CAKUPAN K4 RENDAH DI PUSKESMAS “K”
Henderina Welmince Doko Rehi* 10.2009.005 *Mahasiwi Fakultas Kedokteran UKRIDA Jl. Arjuna Utara No.6,Jakarta Barat 11560 Email :
[email protected] Abstrak
Angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan rendahnya pencapaian Ante Natal Care (ANC). Berdasarkan kasus di Puskesmas “K” didapatkan data kunjungan K4 ibu hamil hanya mencai 40%, sehingga berdasarkan data ini maka perlu di lakukan penelitian mengenai pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil terhadap program Ante Natal Care di Puskesmas “K”. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil, sikap dan perilaku ibuibu hamil yang berhubungan dengan perwratan kehamilan. Kata Kunci : Ante Natal Care, Care, K4, cakupan program. Pendahuluan
a. Latar Belakang Angka kematian ibu (AKI) di Indonesia saat ini masih tinggi di wilayah ASEAN. Hal ini terkait dengan rendahnya kualitas berbagai program dalam upaya penurunan AKI telah dilaksanakan oleh pemerintah seperti Safe Motherhood (SM) yang dikenal 4 pilar yaitu keluarga berencana, antenatal care, persalinan bersih, dan penanganan masa nifas, dilanjutkan dengan program MPS (Making Pregnancy Safer) yaitu persalinan oleh tenaga kesehatan, penanggulangan komplikasi, pencegahan kehamilan tak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran. 1 Penyebab kematian ibu adalah gangguan persalinan langsung, misalnya perdarahan sebesar 28%, infeksi sebesar 11%, eklampsia sebesar 24% dan partus macet (lama) sebesar 5%. Kemungkinan terjadinya kematian ibu hamil dalam persalinan di puskesmas atau rumah sakit karena: kesiapan petugas, ketersediaan bahan dan peralatan dan sikap petugas. Di perjalanan diakibatkan sarana transportasi, tingkat kesulitan dan waktu tempuh, serta kematian di rumah diakibatkan keputusan keluarga (pengetahuan, ketersediaan dana, kesibukan keluarga dan social budaya) serta ketersediaan transportasi.1
1
Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring dan menangani risiko tinggi obstetric. Belum tercapainya target K4, salah satunya disebabkan karena pemahaman tentang pedoman Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khususnya kunjungan pemeriksaan kehamilan masih kurang, sehingga masih ditemukan ibu hamil yang belum mengetahui pentingnya pemeriksaan kehamilan secara teratur. Kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk perilaku. Menurut Lawrence Green, faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku ada 3 yaitu: faktor predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong. Yang termasuk faktor predisposisi diantaranya : pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan nilai. Sedangkan yang termasuk faktor pendukung adalah ketersediaan sarana-sarana kesehatan, dan yang terakhir yang termasuk faktor pendorong adalah sikap dan perilaku petugas kesehatan.1 b. Rumusan Masalah 1.
Kunjungan K4 ibu hamil hanya mencapai 40% dalam 1 tahun
2.
Pengetahuan, sikap dan perilaku ibu-ibu hamil sangat rendah tentang perawatan kehamilan
c. Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1.
Tujuan Umum : Mengetahui gambaran umum hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil tentang antenatal care dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4).
2.
