Lisa Fradisa, S.Si
kBAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Manusia pengetahuan
adalah
secara
satu-satunya
makhluk
sungguh-sungguh. sungguh-sungguh.
yang
Binatang
mengembangkan juga
mempunyai
pengetahuan, namun hanya terbatas terbata s untuk kelangsungan kel angsungan hidupnya ( survival ( survival ). ). Misalnya seekor anak tikus tahu mana kucing yang ganas. Anak tikus tentu saja diajar induknya untuk sampai pada pengetahuan bahwa kucing itu berbahaya. Tetapi dalam hal ini berbeda dengan tujuan pendidikan manusia, anak tikus hanya diajari hal-hal yang menyangkut kelangsungan hidupnya. Manusia mengembangkan pengetahuannya mengatasi kebutuhan kelangsungan hidupnya. Manusia memikirkan hal-hal baru, menjelajah ufuk baru, karena manusia bukan sekadar untuk kelangsungan hidup, namun lebih dari itu yaitu manusia memanusiakan diri dalam hidupnya. Manusia dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu yang lebih dari sekedar kelangsungan hidupnya. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung atau tidak langsung turut memperkaya kehidupan kita. Sukar untuk dibayangkan bagaimana kehidupan manusia seandainya pengetahuan itu tidak ada, sebab pengetahuan merupakan sumber jawaban bagi berbagai pertanyaan yang muncul dalam kehidupan.
DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN
Page 0
Lisa Fradisa, S.Si
Kemampuan
menalar
menyebabkan
manusia
mampu
mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia-rahasia kekuasaan Nya. Untuk mengetahui lebih dalam tentang pengetahuan itu sendiri, di dalam makalah ini akan dijelaskan secara rinci tentang dasar-dasar pengetahuan.
B. Rumusan dan Batasan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan masalah tentang apa saja dasar-dasar pengetahuan. Pembahasan dalam makalah ini akan dibatasi pada penjelasan tentang penalaran, logika, sumber pengetahuan dan kriteria kebenaran.
C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan adalah untuk menjelaskan tentang dasar-dasar pengetahuan yang meliputi penalaran, logika, sumber pengetahuan dan kriteria kebenaran.
DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN
Page 1
Lisa Fradisa, S.Si
BAB II
DASAR-DASAR PENGETAHUAN
A. Pengertian Pengerti an dan Dasar-dasar Dasar- dasar Pengetahuan
Mendefinisikan pengetahuan merupakan kajian panjang sehingga terjadi pergulatan sejarah pemikiran filsafati dalam menemukan pengertian pengetahuan. Hal ini wajar karena “keistimewaan” filsafat adalah perselisihan, pergumulan pemikirannya itu berlangsung terus selamanya. Suatu produk pemikiran filsafat selalu ada yang menguatkan, mengkritik, melemahkan bahkan akan ada yang merobohkan pemikiran itu. Kelakpun akan dijumpai yang satu menegaskan sedang yang lain mengingkari. Begitulah seterusnya akan selalu berada dalam bingkai dialektika.
Sedangkan Ilmu merupakan pengetahuan yang terorganisasi dan diperoleh melalui proses keilmuan. Sedangkan proses keilmuan adalah cara memperoleh pengetahuan secara sistematsi tentang suatu sistem. Perolehan sistematis ini biasanya atau pada umunya berupa metode ilmiyah. Dari proses metode ilmiah itu melahirkan “science”. Science atau tepatnya Ilmu pengetahuan memilki arti a rti spesifik bila digandengkan dengan ilmu pengetahuan yaitu sebagai kajian keilmuan yang tersistematis sehingga menjadi teori ilmiah-obyektif ( dapat dibuktikan secara empiris ) dan prediktif ( menduga hasil empiris yang bisa diperiksa sehingga bisa jadi hasilnya bersesuaian atau bertentangan dengan realita empiris).
