar 1.3. dimulai dengan pre-feasibility study, diikuti dengan feasibility study, engineering design, procurement , construction, testing dan commisioning , operation dan maintenance, dan tahapan terakhir adalah design improvement . Pada tahapan konstruksi, dilakukan proses supervisi enjiniring serta supervisi konstruksi secara paralel.
B
C
Gambar 1.3. Tahapan proses enjiniring PLN PUSENLIS
Pada Gambar 1.3., keterangan A adalah PLN PUSENLIS terlibat penuh dalam proses, B adalah PLN PUSENLIS membantu PLN Pusat/Unit PLN lain dalam proses, sedangkan C adalah PLN PUSENLIS tidak terlibat dalam proses. Pada tahapan pra-studi kelayakan hingga desain enjiniring serta pengembangan desain, PLN PUSENLIS terlibat penuh dalam proses. Pada tahapan pengadaan dan konstruksi, PLN PUSENLIS membantu PLN pusat atau unit PLN lain. PLN 4
PUSENLIS membantu PLN Pusat/unit lain dalam supervisi enjiniring, sedangkan pada tahapan supervisi konstruksi PLN PUSENLIS tidak terlibat dalam proses. Pada tahapan testing dan commisioning serta operation dan maintenance, PLN PUSENLIS tidak terlibat di dalam proses.
1.2. Latar Belakang Masalah
Dalam kaitannya dengan pengerjaan Project Assignment , output dari laporan Project Assignment ini tidak secara langsung mempengaruhi KPI PUSENLIS. Dalam hal ini, enjiner teknik geologi dan teknik sipil BEBT PUSENLIS ditugaskan untuk membantu UIP JBT 1 dalam menganalisis 57 titik longsor di sepanjang Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan. Akan tetapi, output dari Project Assignment ini diharapkan mampu meningkatkan KPI unit pemberi kerja, dalam hal ini UIP JBT 1, yaitu berupa pelaksanaan kontraktual (konstruksi). Oleh karena itu, apabila KPI UIP JBT 1, yaitu pelaksanaan kontraktual meningkat, hal ini merupakan merupakan indikator kontribusi dari BEBT PUSENLIS terhadap UIP JBT 1. PLTA Upper Cisokan Pumped Storage terletak sekitar 40 km disebelah barat Kota Bandung, Provinsi Jawa Barat, menempati wilayah Kabupaten Bandung Barat dan Kabupaten Cianjur. Lokasi PLTA Upper Cisokan Pumped Storage berdasarkan koordinat geografis (longitude - latitude) adalah 6° 56′ 52″ S, 107° 13′ 7″ E. PLTA Upper Cisokan mempunyai dua buah reservoir, yaitu reservoir atas (Cirumamis Reservoir) dengan kapasitas 14.000.000 m 3 serta reservoir bawah (Cisokan Reservoir) dengan kapasitas 63.000.000 m 3. Kapasitas nameplate PLTA Upper Cisokan adalah sebesar 1.040 MW dengan daya yang dihasilkan oleh generator sebesar 4x260 MW. Pengerjaan konstruksi PLTA Upper Cisokan Pumped Storage sampai saat ini belum dapat dimulai karena terdapat permasalahan pada pekerjaan Permanent Access Road sehingga jalan belum bisa digunakan sampai sekarang. Permasalahan pada Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan sampai dengan Oktober 2016 semakin berkembang. Hal ini dapat terlihat dari banyaknya titik longsoran yang diidentifikasi oleh konsultan pekerjaan access road, Sinotech Engineering 5
Consultants, Ltd. yakni sebanyak 57 titik. Hingga Oktober 2016, ditemukan adanya beberapa longsoran baru, baik pada lereng atas maupun lereng bawah di sepanjang Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan. Sampai pertengahan Oktober 2016, kondisi perkembangan pekerjaan Permanent Access Road hanya sebesar 70% (dikerjakan kontraktor lama Brantas-Hasta), dan pekerjaan sisanya sebesar 30% (diproyeksikan akan dikerjakan oleh Daelim-Astaldi-Wika) dari total rencana pengerjaan yang seharusnya adalah 100%. Pekerjaan
remaining
work
merupakan sisa dari pekerjaan yang belum terselesaikan, yakni sebesar 30% dimana dalam remaining work ini mencakup pengerjaan proteksi lereng di sepanjang Permanent Access Road . Beberapa bentuk proteksi lereng yang telah dikerjakan di sepanjang access road antara lain penanaman rumput vertiver, penahan tanah dengan gabion dan stone masonry serta penyemprotan shotcrete. Dari 57 titik longsoran yang telah diinventarisasi, terdapat 5 buah titik lokasi yang telah diberi rekomendasi proteksi oleh konsultan, yaitu Sinotech Engineering Consutants, Ltd. Kelima longsoran ini seluruhnya merupakan longsoran tanah yang terbentuk pada lereng bawah jalan (down slope). Berdasarkan kondisi geoteknik lereng dan batuan penyusun lereng yang ditemukan di sepanjang Permanent Access Road , terdapat pula beberapa titik stasiun dengan kondisi lereng yang tidak stabil akibat perkembangan struktur geologi yang intens sehingga dapat berpotensi terjadi longsoran batuan, khususnya pada daerah Lower Dam. Longsoran pada bagian lereng atas dan bawah dikhawatirkan dapat menutup badan serta menimbulkan bahaya lain misalnya berkurangnya lebar jalan sehingga jalan tidak dapat digunakan. Terjadinya longsoran pada Permanent Access Road berdampak langsung pada efisiensi waktu pengerjaan, yaitu pengerjaan konstruksi PLTA Upper Cisokan belum dapat dimulai hingga saat ini dikarenakan jalan yang belum bisa dilewati. Tujuan dari penelitian Project Assignment ini antara lain: (1) menganalisis kondisi geologi dan geoteknik lereng pada lokasi longsoran tanah pada stasiun STA 1+070 – 1+150 dimana lokasi ini merupakan titik prioritas yang termasuk kedalam 57 lokasi longsoran yang telah teridentifikasi, (2) penentuan faktor keamanan lereng, serta (3) pengajuan rekomendasi proteksi lereng pada lokasi 6
longsoran di titik STA 1+070 – 1+150 Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan. Melalui penelitian Project Assignment ini, penulis berharap dapat berkontribusi dalam mengidentifikasi permasalahan kestabilan lereng dan potensi terjadinya longsoran, serta upaya pencegahan terjadinya longsoran pada lereng di sepanjang Permanent Access Road melalui kajian geologi dan geoteknik serta memberikan rekomendasi proteksi pada lereng yang berpotensi mengalami longsoran.
