CAKUPAN K4 RENDAH DI PUSKESMAS “K” CHARLES BORU 102008016 Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana Jl.Arjuna Utara No.6 Jakarta Barat 11510 Email:
[email protected]
ABSTRAK Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan rendahnya pencapaian pelaksanaan Ante Natal Care (ANC). Di Puskesmas “K” pada Lokakarya Mini bulanan didapatkan data kunjungan K4 ibu hamil hanya mencapai 40% selama 1 tahun. Cakupan program K1 dan K4 masih perlu ditingkatkan seoptimal mungkin sehingga target pencapaian kegiatan dapat diwujudkan. Berdasarkan kondisi tersebut maka perlu dilakukan penelitian tentang pengaruh factor tingkat pengetahuan, pengetahuan, sikap, dan perilaku perilaku ibu hamil terhadap rendahnya cakupan program Ante Natal Care (K1 dan K4) di Puskesmas Puskesmas “K”. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh factor tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil terhadap rendahnya cakupan program Ante Natal Care (ANC).
Kata kunci : Ante : Ante Natal Care, K4, Cakupan Program
1
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan data WHO (2005) Angka Kematian Ibu (AKI) paling tinggi di dunia terdapat di negara Nepal yaitu sebesar 865 per 100.000 kelahiran kelahiran hidup, selanjutnya di Buthan sebesar sebesar 710 per 100.000 kelahiran hidup dan India sebesar 630 per 100.000 kelahiran hidup.
Di Indonesia masalah kematian ibu juga merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan. Sampai saat ini AKI di Indonesia menempati posisi teratas di negara – negara negara Asean, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002 – 2003). Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan rendahnya kualitas berbagai program dalam upaya penurunan AKI telah dilaksanakan oleh pemerintah pemerintah seperti Safe Motherhood (SM) yang dikenal 4 pilar yaitu keluarga berencana, antenatal care, persalinan bersih, dan penanganan masa nifas, dilanjutkan dengan program MPS yaitu persalinan oleh tenaga tenaga kesehatan, penanggulang penanggulangan an komplikasi, pencegahan pencegahan kehamilan kehamilan tak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran melalui strategi yaitu (1) semua kabupaten/kota sebagai unit efektif dalam peningkatan pelayanan program KIA secara bertahap, menerapkan kendali mutu yang antara lain dilakukan melalui AMP di wilayahnya ataupun diikutsertakan kabupaten/kota lain (lintas batas), (2) Dinas Kesehatan kabupaten/kota kabupaten/kota berfungsi sebagai coordinator yang bekerjasama dengan rumah sakit kabupaten/kota dan melibatkan puskesmas dan unit KIA swasta lainnya dalam upaya kendali mutu di wilayah kabupaten/kota, (3) di tingkat kabupaten/kota perlu dibentuk tim AMP yang selalu mengadakan pertemuan rutin untuk menyeleksi kasus, membahas dan membuat rekomendasi tindak lanjut berdasarkan temuan dari kegiatan audit (penghargaan dan sanksi bagi pelaku), (4) perencanaan perencanaan program KIA dibuat dengan memanfaatkan memanfaatkan hasil temuan dari kegiatan audit, sehingga sehingga diharapkan berorientasi kepada pemecahan masalah setempat, (5) Pembinaan dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bersama RS kabupaten/kota (untuk aspek tekhnis medis) dilaksanakan langsung saat audit atau secara rutin dalam bentuk yang disepakati oleh tim AMP. Dan MDGs pada butir keempat keempat yaitu menurunkan menurunkan angka angka kematian kematian anak dan butir kelima kelima yaitu yaitu meningkatkan meningkatkan kesehatan kesehatan ibu dari delapan tujuan MDGs.
2
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan data WHO (2005) Angka Kematian Ibu (AKI) paling tinggi di dunia terdapat di negara Nepal yaitu sebesar 865 per 100.000 kelahiran kelahiran hidup, selanjutnya di Buthan sebesar sebesar 710 per 100.000 kelahiran hidup dan India sebesar 630 per 100.000 kelahiran hidup.
Di Indonesia masalah kematian ibu juga merupakan masalah utama dalam bidang kesehatan. Sampai saat ini AKI di Indonesia menempati posisi teratas di negara – negara negara Asean, yaitu 307 per 100.000 kelahiran hidup (SDKI 2002 – 2003). Tingginya angka kematian ibu di Indonesia terkait dengan rendahnya kualitas berbagai program dalam upaya penurunan AKI telah dilaksanakan oleh pemerintah pemerintah seperti Safe Motherhood (SM) yang dikenal 4 pilar yaitu keluarga berencana, antenatal care, persalinan bersih, dan penanganan masa nifas, dilanjutkan dengan program MPS yaitu persalinan oleh tenaga tenaga kesehatan, penanggulang penanggulangan an komplikasi, pencegahan pencegahan kehamilan kehamilan tak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran melalui strategi yaitu (1) semua kabupaten/kota sebagai unit efektif dalam peningkatan pelayanan program KIA secara bertahap, menerapkan kendali mutu yang antara lain dilakukan melalui AMP di wilayahnya ataupun diikutsertakan kabupaten/kota lain (lintas batas), (2) Dinas Kesehatan kabupaten/kota kabupaten/kota berfungsi sebagai coordinator yang bekerjasama dengan rumah sakit kabupaten/kota dan melibatkan puskesmas dan unit KIA swasta lainnya dalam upaya kendali mutu di wilayah kabupaten/kota, (3) di tingkat kabupaten/kota perlu dibentuk tim AMP yang selalu mengadakan pertemuan rutin untuk menyeleksi kasus, membahas dan membuat rekomendasi tindak lanjut berdasarkan temuan dari kegiatan audit (penghargaan dan sanksi bagi pelaku), (4) perencanaan perencanaan program KIA dibuat dengan memanfaatkan memanfaatkan hasil temuan dari kegiatan audit, sehingga sehingga diharapkan berorientasi kepada pemecahan masalah setempat, (5) Pembinaan dilakukan oleh dinas kesehatan kabupaten/kota bersama RS kabupaten/kota (untuk aspek tekhnis medis) dilaksanakan langsung saat audit atau secara rutin dalam bentuk yang disepakati oleh tim AMP. Dan MDGs pada butir keempat keempat yaitu menurunkan menurunkan angka angka kematian kematian anak dan butir kelima kelima yaitu yaitu meningkatkan meningkatkan kesehatan kesehatan ibu dari delapan tujuan MDGs.
