1. Vertebra rtebra servikali servikaliss atau ruas tulang leher leher adalah yang paling paling kecil. kecil. Kecuali Kecuali yang pertama dan kedua, yang membentuk terbentuk istimewa, maka ruas tulang leher pada umumnya mempunyai ciri sebagai berikut : badannya kecil dan persegi panjang, lebih panjang pa njang dari samping ke samping dari pada dari depan ke belakang. belak ang. Lengkungnya besar, prosesus spinosus atau taju duri di ujungnya memecah dua atau bifida. rosesus tranversusnya atau taju sayat berlubang ! lubang karena banyak foramina untuk lewatnya arteri vertebralis. Vertebra servikalis ketujuh adalah ruas yang pertama yang mempunyai prosesus spinosus tidak terbelah. rosesus ini mempunyai tuberkel "benjolan# pada ujungnya. $embuat gambaran yang yang jelas jelas di tengk tengkuk uk dan tampak tampak pada pada bagia bagian n bawah bawah tengk tengkuk. uk. Karen Karenaa ciri ciri khususnya ini maka tulang ini disebut vertebra prominens. %. Vertebra thorakalis thorakalis atau ruas ruas tulang punggung lebih lebih besar besar dari pada yang yang servikal dan sebelah sebelah bawah bawah lebih lebih besar. besar. &iri khas khas vertebra vertebra torakalis torakalis adalah adalah badannya badannya berbentuk lebar ! lonjong "bentuk jantung# dengan faset atau lekukan kecil di setiap sisi untuk menyambung iga, lengkungnya agak kecil, prosesus spinosus panjang dan mengarah ke bawah. 'edangkan prosesus tranversus, tran versus, yang membantu mendukung iga adalah tebal dan kuat serta memuat faset persendian untuk iga. (. Vertebra rtebra lumbal lumbalis is atau atau ruas ruas tulang tulang pingga pinggang ng adala adalah h yang yang terbe terbesar sar.. )ada )adanny nnyaa sangat besar dibandingkan dengan badan vertebra lainnya. rosesus spinosusnya lebar dan berbentuk seperti ginjal. rosesus transversusnya transversusnya panjang dan langsing. *uas kelima membentuk sendi dengan sacrum pada sendi lumbo ! sakral. +. + 'akru 'akrum m atau atau tulan tulang g kelan kelangka gkang ng berben berbentuk tuk segiti segitiga ga dan terleta terletak k pada pada bagia bagian n bawah kolumna vertebralis, terjepit diantara ke dua tulang inominata "tulang koa# ko a# dan memb membent entuk uk bagia bagian n belaka belakang ng rongga rongga pelvis pelvis "pangg "panggul ul#. #. -asar -asar dari dari sacrum sacrum terle terletak tak di atas atas dan dan bersen bersendi di denga dengan n verte vertebra bra lumb lumbali aliss kelim kelimaa dan dan memben membentuk tuk sendi sendi inter interver verte tebra brall yang yang khas. khas. api api anter anterio iorr dari dari basis basis sacrum sacrum membentuk promontorium sakralis. Kanalis sakralis terletak di bawah kanalis vertebralis vertebralis "saluran tulang belakang# dan memang lanjutan dari padanya. -inding kanalis sakralis berlubang ! lubang untuk dilalui saraf sakral. rosesus spinosus yang rudimeter dapat dilihat pada pandangan posterior dan sacrum. ermukaan anterior sacrum adalah cekung dan memperlihatkan empat gili ! gili melintang, yang menandakan tempat penggabungan kelima vertebra sakralis. ada ujung gili ! gili ini, di setiap sisi terdapat lubang / lubang kecil untuk dilewati urat ! urat
saraf. Lubang ! lubang ini disebut foramina. 0pe dari sacrum bersendi dengan tulang koksigeus. -i sisinya sacrum bersendi dengan illium dan membentuk sendi sakro iliaka kanan dan kiri. . Koksigeus atau tulang ekor terdiri atas empat atau lima vertebra yang rudimeter yang bergabung menjadi satu.-i atasnya ia bersendi dengan sacrum. 0natomi 'araf pudenda berasal di pleksus sakral , melainkan berasal serat nya dari rami ventral dari saraf sakralis kedua, ketiga, dan keempat "'%, '(, '+#. 2%3 4ni lewat di antara piriformis dan coccygeus otot dan daun panggul melalui bagian bawah foramen iskiadika . $elintasi tulang belakang dari iskium , dan reenters yang pelvis melalui foramen iskiadika minor . 4ni menyertai pembuluh pudenda interna ke atas dan ke depan sepanjang dinding lateral fossa iskiorektalis , yang terkandung dalam selubung dari fasia obturatorius disebut kanal pudenda . 'araf pudenda memberikan off saraf rektalis inferior . 'egera terbagi menjadi dua cabang terminal: pada saraf perineal , dan saraf dorsal penis "pada pria# atau saraf dorsal klitoris "pada wanita#. &abang -eskripsi 4nferior anal saraf diberikan tak lama setelah melewati foramen siatik lebih besar . erineum saraf lebih dangkal terminal cabang unggung saraf penis 5 saraf punggung klitoris lebih dalam terminal cabang, bepergian ke kavum perineal profunda 'krotum posterior saraf 5 posterior labial saraf osterior skrotum 5 labia osterior