Pengetahuan dalam pandangan Rasionalis bersumber bers umber dari “Idea”. Tokoh awalnya adalah Plato (427-347). Menurutnya alam idea itu kekal, tidak berubah-ubah. Manusia semenjak lahir sudah membawa idea bawaan sehingga tinggal mengingatnya kembali untuk menganalisa sesuatu itu. Istilah yang digunakan Rene Descartes (1596-1650) sebagai tokoh rasionalis dengan nama “innete idea”. Penganut rasionalis tidak percaya DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN
Page 2
Lisa Fradisa, S.Si
dengan inderawi karena inderawi memiliki keterbatasan dan dapat berubah-ubah. Sesuatu yang tidak mengalami perubahan itulah it ulah yang dapat dijadikan pedoman sebagai sumber ilmu pengetahuan. Aristatoles dan para penganut Empirisme -Realisme menyanggah yang disampaikan oleh kaum Rasionalis. Mereka berdalih bahwa ide-ide bawaan itu tidak ada. Hukumhukum dan pemahaman yang universal bukan hasil bawaan tetapi diperoleh melalui proses panjang pengamatan empiric manusia. Aristatoles berkesimpulan bahwa ide-ide dan hukum yang universal itu muncul dirumuskan akal melalui proses pengamatan dan pengalaman inderawi. Pengetahuan yang tidak bisa diukur dan dibuktikan dengan empiric-realitas-material merupakan pengetahuan yang hayali, tahayul dan bohong (mitos). Aliran empirisme menyatakan bahwa pengetahuan itu diperoleh melalui pengalaman-pengalaman yang konkrit. Sedangkan aliran rasionalis berpendapat bahwa pengetahuan manusia didapatkan melalui penalaran rasional. Kedua pendekatan ini merupakan cikal bakal lahirnya positivisme modern dalam kajian keilmuan. keilmuan.
B. Dasar-dasar Pengetahuan 1. Penalaran
Kemampuan menalar menyebabkan manusia mampu mengembangkan pengetahuan yang merupakan rahasia kekuasaan -kekuasaan – -kekuasaan – Nya. Nya. Secara simbolik manusia memakan buah pengetahuan lewat Adam dan Hawa, dan setelah itu manusia harus hidup berbekal pengetahuannya itu. Dia mengetahui apa yang benar dan apa yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, serta mana yang indah dan mana yang jelek. Secara terus menerus dia selalu hidup dalam pilihan. Manusia adalah satu-satunya makhluk yang mengembangkan pengetahuan
ini
sungguh-sungguh. sungguh-sungguh.
Binatang
juga
mempunyai
pengetahuan, namun pengetahuan ini terbatas hanya untuk kelangsungan hidupnya.
Manusia
mengembangkan
pengetahuannya
mengatasi
kebutuhan-kebutuhan kelangsungan hidup ini. Dan memikirkan hal-hal DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN
Page 3
Lisa Fradisa, S.Si
baru, menjelajah ufuk baru, karena dia hidup bukan sekedar untuk kelangsungan
hidupnya,
namun
lebih
dari
pada
itu.
Manusia
mengembangkan kebudayaan; memberi makna bagi kehidupan; manusia „memanusiakan” diri dalam dalam hidupnya. Intinya adalah manusia di dalam hidupnya mempunyai tujuan tertentu yang lebih tinggi dari sekedar kelangsungan hidupnya. Inilah yang membuat manusia mengembangkan pengetahuannya dan pengetahuan ini mendorong manusia menjadi makhluk yang bersifat khas. Pengetahuan ini mampu dikembangkan manusia disebabkan oleh dua hal utama; a. Bahasa; manusia mempunyai bahasa yang mampu mengkomunikasikan informasi dan jalan pikiran yang melatar belakangi informasi tersebut. b. Kemampuan berpikir menurut suatu alur kerangka berpikir tertentu. Secara garis besar cara berpikir seperti ini disebut penalaran. Dua kelebihan inilah yang memungkinkan manusia mengembangkan pengetahuannya yakni bahasa yang bersifat komunikatif dan pikiran yang mampu menalar. Hakikat Penalaran
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan
yang
berupa
pengetahuan.