2
Penyebab kematian ibu adalah gangguan persalinan langsung, misalnya perdarahan sebesar 28%, infeksi sebesar 11%, eklampsia sebesar 24% dan partus macet (lama) sebesar 5%. Kemungkinan terjadinya kematian ibu hamil dalam persalinan di puskesmas atau rumah sakit karena: kesiapan petugas, ketersediaan ketersediaan bahan dan peralatan peralatan dan sikap petugas. Di perjalanan perjalanan diakibatkan diakibatkan sarana transportasi, tingkat kesulitan dan waktu tempuh, serta kematian di rumah diakibatkan keputusan keluarga (pengetahuan, ketersediaan dana, kesibukan keluarga dan social budaya) serta ketersediaan transportasi (Lancet, 2005 Milenium Project, 2005)
Kesehatan ibu dan anak berkontribusi besar kepada indicator kesejahteraan bangsa yang diukur dari Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index). Indikator ini merupakan indeks dari hasil gabungan (composite indekx) dari umur harapan hidup (life expectancy), angka melek huruf (literate rate), dan pendapatan perkapita. Oleh karena itu program kesehatan ibu, bayi baru lahir, dan anak (KIBBLA) merupakan investasi jangka panjang yang memberikan keuntungan dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga, masyarakat, daerah, dan nasional dengan meningkatnya Human Development Index mengurangi beban atau kerugian ekonomi keluarga, masyarakat, daerah dan nasional, serta menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas (Siregar, 2007). Rendahnya K4 menunjukkan rendahnya kesempatan untuk menjaring dan menangani risiko tinggi obstetric. Belum tercapainya target K4, salah satunya disebabkan karena pemahaman tentang pedoman Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) khususnya kunjungan pemeriksaan pemeriksaan kehamilan kehamilan masih kurang, sehingga masih ditemukan ibu hamil yang belum mengetahui pentingnya pemeriksaan kehamilan secara teratur. Kunjungan pemeriksaan kehamilan merupakan salah satu bentuk perilaku. Menurut Lawrence Green, faktor – faktor yang berhubungan dengan perilaku ada 3 yaitu: faktor predisposisi, faktor faktor pendukung, dan faktor faktor pendorong. Yang termasuk termasuk faktor predisposisi predisposisi diantaranya diantaranya : pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan nilai. Sedangkan yang termasuk faktor pendukung adalah ketersediaan sarana-sarana kesehatan, dan yang terakhir yang termasuk faktor pendorong adalah
sikap
dan
perilaku
petugas
kesehatan
(Notoatmodjo,
2003).
Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap – tahap, tahap, yakni melalui proses perubahan : pengetahuan (knowledge), sikap (attitude), praktik (practice) atau ”KAP”. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori diatas (K-A-P), bahkan di dalam praktik sehari-hari terjadi sebaliknya. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikapnya masih negatif (Notoatmodjo, 2003). 3
1.2 Rumusan Masalah
1. Adakah hubungan antara tingkat pengetahuan tentang antenatal care dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan? 2. Adakah hubungan antara sikap dan perilaku ibu hamil tentang antenatal care dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah : 1. Tujuan Umum : Mengetahui gambaran umum hubungan antara pengetahuan, sikap dan perilaku ibu hamil tentang antenatal care dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan (K4). 2. Tujuan Khusus : a. Mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan tentang antenatal care dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan b. Mengetahui hubungan antara sikap dan perilaku tentang antenatal care dengan kunjungan pemeriksaan kehamilan
1.4 Hipotesis
Terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu hamil dengan rendahnya cakupan K4 di Puskesmas “K”
1.5 Manfaat
Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan rendahnya cakupan K4 di puskesmas K.
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Pelayanan Pemeriksaan Kehamilan (ANC)
Pelayanan kehamilan (antenatal) secara umum bertujuan untuk meningkatkan kesehatan ibu selama hamil sesuai dengan kebutuhan sehingga dapat menyelesaikan kehamilannya dengan baik dan melahirkan bayi yang sehat. Sedangkan secara khusus pelayanan antenatal bertujuan untuk mendeteksi ibu hamil dengan factor risiko tinggi dan menanggulangi sedini mungkin, merujuk kasus risiko tinggi ke tingkat pelayanan kesehatan yang sesuai, memberi penyuluhan dalam bentuk Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) sehingga terjadi peningkatan cakupan dan merencanakan serta mempersiapkan persalinan sesuai dengan risiko yang dihadapinya (Manuaba, 2001). Adapun yang menjadi sasaran pelayanan antenatal adalah ibu hamil. Sedangkan target adalah jumlah ibu hamil yang harus dicakup, dimana perhitungan setiap tahunnya ditentukan oleh daerah tingkat I dan II yang bersangkutan (Manuaba, 2001).
2.2 Cakupan pemeriksaan kehamilan
Cakupan pemeriksaan kehamilan (pelayanan antenatal) adalah presentase ibu hamil yang telah mendapat pemeriksaan kehamilan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah kerja. Cakupan kunjungan baru ibu hamil (K1) dipakai sebagai indicator aksesabilitas (jangkauan) pelayanan, angka cakupan K1 diperoleh dari jumlah K1 dalam 1 tahun dibagi jumlah ibu hamil di wilayah kerja dalam 1 tahun. Dalam pengelolaan program KIA disepakati bahwa cakupan ibu hamil adalah cakupan kunjungan ibu hamil yang keempat (K4) yang dipakai sebagai indicator tingkat perlindungan ibu hamil (Depkes RI 2007).