saraf pudenda mungkin sebenarnya berasal dari dari saraf siatik . 2(3 0kibatnya, kerusakan pada saraf siatik dapat mempengaruhi saraf pudenda juga. &edera medula spinalis adalah cedera yang mengenai servikalis vertebralis dan lumbalis akibat dari suatu trauma yang mengenai tulang belakang. &edera medula spinalis adalah masalah kesehatan mayor yang mempengaruhi 16.666 sampai 66.666 orang di 0merika 'erikat, dengan perkiraan %6.666 cedera baru yang terjadi setiap tahun. 4nsiden tahunan spinal cord injury termasuk kematian pra/rumah sakit telah diperkirakan +(/77 per juta penduduk di 0merika 'erikat yang setara dengan sekitar %6.666 pasien setiap tahun. ")ernhard et al, %66# 'ekitar %68 dari pasien ini meninggal sebelum mereka diterima di rumah sakit. Kejadian spinal cord injury dikaitkan dengan prevalensi sekitar %66.666 pasien di 0merika 'erikat. -ari pasien '&4 ini 6/768 adalah antara 1 dan ( tahun usia, sedangkan +/1+8 berusia 1 tahun atau lebih muda. *asio kejadian pada pria dan wanita adalah +:1. 9stimasi biaya untuk perawatan Spinal cord injury di 0merika 'erikat adalah sekitar ' ; + miliar per tahun.
dan psikososial. "?hite @ humbikat, %61%#. ada kasus trauma ini, peran perawat sangat diperlukan untuk dapat membantu dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien dengan spinal cord injury baik saat prehospital management, fase hospital, maupun 5
rehabilitatif, sehingga masalah yang dihadapi oleh klien dapat teratasi dan terhindar dari komplikasi yang lebih lanjut.
Aisiologi 'araf pudenda innervates pada penis dan klitoris , bulbospongiosus dan otot ischiocavernosus , dan daerah sekitar skrotum , perineum , dan anus . ada klimaks seksual, kejang dalam hasil bulbospongiosus dan ischiocavernous di ejakulasi pada pria dan sebagian besar perasaan orgasme pada kedua jenis kelamin. atologi
'ulit melahirkan atau bersepeda 2+3 dapat memampatkan atau meregangkan saraf pudenda, menyebabkan kerugian sementara fungsi, tetapi cedera permanen jarang. Bebakan saraf sangat jarang tetapi dapat terjadi. 'ebuah tumor panggul "terutama besar teratoma sacrococcygeal #, atau operasi untuk menghilangkan tumor, dapat merusak saraf ini secara permanen. 'ebuah blok saraf pudenda , juga dikenal sebagai blok saraf sadel adalah prosedur obstetri umum untuk membius perineum selama persalinan. 23 erminal saraf motorik pudenda tes latency adalah prosedur diagnostik yang digunakan untuk mengukur lamanya waktu yang diperlukan untuk sphincter anus untuk merespon terhadap rangsangan listrik dari saraf pudenda menggunakan elektroda $ark 't. Latency motorik berkepanjangan bisa menjadi indikator tingkat kerusakan idiopatik dan melahirkan neurologis terkait dengan saraf pudenda, dan dapat memberikan beberapa indikasi mengenai pemulihan potensial. *adiologi 'araf pudenda sulit untuk memvisualisasikan pada rutin & atau $* pencitraan , namun di bawah bimbingan &, jarum dapat ditempatkan berdekatan dengan bundel neurovaskular pudenda. 'pina iskiadika, struktur mudah diidentifikasi pada & , digunakan sebagai tingkat injeksi. 'ebuah jarum tulang belakang maju melalui otot glutealis dan berkembang pesat dalam beberapa milimeter dari spina iskiadika. Kontras "C/ray dye# kemudian disuntikan, menyoroti saraf di kanal, membenarkan penempatan jarum yang benar. 'araf kemudian dapat disuntik dengan anestesi kortison dan lokal untuk mengkonfirmasi dan juga mengobati rasa sakit kronis pada genitalia eksterna "dikenal sebagai vulvodynia pada wanita#, nyeri panggul dan anorektal 2D3 273 -alam kasus yang jarang terjadi, saraf dapat dihancurkan dengan baik ablasi alkohol atau frekuensi radio.
