STRATEGI MEMENANGKAN PEMILU/PEMILUKADA DENGAN ANALYTIC NETWORK PROCESS PEDOMAN-PEDOMAN BAGI KADER PARTAI
1. 2. 3.
MAT SAHUDI Konsultan Pangambilan Keputusan pada QASADA RISET SOLUTION Kontak : HP 0857 69200 798 email :
[email protected] Web;blog : http://matsahudi1.blogspot.com http://lokalatih.blogspot.com
1
BEBERAPA PEDOMAN BAGI KADER POLITIK
PEDOMAN KADER POLITIK
1. SYSTEM POLITIK 2. PENGAMBILAN KEPUTUSAN 3. KERJA POLITIK
2
PEDOMAN 1: SYSTEM POLITIK
POLITIK merupakan SYSTEM KOMPLEKS Dalam system kompleks, SUBYEKTIFITAS dan KESEDERHANAAN merupakan karakter yang perlu dicermati Karena subyektifitas maka EFEKTIFITAS merupakan ukuran kinerja utama, BUKAN BENAR atau SALAHnya suatu pendekatan Karena kesederhanaan maka PERHATIKAN HAL-HAL KECIL YANG TERJADI BERULANG ULANG, karena hal itulah yang akan berdampak besar
3
SUBYEKTIFITAS subyektifitas menunjuk kepada pengertian kecenderungan seorang untuk membentuk teorinya sendiri, mengabstraksikan semua informasi yang masuk, dan akhirnya terlibat langsung dalam sistem yang disusunnya secara emosional maupun rasional. Contoh: Bagaimana emosi dan teori Saudara tentang data perolehan partai di bawah ini, dan bagaimana meningkatkan perolehan suara partai saudara?
4
5
Melihat data-data tersebut, setiap orang dapat mempunyai sikap, penjelasan yang berbeda-beda. Demikian pula strategi yang akan digunakan untuk meningkatkan suara partai saudara.
Karena faktor subyektifitas itu, maka dalam pembicaraan strategi politik, kita hindari bicara siapa yang benar atau salah. (Semua bisa salah, dan semua bisa benar). Kita lebih produktif bicara, strategi mana yang lebih EFEKTIF. 6
KESEDERHANAAN Dalam kompleksitas sistem politik itu, sejatinya ada kesederhanaan. Karena adanya kesederhaan itu, kita disuruh mencari hal-hal kecil/biasa, yang terjadi berulang-ulang yang mampu mempunyai dampak luar biasa. Contoh : Seorang tokoh yang berpegang bahwa “diam itu emas” serta merta akan melorot citranya, ketika masyarakat menghendaki ia harus berbicara, tetapi masih saja diam. Demikian pula, seorang tokoh yang membangun popularitasnya dengan “citra” textbook, akan langsung melorot drastis citranya ketika ia “dipaksa” bertarung dengan mengandalkan spontanitas. Demikian juga, pemerintahan akan melorot citranya, ketika masyarakat meminta “bicara apa adanya”, namun pemerintah malah berbicara “normatif”. 7
PEDOMAN 2 : PENGAMBILAN KEPUTUSAN
CORE BUSINESS (bidang kerja utama) politikus sejatinya adalah PENGAMBILAN KEPUTUSAN (decisions making) Dengan memahami Pedoman 1, bahwa politik merupakan sistem yang komplek, maka kita bisa mengambil kesimpulan tentang kriteria terpenting dalam pengambilan keputusan politik, yaitu adalah AKSI TERKECIL dengan DAMPAK TERBESAR (small actions with big impact) Cakupan pengambilan keputusannya adalah dalam berinteraksi dengan INTERNAL, KONSTITUEN/MASYARAKAT, KOMPETITOR, STAKEHOLDER
8
AKSI TERKECIL DAMPAK TERBESAR Kriteria “Aksi terkecil dengan dampak terbesar” ini berbeda pendekatannya dengan paradigma Manajemen Ilmiah yang berbasis input. Dalam manajemen ilmiah diktum yang dipegang adalah “Bila Saudara telah memperbanyak/memperbaiki input, maka dianggap secara otomatis output akan baik”. Aksi terkecil dengan dampak terbesar diperoleh melalui PENYELARASAN (fitness) aksi-aski kita dengan perilaku/pola/mekanisme alamiah. Sehingga alam lah yang telah menyediakan energi geraknya, sebagaimana gravitasi telah menyediakan energi gratis akan kita meluncur ke bawah. Tapi bila kita ingin meluncur ke atas, maka kita harus menyediakan energi untuk melawan energi grafitasi ditambah energi gerak ke atas.
