TEORI IKATAN VALENSI Teori ini dapat menjelaskan menjelaskan tentang : 1. Pembentukan
ikatan
antara
atom
pusat dengan ligan-ligan. 2. Kemagnetan dan kestabilan senyawa kompleks. Dalam teori ini mencakup dua konsep penting yaitu EKSITASI dan HIBRIDISASI. HIBRIDISASI. Teori
ikatan
valensi
dikembangkan
pertama kali oleh Linus Pauling sekitar tahun 1930. Berdasarkan teori ini senyawa koordinasi (senyawa kompleks) dianggap terbentuk dari reaksi antara asam Lewis (atom pusat) dengan basa Lewis (ligan-ligan) melalui ikatan kovalen koordinasi antara keduanya.
Di dalam senyawa kompleks, atom pusat memiliki bilangan koordinasi tertentu. Struktur
senyawa
koordinasi
dengan
bilangan koordinasi 2 sampai 6 diberikan pada tabel di bawah ini. BK
Struktur
2 Linear
Contoh +
-
[Ag(NH3)2] , Ag(CN)2] -
3 Segitiga datar [HgCl3] , [AgBr(PPh3)2] 4 Tetrahedral Tetrahedral
2-
2+
[NiCl4] , [Zn(NH3)4] 2-
2-
4 Bujur sangkar [Ni(CN)4] , [Pt(CN)4] 5 Trigonal
3-
[CuCl5] , [Fe(CO)5]
bipiramidal 6 Oktahedral Oktahedral
3-
3-
[CoF6] , [Fe(CN)6]
Berdasarkan teori ikatan valensi, struktur senyawa koordinasi berhubungan erat dengan susunan dalam ruang dari orbitalorbital atom pusat yang digunakan dalam pembentukan pembentukan ikatan.
-
Contoh : ion [Ag(CN) 2] +
10
0
0
Konfigurasi Ag : [Kr] 4d 5s 5p
-
Pada pembentukan ion [Ag(CN) 2] dua ligan
-
CN mendonorkan
dua
PEB
(pasangan elektron bebas). Apabila dua PEB tersebut menempati orbital 5s dan salah satu orbital 5p dari atom +
Ag maka panjang ikatan berbeda (panjang ikatan menggunakan 5s<5p).
Apabila dua PEB tersebut menempati +
dua dari tiga orbital 5p pada ion Ag , maka dua ikatan Ag-C yang ada akan memiliki panjang yang sama dan membentuk bentuk
o
sudut -
[Ag(CN)2]
90 yang
sehingga diperoleh
adalah huruf V
Fakta
eksperimen
menunjukkan
bahwa dua ikatan Ag-C yang terdapat pada
ion
-
[Ag(CN)2] adalah sama
panjang yaitu 213 pm dan sudut
o
ikatan C-Ag-C sebesar 180 . Hal ini menunjukkan
bahwa
pada
pembentukan ikatan antara ion Ag -
+
+
dengan dua ligan CN , ion Ag tidak menggunakan orbital 5s dan salah satu dari tiga orbital 5p, atau dua dari tiga orbital 5p yang ada, melainkan menggunakan dua orbital yang sama jenis
dan
tingkat
energinya
dan
posisinya berlawanan arah. dst. Jadi:
Apabila
dikaji
semua
contoh
senyawa yang terdapat dalam tabel tampak
bahwa
pada
pembentukan
ikatan-ikatannya,
atom
pusat
menggunakan
orbital
s,
p
tidak
dan
d,
melainkan menggunakan orbital-orbital yang sama jenisnya dengan tingkat energi yang sama pula.
Orbital-orbital ini yang disebut ORBITALORBITAL HIBRIDA yang diperoleh melalui proses hibridisasi. Hibridisasi adalah proses pembentukan orbital-orbital hibrida dengan tingkat energi yang sama melalui kombinasi linear dari dari orbital-orbital atom yang berbeda dengan tingkat energi yang berbeda pula. Orbital-orbital
yang
mengalami
hibridisasi tersebut adalah milik dari atom pusat. Jumlah orbital hibrida dari
proses
hibridisasi
yang terbentuk adalah
sama
dengan jumlah orbital-orbital atom yang terlibat dalam hibridisasi.