Tujuan Khusus :
Mengetahui hungan antara tingkat pengetahuan tentang antenatal care dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan
Mengetahui hubungan antara sikap dan perilaku tentang antenatal care dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan
Pembahasan Ante Natal Care
Pelayanan antenatal adalah pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh tenaga profesional (dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, perawat bidan) pada ibu hamil selama masa kehamilannya, yang sesuai dengan standar pelayanan minimal pelayanan antenatal meliputi 5 T yaitu Timbang berat badan dan ukur tinggi badan, ukur Tekanan darah, imunisasi TT, ukur Tinggi fundus uteri dan pemberian Tablet besi minimal 90 tablet selama kehamilan. 2
Dengan demikian secara operasional pelayanan antenatal yang tidak memenuhi 5 T belum dianggap pelayanan antenatal. Ditetapkan pula frekuensi pelayanan antenatal minimal 4 kali selama kehamilan yaitu 1 kali pada triwulan pertama dan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga. Pelayanan antenatal seharusnya mencakup berbagai jenis pelayanan , komponen penting yang harus ada yaitu : skrining dan pengobatan penyakit anemia, malaria dan penyakit menular seksual, kemudian deteksi dan penanganan komplikasi seperti kelainan letak (malpresentasi), hipertensi, edema, dan preklampsia, serta penyuluhan tentang komplikasi esensial, kapan dan bagaimana cara mendapatkan pelayanan rujukan. Untuk mengetahui apakah pelayanan ANC telah dilakukan sesuai standard yang telah ditetapkan, perlu dinilai pelayanan antenatal yang telah dilakukan. Disini yang dinilai adalah tingkat kepatuhan petugas terhadap standard yang telah ditetapkan dalam memberikan pelayanan antenatal yang disebut “metode analisis system”,kegiatan yang dilakukan adalah : melakukan observasi pelayanan antenatal dibanding dengan daftar tilik (check list) dibandingkan denga standar pelayanan yang telah baku (Depkes RI 2007). Upaya yang dilakukan kepada petugas agar mampu bekerja sesuai standard yang berlaku adalah dengan memasyarakatkan standard mutu pelayanan berupa :
Pengenalan daftar tilik (check list) pelayanan antenatal
Uji coba penggunaan daftar tilik pelayanan antenatal
Pembahasan tentang kendala yang dihadapi dalam menggunakan daftar tilik
Dari hal diatas dapat diambil kesimpulan sementara bahwa dengan semakin patuhnya petugas terhadap standar baku dalam memberikan pelayanan akan semakin meningkat pula mutu pelayanan yang diberikan.2 Konsep Sehat dan Sakit
Menurut Blum, terdapat 4 faktor yang mempengaruhi kesehatan, yaitu herediter atau genetik, lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku atau gaya hidup.
Gambar 1.Teori H.L Blum
3
Perilaku Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari batasan dapat diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam – macam bentuk, yang pada hakekatnya digolongkan menjadi 2 yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata / konkret. a)
Perilaku dalam bentuk pengetahuan
Adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai hal sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Dan ini terjadi setelah seorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu, penginderaan melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan rasa raba. Pengetahuan / kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni : 1)
Awarness / kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (objek)
2)
Interest dimana orang mulai tertarik pada stimulus
3)
Evaluation (menimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya.
4)
Trial, dimana seseorang telah mencoba berperilaku baru (adaption) sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
b)
Perilaku dalam bentuk sikap
Sikap merupakan reaksi / respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Adapun yang melihat sikap sebagai kesiapan syaraf sebelum memberi respon. Newcomb (seorang ahli psikologi social) mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak dan bukan pelaksana motif tertentu. (Notoadmojo, 2003) sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap yang sudah positif terhadap sesuatu objek, tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh :
Sikap untuk terwujudnya didalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada saat itu.
Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan mengacu pula pada pengalaman orang lain.
4
Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau
sedikitnya pengalaman seseorang. Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan – pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian ditekankan pendapat responden.
c)
Perilaku dalam bentuk tindakan
Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior) untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, juga diperlukan factor pendukung / support dari pihak lain misalnya orang tua, mertua, suami atau istri Notoadmojo (2003) tingkat – tingkat praktek : 1)
Persepsi Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.
2)
Respon terpimpin (guided response) Dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dengan contoh adalah merupakan
indicator
praktek
tingkat
II.
Misalnya
seorang
ibu
sudah
mengimunisasi bayinya pada umur – umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain. 3)
Adaption / adaptasi Adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, seorang ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan – bahan yang murah dan sederhana.
