LAPORAN SUPERVISI MANAJEMEN KEPERAWATAN DIRUANG DEWI KUNTI RUMAH SAKIT JIWA Dr. ARIF ZAENUDIN SURAKARTA
Disusun oleh: Moh. Edi Fajri
FAKULTAS KEPERAWATAN PROGRAM STUDI PROFESI NERS UNIVERSITAS NGUDI WALUYO UNGARAN 2017
BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Supervisi merupakan observasi secara personal pada fungsi atau aktifitas, menyediakan kepemimpinan dalam proses asuhan keperawatan, fungsi delegasi atau aktifitas sementara untuk mempertahankan akuntabilitas, dan mengevaluasi asuhan keperawatan secara tepat (Huber, 2006). Supervisi adalah kegiatan
keterampilan yang disadari dan
disengaja bahwa penggunaan intervensi diperlukan sehingga tujuan, kualitas refleksi dan pembelajaran terjadi (Davys &
Beddoe, 2010). Supervisi memberikan landasan
pengembangan individu dan tanggung jawab dalam melakukan praktik klinis (Falender & Shafranske, 2004). Edward et al . (2005) menyatakan supervisi klinis menjadi prasyarat penting dalam melakukan asuhan keperawatan yang bermutu. Supervisi klinis meningkatkan kepercayaan dan hubungan dengan supervisor, dan kemampuan mendiskusikan masalah masalah sensitif yang terjadi di tempat kerja. Cross, Moore, dan Ockerby (2010) menyatakan supervisi klinis dapat diimplementasikan dalam dalam lingkungan yang sibuk dengan sumber daya manusia minimal. Sementara lingkungan supervisi tidak ideal karena jumlah yang hadir disupervisi berbeda setiap minggu. Model supervisi klinis yang sering digunakan pada profesi keperawatan adalah model Proctor meliputi normatif, formatif, dan restoratif (Winstanley, 2000, 2001). Pelaksanaan supervisi membutuhkan seorang supervisor. Kadushin dan Harkness (2002) menyatakan supervisor secara efektif dapat melaksanakan tanggung jawabnya jika tersedia sumber daya yang cukup untuk melakukan pekerjaan tersebut. Hal ini berarti supervisor harus memiliki tenaga kerja yang sesuai dengan kebutuhan dan memiliki berbagai keterampilan tertentu. Banyak supervisor mengemukakan masalah dalam memberikan pelayanan dengan d engan tenaga kerja yang tersedia dan kurangnya pengetahuan p engetahuan serta keterampilan yang membatasi produktifitas unit (Kadushin & Harkness, 2002). Supervisor memerlukan pendidikan dan pelatihan manajemen. Pelatihan diberikan oleh organisasi pengembangan sumber daya manusia atau departemen pengembangan staf keperawatan (Swansburg & Swansburg, 2001). Program pelatihan dan pengembangan supervisor menetapkan keahlian yang dibutuhkan. Beberapa keterampilan dikembangkan
dari waktu ke waktu untuk menjelaskan bahwa kegiatan pelatihan secara aktif mempengaruhi pengembangan keterampilan mereka (Eley & Murray, 2009). Supervisor membantu mengembangkan iklim organisasi yang tenang, bersahabat, solidaritas, dan mengidentifikasi iklim organisasi yang baik (Swansburg & Swansburg, 2001). Pelaksana supervisi yang bertanggung jawab dalam melakukan supervisi pelayanan keperawatan pada klien di ruang rawat adalah kepala ruangan. Kepala ruangan merupakan ujung tombak penentu tercapai atau tidaknya tujuan pelayanan kesehatan di rumah sakit (Nursalam, 2012). Kepala ruangan bertanggung jawab merencanakan, mengorganisir, memotivasi, dan mengendalian kerja para perawat serta tenaga penunjang kesehatan lainnya(La Monica, 1998). Berdasarkan hasil wawancara kepada Karu diruang Dewi Kunti didapatkan bahwa Supervisi dilakukan dari KARU terhadap KATIM dilakukan setiap hari, kemudian dari KATIM terhadap terhadap PP dilakukan setiap hari serta Berdasarkan hasil observas, sudah ada di dalam SPO tentang supervisi, tetapi pelaksanaan supervisi diruang Dewi Kunti belum maksimal karena belum adanya jadwal dan pendokumentasian supervisi .
B. Tujuan pelaksanaan supervisi menurut (Keliat Anna,2006).
1. Tujuan Umum Memberikan bantuan teknis dan bimbingan kepada perawat dan staf agar personil tersebut mampu meningkatkan kualitas kinerjanya dalam melaksanakan tugas dan melaksanakan proses pelayanan asuhan keperawatan. 2. Tujuan khusus a) Meningkatkan kinerja perawat dalam perannya sebagai pelayanan asuhan keperawatan sehingga berhasil membantu pasien untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal. b) Meningkatkan
efektifitas
sistem
pelayanan
keperawatan
sehingga
berdaya
guna,berhasil guna dan keefektifan sarana dan efisiensi prasarana untuk dikelola dan dimanfaatkan dengan baik c) Meningkatkan kualitas pengelolaan pelayanan situasi secara umum.