7
BAB II DIAGNOSTIK
2.1. Identifikasi Masalah
Pada Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan hingga pertengahan Oktober 2016, diidentifikasi terdapat lebih dari 57 titik longsoran, baik berupa longsor tanah maupun batuan, pada lereng atas maupun lereng bawah jalan. Pekerjaan Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan yang belum selesai erat kaitannya
dengan
perkembangan
longsoran
di
sepanjang
access
road.
Permasalahan pada longsoran pada lereng atas jalan adalah jatuhnya massa batuan maupun tanah sehingga menghalangi kendaraan pembawa material, sedangkan pada
lereng
bawah
adalah
terjadinya
longsoran
yang
mengakibatkan
berkurangnya lebar jalan sehingga jalan menjadi tidak dapat diakses. Longsoran yang ditemukan di sepanjang Permanent Access Road secara umum adalah berupa longsoran tanah, serta di beberapa titik di daerah Lower Dam ditemukan longsoran batu. Permasalahan pada Permanent Access Road akan berdampak pada lamanya pengerjaan konstruksi PLTA Upper Cisokan Lot 1 (Civil Works) dapat dimulai, karena mobilisasi kendaraan pembawa material maupun akomodasi tidak dapat menggunakan jalan akses yang telah ada. Batasan masalah yang dilakukan penulis dalam laporan ini yaitu pada analisis geologi dan geoteknik kestabilan lereng, analisis faktor keamanan lereng dan rekomendasi tipe proteksi lereng pada titik STA 1+070 – 1+150 Permanent Access Road . Penentuan lokasi STA 1+070 - 1+150 (Gambar 2.1.) sebagai objek penyelesaian masalah didasarkan pada kondisi lereng yang telah mengalami longsoran, dimensi longsoran yang panjang (+/- 80 m) serta dampak signifikan longsoran terhadap pengurangan lebar jalan. Oleh karena itu, berdasarkan aspek yang disebutkan diatas, pada titik STA 1+070 – 1+150 sangat perlu untuk dilakukan kajian dan analisis geologi yang mencakup studi kestabilan lereng.
8
Gambar 2.1. Lokasi longsoran pada STA 1+070 – 1+150
Dalam hal ini, lokasi unit OJT yaitu PLN PUSENLIS berperan dalam melakukan kajian dan analisis geologi pada lokasi longsoran untuk membantu Unit Induk Proyek (UBT) JBT 1 dalam menganalisis permasalahan Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan.
9
2.2. Tools Analysis
Gambar 2.2. Skema Root Cause Problem Solving
10
Identifikasi
masalah
dalam
pengerjaan
Project
Assignment
ini
menggunakan metode Root Cause Problem Solving (RCPS) untuk memperoleh akar masalah yang akan dijadikan pembahasan. Metode Root Cause Problem Solving (RCPS) merupakan proses menstrukturkan masalah dari umum ke khusus sehingga akar permasalahan dapat disederhanakan. Pada tiap akar masalah kemudian ditentukan solusi atau problem solving yang sesuai. Gambar 2.2. menjelaskan skema rincian identifikasi akar masalah menggunakan metode RCPS. Masalah yang diidentifikasi adalah pekerjaan konstruksi PLTA Upper Cisokan yang belum dapat dimulai. Hal ini disebabkan karena pekerjaan Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan oleh kontraktor yang belum selesai, terdapat bahaya berupa 57 titik longsoran pada stasiun di sepanjang Permanent Access Road oleh konsultan Sinotech Engineering Consultants, Ltd, serta sumber material (agregat) untuk konstruksi yang belum ada. Akan tetapi, permasalahan pekerjaan Permanent Access Road yang belum selesai oleh kontraktor serta permasalahan mengenai ketidaktersediaan sumber material untuk konstruksi tidak dibahas dalam pengerjaan Project Assignment, karena kedua hal ini diluar domain serta kompetensi penulis. Dari 57 titik longsoran yang diidentifikasi, didominasi oleh longsoran tanah pada sisi lereng. Penyebabnya antara lain : drainase yang kurang baik, tidak semua lereng pada lokasi longsoran telah diproteksi, serta penempatan proteksi lereng di beberapa titik tidak sesuai. Penyebab tidak semua lereng pada titik longsoran telah diproteksi adalah karena kajian geologi maupun geoteknik pada lokasi longsoran belum dilakukan secara detail.
11
BAB III DESIGN (OPPORTUNITY FOR IMPROVEMENT)
3.1. I dea Generati on
Gambar
2.2.
menggambarkan
skema
struktur
masalah
untuk
mengidentifikasi akar masalah. Berdasarkan hasil observasi lapangan, diperoleh beberapa daerah rawan longsor yang terdapat pada access road. Dari permasalahan yang telah dijelaskan dalam RCPS, maka terdapat 5 buah solusi yang dinyatakan dalam Opportunity for Improvement (dipetakan pada Tabel 3.1.), antara lain : 1. Melakukan perbaikan pada drainase lereng. 2. Melakukan analisis geologi dan geoteknik lereng. 3. Melakukan analisis kestabilan lereng untuk memperoleh faktor keamanan lereng. 4. Melakukan simulasi jenis reinforcement lereng yang sesuai. 5. Melakukan monitoring pada pekerjaan pemasangan proteksi lereng.
3.2. Skala Prioritas
Pemetaan skala prioritas dalam pengerjaan Project Assignment dilakukan untuk menentukan urutan pekerjaan berdasarkan dampak yang berpotensi ditimbulkan serta kemudahan implementasinya. Berdasarkan Tabel 3.1., semakin ke kanan menjelaskan semakin mudah suatu pekerjaan diimplementasikan, semakin ke atas berkaitan dengan semakin tinggi dampak yang dihasilkan dari suatu pekerjaan. Dalam penentuan skala prioritas, dipilih jenis pekerjaan yang mempunyai kemudahan implementasi paling tinggi, serta potensi dampak paling tinggi. Berdasarkan strukturisasi masalah dengan metode RCPS, maka diperoleh 5 peluang potensi untuk menyelesaikan isu di unit OJT dan dinyatakan dalam Opportunity for Improvement (OFI). Kelima OFI ini (Tabel 3.1.) kemudian dipetakan berdasarkan potensi dampak yang ditimbulkan serta kemudahan implementasinya dalam kaitannya dengan pengerjaan Project Assignment. 12
Tabel 3.1. Pemetaan Skala Prioritas
Potensi impact (Saving, Gain, Benefit) 3 High
1
Medium
4
2
5
Low
Difficult
Medium
Easy
Kemudahan implementasi Poin 2 relatif lebih mudah untuk dilakukan karena tidak membutuhkan pengerjaan dengan menggunakan software maupun alat bantu lainnya. Sedangkan poin 3 dan 4 tidak dapat dilakukan dengan pendekatan empiris, karena terdapat nilai-nilai parameter fisik atau mekanik tanah yang harus dipertimbangkan dalam analisis. Poin 1, 2, 3, dan 4 mempunyai dampak yang tinggi karena berimplikasi langsung dalam proses mengidentifikasi kondisi aktual lereng serta penanganan lereng yang sesuai dengan kondisi di lapangan. Poin 1 dan 5 dalam hal ini tidak dipilih di dalam pengerjaan Project Assignment, karena kedua poin ini lebih cenderung ke penanganan jangka panjang. Hasil pemetaan skala prioritas menunjukkan bahwa jenis pekerjaan yang mempunyai kemudahan implementasi paling tinggi serta potensi dampak paling tinggi, antara lain : -
Melakukan analisis geologi dan geoteknik lereng.