Metedologi Penelitian
1. Desain penelitian Desain penelitian adalah suatu rencana tentang cara mengumpulkan dan mengolah data agar dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan penelitian. Desain penelitian di bagi berdasarkan tujuan, subyek dan alur.
5
Desain Penelitian
-
Tujuan
-
-
-
Subyek
-
-
-
Alur
-
-
Deskriptif
Analitik
Observasional
Eksperimen
Prospektif
Retrospektif
-
Studi kasus
-
Korelasi
-
Kros seksional
-
Kasus kontrol
-
Kohort
-
Eksperimen
-
Studi kasus
-
Korelasi
-
Kros seksional
-
Kasus kontrol
-
Kohort
-
Before and after with control
-
Community trial
-
Clinical trial
-
Kohort
-
Eksperimen
-
Historical kohort
-
Case control
-
Cross sectional
Cross sectional
Desain penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sebuah sample dari populasi dalam suatu waktu. Setelah itu, memeriksa status paparan dan status penyakit pada titik waktu yang sama dari masing-masing individu dalam sample tersebut. Artinya, tiap subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap status karakter atau variabel subjek pada saat pemeriksaan.
6
Kelebihan Jenis observasi studi ini bisa digunakan untuk penelitian analitik dalm bidang kesehatan. Contohnya adalah: 1. Penyakit atau masalah kesehatan, atau efek. 2. Faktor resiko untuk terjadinya penyakit tersebut, yakni faktor penyebab terjadinya penyakit atau masalah kesehatan. 3. Agen penyakit. Studi ini representatif dalam mendeskripsikan karakteristik populasi daripada studi case control atau cohort. Selain itu, studi jenis ini juga lebih efisien untuk merumuskan hipotesis baru.
Kekurangan Studi jenis ini adalah penelitian ini paling mudah untuk dilakukan dan sangat sederhana. Pengujian hipotesis kausal juga tidak seakurat cohort dan case control, karena ketidakpastian sekuensi temporal antara paparan dan penyakit. 1. Diperlukan subjek penelitian yang besar. 2. Tidak dapat menggambarkan perkembangan penyakit secara akurat. 3. Tidak valid untuk meramalkan suatu kecenderungan. Kesimpulan korelasi faktor resiko dengan faktor efek paling lemah bila dibandingkan dengan dua rancangan penelitian cross sectional yang lain.
Kasus Kontrol
Penelitian kasus-kontrol adalah suatu penelitian analitik yang menyangkut bagaimana faktor risiko
dipelajari
dengan
menggunakan
pendekatan
retrospektif,
dimulai
dengan
mengidentifikasi pasien dengan efek atau penyakit tertentu (kelompok kasus) dan kelompok tanpa efek (kelompok kontrol), kemudian diteliti faktor risiko yang dapat menerangkan mengapa kelompok kasus terkena efek, sedangkan kelompok kontrol tidak. Desain penelitian ini bertujuan mengetahui apakah suatu faktor risiko tertentu benar berpengaruh terhadap terjadinya efek yang diteliti dengan membandingkan kekerapan pajanan faktor risiko tersebut pada kelompok kasus dengan kelompok kontrol. Jadi, hipotesis yang diajukan adalah : Pasien 7
penyakit x lebih sering mendapat pajanan faktor risiko Y dibandingkan dengan mereka yang tidak berpenyakit X. Pertenyaan yang perlu dijawab dengan penelitian ini adalah : apakah ada asosiasi antara variabel efek (penyakit, atau keadaan lain) dengan variabel lain (yang diduga mempengaruhi terjadi penyakit tersebut) pada populasi yang diteliti.