2.3 Faktor yang Mempengaruhi Pemeriksaan Kehamilan
Pemanfaatan
pelayanan
kesehatan
termasuk
pelayanan
pemeriksaan
kehamilan
merupakan interaksi antara ibu hamil dengan petugas kesehatan yang melakukan pemeriksaan kehamilan. Aspek yang terkait dengan petugas kesehatan salah satunya adalah factor geografis, sedangkan dari ibu hamil salah satunya adalah factor perilaku (Salamuk et al, 2007). 5
1. Faktor Geografis
Factor – factor yang berhubungan dengan tempat yang memfasilitasi atau menghambat
pemanfaatan
pelayanan
pemeriksaan
kehamilan,
berkaitan
dengan
keterjangkauan tempat yang diukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh, dan biaya perjalanan dari tempat tinggal ibu hamil ke puskesmas. Hubungan antar lokasi pemeriksaan kehamilan dengan tempat tinggal ibu hamil dapat diukur dalam satuan jarak, waktu tempuh, atau biaya tempuh tergantung dari jenis pelayanan dan jenis sumber daya yang ada. Peningkatan akses yang dipengaruhi oleh berkurangnya jarak, waktu tempuh, ataupun biaya tempuh mungkin mengakibatkan peningkatan pemakaian pelayanan yang berhubungan dengan tingkat penyakit. Dengan kata lain, pemakaian pelayanan preventif lebih banyak dihubungkan dengan akses geografis daripada pemakaian pelayanan kuratif. Sebagaimana pemanfaatan pelayanan umum demikian juga dengan pemeriksaan kehamilan, apabila semakin banyak keluhan yang berkaitan dengan kehamilan dan semakin baik kualitas sumber daya pelayanan, maka semakin berkurang pentingnya atau berkurang kuatnya hubungan antara akses geografis dan volume pemanfaatan pelayanan pemeriksaan kehamilan (Depkes RI 2003) Sesuai dengan keadaan geografis, luas wilayah dan sarana perhubungan dalam wilayah puskesmas, tidak semua penduduk dapat dengan mudah mendapatkan pelayanan puskesmas. Agar jangkauan pelayanan puskesmas lebih merata dan meluas, puskesmas perlu ditunjang dengan puskesmas pembantu, penempatan bidan di desa yang belum terjangkau
oleh
pelayanan
kesehatan.
Kondisi
geografis
yang
menantang
ini
menyebabkan terjadinya peningkatan akses pada pelayanan kesehatan,bahkan di daerah – daerah terpencil. Namun, jaringan sarana dan tenaga kesehatan yang diperluas ini harus dipelihara dengan porsi anggaran pemerintah yang sangat terbatas, hal ini membatasi kapasitas Departemen Kesehatan untuk menanggapi tantangan – tantangan baru (Depkes RI 2003). Kondisi geografis secara umum penduduk pedesaan jauh dari puskesmas dan maupun rumah sakit sebagai tempat pemeriksaan kehamilan seringkali menyebabkan para ibu hamil sulit untuk melakukan pemeriksaan kehamilannya, untuk itu Depkes bekerja sama dengan Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) telah melakukan strategi 6
penyelamatan ibu melahirkan (MPS) melalui tiga pesan yakni setiap perempuan usia subur harus mempunyai akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkannya dan penanganan komplikasi keguguran setiap persalinan harus ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, setiap komplikasi kandungan ditangani secara cepat (Depkes 2006) Menurut Kornelis (2004) kondisi di daerah pedesaan dan pedalaman dengan ketiadaan puskesmas maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya disekitar tempat tinggal dan petugas kesehatan jauh dari kehidupan masyarakat pedalaman yang hidupnya berpindah – pindah tempat, menyebabkan mereka tidak mengenal pemeriksaan ibu hamil secara medis.
2. Persepsi
Menurut Winardi (2000) mengemukakan bahwa persepsi merupakan proses internal yang bermanfaat sebagai fakta dan metode untuk mengorganisasikan stimulus, yang mungkin kita hadapi di lingkungan kita. Menurut Rakhmat (2005) bahwa persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang diperoleh dengan menyampaikan informasi dan menafsirkan pesan, sedang menurut teori Gestalt menyatakan bahwa bila kita mempersiapkan sesuatu, kita mempersepsikannya sebagai suatu keseluruhannya. Persepsi yang positif terhadap mutu pelayanan kesehatan mengembangkan suatu kesadaran mutu sebagai elemen penting yang selalu meningkat dalam daya saing, pemahaman keperluan keunggulan mutu dan pembagian strategi yang berhasil dari strategi akan meningkatkan mutu pelayanan kesehatan.
3. Perilaku
Perilaku adalah suatu reaksi psikis seseorang terhadap lingkungannya. Dari batasan dapat diuraikan bahwa reaksi dapat diuraikan bermacam – macam bentuk, yang pada hakekatnya digolongkan menjadi 2 yaitu bentuk pasif (tanpa tindakan nyata) dan dalam bentuk aktif dengan tindakan nyata / konkret. a) Perilaku dalam bentuk pengetahuan Adalah segala sesuatu yang diketahui mengenai hal sesuatu. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Dan ini terjadi setelah seorang melakukan penginderaan terhadap 7
sesuatu objek tertentu, penginderaan melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman dan rasa raba. Pengetahuan / kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior). Sebelum orang mengadopsi perilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yakni : 1) Awarness / kesadaran, dimana orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui lebih dahulu terhadap stimulus (objek) 2) Interest dimana orang mulai tertarik pada stimulus 3) Evaluation (menimbang) terhadap baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya. 4) Trial, dimana seseorang telah mencoba berperilaku baru (adaption) sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus.
b) Perilaku dalam bentuk sikap Sikap merupakan reaksi / respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Adapun yang melihat sikap sebagai kesiapan syaraf sebelum memberi respon. Newcomb (seorang ahli psikologi social) mengatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau ketersediaan untuk bertindak dan bukan pelaksana motif tertentu. (Notoadmojo, 2003) sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas akan tetapi adalah merupakan predisposisi tindakan atau perilaku. Sikap yang sudah positif terhadap sesuatu objek, tidak selalu terwujud dalam tindakan nyata, hal ini disebabkan oleh : 1) Sikap untuk terwujudnya didalam suatu tindakan bergantung pada situasi pada saat itu. 2) Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan mengacu pula pada pengalaman orang lain. 3) Sikap akan diikuti atau tidak oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang.
8
Pengukuran terhadap sikap ini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung dapat dinyatakan bagaimana pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek dan secara tidak langsung dapat dilakukan dengan pernyataan – pernyataan yang bersifat hipotesis, kemudian ditekankan pendapat responden.
c) Perilaku dalam bentuk tindakan Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior) untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan diperlukan factor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas, juga diperlukan factor pendukung / support dari pihak lain misalnya orang tua, mertua, suami atau istri Notoadmojo (2003) tingkat – tingkat praktek : 1) Persepsi Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama. 2) Respon terpimpin (guided response) Dalam melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dengan contoh adalah merupakan indicator praktek tingkat II. Misalnya seorang ibu sudah mengimunisasi bayinya pada umur – umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain. 3) Adaption / adaptasi Adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya, tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut. Misalnya, seorang ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan bahan – bahan yang murah dan sederhana.