13
-
Melakukan analisis kestabilan lereng untuk memperoleh faktor keamanan lereng.
-
Melakukan simulasi jenis reinforcement lereng yang sesuai.
3.3. Workplan
Workplan merupakan rencana kerja yang dibuat sebagai acuan dalam melaksanakan proses kerja sehingga waktu penyelesaian pekerjaan diharapkan sesuai target yang telah ditentukan. Workplan juga digunakan untuk mengetahui tahapan-tahapan penyelesaian target yang belum dikerjakan, durasi penyelesaian pekerjaan, serta status pekerjaan yang sedang berjalan. Workplan untuk pengerjaan Project Assigment digambarkan pada Tabel 3.2.
14
Tabel 3.2. Workplan On the Job Training
4
6 v o
3
2
1
5
4
6 t k 3
2
J t u
p t u O
I
C I P
y t i v i t c A
, n a r n a o s d g i s n n p a o i r r l o i k s s s a e g k d n o , l o t l t a o t e n i o e d f h r s o a o t k a D
i g o R l o A e P g n a a t d e l p a y n a o i l r g e e v r O
g n a b m a B , e i t n a D
a h a r g u N , e i t n a D
a h a r g u N , e i t n a D
a h a r g u N , e i t n a D
i s y a n n a k a l a r r o d l e l r o t v p a a a o i n w l i a y r n a d l i d t t r s u a o l a u t o i t s r b k n k t e s m t t i o r r e e l O D P P n n a i a s d w h a a e l n t i a v n a g r s e i e a r n a v r O p o m e a l p ) r 1 i a t r H a 0 P 1 (
n a f o S , e i t n a D
e i t n a D
n a n a d a y n n a o a i i m b b e a n a g l i e a t i a k c p x e r n i u t o t r r o k , e e a g b g f i i n s a e r k l i l e e t N o r p
e i t n a D
l i
n a r o s g n o l i s a v r e s b O
n a f o S , e i t n a D
e i t n a D
e i t n a D
e i t n a D
I I I B A B
t n e m i n i g i s r s i V A I I t I c B e l A j r t B o P n a r o p a L
g n u n a H , e i t n a D
g n u n a H , e i t n a D
a y a i n V n i a b I a I l a I t i i i l I s a a i I I i a b t j d b a B B a a t m n l i d s t A A s a s j i r B a t B l e n t s l i e k a i n k e i n t r b r n i a a e t a s s s r s s m i i t i i a s s l l a t m s l a i i c g u l l u u u t k a a n n r n n m e e t o e i r n r n r e P P D l S l A l A P P a n t a a t a r a d o d n n p a n a g a l l a i h n b n a a a l m p s i o a l a l g g u n n n e e e P P P ) ) ) i i r 2 r 3 r 4 i a t t t r a r a r H a H a H a 1 P ( 5 P ( 6 P 1 (
15
g n u n a H , e i t n a D t c e j o r P n a r o t p a l i s k e r i o K g n i r o t n e M ) 5 i r t r a P (
BAB IV DELIVERY (ACTION FOR IMPROVEMENT)
4.1. Action Plan
Setelah perumusan Opportunity for Improvement dilakukan, langkah selanjutnya adalah pembuatan rencana strategi pelaksanaan untuk mencapai tujuan yang sudah dirumuskan. Proses penyelesaian masalah diawali dengan pengumpulan data yang diperlukan untuk mencapai target dari hasil perumusan OFI, memeriksa dan menganalisis data yang diperoleh dari lapangan. Realisasi dari pengerjaan studi literatur, pengambilan data, pengolahan data, analisis dan pembahasan, serta pembuatan laporan per harinya dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tahapan AFI pada Gambar 4.1. menjelaskan langkah-langkah yang dilakukan oleh penulis dalam menyelesaikan permasalahan yang ada di unit OJT, dalam hal ini terkait longsoran di Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan. Langkah pertama adalah orientasi awal/survei untuk mempunyai gambaran mengenai tipikal longsor di daerah yang diteliti. Kemudian dilakukan studi literatur laporan kontraktor untuk memperoleh informasi mengenai geometri lereng
longsoran.
Selanjutnya
dilakukan
persiapan
pra-lapangan
berupa
pembuatan overlay peta geologi dan access road. Tahapan berikutnya adalah plot kooordinat dan pengambilan data lapangan, yang mencakup data geometri lereng, jenis soil, data struktur geologi dan dokumentasi. Data yang diperlukan untuk mengidentifikasi permasalahan kestabilan lereng pada lokasi STA 1+070 – 1+150 kemudian direkapitulasi. Data yang dimaksud adalah data primer yang berasal dari lapangan dan sekunder atau referensi untuk mengetahui nilai parameter kestabilan lereng. Kemudian dilakukan pengolahan data melakukan simulasi faktor keamanan lereng dengan menggunakan software GeoStudio 2012 serta rekomendasi jenis proteksi lereng yang sesuai untuk lokasi longsoran pada STA 1+070 – 1+150 Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan dan estimasi biayanya, dilanjutkan dengan analisis dan pembahasan yang tertulis dalam laporan Project Assignment.