Kelebihan 1. Studi kasus kontrol kadang atau bahkan menjadi satu-satunya cara untuk meneliti kasus yang jarang atau yang masa latennya panjang, atau bila penelitian prospektif tidak dapat dilakukan karena keterbatasan sumber atau hasil diperlukan secepatnya. 2. Hasil dapat diperoleh dengan cepat. 3. Biaya yang diperlukan relatif lebih sedikit sehingga lebih efisien. 4. Memungkinkan untuk mengidentifikasi berbagai faktor risiko sekaligus dalam satu penelitian (bila faktor risiko tidak diketahui). 5. Tidak mengalami kendala etik seperti pada penelitian eksperimen atau kohort.
Kekurangan 1. Data mengenai pajanan faktor risiko diperoleh dengan mengandalkan daya ingat atau catatan medik. Daya ingat responden menyebabkan terjadinya recall bias, baik karena lupa atau responden yang mengalami efek cenderung lebih mengingat pajanan faktor risiko daripada responden yang tidak mengalami efek. Data sekunder, dalam hal ini catatan medik rutin yang sering dipakai sebagai sumber data juga tidak begitu akurat (objektivitas dan reliabilitas pengukuran variabel yang kurang). 2. Validasi informasi terkadang sukar diperoleh. 3. Sukarnya meyakinkan bahwa kelompok kasus dan kontrol sebanding karena banyaknya faktor eksternal / faktor penyerta dan sumber bias lainnya yang sukar dikendalikan. 4. Tidak dapat memberikan incidence rates karena proporsi kasus dalam penelitian tidak mewakili proporsi orang dengan penyakit tersebut dalam populasi. 5. Tidak dapat dipakai untuk menentukan lebih dari sat/u variabel dependen, hanya berkaitan dengan satu penyakit atau efek.
8
Kohort
Study cohort adalah rancangan studi yang mempelajari hubungan antara paparan dan penyakit, dengan cara membandingkan kelompok terpapar (faktor penelitian) dan kelompok tidak terpapar berdasarkan status paparannya. Ciri-ciri studi cohort adalah pemilihan subjek berdasarkan status paparannya, dan kemudian dilakukan pengamatan dan pencatatan apakah subjek dalam perkembangannya mengalami penyakit atau tidak. Pada saat mengidentifikasi status paparan semua subjek harus bebas dari penyakit yang diteliti. Studi cohort disebut juga studi follow-up (kleinbaum et al., 1982; Rothman, 1986), sebab cohort diikuti dalam suatu periode untuk diamati perkembang penyakit yang dialaminya.
Kelebihan 1. Study cohort adalah kesesuainnya dengan logika studi eksperimental dalam membuat inferensi kausal yaitu penelitian dimulai dengan menentukan faktor penyebab diikuti dengan akibat. Karena pada saat dimulai penelitian telah dipastikan bahwa semua subjek tidak berpenyakit. 2. Peneliti dapat menghitung laju insidensi, sesuatu hal yang hampir tidak mungkin dilakukan pada studi case control, sehingga perhitungan rasio laju insidensi harus didekati dengan rasio odds. 3. Studi cohort sesuai untuk meneliti paparan yang langka. Dalam hal ini rancangan yang efisien adalah memilih subjek berdasarkan status paparan, untuk memastikan diperolehnya ukuran sample yang cukup untuk menguji hipotesis. 4. Studi cohort memungkinkan peneliti mempelajari jumlah efek secara serentak. 5. Karena bersifat opserfasional maka tidak ada subjek yang sengaja dirugikan karena tidak mendapat terapi yang bermanfaat, atau mendapat paparan faktor yang merugikan kesehatan.
Kelemahan 1. Rancangan studi cohort prospektif lebih mahal dan membutuhkan waktu yang lebih lama daripada studi case control.
