MAKALAH
"Pencemaran Lingkungan di Sungai Karang Mumus"
Oleh:
Sefty Wulandari (1502055067)
Mata Kuliah Ilmu Kealaman Dasar
PROGRAM STUDI S1 ILMU KOMUNIKASI (KELAS B)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini disusun guna memenuhi salah satu tugas pada mata kuliah Ilmu Kealaman Dasar di program studi yang sedang penulis tempuh yaitu Ilmu Komunikasi. Penyusunan makalah ini juga bertujuan untuk memberikan pengetahuan tentang kerusakan lingkungan di salah satu sungai di Kalimntan Timur, tepatnya Samarinda, yaitu Sungai Karang Mumus yang kini telah tercemar, dan kondisinya memprihatinkan.
Makalah ini disusun untuk dijadikan sebagai salah satu media pembelajaran dalam menjaga kelestarian alam saat ini. Isi dari makalah ini diharapkan dapat membantu para pembaca untuk sadar akan pentinnya menjaga alam sekitar. Dengan kata lain, makalah ini dapat mengarahkan dan memberikan manfaat yang nyata bagi penulis dan pembaca. Penulis juga berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis dan juga pembacanya.
Penyusun sadar, bahwa dalam makalah ini terdapat kekurangan dan kelemahan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat diharapkan demi perbaikan.
Samarinda, 17 Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar............................................................................................................... i
Daftar Isi.........................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
Latar Belakang................................................................................................................1
Rumusan Masalah...........................................................................................................1
Tujuan Makalah..............................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN
Definisi Pencemaran Lingkungan...................................................................................2
Pencemaran Sungai Karang Mumus...............................................................................2
Upaya Penanggulangan...................................................................................................7
BAB III PENUTUP
Simpulan..........................................................................................................................9
Saran................................................................................................................................9
Daftar Pustaka................................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Bealakang
Sungai Karang Mumus adalah nama sungai yang membelah sebagian wilayah di Kota Samarinda, Kalimantan Timur. Sungai Karang Mumus merupakan anak dari Sungai Mahakam yang memiliki panjang aliran 34,7 kilometer. Sungai Karang Mumus menjadi salah satu jalur trasportasi air bagi warga yang berada di daerah aliran sungai (DAS) Karang Mumus. Selain itu juga menjadi sumber aktifitas warga mulai dari mencuci, mandi, dan lain sebagainya. Sesuai dengan intruksi dari Badan Lingkungan Hidup (BLH) kota Samarinda, saat ini kualitas air Sungai Karang Mumus tidak lagi layak untuk digunakan oleh warga akibat pencemaran limbah rumah tangga yang melebihi ambang batas normal.
Untuk menyelesaikan masalah pencemaran lingkungan ini, tentunya harus diketahui sumber pencemar, dan bagaimana proses pencemaran itu terjadi, serta bagaimana langkah penyelesaian pencemaran lingkungan di Sungai Karang Mumus tersebut.
Rumusan Masalah
Apa yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan?
Bagaimana pencemaran lingkungan di Sungai Karang Mumus?
Apa saja upaya untuk menanggulangi pencemaran lingkungan di Sungai Karang Mumus?
Tujuan Makalah
Makalah ini bertujuan untuk memberi pengetahuan kepada pembaca tentang pencemaran lingkungan di Sungai Karang Mumus, agar kedepannya dapat menyadarkan masyarakat untuk menjaga dan melestarikan lingkungan tersebut, serta memperlakukan lingkungan sesuai etikanya. Dan juga untuk memberikan motivasi kepada kita semua untuk menjaga lingkungan dengan baik agar tidak terjadi kerusakan pada lingkungan tempat tinggal yang dapat berakibat fatal bagi kehidupan.
BAB II
PEMBAHASAN
Apa yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan?
Menurut SK Menteri Lingkungan Hidup pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi dan atau komponen lain ke dalam air/udara dan atau berubahnya tatanan (komposisi) air/udara oleh kegiatan manusia dan proses alam, sehingga kualitas air atau udara menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya.
Peningkatan eksploitasi terhadap sumber daya alam (SDA) akan menyebabkan peningkatan kerusakan ekosistem, sebagai contoh timbulnya zat sampah yang mengakibatkan terjadinya pencemaran.