Berikut adalah Jenis hibridisasi, orbital atom yang terlibat, jumlah dan jenis orbital hibrida yang terbentuk serta susunannya dalam ruang. Orbital Hibri atom disasi yang terlibat Sp 1 orbital s dan 1 orbital p (px) 2 sp 1 orbital s dan 2 orbital p (px, py) 3
sp
2
dsp
1 orbital s dan 3 orbital p (px, py) 1 orbital d(dx2-y2), 1
Jumlah dan Susunan jenis orbital dalam hibrida yang ruang terbentuk 2 orbital Berlawanan hibrida sp arah
3 orbital 2 hibrida sp
4 orbital 3 hibrida sp
4 orbital 2 hibrida dsp
Mengarah pada pojokpojok segitiga sama sisi Mengarah pada pojokpojok tetrahedral Mengarah pada pojok-
3
dsp atau 3 sp d
2
3
d sp atau 3 2 sp d
orbital s dan 2 orbital p (px, py) 1 orbital d(dz2), 1 orbital s dan 3 orbital p (px, py, pz) 2 orbital d (dx2-y2, dz2), 1 orbital s dan 3 orbital p (px, py, pz)
pojok bujur sangkar
5 orbital Mengarah 3 hibrida dsp pada pojok3 atau sp d pojok trigonal bipiramidal 6 orbital hibrida 2 3 d sp atau 3 2 sp d
Mengarah pada pojokpojok oktahedral
2 orbital hibrida sp dengan posisi berlawanan
2
3 orbital hibrida sp mengarah pada pojok pojok segitiga sama sisi
3
4 orbital hibrida sp mengarah pada pojok pojok tetrahedral
2
4 orbital hibrida dsp mengarah pada pojok pojok bujur sangkar
3
5 orbital hibrida dsp mengarah pada pojok pojok trigonal bipiramidal
2
3
3 2
6 orbital hibrida d sp atau sp d mengarah pada pojok pojok oktahedral
Hubungan antara bilangan koordinasi atom pusat, jenis hibridisasi dan struktur kompleks. BK Hibri Struktur disasi Kompleks 2 sp Linear 2
-
[Ag(CN)2] -
3 sp
Trigonal Planar [HgCl3]
3
4 sp
Tetrahedral 2
4 dsp
Bujur sangkar
3
5 sp d 3
5 dsp
3 2
6 sp d 2
Contoh
3
6 d sp
Trigonal bipiramidal Trigonal bipiramidal Oktahedral Oktahedral
2-
[NiCl4]
2-
[Ni(CN)4] 3-
[CuCl5]
[Fe(CO)5] 3-
[CoF6]
3-
[Co(CN)6]
PEMBENTUKAN SENYAWA KOMPLEK A. Tanpa Melibatkan Proses Eksitasi Langkah-langkah
yang
untuk
menjelaskan
senyawa
kompleks
dilakukan
pembentukan
tanpa
melibatkan
proses eksitasi : 1. Menuliskan konfigurasi elektron dari atom pusat pada keadaan dasar, 2. Menuliskan konfigurasi elektron dari atom pusat pada keadaan hibridisasi, 3. Menuliskan konfigurasi elektron dari atom pusat sesudah adanya donasi
pasangan-pasangan
elektron bebas (PEB) dari liganligan.
Contoh : 1.
-
[Ag(CN)2] ,
Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari -
kompleks [Ag(CN)2] adalah paling rendah apabila -
tolakan antara dua ligan CN minimal. Hal ini terjadi -
apabila dua ligan CN posisinya berlawanan, sehingga -
kompleks [Ag(CN)2] memiliki struktur linear. (Sesuai dengan fakta eksperimen). Di samping itu, ion -
[Ag(CN)2] bersifat diamagnetik. Oleh karena itu pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi sp
Sifat
diamagnetik
dari
kompleks
-
[Ag(CN) 2]
ditunjukkan dengan berpasangannya semua elektron yang terdapat pada atom pusatnya.
2.
[AgBr(PPh3)2]
Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari kompleks [AgBr(PPh3)2], adalah paling rendah apabila tolakan antara dua ligan PPh 3 dan sebuah ligan Br
-
minimal. Hal ini terjadi apabila tiga ligan tersebut posisinya sejauh mungkin yaitu terletak pada pojokpojok
trigonal
[AgBr(PPh3)2]
planar,
memiliki
sehingga
struktur
kompleks
trigonal
planar.