4. Pelayanan kesehatan (Puskesmas)
1) Pengertian Puskesmas Puskesmas adalah suatu organisasi kesehatan fungsionil yang merupakan pusat pengembangan ksehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat
9
disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok (Depkes RI, 2004).
2) Kegiatan Pokok Puskesmas Sesuai dengan tenaga maupun fasilitas yang berbeda-beda, maka kegiatan pokok yang dapat dilaksanakan oleh sebuah puskesmas akan berbeda pula. Namun demikian kegiatan pokok puskesmas yang seharusnya dilaksanakan adalah sebagai berikut: KIA, KB, Usaha Perbaikan Gizi, Kesehatan Lingkungan, Pencegahan dan pemantauan penyakit menular, pengobatan termasuk Pelayanan Darurat karena kecelakaan, Penyuluhan Kesehatan Masyarakat, Kesehatan Sekolah, Kesehatan Olah Raga, Perawatan Kesehatan masyarakat, Kesehatan Kerja, Kesehatan Gigi dan Mulut, Kesehatan Jiwa, Kesehatan Mata, Laboratorium Sederhana, pencatatan dan pelaporan dalam rangka system informasi kesehatan, Kesehatan Usia lanjut dan pembinaan pengobatan tradisional (Depkes RI, 2004) Pelaksanaan kegiatan pokok Puskesmas diarahkan kepada keluarga sebagai satuan masyarakat terkecil. Dengan lain perkataan kegiatan pokok Puskesmas ditujukan untuk kepentingan kesehatan keluarga sebagai bagian dari masyarakat wilayah kerjanya.
3) Landasan Teori Factor-faktor yang berhubungan dengan tempat yang memfasilitasi atau menghambat pemanfaatan pelayanan pemeriksaan kehamilan, berkaitan dengan keterjangkauan tempat yang diukur dengan jarak tempuh, waktu tempuh dan biaya perjalanan dari tempat tinggal ibu hamil ke puskesmas. Kesehatan sebagai sebuah investasi merupakan cerminan dari pentingnya SDM yang produktif. Dibeberapa negara yang maju yang menggunakan konsep sehat produktif, sehat adalah sarana atau alat untuk hidup sehari-hari secara produktif. Upaya kesehatan harus diarahkan untuk dapat membawa setiap penduduk memiliki kesehatan yang cukup agar bisa hidup produktif. Masih banyak ibu-ibu yang menyadari pentingnya pemeriksaan kehamilan menyebabkan tidak terdektesinya factor-faktor resiko tinggi. Resiko ini baru dapat 10
diketahui pada saat persalinan yang seringkali karena kasusnya sudah terlambat dapat membawa akibat fatal yaitu kematian. Selain dari kurangnya pengetahuan akan pentingnya perawatan kehamilan, permasalahan-permasalahan pada kehamilan dan persalinan
11
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
Metodologi penelitian disebut juga bahan dan cara kerja mencakup:
Jenis rancangan penelitian (research design):
Deskriptif : survey dan studi kasus
Analitik : kasus kontrol dan eksperimen
Populasi dan sampel
Kriteria inklusi dan ekslusi
Lokasi dan waktu penelitian
Perhitungan jumlah sampel minimum (sample size)
Bahan/alat-alat yang diperlukan (terutama pada eksperimen)
Cara-cara pengumpulan data
Rencana pengolahan, analisis dan penyajian data
3.1 Kerangka Konsep
Setelah membuat kerangka teoritis maka di buat kerangka konsep variabelvariabel yang di mungkinkan untuk diteliti. Kerangka teoritis memuat semua variabel yang didapatkan dari kepustakaan yang berhubungan/ menmpengaruhi out come. Setelah pelbagai aspek teoritis disajikan dalam Tinjauan Pustaka, selanjutnya dibuat ringkasan yang merupakan dasar untuk membuat kerangka konsep. Kerangka konsep biasanya dibuat berupa diagram yang menunjukkan jenis serta hubungan antar variabel yang diteliti. Oleh karena seringkali tidak semua variabel diukur dalam penelitian tersebut, pada diagram hendaklah digambarkan pula batas-batas ruang lingkup penelitian. Diagram dalam kerangka konsep ini harus dapat menunjukkan keterkaitan antar variabel. Kerangka konsep yang baik dapat memberikan informasi yang jelas dan mempermudah peneliti untuk memilih desain penelitian
12
3.2 Metodologi
Setelah pertanyaan penelitian, tujuan serta hipotesis diformulasi dan kerangka teori serta kerangka konsep dirumuskan, maka peneliti melangkah pada suatu rencana pelaksanaan penelitian. Hal-hal yang tercakup dalam metodologi adalah desain penelitian, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel penelitian, estimasi besar sampel, kriteria inklusi dan eksklusi, cara erja serta rencana pengumpulan data dan rencana analisis yang hendak dipergunakan. 1) Desain Penelitian Desain penelitian merupakan wadah untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji kesahihan hipotesis. Klasifikasi desain penelitian amat bervariasi, hingga sering membingungkan. Terdapat 2 kelompok besar klasifikasi desain penelitian yaitu penelitian observasional dan penelitian eksperimental. Tabel 1. Desain penelitian Desain penelitian
Jenis
Contoh
Observasional
Deskriptif
Studi kasus Survei
Analitik
Kros seksional Kasus kontrol Kohort
Eksperimental
Laboratorium
Biomedik
Klinik
Trial klinik
Epidemiologi
Intervensi komunitas
Studi kros seksional: 13
Disebut juga survei penampang yang mana pajanan dan kejadian sakit ( masalah kesehatan) diketahui pada saat yang bersamaan. Kegunaan studi ini adalah untuk public health administrator dan untuk menilai kebutuhan pelayanan kesehatan. Keuntungan studi jenis ini adalah dapat dilakukan dalam masa yang singkat, biaya murah dan hasil studi dapat digeneralisasikan. Manakala kerugiannya pula, sulit mengetahui variabel antecedent.
Studi kasus kontrol: Tujuan studi ini adalah untuk mengetahui apakah satu atau lebih variabel independen merupakan faktor risiko dari variabel dependen. Keuntungan studi kasus kontrol adalah baik untuk meneliti peyakit yang jarang terjadi atau dengan masa laten yang panjang, pelaksanaannya cepat, relatif tidak mahal, tidak memerlukan banyak subyek penelitian dan data didapatkan dari catatan medis. Kerugian studi jenis ini adalah dapat terjadi bias recall , pemilihan kontrol agak sulit dan masih dapat terjadi antecedent.