9
2. Tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka, kecuali jika ukuran sampel sangat besar atau prevalensi penyakit pada kelompok terpapar cukup tinggi. 3. Hilangnya subjek selama penelitian, karena migrasi, tingkat partisipasi rendah atau meninggal dan sebagainya merupakan problem yang mengganggu validitas penelitian. Jika subjek yang hilang cukup besar atau walaupun sedikit tetapi hilangnya itu berkaitan dengan paparan dan penyakit yang diteliti, maka temuan penelitian menjadi tidak valid karena adanya bias hilang waktu follow-up. Karena faktor penelitian sudah ditentukan terlebih duhulu pada awal penelitian, maka studi cohort tidak cocok untuk merumuskan hipotesis tentang faktor-faktor etiologi lainnya untuk penyakit itu, tatkala penelitian berlangsung tidak dapat dilakukan untuk penelitian evaluasi hasil pengobatan 2. Populasi Penelitian Populasi adalah sekelompok subyek atau data dengan karakteristik tertentu. Populasi di bagi menjadi 2 kelompok yaitu : a.
Populasi Target; di tentukan oleh karakteristik domografis contohnya anak balita dan karakteristik klinis contohnya status gizi yang buruk.
b.
Populasi Terjangkau; merupakan bagian dari populasi target. Populasi ini yang akan di pakai dalam penelitian yang di batasi oleh geografis, tempat dan waktu.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah data seluruh ibu yang sudah melahirkan kurang dari 1 bulan di wilayah kerja puskesmas “K”.
3. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari populasi dalam hal ini yang menjadi perbedaan adalah jumlah. Tujuannya mewakili suatu populasi. Sampel di bagi menjadi 2 yaitu probability dan non probability. Syarat-syarat sampel yaitu : a. Representatif yaitu agar hasil penelitian dapat di generalisasikan ke populasi sehingga menggambarkan arakter populasi yang tepat. b. Random yaitu di pilih secara acak c. Equal probality yaitu memiliki peluang yang sama. Cara pemilihan sampel adalah sebagai berikut :
10
Secara acak Pada cara ini, kita menghitung terlebih dahulu jumlah populasi yang akan dipilih sampelnya. Kemudian diambil sebagian dengan mempergunakan tabel r andom.
Secara sistematik Pada cara ini ditetukan bahwa tiap subyek nomor ke sekian dimasukkan dalam sampel. Bila kita ingin mengambil 1 / n dari populasi, maka setiap pasien nomor n dimasukkan ke dalam sampel. Sampel :
-
Simpel random Simple random ini dapat meggunakan tabel dan undian.
-
Cluster random sampling Cluster sampling adalah proses penarikan sampel secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misalnya berdasarkan wilayah. Cara ini sangat efisien bila populasi tersebar luas sehingga tidak mungkin untuk membuat daftar seluruh populasi ters ebut. Contoh: Misalnya kita ingin meneliti karateristik bayi dengan atresia bilier di rumah sakit pendidikan di seluruh Indonesia. Bila diinginkan hanya sebagian dari kasus yang terdaftar di rumah sakit tersebut, dilakukan cluster sampling yaitu dengan melakukan random sampling pada tiap rumah sakit, tanpa berusaha menjumlahkan pasien yang terdaftar pada seluruh rumah sakit.
4. Kuisioner Kuesioner adalah alat ukur yang berbentuk daftar pertanyaan yang disusun secara sistematis dan dipakai sebagai pedoman atau panduan pengumpulan data sesuai tujuan penelitian. Teknik yang digunakan umumnya dengan wawancara tetapi ada kalanya dikirim ke responden utuk diberikan jawaban. Kuesioner harus sesuai dengan tujuan penelitian, artinya susunan kuesioner mengacu pada hipotesis penelitian karena harus menjawab pertanyaan atau masalah penelitian. Oleh karena itu, kuesioner harus mampu menjabarkan hipotesis dalam bentuk rangkaian pertanyaan yang jelas, cermat, sistematis, dan mudah untuk dievaluasi. Artinya, daftar pertanyaan tersebut harus dibuat dengan tujuan penelitian, bagi pewawancara mudah untuk menanyakannya, bagi yang ditanya (responden) mudah 11
menjawabnya, dan data yang diperoleh mudah diolah. Kuesioner ada tiga bentuk, yaitu: 1.