Manusia
pada
hakikatnya
merupakan makhluk yang berpikir, merasa, bersikap, dan bertindak. Sikap dan tindakan yang bersumber pada pengetahuan yang didapatkan lewat kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan merasa atau berpikir. Penalaran menghasilkan pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan.
Berpikir
merupakan
suatu
kegiatan
untuk
menemukan
pengetahuan yang benar. Apa yang disebut benar bagi tiap orang adalah tidak sama oleh sebab itu kegiatan proses berpikir untuk menghasilkan pengetahuan yang benar itupun berbeda-beda dapat dikatakan bahwa tiap jalan pikiran mempunyai apa yang disebut sebagai kriteria krit eria kebenaran, dan kriteria kebenaran ini merupakan landasan bagi proses kebenaran tersebut. DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN
Page 4
Lisa Fradisa, S.Si
Penalaran merupakan suatu proses penemuan kebenaran di mana tiap-tiap jenis penalaran mempunyai kriteria kebenaran masingmasing. Sebagai suatu kegiatan berpikir maka penalaran mempunyai ciri-
ciri tertentu. Ciri yang pertama ialah adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut logika, dan tiap penalaran mempunyai logika tersendiri atau dapat juga disimpulkan bahwa kegiatan penalaran merupakan suatu kegiatan berpikir logis, dimana berpikir logis di sini harus diartikan sebagai kegiatan berpikir menurut suatu pola tertentu atau logika tertentu.
Ciri yang kedua dari penalaran adalah sifat analitik dari proses berpikirnya.
Penalaran
merupakan
suatu
kegiatan
berpikir
yang
menyandarkan diri kepada suatu analisis dan kerangka berpikir yang digunakan
untuk
analisis
tersebut
adalah
logika
penalaran
yang
bersangkutan. Artinya penalaran ilmiah merupakan me rupakan kegiatan analisis yang mempergunakan logika ilmiah, dan demikian juga penalaran lainnya yang mempergunakan logikanya tersendiri. Sifat analitik ini merupakan konsekuensi dari suatu pola berpikir tertentu.
2. Logika
Penalaran merupakan suatu proses berpikir yang membuahkan pengetahuan. Agar pengetahuan yang dihasilkan penalaran penalara n itu mempunyai dasar kebenaran maka proses berpikir itu harus dilakukan cara tertentu. Suatu penarikan kesimpulan baru dianggap sahih (valid) kalau proses penarikan kesimpulan tersebut dilakukan menurut cara. Cara penarikan kesimpulan ini disebut logika, di mana logika secara luas dapat didefenisikan sebagai “pengkajian untuk berpikir secara sahih.”1
Terdapat bermacam-macam cara penarikan kesimpulan, namun untuk sesuai dengan dengan tujuan studi yang memusatkan diri kepada penalaran maka hanya difokuskan kepada dua jenis penarikan kesimpulan, yakni logika induktif dan logika deduktif. Logika induktif erat hubungannya DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN
Page 5
Lisa Fradisa, S.Si
dengan penarikan kesimpulan dari kasus-kasus individual nyata menjadi kesimpulan
bersifat
umum.
Sedangkan
logika
deduktif,
menarik
kesimpulan dari hal yang bersifat umum menjadi kasus yang bersifat individual (khusus). a.
Induksi
Induksi merupakan cara berpikir di mana ditarik dari suatau kesimpulan yang bersifat umum dari berbagai kasus yang bersifat individu. Penalaran secara induktif dimulai dengan mengemukakan pernyataan-pernyataan yang bersifat khas dan dan terbatas dalam menyusun argumentasi yang diakhiri dengan pernyataan yang bersifat umum. Kesimpulan yang bersifat umum ini penting artinya karena mempunyai mempunyai dua keuntungan, yaitu : o
Bersifat ekonomis.
o
Dimungkinkannya Dimungkinkannya proses penalaran penala ran selanjutnya.
b.