Studi kohort: Tujuan studi kohort adalah untuk membuktikan hipotesis yang menyangkut hubungan sebab akibat. Keuntungannya adalah sesuai untuk meneliti pajanan yang jarang, tidak ada antecedent, bias minimal dan dapat mengukur insidens. Kerugian studi jenis ini adalah tidak efisien untuk meneliti penyakit yang jarang, waktu penelitian yang lama, mahal dan validitasnya terjaga dan hanya tergantung dari hilangnya anggota atau subyek penelitian.
Eksperimental Merupakan studi yang memberikan suatu intervensi terhadap kelompok studi dengan kelompok studi lainnya sebaai kontrol. Studi jenis ini merupakan rancangan studi yang terbaik.
14
2) Populasi Penelitian Dalam suatu penelitian, hasil-hasil yang diharapkan dapat berlaku secara keseluruhan (generalisasi). Untuk dapat menggeneralisasikan hasil penelitian, maka diperlukan data hasil pengukuran yang benar-benar berasal dari populasi yang mewakili (representatif). Yang dimaksudkan dengan populasi dalam penelitian adalah sekelompok subyek atau data dengan karakteristik tertentu. Populasi dapat dibagi menjadi 2,yaitu:
Populasi target; yang ditentukan oleh karakteristik klinis dan demografis, misalnya pasien morbili berusia di bawah 2 tahun.
Populasi terjangkau; adalah bagian populasi terget yang dibatasi oleh tempat dan waktu, misalnya pasien morbili dengan ensalopati yang berusia kurang 2 tahun, yang berobat ke RSCM selama tahun 1990-1991.
Adapun populasi dalam penelitian ini adalah data seluruh ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di wilayah kerja puskesmas “K”.
3) Sampel dan Cara Pemilihan Sampel Sampel adalah bagian populasi yang diteliti. Cara pemilihan sampel bermacammacam, misalnya cara pemilihan secara acak, sistematik, consecutive, cluster, convenience, time cluster dan seterusnya. Dalam usulan penelitian cara pemilihan subyek penelitian ini harus ditegaskan secara eksplisit. Syarat-syarat sampel: a. Random: sampel di pilih secara acak b. Equal probability : semua subjek mempunyai kesempatan yang sama untuk di pilih menjadi sampel c. Representatif: harus mewakili seluruh populasi Kriteria yang dibuat oleh peneliti untuk menentukan/ membantasi jumlah sampel yaitu:
Kriteria inklusi : kriteria yang membuat persyaratan tertentu yang harus dimiliki oleh subjek/responden untuk dapat dipilih sebagai sampel. 15
Kriteria
eksklusi:
yang
memuat
hal-hal
yang
tidak
dimiliki
oleh
subjek/responden. Sampling : adalah kegiatan untuk mendapat sampel yang memenuhi syarat. Mengapa di
perlukan sampling?
Karena populasi besar ( dapat menimbulkan kesalahan besar karena tidak akurat)
Populasi sampel yang baik dapat dilakukan analisis yang lebih baik
Kesalahan dapat di kontrol
Menghemat waktu, tenaga dan biaya
Cara pemilihan sampel:
Secara acak Pada cara ini, kita menghitung terlebih dahulu jumlah populasi yang akan dipilih sampelnya. Kemudian diambil sebagian dengan mempergunakan tabel random.
Secara sistematik Pada cara ini ditetukan bahwa tiap subyek nomor ke sekian dimasukkan dalam sampel. Bila kita ingin mengambil 1 / n dari populasi, maka setiap pasien nomor n dimasukkan ke dalam sampel. Contoh: ingin dipilih 20 dari 200 pasien yang ada dengan cara sampling sistematik. Dengan demikian diperlukan 20 / 200 = 1 / 10 bagian dari populasi yang akan diikutsertakan sebagai sampel, karenanya maka setiap pasien nomor 10 akan dipilih. Mula-mula tiap subyek diber nomor dari 1 samapai dengan 200. Tiap pasien ke 10 diambil sebagai sampel, sehingga pada akhirnya yang diikutsertakan dalam sampel adalah pasien nomor 10, 20, 30, 40, 50, 60, 70, 80, 90 dan seterusnya.
Cluster sampling Cluster sampling adalah proses penarikan sampel secara acak pada kelompok individu dalam populasi yang terjadi secara alamiah, misalnya berdasarkan wilayah. Cara ini sangat efisien bila populasi tersebar luas sehingga tidak mungkin untuk membuat daftar seluruh populasi tersebut. 16
Contoh: Misalnya kita ingin meneliti karateristik bayi dengan atresia bilier di rumah sakit pendidikan di seluruh Indonesia. Bila diinginkan hanya sebagian dari kasus yang terdaftar di rumah sakit tersebut, dilakukan cluster sampling yaitu dengan melakukan random sampling pada tiap rumah sakit, tanpa berusaha menjumlahkan pasien yang terdaftar pada seluruh rumah sakit. 4) Pengumpulan Data Metode atau alat yang di gunakan untuk mengumpulkan data antara lain: a. Observasi/pengamatan b. Pengukuran/measurement : BB, TB, kadar Hb c. Wawancara d. Dokumen/status e. Partisipasi (dengan angket/kuesioner) Sesuai dengan skenario yang didapat kita dapat mengumpulkan data melalui kuesioner. Kuesioner:
Merupakan instrumen penelitian
Dikembangkan secara khusus sesuai dengan tujuan penelitian
Memuat semua variabel penelitian
Pengisian oleh responden sendiri, oleh pewawancara/peneliti, melalui telpon dll.
Isi kuesioner:
Memuat pertanyaan-pertanyaan yang harus dijawab oleh responden/ yang diisi oleh pewanwancara sendiri
Terdiri dari 2 bagian besar yaitu: identitas responden dan data khusus yang berhubungan dengan penelitian.