C. Manfaat Supervisi
Apabila supervisi dapat dilakukan dengan baik, akan diperoleh banyak manfaat. Manfaat tersebut diantaranya adalah sebagai berikut: 1. Supervisi dapat lebih meningkatkan efektifitas kerja. Peningkatan efektifitas kerja ini erat hubungannya dengan peningkatan pengetahuan dan keterampilan bawahan,serta makin terbinanya hubungan dan suasana kerja yang lebih harmonis antara atasan dan bawahan. 2. Supervisi dapat lebih meningkatkan efisiensi kerja. Peningkatan efisiensi kerja ini erat kaitannya dengan makin berkurangnya kesalahan yang dilakukan bawahan, sehingga pemakaian sumber daya (tenaga,harta dan sarana) yang sia-sia akan dapat dicegah. Apabila kedua peningkatan ini dapat diwujudkan, sama artinya dengan telah tercapainya tujuan suatu organisasi. Sesungguhnya tujuan pokok dari supervisi ialah menjamin pelaksanaan berbagai kegiatan yang telah direncanakan secara benar dan tepat, dalam arti lebih efektif dan efisien, sehingga tujuan yang telah ditetapkan organisasi dapat dicapai dengan memuaskan (Suarli & Bahtiar,2009).
BAB II TINJAUAN TEORI (SUPERVISI)
A. Pengertian
Supervisi berasal dari kata super (bahasa Latin yang berarti diatas) dan videre (bahasa Latin yang berarti melihat). Bila dilihat dari asal kata aslinya,supervisi berarti “melihat dari atas”. Pengertian supervisi secara umum adalah melakukan pengamatan secara langsung dan berkala oleh “atasan” terhadap pekerjaan yang dilakukan “bawahan” untuk kemudian bila ditemukan masalah segera diberikan bantuan yang bersifat langsung guna mengatasinya (Suarli, 2009). Supervisi adalah suatu aktivitas pengawasan yang biasa dilakukan untuk memastikan bahwa suatu proses pekerjaan dilakukan sesuai dengan yang seharusnnya. Dalam aktivitas supervisi ini pihak yang melakukan supervisi disebut supervisior. Seorang supervisior dituntut untuk dapat menguasai paling tidak dua hal penting agar proses supervisi menjadi bernilai tambah, yaitu kemampuan teknis sesuai proses pekerjaan yang ditangani dan kemampuan managemen (Simamora,2013). Supervisi merupakan bagian yang penting dalam menejemen serta keseluruhan tanggung jawab pemimpin. Pemahaman ini juga ada dalam manajemen keperawatan. Sehingga untuk mengelola asuhan keperawatan dibutuhkan kemampuan supervisi dari seorang manajer keperawatan. Swansburg 1999 dalam Suyanto, 2009 mengatakan bahwa, supervisi adalah suatu proses kemudahan untuk penyelesaiam tugas-tugas keperawatan. Dimana supervisor merencanakan, mengarahkan, membimbing, mengajar seta mengevaluasi secara terus menerus pada setiap perawat. Supervisi atau pengawasan adalah proses pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan untuk memastikan apakah kegiatan tersebut berjalan sesuai tujuan organisasi dan standar yang telah ditetapkan (Keliat Anna,2006). Supervisi dilaksanakan oleh orang yang memiliki kemampuan yang cakap dalam bidang yang disupervisi. Dalam struktur organisasi,supervisi biasanya dilakukan oleh atasan terhadap bawahan atau konsultan terhadap pelaksana. Dengan supervisi,kegiatan yang
dilakukan diharapkan sesuai dengan tujuan organisasi,tidak menyimpang,dan menciptakan hasil seperti yang diinginkan (Keliat Anna,2006). Supervisi tidak diartikan sebagai pemeriksaan atau mencari kesalahan,tapi lebih diartikan sebagai pengawasan partisipatif, yaitu mendahulukan penghargaan terhadap pencapaian atau hal positif yang dilakukan dan memberikan jalan keluar untuk hal yang masih belum dapat dilakukan. Dengan demikian,bawahan tidak merasakan bahwa ia sedang dinilai. Namun,ia juga dibimbing untuk melakukan pekerjaaannya dengan benar (Keliat Anna,2006).
B. Fungsi Supervisi
a. Dalam keperawatan fungsi supervisi adalah untuk mengatur dan mengorganisir proses pemberian pelayanan keperawatan yang menyangkut pelaksanaan kebijakan pelayanan keperawatan tentang standar asuhan yang telah disepakati. b. Fungsi utama supervisi modern adalah menilai dalam memperbaiki factor-factor yang mempengaruhi proses pemberian pelayanan asuhan keperawatan. c. Fungsi utama supervisi dalam keperawatan adalah mengkoordinasikan, menstimuli, dan mendorong ke arah peningkatan kualitas asuhan keperawatan. d. Fungsi supervisi adalah membantu (assisting ), memberi support ( supporting ) dan mangajak untuk diikutsertakan ( sharing ), (Nurachmah, 2000).
C. Penerapan Supervisi di ruang MPKP
Di MPKP kegiatan supervisi dilaksanakan secara optimal untuk menjamin kegiatan pelayanan di MPKP sesuai standar mutu professional yang telah ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh perawat yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan keperawatan serta menguasai pilar-pilar profesionalisme yang diterapkan di MPKP. Untuk itu pengawasan berjenjang dilakukan sebagai berikut : 1) Kepala Seksi Keperawatan atau konsultan melakukan pengawasan terhadap Kepala ruang 2) Kepala ruang melakukan pengawasan terhadap Ketua Tim dan Perawat Pelaksana 3) Ketua Tim melakukan pengawasan terhadap Perawat Pelaksana
Materi supervisi atau pengawasan disesuaikan dengan uraian tugas dari masing-masing staf perawat yang disupervisi. Materi supervisi untuk kepala ruangan berkaitan dengan kemampuan managerial dan kemampuan asuhan keperawatan. Ketua tim disupervisi terkait dengan kemampuan pengelolaan di timnya dan kemampuan asuhan kperawatan. Dilain pihak, perawat pelaksana disupervisi terkait dengan kemampuan asuhan keperawatan yang dilaksanakan. Agar supervisi dapat menjadi alat pembinaan dan tidak menjadi mo-mok bagi staf, perlu disusun jadwal supervisi dan standar kinerja masing-masing staf. Contoh jadwal supervisi Ruang MPKP dapat dilihat di tabel:
Contoh jadwal supervisi ruang MPKP
No
Waktu
Disupervisor
Yang Disupervisi
Materi supervise
1.