(Sesuai dengan fakta eksperimen). Di samping itu, kompleks [AgBr(PPh3)2] bersifat diamagnetik. Oleh karena itu pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi sp
Sifat
2
diamagnetik
dari
kompleks
[AgBr(PPh 3)2]
ditunjukkan dengan berpasangannya semua elektron yang terdapat pada atom pusatnya.
3.
2-
[NiCl4]
Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari 2-
kompleks [NiCl4] , adalah paling rendah apabila -
tolakan antara empat ligan Cl minimal. Hal ini terjadi apabila
empat
ligan
tersebut
posisinya
sejauh
mungkin yaitu terletak pada pojok-pojok tetrahedral, sehingga
kompleks
2-
[NiCl 4]
memiliki
struktur
tetrahedral. (Sesuai dengan fakta eksperimen). Di 2-
samping itu, kompleks [NiCl4] bersifat Paramagnetik yang
kemagnetannya
setara
dengan
adanya
2
elektron yang tidak berpasangan. Oleh karena itu pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi sp
3
2-
Sifat Paramagnetik dari kompleks [NiCl 4] ditunjukkan dengan adanya dua elektron yang tidak berpasangan pada orbital 3d atom pusatnya.
3-
4.
[CuCl5]
Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari 3-
kompleks [CuCl 5] , adalah paling rendah apabila -
tolakan antara lima ligan Cl minimal. Hal ini terjadi apabila lima ligan tersebut posisinya sejauh mungkin yaitu terletak pada pojok-pojok trigonal bipiramidal, 3-
sehingga kompleks [CuCl 5] memiliki struktur trigonal bipiramidal. (Sesuai dengan fakta eksperimen). Di 3-
samping itu, kompleks [CuCl 5] bersifat Paramagnetik yang
kemagnetannya
setara
dengan
adanya
1
elektron yang tidak berpasangan. Oleh karena itu pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi 3
sp d
Sifat
Paramagnetik
dari
kompleks
3-
[CuCl 5]
ditunjukkan dengan adanya satu elektron yang tidak berpasangan pada orbital 3d atom pusatnya.
5.
3-
[FeCl6] ,
Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari 3-
kompleks [FeCl6] , adalah paling rendah apabila -
tolakan antara enam ligan Cl minimal. Hal ini terjadi apabila enam ligan tersebut posisinya sejauh mungkin yaitu terletak pada pojok-pojok oktahedral, sehingga kompleks
3-
[FeCl6] memiliki
struktur
oktahedral.
(Sesuai dengan fakta eksperimen). Di samping itu, kompleks
3-
[FeCl6] bersifat
Paramagnetik
yang
kemagnetannya setara dengan adanya 5 elektron yang
tidak
berpasangan.
Oleh
karena
itu
pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi 3 2
sp d
3-
Sifat Paramagnetik dari kompleks [FeCl 6] ditunjukkan dengan adanya lima elektron yang tidak berpasangan pada orbital 3d atom pusatnya.
6.
3-
[CoF6]
Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari 3-
kompleks [CoF6] , adalah paling rendah apabila -
tolakan antara enam ligan F minimal. Hal ini terjadi apabila enam ligan tersebut posisinya sejauh mungkin yaitu terletak pada pojok-pojok oktahedral, sehingga kompleks
3-
[CoF6] memiliki
struktur
oktahedral.
(Sesuai dengan fakta eksperimen). Di samping itu, kompleks
3-
[CoF6]
bersifat
Paramagnetik
yang
kemagnetannya setara dengan adanya 4 elektron yang
tidak
berpasangan.
Oleh
karena
itu
pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi 3 2
sp d
3-
Sifat Paramagnetik dari kompleks [FeCl 6] ditunjukkan dengan
adanya
empat
elektron
yang
berpasangan pada orbital 3d atom pusatnya.
tidak
Catatan : 1. Berdasarkan gambaran contoh diatas dapat
disimpulkan
bahwa
pada
pembentukan kompleks yang tidak melibatkan proses eksitasi dihasilkan kompleks yang bersifat paramagnetik atau diamagnetik. 2. Suatu
kompleks
selalu
bersifat
paramagnetik apabila atom pusatnya memiliki
elektron
dengan
jumlah
ganjil. B. Melibatkan Proses Eksitasi Langkah-langkah untuk
menjelaskan
senyawa
kompleks
yang
dilakukan
pembentukan yang
melibatkan
proses eksitasi : 1. Menuliskan konfigurasi elektron dari atom pusat pada keadaan dasar,
2. Menuliskan konfigurasi elektron dari atom pusat pada keadaan eksitasi, 3. Menuliskan konfigurasi elektron dari atom pusat pada keadaan hibridisasi, 4. Menuliskan konfigurasi elektron dari atom pusat sesudah adanya donasi
pasangan-pasangan
elektron bebas (PEB) dari liganligan.