16
Mulai
Orientasi awal survei longsoran
Desk study laporan kontraktor
Overlay peta geologi dan PAR
Plot koordinat dan observasi longsoran
Pencatatan data geometri lereng dan jenis soil
Pengambilan data struktur geologi dan dokumentasi
Simulasi kestabilan lereng (faktor keamanan)
Analisis kestabilan dan jenis proteksi lereng
Analisis estimasi biaya proteksi
Penulisan laporan Project Assignment
Selesai
Gambar 4.1. Tahapan Action for Improvement 17
Tabel 4.1. Action Plan s u t a t S 4 W
3 W
6 1 v o N 2 W i a p a c r k e e t y k o r a i p d t s k a t e i i l i a a v y a i o l u s t r e w k l p m d a s i e a d s j a t k i m a i a l m e v u a i u y t l s d k o e i a e r s d b p e s s s a h i a t a n t t a l i k i i v g d i v v i t n a t i t k a e k k : A L D A A n a g n a r e t e K
1 W
5 W
4 W
4 5
6 1 t k O
T
3 / 1 S T J S I S I
3 W
2 W
l l l l l l l l l l l l l l a a a a a a a a a a a a a a n u n u n u n u n u n u n u n u n u n u n u n u n u n u t t t t t t t t t t t t t t a a a a a a a a a a a a a a l c l c l c l c l c l c l c l c l c l c l c l c l c l c P A P A P A P A P A P A P A P A P A P A P A P A P A P A n g a , n d , o g a a t p l n n y o a u a e t f r e r r n n t l e i o n e b o e l i s t u a g g x i n s m i d p e n e s i a k t n i t r o s n e o g v i l p n I V i u a a t e I g i i s e r I s r o r I s o R o I g m O I l a k A i a r B d o A k s s B t h e p n a A e P o e g c a n l k a A g d d B y e l o t r B , j l a a n e t o e t o t i i o r t e a e k b b n P h p i a n a s f d n a y a i i a t r a a c g r l a o l r o i n o i D k e r p N v a L O
R T C T I P E
g n a b m a B , e i t n a D
a h a r g u N , e i t n a D
I S S T E J R P
y t i v i t c A
n a r o s g n o l i e v r u s n a d l a w a i s a t n e i r O
r o t k a r t n o k n a r o p a l y d u t s k s e D
a h a r g u N , e i t n a D
R A P n a d i g o l o e g a t e p y a l r e v o n a t a u b m e P
a h a r g u N , e i t n a D
i s a k o l t a n i d r o o k t o l P
n a f o S , e i t n a D
n a r o s g n o l i s a v r e s b O
e i t n a D
l i o s s i n e j n a d i r t e m o e g a t a d n a t a t a c n e P
e i t n a D
i g o l o e g r u t k u r t s a t a d n a l i b m a g n e P
n a f o S , e i t n a D
n a r o s g n o l i s a t n e m u k o D
e i t n a D
e i t n a D
e i t n a D
g n e r e l n a l i b a t s e k i s a l u m i S
t n e m e c r o f n i e r s i n e j n a d g n e r e l n a l i b a t s e k s i s i l a n A
g n e r e l i s k e t o r p a y a i b i s a m i t s e s i s i l a n A
g n u n a H , e i t n a D
I I I B A B n a s i l u n e P
g n u n a H , e i t n a D
g n u n a H , e i t n a D
V I I I B A B n a s i l u n e P
t n e m n g i s s A t c e j o r P n a r o p a l i s k e r o K
n a g w n n e a a i h a p v a r l l e a s i s v o a a m t n r n a e e i r d p O
a t a d n n a a l i g b n a m p a l g a n e P
a t a d n a h a l o g n e P
n a r o p a l n a s i l u n e P
g n i r o t n e M
) i 1 r a t r H a 0 P 1 (
) 2 i r t r a a H P ( 5
) 3 i r t r a a H P ( 6
) i 4 r a t r H a 1 P 1 (
) 5 i r t r a a H P ( 3
18
4.2. Pembahasan (Saving, Gain, dan Benefit) Dalam pengerjaan Project Assignment ini, pengerjaan dilakukan dengan tujuan menganalisis kestabilan lereng untuk memperoleh nilai faktor keamanan lereng serta menentukan jenis perkuatan (reinforcement) ler eng yang sesuai.
4.2.1. Kondisi geologi dan geoteknik lereng Gerakan tanah (mass movement) adalah gerakan perpindahan atau gerakan lereng dari bagian atas atau perpindahan massa tanah maupun batu pada arah tegak, mendatar atau miring dari kedudukan semula. Longsoran (landslide) merupakan bagian dari gerakan tanah, jenisnya terdiri atas jatuhan (fall), jungkiran (topple), luncuran (slide), nendatan (slump), aliran (flow), gerak horisontal atau bentangan lateral (lateral spread), rayapan (creep) dan longsoran majemuk.
Gambar 4.2.
Geometri longsoran rotasional (http://www.idahogeology.org/)
Longsoran yang terjadi pada titik STA 1+070 – 1+150 merupakan longsor rotasional (Gambar 4.2.), dimana tipe material merupakan tanah lapuk (regolith) dan tipe gerakan berupa nendatan tanah (earth slump). Bidang gelincir longsoran diasumsikan sebagai bidang circular. Pada longsoran di lapangan, teridentifikasi
19
bidang gelincir yang merupakan batas antara massa yang bergerak dan yang diam dengan kedalaman batas tersebut dari permukaan tanah dangkal (1,5 – 5 m). Tujuan pengamatan kondisi lereng pada STA 1+070 – 1+150 selain untuk mengetahui tipe longsoran yang terjadi pada stasiun longsor (Gambar 4.3.) juga dilakukan untuk mengetahui geometri aktual lereng, geometri longsoran serta jenis lapisan tanah penyusun lereng.
Gambar 4.3. Longsoran pada titik STA 1+070 – 1+150
Berdasarkan laporan Engineers’ Instruction Sinotech (2016), nilai parameter kohesi (c), sudut geser dalam (ɸ), dan berat jenis tanah (γ) diasumsikan sama pada seluruh tubuh lereng, dimana nilai parameter ini nantinya akan dimasukkan ke dalam simulasi kestabilan lereng. Sedangkan dari observasi di lapangan, penulis menemukan bahwa lapisan tanah penyusun lereng tidak homogen, melainkan terdiri dari dua jenis tanah yang berbeda. Lapisan tanah penyusun lereng pada STA 1+070 – 1+150 adalah tanah lanau-pasiran pada lapisan atas dengan ketebalan +/- 8m dan tanah lempung pada lapisan bawah dengan ketebalan > 4m. Batuan dasar (bedrock) berupa batupasir ditemukan pada lereng atas jalan dengan kondisi lapuk. Kondisi aktual pada kaki lereng telah diberikan proteksi berupa gabion, akan tetapi terdapat beberapa gabion yang telah terguling akibat penempatan gabion di atas tanah timbunan (Gambar 4.4.). 20
Gambar 4.4. Proteksi lereng berupa gabion pada lokasi longsoran
Pada lokasi longsoran, banyak teramati retakan-retakan (Gambar 4.5.) pada permukaan tanah dengan bukaan mencapai > 1m, baik berupa retakan radial maupun retakan transversal.