6/3-06
Karu
Katim I
Memimpin pre conference
2.
7/3-06
Karu
Katim II
Memimpin pre conference
3.
7/3-06
Katim I
PA
Askep :Halusinasi
4.
7/3-06
Katim II
PA
Askep:Perilaku kekerasan
D. Unsur Pokok Supervisi
Unsur-unsur pokok dalam supervisi adalah sebagai berikut: 1. Pelaksana Yang bertanggung jawab melaksanakan supervisi adalah atasan (supervi-sor ) yang memiliki “kelebihan” dalam organisasi, karena fungsi supervisi memang banyak terdapat pada tugas atasan. Namun,untuk keberhasilan supervisi, yang lebih diutamakan adalah kelebihan dalam hal pengetahuan dan ketrampilan. Bertitik tolak dari ciri tersebut, sering dikatakan bahwa keberhasilan supervisi lebih ditentukan oleh tingkat pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atasan untuk pekerjaan yang tidak disupervisi, bukan oleh wewenangnya.
2. Sasaran Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung, sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan yang disebut supervisi tidak langsung. Di sini terlihat lebih jelas bahwa bawahan yang melaksanakan pekerjaan akan disupervisi, tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan. 3. Frekuensi Supervisi harus dilakukan dengan frekuensi yang berkala. Supervisi yang dilakukan
hanya
sekali,
bisa
dikatakan
bukan
supervisi
yang
baik,
karena
organisasi/lingkungan selalu berkembang. Oleh sebab itu, agar organisasi selalu dapat mengikuti
berbagai
perkembangan
dan
perubahan,
perlu
dilakukan
berbagai
penyesuaian. Supervisi dapat membantu penyesuain tersebut, yaitu melalui peningkatan pengetahuan dan ketrampilan bawahan. Tidak ada pedoman yang pasti mengenai berapa kali supervisi harus dilakukan. Yang digunakan sebagai pegangan umum, supervisi biasanya bergantung dari derajat kesulitan pekerjaan yang dilakukan. Jika derajat kesulitannya tinggi serta sifat penyesuaiannya mendasar, maka supervisi harus lebih sering dilakukan. 4. Tujuan Tujuan dari supervisi adalah memberikan bantuan kepada bawahan secara langsung sehingga dengan bantuan tersebut bawahan akan memiliki bekal yang cukup untuk dapat melaksanakan tugas atau pekerjaan dengan hasil yang baik. Pemahaman seperti ini sangat penting, karena tujuan dari supervisi bukan sematamata untuk mencapai hasil yang baik. Supervisi seharusnya memberikan “bekal” kepada bawahan, sehingga dengan bekal tersebut, bawahan seterusnya dapat melaksanakan tugas dan pekerjaannya dengan baik. 5. Teknik Teknik pokok supervisi pada dasarnya mencangkup empat hal, yaitu: a. Menetapkan masalah dan prioritasnya b. Menetapkan penyebab masalah,prioritas, dan jalan keluarnya
c. Melaksanakan jalan keluar d. Menilai hasil yang dicapai untuk tindal lanjut
E. Prinsip Pokok Dalam Supervisi
Prinsip pokok supervisi secara sederhana dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Tujuan utama supervisi ialah untuk lebih meningkatkan kinerja bawahan, bukan untuk mencari kesalahan. Peningkatan kinerja ini dilakukan dengan melakukan pengamatan langsung terhadap pekerjaan bawahan, untuk kemudian apabila ditemukan masalah, segera diberikan petunjuk atau bantuan untuk mengatasinnya. 2. Sejalan dengan tujuan utama yang ingin dicapai, sifat supervisi harus edukatif dan suportif, bukan otoriter. 3. Supervisi harus dilakukan secara teratur dan berkala. Supervisi yang hanya dilakukan sekali, bukan supervisi yang baik. 4. Supervisi harus dapat dilaksanakan sedemikian rupa sehingga terjalin kerjasama yang baik antara atasan dan bawahan, terutama pada saat proses penyelesaian masalah,dan untuk lebih mengutamakan kepentingan bawahan 5. Strategi dan tata cara supervisi yang akan dilakukan harus sesuai dengan kebutuhan masing-masing bawahan secara individu. Penerapan strategi dan tata cara yang sama untuk semua kategori bawahan, bukan merupakan supervisi yang baik. 6. Supervisi harus dilaksanakan secara fleksibel dan selalu disesuaikan dengan perkembangan.
F. Pelaksana Supervisi
Yang bertanggung jawab untuk melaksanakan supervisi adalah atasan yang memiliki “kelebihan” dalam organisasi. Idealnya, kelebihan tersebut tidak hanya aspek status dan kedudukan, tetapi juga pengetahuan dan keterampilan berdasarkan hal tersebut serta prinsip prinsip pokok supervisi, maka untuk dapat melaksanakan supervisi dengan baik, ada beberapa syarat atau karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana supervis (supervisior).
