Draft Risalah Tarbiyah Kampus 1434 H
Bab 1 PENGANTAR UMUM TARBIYAH
A. Pengertian Tarbiyah Secara bahasa tarbiyah berasal dari tiga kata: 1)
yang artinya tumbuh dan semakin besar
–
2)
–
3)
–
yang artinya berkembang atau bertambah yang artinya memperhatikan atau memelihara
Dari arti bahasa saja tarbiyah sudah menunjukkan aktivitas yang seharusnya dilakukan dalam tarbiyah. Laksana pohon, tarbiyah seharusnya mampu membuat fitrah manusia tumbuh dan semakin besar, dan terus berkembang. Agar tarbiyah dapat mencapai hal yang demikian, maka fitrah tersebut harus selalu dipelihara dan diperhatikan, terutama terhadap unsur‐ unsur perusak yang akan menghalangi pertumbuhan dan perkembangan fitrah tersebut. Seorang Murobbi berarti adalah seorang yang memiliki perhatian yang tinggi terhadap Mutarobbi untuk pertumbuhan dan perkembangan fitrah mereka. Adapun tarbiyah secara istilah adalah
Cara ideal berinteraksi dengan fitrah manusia, secara langsung dengan ucapan ataupun tidak langsung dengan keteladanan, sesuai dengan manhaj khusus dan sarana‐sarana khusus untuk memproses perubahan dalam diri manusia menuju kondisi yang lebih baik. Pengertian tarbiyah secara istilah di atas dapat diuraikan sebagai berikut: 1) Cara: tarbiyah hanyalah salah satu cara dari cara‐cara yang lain untuk berinteraksi dengan fitrah manusia 2) Ideal: tetapi tarbiyah adalah cara yang ideal, cara terbaik, dibandingkan dengan cara‐cara lainnya 3) Berinteraksi: adanya hubungan yang intensif yang positif antara Murobbi dan Mutarobbi 4) Fitrah manusia: yang akan ditumbuhkan dan dikembangkan adalah fitrah manusia yang sejak manusia lahir dalam keadaan suci (Islam); bahan baku yang baik 5) Langsung: dengan ucapan (penjelasan) tentang ilmu‐ilmu yang seharusnya dikuasai oleh Mutarobbi 6) Tidak langsung: melalui contoh keteladanan, sehingga Mutarobbi dapat mengikuti perilaku Murobbi, baik perilaku sehari‐hari maupun dalam beramal jama’i beramal jama’i 7) Sesuai: tidak boleh menyalahi atau mencari yang lainnya, selain yang sudah ditetapkan 8) Manhaj khusus: manhaj tarbiyah
9) Sarana‐sarana khusus: sesuai dengan sasaran tarbiyahnya, seperti tarbiyah jasadiyah tarbiyah jasadiyah melalui sarana mukhayyam askari, tarbiyah ruhiyah melalui sarana mabit, dll. 10) Proses: adanya tahapan (tadarruj) dalam mencapai sasaran‐sasaran yang diinginkan 11) Perubahan: tarbiyah harus menghasilkan perubahan pada diri Murobbi dan Mutarobbi 12) Manusia: pelaku dan obyek perubahan 13) Lebih baik: sesuai dengan makna tarbiyah yang harus tumbuh dan berkembang ke arah yang lebih baik
B. Tarbiyah Tsaqafiyah dan Amaliyah Dari pengertian tarbiyah secara istilah, terutama dalam hal bahwa interaksi tarbiyah itu dapat dikategorikan kedalam dua macam: langsung dan tidak langsung. Interaksi langsung melalui penjelasan verbal, sedangkan interaksi tidak langsung melalui contoh keteladanan. Dari dua hal ini dapat pula dikatakan bahwa tarbiyah ada yang berupa pemberian wawasan keilmuan atau disebut tarbiyah tsaqafiyah dan ada berupa tarbiyah dengan amal perbuatan atau tarbiyah amaliyah. Tarbiyah tsaqafiyah mewujud dalam bentuk kurikulum tarbiyah yang harus diterapkan dalam mentarbiyah seseorang. Sedangkan tarbiyah amaliyah adalah solusi‐solusi nyata yang dilakukan ketika terjadi problematika yang terjadi pada diri seorang Mutarobbi atau Murobbi. Ini yang bereaksi dalam jiwa dalam jiwa mereka 1) Selama bergaul dan berperilaku 2) Cinta kasih di antara mereka 3) Tolong‐menolong secara tulus dalam urusan kehidupan mereka 4) Persiapan diri untuk itu semua Di antara contoh tarbiyah amaliyah sebagaimana disebutkan oleh Imam Syahid dalam Memoar ‐nya adalah sebagai berikut:
1) Al‐akh As‐Sayyid Abus Su’ud (pedagang kelontong dan material) dan Al‐akh Mustafa Yusuf (pembeli). Akh Yusuf membeli nako dengan membayar 10 qirsy. Akh Abus Su’ud enggan menerima 10 qirsy, maunya 8 qirsy saja. Imam Syahid kagum; beliau melihat kuitansi pembeliannya ternyata harganya 8 qirsy. Akhirnya mereka sepakat dengan jalan dengan jalan keluar dari Sang Imam: harganya 9 qirsy 2) Beberapa ikhwah mengetahui bahwa salah seorang dari mereka menganggur. Lebih dari 10 ikhwah mendatanginya secara bersama‐sama. Masing‐masing saling membisikkan tawaran modal. Tapi ikhwah itu merasa cukup menerima dari sebagian mereka saja. Yang lain pulang dengan sedih karena kehilangan kesempatan untuk memberikan bantuan. Mereka meyakini bahwa itulah yang merupakan amalan utama Kita menginginkan kedua tarbiyah (tsaqafiyah dan amaliyah) ini mewujud di dalam kampus.
C. Tarbiyah Thullabiyah (Tarbiyah Kampus) Tarbiyah Kampus adalah tarbiyah yang dilakukan di kampus terhadap civitas akademika kampus tersebut. Sejarah Tarbiyah Kampus adalah sejarah Jama’ah ini karena Jama’ah ini bermula dari kampus‐kampus baru kemudian ke masyarakat secara umum. Selama ini Manhaj Tarbiyah yang diterapkan di kampus pun tidak berbeda dengan manhaj tarbiyah
yang diterapkan secara umum. Akan tetapi, perkembangan dakwah terutama di kampus nampaknya mengharuskan untuk memiliki manhaj tarbiyah yang secara khusus dibuat untuk tarbiyah kampus. Alasannya di antaranya adalah 1) Di kampus pemuda yang dianggap paling potensial dari bangsa ini memperoleh pendidikan tinggi sesuai dengan jalur keilmuan dan ketrampilan yang ada. Sampai saat ini, kurang dari 2% saja dari pemuda pada satu generasi yang sama berkesempatan memperoleh pendidikan tinggi. Umumnya lulusan kampus akan memasuki kelompok menengah di masyarakat, kemudian sebagian dari mereka akan bergerak memasuki kelompok elit di negeri ini. 2) Dakwah kampus merupakan salah satu tonggak penting dalam perkembangan dakwah di Indonesia. Peranannya dalam menyiapkan kader guna penyebaran dakwah ke berbagai tempat dan segmen kehidupan tidaklah dapat dianggap kecil. Bahkan diyakini sampai saat ini dakwah kampus masih merupakan sumber utama qo’idah harokiyah bagi dakwah. Selain hal tersebut, sesuai dengan perkembangan dakwah saat ini dan proyeksi dakwah di masa depan, kebutuhan dakwah atas munculnya kader‐kader yang memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang terspesialisasi adalah hal yang tidak mungkin ditawar lagi, dan kembali kampus merupakan sumber pasokan yang paling memungkinkan untuk itu 3) Durasi perkuliahan yang lebih pendek dari pada masa awal‐awal dakwah ini berkembang. Sekarang durasi perkuliahan sekitar empat tahun, sedangkan dahulu rata‐rata lima tahun. Masa perkuliahan yang lebih pendek memerlukan penyesuaian manhaj tarbiyah agar seorang yang terrekrut di kampus dapat menjadi Kader Inti pada masa‐masa aktif di kampus (semester 5 – 6). Meskipun belum ada penelitian dalam masalah ini, akan tetapi saat ini seseorang yang terrekrut di kampus dapat menjadi Kader Inti di kampus paling cepat pada semester 8 atau 9. Bahkan hal ini juga menimpa ADK yang berasal dari ADS (ADS SMP maupun ADS SMA). Meskipun prosesnya lebih pendek, tetapi harus dijamin bahwa kualitasnya tidak terdegrasi. Hal ini memungkinkan karena kampus adalah tempat berlangsungnya berbagai aktivitas yang dapat menjadi tadribul ’amal (latihan kerja dakwah) bagi Mutarobbi kampus. Banyaknya tadribat ini diharapkan lebih memantangkan tarbiyah seseorang.
D. Arah Tarbiyah Kampus Setelah seorang peserta tarbiyah mengikuti proses tarbiyah sesuai dengan manhaj yang dirumuskan, maka seorang peserta akan menaiki jenjang tarbawi satu demi satu untuk menuju kondisi terbaik yang mungkin dicapai olehnya, sehingga pada akhirnya ia menjadi manusia Rabbani sebagaimana yang dimaksud dalam Q.S. Ali Imran ayat 79.
Tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al ‐Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia, “Hendaklah kamu menjadi penyembah‐
pen embahku ukan penyembah Allah..” Akan tet pi (dia berk ata), “Hend aklah kamu menjadi ora g‐orang ra bani, kare a kamu sel alu mengaj arkan Al Ki ab dan dis babkan ka u tetap me pelajarinya.
Ter ait dengan makna rabbani ini, Im am Ibn Jarir al‐Thabari, yang dike nal dengan sebutan Imamul Mufassirin mengatakan bahw
rabbani a alah seseorang yang
emenuhi
eberapa
kualifikasi yaitu:
1. Faqih, dalam arti memah mi agama Islam deng n sangat b aik. 2. Ali , dalam arti memiliki ilmu pengetahuan. 3. Bashir bis siya ah ('melek ' politik) 4. Bashir bit tadbir ('melek'
anajeme )
5. Qai m bi syu‐un al ‐ra’iy ah bima yuslihuhu fi dun‐y hum wa dinihim (m laksanaka segala u rusan rak at yang endatang kan kema lahatan me eka, baik dalam urusa n dunia m upun aga a). Visi Manhaj T rbiyah me gharapkan aktivitas tarbawi ma pu meng asilkan ka er yang RABBANI. MISI
anhaj Tarbiyah diarahk an untuk aktivitas kaderisasi dalam angka:
1. Membentuk s akhshiyah islamiyah ang memiliki kekoko an iman, i mu dan am l. 2. Membentuk s akhshiyah daiyah yang mampu jamai.
enjadi m rabbi dan beramal
3. Membentuk s akhshiyah ijtimaiyah yang memiliki keahli n, kepedulian dan me jadi tokoh di masyara kat. 4. Membentuk yakhshiya dauliyah yang m miliki wa asan glo al dan me jadi pelop r perubahan dan negarawan.
Sedangkan arah tarbiyah kampus secara khusus adalah tercukupinya civitas akademika dan alumni yang Rabbani.
E. Kaidah 1) Menempatkan tarbiyah sebagai manhaj asasi untuk melakukan perubahan dan pembinaan kebangkitan (
)
2) Bagi seorang al‐akh yang tulus mau tidak mau harus menjadi seorang murabbi ( ) 3) Hakikat tarbiyah adalah mentarbiyah jiwa. Karena itu, seorang murabbi harus memberikan jiwanya
dalam
mentarbiyah
mutarabbi
agar
mutarabbi juga
memberikan jiwanya untuk Islam 4) Tarbiyah berbeda sekali dengan ta’lim. Tarbiyah lebih luas dari pada ta’lim. Tarbiyah berorientasi pada perubahan jiwa ke arah yang lebih baik, sedang ta’lim lebih berorientasi pada pembekalan ilmu 5) Tarbiyah kampus tidak boleh terjebak pada sekedar ta’lim, karena akan menyebabkan kegagalan dalam membentuk insan Rabbani
F.
Tantangan 1) Tidak ada LAWAN yang harus ditumbangkan setelah tumbangnya rezim militer Suharto sehingga militansi mahasiswa menurun 2) Durasi kuliah yang lebih pendek sehingga mahasiswa lebih sibuk kuliah dari pada aktivitas lainnya. 3) Biaya kuliah yang semakin mahal sehingga mahasiswa ingin segera lulus, bahkan kalau memungkinkan kurang dari durasi normal 4) Tarikan menjadi selebriti kampus, sehingga mahasiswa yang memiliki posisi strategis dapat terlena dengan tugas utamanya dalam dakwah dan tarbiyah kampus 5) Kematangan semu. Ini terjadi karena peluang untuk menjadi pimpinan di lembaga‐ lembaga kampus sangat terbuka. Sekali terbuka bagi dirinya maka terbuka juga akses ke berbagai lembaga penting di luar kampus. Hal ini dapat menimbulkan perasaan bahwa dirinya memang layak menduduki posisi itu dan lupa bahwa yang belum dipelajari masih lebih banyak dari pada yang sudah diketahuinya. Ia menjadi malas untuk lebih serius dalam tarbiyah karena sudah merasa cukup dengan posisinya sekarang. 6) Informasi dari media yang sudah terkooptasi oleh partai politik tertentu, sehingga beritanya tidak berimbang dan memihak. Dalam keadaan seperti ini, Jamaah dapat diberitakan kurang baik yang berakibat kader minder jika diketahui berada di Struktur. Akibat selanjutnya, mahasiswa secara umum bahkan kader secara khusus pun memiliki resistensi terhadap Struktur 7) Amal Jama’i dengan Struktur. Kesibukan aktivitas di dalam kampus dapat menyebabkan kurangnya interaksi dengan Jamaah di luar kampus. Ini dapat menambah sikap resistensi terhadap Struktur pada diri ADK
8) Banyak competitor yang mulai melirik ke wilayah untuk juga melakukan rekrutmen kader
G. Peluang 1) Kebebasan kampus 2) Penguasaan lembaga‐lembaga formal kampus 3) Akses ke Struktur lebih mudah 4) Perhatian Struktur lebih besar (terutama dengan diterbitkannya Manhaj Tarbiyah 1433 H Buku 2)
H. Optimalisasi 1) Rekrutmen sampai ke kader terbina harus lebih efektif 2) Pengelolaan halaqah yang efektif 3) ADKP yang makin banyak harus dikelola dengan baik agar bermanfaat untuk Dakwah dan Tarbiyah Kampus 4) Pemberdayaan lembaga‐lembaga kampus untuk Dakwah dan Tarbiyah Kampus 5) Peningkatan kompetensi keilmuan
Bab 2 PENGELOLAAN AKTIVIS DAKWAH KAMPUS Aktifis Dakwah Kampus (ADK) adalah seluruh kader terbina dan kader inti yang menjadi anggota civitas akademika dan alumni kampus tersebut, atau yang mendapat tugas dakwah di kampus tersebut. Dari pengertian di atas, maka ADK dibagi menjadi tiga macam: 1) ADK Mahasiswa (ADK): seluruh mahasiswa di semua program 2) ADK Permanen (ADKP): Dosen dan Karyawan 3) ADK Kehormatan (ADKK): kader luar kampus yang ditugaskan di kampus
A. Kedudukan ADK dan ADKP a.
Untuk optimalisasi tarbiyah kampus, semua ADK dan ADKP harus ditarbiyah dan dikelola oleh Unit Kampus
b. Dalam hal di suatu kampus belum ada Unit Kampusnya, maka ADK dan ADKP yang berada di kampus tersebut harus diarahkan untuk melakukan kerja‐kerja dakwah dan tarbiyah di kampus tersebut c.