Gambar 4.5. Retakan-retakan pada lereng longsoran
21
Longsoran terjadi secara alamiah, karena faktor eksternal dan internal lereng. Faktor eksternal yaitu curah hujan yang tinggi setelah kemarau panjang, sehingga retakan-retakan yang telah terbentuk akan terisi air, kemudian air masuk ke pori-pori tanah sehingga akan menimbulkan pergeseran pada massa tanah. Air yang masuk ke pori-pori tanah menurunkan kohesi (c) dan sudut geser dalam ( ɸ) lereng akibat peningkatan kadar air tanah, sehingga gaya tarik-menarik antar butir tanah melemah dan material mengalami pergerakan. Selain itu, beban di atas lereng meningkatkan gaya pendorong yang menyebabkan terjadinya gerakan tanah.
U
Gambar 4.6. Peta geologi regional Cisokan (Sudjatmiko, 1972)
Berdasarkan peta geologi regional Cisokan (Gambar 4.6.), lokasi longsoran pada titik STA 1+070 – 1+150 (ditandai dengan kotak hitam) berada pada formasi Mtb (Formasi Citarum) dengan litologi berupa breksi dan batupasir. Berdasarkan kondisi geologi tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa faktor internal penyebab longsoran pada STA 1+070 – 1+150 dipengaruhi oleh kondisi tanah penyusun lereng yang berasal dari batuan sedimen klastik yang mudah lapuk dan terdegradasi, sehingga material tanah bersifat lepas dan tidak padat.
4.2.2. Penentuan faktor keamanan lereng Untuk menganalisis kestabilan lereng, perlu diketahui sistem tegangan yang bekerja pada tanah, serta sifat fisik dan mekanik dari tanah. Tegangan dalam keadaan alamiah antara lain, tegangan vertikal, tegangan horizontal, dan tekanan air 22
pori. Sedangkan sifat mekanik yang mempengaruhi kestabilan suatu lereng adalah kohesi (c), sudut geser dalam ( ɸ), dan berat isi (γ). Dalam simulasi yang dilakukan, kondisi lereng ditambahkan parameter road surcharge load berupa beban jalan sebesar 20 kN/m2 (laporan Engineer’s Instruction Sinotech, 2016). Pada prinsipnya, pada suatu lereng berlaku dua macam gaya, yaitu gaya yang membuat massa tanah bergerak (driving force) dan gaya yang menahan massa tanah (resisting force). Suatu lereng akan longsor apabila gaya penggeraknya lebih besar dari gaya penahannya. Faktor keamanan (Factor of Safety) merupakan rasio gaya penahannya (resisting force) dengan gaya yang bekerja di sepanjang lereng (driving force), sehingga apabila nilai gaya penahan lebih besar dari nilai tegangan yang bekerja pada lereng, maka lereng dapat dikatakan stabil. Sebaliknya, jika nilai gaya penahan lebih kecil dari nilai tegangan yang bekerja pada lereng, maka lereng dapat dikatakan tidak stabil atau terjadi longsor.
Faktor keamanan (FK) = Resisting Force Driving Force
dimana jika FK >1, lereng dianggap stabil, FK = 1, lereng dalam keadaan setimbang tetapi akan segera longsor jika mendapat sedikit gangguan, FK <1, lereng dianggap tidak stabil (Zakaria, 2011)
Dalam melakukan simulasi kestabilan lereng dengan menggunakan software Geostudio 2012, diperlukan beberapa nilai parameter yang mendukung pengerjaan dan analisis, antara lain kohesi (c), sudut geser dalam (ɸ), berat isi (γ) tanah, geometri lereng, ketebalan lapisan tanah penyusun lereng, tinggi muka air, nilai road surcharge, serta besaran beban vertikal (vertical load) yang bekerja pada lereng. Dalam pengerjaannya, tidak dilakukan analisis laboratorium untuk memperoleh nilai parameter fisik maupun mekanik tanah, oleh karena itu digunakan nilai parameter berdasarkan nilai referensi Engineers’ Instruction
23
Sinotech (2016) dan dari referensi lainnya yang berkaitan dengan analisis kestabilan lereng. Nilai faktor keamanan yang digunakan penulis dalam pengerjaan Project Assignment adalah faktor keamanan minimum kestabilan lereng untuk risiko menengah dan parameter minimum, yaitu terdapat konsekuensi terhadap manusia tetapi sedikit (bukan pemukiman), dan atau bangunan yang tidak begitu penting dan kondisi beban dengan gempa yaitu sebesar 1,20 (Tabel 4.2.). Oleh karena itu, digunakan nilai threshold faktor keamanan sebesar 1,20.
Tabel 4.2. Faktor keamanan yang direkomendasikan oleh Dirjen Pertambangan Umum Indonesia Resiko
Kondisi Beban
Parameter
Maksimum
Tinggi
Menengah
Rendah
Minimum
Teliti
Kurang Teliti
Teliti
Kurang Teliti
Dengan gempa
1.50
1.75
1.35
1.50
Tanpa gempa
1.80
2.00
1.60
1.80
Dengan gempa
1.30
1.60
1.20
1.40
Tanpa gempa
1.50
1.80
1.35
1.50
Dengan gempa
1.10
1.25
1.00
1.10
Tanpa gempa
1.25
1.40
1.10
1.20
Penentuan faktor keamanan lereng dilakukan dengan menggunakan software GeoStudio 2012, dimana dalam simulasi faktor keamanan menggunakan metode Limit Equilibrium dengan model Mohr-Coulomb. Algoritma pengerjaan simulasi kestabilan lereng dapat dilihat pada Lampiran 1. Simulasi dengan software GeoStudio 2012 dilakukan untuk mendapatkan nilai faktor keamanan lereng dengan kondisi apabila lereng tidak diproteksi (tanpa reinforcement) dan dengan reinforcement berupa pile, ground anchor, dan geosynthetic. Dalam simulasi, jika diperoleh nilai Factor of Safety > 1,20, maka lereng dianggap aman/stabil, sebaliknya jika diperoleh nilai Factor of Safety < 1,20, maka lereng dianggap tidak aman atau terjadi longsor. Deskripsi pengerjaan simulasi kestabilan lereng dapat 24
dilihat pada Lampiran 2, sedangkan tabulasi perbandingan nilai Factor of Safety dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 4.3. Tabulasi nilai Factor of Safety hasil simulasi (Geostudio 2012) Kondisi Lereng
Nilai Factor of Safety
Keterangan lereng
Tanpa proteksi
0,9
Tidak aman
Proteksi berupa pile
1,226
Aman
Proteksi berupa ground anchor
1,145
Tidak aman
Proteksi berupa geosynthetic
1,257
Aman
Berdasarkan
simulasi
kestabilan
lereng
menggunakan
software
GeoStudio 2012, diperoleh faktor keamanan sebesar 0,9 (lereng tidak aman) tanpa menggunakan perkuatan (reinforcement). Apabila dipasang perkuatan berupa pile, diperoleh faktor keamanan sebesar 1,226 (lereng aman). Pemasangan perkuatan berupa ground anchor pada lereng menghasilkan faktor keamanan sebesar 1,145 (lereng tidak aman). Sedangkan perkuatan berupa geosynthetic yang dipasang pada lereng menghasilkan faktor keamanan sebesar 1,257 (lereng aman). Asumsi kondisi lereng, metode dan model, serta nilai parameter yang digunakan terdapat pada Lampiran 2.