Pleksus Lumbosakralis yang mempengaruhi bagian pinggul dan kaki. Merupakan anastomose cabang ventral n. spinalis lumbar ke 3 terakhir (L4, L5, L6 dan sacral kedua pertama (!", !#. $erikut sara% yang berasal dari pleksus Lumbosakral beserta daerah otot yang diinervasinya oleh masing&masing pleksus. !ara% 'tot yang dinervasi n. )emoralis, bercabang men*adi+
n. liospoas n. !aphenus m. psoas ma*or dan m. iliacus m. rectus %emoris, vastus medialis- m. pectineus, m. sartorius n. 'bturator m. adductor, m. pectineus, m. gracilis n. !ciatic, mempercabangkan !ciatic mayor epi posterior !ci atic di daerah articulatio co/o%emoralis n. 0utaneous posterior n. Peroneal n. ibialis m. obturator internus, m. gemellus, m. 1uadratus %emoris. m. bicep %emoris, m. semitendinosus, m. semimembranosus kulit daerah lateral tarsus dan metatarsus 2aerah pelvis m. gatrocnomius, innervasi m %le/or digitalis super%isialis dan pro%unda, m. popliteus, m. soleusn. n. luteus anterior m. luteus pro%unda n. luteus posterior m. luteus super%icial n. Metatarsal n. 2igitalis n. 2igitalis a/ial dorsal, medial dan lateral dr n . metatarsal super%icial. n. !acral 0abang ventral ke 3 sebagai n. pudic, ke 4 n. hemorrhoid posterior, ke 5 ke m. spinter ani e/ternus n. 0occygeal nervasi struktur ekor o !istem !ara% utonom !istem sara% otonom merupakan bagian dari sistem sara% peri%er dan mengontrol banyak organ serta muskulus di dalam tubuh. $erdasarkan si%at ker*anya, sistem sara% otonom dibedakan men*adi 3 kelompok yaitu + system sara% simpatik, system sara% parasimpatik, system sara% enterik (stuti, #. !ara% simpatik !ara% simpatik disebut *uga system sara% thorakolumbal karena menginervasi bagian thoraks dan lumbal memiliki ganglion yang terletak di sepan*ang tulang belakang yang menempel pada sumsum tulang belakang, sehingga memilki serabut pra& ganglion pendek dan serabut post ganglion yang pan*ang. !erabut pra&ganglion yaitu serabut sara% yang yang menu*u ganglion dan serabut sara% yang keluar dari ganglion disebut serabut post&ganglion. $adan neuron yang men*ulurkan serabut preganglionar simpatetik terletak di semua segmen torakal, dan lumbal " dan #. 7euron&neuron tersebut menduduki kornu laterale substansia grisea medula spinalis, dan dikenal sebagai kolumna intermediolateralis. !erabut&serabut preganglionar meninggalkan medula spinalis bersama&sama dengan radiks ventralis setinggi %oramen intervertebrale menggabungkan diri dengan radiks dorsalis untuk menyusun sara% spinal. Pada tempat itu *uga, mereka meninggalkan sara% spinal sebagai rami komunikantes alba dan menu*u trunkus simpatikus. runkus ini tersusun oleh sepasang rantai di kedua belah sisi tulang belakang. 2an rantai itu terdiri dari ganglion&ganglion yang bersambung satu dengan yang lain melalui *uluran&*uluran mereka. Pada umumnya ditemukan 3 pasang ganglion di daerah servikal, "# pasang di daerah torakal, 5 pasang di daerah lumbal, # pasang di daerah sakral dan satu ganglion tunggal di garis tengah os koksigis. !erabut&serabut preganglionar tidak semuanya berakhir pada ganglion yang setingkat, banyak *uga yang berakhir di ganglion yang terletak beberapa segmen lebih atas atau lebih ba8ah. !ebagian lagi mele8ati sa*a ganglion trunkus simpatikus untuk meneruskan per*alanannya ke ganglion&ganglion yang terletak d i organ dalam. anglion yang terletak di kedua sisi tulang belakang disebut ganglion paavertebrale, dan ganglion yang terletak dekat dengan organ dalam disebut ganglion prevertebrale. 9edua ganglion tersebut men*ulurkan serabut yang disebut sebagai postganglioner. $erbeda dengan serabut preganglioner yang memiliki selubung mielin, serabut postganglioner ini tidak bermielin (:andee, #;. •