Hubungan antara ADK dan ADKP adalah hubungan ukhuwwah yang kuat (orang tua yang menyayangi anak muda dan anak muda yang menghormati orang tua)
B. Fungsi ADK a. Fungsi ADKP Dosen i. Nahnu du’at qabla kulli syai’in (ADKP harus menyadari bahwa dirinya adalah du’at sebelum sebagai apapun) ii. Agen da’wah ta’rifi; yakni senantiasa menyelipkan pesan‐pesan tarbiyah, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam kegiatan belajar mengajar. iii. Inisiator dan fasilitator (murofaqoh ADK) dalam membuka peluang dan mengelola tarbiyah iv. Murabbi/naqib dan pelaku da’wah fardiyah. v. Mediator dan fasilitator dalam evaluasi dan pemberdayaan kompetensi akademik mahasiswa vi. Membantu ADK yang memiliki masalah akademik sehingga tidak ada ADK yang DO. Akan tetapi, hal ini tidak boleh dijadikan sebagai alasan bagi ADK untuk mengandalkan kemudahan ini. vii. Mediator untuk memperlancar proses pengambilan keputusan pemilihan mahasiswa terbina yang memiliki potensi ketokohan dan akademik b. Fungsi ADKP Karyawan i. Inisiator dan fasilitator dalam membuka peluang tarbiyah. ii. Murabbi/naqib dan pelaku da’wah fardiyah. iii. Memberikan dukungan untuk optimalisasi tarbiyah kampus sesuai dengan kewenangan yang dimiliki
c.
Fungsi ADK dan Alumni i. Agen da’wah ta’rifi; yakni senantiasa menyelipkan pesan‐pesan tarbiyah, baik secara langsung maupun tidak langsung, dalam kegiatan belajar mengajar ii. Inisiator dan fasilitator dalam membuka peluang tarbiyah. iii. Murabbi/naqib dan pelaku da’wah fardiyah iv. Memberikan donasi untuk membiayai aktivitas dakwah dan tarbiyah kampus
d. Fungsi ADKK i. Inisiator dan fasilitator dalam membuka peluang tarbiyah ii. Murabbi/naqib dan pelaku da’wah fardiyah. iii. Mediator dan fasilitator dalam evaluasi dan pemberdayaan kompetensi akademik mahasiswa iv. Mediator untuk memperlancar proses pengambilan keputusan pemilihan mahasiswa terbina yang memiliki potensi ketokohan dan akademik v. Dinamisator dan stabilisator harakah kampus
C. Forum ADK a.
Forum ini bertujuan menjalin sinergi antara mas’ulin ADK dan mas’ulin ADKP
b. Pertemuan dilakukan secara rutin minimal dua bulan sekali
D. Optimalisasi ADK
NO 1
SEMESTER
ASAL KADER ADS
1 Tamhidi
2 Tamhidi
(APTB)
3 Muayyid
4
5
6
7
8
Muayyid
Muayyid
Muayyid
Muntasib
Muntasib
I’dad MR
Muayyid
Muayyid
Mentor
Murobbi
Muayyid
Muayyid
Muntasib
Muntasib
Muntasib
Muntasib
Muayyid
Muayyid
Muayyid
Muntasib
Muntasib
I’dad MR Mentor/ Murobbi 2
KAMPUS
Mentoring
Tamhidi
Muayyid
dan Tamhidi I’dad MR Mentor
E. Pengelolaan APTB
Murobbi
a.
Dakwah Sekolah (Pembinaan Tunas Bangsa, PTB) memiliki posisi yang sangat strategis dalam dakwah dan tarbiyah secara umum, dan secara khusus dalam dakwah serta tarbiyah kampus
b. Aktivitas dakwah dan tarbiyah kampus merupakan kelanjutan dari aktivitas dakwah dan tarbiyah sekolah c.
ADK yang sebelumnya adalah APTB adalah penggerak utama dakwah dan tarbiyah kampus
d. Akan tetapi, berasal dari mana pun, ketika seseorang menjadi ADK maka aktivitas utamanya adalah di kampus e. Dalam hal, seorang ADK juga masih sebagai APTB, maka i. Pada tahun pertama di kampus, dimungkinkan aktivitasnya masih lebih banyak di sekolah ii. Setelah itu, maka aktivitasnya harus lebih banyak di kampus agar dirinya lebih berkembang; karena itu, proses pewarisan di sekolah harus diperhatikan dengan teliti f.
Dalam hal ADK yang dibina di luar kampus, maka i. Unit Kampus dapat meminta mutasi yang bersangkutan ke kampus ii. Unit Kampus dapat meminta kemajuan tarbiyah kepada murabbinya
Bab 3 TAHAPAN TARBIYAH KAMPUS A. Tahapan Kampus Sebagaimana disebutkan dalam Pedoman Dakwah Kampus 1422 H, bahwa dakwah kampus dibagi menjadi empat tahapan kampus, yaitu kampus tahap persiapan, kampus tahap satu, kampus tahap dua, dan kampus tahap tiga. Kriteria masing‐masing tahapan kampus adalah sebagai berikut:
a.
Kampus Tahap Persiapan adalah kampus di mana dakwah kampus mulai ada, dengan ciri: 1) Telah ada ADK, tetapi belum berpengaruh signifikan atas lembaga kemahasiswaan. 2) Rekruitmen kader dilakukan melalui dakwah fardiyah. 3) Simpatisan yang loyal kepada personil ADK mulai ada. 4) Fungsi mahasiswa yang menonjol adalah fungsi da’i. 5) Amal dakwah yang utama adalah amal khidamy dan dakwiy. 6) Mutaba’ah dilakukan oleh halaqoh atau usar.
b.
Kampus Tahap Satu adalah kampus di mana dakwah kampus mulai berkembang dan berpengaruh signifikan atas sebuah lembaga kemahasiswaan yang umumnya adalah lembaga dakwah kampus, dengan ciri: 1) Rekruitmen kader dilakukan melalui dakwah fardiyah dan lembaga. 2) Simpatisan yang loyal terhadap lembaga dan personil ADK mulai banyak. 3) Fungsi mahasiswa yang menonjol adalah fungsi da’i, fungsi sebagai cadangan masa depan mendapat perhatian. 4) Amal dakwah yang utama adalah amal khidamiy dan dakwiy, sedangkan amal ilmiy, fanni, ‘ilamiy dan tandzimi mendapat perhatian semestinya. 5) Ada upaya mengharmonisasi antar lembaga kemahasiswaan. 6) Mutaba’ah dilakukan oleh usroh atau unit kampus.
c.
Kampus Tahap Dua adalah kampus di mana dakwah kampus telah berkembang secara baik dan telah berpengaruh signifikan atas beberapa lembaga kemahasiswaan yang salah satunya adalah lembaga dakwah kampus, dengan ciri: 1) Rekruitmen kader dilakukan melalui dakwah fardiyah dan lembaga. 2) Simpatisan yang loyal terhadap lembaga dan personil ADK berjumlah dominan bila dibandingkan dengan kelompok lain. 3) Semua fungsi mahasiswa mendapat perhatian seimbang. 4) Semua amal dakwah mendapat perhatian seimbang. 5) Upaya harmonisasi antar lembaga kemahasiswaan telah berjalan baik. 6) Melakukan upaya mendorong berjalannya peran kampus. 7) Melakukan persiapan untuk memasuki dakwah paska kampus. 8) Memiliki ADK Permanen. 9) Melakukan persiapan untuk masuk ke Kampus Tahap Tiga. 10) Mutaba’ah dilakukan oleh unit kampus.
d.
Kampus Tahap Tiga adalah kampus di mana dakwah kampus telah mapan dan memiliki pengaruh signifikan atas institusi perguruan tinggi bersangkutan, dengan ciri: 1) ADK Permanen telah ada, terkoordinasi secara baik dan dirasakan pengaruhnya. 2) Dakwah yang terencana terhadap dosen, pejabat dan pegawai kampus telah dilakukan. 3) Memiliki pengaruh signifikan atas kebijakan kampus. 4) Melakukan upaya mendorong optimalisasi peran kampus. 5) Mutaba’ah dilakukan oleh unit kampus
B. Paramater Tarbawi dalam Tahapan Kampus Karena dalam tahapan kampus tersebut belum diatur parameter tarbawinya secara lebih rinci, maka di dalam Risalah ini akan ditambahkan parameter‐parameter tersebut.
NO
Kriteria
Persiapan
Tahap 1
Tahap 2
Tahap 3
1
Unit Kampus
Unit Kampus
Unit Kampus
Unit Kampus Tahap
Unit Kampus
Persiapan
Tahap 1
2
Mandiri
‐
1 – 2 UK
3 UK Muntasib
3 UK
2
Usrah Kampus
Muntasib
Muntazhim 9 UK Muntasib
3
SPU
‐
‐
SPU Muntasib
SPU Muntazhim
4
ADK
Minimal 1 Halaqah
1% dari
5% dari Mahasiswa
15% dari
Mahasiswa
Muslim
Mahasiswa
Muslim 5
6
ADK KI
ADKP KI
‐
‐
‐
‐
Muslim 1% dari ADK
2% dari ADK
mahasiswa
mahasiswa
1% dari jumlah
2% dari jumlah
dosen muslim
dosen muslim
Jumlah kader terbina yang mencukupi di suatu kampus penting untuk dipenuhi sebagai basis pengokohan dakwah kampus sebelum menguasai lembaga‐lembaga formal. Karena itu, kriteria tahapan kampus secara tarbawi lebih ditekankan kepada aspek ketercukupan kader 1. Kampus Tahap Persiapan adalah ADK terbina minimal satu halaqoh 2. Kampus Tahap Satu adalah kampus di mana kader terbina 1% dari mahasiswa muslim 3. Kampus Tahap Dua adalah kampus yang kader terbinanya 5% dari seluruh jumlah mahasiswa muslim dan memenuhi salah satu dari kriteria berikut ini:
a) Anggota inti mahasiswa minimal 1% dari ADK mahasiswa b) Anggota inti dosen minimal 1% dari jumlah dosen muslim c)
Minimal 1 SPU Muntasib (3 usar Muntasib)
4. Kampus Tahap Tiga adalah kampus yang kader terbinanya 15% dari seluruh jumlah mahasiswa muslim dan memenuhi salah satu dari kriteria berikut ini: a) Anggota inti mahasiswa minimal 2% dari ADK mahasiswa b) Anggota inti dosen minimal 2% dari jumlah dosen muslim c)
Minimal 1 SPU Muntazhim
C. Usrah Kampus 1. Usrah Kampus adalah usrah yang mengelola tarbiyah kampus 2. Usrah Kampus dibentuk oleh Struktur 3. Usrah Kampus berada di bawah struktur Unit Kampus 4. Komposisi usrah kampus melibatkan ADK Permanen
Tugas Umum Usrah Kampus 1. Menginventarisasi Sumber daya tarbiyah kampus yang meliputi: kafa’ah/potensi murabbi, kafa’ah/potensi naqib, jumlah halaqah/peserta tarbiyah tamhidi/muayyid dan jumlah usrah/muntasib yang dikelolanya. 2. Menyelenggarakan program‐program tarbiyah bagi tamhidi, muayyid dan muntasib kampus. 3. Mengevaluasi penyelenggaraan dan pencapaian ahdaf tarbiyah kampus. 4. Memantau peningkatan mustawa tarbawi peserta tamhidi, muayyid dan muntasib kampus. 5. Memantau perluasan manuver da’wah tamhidi, muayyid dan muntasib kampus. 6. Melakukan taqwim kader kampus. 7. Melaporkan kegiatan tarbiyah ke elemen struktur di atasnya.
Tugas Khusus Usrah Kampus 1. Membantu Unit Kampus dalam perencanaan dan pengelolaan dakwah dan tarbiyah di kampus 2. Memberikan masukan tentang da’wah dan tarbiyah kepada elemen struktur terkait dalam proses pengambilan kebijakan dan penanganan masalahnya
D. Perintisan Dakwah Kampus 1. Menunjuk kader atau usrah untuk membuka kampus tertentu 2. Melakukan pemetaan kader terbina di kampus yang akan diakses 3. Bila sudah ada kader terbina di kampus tersebut, maka kader tersebut diminta untuk dimutasikan ke halaqah/usrah yang ditugaskan untuk menangani kampus tersebut. Kemudian mengupayakan melakukan daurah rekrutmen di kampus tersebut
4. Bila tidak ada kader terbina di kampus tersebut, maka kader atau usrah yang ditugaskan harus melakukan rekrutmen dengan berbagai sarana yang memungkinkan (informal melalui dakwah fardiyah ataupun formal melalui acara terbuka)
Bab 4 ALU MENJ DI KA ER TE BINA
Dakwah Kampus a alah dakw h ammah
an haroka
zhohiroh
alam lingk p perguruan tinggi.
Seluruh aktivitas dakwah ka pus dilaku an mengg nakan waj hah dakwa h. Dengan cara ini diharapkan rekrutmen dapat dil kukan seca ra massif. Akan tetapi, tingka keberhasil n aktivitas rekrutmen ingga menj di kader te rbina masih rendah. Karena itu, perlu di uat sistem yang dapat meningkatk n efisiensi ekrutmen h ingga menj di kader terbina.
A.
Re rutmen
.
Rekrut en terdiri atas dua ben uk: 1) Rekrutme fardi 2) Rekrutme jama’I
.
Rekrut en fardi 1) Dilakukan melalui ber bagai saran (pertema an, komuni tas, kelompok studi, dll) 2) dilakukan etiap waktu 3) Hasilnya langsung diha laqahkan
.
Rekrut en Jama’i harus memp rhatikan hal‐hal sebagai berikut: 1) Menggunakan berbag i pintu yang paling pote sial untuk r ekrutmen 2) Setiap AD wajib berp ran sebagai agen rekru or yang han dal 3) Setiap waj hah yang di elola oleh DK wajib b rperan seba gai agen re rutor
4) Untuk optimalisasi rekrutmen tersebut harus ada struktur yang mengelola rekrutmen dari berbagai pintu tersebut 5) Hasil rekrutmen sebisa mungkin langsung dihalaqahkan 6) Jika belum ada kesiapan masuk halaqah, maka diproses terlebih dahulu di mentoring
B.
Tindak Lanjut Rekrutmen a.
Hasil rekrutmen yang sudah siap mengikuti halaqah, maka langsung dihalaqahkan tanpa menunggu apapun
b.
Dalam hal rekrutmen menggunakan sarana mentoring, maka pelaksanaan mentoring paling lama 3 bulan, setelah itu dinilai kesiapannya untuk memasuki halaqah
c.
Dalam hal satu kelompok mentoring memiliki kesiapan untuk halaqah, maka langsung diubah ke halaqah
d.
Dalam hal orang per orang dalam satu kelompong mentoring yang memiliki kesiapan untuk halaqah, maka dikumpulkan orang per orang tersebut untuk dihalaqahkan
e.
Peserta mentoring yang belum juga memiliki kesiapan untuk halaqah setelah 3 bulan, maka dibentuk ta’lim tarbawi
C.
Mentoring (halaqah I’dadiyah) a.