Karakteristik yang dimaksud adalah sebagai berikut. 1. Sebaiknya pelaksana supervisi adalah atasan langsung dari yang disupervisi. Atau apabila hal ini tidak mungkin dapat ditunjuk staf khusus dengan batas-batas wewenang dan tanggung jawab yang jelas. 2. Pelaksana supervisi harus memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang cukup untuk jenis pekerjaan yang akan disupervisi. 3. Pelaksana supervisi harus memiliki ketrampilan melakukan supervisi, artinya memahami prinsip-prinsip pokok serta teknik supervisi. 4. Pelaksana supervisi harus memiliki sifat edukatif dan suportif,bukan otoriter. 5. Pelaksana supervisi harus mempunyai waktu yang cukup,sabar, dan selalu berupaya meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan perilaku bawahan yang disupervisi.
Karena karakteristik-karakteristik tersebut, terutama karakteristik yang ke tiga yaitu memahami prinsip-prinsip serta teknik supervisi, maka untuk dapat menjadi pelaksana supervisi yang baik manajer pula mengikuti pendidikan dan pelatihan yang bersifatkhusus. Pelaksana supervisi yang baik membutuhkan bekal yang banyak, termasuk bekal dalam melakukan komunikasi, motivasi, pengarahan, bimbingan dan juga kepemimpinan.
Pelaksana Supervisi
1. Kepala ruangan Bertanggung jawab untuk melakukan supervisi pelayanan keperawatan yang diberikan pada pasien di ruang perawatan yang dipimpinnya. Kepala ruangan mengawasi perawat pelaksana dalam memberikan asuhan keperawatan baik secara langsung maupun tidak langsung disesuaikan dengan metode penugasan yang diterapkan di ruang perawatan tersebut. Sebagai contoh ruang perawatan yang menerapkan metode TIM, maka kepala ruangan dapat melakukan supervisi secara tidak langsung melalui ketua tim masing-masing (Suarli dan Bahtiar , 2009). 2. Pengawas perawatan (supervisor) Ruang perawatan dan unit pelayanan yang berada di bawah unit pelaksana fungisional (UPF) mempunyai pengawas yang bertanggung jawab mengawasi jalannya pelayanan keperawatan.
3. Kepala bidang keperawatan Mengusahakan seoptimal mungkin kondisi kerja yang aman dan nyaman, efektif dan efesien. Oleh karena itu tugas dari seorang supervisor adalah mengorientasikan staf dan pelaksana keperawatan terutama pegawai baru, melatih staf dan pelaksana staf keperawatan, memberikan pengarahan dalam pelaksanaan tugas agar menyadari, mengerti terhadap peran, fungsi sebagai staf dan pelaksana asuhan keperawatan, memberikan pelayanan
bimbingan
pada
pelaksana
keperawatan
dalam
memberikan
asuahan
keperawatan. Sebagai top manager dalam keperawatan, kepala bidang keperawatan, kepala bidang keperawatan bertanggung jawab melakukan supervisi baik secara langsung atau tidak langsung melalui para pengawas keperawatan.
G. Sasaran Supervisi Keperawatan
Setiap sasaran dan target dilaksanakan sesuai dengan pola yang disepakati berdasarkan struktur dan hirearki tugas. Sasaran atau objek dari supervisi adalah pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan, serta bawahan yang melakukan pekerjaan. Jika supervisi mempunyai sasaran berupa pekerjaan yang dilakukan, maka disebut supervisi langsung, sedangkan jika sasaran berupa bawahan yang melakukan pekerjaan disebut supervisi tidak langsung. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kinerja pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan (Suarli dan Bachtiar, 2009) Sasaran yang harus dicapai dalam pelaksanaan supervisi antara lain: pelaksanaan tugas keperawatan, penggunaan alat yang efektif dan ekonomis, system dan prosedur yang tidak menyimpang, pembagian tugas dan wewenang, penyimpangan/penyeleengan kekuasaan, kedudukan dan keuangan (Suyanto, 2008).
H. Teknik Supervisi
Teknik pokok supervisi pada dasarnya identik dengan teknik penyelesaian masalah ( problem solving ). Bedanya, pada supervisi, teknik pengumpulan data untuk menetapkan masalah dan penyebab masalah menggunakan teknik pengamatan lansung (direct observation) oleh pelaksana supervisi terhadap sasaran supervisi, serta pelaksanaan jalan keluar. Dalam mengatasi masalah, tindakan dapat dilakukan oleh pelaksana supervisi,
bersama-sama dengan sasaran supervisi secara langsung ditempat (on the spot ). Dengan perbedaan seperti ini, jelaslah bahwa untuk dapat melaksanakan supervisi yang baik, ada dua hal yang perlu diperhatikan: 1. Pengamatan langsung Pengamatan langsung harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Untuk itu, ada beberapa hal lain yang harus diperhatikan. a. Sasaran pengamatan Pengamatan langsung yang tidak jelas sasarannya dapat menimbulkan kebingungan, karena pelaksana supervisi dapat terperangkap pada sesuatu yang bersifat detail. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pada pengamatan langsung perlu ditetapkan sasaran pengamatan, yakni hanya ditunjukkan pada sesuatu yang bersifat pokok dan strategis saja ( selective supervision). b. Objektivitas pengamatan Pengamatan
langsung
yang
tidak
terstandarisasi
dapat
menganggu