!ara% Parasimpatik !ara% Parasimpatik atau disebut *uga kraniosakral karena sistem sara% t ersebut menginervasi bagian cranial dan sacral. $erupa susunan sara% yang berhubungan dengan ganglion yang tersebar di seluruh tubuh. !ebelum sampai pada organ serabut sara% akan mempunyai sinaps pada sebuah ganglion seperti pada bagan berikut. !ara% parasimpatik memiliki serabut pra& ganglion yang pan*ang dan serabut post&ganglion pendek. Preganglionik parasimpatik sistem sara% timbul dari sel bodies dari inti motorik nervus kranialis , :, <, < pada batang otak dan dari segmen korda spinalis sacral kedua, ketiga, dan keempat. 2isebut *uga sebagai *alur kranio& spinal=kranoisakral. !erabut preganglionik ber*alan hampir ke semua organ yang dipersara%i, dan sinap pada ganglia yang dekat atau berada pada organ tersebut, meningkatkan impuls ke serabut postganglionik yang mempersara%i *aringan yang sesuai. !el ganglion dapat terorgansisir men*adi satu (misal + Pleksus mienterikus pada usus h alus atau dapat *uga di%us (misal + :esica urinaria, pembuluh darah. !erabut preganglionik terbanyak pada nervus vagus (0unningham, ##. 7ervus kranialis , :, dan < mempengaruhi pupil dan sekresi glandula salivarius, sementara nervus vagus (< memba8a serabut sara% ke *antung, paru, lambung, upper intestine dan ureter. !erabut sacral membentuk pleksus yang menginervasi colon distal, rektum, vesica urinaria, dan organ reproduksi. !ara% simpatik dan parasimpatik beker*a pada e%ektor yang sama tetapi pengaruh ker*anya berla8anan sehingga keduanya bersi%at antagonis (:andee, #;. •
Pl ek s usl umbos ak r al :mens upl ai i mpul ss ens or i danmot or i kk eot otdankul i tper i neum,r egi ogl ut eal , p ah a,k ak i d ant u ng ka i .
Patofisiologi
Kerusakan medulla spinalis berkisar dari kamosio sementara "pasien sembuh sempurna# sampai kontusio, laserasi dan kompresi substansi medulla, "lebih salah satu atau dalam kombinasi# sampai transaksi lengkap medulla "membuat pasien paralisis#. )ila hemoragi terjadi pada daerah medulla spinalis, darah dapat merembes ke ekstradural subdural atau daerah subaracnoid pada kanal spinal, segera sebelum terjadi kontusio atau robekan pada cedera, serabut/serabut saraf mulai membengkak dan hancur. 'irkulasi darah ke medulla spinalis menjadi terganggu, tidak hanya ini saja tetapi proses patogenik menyebabkan kerusakan yang terjadi pada cidera medulla spinalis akut. 13
Eubungan pelepasan neurotransmiter terhadap cedera seluler telah diteliti baik pada cedera kepala maupun cedera spinal. Kebanyakan penyelidikan awal terpusat pada turunan asam amino eksitasi yaitu glutamat dan aspartat. erdapat pelepasan dramatis glutamat dan aspartat hingga D kali kadar normal, dimana konsentrasi ini cukup untuk membunuh neuron. Eal ini dapat terjadi hingga 1 jam setelah cedera. erbedaan peningkatan spesies asam amino mendukung bahwa aktivitas neuron lebih berperan daripada lisis sel. )erbagai model telah menunjukkan disfungsi ekstremitas dapat terjadi ketika cord terpapar asam amino eksitasi. )eberapa tipe reseptor kemungkinan berperan pada cedera sekunder pada spinal cord, termasuk reseptor kainate dan FuisFualate, yang mengontrol saluran untuk sodium "natrium# influ dan potassium "kalium# efflu, serta reseptor G/methyl/-/aspartate "G$-0# yang memiliki saluran untuk natrium dan kalium dan saluran untuk calcium influ. 0kumulasi kalsium intraseluler dengan kalium efflu telah diamati pada pada '&4 eksperimental. 0wal dari pembengkakan neuron berhubungan dengan natrium influ, dimana dimana disintegrasi neuron disebabkan oleh calcium influ. )aik antagonis kompetitif seperti (/"%/carboypiperaHin/+/yl#/propyl/1/ phosphoric acid dan aminophosphoheptanoates, serta antagonis nonkompetitif seperti phencyclidine, ketamin, magnesium, detrorphan, dan $K/I61 telah menunjukkan dapat menurunkan cedera neurologis sekunder. 'ubstansi lain yang berperan adalah peptida opioid. -ynorphin, beta/endorphin, leu/enkephalin, dan met/enkephalin bersifat aktif pada reseptor kappa, mu, dan delta.