Mentoring adalah aktifitas pembinaan yang mengantarkan menuju halaqah tarbawiyah (masa penyemaian ‐mu’ayasyah‐ bagi calon peserta halaqah)
b.
Muatan utama (materi) mentoring adalah memberikan motivasi untuk mengikuti proses tarbiyah (halaqah) secara berkesinambungan
c.
Muatan mentoring tidak menggunakan muatan materi tamhidi
d.
Mentoring kampus maksimal berlangsung selama tiga bulan atau 12 kali pertemuan
e.
Mentor harus disiapkan secara serius agar dapat melakukan pengelolaan mentoring secara optimal (minimal 50% masuk halaqah)
f.
Mentor harus mendapatkan pembekalan ruhi‐maknawi, ilmi‐tsaqafi dan da’wi‐haraki selama mengelola mentoring melalui Majlis Mentor
g.
Majlis Mentor difungsikan juga untuk evaluasi pelaksanaan mentoring
h.
Proses peralihan dari mentoring ke halaqah dapat melalui: 1) Pengkondisian yang baik dari mentor kepada mentee sehingga dapat langsung berubah ke halaqah tanpa melalui kegiatan antara apapun 2) Kegiatan antara yang sesuai yang diakhiri dengan pembentukan halaqah; bagi peserta mentoring yang tidak mengikuti kegiatan antara ini maka dapat dimasukkan kedalam halaqah yang sudah terbentuk atau membentuk halaqah yang baru jika memungkinkan
D.
I’dad Murobbi a.
I’dad Murobbi adalah program penyiapan murobbi tarbiyah kampus
b.
I’dad Murobbi yang paling utama adalah pembentukan murobbi secara alami melalui halaqah atau usrah
c.
I’dad Murobbi pendukung yang dapat dilakukan melalui: 1) Daurah I’dad Murobbi
2) Sekolah Murobbi d.
I’dad Murobbi sudah harus selesai sebelum mentoring dilaksanakan
e.
Peserta I’dad Murobbi harus memiliki mustawa tarbawi minimal muayyid yang berasal dari para mentor atau lainnya
f.
Penanggung jawab I’dad Murobbi di Kampus 1) Jika sudah ada Unit Kampus, maka penanggung jawabnya adalah Unit Kampus 2) Jika belaum ada Unit Kampus, maka penanggung jawabnya adalah DPD/DPW
g.
Kurikulum I’dad Murobbi 1) Qadhaya ummah 2) Ahammiyyatut tarbiyah 3) Sistem dan kurikulum tarbiyah 4) Micro‐teaching 5) Talaqqi maddah a) Keutamaan Berkumpul Membaca dan Mengkaji Al‐Qur’an b) Kisah Salman Al‐Farisi Memburu Hidayah c)
Urgensi Halaqah (Al‐Izzah)
d) Ahammiyyatusy syahadatain
E.
Majlis Murobbi a.
Bertujuan untuk melakukan in’asy murobbi
b.
Majlis Murobbi dilakukan sesuai dengan marhalah yang dibina
c.
Baramij Majlis Murobbi 1) Mutaba’ah halaqah 2) Mutaba’ah taqwim 3) Peningkatan kemampuan mengelola halaqah 4) Talaqqi maddah
d.
Majlis Murobbi dilaksanakan secara rutin setiap sebulan sekali
e.
Majlis Murobbi memiliki kedudukan yang sangat penting karena menentukan kualitas dan keberlangsungan tarbiyah di kampus
F.
Mutasi a.
Untuk optimalisasi tarbiyah kampus, semua ADK dan ADKP harus ditarbiyah dan dikelola oleh Unit Kampus
b.
Dalam hal kader berpindah ke kampus maka harus melanjutkan tarbiyah di kampus dengan membawa surat mutasi dan mulahazhah tarbiyah
c.
Surat mutasi untuk kader terbina dapat berasal dari murabbinya
d.
Surat mutasi untuk kader inti harus berasal dari struktur
e.
Struktur dakwah kampus harus menta’limatkan nama pengelola kaderisasi kampus kepada kaderisasi wilayah
f.
Surat mutasi harus dipastikan diserahkan ke pengelola kaderisasi di kampus
g.
Nama‐nama kader yang dimutasi diumumkan melalui ta’limat struktur
h.
Surat mutasi harus menyertakan catatan tarbiyah (mulahazhah tarbiyah) yang bersangkutan, yang meliputi: 1) Materi yang sudah diterima oleh kader yang bersangkutan
2) Pencapaian muwashafat 3) Catatan lainnya yang dianggap penting
Bab 5 MARAHIL TARBAWIYYAH
A. Tamhidi Definisi Adalah seseorang yang memiliki sifat‐sifat terpuji, perangai Islam asasi, tidak terkotori oleh syirik dan tidak memiliki hubungan dengan instansi yang memusuhi Islam.
Karakter Membangkitkan rasa kebutuhannya kepada Islam, juga kepada pelaksanaan adab‐adab dan hukum‐ hukumnya serta rasa cintanya untuk hidup di bawah naungan Islam.
Tujuan 1. Memperkenalkan kepada peserta prinsip‐prinsip umum Islam, baik aqidah, syariah maupun akhlaq. 2. Memunculkan lingkungan yang sesuai untuk komitmen dengan prinsip‐prinsip Islam. 3. Memperkokoh kecenderungan peserta untuk komitmen dengan prinsip‐prinsip Islam. 4. Mengembangkan sifat‐sifat terpuji dan perangai Islam asasi yang ada pada peserta melalui kajian terhadap ilmu‐ilmu marhalah (bidang studi). 5. Membentuk berbagai kecenderungan dan orientasi‐orientasi positif menuju penyebarluasan fikrah Islam dan memberikan perhatian kepada berbagai problematika dunia Islam. 6. Meneliti tingkat kredibilitas berbagai kecenderungan dan orientasi‐orientasi positif yang dimiliki oleh peserta tersebut.
Kriteria Peserta 1. Memiliki pribadi hanif dan bersedia mendengarkan dakwah 2. Memiliki kecenderungan untuk mengubah diri dan mengubah orang lain 3. Memiliki potensi tertentu yang dapat bermanfaat bagi dakwah 4. Melaksanakan ibadah‐ibadah wajib. 5. Simpati pada persoalan Islam dan keislaman.
Muwashafat Salimul Aqidah 1. Tidak berhubungan dengan jin 2. Tidak meminta tolong kepada orang yang berlindung kepada jin 3. Tidak meramal nasib dengan melihat telapak tangan 4. Tidak menghadiri majelis dukun dan peramal 5. Tidak meminta berkah dengan mengusap‐usap kuburan 6. Tidak meminta tolong kepada orang yang telah dikubur (mati) 7. Tidak bersumpah dengan selain Allah swt 8. Tidak tasya'um (merasa sial karena melihat atau mendengar sesuatu) 9. Mengikhlaskan amal untuk Allah swt 10. Mengimani rukun iman 11. Beriman kepada nikmat dan siksa kubur 12. Mensyukuri nikmat Allah swt saat mendapatkan nikmat 13. Menjadikan setan sebagai musuh 14. Tidak mengikuti langkah‐langkah setan 15. Menerima dan tunduk secara penuh kepada Allah swt dan tidak bertahkim kepada selain yang diturunkan‐Nya
Shahihul Ibadah 1. Ihsan dalam Thaharah 2. Ihsan dalam shalat 3. Membayar zakat 4. Berpuasa fardhu 5. Niat melaksanakan haji 6. Komitmen dengan adab tilawah 7. Menjauhi dosa besar 8. Memenuhi nadzar 9. Menyebar luaskan salam 10. Menahan anggota tubuh dari segala yang haram 11. Tidak sungkan adzan 12. Bersemangat untuk shalat berjamaah
13. Qiyamul‐Lail minimal sekali sepekan 14. Berpuasa sunnah minimal sehari dalam sebulan 15. Khusyu dalam membaca Al‐Quran 16. Hafal satu juz Al‐Quran 17. Komitmen dengan wirid tilawah harian 18. Berdoa pada waktu‐waktu utama 19. Menutup hari‐harinya dengan bertobat dan beristighfar 20. Berniat pada setiap melakukan perbuatan 21. Merutinkan dzikir pagi hari 22. Merutinkan dzikir sore hari 23. Dzikir kepada Allah swt dalam setiap keadaan 24. Beri'tikaf pada bulan Ramadhan, jika mungkin 25. Mempergunakan siwak 26. Senantiasa menjaga kondisi Thaharah, jika mungkin
Matiinul Khuluq 1. Tidak takabur 2. Tidak Imma'ah (asal ikut, tidak punya prinsip) 3. Tidak dusta 4. Tidak mencaci maki 5. Tidak mengadu domba 6. Tidak ghibah 7. Tidak menjadikan orang buruk sebagai teman / sahabat 8. Memenuhi janji 9. Birrul walidain 10. Memiliki ghirah (rasa cemburu) pada keluarganya 11. Memiliki ghirah (rasa cemburu) pada agamanya 12. Tidak memotong pembicaraan orang lain 13. Tidak mencibir dengan isyarat apapun 14. Tidak menghina dan meremehkan orang lain 15. Menyayangi yang kecil 16. Menghormati yang besar 17. Menundukkan pandangan 18. Menyimpan rahasia
19. Menutupi dosa orang lain
Qadirun 'alal Kasbi 1. Menjauhi sumber penghasilan haram 2. Menjauhi riba 3. Menjauhi judi dengan segala macamnya 4. Menjauhi tindak penipuan 5. Membayar zakat 6. Tidak menunda dalam melaksanakan hak orang lain 7. Menabung, meskipun sedikit 8. Menjaga fasilitas umum 9. Menjaga fasilitas khusus
Mutsaqqaful Fikri 1. Baik dalam membaca dan menulis 2. Memperhatikan hukum‐hukum tilawah 3. Mengkaji marhalah Makkiyah dan menguasai karakteristiknya 4. Mengenal 10 sahabat yang dijamin masuk surga 5. Mengetahui hukum thaharah 6. Mengetahui hukum shalat 7. Mengetahui hukum puasa 8. Menyadari adanya peperangan Zionisme terhadap Islam 9. Mengetahui ghazwul fikri 10. Mengetahui organisasi‐organisasi terselubung 11. Mengetahui bahaya pembatasan kelahiran 12. Berpartisipasi dalam kerja‐kerja jama'i 13. Tidak menerima suara‐suara miring tentang kita 14. Membaca satu juz tafsir Al‐Quran (juz 30) 15. Menghafalkan separuh Arba'in (1‐20) 16. Menghafalkan 20 hadits pilihan dari Riyadhus‐Shalihin 17. Membaca sesuatu yang di luar spesialisasinya 4 jam setiap pekan 18. Memperluas wawasan diri dengan sarana‐sarana baru 19. Menjadi pendengar yang baik
20. Mengemukakan pendapatnya
Qawiyyul Jismi 1. Bersih badan 2. Bersih pakaian 3. Bersih tempat tinggal 4. Komitmen dengan olah raga 2 jam setiap pekan 5. Bangun sebelum fajar 6. Memperhatikan tata cara baca yang sehat 7. Mencabut diri dari merokok 8. Komitmen dengan adab makan dan minum sesuai dengan sunnah 9. Tidak berlebihan dalam begadang 10. Menghindari tempat‐tempat kotor dan polusi 11. Menghindari tempat‐tempat bencana (bila masih di luar area)
Mujahidun Linafsihi 1. Menjauhi segala yang haram 2. Menjauhi tempat‐tempat maksiat 3. Menjauhi tempat‐tempat bermain yang haram
Munazhzham fi Syu'unihi 1. Tidak menjalin hubungan dengan lembaga‐lembaga yang menentang Islam 2. Memperbaiki penampilannya
Harishun 'ala Waqtihi 1. Bangun pagi 2. Menghabiskan waktu untuk belajar
Nafi'un li Ghairihi 1. Melaksanakan hak kedua orang tua 2. Membantu yang membutuhkan 3. Memberi petunjuk orang tersesat 4. Ikut berpartisipasi dalam kegembiraan Menikah dengan pasangan yang sesuai
B. Muayyid Definisi Adalah seorang tamhidi yang mendukung fikrah, memiliki perhatian untuk menyebarluaskannya, memiliki perhatian terhadap problematika kaum muslimin secara umum, dan mempelajari sebagian dari konsep‐konsep asasi dakwah.
Karakter 1. Merasakan urgensi amal jama’i. 2. Merasakan urgensi berkhidmah demi Islam. 3. Merasakan kemestian bergabung kepada sebuah gerakan dakwah untuk menegakkan agama Allah di bumi. 4. Disertai terpenuhinya karakteristik‐karakteristik asasi sebagai seorang muslim.