objektifitas. Untuk mencegah keadaan yang seperti ini, maka pengamatan langsung perlu dibantu dengan suatu daftar isi (check list) yang telah dipersiapkan. Daftar isi tersebut ditunjukkan untuk setiap sasaran pengamatan secara lengkap dan apa adanya. c. Pendekatan pengamatan Pengamatan langsung sering menimbulkan berbagai dampak dan kesan negative, misalnya rasa takut, tidak senang , atau kesan menganggu kelancaran pekerjaan. Untuk mencegah keadaan ini,pengamatan langsung tersebut harus dilakukan sedemikian rupa sehingga berbagai dampak atau kesan negative tersebut tidak sampai muncul. Sangat dianjurkan pengamatan tersebut dapat dilakukan secara edukatif dan suportif,bukan menunjukkan kekuasaan atau otoritas. 2. Kerjasama Tujuan pokok supervisi adalah meningkatkan kinerja bawahan dengan memberikan bantuan secara langsung ditempat,sesuai dengan kebutuhannya. Untuk mengatasi masalah yang ditemukan, diperlukan kerjasama antara pelaksana supervisi dan yang disupervisi. Kerjasama ini akan berhasil apabila ada komunikasi yang baik antara pelaksana supervisi dan yang disupervisi, serta mereka yang disupervisi
merasakan masalah yang dihadapi juga merupakan masalah mereka sendiri (sense of belonging ). Agar komunikasi yang baik dan rasa memiliki ini dapat muncul, pelaksana supervisi dan yang disupervisi perlu bekerjasama dalam penyelesaian masalah, sehingga prinsip-prinsip kerja sama kelompok (team work ) dapat diterapkan. Masalah, penyebab masalah, serta upaya alternative pen yelesaian masalah harus dibahas secara bersama-sama. Kemudian, upaya penyelesaian masalah tersebut dilaksanakan secara bersama-sama pula (Suarli & Bahtiar,2009). 3. Supervisi Keperawatan Dalam bidang keperawatan supervisi mempunyai pengertian yang sangat luas, yaitu meliputi segala bantuan dari pemimpin/penanggung jawab kepada perawat yang ditujukan untuk perkembangan para perawat dan staf lainnya dalam mencapai tujuan asuhan keperawatan kegiatan supervisi semacam ini merupakan dorongan bimbingan dan kesempatan bagi pertumbuhan dan perkembangan keahlian dan kecakapan para perawat (Suyanto, 2008). Supervisi terhadap kinerja perawat pelaksana dalam pendokumentasian
asuhan
keperawatan
dapat
dilakukan
dengan
memberikan
bimbingan, pengarahan, observasi dan pemberian motivasi serta evaluasi terhadap pendokumentasian tiap-tiap tahap proses keperawatan. Kelengkapan dan kesesuaian dengan standar merupakan variabel yang harus disupervisi (wiyana, 2008). I. Pelaksanaan Supervisi Keperawatan Tehnik Supervisi keperawatan
Supervisi keperawatan merupakan suatu proses pemberian sumber-sumber yang dibutuhkan perawat untuk menyelesaiakan tugas dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan supervisi memungkinkan seorang manajer keperawatan dapat menemukan berbagai kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan asuahan keperawatan di ruang yang bersangkutan melalui analisis secara komprehensif bersama-sama dengan anggota perawat secara efektif dan efesien. Melalui kegiatan supervisi seharusnya kualitas dan mutu pelayanan keperawatan menjadi fokus dan menjadi tujuan utama bukan malah menyibukkan diri mencari kesalahan atau penyimpangan (Arwani, 2006). Teknik supervisi dibedakan menjadi dua, supervisi langsung dan tak langsung:
1. Teknik Supervisi Secara Langsung .
Supervisi yang dilakukan langsung pada kegiatan yang sedang dilaksanakan. Pada waktu supervisi diharapkan supervisor terlibat dalam kegiatan agar pengarahan dan pemberian petunjuk tidak dirasakan sebagai perintah Bittel, 1987 (dalam Wiyana, 2008). Cara memberikan supervisi efektif adalah :1) pengarahan harus lengkap dan mudah dipahami; 2) menggunakan kata-kata yang tepat; 3) berbicara dengan jelas dan lambat; 4) berikan arahan yang logis; 5) Hindari banyak memberikan arahan pada satu waktu; 7) pastikan arahan yang diberikan dapat dipahami; 8) Pastikan bahwa arahan yang diberikan dilaksanakn atau perlu tindak lanjut Supervisi langsung dilakukan pada saat
perawat
keperawatan.
sedang
melaksanakan
Supervisi
dilakukan
pengisian pada
formulir
kinerja
dokumentasi
asuhan
pendokumentasian
dengan
mendampingi perawat dalam pengisian setiap komponen dalam proses keperawatan mulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi.
Langkah-langkah yang digunakan dalam supervisi langsung (Wiyana, 2008): a) Informasikan kepada perawat yang akan disupervisi bahwa pendokumentasiannya akan disupervisi. b) Lakukan
supervisi
asuhan
keperawatan
pada
saat
perawat
melakukan
pendokumentasian. Supervisor melihat hasil pendokumentasian secara langsung dihadapan perawat yang mendokumentasikan. c) Supervisor menilai setiap dokumentasi sesuai standar dengan asuhan keperawatan pakai yaitu menggunakan form A Depkes 2005. d) Supervisor menjelaskan, mengarahkan dan membimbing perawat yang disupervisi komponen pendokumentasian mulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, pelaksanaan, evaluasi kepada perawat yang sedang menjalankan pencacatan dokumentasi asuhan keperawatan sesuai form A dari Depkes. e) Mencatat hasil supervisi dan menyimpan dalam dokumen supervisi.
2. Secara Tidak Langsung .
Supervisi tidak langsung adalah supervisi yang dilakukan melalui laporan baik tertulis maupun lisan. Perawat supervisor tidak melihat langsung apa yang terjadi di lapangan sehingga memungkinkan terjadinya kesenjangan fakta. Umpan balik dapat diberikan secara tertulis (Bittel, 1987) dalam Wiyana, 2008.