2.6 Manifestasi Klinis
Jejala bervariasi tergantung pada lokasi cedera. &edera tulang belakang menyebabkan kelemahan dan hilangnya rasa pada lokasi cidera dan di bawahnya. 'eberapa berat gejala yang ditimbulkan tergantung pada apakah seluruh corda spinalis cidera berat, (complete) atau hanya terluka sebagian (incomplete). )erikut adalah gejala yang timbul sesuai dengan lokasi cidera: ")himji, %61+# 1. Cervical (Neck) Injuries Ketika cedera tulang belakang terjadi pada daerah leher, gejala dapat mempengaruhi lengan, kaki, dan bagian tengah tubuh. Jejala/gejala dapat terjadi pada satu atau kedua sisi tubuh. Jejala juga dapat mencakup kesulitan bernapas dari kelumpuhan otot/otot pernapasan, jika cedera yang terjadi setinggi5diatas leher. 2. Thoracic (Chest Level) Injuries Ketika cedera tulang belakang terjadi pada level dada, gejala dapat mempengaruhi kaki. &edera yang terjadi pada cervical atau high thoracic spinal cord juga dapat mengakibatkan masalah tekanan darah, berkeringat abnormal, dan kesulitan mempertahankan suhu tubuh normal. . Lum!ar Sacral (Lo"er #ack) Injuries Ketika cedera tulang belakang terjadi pada level punggung bawah, gejala dapat mempengaruhi satu atau kedua kaki, serta otot/otot yang mengontrol usus dan kandung kemih. &edera pada lumbar vertebra pertama dan di bawahnya tidak menyebabkan cedera tulang belakang "'&4#. Gamun, mereka dapat menyebabkan sindrom cauda eFuina yang trejadi cedera pada akar saraf di daerah ini. Benis cedera tulang belakang yang seperti ini merupakan keadaan darurat medis dan membutuhkan operasi segera. anda dan gejala umum: ")himji, %61+# 1. eningkatan tonus otot " spastisitas # %. Kehilangan kontrol bowel dan bladder "konstipasi, inkontinensia, dan bladder spasms# (. Kekebasan (num!ness) +. perubahan sensori . nyeri D. Kelemahan dan kelumpuhan "paralysis# 15
2.7 Pemeriksaan Penunjang
1. Eaemoglobin and haematocrit levels untuk memonitor kadar kehilangan darah %. *enal function and electrolytes: dehidrasi. (. urinalisis untuk mendeteksi terkait cedera genitourinary +. C/ray : encitraan diagnostik dimulai dengan sinar / C dari wilayah yang terkena dampak dari tulang belakang. -i beberapa tempat, & scan telah menggantikan plain C/ray dan menampilkann lokasi fraktur yang terlewat saat /ray. 'erangkaian pemeriksaan trauma C / ray biasanya pertama kali dilakukan "cervical spine, chest and pelvis#. ( standart views untuk pemeriksaan cervical spine yang direkomendasikan adalah anteroposterior, lateral and odontoid. . $*4 Araktur &D dengan !urst component. 0# pemeriksaan radiografi "/ray# lateral view dari cervical spine. )# pemeriksaan & scan aial. pemeriksaan $*4 "%/weighted sagittal# menunjukkan fraktur yang meluas di tiga kolumna vertebralis menyebabkan cidera yang ekstensif pada corda spinalis "!ri$ht si$nal dalam cord#. erubahan sinyal terang (!ri$ht si$nal) di sepanjang & anterior dari badan vertebra "panah# menunjukkan kerusakan ligament . 9lemen posterior dari &+ terlihat fraktur "panah#. & scan yang paling baik dan berguna dalam menggambarkan cedera tulang, sedangkan $*4 membantu untuk mengidentifikasi tingkat kerusakan corda dan ligament "humbikat et al, %66=# D. & myelography Bika lateral cervical radiograph dan & scan negative, $*4 merupakan pilihan investigasi untuk menyingkirkan ketidakstabilan. asien dengan focal neurological signs, yang dibuktikan dengan cord atau disc injury, and pasien yang membutuhkan pemeriksaan pre/operative 'ebelum dikakukan operasi. ?hole spine $*4 diindikasikan untuk multilevel atau ligamentous injuries, dan cauda eFuine injuries. $*4 merupakan pilihan terbaik untuk pemeriksaan suspected spinal cord lesions, cord compressions, vertebral fractures pada multiple levelsdan ligamentous 16