Contoh : 7.
2-
[Ni(CN)4]
Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari 2-
kompleks [Ni(CN)4] , adalah paling rendah apabila -
tolakan antara empat ligan CN minimal. Hal ini terjadi apabila
empat
ligan
tersebut
posisinya
sejauh
mungkin yaitu terletak pada pojok-pojok tetrahedral, 2-
sehingga kompleks [Ni(CN)4] memiliki struktur bujur sangkar bukannya tetrahedral. Hal ini disebabkan oleh adanya penstabilan komplek akibat terbentuknya 2-
ikatan balik. Di samping itu, kompleks [Ni(CN) 4]
bersifat Diamagnetik. Oleh karena itu pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi dsp
Sifat
diamagnetik
dari
2
kompleks
2-
[Ni(CN)4]
ditunjukkan dengan berpasangannya semua elektron yang ada.
8.
3+
[Fe(NH3)6]
Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari 3+
kompleks [Fe(NH3)6] , adalah paling rendah apabila tolakan antara enam ligan NH3 minimal. Hal ini terjadi apabila enam ligan tersebut posisinya sejauh mungkin yaitu terletak pada pojok-pojok oktahedral, sehingga 3+
kompleks [Fe(NH3)6] memiliki struktur octahedral (sesuai dengan fakta eksperimen). Di samping itu, 3+
kompleks [Fe(NH3)6] bersifat Paramagnetik yang kemagnetannya setara dengan adanya 1 elektron yang tidak berpasangan. Hal ini menunjukan bahwa pada pembentukan kompleks tersebut terjadi eksitasi electron. Oleh karena itu pembentukan kompleks ini 2
3
melibatkan hibridisasi d sp
Sifat
Paramagnetik
dari
kompleks
3+
[Fe(NH 3)6]
ditunjukkan dengan adanya sebuah electron yang tidak berpasangan pada orbital 3d atom pusatnya.
9.
3+
[Co(NH3)6]
Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari 3+
kompleks [Co(NH3)6] , adalah paling rendah apabila tolakan antara enam ligan NH 3 minimal. Hal ini terjadi apabila enam ligan tersebut posisinya sejauh mungkin yaitu terletak pada pojok-pojok oktahedral, sehingga 3+
kompleks [Co(NH3)6] memiliki struktur octahedral (sesuai dengan fakta eksperimen). Di samping itu, 3+
kompleks [Co(NH3)6] bersifat Diamagnetik. Hal ini menunjukan bahwa pada pembentukan kompleks tersebut terjadi eksitasi electron. Oleh karena itu pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi 2
d sp
3
Sifat
diamagnetik
dari
kompleks
3+
[Co(NH3)6]
ditunjukkan dengan berpasangannya semua elektron yang ada.
2+
10. [Cu(NH3)4]
Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari 2+
kompleks [Cu(NH3)4] , adalah paling rendah apabila tolakan antara empat ligan NH3 minimalm, sehingga 2+
kompleks [Cu(NH3)4] memiliki struktur bujur sangkar (sesuai dengan fakta eksperimen). Di samping itu, 2+
kompleks [Cu(NH3)4] bersifat Paramagnetik yang kemagnetannya
setara
electron
berpasangan.
tidak
dengan
adanya Oleh
sebuah
karena
itu
pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi dsp
2
Eksitasi di atas memerlukan energi karena electron pindah dari orbital 3d ke 4p yang tingkat energinya lebih
tinggi.
Kompleks
2+
[Cu(NH3)4]
bersifat
Paramagnetik ditunjukkan dengan adanya sebuah electron yang tidak berpasangan pada orbital 4p atom pusatnya.
11. [Ni(CO)4] Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari kompleks [Ni(CO)4, adalah paling rendah apabila tolakan antara empat ligan CO minimal. Hal ini terjadi apabila mungkin, sehingga
empat yaitu
ligan
tersebut
pada
kompleks
posisinya
pojok-pojok
[Ni(CO)4]
sejauh
tetrahedral,
memiliki
struktur
tetrahedral (sesuai dengan fakta eksperimen). Di samping itu, kompleks [Ni(CO) 4 bersifat Diamagnetik. Hal ini menunjukkan bahwa pada pembentukan kompleks tersebut terjadi eksitasi electron. Oleh karena itu pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi sp
3
Sifat diamagnetik dari kompleks [Ni(CO)4] ditunjukkan dengan berpasangannya semua elektron yang ada.