Langkah-langkah Supervisi tak langsung: a) Lakukan supervisi secara tak langsung dengan melihat hasil dokumentasi pada buku rekam medik perawat. b) Pilih salah satu dokumen asuhan keperawatan. c) Periksa kelengkapan dokumentasi sesuai dengan standar dokumentasi asuhan keperawatan yang ditetapkan rumah sakit yaitu form A dari Depkes. d) Memberikan penilaian atas dokumentasi yang di supervisi dengan memberikan tanda bila ada yang masih kurang dan berikan cacatan tertulis pada perawat yang mendokumentasikan. e) Memberikan catatan pada lembar dokumentasi yang tidak lengkap atau sesuai standar. J. Kompetensi Supervisor Keperawatan
Tanggung jawab utama seorang supervisor adalah mencapai hasil sebaik mungkin dengan mengkoordinasikan system kerjanya.Para supervisor mengkoordinasikan pekerjaan karyawan
dengan
mengarahkan,
melancarkan,
membimbingan,
memotivasi,
dan
mengendalikan (Dharma, 2003). Seorang keperawatan dalam menjalankan tugasnya seharihari harus memiliki kemampuan dalam (Suyanto, 2008 ): a. Memberikan pengarahan dan petunjuk yang jelas, sehingga dapat dimengerti oleh staf dan pelaksana keperawatan. b. Memberikan saran, nasehat dan bantuan kepada staf dan pelaksanan keperawatan. c. Memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat kerja kepada staf dan pelaksanan keperawatan.
d. Mampu memahami proses kelompok (dinamika kelompok). e. Memberikan latihan dan bimbingan yang diperlukan oleh staf dan pelaksana keperawatan. f. Melakukan penilaian terhadap penampilan kinerja perawat. g. Mengadakan pengawasan agar asuhan keperawatan yang diberikan lebih baik.
K. Model-model Supervisi Keperawatan
Selain cara supervisi yang telah diuraikan, beberapa model supervisi dapat diterapkan dalam kegiatan supervisi antara lain (Suyanto, 2008): a. Model konvensional Model supervisi dilakukan melalui inspeksi langsung untuk menemukan masalah dan kesalahan dalam pemberian asuhan keperawatan. Supervisi dilakukan untuk mengoreksi kesalahan dan memata-matai staf dalam mengerjakan tugas. Model ini sering tidak adil karena hanya melihat sisi negatif dari pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan para perawat pelaksana sehingga sulit terungkap sisi positif, hal-hal yang baik ataupun keberhasilan yang telah dilakukan b. Model ilmiah Supervisi dilakukan dengan pendekatan yang sudah direncanakan sehingga tidak hanya mencari kealahan atau masalah saja. Oleh karena itu supervisi yang dilakukan dengan model ini memilki karasteristik sebagai berikut yaitu, dilakukan secara berkesinambungan, dilakukan dengan prosedur, instrument dan standar supervisi yang baku, menggunakan data yang objektif sehingga dapat diberikan umpan balik dan bimbingan. c. Model klinis Supervisi model klinis bertujuan untuk membantu perawat pelaksana dalam mengembangkan profesionalisme sehingga penampilan dan kinerjanya dalam pemberian asuahn
keperawatan
meningkat.
Supervisi
dilakukan
secara
sistematis
melalui
pengamatan pelayanan keperawatan yang diberikan oleh seorang perawat selanjutnya dibandingkan dengan standar keperawatan.
d. Model artistic Supervisi
model
artistic
dilakukan
dengan
pendekatan
personal
untuk
menciptakan rasa aman sehingga supervisor dapat diterima oleh perawat pelaksana yang disupervisi. Dengan demikian akan tercipta hubungan saling percaya sehingga hubungna antara perawat dan supervisor akan terbuka dam mempermudah proses supervisi.
BAB III ANALISA MASALAH
A. SYSTEM SUPERVISI TERHADAP ASUHAN KEPERAWATAN Kajian Data :
1.
Wawancara Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala ruang di Ruang Dewi Kunti di dapatkan hasil bahwa supervisi di Ruang Dewi Kunti selalu dilakukan.Supervisi
dari
KASI-KARU
dilakukan
setiap
bulan
tergantung
penilaian.Kemudian supervisi dari KARU-KATIM dilakukan setiap hari.Supervisi daru KATIM-PP dilakukan setiap hari. Untuk supervise hari senin sampai sabtu dilakukan 2 kali sehari, pagi dan siang. Supervise pagi dilakukan oleh KARU dan untuk supervisi siang dilakukan oleh DMN, begitu juga hari minngu supervise dilakukan 3 kali sehari pagi, siang dan malam yang dilakukan oleh DMN. 2.
Observasi Berdasarkan hasil observasi di dapatkan hasil bahwa tidak ada jadwal supervisi di Ruang Dewi Kunti. Untuk supervise pagi sudah dilakukan oleh KARU, dan supervisi sore baru dilakukan. Karena terjadi kesalah pahaman fungsi supervise oleh perawat pelaksana. Perawat pelaksana mengatakan bahwa supervise sore dilakukan oleh DMN rumah sakit.
3.
Kuesioner Berdasarkan kuesioner didapatkan hasil pernyataan kegiatan dalam evaluasi aktivitas supervisi menurut KARU sebanyak 77,5% sudah dilaksanakannya aktivitas supervise, dari KATIM sendiri sebanyak 90% sudah dilaksanakannya aktivitas
supervise, dan dari Perawat Pelaksana sebanyak 80,9% sudah dilaksanakannya aktivitas supervise.