Bentuk pertanyaan tertutup (close ended), yaitu bentuk pertanyaan ang telah diberikan pilihan jawaban (satu jawaban saja yang benar atau beberapa jawaban yang benar).
2.
Bentuk pertanyaan terbuka (open ended), yaitu pertnayaan dengan jawaban terbuka, artinya responden boleh menjawab pertanyaan menurut pikirannya atau dengan kalimat sendiri.
3.
Kombinasi antara tertutup dan terbuka, artinya ada beberapa pertanyaan yang telah diberi beberapa jawaban untuk dipilih dan pertnyaan yang jawabannya sesuai dengan dipikirkan responden dengan menyusun kalimat sendiri.
Jenis kuesioner berdasarkan keperluannya: 4.
Keperluan
administrasi:
kuesioner
berbentuk
formulir
dengan
daftar
perntayaan yang pengisian jawabannya dilakukan oelh si penanya atau pewawancara, contohnya kartu status pasien. 5.
Observasi: pertanyaan yang disusun untuk tujuan observasi. Pertnayaan disusun berdasrkan tujuan observasi ini harus mencakup keseluruhan yang akan diselidiki atau diobservasi.
6.
Panduan wawancara (pertanyaan sudah disusun secara sistematis dan akurat untuk memperoleh jawaban yang benar atau jujur dari responden.
Kendala yang sering dijumpai pada waktu melakukan wawancara dengan menggunakan kuesioner adalah 1.
Responden sering lupa, khususnya untuk menjawab pertanyaan yang memerlukan daya ingat sekian waktu lalu
2.
Responden kurang memahami pertanyaan sehingga jawabannya menyimpang dari yang diharapkan. Untuk mengatasinya adalah dengan pertanyaan dipertegas, tidak memiliki dua arti, dan bila perlu dengan pertanyaan pancingan
3.
Responden tidak mau memberi jawaban dengan alasan malu, menyinggung masalah pribadi, atau takut rahasia pribadinya diketahui orang lain,
4.
Responden sulit menyusun kata-kata untuk jawaban yang akan diberikan, meskipun mengerti maksud pertanyaan yang ditulis dalam kuesioner khususnya pada kuesioner dengan bentuk pertanyaan terbuka. Untuk mengatasinya, penanya harus sabar dan menuntunnya dengan pertanyaan lain 12
yang sejenis, atau diberi secarik kertas untuk menjawab pertanyaan secara tertulis 5.
Responden mengerti pertanyaan dan tahu jawabannya tetapi karena pertanyaan tersebut kurang tepat, pertanyaan tersebut menyinggung perasaan atau membuatnya malu.
Pedoman menyusun kuesioner tidak hanya dituntut sistematis dan rapi saja tetapi perlu diperhatikan: -
Pertanyaan harus jelas, artinya tidak memiliki dua makna atau membingungkan responden dalam memberiksan jawaban.
-
Pertanyaan jagan menggunakan istilah ilmiah atau bahasa yang sulit dimengerti responden.
-
Pertanyaan yang terlalu luas jawabannya perlu dipecah menjadi pertanyaan yang lebih sempit meskipun terdiri dari beberapa pertanyaan.
-
Hindari menyusun pertanyaan dengan double negatives. Misalnya, “Setelah pencabutan gigi ibu tidak mengalami perdarahan dan tidak sak it?”
-
Hindari memberi arahan (suggestive leading) pada jawaban yang diberikan.
-
Pertanyaan harus membangun ingatan responden, disusun sesuai kronologis agar responden ingat. Kuesioner bukan pertnayaan ujian tetapi pertanyaan yang jawabannya dibutuhkan untuk mencapai tujuan atau menarik kesimpulan.
-
Pertanyaan yang diajukan pada kuesioner yang tertutup sebaiknya disusun rapi.