Tujuan 1. Menguasai ilmu‐ilmu dan nilai‐nilai yang diambil dari Al‐Quran, Sunnah, dan sirah salaf shalih sesuai dengan marhalahnya. 2. Mengenal sejumlah besar tokoh‐tokoh Islam, ulama dan mujahid yang berkhidmat untuk Islam. 3. Mengetahui urgensi & keharusan beramal jama’i untuk berkhidmat demi Islam & kaum muslimin. 4. Memiliki kemampuan untuk memilih jama’ah yang dapat mewujudkan pemahaman Islam yang benar. 5. Menghiasi diri dengan akhlaq Islam dan bertata krama dengan adab‐adabnya baik lahir maupun batin. 6. Menanamkan perhatian untuk menyebarluaskan fikrah Islam dan perhatian kepada berbagai problematika kaum muslimin. 7. Menanamkan kebiasaan untuk indhibath (disiplin) serta tidak menyia‐nyiakan waktu
Kriteria Peserta Lulus evaluasi calon anggota muayyid
Muwashafat Salimul Aqidah 1. Tidak mengkafirkan seorang muslim 2. Tidak mendahulukan makhluk atas Khaliq 3. Mengingkari orang‐orang yang memperolok‐olokkan ayat‐ayat Allah swt dan tidak bergabung dalam majelis mereka 4. Mengesakan Allah swt dalam Rububiyah dan Uluhiyah 5. Tidak menyekutukan Allah swt, tidak dalam Asma'‐Nya, sifat‐Nya dan Af'al‐Nya 6. Tidak meminta berkah dengan mengusap‐usap kuburan 7. Mempelajari madzhab‐madzhab Islam yang berkaitan dengan Asma dan Sifat dan mengikuti madzhab salaf 8. Mengetahui batasan ber‐wala dan ber‐bara' 9. Bersemangat untuk berteman dengan orang‐orang shalih dari sisi‐sisi kedekatan dan peneladanan 10. Meyakini terhapusnya dosa dengan taubat Nashuha 11. Memprediksikan datangnya kematian kapan saja 12. Meyakini bahwa masa depan ada di tangan Islam 13. Berusaha meraih rasa manisnya iman 14. Berusaha meraih rasa manisnya ibadah 15. Merasakan adanya para malaikat mulia yang mencatat amalnya 16. Merasakan adanya istighfar para malaikat dan doa mereka
Shahihul Ibadah 1. Melakukan qiyamulail minimal satu kali dalam satu pekan 2. Bersedekah 3. Berpuasa sunnah minimal dua hari dalam satu bulan 4. Haji jika mampu 5. Banyak bertobat 6. Memerintahkan yang ma'ruf 7. Mencegah yang Munkar 8. Ziarah kubur untuk mengambil Ibrah 9. Merutinkan ibadah‐ibadah sunnah Rawatib 10. Khusyu dalam shalat 11. Khusyu saat membaca Al‐Quran
12. Sekali Khatam Al‐Quran setiap dua bulan 13. Selalu memperbaharui niat dan meluruskannya 14. Menjaga organ tubuh (dari dosa) 15. Banyak dzikir kepada Allah swt disertai hafalan terhadap yang mudah‐mudah 16. Banyak berdoa dengan memperhatikan syarat‐syarat dan tata kramanya 17. Senantiasa bertafakkur 18. Beri'tikaf satu malam pada setiap bulannya
Matiinul Khuluq 1. Tidak inad (membangkang) 2. Tidak banyak mengobrol 3. Sedikit bercanda 4. Tidak berbisik dengan sesuatu yang bathil 5. Tidak hiqd (menyimpan kemarahan) 6. Tidak hasad 7. Memiliki rasa malu berbuat kesalahan 8. Menjalin hubungan baik dengan tetangga 9. Tawadhu tanpa merendahkan diri 10. Pemberani 11. Menjenguk orang sakit 12. Komitmen dengan adab meminta izin 13. Mensyukuri orang yang berbuat baik kepadanya 14. Menyambung silaturahim (shilatur‐rahim) 15. Komitmen dengan tata krama sebagai pendengar 16. Komitmen dengan adab berbicara 17. Memuliakan tamu 18. Menjawab salam 19. Menebar senyum di depan orang lain 20. Berhati lembut 21. Merendahkan suara
Qadirun 'alal Kasbi 1. Bekerja dan berpenghasilan 2. Berusaha memiliki spesialisasi
3. Sedang dalam nafkah 4. Mengutamakan produk‐produk Islam 5. Menjaga kepemilikan khusus 6. Tidak berambisi menjadi pegawai negeri 7. Mengutamakan spesialisasi langka yang penting dan dinamis 8. Hartanya tidak pergi ke pihak non Muslim 9. Berusaha untuk memperbaiki kualitas produk dengan harga sesuai
Mutsaqqaful Fikri 1. Mengaitkan antara Al‐Quran dengan realita 2. Mengkaji marhalah madaniyah dan menguasai karakteristiknya 3. Mengenal sirah 20 sahabat yang syahid 4. Mengetahui hukum zakat 5. Mengetahui fiqih haji 6. Mengetahui sisi‐sisi syumuliyatul Islam 7. Mengetahui problematika kaum muslimin internal dan eksternal 8. Mengetahui apa kerugian dunia akibat kemunduran kaum muslimin 9. Mengetahui urgensi Khilafah dan kesatuan kaum muslimin 10. Mengetahui dan mengulas “tiga risalah”, yaitu: Da'watuna, Ila Ayyi Syai'in Nad'un‐Naas dan Ilasy‐Syabab. 11. Mengetahui dan mengulas "Risalah Aqaid" 12. Memahami amal jama'i dan taat 13. Membantah suara‐suara miring yang dilontarkan kepada kita 14. Mengetahui bagaimana proses berdirinya negara Israel 15. Membaca tafsir dua juz Al‐Quran (28‐29) 16. Mengetahui arah‐arah pemikiran Islam kontemporer 17. Memiliki kemampuan mengulas apa yang ia baca 18. Hafal dan bertajwid tiga juz Al‐Quran (28‐30) 19. Menghafal seluruh hadits "Arbain Nawawi" (20 + 20) 20. Menghafal 50 hadits "Riyadhush‐Shalihin" (20 + 30) 21. Membaca tujuh jam setiap pekan di luar spesialisasinya 22. Menghadiri konferensi dan seminar kita 23. Mengenali hal‐hal baru dari problematika kekinian 24. Menyebar luaskan apa saja yang diterbitkan oleh koran dan terbitan kita
25. Berpartisipasi dalam melontarkan dan memecahkan masalah
Qawiyyul Jismi 1. Membersihkan peralatan makan dan minumnya 2. Mampu mempersiapkan makanan 3. Mengikuti petunjuk‐petunjuk kesehatan dalam tidur dan bangun tidur semampunya, seperti: 4. Mengobati diri sendiri 5. Tidak mempergunakan obat tanpa meminta petunjuk 6. Menjauhi makanan‐makanan yang diawetkan dan mempergunakan minuman‐ minuman alami 7. Mengatur waktu‐waktu makan 8. Tidak berlebihan mengkonsumsi lemak 9. Tidak berlebihan mengkonsumsi garam 10. Tidak berlebihan mengkonsumsi gula 11. Memilih produsen‐produsen makanan 12. Tidur 6 ‐ 8 jam dan bangun sebelum fajar 13. Berlatih 10 ‐ 15 menit setiap hari 14. Berjalan 2 ‐ 3 jam setiap pekan
Mujahidun Linafsihi 1. Selalu menyertakan niat jihad 2. Menjadikan dirinya bersama orang baik 3. Menyumbangkan sebagian hartanya untuk amal islami 4. Sabar atas bencana 5. Menyesuaikan perbuatan dengan ucapan 6. Menerima dan memikul beban dakwah 7. Memerangi dorongan‐dorongan nafsu 8. Tidak berlebihan mengkonsumsi yang mubah 9. Memakan apa yang disuguhkan dengan penuh keridhaan
Munazhzham fi Syu'unihi 1. Shalat menjadi barometer manajemen waktunya 2. Teratur di dalam rumah dan kerjanya 3. Menertibkan ide‐ide dan pikiran‐pikirannya
4. Bersemangat memenuhi janji‐ janji kerja 5. Memberitahukan gurunya problematika‐problematika yang muncul
Harishun 'ala Waqtihi 1. Menjaga janji‐ janji umum dan khusus 2. Mengisi waktunya dengan hal‐hal yang berfaedah dan bermanfaat 3. Memperhatikan adab Islam dalam berkunjung dan mempersingkat pemenuhan hajatnya
Nafi'un li Ghairihi 1. Komitmen dengan adab Islam di rumah 2. Melaksanakan hak‐hak pasangannya (suami atau istri) 3. Melaksanakan hak‐hak anak 4. Memberi hadiah kepada tetangga 5. Membantu yang membutuhkan 6. Menolong yang terzhalimi 7. Bersemangat mendakwahi istrinya, anak‐anaknya, dan kerabatnya 8. Mendoakan yang bersin 9. Membantu istrinya 10. Memberikan pelayanan umum karena Allah swt 11. Memberikan sesuatu dari yang dimiliki 12. Mendekati orang lain 13. Mendorong orang lain berbuat baik 14. Membantu yang kesulitan 15. Membantu yang terkena musibah 16. Berusaha memenuhi hajat orang lain 17. Memberi makan orang lain
Bab 6 KURIKULUM TARBIYAH KAMPUS Kurikulum tarbiyah kampus hanya mengatur proses tarbiyah marhalah tamhidi dan muayyid saja, sedangkan marhalah selanjutnya mengikuti Manhaj Tarbiyah yang berlaku. Kurikulum tarbiyah kampus merupakan adaptasi dari kurikulum Manhaj Tarbiyah yang berlaku. Adaptasinya dengan memasukkan muatan lokal kedalam kurikulum yang sudah ada. Proses penguasaan kurikulum dilakukan melalui:
Sosialisasi Risalah Tarbiyah Kampus
Talaqqi Maddah
Struktur harus memfasilitasi dan memantau efektivitas berjalannya kurikulum tarbiyah kampus. Indikator efektivitas tersebut di antaranya:
Semua sarana tarbiyah berjalan dengan baik
Mawad tarbawiyah disampaikan sesuai dengan sarana‐sarana tarbiyah yang dicantumkan di dalam Manhaj Tarbiyah
Proses tarbiyah berlangsung sesuai dengan umur marhalah, khususnya untuk tamhidi (9 bulan) dan muayyid (1,5 tahun)
A.
Kurikulum Tarbiyah Tamhidi 1. Bidang Studi dan Sarana Tarbiyah
No
Bidang Studi
1
Al‐Qur'an
2
Aqidah
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Hadits Fiqih Sirah Kisah Sahabat Tazkiyah Kaifa Ihtadaitu Fikrul Islami Keakhwatan Futuhat Islam Dakwah Kampus TOTAL
Men‐ toring 1
Hala‐ qah
Mabit/ JR
Tatsqif
‐
‐
‐ ‐ ‐ ‐
20
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
Kalimat Murabbi 9
1
6
‐
‐ ‐ ‐ ‐
1
‐ ‐ 1
‐ ‐ ‐ 3
1
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 5 2 4 32
3 2
‐ ‐ ‐ ‐
7
6
‐ ‐
Kultum
Daurah
‐ ‐ ‐ ‐ ‐
‐ ‐ ‐
5 10 16
‐ ‐ ‐ ‐ ‐
2
2
‐ ‐
‐ ‐
‐ ‐ ‐ ‐
7
8
23
31
2. Khuththah Kaderisasi
NO
SARANA
FREK.
PEKAN KE‐
PELAKSANA
4
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 4 8
Penu‐ gasan 32
TOTAL
‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐
32
32
40 1 7 2 6 24 16 6 6 4 4 148
1
Mentoring
Pekanan
3
‐
Murobbi
2
Halaqah
Pekanan
32
‐
Murobbi
3
Mabit
Bulanan
7
2
Muwajjih
4
Tatsqif
Dua Bulanan
4
4
Muwajjih
5
Kultum
Pekanan
31
‐
Mutarobbi
6
Kalimat Murobbi
Pekanan
23
‐
Murobbi
7
Dauroh
4 Bulanan
2
2
Mudarrib
8
Rihlah
Tahunan
1
Murobbi
9
Mukhayyam
Tahunan
1
Mudarrib
3. Materi Mentoring dan Halaqah NO
Judul Pokok Bahasan
Sesi
Bidang Studi
Sarana
1 Keutamaan Berkumpul Mempelajari Al‐Qur'an
1
Al ‐Qur'an
2 Salman Al‐Farisi Memburu Hidayah
1
Kisah Sahabat
Mentoring Mentoring
3 Urgensi Halaqah
1
Fikrul Islami
Mentoring
4 Ahammiyatusy Syahadatain
1
Aqidah
Halaqah
5 Madlulusy Syahadah
1
Aqidah
Halaqah
6 Maknal Ilah dan Larangan Berhubungan dengan Jin
1
Aqidah
Halaqah
7 Marahilut Tafa’ul bisy Syahadatain
1
Aqidah
Halaqah
8 Ath‐Thariq il a Ma’rifatillah
1
Aqidah
Halaqah
9 Al‐Mawani‘ min Ma’rifatillah
1
Aqidah
Halaqah
10 Tauhidullah
1
Aqidah
Halaqah
11 Ma’iyyatullah
1
Aqidah
Halaqah
12 Al ‐Ihsan
1
Aqidah
Halaqah
13 Hajatul Insan ilar Rasul
1
Aqidah
Halaqah
14 Ta’rifur Rasul
1
Aqidah
Halaqah
15 Khashaishu Risalati Muhammad SAW
1
Aqidah
Halaqah
16 Wajibatuna nahwar Rasul
1
Aqidah
Halaqah
17 Ma’nal Islam
1
Aqidah
Halaqah
18 Syumuliyyatul Islam
1
Aqidah
Halaqah
19 Thabi’atul Islam
1
Aqidah
Halaqah
20 Amal Islam
1
Aqidah
Halaqah
21 Haqiqatul Insan
1
Aqidah
Halaqah
22 Nafsul Insan
1
Aqidah
Halaqah
23 Syumuliyyatul Ibadah
1
Aqidah
Halaqah
24 Birrul Walidain dan Sillaturahim
1
Hadits
Halaqah
25 Ghazwul Fikri
1
Fikrul I sl ami
Ha la qa h
26 Hizbusy Syaithan: Menjadikan Setan Sebagai Musuh
1
Fikrul I sl ami
Ha la qa h
27 Zionisme Internasional
1
Fikrul I sl ami
Ha la qa h
28 Ahwalul Musliminal Yaum
1
Fikrul I sl ami
Ha la qa h
29 Berpartisipasi dalam Kerja‐Kerja Jama'i
1
Fikrul I sl ami
Ha la qa h
30 Menutup Aurat
1
Keakhwatan
Halaqah
31 Peran dan Tanggung Jawab Wanita Muslimah
1
Keakhwatan
Halaqah
32 Penaklukan Khaibar
1
Futuhat Islam
Halaqah
33 Penaklukan Ubullah (Selat Hindia)
1
Futuhat Islam
Halaqah
34 Penaklukan Persia
1
Futuhat Islam
Halaqah
35 Penaklukan Konstantinopel
1
Futuhat Islam
Halaqah
Bulan 1
Bulan 2
Bulan 3
Bul an 4
Bulan 5
Bul an 6
Bulan 7
Bulan 8
Bulan 9
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
4. Materi Penugasan, Mabit/JR, Daurah dan Kultum NO
Judul Pokok Bahasan
36 Hafal Al Qur'an Juz 30 37 Tilawah Yaumiyah 38 Beriman kepada Nikmat dan Siksa Kubur 39 Keutamaan Berpuasa Sehari Setiap Bulan 40 Dzikir & Keutamaannya 41 Taubat 42 Tidak Ima'ah 43 Khusyu‘ dalam shalat 44 Tabarruj & Ikhttilath 45 Mukadimah Sirah Kelahiran, Pemeliharaan di Bani Sa'd (Umur 0 ‐ 4 Tahun) dan 46 Ibu, Kakek dan Abu Tholib (6 ‐ 12 Tahun) serta Aksi Sosial Muhammad SAW (13 ‐ 39 Tahun) 47 Ghirah Agama 48 Akhlak Terpuji 49 Hukum Air 50 Hukum Shalat 51 Urgensi Fiqh Nisa 52 Dakwah Ammah Harakah Zhahirah 53 Wazhifah Thullab 54 Sejarah Politik Islam di Indonesia 55 Perspektif Islam tentang Perubahan Sosial (Fiqh Taghyi r)
Sesi
Bidang Studi
Al ‐Qur'a n Al ‐Qur'a n Tazkiyah Tazkiyah Tazkiyah Tazkiyah Tazkiyah Tazkiyah Tazkiyah Sirah
Penuga sa n Penuga sa n Mabi t/JR Mabi t/JR Mabit/JR Mabit/JR Mabi t/JR Mabit/JR Mabi t/JR Tatsqif
1
Sirah
Tatsqif
1 1 1 1 2 1 1 1 1
Aqidah Fiqih Fiqih Fiqih Keakhwatan Dakwah Kampus Dakwah Kampus Dakwah Kampus Dakwah Kampus
Tatsqif Tatsqif Tatsqif Tatsqif Tatsqif Daurah Daurah Daurah Daurah
56 Mukaddimah Fiqih
1
Fiqih
Daurah
57 Urgensi Fiqih Bagi Da'i
1
Fiqih
Daurah
58 Metode Belajar Fiqh
1
Fiqih
Daurah
59 Beberapa Prinsip Fiqh
1
Fiqih
Daurah
60 Mengenal 10 Sahabat yang Dijamin Masuk Sorga
5
61 Syukur
2
Tazki yah
Kultum
62 Keutamaan Haji Mabrur
1
Tazkiyah
Kultum
63 Keutamaan Salam
1
Tazkiyah
Kultum
64 Menjauhi Tempat‐Tempat yg Haram
2
Tazkiyah
Kultum
65 Keutamaan Adzan
1
Tazki yah
Kultum
66 Keutamaan Shalat Berjamaah
1
Tazki yah
Kultum
67 Keutamaan Shalat Sunnah
1
Tazkiyah
Kultum
68 Keutamaan Tilawah dan Mengkhatamkan Al Qur'an
1
Tazki yah
Kultum
15
Kaifa Ihtadaitu
Kultum
1
Kaifa Ihtadaitu
Kultum
69 15 Kisah Taubat 70 Jalan Panjang Pengedar Narkoba Menemukan Tarbiyah
16 16 1 1 1 1 1 1 1 1
Sarana
Kisah Sahabat Kultum
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
5. Materi Kalimat Murobbi NO
Judul Pokok Bahasan
Sesi
Bidang Studi
Sarana
71 Ta'riful Qur'an
1
Al ‐Qur'an
Kali mat Murabbi
72 An Nas
1
Al ‐Qur'an
Kali mat Murabbi
73 Al‐Falaq
1
Al‐Qur'an
Kali mat Murabbi
74 Al‐Ikhlas
1
Al‐Qur'an
Kali mat Murabbi
75 Al Kafirun
1
Al ‐Qur'an
Kali mat Murabbi
76 Al Maa'un
1
Al ‐Qur'an
Kali mat Murabbi
77 Al 'Ashr
1
Al ‐Qur'an
Kali mat Murabbi
78 Al Qur'an Mendahului Kemajuan Ilmu Pengetahuan
1
Al‐Qur'an
Kali mat Murabbi
79 Fashahah dan Balaghah Qur'an
1
Al ‐Qur'an
Kali mat Murabbi
1
Aqidah
Kalimat Murabbi
81 Tafakkur Tentang Makanan dan Awan
1
Aqidah
Kalimat Murabbi
82 Tafakkur Tentang Laut
1
Aqidah
Kalimat Murabbi
83 Tafakkur Tentang Kecukupan Udara
1
Aqidah
Kalimat Murabbi
80
84
Sikap Terhadap Kitab‐kitab dan Kepalsuan Kitab Selain Al Qur'an
Nikmat Perabot Rumah Tangga dan Rumah Sebagai Tempat Ketenangan
1
Aqidah
Kalimat Murabbi
85 Jumlah Semua Nabi dan Rasul yang Disebutkan Al‐Quran
1
Aqidah
Kalimat Murabbi
86 Menundukkan Pandangan
1
Tazkiyah
Kalimat Murabbi
87 Menjaga Harta Tetap Halal
1
Tazkiyah
Kalimat Murabbi
88 Menjaga Rahasia
1
Tazkiyah
Kalimat Murabbi
89 Menutupi Aib Sesama Muslim
1
Tazkiyah
Kalimat Murabbi
90 Menjauhi Dosa Besar
1
Tazkiyah
Kalimat Murabbi
91 Menjauhi yang Haram
1
Tazkiyah
Kalimat Murabbi
92 Wanita‐Wanita Pengukir Sejarah
1
Keakhwatan
Kalimat Murabbi
93 Urgensi Tarbiyah Wanita Muslimah
1
Keakhwatan
Kalimat Murabbi
Bulan 1 Bul an 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
B.