Persyaratan dalam membuat kuesioner yang baik
Responden dapat menjawab
Sesuai dengan tujuan penelitian
Tidak berbentuk hipotesis
Tidak menyinggung perasaan
17
Dapat dipahami oleh responden
Pertanyaan tidak terlalu banyak
Jawaban harus objektif
Hanya mempunyai satu interpretasi
Harus ada jawabannya
Adapun Kegagalan-kegagalan dalam membuat kuesioner:
(a) Luncuran pertanyaan ganda: Jangan menanyakan satu masalah dalam satu pertanyaan. Contoh, apakah anda sering menyobek buku di perpustakaan selagi tidak ada pengawas yang melihatnya; dan apakah anda juga sering mencoreti buku milik perpustakaan untuk kepentingan penjelasan secara khusus?. (b) Pertanyaan yang mengaahkan: Hindari bentuk pertanyaan seperti ini. Contoh, menurut presiden, kita harus mengencangkan ikat pinggang dalam menghadapi krisis ekonomi yang berkepanjangan ini. Anda setuju, bukan?. Pertanyaan seperti ini biasanya dijawab secara langsung dengan kata 'setuju'. Bisa dibayangkan bahwa jika semua pertanyaan dijawab dengan setuju.
(c) Pertanyaan sensitif: Hati-hati dengan pertanyaan sensitif seperti contoh berikut: Anda pernah melakukan onani?; Anda pernah melakukan hubungan seks sebelum nikah?. Pertanyaan jenis ini termasuk kategori sensitif, bahkan kurang ajar. (d) Pertanyaan yang menakut-nakuti: Contoh. Di daerah ini sering terjadi perampokan dan penodongan di malam hari. Bisa Anda sebutkan orangnya?; atau, Anda tentu mengetahui peristiwa pembunuhan yang terjadi beberapa waktu lalu di daerah ini, karena andalah yang paling dekat dengan tempat kejadian perkara (TKP). Kami datang untuk menyelidikinya, oleh karena itu tolong jawab dengan sejujurnya pertanyaan-pertanyaan kami.
18
5) Pengolahan Data Apabila data yang telah berhasil dikumpulkan maka data tersebut harus diolah dengan menyusun data yang tersedia sedemikian rupa sehingga jelas sifat-sifat yang dimiliki oleh masing-masing data tersebut. Cara pengolahan data yang dikenal ada 3 macam yaitu secara manual, elektirikal dan mekanik. 6) Penyajian Data Data yang telah diolah perlu disajikan. Ada 3 macam penyajian data yang lazim dipergunakan yakni secara tekstular, tabular dan grafikal. 7) Analisis Data Tenik analisis data dalam penelitian dibagi menjadi dua, yaitu teknik analisis data deskriptif dan teknik analisis data inferensial. Teknik analisis data penelitian secara deskriptif dilakukan melalui statistik deskriptif, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat generalisasi hasil penelitian. Termasuk dalam teknik analisis data statistik deskriptif antara lain penyajian data melalui tabel, grafik, diagram, presentase, frekuensi, perhitungan mean, median, modus. Sementara itu teknik analisis dara inferensial dilakukan dengan statistik inferensial, yaitu statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan membuat kesimpulan yang berlaku umum. Ciri analisis data inferensial adalah digunakannya rumus statistik tertentu (misalnya uji t, uji F, dsb). Hasil dari perhitungan rumus statistik inilah yang menjadi dasar pembuatan generalisasi dari sampel bagi populasi. Dengan demikian statistik inferensial berfungsi untuk menggeneralisasikan hasil penelitian sampel bagi populasi. Sesuai dengan fungsi tersebut maka statistik inferensial cocok untuk penelitian sampel. 3.3 Uji Statistik
untuk analisis data dapat menggunakan uji statistik. 19
a. Statistik deskriptif
mean,
standar deviasi, persentase/proporsi
b. Statistik analitik uji Chi-Square, Fisher, kolmogorrov- smirrov dll Jenis – jenis uji statistik inferensi a. Uji Parametrik : Z-test, T-test, Korelasi pearson, Anova b. Uji Non Parametrik : Chi-Square test, Fisher Test, Kolmogorrov-Smirnov, Mc Neman Test. Statistik inferensi ; a. Membuat kesimpulan tentang suatu populasi dan membuat pernyataan deskriptif berdasarkan informasi-informasi kualitatif b. Penelitian pada tingkat sampel , digeneralisasikan ke tingkat populasi c. Data dari sampel inilah yang akan di uji dengan statistik d. Statistik inferensial yang akan membuktikan apakah hasil-hasil yang didapat adalah benar nyata atau kebetulan saja. e. Uji hipotesis akan membawa kesimpulan untuk menerima/menolak hipotesis. Langkah – langkah menguji hipotesis 1. Buat tabel (untuk desain tertentu) 2. Tentukan hipotesis nol (Ho) 3. Tentukan batas kemaknaan 4. Uji dengan statistik yang sesuai 5. Buat kesimpulan.
20
Memilih uji statistik tidak cukup hanya berdasarkan informasi dari formulasi hipotesis saja. Tanpa melihat jenis atau skala variabelnya, sebuah hipotesis masih mempunyai berbagai pilihan uji statistik. Mari kita lihat contoh sederhana. Kita mempunyai sebuah hipotesis yaitu “Tidak ada perbedaan gaji buruh pria dengan buruh perempuan yang bekerja di sektor informal di Jakarta”, atau bentuk formulasi lainnya dengan substansi yang sama, “Tidak ada kesetaraan gender dalam gaji buruh di sektor informal di Jakarta”. Dari hipotesis tersebut, kita mengetahui ada dua variable yang diteliti yaitu gaji dan jenis kelamin, yang diduga mempunyai hubungan. Jika hanya berdasarkan formulasi hipotesis di atas, kita masih mempunyai beberapa alternatif uji statistik yang dapat digunakan, yaitu “independet sample t test ” atau korelasi. Sebagai catatan, uji korelasi itu bermacam-macam. Mana yang dipilih tergantung pada skala variabelnya, bahkan tergantung pada asumsi datanya. Kalau variabel jenis kelamin sudah jelas skalanya yaitu skala nominal. Jadi kita harus menjelaskan terlebih dahulu cara pengukuran dan skala variabel gajinya yang dijelaskan secara terperinci di operasionalisasi variabel yang biasanya disajikan di Bab Metodologi. Kita tidak akan membahas mengapa kita menggunakan skala interval untuk variabel gaji pada dua skenario yang pertama dan skala ordinal pada skenario ketiga. Kita tidak juga mempertimbangkan variabel lainnya, yang mungkin mempengaruhi gaji seperti tingkat pendidikan, masa kerja, dan lain-lain. Ini hanyalah ilustrasi saja bahwa skala variabel akan menentukan uji statistik yang tepat. Sekarang mari lihat contoh tabulasi data, hasil penyajian data dengan statistik deskriptif, dan akhirnya menentukan uji statistik yang tepat sesuai dengan skala variabelnya. 3.4 Ukuran Epidemiologi
Penelitian epidemiologi menggabungkan penelitian yang menggunakan statistic inferensial untuk mengkaji informasi dan data yang berkaitan dengan ilmu kedokteran dan medis serta masalah kesehatan sosial. 3.4.1 Definisi Epidemiologi
21
Epidemiologi adalah metode investigasi yang digunakan untuk mendeteksi penyebab atau sumber dari penyakit,sindrom, kondisi atau risiko yang menyebabkan penyakit,cedera,cacat atau kematian dalam populasi atau dalam suatu kelompok manusia. Epidemiologi telah didefinisikan dengan berbagai cara. Salah satu caranya adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat,penyebab, pengendalian dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan dan kematian dalam populasi manusia. Epidemiologi juga meliputi pemberian ciri pada distribusi penyakit atau masalah kesehatan masyarakat lainnya berdasarkan usia,kelamin,ras geografi dan banyak lagi. Sebagai metode ilmiah, epidemiologi digunakan untuk mengkaji olah kejadian yang mempengaruhi faktor-faktor risiko yang dapat memberikan dampak pengaruh,pemicu dan efek pada distribusi penyakit,morbiditas dan mortalitas. 3.4.2 Tujuan Epidemiologi Menurut Lilienfeld ada tiga tujuan umum epidemiologi yaitu : 1. Untuk menjelaskan etiologi (studi tentang penyebab) satu penyakit atau kelomok enyakit,kondisi, gangguan,defek,ketidakmampuan atau kematian melalui analisis terhadap data medis dan epidemilogi menggunakan manajemen informasi seklaigus informasi dari segala bidang. 2. Untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan,perilaku dan biomedis terbaru 3. Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah-langkah pengendalian dan prosedur pencegahan; dan untuk pengembangan langkah-langkah dan kegiatan masyarakt yang diperlukan.