injuries atau soft tissue injuries lain maupun pathology. $*4 digunakan untuk mengevaluasi soft tissue lesions, seperti etradural spinal haematoma, abscess atau tumour, spinal cord haemorrhage, contusion and5or oedema. Geurological kerusakan biasanya disebabkan karena secondary injury, resulting in oedema and5or haemorrhage. $*4 adalah gambar diagnostik terbaik untuk menggambarkan perubahan ini. "idy, %61+# 2.8 Penatalaksanaan -idalam penatalaksanaan trauma spinal ada dua hal yang sangat penting yaitu, 4nstabilitas dari Kolumna Vertebralis "'pinal 4nstability# dan Kerusakan jaringan saraf, baik yang terancam maupun yang sudah terjadi "actual and potential neurologic injury# "Eanafiah, %667#. ang dimaksud dengan instabilitas kolumna vertebralis "spinal instability# ialah hilangnya hubungan normal antara strukturstruktur anatomi dari kolumna vertebralis sehingga terjadi perubahan dari fungsi alaminya. Kolumna vertebralis tidak lagi mampu menahan beban normal. -eformitas yang permanen dari kolumna vertebralis dapat menyebabkan rasa nyeri> keadaan ini juga merupakan ancaman untuk terjadinya kerusakan jaringan saraf yang berat "catastrophic neurologic injury#. 4nstabilitas dapat terjadi karena fraktur dari korpus vertebralis, lamina dan atau pedikel. Kerusakan dari jaringan lunak juga dapat menyebabkan dislokasi dari komponen komponen anatomi yang pada akhirnya menyebabkan instabilitas. Araktur dan dislokasi dapat terjadi secara bersamaan. erdapat lima prinsip/prinsip utama penatalaksanaan trauma spinal yaitu: immobilisasi, stabilisasi medis, mempertahankan posisi normal vertebrae, dokempresi dan stabilisasi spinal, serta rehabilitasi. "Eanafiah, %667# 1. 4mmobilisasi indakan immobilisasi harus sudah dimulai dari tempat kejadian5kecelakaan sampai ke unit gawat darurat.. ang pertama ialah immobilisasi dan stabilkan leher dalam posisi normal> dengan menggunakan %cervical collar% . &egah agar leher tidak terputar (rotation). )aringkan penderita dalam posisi terlentang "supine# pada tempat5alas yang keras. asien diangkat5dibawa dengan cara ‖& men li't ‖ atau menggunakan %o!inson%s orthopaedic stretcher% %. 'tabilisasi $edis erutama pada penderita tetraparesis5etraplegia. a. eriksa vital signs b. asang Mnasogastric tubeM c. asang kateter urin d. 'egera normalkan Mvital signsM. ertahankan tekanan darah yang normal dan perfusi jaringan yang baik. )erikan oksigen, monitor 17
produksi urin, bila perlu monitor )J0 "analisa gas darah#, dan periksa apa ada neurogenic shock. emberian megadose $ethyl rednisolone 'odium 'uccinate dalam kurun waktu D jam setaleh kecelakaan dapat memperbaiki konntusio medula spinalis. (. $empertahankan posisi normal vertebra " ‖Spinal li$nment ‖# )ila terdapat fraktur servikal dilakukan traksi dengan &ruthfield tong atau Jardner/ ?ells tong dengan beban %. kg perdiskus. )ila terjadi dislokasi traksi diberikan dengan beban yang lebih ringan, beban ditambah setiap 1 menit