Pencemaran lingkungan di Sungai Karang Mumus
(Sungai Karang Mumus dulu/ foto oleh Azhar Kutai)
Sungai Karang Mumus (SKM) salah satu anak Sungai Mahakam yang membelah sebagian wilayah utara kota Samarinda. Sungai Mahakam sendiri merupakan sungai terpanjang di Indonesia, setelah sungai Barito. Sungai Karang Mumus merupakan sarana transportasi penting dalam menggerakkan sektor ekonomi, sosial dan budaya serta akses menuju kota-kota lainnya di Kalimantan Timur.
Bagi sebagian penduduk kota tepian yang tinggal di bantaran sungai Karang Mumus mungkin masih mengingat banyak hal menarik di sepanjang sungai ini, terutama pada era tahun 1970-1980. Kala itu rumah-rumah yang terbuat dari papan berjajar di sepanjang sungai ini, dilengkapi batang dari rakit kayu gelondongan dan diatasnya dibuat jamban. Batang berfungsi sebagai tempat MCK (Mandi-Cuci-Kakus). Air sungai karang Mumus belum tercemar saat itu. Dulu, di sore hari adalah waktu yang sangat dinantikan anak-anak untuk mandi di sungai. Mereka menangkap ikan dan menciduk anak udang dengan menggunakan tudung saji. Sesekali saat itu masih terlihat beberapa jenis ikan, seperti ikan haruan, patin, pipih, biawan, dan pepuyu. Termasuk haliling (siput) yang biasanya menempel disekitar batang di rumah-rumah warga.
Kapal kayu bermotor yang umumnya membawa sembako yang akan dijual ke hulu Mahakam, juga memanfaatkan sungai ini sebagai salah satu jalur transportasi. Kapal-kapal itu juga mengangkut bahan bakar minyak (BBM) dan beberapa kebutuhan bahan pokok. Terkadang ada pula kapal yang mengangkut papan-papan hasil dari sawmill yang pada waktu itu merupakan usaha yang banyak digeluti warga kota Samarinda.
Jika kapal barang tersebut bersandar di batang, seketika akan dijadikan sarana untuk terjun "ciruk" (istilah terjun bebas) atau salto dari atasnya sebelum menyentuh sungai. Anak lelaki yang lebih berani biasanya menaiki jembatan yang menghubungkan ke seberang sungai, jembatan Karang Mumus kala itu masih jembatan kayu. Sungai karang mumus adalah kolam renang pertama mereka untuk belajar berenang.
Lalu bagaimana wajah sungai Karang Mumus saat ini? Sungai Karang Mumus kini kondisinya tercemar dan sangat memprihatinkan.. Airnya keruh kecoklat-coklatan, bahkan sekali waktu hitam dan berbau busuk sangat menyengat. Tumpukan sampah mendangkalkan sungai, terutama di kawasan jalan perniagaan pasar segiri, mengendap membentuk sedimen. Warga yang tak bertanggung jawab terus membuang limbah pribadi ke sungai pun limbah berbagai jenis usaha, sortiran sayur yang tidak terjual, bahkan limbah ternak ayam. Jadilah sungai Karang Mumus seperti "keranjang sampah" terpanjang di kota Samarinda.
(Sungai Karang Mumus saat ini/ foto oleh Sefty Wulandari-penulis)
(Berbagai sampah yang ada di SKM / foto oleh Misman-Gerakan Memungut Sehelai Sampah SKM)
(Sebagian anak-anak yang masih berenang di Sungai Karang Mumus / foto oleh Sefty Wulandari-penulis)
Beberapa anak-anak nampak masih memanfaatkan pendangkalan sungai untuk bermain layang-layang. Namun sudah tidak berenang lagi karena kondisi yang tidak memungkinkan. Kecuali mereka yang masih tinggal pada rumah-rumah sepanjang sungai yang belum direlokasi, mereka masih mandi pada batang-batang yang masih menyediakan jamban.
(Sebagian warga masih menggunakan air Sungai Karang Mumus untuk kehidupan sehari-harinya / foto oleh Yustinus SH)
Data pencemaran lingkungan oleh Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Daerah (BAPEDALDA) Kota Samarinda & Badan Lingkungan Hidup (BLH) Kota Samarinda tahun 2006
Nama Zat yang terdapat pada Sungai Karang Mumus
Besarnya jumlah Kandungan Zat
Ambang Batas Normal
Amonian (NH3)
4,56 mg/l
0,5 mg/l
Mangan (Mn)
0,12 mg/l
0,1 mg/l
Coliform Bacteria (tinja)
1.544.000
1000Jml/100ml
Phospat
0,13 mg/l
0,2 mg/l
Jumlah kandungan BOD (Biological Oxygen Demand) di Sungai Karang Mumus pun rata-rata mencapai 4,83 mg/l, padahal ambang batas satandar berdasarkan PP nomor 82/2001 hanya 2 mg/l. Tak hanya itu, jumlah kandungan COD (Chemical Oxygen Demand) juga melebihi ambang batas normal yaitu 24,90 mg/l padahal apabila sesuai dengan ambang batas standarnya yaitu sebesar 10 mg/l.