4.2.3. Rekomendasi reinforcement pada lereng Penentuan jenis reinforcement pada lereng dalam pengerjaan Project Assignment ini didasarkan pada beberapa faktor, yaitu faktor utama adalah besaran nilai faktor keamanan lereng dan faktor lainnya berupa kemudahan pemasangan atau instalasi proteksi. Berdasarkan simulasi kestabilan lereng yang telah dilakukan, diperoleh nilai faktor keamanan tertinggi pada lereng yang diberi perkuatan (reinforcement) berupa geosynthetic dan pile. Berdasarkan simulasi kestabilan lereng, dapat disimpulkan bahwa pada kondisi lereng yang sama, jika diberi beban road surcharge load sebesar 20 kN/m2 serta beban vertikal bekerja pada lereng, 25
maka lereng akan paling stabil (nilai faktor keamanan tertinggi) jika diberi reinforcement (perkuatan) berturut-turut berupa geosynthetic dan pile. Faktor lain dalam penentuan jenis proteksi lereng adalah kemudahan pemasangan atau instalasi. Pemasangan pile mencakup proses yang cukup lama, mencakup pengeboran, pembersihan lubang bor dari lumpur, pemasangan besi beton dan pipa tremi untuk pengecoran, serta pengecoran bore pile ke dala m lubang bor untuk pengerjaan satu bore pile saja. Dalam pengerjaan pemasangan bore pile ini, diperlukan waktu tambahan untuk mobilisasi alat bore pile, selain itu dipengaruhi oleh kelancaran droping material serta kesiapan pembuangan limbah hasil pengeboran. Untuk tiap interval yang diinginkan, pengeboran dilakukan berulang-ulang sampai kedalaman yang ditentukan, sehingga cukup memakan waktu. Selain itu, sebelum dilakukan pemasangan pile, harus dilakukan proses penyondiran dulu untuk menganalisis daya dukung tanah. Sedangkan proteksi lereng dengan geosynthetic memerlukan proses ekskavasi, pemadatan tanah, dan pemasangan geosynthetic, dimana geosynthetic ini pemasangannya relatif tidak rumit. Oleh karena itu, berdasarkan pertimbangan efisiensi waktu pengerjaan, pemasangan proteksi berupa geosynthetic diperkirakan akan lebih menghemat waktu. Pertimbangan lainnya adalah biaya pemasangan proteksi berupa pile akan lebih mahal dibandingkan dengan geosynthetic (Lampiran 3). Berdasarkan pertimbangan diatas, penulis menyarankan sebaiknya pada lereng longsoran diberi perkuatan berupa geosynthetic. Geosynthetic yang digunakan sebaiknya geotextile polyester (PET), mengingat geotextile PET tahan terhadap beban tarikan (tensile load) yang tinggi yaitu mencapai 1000 kN/m untuk kuat uniaksial dan mencapai 300 kN/m x 300 kN/m untuk kuat biaksial.
Gambar 4.7. Ilustrasi stabilisasi lereng dengan geosynthetic 26
4.2.4. Saving, Gain, dan Benefit Salah satu tujuan pengerjaan dan analisis kestabilan lereng adalah untuk merancang suatu lereng yang optimal dan memenuhi kriteria keamanan dan kelayakan ekonomis. Melalui simulasi untuk penentuan faktor keamanan lereng yang telah dilakukan, diharapkan penentuan jenis proteksi atau penanganan pada lereng dapat memberikan nilai ekonomis untuk perusahaan berupa penghematan atau efisiensi biaya penanganan lereng. Berdasarkan ajuan rekomendasi proteksi dan penanganan lereng dengan menggunakan gabion oleh konsultan (Cost Proposal Sinotech/Lampiran 3), maka diperlukan biaya yang sangat besar untuk menggunakan proteksi lereng jika menggunakan gabion. Penyelesaian masalah longsoran tanah pada Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan STA 1+070 – 1+150 apabila menggunakan perkuatan (reinforcement) berupa geosynthetic akan
menghemat
pengeluaran
atau
memberikan
saving
sebesar
Rp
388.316.401,76. Rincian mengenai perbandingan biaya yang dikeluarkan apabila menggunakan
perkuatan
atau
reinforcement
lereng
berupa
gabion
dan
geosynthetic dapat dilihat pada Lampiran 3. Dengan adanya pekerjaan proteksi lereng, khususnya pada titik prioritas longsoran di sepanjang Permanent Access Road, benefit yang diperoleh adalah berupa potensi segera dimulainya pekerjaan konstruksi PLTA Upper Cisokan oleh kontraktor.