Deduksi
Penalaran deduktif adalah kegiatan berpikir yang sebaliknya dari penalaran induktif. Deduksi adalah cara berpikir dimana dari pernyataan yang bersifat umum ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir yang dinamakan silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pertanyaan dan satu kesimpulan. Pernyataan yang mendukung silogismus ini disebut premis yang kemudian dapat dibedakan sebagai premis mayor m ayor dan premis premi s minor. Kesimpulan merupakan pengetahuan yang didapat dari penalaran deduktif berdasarkan kedua premis tersebut. Jadi ketepatan penarikan kesimpulan tergantung pada tiga hal yakni kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor, dan keabsahan penarikan kesimpulan. Sekiranya salah satu dari ketiga unsur tersebut persyaratannya tidak dipenuhi maka kesimpulan yang akan ditariknya akan salah. Matematika adalah pengetahuan yang disusun secara deduktif.
DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN
Page 6
Lisa Fradisa, S.Si
Perasaan merupakan suatu penarikan kesimpulan yang tidak berdasarkan penalaran. Kegiatan berpikir juga ada yang tidak berdasarkan penalaran, yaitu intuisi. Intuisi adalah suatu kegiatan berpikir yang nonanalitik yang tidak mendasarkan diri kepada suatu pola berpikir tertentu. Masih terdapat bentuk lain dalam usaha manusia untuk mendapatkan pengetahuan.
Ditinjau
dari
hakikat
usahanya
dalam
menemukan
kebenaran, dapat dibedakan 2 jenis pengetahuan, yaitu: 1. Penalaran maupun kegiatan lainnya seperti perasaan dan intuisi didapat dari usaha yang aktif dari manusia. 2.
Wahyu merupakan pengetahuan yang ditawarkan atau diberikan, umpamanya wahyu yang diberikan Allah SWT lewat malaikat dan nabinabi-Nya. Manusia dalam menemukan ini bersifat pasif sebagai penerima pemberitahuan
tersebut,
yang
kemudian
dipercaya
atau
tidak,
berdasarkan masing-masing keyakinannya. keyakinannya. Pengetahuan juga dapat ditinjau dari sumber yang memberikan pengetahuan tersebut. Misalnya wahyu dan intuisi, secara implisit kita mengakui bahwa wahyu berasal dari Allah SWT dan intuisi adalah sumber pengetahuan. Dengan wahyu didapat
pengetahuan dari keyakinan
(kepercayaan) bahwa yang diwahyukan itu benar begitu pula dengan intuisi, meskipun kegiatan berpikir intuitif tidak punya logika dan pola piker tertentu. Penalaran hanya merupakan cara berpikir tertentu. Untuk melakukan analisis diperlukan materi pengetahuan yang berasal dari suatu sumber kebenaran. Pengetahuan yang dipergunakan dalam penalaran pada dasarnya bersumber pada rasio (rasionalisme) dan fakta (empirisme). Disamping itu, penarikan kesimpulan secara deduktif biasanya menggunakan pola berpikir silogismus. Silogismus disusun dari dua buah pernyataan (premis mayor dan premis minor) dan sebuah sebuah kesimpulan.
DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN
Page 7
Lisa Fradisa, S.Si
Contoh: Semua makhluk mempunyai mempunyai mata
(premis mayor)
Si Polan adalah seorang makhluk hidup
(premis minor)
Jadi si Polan mempunyai mempunyai mata
(kesimpulan)
Penarikan kesimpulan deduktif
tergantung atas tiga hal yakni. yakni.