9
Karena itu, untuk memenangkan pemilu, kita harus mampu mengidentifikasi pola-pola perilaku dasar/sederhana yang terjadi berulang-ulang dari diri kita, konstituen, pesaing, dan stakeholder. A. DIRI SENDIRI/INTERNAL. Dalam sytem politik yang kompleks itu, terdapat dua penghalang mendasar dari para caleg, yaitu TERLALU percaya diri (PD) dan tidak percaya diri (TPD). Mereka yang terlalu PD biasanya seperti menggunakan kaca mata kuda=melihat lurus, sehingga mudah di salip di tikungan. Mereka yang TPD biasanya bergerak melingkar-lingkar, sehingga mudah ditinggalkan lawan. Penghalang-penghalang ini biasanya berkaitan dengan pola pikir PUKUL RATA/GENERALISASI 10
B. KONSTITUEN Para caleg dalam mengambil keputusan berkaitan dengan interaksinya dengan konstituen sering belum tepat menyelaraskan dengan hal-hal sederhana yang berkaitan dengan fenomena soal MOMENT, DANA dan CITRA. •MOMENT.
(a) Politikus perlu melakukan silaturahmi ke konstituen. Bila kita akan silaturahmi ke konstituen pada hari-hari biasa, maka kemungkinan bisa ketemunya kecil, butuh waktu lama. Kenapa tidak memanfaatkan waku hari raya idul fitri untuk bersilaturahmi. (b) Dalam tujuh belasan agustus, biasanya masyarakat mengadakan acara acara tersendiri dengan minta sumbangan ke para caleg dan para caleg susah menolaknya. Kenapa para caleg tidak mendisain acaranya sendiri yang murah meriah yang melibatkan seluruh warga di dapilnya, misalnya lomba bermain domino. (c) Caleg biasanya senang mengumpulkan warganya untuk mengkapanyekan dirinya. Kenapa para caleg itu tidak benar-benar minta didoakan secara tulus, berdoa bersama-sama agar dirinya di tolong dan dirindloi Allah menjadi anggota legislatif 11
*DANA. Para caleg umumnya mengatakan bahwa dana merupakan faktor terpenting dalam pemenangan pemilu. Bagi caleg yang mempunyai dana, hal ini mungkin tepat. Tetapi yang terpenting prinsipnya adalah “Gunakan/berikan apa yang Saudara punyai”. Bila Saudara punya dana, gunakan dana itu, bila punya jaringan/keluarga maka gunakan jaringan/keluarga itu. Bila Saudara punya kegantengan/kecantikan maka gunakan kegantengan/kecantikan itu. Bila Saudara hanya punya air mata, maka gunakanlah air mata itu. Demikian pula, bila Saudara punya kemiskinan maka gunakanlah kemiskinan itu. *CITRA Para caleg umumnya ingin citra dirinya di mata konstituen dinilai sebagai seperti “Orang Pejabat ”. Padahal yang masyarakat inginkan sejatinya adalah orang “yang citranya agamis (langit kepribadiannya tinggi) yang mampu mengelola kekuasaan”.
12
C. PESAING Siapakah pesaing Saudara? ………………… Pesaing Saudara sejatinya adalah semua orang yang berkompetisi meraih perhatian/agenda setting konstituen. Saudara dapat bayangkan kalau 44 partai ini semua ada 5 calon DPR Propinsi, dan juga 5 calon anggota DPRD Kab/Kota, juga 5 calon anggota DPR RI mendatangi konstituen yang sama. Kita dapat membayangkan bagaimana bingungnya konstituen itu. Dalam bersaing ada dua komponen yang patut kita perhatikan, yaitu KOMPETISI dan SEGREGASI-LINKED
13
KOMPETISI Prinsip dasar untuk memenangkan kompetisi dilakukan melalui (1) Berkompetisi tanpa bersaing: Dilakukan dengan mendahului lawan, dan persiapan lebih matang. Ibarat perlombaan lari, maka Saudara harus mengambil start duluan sebelum lawan bergerak. Bila diibaratkan dalam sepakbola, maka Saudara harus berlatih terlebih dahulu sebelum bertanding. Dalam kasus konstituen yang didatangi oleh ratusan caleg tadi, siapakah kira-kira yang akan dipilih konstituen bila kualitasnya sama? (2) Berkompetisi dengan bersaing: Dilakukan dengan meningkatkan nilai ke-fitnessan (cocok, unggul) di banding pesaing, sekaligus dengan menciptakan hambatan bagi pesaing. (Kita harus menjadi petarung). 14
SEGREGASI – LINKED Segregasi (pemisahan) dan Linked (Keterpautan) dilakukan dalam berinteraksi dengan konstituen dan pesaing. Mari kita buat simulasi pengambilan keputusannya: Saya calon anggota DPRRI dari dapil yang terdiri dari 10 kabupaten/kota. BPP untuk dapil tersebut 250.000 suara.Pada pemilu 2004, PARTAI memperoleh 1 kursi DPR RI dari dapil tersebut. Saya tinggal di salah satu kabupaten tersebut, dan ada 1 orang dari partai lain yang berasal dari daerah tersebut yang mencalonkan menjadi anggota DPR RI. Padahal di daerah saya pada pemilu 2004, PARTAI hanya memperoleh 5.000 suara dari 90.000 suara. Bagaimana strategi yang harus saya lakukan, dalam kaitannya segmnetasi daerah, bertandem dengan caleg DPRD dari PARTAI dan mengalahkan calon anggota DPR RI dari partai lain itu di tempat saya tinggal? 15
D. STAKEHOLDER Stekeholder yang utama dalam politik adalah penyelenggara pemilu (KPU, BAWASLU), lembaga konstitusi, dan media massa. Pada intinya, kita harus memahami aturan main yang benar dan praktik-praktik yang tidak benar untuk dimanfaatkan bagi kepentingan politik.