5. Pengolahan Data Apabila data yang telah berhasil dikumpulkan maka data tersebut harus diolah dengan menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing data tersebut. Cara pengolahan data yang dikenal ada 3 macam yaitu secara manual, elektirikal dan mekanik.
6. Uji Statistik Ante natal care n a u h a t e g n e P
<4x
>4x
Ringan
A
B
Sedang
C
D
Berat
E
F
Total
13
Total
X
X
X
Untuk analisis data dapat menggunakan uji statistik. a. Statistik deskriptif mean, standar deviasi, persentase/proporsi b. Statistik analitik uji Chi-Square, Fisher, kolmogorrov- smirrov dll Jenis – jenis uji statistik inferensi a. Uji Parametrik : Z-test, T-test, Korelasi pearson, Anova b. Uji Non Parametrik : Chi-Square test, Fisher Test, Kolmogorrov-Smirnov, Mc Neman Test. Statistik inferensi ; a. Membuat kesimpulan tentang suatu populasi dan membuat pernyataan deskriptif berdasarkan informasi-informasi kualitatif b. Penelitian pada tingkat sampel , digeneralisasikan ke tingkat populasi c. Data dari sampel inilah yang akan di uji dengan statistik d. Statistik inferensial yang akan membuktikan apakah hasil-hasil yang didapat adalah benar nyata atau kebetulan saja. e. Uji hipotesis akan membawa kesimpulan untuk menerima/menolak hipotesis. Agar pengujian hipotesis dengan Chi-square dapat digunakan dengan baik, maka hendaknya memperhatikan ketentuan sebagai berikut: -
Jumlah sampel harus cukup besar untuk menyakinkan bahwa terdapat kesamaan antara distribusi teoretis dengan distribusi sampling Chi-square.
-
Pengamatan harus bersifat independen (unpaired ). Ini berarti bahwa jawaban satu subjek tidak berpengaruh terhadap jawaban subjek lain atau satu subjek hanya satu kali digunakan dalam analisis.
14
-
Pengujian Chi-square hanya dapat digunakan pada data deskrit (data frekuensi atau data kategori) atau data kontinu yang dikelompokkan menjadi kategori.
-
Jumlah frekuensi yang diharapkan harus sama dengan jumlah frekuensi yang diamati.
-
Pada derajat kebebasan sama dengan 1 (tabel 2x2) tidak boleh ada nilai ekspektasi yang sangat kecil atau nol. Secara umum, bila nilai yang diharapkan terletak dalam satu sel terlalu kecil (<5) sebaiknya Chi-square tidak digunakan karena dapat menimbulkan taksiran yang berlebih sehingga banyak hipotesis yang ditolak kecuali dengan koreksi dari Yates.
Nilai ekspektasi adalah nilai yang diharapkan terjadi seuai dengan hipotesis penelitian. Nilai ekspektasi dapat dihitung dengan perkalian antara nila marginal kolom dan baris yang bersangkutan dibagi dengan jumlah seluruhnya (N).
Jadi, rumus untuk menghitung persamaan Chi-square adalah:
Epidemiologi
Penelitian epidemiologi menggabungkan penelitian yang menggunakan statistic inferensial untuk mengkaji informasi dan data yang berkaitan dengan ilmu kedokteran dan medis serta masalah kesehatan sosial. Epidemiologi adalah metode investigasi yang digunakan untuk mendeteksi penyebab atau sumber dari penyakit,sindrom, kondisi atau risiko yang menyebabkan penyakit,cedera,cacat atau kematian dalam populasi atau dalam suatu kelompok manusia. Epidemiologi telah didefinisikan dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat,penyebab, pengendalian dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi pemberian ciri pada distribusi penyakit atau masalah kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia,kelamin,ras geografi dan banyak lagi.