Sungai Karang Mumus semakin memprihatinkan.
Sungai Karang Mumus semakin memprihatinkan dengan terjadinya pembukaan lahan, penggalian tambang. Ketika hujan turun, air yang dibawa ke sungai mengandung lumpur. Kawasan utara Samarinda sangat rawan banjir, disebabkan kerena di kawasan itu terletak Daerah Aliran Sungai (DAS) Karang Mumus. Terdapat lebih dari 20 izin usaha pertambangan (IUP) dan belasan di antaranya berada di dekat DAS Karang Mumus. Sebelum marak penambangan saja, banjir besar pernah melanda kota Samarinda pada tahun 1998.
Data yang dilansir Forum Satu Bumi menyebutkan, DAS Karang Mumus telah dikepung usaha pertambangan batubara yang luasnya mencapai 12.236,4 hektar atau sekitar 55,2% dari wilayah DAS Karang Mumus. Di bagian hulu, ada 12 areal pertambangan batubara. Aktivitas ini berkontribusi besar terhadap pencemaran dan pendangkalan Sungai Karang Mumus.
Kebutuhan utama air bersih di Kota Samarinda berasal dari Sungai Mahakam. Dan Sungai Karang Mumus bermuara di Sungai Mahakam sehingga air sungai yang berasal dari Sungai Karang Mumus juga turut diolah menjadi air bersih yang disalurkan oleh PDAM Kota Samarinda.
Pendangkalan bukan hanya terjadi di badan sungai, melainkan juga di Bendungan Benanga yang merupakan tempat penampungan air dari berbagai anak sungai, sebelum dialirkan melalui Sungai Karang Mumus. Luasan bendung Benanga yang berfungsi sebagai penampung air bersih makin berkurang. Data Balai Wilayah III Kementerian PU menyebutkan, luas bendung Benanga saat ini hanya tersisa 11 hektare.
Upaya penanggulangan pencemaran lingkungan di Sungai Karang Mumus
Ada beberapa cara untuk mengendalikan pencemaran lingkungan di Sungai Karang Mumus. Pengenceran dan penguraian polutan air tanah sulit sekali karena airnya tidak mengalir dan tidak mengandung bakteri pengurai yang acrob, jadi air tanah tercemar dalam waktu yang sangat lama, walaupun tidak ada bahan pencemar yang masuk. Karena itu ada banyak alternatif pencemaran tersebut diantaranya:
1. Pembuangan limbah industri dan rumah tangga diatur sehingga tidak mencemari lingkungan atau ekosistem.
2. Pengawasan terhadap penggunaan jenis-jenis pestisida dan zat – zat kimia lain yang dapat menimbulkan pencemaran.
3. Memperluas gerakan penghijauan.
4. Tindakan tegas terhadap perilaku pencemaran lingkungan memberikan kesadaran terhadap masyarakat tentang arti lingkungan hidup sehingga manusia lebih mencintai lingkungan hidupnya.
Gerakan Memungut Sehelai Sampah Karang Mumus
(Pembersihan Sungai Karang Mumus / foto oleh Sefty Wulandari-penulis)
(Sosok Misman, penggerak Gerakan memungut Sehelai Sampah di Sungai Karang Mumus / foto oleh Burhanudin)
Inisiatif berani kotor dimulai oleh seorang warga bernama Misman. Ia dengan tekun memperkenalkan sebuah gerakan yang disebut memungut sehelai sampah Sungai Karang Mumus. Tentu banyak orang yang mencibir bahwa apa yang dilakukannya tak bakal membuat Sungai Karang Mumus bersih. Apa yang dilakukan oleh Pak Misman kemudian ditopang oleh beberapa orang dan kelompok, sejatinya merupakan bentuk 'restorasi pikiran'. Pangkalan sampah yang dipilih adalah di sekitar Jembatan Kehewanan. Di tempat yang hanya satu titik pada jalur Sungai Karang Mumus yang panjangnya hampir 40 km ini diharapkan roh gerakan akan menular di sepanjang aliran Sungai Karang Mumus.