Kurikulum Tarbiyah Muayyid 1.
Bidang Studi dan Sarana Tarbiyah Hala‐ Mabit/
No Bidang Studi
Tatsqif
Kalimat
Penu‐
JR
1 Al‐Qur'an
‐
‐
‐
17
‐
‐
‐
21
2 Aqidah
7
1
2
1
7
‐
‐
18
3 Hadits
2
2
‐
4
3
‐
‐
9
4 Fiqih
‐
‐
‐
1
‐
‐
‐
1
5 Sirah
10
‐
‐
‐
‐
‐
‐
10
6 Tazkiyah
‐
10
‐
4
6
‐
‐
20
7 Kisah Nabi
‐
‐
2
1
4
‐
‐
7
8 Tokoh Islam
‐
‐
2
1
8
‐
‐
11
9 Rumah Tangga Muslim
1
‐
4
‐
1
‐
‐
6
10 Fiqih Dakwah
35
2
3
1
1
3
‐
42
11 Keakhwatan
1
‐
1
‐
‐
‐
‐
2
12 Tarbiyah Siyasiyah
4
‐
‐
‐
‐
1
‐
5
13 Kepemimpinan Islam
‐
‐
‐
‐
‐
5
‐
5
14 Dakwah Kampus
‐
‐
‐
‐
‐
3
‐
3
15 Bahasa Arab
‐
‐
‐
‐
‐
‐
10
10
60
15
14
30
30
12
10
172
2.
Khuththah Kaderisasi
NO
SARANA
FREK.
PEKAN KE‐
1
Halaqah
Pekanan
60
‐
2
Mabit
Bulanan
15
2
3
Tatsqif
Dua Bulanan
7
4
4
Kultum
Dua Pekanan
30
‐
5
Kalimat Murobbi
Dua Pekanan
30
‐
6
Dauroh
4 Bulanan
3
2
gasan
TOTAL
qah
TOTAL
Murabbi
Kultum Daurah
4.
Materi Halaqah
Bulan 1 – 7 NO
Judul Pokok Bahasan
Sesi
Bidang Studi
Sarana
1 Al‐Mustaqbal Li ‐Hadzad‐Din
1 Aqidah
2 Halawatul ‐Iman
1 Aqidah
Halaqah Halaqah
3 Nataijul Ibadah
1 Aqidah
Halaqah
4 Al‐Wala' Wal Bara'
1 Aqidah
Halaqah
5 Risalatul Insan
1 Aqidah
Halaqah
6 At Tawazun
1 Aqidah
Halaqah
7 Bina al ‐Izzah
1 Aqidah
Halaqah
8 Al‐Indhibat (Disiplin)
1 Fiqih Dakwah
Halaqah
9 Amradul Ummah Fid Da'wah
1 Fiqih Dakwah
Halaqah
10 Qadhaya Asasiyah dalam Dakwah (Bab V Fiqh Dakwah Musthafa Masyhur)
1 Fiqih Dakwah
Halaqah
11 Takwinus Syakhsiyah Islamiyah
1 Fiqih Dakwah
Halaqah
12 Takwinul Ummah
1 Fiqih Dakwah
Halaqah
13 Ahdafut Tarbiyah
1 Fiqih Dakwah
Halaqah
14 Al ‐Quwwah Wal ‐Amanah
1 Fiqih Dakwah
Halaqah
15 Al ‐Qiyadah wal Jundiyah (Bab VII Buku Fiqh Dakwah Musthafa Masyhur)
1 Fiqih Dakwah
Halaqah
16 Adamul 'Inad (Tidak Membangkang)
1 Fiqih Dakwah
Halaqah
17 Prinsip dan Penyimpangan Gerakan Islam (Bab II Buku Fiqh Dakwah)
1 Fiqih Dakwah
Halaqah
18 Fadhail Dakwah (Keutamaan Dakwah)
1 Fiqih Dakwah
Halaqah
19 Ma'na Dakwah
2 Fiqih Dakwah
Halaqah
20 Fiqh Dakwah
2 Fiqih Dakwah
Halaqah
21 Karakteristik Dakwah
2 Fiqih Dakwah
Halaqah
22 Rabbaniyyatud Dakwah
2 Fiqih Dakwah
Halaqah
23 Iqamatud‐Dien
2 Fiqih Dakwah
Halaqah
Bulan 1
Bul an 2
Bul an 3
Bulan 4
Bulan 5
Bulan 6
Bulan 7
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Bulan 8 – 15 NO
Judul Pokok Bahasan
Sesi
Bidang Studi
Sarana
24 Diskusi Buku Kaidah‐kaidah Da'wah
2 Fiqih Dakwah
Halaqah
25 Risalah Il a Ayyi Syai‐in Nad'un Nas
2 Fiqih Dakwah
Halaqah
26 Risalah Dakwatuna
2 Fiqih Dakwah
Halaqah
27 Risalah Al‐Ma'tsuratwa Ad'iyah
2 Fiqih Dakwah
Halaqah
28 Risalah Ilasy Syabab 'Ammah wa ilath Thalabah Khashshah
2 Fiqih Dakwah
Halaqah
29 Kewajiban Orang Tua Terhadap Anak
1 Hadits
Halaqah
30 Hak Ibu
1 Hadits
Halaqah
31 Kewajiban Da'iyah Muslimah
1 Keakhwatan
Halaqah
32 Uslub Tarbiyah Dzatiyah
1 Rumah Tangga Muslim
Halaqah
33 Bi'tsah (Awal Kerasulan Muhammad)
1 Sirah
Halaqah
34 Dakwah Sirriyah dan Jahriyah
1 Sirah
Halaqah
35 Pemboikotan
1 Sirah
Halaqah
36 Hijrah Ke Habsyah
1 Sirah
Halaqah
37 Dakwah ke Thaif
1 Sirah
Halaqah
38 Tahun Kesedihan (‘Am al ‐Huzni)
1 Sirah
Halaqah
39 Isra Mi'raj
1 Sirah
Halaqah
40 Hijrah
1 Sirah
Halaqah
41 Mu‐akhah (Mempersaudarakan Muhajirin dengan Anshar)
1 Sirah
Halaqah
42 Marhalah Madaniyah
1 Sirah
Halaqah
43 Pengantar Tarbiyah Siyasiyah
1 Tarbiyah Si ya si ya h
Ha la qa h
44 Definisi dan Karakter Tarbiyah Siyasiyah
1 Tarbiyah Si ya si ya h
Ha la qa h
45 I nstitusi Tarbiyah Siyasiyah
1 Tarbiyah Si ya si ya h
Ha la qa h
46 Fiqhul Waqi'
1 Tarbiyah Si ya si ya h
Ha la qa h
47 Diskusi Buku Petunjuk Jalan (Sayyid Quthb)
2 Fiqih Dakwah
Halaqah
48 Diskusi Buku Menuju Jama'atil Muslimin
2 Fiqih Dakwah
Halaqah
Bulan 8
Bulan 9
Bulan 10
Bulan 11
Bulan 12
Bulan 13
Bulan 14
Bulan 15
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
5.
Materi Kultum
NO
Judul Pokok Bahasan
Sesi
Bidang Studi
Sarana
49 Kisah Ibrahim A.S.
1 Kisah Nabi
Kultum
50 Kisah Ismail A.S.
1 Kisah Nabi
Kultum
51 Kisah Yusuf A.S.
1 Kisah Nabi
Kultum
52 Kisah Syuaib A.S.
1 Kisah Nabi
Kultum
53 Umar Bin Abd Aziz
1 Tokoh Islam
Kultum
54 Said Bin Jubair
1 Tokoh Islam
Kultum
55 Urwah Bin Zubair
1 Tokoh Islam
Kultum
56 'Atha Bin Abi Rabah
1 Tokoh Islam
Kultum
57 Al ‐Hasan Al‐Bashri
1 Tokoh Islam
Kultum
58 Said Bin Al‐Musayyib
1 Tokoh Islam
Kultum
59 Abd Rahman Al‐Ghafiqi
1 Tokoh Islam
Kultum
60 Muhammad Farghali
1 Tokoh Islam
Kultum
61 Kedudukan Niat dalam Beramal
1 Tazkiyah
Kultum
62 Adamul Hiqdi Wal Hasad
1 Tazkiyah
Kultum
63 Muwaafaqatul Aqwaal Bil Af'al
1 Tazkiyah
Kultum
64 Berbicara Jelas dan Mengulangi (2 Hadits)
1 Tazkiyah
Kultum
65 Memberi Pelajaran (Mauizhah)(4 Hadits)
1 Tazkiyah
Kultum
66 Lembut dan Tidak Tergesa‐Gesa(5 Ayat
1 Tazkiyah
Kultum
67 Ishtishhabu Niyyatil Jihad
1 Fiqih Dakwah
Kultum
68 Laa Yuqaddamul Makhluk 'Alal Al ‐Khaliq
1 Aqidah
Kultum
69 Tafakkur terhadap Diri Sendiri
1 Aqidah
Kultum
70 Nikmat Berjalan dan Kendaraan
1 Aqidah
Kultum
71 Tafakkur Tentang Makanan
1 Aqidah
Kultum
72 Tafakkur Tentang Matahari
1 Aqidah
Kultum
73 Menjaga dan Merawat Hubungan Bagian Dari Iman
1 Aqidah
Kultum
74 Silaturahim Kepada Orang Tua dan Saudara Yang Musyrik
1 Aqidah
Kultum
75 Keutamaan Membantu Janda dan Orang Miskin
1 Hadits
Kultum
76 Rasul Bukanlah Orang Yang Buruk Perkataandan Perbuatannya
1 Hadits
Kultum
77 Mendengar Pembicaraan Teman (1 Hadits)
1 Hadits
Kultum
78 Bagaimana Seorang Suami Bersama Keluarganya
1 Rumah Tangga Muslim
Kultum
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bulan 9 Bulan 10 Bulan 11 Bulan 12 Bulan 13 Bulan 14 Bulan 15 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 12 3 4 12 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
6.
Materi Mabit, Penugasan dan Tatsqif
NO
Judul Pokok Bahasan
Sesi
Bidang Studi
Sarana
79 Kematian dan Al‐Isti'dad Liyaumirrahil
1 Aqidah
Mabit
80 Adab At‐Tahadduts Wal Istima' (Adab Berbicara & Mendenganr)
1 Fiqih Dakwah
Mabit
81 Adab Al‐Isti'dzan (Meminta Izin)
1 Fiqih Dakwah
Mabit
82 Setiap Kebaikan Adalah Sedekah; Ucapan Baik Adalah Sedekah;
1 Hadits
Mabit
83 Kelembutan dalam Segala Hal
1 Hadits
Mabit
84 Taqwa (5 Ayat)
1 Tazkiyah
Mabit
85 Wafa (Setia) (4 Ayat)
1 Tazkiyah
Mabit
86 Menjaga Kebiasaan Baik (4 Ayat 1 Hadits)
1 Tazkiyah
Mabit
87 Amanah (2 Ayat)
1 Tazkiyah
Mabit
88 Cinta Karena Allah (2 Ayat 11 Hadits)
1 Tazkiyah
Mabit
89 Istiqamah (2 Ayat)
1 Tazkiyah
Mabit
90 Malu (4 Hadits)
1 Tazkiyah
Mabit
91 Menjaga Rahasia (1 Ayat)
1 Tazkiyah
Mabit
92 Asy‐Syaja'ah
1 Tazkiyah
Mabit
93 Al ‐Khusyu' 'Inda Tilawatil Qur'an
1 Tazkiyah
Mabit
94 Belajar Bahasa Arab 95 Madzahib Al‐Aqidah Al‐Islamiyah
10 Bahasa Arab 1 Aqidah
Penugasan Tatsqif
96 Takfir
1 Aqidah
Tatsqif
97 Khilafah
1 Fiqih Dakwah
Tatsqif
98 Urgensi Khilafah dan Kesatuan Umat IslamUntuk Membangun Ekonomi
1 Fiqih Dakwah
Tatsqif
99 Problematika Umat Islam Nasional dan Internasional (Qadhiyatul Ummah)
1 Fiqih Dakwah
Tatsqif
100 Da'wah Shahabiyah dan Tabi'iyat dalam Mengemban Risalah
1 Keakhwatan
Tatsqif
101 Kisah Ishaq A.S.
1 Kisah Nabi
Tatsqif
102 Kisah Ya'qub A.S.
1 Kisah Nabi
Tatsqif
103 Kewajiban Membentuk Rumah Tangga Islami dan Urgensinya
1 Rumah Tangga Muslim
Tatsqif
104 Karakteristik Rumah Tangga Islami
1 Rumah Tangga Muslim
Tatsqif
105 Sarana‐Sarana Membangun Rumah Tangga Islami
1 Rumah Tangga Muslim
Tatsqif
106 Bagaimana Membahagiakan Istri/Suami
1 Rumah Tangga Muslim
Tatsqif
107 Umar Tilmisani
1 Tokoh Islam
Tatsqif
108 Muhammad Kamal Sananiri
1 Tokoh Islam
Tatsqif
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bul an 9 Bulan 10 Bulan 11 Bulan 12 Bulan 13 Bulan 14 Bulan 15 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
7.