12. [Fe(CO)5] Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari kompleks [Fe(CO)5], adalah paling rendah apabila tolakan antara lima ligan CO minimal. Hal ini terjadi apabila lima ligan tersebut posisinya sejauh mungkin, yaitu pada pojok-pojok trigonal bipiramidal, sehingga kompleks
[Fe(CO)5]
memiliki
struktur
trigonal
bipiramidal (sesuai dengan fakta eksperimen). Di samping itu, kompleks [Fe(CO)5] bersifat Diamagnetik. Hal ini menunjukkan bahwa pada pembentukan kompleks tersebut terjadi eksitasi electron. Oleh karena itu pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi dsp
3
Sifat diamagnetik dari kompleks [Fe(CO) 5] ditunjukkan dengan berpasangannya semua elektron yang ada pada orbital d atom pusat.
Catatan : 1. Pada waktu terjadi eksitasi elektron dapat terjadi tiga kemungkinan yaitu: a. Pemasangan elektron
spin yang
elektronsebelumnya
memiliki spin parallel atau spin yang sama (contoh 7,8,9), b. Perpindahan elektron ke orbital yang tingkat energinya lebih tinggi (contoh 10), c. Perpindahan elektron ke orbital yang
tingkat
energinya
lebih
rendah diikuti dengan pemasangan spin elektron-elektron (contoh 11 dan 12) 2. Pada waktu terjadi proses eksitasi terjadi
perubahan
konfigurasi
elektron atom pusat, dari konfigurasi electron
pada
keadaan
dasar
ke
konfigurasi electron dengan tingkat
energi yang lebih tinggi. Oleh karena itu pada waktu terjadinya eksitasi diperlukan energi. Eksitasi disebut juga dengan promosi. 3. Berdasarkan gambaran contoh diatas dapat
disimpulkan
pembentukan
bahwa
kompleks
pada yang
melibatkan proses eksitasi dihasilkan kompleks yang bersifat paramagnetik atau diamagnetik. 4. Suatu
kompleks
selalu
bersifat
paramagnetik apabila atom pusatnya memiliki ganjil.
elektron
dengan
jumlah
EKSITASI DAN PEMASANGAN ELEKTRON Pertanyaan yang sering muncul adalah : Pada pembentukan senyawa komplek, kapan elektron-elektron yang ada pada orbital d atom pusat dipasangkan dan kapan tidak dipasangkan??? Untuk
menjawab
pertanyaan
ini
dapat
dijelaskan bahwa dipasangkan atau tidak dipasangkannya tersebut
akan
elektron tergantung
–
elektron
pada
fakta
eksperimen yang ada yaitu kemagnetan dari kompleks yang bersangkutan. Apabila fakta eksperimen menunjukkan suatu komplek bersifat DIAMAGNETIK maka atom pusat yang ada : a. Memiliki orbital d atau orbital lain yang telah terisi penuh b. Memiliki orbital d atau orbital lain yang belum
terisi
penuh
tetapi
semua
elektron yang ada dalam keadaan
berpasangan(pembentukan
senyawa
komplek antara atom pusat dengan ligan dengan melibatkan tahap eksitasi. Eksitasi ini cenderung terjadi apabila ligan-ligan yang ada merupakan ligan -
kuat misalnya CN , akan tetapi faktor lain yang
juga mempengaruhi adalah
jumlah ligan, jenis atom pusat dan struktur komplek yang ada. Bagaimana dengan pembentukan senyawa oktahedral,
apakah
selalu
melibatkan
eksitasi pada pemasangan spin elektronelektron bila orbital atom pusat terisi dua atau lebih elektron ??? Untuk menjawab pertanyaan diatas dapat dijelaskan berdasarkan contoh berikut :
3+
13. [V(NH3)6]
Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari 3+
kompleks [V(NH3)6] , adalah paling rendah apabila tolakan antara enam ligan NH 3 minimal. Hal ini terjadi apabila enam ligan tersebut posisinya sejauh mungkin yaitu terletak pada pojok-pojok oktahedral, sehingga 3+
kompleks [V(NH3)6] memiliki struktur oktahedral (sesuai dengan fakta eksperimen). Di samping itu, 3+
kompleks [V(NH3)6] bersifat Paramagnetik yang kemagnetannya setara dengan adanya dua elektron yang
tidak
berpasangan.