Filosofinya adalah di pangkalan pungut ini warga Samarinda yang berkenan akan diperkenalkan dan diberi kesempatan untuk bergaul akrab dengan sesampahan di Sungai Karang Mumus. Dengan berani kotor karena memungut sampah di Sungai Karang Mumus maka tak akan lagi tega mengotori Sungai Karang Mumus dengan sampah.
Kini gerakan tersebut membuahkan hasil, ada banyak warga kota Samarinda dari berbagai latar belakang yang ikut memungut sampah di Sungai Karang Mumus setiap harinya. Warga pun kian sadar untuk tidak mengotori sungai lagi, meski masih ada diantara warga yang masih "nakal" dan membuang sampah di Sungai. Meski demikian, gerakan ini menjadi salah satu upaya dari masyarakat kota tepian sendiri yang menjadi langkah atau awal yang baik dalam membersihkan lingkungan yang telah tercemar, yang kemudian juga akan berujung pada pelestarian linghkungan terlebih ekosistem alam kota Samarinda.
BAB III
PENUTUP
SIMPULAN
Air adalah kepentingan utama untuk masyarakat, hidup tanpa ketahanan dan kepastian pasokan air bersih akan terasa menyiksa, dan sungai sejatinya memiliki salah satu fungsi sebagai sumber air bersih. Sungai tentu tak bisa dipisahkan dari gunung, hutan dan daratan yang lebih luas. Gunung, hutan dan daratan sebagai satu kesatuan ekologis adalah tempat tangkapan atau resapan air yang kemudian mengalir lewat mata air hingga membentuk sungai.
Sayangnya meski air merupakan kebutuhan utama, tidak banyak masyarakat atau warga yang sadar untuk menjaga atau memelihara air. Sungai misalnya lebih diperlakukan sebagai buangan air limbah, walau banyak juga diantara mereka yang langsung membuang limbah ke sungai ternyata memanfaatkan airnya untuk keperluan sehari-hari.
Sungai Karang Mumus, meski airnya menghitam dan bau, ternyata tak sedikit dari warga yang berdiam disisi kanan kirinya masih menyedot airnya secara langsung untuk keperluan sehari-hari.
SARAN
Mungkin saja setiap jangka waktu tertentu kualitas air di Sungai Karang Mumus dimonitor atau diuji. Dan hasilnya juga dipublikasikan di berbagai media. Namun tujuan pemantauan sejatinya bukan hanya untuk kepentingan pemberitaan atau membuat peringatan kepada warga lewat media agar tidak mengkonsumsi air secara langsung dari Sungai Karang Mumus, melainkan hasil ini seharusnya menjadi landasan untuk bagaimana menyusun langkah guna menyehatkan kembali air Sungai Karang Mumus.
Jadi karena air itu penting dan kita bukan hanya perlu air yang jernih melainkan juga bersih dan sehat, maka mulailah merawat air dengan menghargai dan mencintai sungai. Bentuk penghargaan dan cinta kepada sungai, kita nyatakan dengan tidak membuang sampah apapun ke dalamnya.
DAS Karang Mumus merupakan salah satu ruang kehidupan bagi masyarakat kota Samarinda. Kawasan ini akan memberikan manfaat yang besar bagi perkembangan kota, namun juga madih menyisakan bencana ekologi bila tidak dilakukan pengelolaan dngan baik.
Sebuah perencanaan pengelolaan akan dapat dikatakan berhasil apabila telah dilaksanakan sesuai dengan perencanaannya. Kota samarinda sudah selayaknya memulai untuk berdisiplin untuk mengelola kota, agar tak terjadi permasalahan banjir lagi di Kota Tepian.
DAFTAR PUSTAKA
https://id.wikipedia.org/wiki/Sungai_Karang_Mumus
https://id.wikipedia.org/wiki/Kota_Samarinda
http://www.belajarbagus.com/2015/02/pengertian-pencemaran-lingkungan.html
http://www.mongabay.co.id/2016/03/28/karang-mumus-sungai-vital-di-samarinda-yang-harus-diselamatkan/
http://www.mongabay.co.id/2016/02/09/gerakan-bersih-sungai-karang-mumus-yang-kian-menggejala-di-samarinda/
http://www.mongabay.co.id/2015/11/17/misman-dan-gerakan-bersih-sungai-karang-mumus/
http://perpustakaan.menlh.go.id/