Materi Kalimat Murobbi dan Daurah
NO
Judul Pokok Bahasan
Sesi
Bidang Studi
Sarana
109 Al ‐Insan
4 Al ‐Qur'an
Kalimat Murobbi
110 Al ‐Mursalat
4 Al ‐Qur'an
Kalimat Murobbi
111 An‐Naba
3 Al ‐Qur'an
Kalimat Murobbi
112 An‐Naazi'aat
3 Al ‐Qur'an
Kalimat Murobbi
113 Abasa
3 Al ‐Qur'an
Kalimat Murobbi
114 Al Ukhuwwah Al Islamiyyah
1 Fiqih Dakwah
Kalimat Murobbi
115 Akhlaq Yang Baik (2 Ayat 11 Hadits)
1 Tazkiyah
KalimatMurobbi
116 Shadaqah
1 Tazkiyah
Kalimat Murobbi
117 Silaturahim (Kepada Yang Memutus, Sebelum Masuk Islam)
1 Tazkiyah
KalimatMurobbi
118 Dawaamut Tafakkur
1 Tazkiyah
KalimatMurobbi
119 Abdul Qadir Audah
1 Tokoh Islam
Kalimat Murobbi
120 Adab Bertetangga
1 Hadits
Kalimat Murobbi
121 Cinta Karena Allah; Cinta Berasal Dari Allah
1 Hadits
Kalimat Murobbi
122 Ta'awun Sesama Mukmin; Keutamaan Ta'awun Sesama Mukmin
1 Hadits
KalimatMurobbi
123 Janganlah Suatu Kaum Memperolok Kaum Yang Lain
1 Hadits
Kalimat Murobbi
124 Makhluk Allah Cermin Sebagian Sifat‐Nya
1 Aqidah
Kalimat Murobbi
125 Kisah Syuaib A.S.
1 Kisah Nabi
Kalimat Murobbi
126 Shalat Dengan Munasabah
1 Fiqh
Kalimat Murobbi
127 Gerakan Mahasiswa: Sejarah, Peran dan Organisasi
1 Dakwah Ka mpus
Da ura h
128 Strategi Perencanaan Karir
1 Dakwah Ka mpus
Da ura h
129 Kompetensi sebagai Kebutuhan Mutlak Pasca Kampus
1 Dakwah Ka mpus
Da ura h
130 Komunikasi Masyarakat
1 Kepemimpinan Islam
Daurah
131 Kepemimpinan dalam Islam
1 Kepemimpinan Islam
Daurah
132 Al ‐Istisy'ar bil Mas'uliyyah
1 Kepemimpinan Islam
Daurah
133 Urgensi Kekuasaan dalam Islam
1 Kepemimpinan Islam
Daurah
134 Mengelola Emosi
1 Kepemimpinan Islam
Daurah
135 Tashawwuril Harakil Islami
1 Fiqih Dakwah
Daurah
136 Muqawwimatu Nahdhatil Ummah
1 Fiqih Dakwah
Daurah
137 Al ‐hizbu huwal Jama’ah wal Jama’ah hiyal hizb
1 Tarbiyah Siyasiyah
Daurah
138 Syurutut Tajnid
1 Fiqih Dakwah
Daurah
Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3 Bulan 4 Bulan 5 Bulan 6 Bulan 7 Bulan 8 Bul an 9 Bul an 10 Bulan 11 Bulan 12 Bulan 13 Bulan 14 Bulan 15 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
C.
Ta wim
Taqwim yang dilakukan di kamp us mengacu kepada ma haj taqwim yang berlaku. Unit K mpus yang memiliki
PU Munta him berwenang untu
melakuka
proses
taqwim secara mandiri untuk k naikan jenj ng ke Angg ta Muntasi . Unit Kampus yang belum me iliki SPU
untazhim proses taq im untuk kenaikan
jenjang ke Anggota Muntasib mengikuti me anisme Str ktur Pengertian Taqwim
Taqwim tidak sekedar memb rikan penil aian dan
elakukan perbandinga , tetapi ju a harus
menganalisa semu nya untuk menentuk an titik kelemahan
utarabbi, s ebab‐sebabnya dan
melaku an ‘ilaj ter adap kele ahan ini; d n untuk m nentukan t tik kekuata nnya lalu melakukan pengembangan ata peningkatannya.
Kapan aqwim Dila ukan?
Taqwim dapat dila ukan di waktu yang be rbeda‐beda dilihat dari masa inter ksi dengan manhaj. Dari sini taqwim da at kita bagi menjadi: 1. Taqwim Mabda‐i 2. Taqwim Takwini 3. Taqwim Khitami 4. Taqwim Tatabbu’i
Taqwim Mabda‐i Dilakukan sebelum dimulainya penerapan manhaj atas mutarabbi. Taqwim ini membantu dalam hal: 1. Menentukan kondisi awal mutarabbi dalam memulai berinteraksi dengan manhaj. Dengan demikian murabbi dapat mengetahui bagaimana ia menerapkan manhaj kepada mutarabbi secara umum dan kepada masing‐masing mereka secara khusus karena perbedaan kondisi mereka yang masih berada di tingkat dasar, atau menengah atau sudah cukup maju. 2. Mengetahui hal‐hal yang dibutuhkan dalam penerapan manhaj berupa perangkat‐ perangkatnya. Secara umum taqwim mabda‐i amat penting dalam sistem tarbiyah yang bertahap.
Taqwim Takwini Dilakukan dalam beberapa kesempatan selama penerapan manhaj dengan maksud memperoleh informasi yang dapat membantu evaluasi proses tarbiyah, dan mengembalikan arah pengembangan tarbiyah sehingga mempengaruhi hasil akhir seperti yang diinginkan. Ini amat penting untuk terus menerus melakukan perbaikan dan pengembangan secara terencana.
Taqwim Khitami Dilakukan di akhir proses interaksi dengan manhaj atau program dengan tujuan melakukan follow up berupa taqwim tatabbu’i.
Taqwim Tatabbu’i Peran manhaj tidak berhenti sebatas meluluskan mutarabbi saja (dari marhalah tertentu), tetapi pengaruhnya akan terus berlangsung kepada proses tarbiyah selanjutnya, efektifitas amalnya, dan interaksinya dalam berbagai aktivitas kehidupan dan problem solving secara umum. Taqwim yang dilakukan dengan terus menerus memutabaah mutarabbi setelah ia menyelesaikan marhalah tertentu akan memberikan informasi terhadap semua hal tersebut.
Karakteristik Taqwim yang Baik 1. Jujur (objektif) a. Sesuai antara taqwim dengan ahdaf, dimana ahdaf menjadi titik awal program taqwim dan menjadi pengarah langkah‐langkahnya. b. Dapat dipastikan bahwa sarana dan alat ukurnya benar‐benar digunakan dan tersedianya argumentasi ilmiah dalam pengukurannya. 2. Tawazun
Program taqwim harus diarahkan kepada mutarabbi di satu sisi dan juga dan juga kepada manhaj dan proses tarbiyahnya di sisi lain secara seimbang. 3. Syumul
Adawatul Qiyas Taqwim dilakukan menggunakan adawat al ‐qiyas (alat ukur) berupa kumpulan pertanyaan (dalam ziarah tahqiq—kunjungan investigative—, diskusi, bedah buku atau seminar ) atau tugas yang berkaitan dengan keahlian tertentu di mana mutarabbi dituntut untuk menjawab atau meresponnya. Dan dengan menganalisis jawaban/respon ini kita akan memperoleh ukuran nilai berupa angka dari pemahaman atau kinerja mutarabbi dalam aspek tertentu. Alat ukur ini mencakup ikhtibarat (ujian), form mulahazhah (pemantauan), form taqdir (penilaian) hasil taqwim regular/irreguler.
Qiyas Qiyas (pengukuran) adalah kegiatan yang dilakukan untuk menentukan kadar kinerja mutarabbi dalam aspek tertentu dengan menggunakan alat ukur yang sesuai. Pengukuran ini diwakili oleh nilai kuantitatif, tetapi nilai ini (misalnya 3 dari 4) belum menunjukkan keberhasilan atau tidaknya seseorang, juga seseorang, juga belum menunjukkan kemajuan atau kemundurannya.
Taqyim Adalah kegiatan yang digunakan untuk menentukan tingkat yang diraih oleh mutarabbi melalui alat ukur yang digunakan. Yaitu menentukan posisi tingkat pencapaian mutarabbi dibandingkan dengan ahdaf yang ditetapkan, atau dibandingkan dengan rekan‐rekannya, atau melalui perbandingan pencapaiannya sekarang
dengan pencapaian sebelumnya, atau
pencapaiannya dibanding
pencapaian rata‐rata di kelasnya (rata‐rata nilai dari mutarabbi yang lain). Semuanya diukur dalam aspek tertentu. Artinya memberikan keputusan atas nilai mutarabbi berdasarkan ukuran‐ukuran tersebut (ahdaf, pencapaian yang lalu, rata‐rata nilai mutarabbi yang lain di halaqah)
Daurah Istikmaliyah Kadang terjadi seorang muqawwam sudah memenuhi muwashafat tetapi ulum marhalahnya belum memenuhi. Oleh karena itu, perlu diadakan daurah untuk tujuan ini. Daurah seperti itu disebut dengan Daurah Istikmaliyah atau Daurah Intensif.
Mu’ayasyah ADK dengan Struktur Untuk menghilangkan resistensi ADK terhadap Struktur, maka harus diupayakan beberapa langkah:
1. Melalui materi tarbiyah 2. Menjadikan Kantor Sekretariat Struktur sebagai tempat melaksanakan salah satu sarana tarbiyah, seperti halaqah, tatsqif atau tatsqif atau mabit/JR 3. Melibatkan ADK minimal Muayyid dalam kegiatan‐kegiatan Struktur atau menjadi pengurus di suatu Struktur. Sedangkan untuk ADK Tamhidi sedapat mungkin tidak dilibatkan dalam kegiatan Struktur
Bab 7 PELAKSANA TARBIYAH
A. Strategi Pelaksanaan Program Tarbiyah Elemen tarbiyah memberikan kebijakan global dalam strategi penerapan pelaksanaan manhaj. Strategi dalam pelaksanaan manhaj yaitu:
1. Untuk menghasilkan kader sesuai dengan manhaj yang diharapkan, maka dibutuhkan bimbingan intensif oleh seseorang murabbi atau . Strategi ini khususnya untuk pencapaian aspek spiritual, doktrin kebenaran dan bimbingan praktis untuk beramal Islami (How to know and how to do), serta memberikan panduan dalam program ta’alum dzati dan penugasan. Untuk itu disarankan para murabbi dan memahami cara belajar yang baik, cara mengajar yang baik, meliputi model belajar (Learning model ) dan belajar bagaimana cara belajar (learning how to learn) untuk membantu pengembangan kader secara mandiri (tarbiyah dzatiyah). Elemen tarbiyah dari gerakan dakwah memiliki peranan besar dalam mengatur regulasi untuk efektivitas penerapan pada bagian ini. 2. Mengarahkan para kader untuk mengikuti berbagai program daurah, baik yang diselenggarakan oleh gerakan dakwah atau daurah pada lembaga pelatihan. Daurah tersebut untuk membekali para kader dakwah pada kemampuan teknis sesuai dengan kebutuhan pribadi dan kebutuhan dakwah. Strategi melalui sarana daurah ini khususnya untuk pencapaian kompetensi yang membutuhkan keterampilan teknis, sedangkan target belajar yang akan dicapai adalah untuk dapat melakukan sesuatu. (Learning model: How to do). 3. Mengarahkan kader untuk mengikuti kegiatan tatsqif keislaman atau tatsqif masjid (ta’lim masjid). Strategi ini khususnya untuk mencapai kemampuan yang bersifat membekali wawasan keislaman. Kegiatan tatsqifiyah tersebut dapat berupa ta’lim, seminar, diskusi, membaca buku atau sejenisnya. Strategi ini akan bersinggungan dengan tajnid jamahiri.(Learning model: How to know and how to do). 4. Mengarahkan para kader untuk mengikuti pendidikan atau kajian formal. Apabila dimungkinkan, sangat diharapkan mengikuti pendidikan formal di universitas. Cara ini direkomendasikan khusus kepada pribadi yang ingin lebih mendalami suatu bidang ilmu dan mengarah kepada spesialisasi. Juga seseorang yang ingin memiliki pengetahuan luas dan mendetail agar mampu mengelola beban dakwah lebih luas lagi di masa yang akan datang. Hal ini penting untuk menyalurkan minat dan bakat seseorang, sehingga wawasannya lebih dapat berkembang sesuai dengan muyul setiap individunya. (Learning model: How to know ).
Pelaksana dan Jenjang
Pelaksana tarbiyah untuk marhalah tamhidi dan muayyid adalah murabbi.
Tabel 7.1: Pelaksana tarbiyah Jenjang
Pelaksana
Tamhidi
Murabbi
Muayyid
Murabbi
Adab Pelaksana Adab Untuk Diri Sendiri
1. Merasakan muraqabatullah. 2. Ikhlas. 3. Komitmen dengan ibadah‐ibadah sya’airiyah (ibadah‐ibadah ritual). 4. Bersemangat untuk selalu meningkatkan kualitas dan kuantitas ilmunya. 5. Tidak sungkan belajar dari siapa saja, termasuk dari yang lebih rendah derajatnya. 6. Senantiasa berlatih untuk memberi yang terbaik. Adab dalam Forum tarbiyah
1. Berusaha dalam keadaan suci. 2. Bersuara sesuai dengan kebutuhan. 3. Menjaga forum halaqah dari canda ria yang berlebihan, gaduh dan keributan. Adab terhadap peserta tarbiyah
1. Memacu peserta tarbiyah untuk meningkatkan kualitas dirinya. 2. Mencintai peserta tarbiyah sebagaimana mencintai dirinya sendiri. 3. Mengupayakan cara yang paling baik dan paling mudah dalam mengajar. 4. Bersikap adil dan obyektif kepada semua peserta tarbiyah. 5. Mencermati segala perkembangan peserta tarbiyah dan berusaha meluruskan mereka jika terjadi penyimpangan. 6. Bersifat iffah 7. Memerankan secara bijak peran guru dalam hal‐hal ilmiah, komandan dalam keprajuritan, syekh dalam tarbiyah ruhiyah dan orang tua dalam rabithah qalbiyah (hubungan hati).
A. Murabbi Murabbi adalah pelaksana penerapan manhaj tarbiyah pada anggota tamhidi dan muayyid. Kebutuhan murabbi akan semakin meningkat, jika terjadi peningkatan pada aktivitas dakwah (tajnid jamahiri ). Untuk mendapatkan kinerja yang optimal, maka para murabbi harus mendapatkan
sejumlah pelatihan. Kurikulum pelatihan murabbi ditetapkan oleh departemen kaderisasi. Level murabbi minimal harus satu level di atasnya mutarabbi.