27
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pengerjaan analisis kondisi geologi dan geoteknik lereng, penentuan faktor keamanan lereng, serta penentuan jenis reinforcement yang sesuai pada lereng longsoran di STA 1+070 – 1+150 Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut. 1. Longsoran tanah terjadi akibat faktor eksternal dan internal, antara lain curah hujan yang tinggi serta beban di atas lereng yang meningkatkan gaya pendorong, serta jenis material tanah yang bersifat lepas dan tidak padat. 2. Berdasarkan simulasi kestabilan lereng, diperoleh faktor keamanan sebesar 0,9 (lereng tidak aman) tanpa menggunakan perkuatan (reinforcement). Apabila dipasang perkuatan berupa pile, diperoleh faktor keamanan sebesar 1,226 (lereng aman), perkuatan berupa ground anchor pada lereng menghasilkan faktor keamanan sebesar 1,145 (lereng tidak aman). sedangkan perkuatan berupa geosynthetic yang dipasang pada lereng menghasilkan faktor keamanan sebesar 1,257 (lereng aman). 3. Berdasarkan hasil simulasi kestabilan lereng dan pertimbangan efisiensi waktu pemasangan proteksi serta biaya, perkuatan (reinforcement) yang paling sesuai adalah berupa geosynthetic, yaitu dengan faktor keamanan sebesar 1,257. 4. Penggunaan perkuatan lereng berupa geosynthetic dapat menghemat pengeluaran atau memberikan saving sebesar Rp 388.316.401,76. Selain itu, dengan adanya pekerjaan proteksi lereng khususnya pada titik prioritas longsoran di sepanjang Permanent Access Road, benefit yang diperoleh adalah berupa potensi segera dimulainya pekerjaan konstruksi PLTA Upper Cisokan oleh kontraktor. 5.2. Saran
Di dalam pengerjaan Project Assigment ini, penulis menyadari adanya kekurangan baik dari sisi teknis pengerjaan dari pengolahan data, sintesa, dan 28
analisis. Beberapa saran atau perbaikan yang dapat dilakukan yang berkaitan dengan penanganan lereng longsoran pada Permanent Access Road PLTA Upper Cisokan, antara lain : 1. Melakukan investigasi tambahan dan uji laboratorium untuk mendapatkan nilai parameter fisik maupun mekanik tanah di lokasi longsoran, sehingga analisis lebih akurat. 2. Melakukan kajian dan analisis geologi dan geoteknik lereng yang lebih terperinci, mengingat data parameter lapangan sangat diperlukan untuk analisis sehingga proteksinya lebih optimal.
29
DAFTAR PUSTAKA
Engineers’ Instruction Sinotech Engineering Consultants PLTA Upper Cisokan Pumped Storage. 2016. Hunt, R.E. 1984. Geotechnical Engineering Investigation Manual. McGrawHill Book Co., 984 p. Sudjatmiko. 1972. Peta Geologi Lembar Cianjur (1:100.000). Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Zakaria, Z. 2000. Peran Identifikasi Longsoran dalam Studi Pendahuluan Permodelan Sistem STARLET Untuk Mitigasi Bencana Longsor, YEAR BOOK MITIGASI BENCANA 1999. BPPT, hal. I.105 - I.123
Sumber internet : http://www.atcfa.net/SoilCompactionTrials2007, diakses tanggal 24 November 2016. http://www.geoace.com/e/acetex-nt-1.htm, diakses tanggal 12 November 2016. http://www.geoace.com/e/acetex-pet.htm, diakses tanggal 12 November 2016. http://www.idahogeology.org/, diakses tanggal 15 November 2016.
LAMPIRAN 1 DIAGRAM ALIR PENGERJAAN SIMULASI KESTABILAN LERENG Mulai
Menggambar lokasi entry and exit
Dimensi dan sudut lereng
Nilai surcharge load
Pembuatan geometri lereng
Menggambar surcharge load
Ketebalan soil, c, ɸ, γ
Nilai vertical point load
Pembuatan region soil Menggambar vertical point load
Ketinggian MAT?
Tidak
Ya
Parameter reinforcement
Analisa slope safety factor
Pembuatan piezometric line
Menampilkan safety map dari hasil analisa Data slip surface
Selesai
LAMPIRAN 2 SIMULASI ANALISIS KESTABILAN LERENG UNTUK PENENTUAN FAKTOR KEAMANAN LERENG LOKASI LONGSOR : STA 1+070 – 1+150
A. KONDISI LERENG TANPA REINFORCEMENT
Nilai Factor of Safety : 1,226
Nilai Factor of Safety : 0,9
KETERANGAN : Elevasi dan jarak dalam satuan meter (m). Skala vertikal sama dengan skala horizontal. Model yang digunakan adalah Mohr-Coulomb. Metode yang digunakan adalah limit equilibrium. Road surcharge load yang digunakan sebesar 20 kN/m2 dan vertical point load sebesar 300 kN (Engineers’ Instruction Sinotech, 2016). Lapisan tanah dibagi menjadi 2, yaitu lapisan atas (upper soil) dan lapisan bawah (lower soil) dengan keterangan sebagai berikut. -
o
Upper soil berupa pasir-lanau (sandy-silt soil) dengan parameter nilai kohesi (c) = 10 kPa, sudut geser dalam (Φ)= 25 , dan berat
-
3
jenis (γ ) = 19 kN/m . o
Lower s oil berupa lempung (clay soil) dengan parameter nilai kohesi (c) = 30 kPa, sudut geser dalam ( Φ) = 0 , dan berat 3
jenis (γ ) = 17,25 kN/m .
KETERANGAN : Elevasi dan jarak dalam satuan meter (m). Skala vertikal sama dengan skala horizontal. Model yang digunakan adalah Mohr-Coulomb. Metode yang digunakan adalah limit equilibrium. Road surcharge load yang digunakan sebesar 20 kN/m2 dan vertical point load sebesar 300 kN (Engineers’ Instruction Sinotech, 2016). Lapisan tanah dibagi menjadi 2, yaitu lapisan atas (upper soil) dan lapisan bawah (lower soil) dengan keterangan sebagai berikut. -
o
Upper soil berupa pasir-lanau (sandy-silt soil) dengan parameter nilai kohesi (c) = 10 kPa, sudut geser dalam (Φ)= 25 , dan berat
-
3
jenis (γ ) = 19 kN/m . o
Lower s oil berupa lempung (clay soil) dengan parameter nilai kohesi (c) = 30 kPa, sudut geser dalam ( Φ) = 0 , dan berat 3
jenis (γ ) = 17,25 kN/m .
B. KONDISI LERENG DENGAN REINFORCEMENT BERUPA PILE
Nilai Factor of Safety : 1,226
Keterangan : Elevasi dan jarak dalam satuan meter (m). Skala vertikal sama dengan skala horizontal. Model yang digunakan adalah Mohr-Coulomb. Metode yang digunakan adalah limit equilibrium. Road surcharge load yang digunakan sebesar 20 kN/m2 dan vertical point load sebesar 300 kN (Engineers’ Instruction Sinotech, 2016). Dalam simulasi digunakan 3 buah pile, dengan pile spacing = 2 m.