Oleh
karena
itu
pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi 2
d sp
3
3+
Sifat paramagnetik ion [V(NH3)6] ditunjukkan dengan adanya dua elektron yang tidak berpasangan pada orbital 3d atom pusatnya.
3-
14. [Cr(CN)6]
Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari 3-
kompleks [Cr(CN)6] adalah paling rendah apabila -
tolakan antara enam ligan CN minimal. Hal ini terjadi apabila enam ligan tersebut posisinya sejauh mungkin yaitu terletak pada pojok-pojok oktahedral, sehingga 3-
kompleks [Cr(CN)6] memiliki struktur oktahedral (sesuai dengan fakta eksperimen). Di samping itu, 3-
kompleks [Cr(CN)6] bersifat Paramagnetik yang kemagnetannya setara dengan adanya tiga elektron yang
tidak
berpasangan.
Oleh
karena
itu
pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi 2
d sp
3
3-
Sifat paramagnetik ion [Cr(CN)6] ditunjukkan dengan adanya tiga elektron yang tidak berpasangan pada orbital 3d atom pusatnya.
3-
15. [Mn(CN)6]
Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari 3-
kompleks [Mn(CN)6] adalah paling rendah apabila -
tolakan antara enam ligan CN minimal. Hal ini terjadi apabila enam ligan tersebut posisinya sejauh mungkin yaitu terletak pada pojok-pojok oktahedral, sehingga 3-
kompleks [Mn(CN)6] memiliki struktur oktahedral (sesuai dengan fakta eksperimen). Di samping itu, 3-
kompleks [Mn(CN)6] bersifat Paramagnetik yang kemagnetannya setara dengan adanya dua elektron yang
tidak
berpasangan.
Oleh
karena
itu
pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi 2
d sp
3
Sifat
paramagnetik
ion
3-
[Mn(CN)6] ditunjukkan
dengan adanya dua elektron yang tidak berpasangan pada orbital 3d atom pusatnya.
3-
16. [Fe(CN)6]
Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari 3-
kompleks [Fe(CN)6] adalah paling rendah apabila -
tolakan antara enam ligan CN minimal. Hal ini terjadi apabila enam ligan tersebut posisinya sejauh mungkin yaitu terletak pada pojok-pojok oktahedral, sehingga 3-
kompleks [Fe(CN)6] memiliki struktur oktahedral (sesuai dengan fakta eksperimen). Di samping itu, 3-
kompleks [Fe(CN)6] bersifat Paramagnetik yang kemagnetannya setara dengan adanya satu elektron yang
tidak
berpasangan.
Oleh
karena
itu
pembentukan kompleks ini melibatkan hibridisasi 2
d sp
3
3-
Sifat paramagnetik ion [Fe(CN)6] ditunjukkan dengan adanya satu elektron yang tidak berpasangan pada orbital 3d atom pusatnya.
3-
17. [Co(CN)6]
Berdasarkan asas energetika, tingkat energi dari 3-
kompleks [Co(CN)6] adalah paling rendah apabila -
tolakan antara enam ligan CN minimal. Hal ini terjadi apabila enam ligan tersebut posisinya sejauh mungkin yaitu terletak pada pojok-pojok oktahedral, sehingga 3-
kompleks [Co(CN)6] memiliki struktur oktahedral (sesuai dengan fakta eksperimen). Di samping itu, 3-
kompleks [Co(CN)6] bersifat
Diamagnetik.
Oleh
karena itu pembentukan kompleks ini melibatkan 2
3
hibridisasi d sp
3-
Sifat diamagnetik ion [Co(CN)6] ditunjukkan dengan berpasangannya semua elektron yang ada.
Catatan : Berdasarkan contoh 13 sd 17 dapat disimpulkan bahwa : 1. Pemasangan elektron tidak terjadi bila orbital d atom pusat hanya terisi 1, 2 atau 3 elektron apapun jenis ligan yang ada 2. Pemasangan
elektron
– elektron
mungkin terjadi bila orbital d atom pusat terisi 4 sampai 7 elektron bila kombinasi pengaruh dari atom pusat dan
ligan
–
ligan
yang
ada
memungkinkan untuk terjadi hal itu.