1. Murabbi Tamhidi 1. Persyaratan tsaqafi; Menguasai mawad marhalah tamhidi 2. Persyaratan kafa‐ah; a) Mempunyai kemampuan membaca dan menulis huruf Arab, meskipun tingkat dasar. 1. Tidak terbata‐bata dalam membaca Al‐Qur’an. 2. Mempunyai kemampuan mengorganisir halaqah tamhidi. 3. Mempunyai kemampuan merespon dan menyelesaikan masalah. 4. Mempunyai kemampuan menyampaikan ide dan pengetahuannya kepada orang lain.
3. Persyaratan suluki; Berusaha menghiasi dirinya dengan adab‐adab murabbi. 4. Persyaratan tanzhimi; a) Lulus daurah murabbi tamhidi. 5. Minimal muayyid
2. Hak Murabbi 1. Didengar dan ditaati 2. Dimintai pendapat atau istisyarah 3. Dihargai dan dihormati 4. Mengajukan permintaan bantuan untuk melaksanakan tugas 5. Memutuskan kebijakan 6. Membentuk kepengurusan halaqah 7. Mendapat daurah‐daurah peningkatan, seperti Daurah Murabbi dan Daurah Evaluasi 8. Mengajukan peserta tarbiyahnya untuk dinaikkan jenjang tarbiyahnya
3. Pesan Untuk pelaksana (Murabbi) Salah satu strategi yang dapat digunakan untuk mencapai pelaksanaan tarbiyah ini dengan baik, yaitu langsung memperbaiki kualitas proses belajar mengajar (PBM). Beberapa nasihat yang diberikan oleh DR. Abdulah Qadiri dalam Thallu Ar ‐Rabwah yaitu sebagai berikut:
1. Hendaknya murabbi jadi teladan yang baik bagi mad’u dalam mencapai kemajuan dan prestasi. 2. Memahami materi tarbiyah sesuai dengan tahapan dengan teliti dan sempurna. Kemudian menerapkan madah tersebut pada kehidupan mereka. Sebab aplikasi pada amal perbuatan itu akan memantapkan ilmu, dan membiarkannya begitu saja akan menyebabkan lupa.
3. Memilih kitab‐kitab tertentu untuk setiap cabang ilmu, dibaca dengan cermat dari awal hingga akhir. Perlu disertai dengan upaya memahami dan menghafalkan kaidah‐kaidah dan nash‐nash yang berkaitan, kemudian kitab tersebut dapat dijadikan sebagai pegangan untuk ilmu itu. 4. Menyiapkan paket‐paket pelajaran dan diktat yang sesuai dengan tingkatan bidang studi mereka atau bahasan madah mereka. Menugaskan kepada mereka untuk ikut dalam mempersiapkan sebagian paket‐paket tersebut. 5. Menunjuk kitab‐kitab tertentu untuk dijadikan bacaan harian dan kitab lain untuk diringkas. 6. Hendaknya para murabbi dan muwajjih senantiasa akrab dengan masalah‐ masalah yang hangat dibicarakan, baik yang dimuat di surat kabar, majalah, media lain atau kejadian‐kejadian temporer. 7. Mengembangkan sikap tanggung jawab dan mandiri (ta’alum dzati ), tidak ikut‐ ikutan dan taqlid. Disertai dengan penanaman sikap tawadhu’, menghargai dan menghormati kelebihan orang lain. 8. Mengawasi mutarabbi dengan pemantauan yang cermat serta meletakkan semua perkara pada tempatnya (tidak zhalim). 9. Menerima semua pertanyaan atau hal yang masih meragukan, salah paham, kritik dan usulan dari mutarabbi. Kemudian mendiskusikannya dengan tenang, proporsional dan memuaskan. Menerima siapa yang benar dan tidak lupa mengucapkan terima kasih. Dengan catatan bahwa keinginan seseorang dalam hal ini, bukan hanya ingin mengkritik atau menyalahkan, akan tetapi demi maslahat dan mencari kebenaran. 10. Mendorong mutarabbi untuk mengadakan kunjungan‐kunjungan untuk praktek latihan dakwah. 11. Hendaknya menerapkan pada dirinya dan mendorong mutarabbinya untuk mengadakan muhasabatun nafs (koreksi diri) pada setiap malam sebelum tidur, untuk melihat semua perbuatan yang tidak sesuai dengan aturan Islam, kemudian bertobat kepada Allah agar sesuai dengan sabda Rasulullah saw, "Ihsan adalah engkau mengabdi kepada Allah seakan‐akan engkau melihat‐Nya, jika engkau tidak melihat‐Nya, maka sesungguhnya Dia melihat engkau." (HR. Bukhari‐Muslim).
B. Mudarrib (Trainer) Mudarrib adalah pelaksana penerapan manhaj tarbiyah untuk madah‐madah yang telah ditetapkan dalam bentuk daurah (pelatihan). Untuk implementasi program daurah, maka dibutuhkan peningkatan mutu mudarrib dalam penerapan manhaj, maka dilakukan:
1. Training untuk Trainer (TFT‐training for trainer ). Yaitu pelatihan untuk menyiapkan para mudarrib (training for trainer). 2. Training untuk Trainer Leader (TFL – training for trainer leader ), yaitu pelatihan untuk menyiapkan master training.
3. Training untuk manajer aktivitas training (TFM‐ training for manager training), yaitu training untuk menyiapkan para pengelola (elemen)) kegiatan daurah. Pengelolaan kegiatan training dan penyiapan mudarrib gerakan dakwah diatur dengan pedoman tersendiri.
C. Muwajjih Muwajjih adalah pelaksana penerapan manhaj tarbiyah untuk madah‐madah tatsqifiyah. Untuk peningkatan mutu muwajjih dalam penerapan manhaj, maka dilakukan pelatihan untuk para muwajjih. Kegiatan penyiapan muwajjih tatsqif diatur dengan pedoman tersendiri.
D. Mu'allim Mu'allim adalah pelaksana penerapan manhaj tarbiyah untuk madah‐madah da'wah ammah dalam bentuk majelis ta'lim. Untuk peningkatan mutu mu'allim dalam penerapan manhaj, akan dilakukan upgrading dan pembekalan.
E. Musyrif Musyrif adalah pelaksana penerapan manhaj tarbiyah untuk pencapaian hafalan al‐Qur’an, baik hafalan Al‐Qur’an sesuai marhalahnya maupun hafalan Al‐Qur’an 30 juz. Musyrif bertanggung jawab dalam pelaksanaan Mukhayyam Al‐Qur’an (MQ): sebelum (seleksi peserta), saat pelaksanaan (menerima setoran hafalan) dan pemantauan hafalan peserta pasca MQ.
Bab 8 PENGELOLA TARBIYAH
Pengelola adalah institusi yang berwenang dalam perencanaan, pengorganisasian, dan mutabaah penyelenggaraan tarbiyah. Pengelola tarbiyah untuk setiap marhalah ditunjukkan oleh Tabel 9.1
Tabel 8.1 Pengelola tarbiyah Jenjang
Pengelola
Tamhidi
ETC atau ETD
Muayyid
ETC atau ETD
Muntasib
ETC atau ETD atau SPU Muntasib
Muntazhim
ETD atau ETW atau SPU Muntazhim
Amil
ETD atau ETW atau SPU Amil
Takhashush
ETP
4. Memetakan potensi tarbiyah. Yaitu mengkalkulasi kekuatan personil dan kekuatan‐kekuatan lain internal maupun eksternal yang berpotensi untuk pencapaian tujuan tarbiyah. 5. Merencanakan program tarbiyah. Yaitu mengagendakan yang telah didasarkan pada manhaj tarbiyah dalam sanah (tahun) tarbiyah tertentu. 6. Mengorganisasi aktivitas tarbiyah. Yaitu menyelenggarakan, menata, memutabaahi, dan mengevaluasi implementasi dan pencapaian program tarbiyah.
Struktur Pengelola Usrah (SPU) adalah salah satu tingkatan jamaah yang secara harian bertanggung jawab pada pengelolaan usrah dan kader inti. SPU adalah pelaksana pertemuan struktural nuqaba. SPU menjadi ujung tombak keberhasilan implementasi manhaj dan pemberdayaan usrah dan naqib serta pencapaian sasaran tarbiyah. Berdasarkan jenjang usrahnya, SPU bisa dikelompokkan menjadi 1. SPU Amil 2. SPU Muntazhim 3. SPU Muntasib
Klasifikasi SPU
SPU diklasifikasikan juga berdasarkan jumlah usrah yang ada di suatu elemen tarbiyah. Ada elemen tarbiyah yang kurus (sedikit jumlah usrahnya) dan ada yang gemuk (jumlah usrahnya besar). Sehingga klasifikasinya adalah sebagai berikut: 1. Klasifikasi A (kurus) adalah usar yang dikelola secara langsung oleh Elemen Tarbiyah, dengan jumlah usar yang dikelola 3 – 7 usar pada masing‐masing marhalah. Pengelolaan usar pada tipe ini dilakukan jika seluruh elemen struktur memiliki daya dukung untuk mengelola usar. 2. Klasifikasi B (gemuk) adalah usar yang dikelola oleh beberapa pengelola (beberapa SPU) yang dibentuk oleh Elemen Tarbiyah, dengan jumlah usar yang 3 – 7 usar pada masing‐masing marhalah. Pengelolaan usar pada tipe ini dilakukan jika struktur di bawahnya belum memiliki daya dukung untuk mengelola usar. Dalam pengelolaannya, struktur (SPU) ini bertanggung jawab kepada Elemen Tarbiyah yang membentuknya.
Tujuan SPU
1. Intensitas mutabaah terhadap proses tarbiyah, sehingga segera dilakukan tindakan koreksi terhadap proses tarbiyah yang tidak standar. 2. Melakukan pendeteksian dini terhadap gejala penyimpangan, baik fikri, tarbawi, tandzimi maupun yang lainnya, sehingga dapat segera dilakukan langkah‐ langkkah ‘ilaj yang tepat sasaran. 3. Pemerataan dan pengokohan peran partisipatif kader (organisasi, kaderisasi, sosial, politik dll), sehingga semua potensi kader dapat diberdayakan secara konstruktif bagi kepentingan da’wah. 4. Memacu pertumbuhan dan perluasan da’wah, baik secara vertical maupun horizontal, sehingga tidak ada lagi medan da’wah yang lepas dari sentuhannya. 5. Peningkatan kinerja tarbiyah, sehingga seluruh struktur berlomba dalam mencapai prestasi terbaik. 6. Semua kader terdata secara akurat, baik potensi maupun sebarannya, sehingga struktur da’wah bisa membuat perencanaan dengan tepat
Tugas SPU
1. Mengelola aktivitas tarbiyah, yaitu merencanakan, mengorganisasi, dan memutabaah tarbiyah sesuai ruang lingkup yang menjadi tanggung jawabnya. 2. Melakukan rapat koordinasi (liqo/majeis nuqaba, liqo amin) dan evaluasi secara rutin 3. Membuat dan memperbarui database kader.
4. Menyusun peta sebaran kader, baik sebaran vertical maupun horizontal. Intensitas mutabaah terhadap proses tarbiyah, sehingga segera dilakukan tindakan koreksi terhadap proses tarbiyah yang tidak standar. 5. Menyusun peta potensi tarbiyah, yaitu mengkalkulasi kekuatan personil dan kekuatan‐kekuatan lain (baik internal maupun eksternal) yang berpotensi untuk pencapaian tujuan tarbiyah. 6. Melakukan supervisi terhadap usar. 7. Menyampaikan laporan secara berkala tentang evaluasi perjalanan usar. 8. Melakukan mutabaah secara intensif kepada nuqaba tentang kewajibannya dalam menyampaikan laporan perjalanan usrah secara periodic. 9. Menjadi ujung tombak keberhasilan implementasi manhaj dan pemberdayaan usrah dan naqib serta pencapaian sasaran pembinaan kader
Wewenang SPU
1. SPU melakukan pengelolaan usrah dalam aspek administratif dan aspek penerapan manhaj. 2. Bersama dengan nuqaba mengusulkan pembentukan atau perubahan komposisi usroh (muntasib atau muntazhim) dan naqibnya, untuk mendapat persetujuan ETD. Sedang untuk usar amil, proses persetujuannya disampaikan kepada ETW. 3. Menyelesaikan berbagai persoalan kader bersama para nuqaba’.
Hak SPU
1. Mendapatkan supervisi dari Elemen Tarbiyah yang membentuknya 2. Mendapatkan pelatihan tentang hal‐hal berkaitan dengan tugas dan wewenangnya 3.
Mendapatkan support dana untuk pelaksanaan tugas dan wewenangnya
Koordinator SPU
1. Berwibawa dikalangan nuqaba usar yang akan dikelola 2. Memiliki kemampuan manajemen dan kepemimpinan. 3. Marhalah keanggotaan minimal satu tingkat diatas usar yang dikelolanya. 4. Pernah atau sedang menjadi naqib usrah pada marhalah yang dikelolanya 5. Diutamakan yang pernah memasukkan binaannya kedalam jamaah 6. Sehat secara tanzhimi, tarbawi (fikri, ruhi, jasadi), suluki dan ijtima’i
7.
Menguasai buku Manhaj Tarbiyah 1433 H
8.
Menguasai landasan operasional tarbiyah: a) Pedoman atau surat keputusan yang terkait b) Tupoksi Elemen Tarbiyah c) Risalah ta’alim d) 10 wasiat e) Muktamar Khomis f) Nizhamul usroh g) P3UN h) Juklak/juknis terkait i)
Visi Peradaban Ikhwan
Sekretaris SPU
1. Memiliki marhalah keanggotaan minimal sama dengan usar yang dikelolanya, 2. Sehat secara tandzimi, tarbawi (fikri, ruhi, jasadi), suluki dan ijtima’i, 3. Diutamakan pernah atau sedang menjadi naqib usrah pada marhalah yang dikelolanya, 4. Diutamakan yang pernah memasukkan binaannya kedalam jamaah, 5. Mampu memformulasikan ide‐ide yang muncul dalam Liqo Nuqaba 6. Rapi dalam menulis, mengarsipkan data, dan membuat laporan. 7. Memiliki hissul amni dan wa’yu tandzimi 8. Menguasai program komputer yang dibutuhkan
Staf SPU (Sesuai Keperluan)
1. Memiliki marhalah keanggotaan minimal sama dengan usar yang dikelolanya, 2. Sehat secara tandzimi, tarbawi (fikri, ruhi, jasadi), suluki dan ijtima’i, 3. Diutamakan pernah atau sedang menjadi naqib usrah pada marhalah yang dikelolanya, 4. Diutamakan yang pernah memasukkan binaannya kedalam jamaah, 5. Memiliki kafaah yang sesuai dan mendukung pelaksanaan amanahnya
Pola Hubungan SPU
1. SPU Muntasib, dengan stelsel struktur jamaah yang ketua, sekretaris, bendahara, dan elemen tarbiyahnya berstatus muntazhim. 2. SPU Muntazhim, dengan stelsel struktur jamaah yang ketua, sekretaris, bendahara, dan elemen tarbiyahnya berstatus amil. 3. SPU Amil, dengan stelsel struktur jamaah yang ketua, sekretaris, bendahara, dan elemen tarbiyahnya berstatus amil. 4. Dalam keadaan stelsel struktur setempat sebagaimana dimaksud point (1) sampai (3) tidak terpenuhi, maka pola hubungan tarbiyahnya dilakukan dengan elemen tarbiyah yang membentuknya. 5. Jika usar dikelola oleh stelsel struktur yang lebih tinggi, maka setiap anggota usrah tetap harus memiliki keterikatan, keterlibatan dan peran partisipatif terhadap struktur di bawahnya, di mana ia berdomisili
•
Pengelola tarbiyah kampus (tarbiyah thullabiyah) adalah Struktur di bawah bidang kaderisasi
•
Bidang kaderisasi membentuk usrah kampus sebagai pengelola tarbiyah untuk kampus tertentu
•
Usrah kampus mengelola tarbiyah kampus sesuai tahapan kampus tersebut
Bab 9 METODE TARBIYAH
A. Metode Belajar Dalam Tarbiyah Sebagaimana penjelasan pada terdahulu, bahwa untuk mencapai sasaran tarbiyah secara baik dan optimal diperlukan metode pembelajaran yang sesuai dengan objek tarbiyah, jenis materi, kondisi lingkungan dan faktor lainnya. keberhasilan tercapainya tujuan tarbiyah juga ditentukan oleh penguasaan cara‐cara atau teknik menyampaikan materi. Secara umum fungsi metode adalah untuk mengikat, mengurai yang tersekat, membuka yang tersumbat. Ada beberapa metode pembelajaran yang diperlukan dalam proses tarbiyah, semuanya dapat dipergunakan sesuai obyek tarbiyah, jenis materi, lingkungan dan faktor lainnya. Metode itu antara lain:
1. Metode Ceramah Metode ceramah disebut juga metode kuliah merupakan bentuk penyampaian yang paling umum dipakai dalam menyampaikan suatu materi. Seorang murabbi dapat memberikan materi melalui taujih dan akan sangat baik bila ditunjang dengan pengetahuan terhadap tingkat pencapaian tujuan saat mengajar. Sehingga murabbi dalam mentarbiyah tidak hanya mentransfer informasi untuk sekadar tahu saja.