sampai terjadi reduksi. +. -ekompresi dan 'tabilisasi 'pinal )ila terjadi Mreali$nment M artinya terjadi dekompresi. )ila MrealignmentM dengan cara tertutup ini gagal maka dilakukan Mopen reductionM dan stabilisasi dengan MapproachM anterior atau posterior. . *ehabilitasi. *ehabilitasi fisik harus dikerjakan sedini mungkin. ermasuk dalam program ini adalah %!ladder trainin$% , %!o"el trainin$% , latihan otot pernafasan, pencapaian optimal fungsi ! fungsi neurologik dan program kursi roda bagi penderita paraparesis5paraplegia. Eal/hal yang harus diperhatikan pada kasus trauma spinal adalah sebagai berikut: 1. enanganan trauma spinal telah dimulai sejak di tempat kejadian. %. roteksi terhadap Mcervical spineM merupakan hal yang sangat penting (. $obilisasi penderita ke rumah sakit harus dilaksanakan dengan cara yang benar. +. enatalaksanaan trauma spinal harus menurut prinsip/prinsip baku yang telah dianut. . indakan operasi dan instrumentasi banyak menolong penderita dari cacat neurologik yang berat. "Eanafiah, %667# 18
Jambar %.7 0lgoritma 'pinal &ord 4njury menurut .'. Gational Library of $edicine, Gational 4nstitute of Eealth. i. lakukan pengkajian terhadap faktor risiko adanya spinal cord injury, yaitu a. terdapat luka tusuk dan tembak b. terdapat luka terbuka5 langsung pada wajah, leher, atau punggung "misal karena kecelakaan# c. kecelakaan saat menyelam d. sengatan listrik e. putaran yang ekstrim pada tulang belakang f. cedera olahraga "mendarat di kepala# 19
g. pukulan yang kuat dan besar pada kepala atau dada "kecelakaan mobil, jatuh dari ketinggian# ii. jika tidak: mulailah untuk memberi pendidikan kesehatan a. 0njurkan untuk melakukan tindakan sa'ety precautions: memakai helm, seat!elts* menghindari prilaku berisiko. b. $encegah faktor risiko: mengindari mabuk saat mengemudi, penyalagunaan alcohol dan obat/ obatan terlarang, bahaya industry, berenang dikolam dangkal atau sedikit air tanpa diketahui, berada ditempat tak berpagar. iii. jika iya: kaji adanya a. posisi kepala yang tidak seperti biasa "abnormal# b. mati rasa atau kesemutan yang menjalar ke bawah lengan atau kaki c. kelemahan d. kesulitan berjalan e. paralisis lengan atau kaki f. tidak ada control baldder dan bowel g. syok: pucat, kulit lembab, dimgin, bibir dan kuku kebiruan, bertindak kebingungan, atau setengah sadar h. tidak sadar i. kaku leher, sakit kepala, sakit leher iv. -iagnose ditegakkan, bahwa terdapat spinal cord injury. )uat perencanaan tindakan mengenai perkembangan dan persyaratan untuk rehabilitasi> diskusikan mengenai prosedur diagnostic, pemeriksaan radiologis. antau adanya tanda gejala dari komplikasi: autonomic disrefleia, neurogenic syok. -iskusikan menganai medikasi: steroid, atropine, vasopressor. astikan untuk membuat strategi untuk mencegah terjadinya komplikasi akibat i mmobilisasi v. Lalu kaji apakah pasien berpotensi unstable. Bika iya, buat rencana perawatan mengenai potensial komplikasi: nurogenik syok. 0utonomic disrefleia, spinal syok> rencana perawatan untuk hipoventilasi, pneumonia, sepsis, fraktur, neuro$enic !ladder , konstipasi, ileus pain* disuse syndrome. 2.9 Komplikasi
1. erubahan tekanan darah yang ekstrim (autonomic hyperre'le+ia) %. Chronic kidney disease (. Komplikasi dari immobilisasi, -eep vein throm!osis Lun$ in'ections Skin !reakdo"n Muscle contractures