3.4.3 Ukuran Epidemiologi Cara mengukur frekuensi masalah kesehatan yang dapat dipergunakan dalam epidemiologi sangat beraneka ragam, karena bergantung dari pelbagai macam
22
masalah kesehatan yang ingin diteliti. Secara umum ukuran-ukuran epidemiologi adalah seperti yang berikut :
Angka morbiditas dan mortalitas
Morbiditas adalah istilah lain untuk sakit. Seseorang dapat memiliki beberapa comorbiditas secara bersamaan. Morbiditas adalah bukan kematian. Prevalensi adalah ukuran yang paling sering digunakan untuk menentukan tingkat morbiditas dalam suatu populasi. Morbiditas mengacu kejadian kesehatan yang buruk dalam suatu populasi. Data dikumpulkan sesuai dengan jenis penyakit, usia jenis kelamin, wilayah. Morbiditas skor atau morbiditas diprediksi ditugaskan untuk pasien sakit dengan bantuan sistem seperti APACHE II, SAPS II dan III, skala Glasgow Coma, PIM2, dan SOFA. Mortalitas adalah istilah lain untuk kematian. Tingkat mortalitas adalah jumlah kematian akibat penyakit dibagi dengan total populasi. Angka kematian dapat dibedakan menjadi tingkat kematian mentah; angka kematian perinatal; angka kematian ibu; angka kematian bayi; angka kematian anak, angka kematian standar; dan usia-spesifik angka kematian. Angka kematian umumnya dinyatakan sebagai jumlah kematian per 1000 individu per tahun
Beberapa angka kematian yang umum dipakai dalam mortalitas: 1. Angka kematian kasar Angka Kematian Kasar adalah angka yang menunjukkan banyaknya kematian per 1000 penduduk pada pertengahan tahun tertentu, di suatu wilayah tertentu.
2. Angka kematian bayi Angka Kematian Bayi (AKB) adalah banyaknya kematian bayi berusia dibawah satu tahun, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
3. Angka kematian neonatal 23
Angka Kematian Neo-Natal adalah kematian yang terjadi sebelum bayi berumur satu bulan atau 28 hari, per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
4. Angka Kematian Post Neo-Natal Angka Kematian Post Neo-natal atau Post Neo-natal Death Rate adalah kematian yang terjadi pada bayi yang berumur antara 1 bulan sampai dengan kurang 1 tahun per 1000 kelahiran hidup pada satu tahun tertentu.
5. Angka Kematian Anak Angka Kematian Anak adalah jumlah kematian anak berusia 1-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu. Jadi AngkaKematian Anak tidak termasuk kematian bayi.
6. Angka Kematian Balita Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi).
7. Angka Kematian Ibu (AKI) Banyaknya kematian perempuan pada saat hamil atau selama 42 hari sejak terminasi kehamilan tanpa memandang lama dan tempat persalinan, yang disebabkan karena kehamilannya atau pengelolaannya, dan bukan karena sebab-sebab lain, per 100.000 kelahiran hidup.
8. Angka Harapan Hidup Angka Harapan Hidup pada suatu umur x adalah rata-rata tahun hidup yang masih akan dijalani oleh seseorang yang telah berhasil mencapai umur x, pada suatu tahun tertentu, dalam situasi mortalitas yang berlaku di lingkungan masyarakatn ya.
24
Daftar Pustaka 1. Cholil, A, 2004. Keterbatasan Mnegakses Pelayanan Kesehatan, Jakarta 2. Depkes, RI, 2003. Rencana Strategi Nasional Makin Pregnancy Safer (MPS) di Indonesia tahun 2001 – 2010, Jakarta. 3. Depkes, RI, 2004. Pedoman Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Dasar di Puskesmas, Jakarta. 4. Depkes, RI, 2005. Rencana Strategis Departemen Kesehatan Tahun 2005 – 2009, Jakarta. 5. Depkes, RI, 2005. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2005, Jakarta. 6. Depkes, RI, 2006. Pedoman Pelaksanaan Strategis Nasional Making Pregnancy Safer (Kehamilan yang lebih aman), Jakarta. 7. Manuaba IBG, 2001, Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan, EGC, Jakarta. 8. Notoatmodjo, S, 2003. Pengantar Pendidikan dan Ilmu – Ilmu Perilaku Kesehatan ED. Terakhir. Yogyakarta: Andi Offset. 9. Saifuddin, Abdul Barry, 2001. Pengantar Kependudukan, Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta. 10. Wardhani, Desi Lusiana, 2006. Upaya Peningkatan Kualitas Pelayanan Antenatal di Puskesmas Kabupaten Tulungagung (Sebagai Upaya Peningkatan Cakupan K4), Universitas Airlangga. Tesis tidak dipublikasikan. 11. Budiarto, Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi. Ed.2. EGC. Jakarta
25
Lampiran 1. Contoh Kuesioner Penelitian
KUESIONER PENELITIAN
FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPERNGARUHI CAKUPAN PROGRAM PEMERIKSAAN KEHAMILAN (K4)
A. Karakteristik/ Identitas Responden
1. No. Responden
:…………………
2. Nama
:…………………
3. Umur
:…………………
4. Suku
:………………….