kebenaran premis mayor, kebenaran premis minor, dan keabsahan pengambilan kesimpulan. 3. Sumber Pengetahuan
Baik logika deduktif maupun logika induktif, dalam proses penalarannya menggunakan premis-premis yang berupa pengetahuan yang dianggap benar. Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dilakukan dua cara yaitu: pengetahuan itu harus berdasarkan kepada rasio (rasionalisme/ idealisme) dan berdasarkan pengalaman (empirisme). Kaum rasionalis menggunakan metode deduktif dalam menyusun pengetahuannya. Premis yang dipakai dalam da lam penalarannya didapatkan dari ide yang menurut anggapannya jelas dan dapat diterima. Ide ini menurut mereka bukanlah ciptaan pikiran manusia. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ide kaum rasionalis bersifat apriori dan prapengalaman yang didapatkan manusia melalui
penalaran rasional. Kelemahan Kelemahan pemikiran pemikiran
rasional cenderung bersifat solipsistik (benar dalam kerangka pemikiran tertentu) dan subjektif. Sedangkan kaum empiris berpendapat bahwa pengetahuan manusia bukan didapatkan melalui penalaran rasional yang abstak tapi melalui pengalaman yang komplit. Kelemahan pengetahuan secara empiris ini adalah (1) pengetahuan yang dikumpulkan cenderung berupa fakta, fakta tersebut belum tentu bersifat konsisten dan terdapat hal-hal yang bersifat kontradiktif, (2) hakikat pengalaman yang merupakan cara dalam menemukan pengetahuan dan panca indera sebagai alat penangkapnya. Panca indera manusia sangat terbatas kemampuannya sehingga kaum empiris tidak bisa memberikan jawaban mengenai hakikat pengalaman itu sendiri. DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN
Page 8
Lisa Fradisa, S.Si
Selain rasionalisme dan empirisme juga terdapat cara untuk mendapatkan pengetahuan yaitu: 1.
Intuisi, merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran
tetentu. Intuisi besifat personal dan tidak bisa diramalkan.
Selain itu, dalam menyusun pengetahuan secara teratur intuisi tidak bisa diandalkan. Pengetahuan intuisi dapat dipergunakan sebagai hipotesis. Untuk menemukan kebenaran, intuitif dapat bekerja sama dengan analitik. Contohnya: seseorang yang sedang terpusat pikirannya pada suatu masalah tiba-tiba saja mendapat jawaban atas permasalahan tersebut.tanpa proses berpikir yang berliku-liku. 2.
Wahyu, merupakan pengetahuan oleh tuhan kepada manusia. Pengetahuan ini disalurakn melalui nabi-nabi yang diutus sepanjang zaman. Agama dimulai dengan rasa percaya, kepercayaan itu bisa meningkat atau menurun. Berbeda dengan ilmu, ilmu dimulai dari rasa tidak percaya, setelah melakukan proses pengkajian ilmiah, kita bisa diyakinkan atau tetap pada pendirian.
3.
Kriteria Kebenaran
Tidak semua manusia mempunyai persyaratan yang sama terhadap apa yang dianggapnya benar. Berdasarkan teori koherensi , suatu pernyataan dianggap dianggap benar bila pernyataan itu bersifat koheren atau konsisten dengan pernyataan-pernyataan sebelumnya yang dianggap benar. Misalnya bila kita menganggap menganggap bahwa “semua manusia pasti akan mati” adalah suatu pernyaatan yang benar, maka pernyataan bahwa “si Polan seorang manusia dan si Polan pasti akan mati” adalah benar pula, sebab pernyataan kedua adalah konsisten dengan pernyataan yang pertama. Dengan kata lain, penalaran koherensi bersifat logika deduktif. deduktif. Paham
lain
adalah
kebenaran
yang
berdasarkan
teori
korespondensi , dimana eksponen utamanya adalah Bertrand Russell
(1872-1970). Bagi penganut teori korespondensi maka suatu pernyataan adalah benar jika materi pengetahuan yang dikandung pernyataan itu DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN
Page 9
Lisa Fradisa, S.Si
berkorespondensi
(berhubungan)
dengan
obyek
yang
dituju
oleh