ANALISIS SWOT
Aspek yang dikaji
1. Sistem supervisi
STRENGTH
WEAKNESS
OPPORTUNITY
THREAT
(Kekuatan)
(Kelemahan)
(Kesempatan)
(Ancaman)
1. Berdasarkan
hasil
waancara
Supervisi
dilakukan dari Kasi-
1. Supervisi yang dilakukan a) Sudah adanya supervise yang 1. Supervisi belum sesuai prosedur . 2. Dari
hasil
Karu dilakukan setiap 1
laporan
bulan sekali, dari Karu-
supervisi
Katim dilakukan setiap
Dewi
hari,
tersedia.
dari
Katim-PP
dilakukan setiap hari. 2. Berdasarkan
hasil
observasi,
belum
adanya
SPO
supervisi.
tentang
di Kunti
observasi
dilakukan
oleh
Karu
dan
Katim.
dilakukan
prosedur
ruangan c) Penyuluhan
sipervisi
adanya
belum
sesuai
kegiatan b) Pengadaan laporan Supervisi
belum
yang
pentingnya laporan
.
Jika tidak
dilakukan
sesuai
supervisi.
prosedur,
makan
Penyuluhan tentang dampak
akan
dan
pada mutu pelayanan
kerugian
jika
adanya laporan supervisi
buku
dengan
tidak
asuhan
berpengaruh
keperawatan
pada pasien.
IDENTIFIKASI MASALAH DAN ANALISA DATA No 1.
Data Fokus
Data Subjektif
Kurang optimalnya pelaksanaan
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan terhadap kepala ruang di Ruang Dewi Kunti
kegiatan supervisi.
di dapatkan hasil bahwa supervisi di Ruang Dewi Kunti selalu dilakukan. Supervisi dari Kasi-Karu dilakukan setiap bulan tergantung penilaian. Kemudian supervisi dari KaruKatim dilakukan setiap hari. Supervisi daru Katim-PP dilakukan setiap hari. Untuk supervise hari senin sampai sabtu dilakukan 2 kali sehari, pagi dan siang. Supervise pagi dilakukan oleh KARU dan untuk supervisi siang dilakukan oleh DMN, begitu juga hari minngu supervisi dilakukan 3 kali sehari pagi, siang dan malam yang dilakukan oleh DMN.
Masalah
Data Objektif Berdasarkan hasil observasi di dapatkan hasil bahwa tidak ada jadwal supervisi di Ruang Dewi Kunti. Untuk supervisi pagi sudah dilakukan oleh KARU, dan supervisi sore baru dilakukan. Karena terjadi kesalah pahaman fungsi supervise oleh perawat pelaksana. Perawat pelaksana mengatakan bahwa supervise sore dilakukan oleh DMN rumah sakit.
1. Kurang optimalnya pelaksanaan kegiatan supervisi
MAN
Kurangnya motivasi dalam pelaksanaan penulisan jadwal dan laporan tertulis supervisi
Kurang optimalnya pelaksanaan kegiatan supervisi
METODE
Supervisi belum sesuai dengan jadwal dan menggunakan system acidental
MATERIAL
1. Belum adanya jadwal 2. Belum adanya laporan tertulis supervisi
BAB IV POA RENCANA TINDAKAN
NO.
1.
Studi Literatur
Konsul pembimbing
METODE
SASARAN
BAHAN DAN ALAT
WAKTU
TEMPAT
PELAKSANA
Browsing
-
Materi dan permasalahan
Kamis, 23 November 2017
-
Moh. Edi Fajri
Materi
Sabtu, 25 November 2017
Ruang Dewi Kunti
Moh. Edi Fajri
Ruang Dewi Kunti
Moh. Edi Fajri
Diskusi
-
Konsul kepala ruang
Diskusi
-
Materi
Sabtu, 25 November 2017
Refres materi atau sosialisasi tentang supervisi
Diskusi
Karu, Katim, Perawat
Materi
Senin, 27 November 2017
Ruang Dewi Kunti
Moh. Edi Fajri
Karu, Katim
Laporan supervisi
Selasa, 28 November 2017
Ruang Dewi Kunti
Moh. Edi Fajri
Mengusulkan adanya laporan supervise
Diskusi
IMPLEMENTASI
NO
TINDAKAN
WAKTU
TEMPAT
PESERTA
METODE
HASIL
Diskusi
Membahas materi kegiatan supervisi : Pengertian Fungsi Unsur Prinsip dan teknik Pelaksanaan Mensosialisasikan materi supervisi diikuti oleh Karu, Katim, Perawat, dan mahasiswa.
Mendiskusikan dengan Selasa, 28Karu, Katim dan 11-2017 perawat pelaksana tentang kegiatan supervisi dan laporan supervisi
Ruang Dewi Karu, Katim, Kunti PA
2
Sosialisasi pentingnya kegiatan supervisi dan laporan supervisi
Rabu, 2911-2017
Ruang Dewi Kunti
Karu, Katim, PA dan Mahasiswa
Action
3
Melaksanakan atau melakukan kegiatan supervisi dan laporan supervisi
Rabu, 2911-2017
Ruang Dewi Kunti
Karu, Katim, PA
Action
1
Sabtu, 0912-2017
Selasa, 512-2017
4
Evaluasi
Rabu, 1312-2017
PELA KSAN A Moh. Edi Fajri
Ruang Dewi Kunti
-
Diskusi
Kepala ruang melakukan atau melaksanakan supervisi kepada Katim I Belum ada laporan dan jadwal supervisi Kepala ruang melakukan supervisi kepada katim II Belum ada jadwal supervisi Ketua Tim melakukan supervisi ke PA tentang asuhan keperawatan Belum ada laporan dan jadwal supervisi Kepala ruang dan Ketua tim sudah melakukan supervisi Laporan tertulis sudah berjalan
Moh. Edi Fajri Moh. Edi Fajri
BAB V EVALUASI, SIMPULAN DAN RENCANA TINDAKLANJUT
A. Evaluasi
1.