5. Pendidikan Responden
: a. tidak sekolah/ tidak tamat SD
6.
Pendidikan Suami
7. Pekerjaan Responden
b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Akademi/Sarjana
: a. tidak sekolah/ tidak tamat SD b. SD
c. SMP
d. SMA
e. Akademi/Sarjana
: a. PNS/TNI/Polri c. Wiraswasta
b. Pegawai swasta d. Buruh
e. Tidak Bekerja 8. Pekerjaan Suami
: a. PNS/TNI/Polri
b. Pegawai swasta 26
c. Wiraswasta
d. Buruh
9. Penghasilan
: Rp………………………./bln
10. Kehamilan ke
:…………………………
11. Jumlah anak
:…………………………
e.Tidak bekerja
B. Geografis
1. Apakah ibu mendapatkan kesulitan pergi ke tempat pemeriksaan kehamilan, dalam hal angkutan transport dan sarana jalan? a. Ya b. Tidak Jika ya, jelaskan……………………………………………………………………. 2. Dalam hal ini, menurut ibu bagaimana? a. Ada kendaraan transportasi b. Jalan baik 3. Berapa jarak tempat tinggal ibu dengan sarana pemeriksaan kehamilan? a. ≤ 5km b. >5km 4. Berapa lama waktu yang ibu butuhkan dari tempat tinggal ke tempat sarana pemeriksaan kehamilan? a. ≤ 15 menit b. > 15 menit 5. Menurut ibu, bagaimana waktu yang ibu butuhkan dari tempat tinggal ke sarana pemeriksaan kehamilan?
27
a. Lama
b. Singkat
6. Apakah ada alat transportasi umum dari tempat tinggal ibu ke sarana pemeriksaan kehamilan? a. Ada b. Tidak ada Jika ada sebutkan…………………………………………………………………………. 7. Berapa ongkos yang harus dikeluarkan untuk pergi ke tempat pemeriksaan kehamilan? a. ≤ Rp. 5000 b. > Rp. 5000
C. Perilaku
C.1. Pengetahuan 1. Tahukah ibu manfaat memeriksakan kehamilan ke pelayanan kesehatan? a. Tahu (jelaskan…………………………………………………………………….) b. kurang tahu c. Tidak tahu 2. Menurut ibu, kapan sebaiknya pertama kali untuk melakukan pemeriksaan kehamilan? a. Trimester I (1-3bulan) b. Trimester II (4-6 bulan) c. Trimester III(7-9bulan) 3. Menurut ibu, kepada siapa sebaiknya melakukan pemeriksaan kesehatan? a. Dokter spesialis kebidanan/ Dokter umum b. Bidan di Desa/perawat 28
c. Dukun 4. Apakah ada dukungan keluarga (terutama suami) yang menyarankan ibu memeriksakan kehamilan ke tempat pelayanan kesehatan? a. Ada b. Kadang-kadang c. Tidak ada 5. Jika keluarga/suami mendukung, apa yang dilakukan? a. Menemani ibu pergi memeriksakan kehamilan b. menyarankan untuk memeriksakan kehamilan c. Tidak ada 6. Pelayanan apa saja yang diperoleh ketika memeriksakan kehamilan? a. Anamnesa, pengukuran BB,TD, LLA, pemeriksaan luar b. pengukuran BB,TD, LLA, pemeriksaan luar c. Pemeriksaan luar 7. Apakah menurut ibu, manfaat pemeriksaan kehamilan di pelayanan kesehatan tersebut? a. Agar ibu dan anak yang dilahirkan nantinya sehat b. Agar ibu selamat waktu melahirkan c. Agar tidak sulit waktu melahirkan 8. Apakah ibu tahu berapa kali seharusnya melakukan pemeriksaan kehamilan selama masa hamil? a. Tahu (sebutkan……….) b. Tidak tahu
29
C.2. Sikap NO
Pernyataan
Setuju
Tidak setuju
1
Setiap ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya sekurang-kurangnya ≥4 kali selama kehamilan
2
Setiap ibu hamil harus memeriksakan kehamilan ke tempat pelayanan kesehatan
3
Pemeriksaan kehamilan bermanfaat bagi keselamatan ibu dan janin yang di kandungnya
4
Pemeriksaan kehamilan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan yang professional (Dokter spesialis kebidanan, Dokter umum, bidan)
5
Dengan memeriksakan kehamilan, ibu dan bayi dapat terhindar dari penyulit yang timbul sewaktu hamil atau melahirkan
6
Suntikan TT sangat diperlukan ibu hamil selama kehamilannya minimal 2 kali untuk mencegah tetanus pada bayi
7
Pemeberian Fe pada masa hamil berguna untuk mencegah terjadinya anemia pada ibu
C.3. Tindakan 1. Apakah sewaktu ibu hamil melakukan pemeriksaan kehamilan ke pelayanan kesehatan? a. Ya b. tidak (jika tidak sebutkan alasannya………………………………………………….)
30
2. Jika ya, dimanakah ibu melakukan pemeriksaan kehamilan? a. Rumah sakit, Dokter praktek, Puskesmas, klinik bersalin, poskesdes b. Dukun 3. Berapa kali ibu memeriksakan kehamilannya sampai saat ini (sesuai umur kehamilan)? a. ≥ 4 kali b. < 4 kali 4. Siapakah yang memeriksakan kehamilan ibu? a. Dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, perawat b. Dukun
D. Kunjungan Pemeriksaan Kehamilan
1. Berapa kali ibu memeriksakan kehamilan selama hamil terakhir? a. . ≥ 4 kali b. < 4 kali 2. Dalam tigs bulan pertama berapa kali ibu memeriksakan kehamilan? a. ≥ 1 kali b. Tidak pernah 3. dalam tiga bulan kedua berapa kali ibu memeriksakan kehamilan? a. ≥ 1 kali b. Tidak pernah 4. Dalam tiga bulan terakhir berapa kali ibu memeriksakan kehamilan? a. ≥ 2 kali
b. < 2 kali
31