B. KONDISI LERENG DENGAN REINFORCEMENT BERUPA PILE
Nilai Factor of Safety : 1,226
Keterangan : Elevasi dan jarak dalam satuan meter (m). Skala vertikal sama dengan skala horizontal. Model yang digunakan adalah Mohr-Coulomb. Metode yang digunakan adalah limit equilibrium. Road surcharge load yang digunakan sebesar 20 kN/m2 dan vertical point load sebesar 300 kN (Engineers’ Instruction Sinotech, 2016). Dalam simulasi digunakan 3 buah pile, dengan pile spacing = 2 m.
C. KONDISI LERENG DENGAN REINFORCEMENT BERUPA GROUND ANCHORS
Nilai Factor of Safety : 1,145
Keterangan : Elevasi dan jarak dalam satuan meter (m). Skala vertikal sama dengan skala horizontal. Model yang digunakan adalah Mohr-Coulomb. Metode yang digunakan adalah limit equilibrium. Road surcharge load yang digunakan sebesar 20 kN/m2 dan vertical point load sebesar 300 kN (Engineers’ Instruction Sinotech, 2016). Dalam simulasi digunakan 3 buah anchor dengan anchor spacing = 2, tensile capacity = 2.000 kN.
C. KONDISI LERENG DENGAN REINFORCEMENT BERUPA GROUND ANCHORS
Nilai Factor of Safety : 1,145
Keterangan : Elevasi dan jarak dalam satuan meter (m). Skala vertikal sama dengan skala horizontal. Model yang digunakan adalah Mohr-Coulomb. Metode yang digunakan adalah limit equilibrium. Road surcharge load yang digunakan sebesar 20 kN/m2 dan vertical point load sebesar 300 kN (Engineers’ Instruction Sinotech, 2016). Dalam simulasi digunakan 3 buah anchor dengan anchor spacing = 2, tensile capacity = 2.000 kN.
D. KONDISI LERENG DENGAN REINFORCEMENT BERUPA GEOSYNTHETIC
Nilai Factor of Safety : 1,257
Keterangan : Elevasi dan jarak dalam satuan meter (m). Skala vertikal sama dengan skala horizontal. Model yang digunakan adalah Mohr-Coulomb. 2
Metode yang digunakan adalah limit equilibrium. Road surcharge load yang digunakan sebesar 20 kN/m dan vertical point load sebesar 300 kN (Engineers’ Instruction Sinotech, 2016). Dalam simulasi digunakan 5 buah geosynthetic, dengan tensile capacity = 450 kN.
D. KONDISI LERENG DENGAN REINFORCEMENT BERUPA GEOSYNTHETIC
Nilai Factor of Safety : 1,257
Keterangan : Elevasi dan jarak dalam satuan meter (m). Skala vertikal sama dengan skala horizontal. Model yang digunakan adalah Mohr-Coulomb. 2
Metode yang digunakan adalah limit equilibrium. Road surcharge load yang digunakan sebesar 20 kN/m dan vertical point load sebesar 300 kN (Engineers’ Instruction Sinotech, 2016). Dalam simulasi digunakan 5 buah geosynthetic, dengan tensile capacity = 450 kN.
LAMPIRAN 3 RINCIAN ANGGARAN PADA JENIS PROTEKSI BERUPA GABION ( A), PET WOVEN GEOTEXTILE (B), DAN PILE (C)
A. RINCIAN BIAYA PROTEKSI LERENG BERUPA GABION (Sumber : Cost Proposal Sinotech 2016) No. Item 1
excavation backfill
m
3
1249
Rate (in Rupiah) 39.502,05
2
re-bar
ton
4
11.716.723,57
46.866.894,28
3
gabion (2m x 1m x 1m) open excavation
m
3
1000
641.985,02
641.985.020,00
3
1109
27.080,04
30.031.764,36
nonwoven filtration geotextile compacted aggregate base
m
2
1136
36.107,50
41.018.120,00
3
115
1.509.950,00
173.644.250,00
4 5 6
Description
Unit
m
m
Quantity
Amount (in Rupiah) 49.338.060,45
LAMPIRAN 3 RINCIAN ANGGARAN PADA JENIS PROTEKSI BERUPA GABION ( A), PET WOVEN GEOTEXTILE (B), DAN PILE (C)
A. RINCIAN BIAYA PROTEKSI LERENG BERUPA GABION (Sumber : Cost Proposal Sinotech 2016) No. Item 1
excavation backfill
m
3
1249
Rate (in Rupiah) 39.502,05
2
re-bar
ton
4
11.716.723,57
46.866.894,28
3
gabion (2m x 1m x 1m) open excavation
m
3
1000
641.985,02
641.985.020,00
3
1109
27.080,04
30.031.764,36
m
2
1136
36.107,50
41.018.120,00
3
115
1.509.950,00
173.644.250,00
7
nonwoven filtration geotextile compacted aggregate base granular fill (sand)
3
77
1.011.010,00
77.847.770,00
8
fill gravel
m
3
142
1.864.460,00
264.753.320,00
9
m 68 100 mm ɸ HDPE Corrugated Pipe 150 mm ɸ HDPE m 79 Corrugated Pipe Total Amount (in Rupiah)
29.542,50
2.008.890,00
36.107,50
2.852.492,50
4 5 6
10
Description
Unit
m
m m
Quantity
Amount (in Rupiah) 49.338.060,45
1.330.346.581,59
B. RINCIAN BIAYA REINFORCEMENT LERENG BERUPA GEOSYNTHETIC (GEOTEXTILE) (sumber : http://www.geoace.com/e/acetex-pet.htm)
No. Item 1
Description
Unit
Quantity
3
8532
Rate (in Rupiah) 27.080,04
3
8532
39.502,05
337.031.490,60
2
108,00
31.249,40
3.374.935,20
2
770,25
45.955,00
35.396.838,75
967,75
45.955,00
44.472.951,25
1291,65
45.955,00
59.357.775,75
1481,25
45.955,00
68.070.843,75
1678,75
45.955,00
77.146.956,25
68
29.542,50
2.008.890,00
79
36.107,50
2.852.492,50
open excavation to spoil
m
2
soil backfill
m
3
soil compaction
m
4
m 9,75m x 79m polyester (PET) woven geotextile 2 m 12.25m x 79m polyester (PET) woven geotextile 2 m 16,35m x 79m polyester (PET) woven geotextile 2 m 18,75m x 79m polyester (PET) woven geotextile 2 m 21,25m x 79m polyester (PET) woven geotextile 100 mm ɸ HDPE Corrugated m Pipe 150 mm ɸ HDPE Corrugated m Pipe Total Amount (in Rupiah)
5 6 7 8 9 10
Amount (in Rupiah) 231.046.901,28
860.760.075,33