pernyataan tersebut. Maksudnya jika seseorang mengatakan bahwa “Ibu Kot Republik Indonesia adalah Jakarta” maka pernyatan itu adalah benar sebab penyataan itu berhubungan dengan obyek yang bersifat faktual yakni Jakart yng memang menjadi Ibu Kota Republik Indonesia. Sekiranya orang orang lain menyatakan menyatakan bahwa “Ibu Republik Kota Kota Republik Indonesia adalah Bandung” maka pernyataan itu adalah tidak benar sebab tidak terdapat obyek yang dengan pernyataan tersebut. Dalam hal ini maka secara faktual “Ibu Kota Republik Indonesia adalah bukan Bandung melainkan Jakarta”. Kedua teori kebenaran ini yakni teori koherensi dan teori korespondensi kedua-duanya dipergunakan dalam cara berpikir ilmiah. Penalaran teoretis yang berdasarkan logika dedukitif jelas mempergunakan teori koherensi ini. Sedangkan yang bersifat pembuktian secara empiris dalam bentuk pengumpulan fakta-fakta yang mendukung suatu pernyataan tertentu mempergunakan teori kebenaran yang lain yang disebut teori kebenaran pragmatis. Teori pragmatis dicetuskan oleh Charles S. Piere (1839-1914)
dalam sebuah makalah yang terbit pada tahun 1878 yang berjudul “How to Make Our Ideas Clear”. Teori ini kemudian dikembangkan oleh beberapa ahli filsafat yang kebanyakan adalah berkebangsaan Amerika yang menyebabkan filsafat ini sering dikaitkan dengan filsafat Amerika. Bagi seorang pragmatis maka kebenaran suatu pernyataan diukur dengan kriteria apakah pernyataan tersebut bersifat fungsional dalam kehidupan praktis. Artinya suatu pernyataan adalah benar, jika pernyataan atau konsekuensi dari pernyataan itu mempunyai kegunaan praktis dalam kehidupan manusia. Kaum pragmatis berpaling kepada metode ilmiah sebagai metode untuk mencari pengetahuan tentang alam ini yang dianggapnya fungsional dan berguna dalam menafsirkan gejala-gejala alamiah. Demikian juga kaum pragmatis percaya kepada agama sebab agama bersifat funsionil dalam memberikan pegangan moral dan percaya DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN
Page 10
Lisa Fradisa, S.Si
kepada demokrasi sebab demokrasi bersifat fungsional dalam menemukan konsesus masyarakat. Kriteria pragmatis ini juga dipergunakan oleh para ilmuwan dalam menentukan kebenaran ilmiah dilihat dalam perspektif waktu. Secara historis pernyataaan ilmiah yang sekarang dianggap benar suatu waktu mungkin tidak lagi demikian. Dihadapkan pada masalah ini maka ilmuwan bersifat pragmatis. Selama pernyataan itu fungsional dan mempunyai mempunyai kegunaan maka pernyataan itu dianggap benar, sekiranya pernyataan itu tidak lagi bersifat demikian disebabkan oleh perkembangan ilmu itu sendiri
yangmelahirkan
pernyataan
baru,
maka
pernyataan
itu
ditinggalkan.
DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN
Page 11
Lisa Fradisa, S.Si
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
1.
Penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik sesuatu kesimpulan
yang
berupa
pengetahuan.
Penalaran
menghasilkan
pengetahuan yang dikaitkan dengan kegiatan berpikir dan bukan dengan perasaan melainkan melai nkan mempunyai karakteristik tertentu dalam menemukan kebenaran. 2.
Agar pengetahuan yang dihasilkan mempunyai dasar kebenaran, maka proses berpikir harus didasarkan pada logika. Untuk mendapatkan pengetahuan yang benar dilakukan dua cara yaitu: pengetahuan itu it u harus berdasarkan kepada rasio (rasionalisme/ idealisme)
dan berdasarkan
pengalaman (empirisme). Selain itu, pengetahuan juga bisa didapatkan dari sumber lain yaitu intuisi dan wahyu. 3.
Ada tiga paham tentang cara memandang kebenaran yaitu teori koherensi, teori korespondensi dan teori pragmatis.
B. Saran
Sebagai kaum intelektual yang berupaya untuk berpartisipasi dalam mengambangkan pengetahuan, kita hendaknya memahami dasar-dasar pengatahuan dengan baik.
DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN
Page 12
Lisa Fradisa, S.Si
DAFTAR PUSTAKA
Suria Sumantri, Jujun S. 2007. Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Noor Syam, Mohammad. 1986. Filsafat kependidikan k ependidikan dan Dasar D asar Filsafat Kepandidikan Kepand idikan Pancasila. Pancasila. Surabaya: Usaha Nasional.
DASAR-DASAR ILMU PENGETAHUAN
Page 13