Faktor pendukung dan penghambat a. Pendukung 1)
Karu dan Katim serta perawat kooperatif
2)
Karu dan katim serta perawat mengikuti kegiatan refres materi atau sosialisasi supervisi .
b. Penghambat 1)
Tidak semua Katim dan perawat mengikuti pelaksanaan sosialisasi tentang supervisi.
2)
Kesibukan Kepala ruang untuk melakukan supervisi kepada Katim
3)
Adanya DMN yang melakukan supervisi sehingga kepala ruang tidak melakukan kegiatan supervisi
2.
Evaluasi a. Evaluasi Proses Kepala ruang melakukan supervisi kepada Katim I sesuai prosedur saat pre conference dan kepada Katim II saat post conference . b. Evaluasi Hasil 1)
Evaluasi aktivitas supervisi yang dilakukan KARU 89,5%, dari KATIM 95%, dan dari Perawat Pelaksana 85,%.
2)
Terdapat jadwal supervisi di ruang Dewi Kunti
3)
Terlaksananya role play supervisi
B. Simpulan
Di ruang dewi kunti dalam pelaksanaan supervisi sudah ada peningkatan , ditandai dengan pelaksanaan supervisi yang sesuai prosedur dan sudah terdapat lengkap unsur-unsur supervisi didalamnya yaitu pelaksana, sasaran, frekuensi, tujuan, teknik.
C. Rencana tindaklanjut
a. Pembuatan jadwal supervisi b. Mengoptimalkan pelaksanaan kegiatan supervisi
DAFTAR PUSTAKA
Arwani. (2006), Manajemen bangsal keperawatan. Jakarta: EGC Goziyan, Elsye Maria Roza, Efektifitas penerapan supervisi kepala ruang terhadap pelaksanaan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang inap rumah sakit pku muhammadiyah bantul. Yogyakarta. Http://journal.umy.ac.id/index.php/mrs/article/download/942/1037
Keliat, Budi Anna, Dkk. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2. Jakarta: EGC. Nurachmah, E. 2000. Prinsip keperawatan dan berfikir kritis. Jakarta. Salemba medika Simamora, R. (2013). Buku ajar manajemen keperawatan. Jakarta: EGC. Suarli, S. & Bahtiar. (2009). Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan Praktik . Jakarta: Erlangga. Suyanto. (2008). Mengenal Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Rumah Sakit . Jogjakarta : Mitra Cendikia Jogjakarta Wiyana. M. (2008).Supervisi dalam keperawatan. Diambil pada 17 juli 2013.
LAMPIRAN
PROSEDUR SUPERVISI
1. Persiapan a. Format Supervisi b. Rencana harian, rekam medis pasien c. Perawat yang akan dilibatkan dalam supervisi
Prosedur
2. Pelaksanaan a. Identifikasi perawat jaga yang akan dilakukan supervisi b. Buat kontak waktu, tempat dan kegiatan yang akan disupervisi dan jenis supervisi yang akan dilakukan c. Jelaskan langkah-langkah supervisi: perawat melakukan kegiataan pemberian arahan dan menyusun rencana tindaklanjut d. Minta perawat membaca SPO tindakan tersebut dan indicator penilaian yang akan diamati. e. Berikan kesempatan perawat melakukan tindakan keperawatan atau kegiatan yang akan disupervisi f. Lakukan check list kegiatan yang sudah dilakukan sesuai SPO tindakan tersebut dan lakukan rekapitulasi g. Minta perawat menyampaikan perasaanya setelah melakukan tindakan h. Minta perawat mengungkapkan jenis langkah tindakan yang termasuk dalam indicator penilaian yang sudah dilakuan i. Minta Perawat menyimpulkan berapa persen tindakan tersebut sudah sesuai SPO j. Berikan reinforcement positif atas elemen penilaian atau indicator tindakan yang telah dilakukan k. Meminta perawat mengungkapkan elemen indicator tindakan yang belum dilakukan l. Sampaikan hal positif atau element tindakan yang telah dilakukandan yang belum dilakukan m. Berikan arahan untuk perbaikan pelaksanaan tindakan sesuai standar SPO pada waktu yang akan datang n. Buat kontrak untuk supervisi berikutnya untuk kegiataan/tindakan yang sama atau kegiatan yang berbeda
3.Penutup a. Catat hasil supervisI pada from catatan hasil supervisi (isi,no,tanggaldan jam), nama yang supervisi, kedudukan/jabatansepervisi di ruangan, nama yang disupervisi, kegiatan supervisi, pencapaian target dari langkah-langkah dalam SPO, rencana tindak lanjut yang harus dilakukan oleh supervisi maupun yang disupervisi, target waktu pembenahan/perbaikan, tanda tangan berupa paraf dan nama terang yang disupervisidan supervisor b. Catat nilai hasil supervise tindakan pada raport MPKP dan SP2KP. 4. Hal-hal yang harus diperhatikan a. Supervisi dilakukan sesuaidengan job diskription atau uraian tugas ketua tim dan perawat pelaksana b. Ketua tim mensupervisi perawat pelaksana yang berada di dalam timnya dan supervise dilakukan untuk memastikan c. Apakah uraian tugas perawat pelaksana dilakukan sesuai standar operasional prosedur atau tidak d. Supervisi dilakukan sesuai jadwal, case manager dilakukan minimal 3 kali seminggu dan ketua tim dilakukan 4 kali dalam seminggu