15
Sebagai metode ilmiah, epidemiologi digunakan untuk mengkaji olah kejadian yang mempengaruhi faktor-faktor risiko yang dapat memberikan dampak pengaruh,pemicu dan efek pada distribusi penyakit,morbiditas dan mortalitas. Tujuan Epidemiologi Menurut Lilienfeld ada tiga tujuan umum epidemiologi yaitu : 1. Untuk menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab) satu penyakit atau kelomok enyakit,kondisi, gangguan,defek,ketidakmampuan atau kematian melalui analisis terhadap data medis dan epidemilogi menggunakan manajemen informasi seklaigus informasi dari segala bidang. 2. Untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan,perilaku dan biomedis terbaru 3. Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah-langkah pengendalian dan prosedur pencegahan; dan untuk pengembangan langkah-langkah dan kegiatan masyarakt yang diperlukan. Ukuran Epidemiologi Cara mengukur frekuensi masalah kesehatan yang dapat dipergunakan dalam epidemiologi sangat beraneka ragam, karena bergantung dari pelbagai macam masalah kesehatan yang ingin diteliti. Secara umum ukuran-ukuran epidemiologi adalah seperti yang berikut : Angka morbiditas dan mortalitas
Morbiditas adalah istilah lain untuk sakit. Seseorang dapat memiliki beberapa co-morbiditas secara bersamaan. Morbiditas adalah bukan kematian. Prevalensi adalah ukuran yang paling sering digunakan untuk menentukan tingkat morbiditas dalam suatu populasi. Morbiditas mengacu kejadian kesehatan yang buruk dalam suatu populasi. Data dikumpulkan sesuai dengan jenis penyakit, usia jenis kelamin, wilayah. Morbiditas skor atau morbiditas diprediksi ditugaskan untuk pasien sakit dengan bantuan sistem seperti APACHE II, SAPS II dan III, skala Glasgow Coma, PIM2, dan SOFA. Mortalitas adalah istilah lain untuk kematian. Tingkat mortalitas adalah jumlah kematian akibat penyakit dibagi dengan total populasi. Angka kematian dapat dibedakan menjadi tingkat kematian mentah; angka kematian perinatal; angka kematian ibu; angka kematian
16
bayi; angka kematian anak, angka kematian standar; dan usia-spesifik angka kematian. Angka kematian umumnya dinyatakan sebagai jumlah kematia n per 1000 individu per tahun Beberapa angka kematian yang umum dipakai dalam mortalitas: 1.
Angka kematian kasar Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per 1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.
2.
Angka kematian bayi Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
3.
Angka kematian neonatal Angka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
4.
Angka Kematian Post Neo-Natal Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah kematian yang terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
5.
Angka Kematian Anak Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi AngkaKematian Anak tidak termasuk kematian bayi.
6.
Angka Kematian Balita Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi).
17
7.
Angka Kematian Ibu (AKI) Banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.
8.
Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatnya.
Penutupan
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan dapat disimpulkan sebagai berikut : ada hubungan antara factor perilaku ibu hamil (pengetahuan, sikap, tindakan), lingkungan (fisik, biologis), sarana pelayanan kesehatan dengan rendahnya cakupan K4 di Puskesmas “K” sehingga dapat di rekomendasikan untuk perlu peningkatan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya dilakukan pemeriksaan kehamilan sesuai dengan umur kehamilannya sebagai upaya menurunkan angka kematian ibu. Daftar Pustaka
1. Depkes, RI, 2006. Pedoman Pelaksanaan Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (Kehamilan yang lebih aman), Jakarta. 2. Depkes, RI, 2005. Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun 2005 – 2009, Jakarta. 3. Notoatmodjo, S, 2003. Pengantar Pendidikan dan Ilmu – Ilmu Perilaku Kesehatan ED. Terakhir. Yogyakarta: Andi Offset. 4. Manuaba IBG, 2001, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta. 5. Saifuddin, Abdul Barry, 2001. Pengantar Kependudukan, Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 6. Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi. Ed.2. EGC. Jakarta
18