16
PEDOMAN 3: KERJA-KERJA POLITIK
KERJA POLITIK berkaitan dengan dua proses utama, yakni BERINTERAKSI dan TARIK-DORONG
KOMUNIKASI POLITIK mengacu kepada PIRAMIDA PESAN dan MEDIA. PIRAMIDA PESAN komposisinya: 1% (terlibat langsung politik), 11% (mereka yang terlibat secara tidak langsung), 15% (publik yang memiliki informasi), 73% (masyarakat umum). MEDIA komunikasi ada yang PANAS (tatap muka langsung), DINGIN (media perantara: TV, Radio, Brosur, dll). Komunikasi semakin PERSONAL dan DRAMATIS semakin efektif.
KONTEN POLITIK (TEMA) berkaitan dengan tiga problem besar utama yaitu CERDAS, WARAS, MAKMUR 17
A.
BERINTERAKSI DAN TARIK DORONG Pola pikir kerja politik berbeda dengan pola pikir di dunia kampus dan hukum. Dalam dunia akademik, pola pikirnya ditekankan pada “Berfikir untuk mengetahui”, sementara dalam dunia hukum, pola pikirnya ditekankan pada “Berfikir untuk argumentatif.” Dalam kerja politik, pola pikir yang dituntut lebih ditekankan pada “Berfikir untuk melaksanakan/bertindak.” BERINTERAKSI mengandung makna bahwa para caleg perlu berinteraksi dengan: diri, untuk mengetahui dan mendisain kerja Kapasitas diri (potensi-potensi dan hambatan-hambatan dengan diri) untuk kepentingan politik. 18
Pesaing,
untuk mengetahui peta lawan, selanjutnya membuat aksi mengalahkan lawan. Konstituen, untuk mengetahui karakternya, selanjutnya melakukan aksi yang fitness/cocok dengan karakternya Stakeholder, untuk mengetahui aturan-aturan main dan praktik-praktik yang dilakukan, selanjutnya melakukan aksi yang sesuai. TARIK DORONG mengandung pengertian bahwa kerja politik itu sesungguhnya hanya dua hal: tarik-dorong. Kaiannya dengan masing-masing komponen dapat digambarkan sbb: Targetkan (tarik) suara yang harus Saudara peroleh, lalu dorong aksi-aksi Saudara untuk memperoleh itu. Tarik keluar (hilangkan) karakter-karakter Saudara yang 19
Tidak cocok dengan tuntutan konstituen, lalu dorong/ke depankan karakter-karakter yang sesuai Pesaing, tarik lawan ke medan yang kita maui (jalan licin), lalu dorong lawan agar terpeleset. Konstituen, bilang ke konstituen bahwa Saudara meminta masyarakat mendorong Saudara menjadi anggota DPRD (=memilih), lalu setelah Saudara jadi anggota DPRD, maka menjadi kewajiban Saudaralah untuk menarik/mengangkat masyarakat ke kehidupan yang lebih baik. Stakeholder, tarik-doronglah agar stakeholder menjalankan aturan main yang …..
20
TARIK DORONG
21
PIRAMIDA PESAN Mereka yang terlibat secara langsung
1% 11%
Mereka yang terlibat secara tidak langsung
15%
Publik yang memiliki informasi 73%
Masyarakat umum 22
KONTEN KOMUNIKASI POLITIK Konten (tema/isi) komunikasi politik bergantung pada isu-isu yang yang berkembang di konstituen. Namun bila diringkas, isu-isu itu umumnya bermuara kepada tiga kebutuhan mendasar manusia, yaitu kemakmuran, pendidikan, dan kesehatan.
23