2. Metode Tanya Jawab Berupa lontaran pertanyaan untuk dijawab oleh peserta tarbiyah agar diketahui tingkat penguasaan dan pemahamannya terhadap hal‐hal yang telah tersampaikan atau fakta‐fakta yang telah dipelajari, didengar atau dibacanya. Metode ini juga berguna untuk meningkatkan keakraban dan ukhuwah. Misalnya, murabbi mengajukan pertanyaan kepada peserta hal‐hal yang terkait dengan materi pembahasan, pribadi, keadaan lingkungan, permasalahan yang sedang populer atau pertanyaan lainnya.
3. Metode Diskusi Adalah suatu cara penyajian bahan materi dalam bentuk percakapan atau pembahasan terhadap suatu permasalahan atau pengalaman yang baru diperoleh. Dalam diskusi diharapkan dilakukan pengendapan dan peningkatan interaksi terhadap data dan informasi yang diperolehnya. Dengan diskusi seorang peserta akan secara otomatis terdorong melakukan penguasaan yang lebih baik terhadap suatu materi. Diantara kelemahan diskusi adalah menyita waktu yang lebih banyak. Apalagi bila murabbi tidak dapat menarik kesimpulan, lalu diikuti terjadinya bias terhadap nilai yang harus disampaikan.
4. Metode Demonstrasi Adalah
suatu
cara
pembelajaran
dalam
bentuk
menunjukkan,
memperlihatkan
atau
mendemonstrasikan suatu pembahasan materi dimana pelaksana tarbiyah mempraktekkan sesuatu secara tepat. Misalnya mendemonstrasikan cara membaca Al‐Quran sesuai dengan kaidah tajwid.
5. Metode Eksperimen Merupakan metode pengajaran dalam bentuk mempraktekkan atau mencoba suatu pembahasan. Setelah murabbi menunjukkan cara melakukan sesuatu maka selanjutnya peserta mempraktekkan sendiri sebagaimana yang telah dicontohkan. Metode Ddemonstrasi dan Eksperimen saling terkait sebab dengan eksperimen berarti mendemonstrasikan sesuatu. Perbedaan teoritisnya adalah metode demonstrasi lebih dititikberatkan pada murabbi sedangkan metode eksperimen lebih menitikberatkan pada peserta yang harus melakukan sesuatu.
6. Metode Simulasi Yakni metode pengajaran untuk membangkitkan atau mendorong peserta dalam suatu permainan. Misalnya dalam masalah pentingnya menjaga kesehatan dan mendeteksi kekuatan tubuh serta manfaat olah raga bagi stamina tubuh.
7. Metode Partisipasi Merupakan metode pengajaran dengan cara mendorong langsung peserta untuk terlibat aktif dengan sebuah proses kegiatan. Misalnya murabbi ingin mengajarkan urgensi quwwatul maal dan beratnya beramal, maka murabbi dapat mewajibkan infaq majelis dan semua peserta wajib mengisi kotak infaq setiap datang. Kemudian setelah beberapa saat baru dibahas tentang bagaimana kesan sulitnya berinfaq serta kendalanya dalam mobilisasi dana.
8. Metode Penggunaan Alat Metode ini sering digunakan dalam pelatihan, yaitu metode pengajaran melalui pendekatan penggunaan alat bantu. Misalnya peserta dapat diberikan sebuah instrumen yang dikerjakan sendiri untuk melihat atau mengungkapkan kepribadiannya.
9. Metode Latihan Metode pengajaran dalam bentuk peserta melakukan suatu kegiatan untuk memperoleh keterampilan tertentu. Dengan berlatih secara praktis keterampilan yang dimiliki oleh peserta dapat ditingkatkan dan disempurnakan
10. Metode Penugasan Adalah cara pengajaran dengan memberikan tugas dalam bentuk tugas baca, menghadiri acara tertentu,
atau
tugas‐tugas
lainnya
yang
kemudian
dipertanggungjawabkan
kepada
murabbi/naqib/pelaksana tarbiyah yang memberikan tugas tersebut. Tujuannya agar pemahaman peserta lebih mantap, pengalamannya lebih terintegrasi dan terdorong untuk berusaha lebih giat lagi.
11. Metode Sosiodrama Metode pengajaran dengan pendekatan menyaksikan tayangan aktivitas kehidupan sekitar manusia. Bisa melalui laboratorium, film, planetarium, teater, dan lain sebagainya. Misalnya materi aneka ragam ciptaan Allah Taala di alam semesta dapat bersama‐sama pergi ke planetarium menyaksikan penayangannya
12. Metode Pengalaman Terstruktur yakni murabbi dapat melakukan sebuah intervensi tindakan yang tidak diketahui maksudnya oleh peserta. Kemudian setelah selesai peserta disuruh untuk mengemukakan pelajaran apa yang telah diperolehnya. Pada tahap akhir murabbi menjelaskan pelajaran apa yang baru disampaikannya.
13. Metode Pengembangan Kelompok Pada umumnya murabbi dalam menyampaikan bahan dan dengan menggunakan beberapa metode sering memandang peserta tarbiyah sebagai individu. Namun demikian pada suatu saat peserta tarbiyah dihadapi bukan sebagai individu melainkan sebagai kelompok dalam melaksanakan suatu kegiatan untuk mencapai tujuan pembelajaran. Misalnya murabbi mengajak peserta untuk rihlah atau mukhayyam. Dalam acara tersebut, akan dapat dipahami dan dipraktekkan materi ukhuwwah secara lebih cepat dan efektif daripada memberikan ceramah tentang ukhuwah dan ta’awun. Masih banyak lagi metode yang dapat digunakan untuk kegiatan pembelajaran. Karena banyaknya metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran maka murabbi harus memilih dengan tepat metode mana yang paling sesuai. Sebab setiap metode hanya cocok digunakan dalam situasi dan tujuan tertentu. Dalam situasi dan tujuan berbeda diperlukan metode yang berbeda. Masing‐masing metode mempunyai kelebihan dan kelemahannya. Selayaknya murabbi dapat mengatasi kelemahan‐ kelemahannya.
B. Model Belajar Dalam Tarbiyah Dilihat dari kelompok metode belajar ada beberapa klasifikasi model belajar, yaitu sebagai berikut:
1. Apabila dilihat dari pusat aktivitas, model belajar dapat dibagi dua: murabbi sebagai pusat aktivitas (teacher centre) dan mutarabbi sebagai pusat aktivitas (student centre). Untuk materi‐materi aqidah, maka model teacher centre lebih sesuai. Sedangkan untuk materi yang bersifat pengembangan operasional dan pengembangan pemikiran (kreativitas), maka model student centre sangat dianjurkan. 2. Apabila dilihat dari usia pembelajar, model belajar dapat dibagi dua pendidikan untuk usia anak ( paedagogi ) dan pendidikan untuk usia orang Muntazhim (andragogi ).Tarbiyah dianjurkan menggunakan model belajar andragogi, karena peserta tarbiyah pada umumnya orang Muntazhim, kecuali pada peserta tarbiyah usia SD atau SLTP, maka paedagogi dan pendidikan usia remaja adalah tepat untuk mereka. Pada model andragogi kita mengasumsikan, bahwa umumnya orang Muntazhim lebih dapat berfikir, mempunyai pengalaman sebelumnya, tidak suka didoktrin yang bertele‐tele, lebih suka “to the point” dari pada narasi yang berbelit‐belit, dan menyukai hal‐hal yang praktis.
3. Apabila dilihat dari strateginya, ada ceramah, membaca buku sampai pemecahan masalah. Untuk bahasan tentang dasar‐dasar keislaman, maka akan banyak menggunakan model ceramah karena murabbi (muwajjih) akan memberikan informasi yang umumnya belum diketahui oleh mutarabbi. Untuk bahasan tentang pengembangan diri dan keterampilan dasar, sebaiknya banyak melakukan simulasi, workshop dan role play dalam pelatihan. Untuk bahasan tentang dakwah dan pemikiran Islam, dianjurkan mengghunakan model diskusi dan pemecahan masalah. Dan untuk bahasan tentang sosial kemasyarakatan diharapkan menggunakan penggunaan pemecahan masalah yang riil di masyarakat dan yang berhubungan langsung dengan kehidupan mutarabbi. 4. Apabila dilihat dari penggunaan indra, ada model belajar mendengar (calk and talk ‐model belajar spidol (kapur) dan berbicara) sampai model multimedia (dengar pandang). Model belajar yang makin banyak mengaktifkan indera akan semakin baik. Khusus untuk media pembelajaran akan dibahas pada bab selanjutnya. 5. Apabila dilihat dari tempat belajar, ada yang menggunakan ruangan kelas (in door class) ada pula belajar dalam ruang terbuka (out door class). Model out door yang paling populer disebut dengan model out bound. Seluruh model belajar dari nomor 1 sampai 5 di atas bersifat spektrum (rentang), perubahan spektrum dapat divariasi prosentasenya sesuai dengan kebutuhan belajar yang sedang berlangsung.
Bab 10 SARANA TARBIYAH
Sarana adalah program atau bentuk acara yang dijadikan media untuk merealisasikan kurikulum tarbiyah. Sarana terbagi menjadi dua yaitu: 1. Sarana Utama Penerapan Manhaj. 2. Sarana Pendukung Penerapan Manhaj.
Sarana Utama Penerapan Manhaj Dalam Manhaj 1433, sarana utama penerapan manhaj adalah: 1. Halaqah untuk tamhidi dan muayyid, usrah untuk muntasib dan seterusnya. Untuk marhalah tamhidi juga dimungkinkan melakukan tarbiyah melalui sarana: a. Tarbiyah Fardiyah b. Ta’lim Tarbawi 2. Penugasan 3. Mabit, Jalsah Ruhiyah & Lailatul Katibah (lailatul katibah hanya untuk muntasib dan marhalah di atasnya) 4. Tarbiyah Tsaqafiyah 5. Daurah 6. Nadwah 7. Kalimat Murabbi/Naqib 8. Kultum
Sarana Pendukung Penerapan Manhaj 1. Ta’lim, dilaksanakan dalam bentuk Talim Rutin, Ta’lim fil masajid, Majelis Ta’lim, Program TV dan Program Siaran Radio. 2. Rihlah. 3. Mukhayyam. Dll.
A. HALAQAH Halaqah adalah proses kegiatan tarbiyah dalam dinamika kelompok. Jumlah normal satu halaqah maksimal 12 orang. Murabbi diperkenankan mentarbiyah paling banyak 3 (tiga) halaqah.
Dalil Halaqah .1
.
.
. :
: (
)
Dari Abi Waqid al‐Harits bin Auf ra, sesungguhnya Rasulullah SAW ketika sedang duduk di masjid, dan para sahabat bersama beliau, tiba‐tiba datang tiga orang, yang dua mendatangi Rasulullah SAW dan lainnya pergi berlalu. Maka keduanya berdiri di hadapan Rasul, salah satunya melihat senggang di halaqah maka ia segera duduk di tempat itu, dan satunya lagi duduk di belakangnya. Adapun orang yang ketiga maka ia pergi berlalu dari majlis itu. Ketika Rasulullah SAW selesai, beliau bertanya, “Maukah kalian aku beritahu tentang ketiga orang tadi? Adapun salah seorang dari mereka ia mencari tempat di sisi Allah maka Allah pun memberinya tempat, dan yang kedua adalah orang yang malu maka Allah pun malu kepadanya. Adapun yang ketiga adalah orang yang berpaling maka Allah pun berpaling darinya.” (HR. Bukhori‐Muslim)
: :
:
.
.2
:
:
,
: . :
: .
:
: .
) ( Dari Abi Said al‐Khudriy ra, dia berkata: “Muawiyah keluar menuju Halaqah (lingkaran orang) yang ada di dalam masjid, lalu ia bertanya, ‘Apa yang menjadikan kalian duduk‐duduk di masjid?’ Mereka menjawab, ‘Kami duduk‐ duduk mengingat Allah.’ Ia bertanya, ‘Demi Allah, apakah hanya itu yang mengundang kalian duduk‐duduk?’ Mereka menjawab, ‘Tidak ada yang menarik
kami untuk duduk‐duduk melainkan hanya itu.’ Lalu ia berkata, ‘Ketahuilah! Aku minta kalian bersumpah bukan karena aku tidak percaya pada kalian, dan tidak ada seorang pun menyamai kedudukanku di sisi Rasulullah SAW yang lebih sedikit menceritakan hadits beliau dari pada aku. Sesungguhnya Rasulullah SAW keluar kepada sekumpulan sahabatnya, lalu beliau bertanya, ‘Apa yang menjadikan kalian duduk‐duduk di masjid?’ Mereka menjawab, ‘Kami duduk‐ duduk mengingat Allah, memujiNya atas nikmat hidayahNya yang membawa kami kepada Islam dan memberikan Islam kepada kami.’ Beliau bertanya, ‘Demi Allah, apakah hanya itu yang mengundang kalian duduk‐duduk?’ Mereka menjawab, ‘Tidak ada yang menarik kami untuk duduk‐duduk melainkan hanya itu.’ Lalu beliau berkata, ‘Ketahuilah! Aku minta kalian bersumpah bukan karena aku tidak percaya pada kalian, akan tetapi Jibril datang kepadaku dan memberitahukan kepadaku bahwa Allah membanggakan kalian di hadapan para malaikat.’ (HR. Muslim, diambil dari Riyadhush‐Shalihin no. 1458)
Waktu dan Tempat 1. Menjaga dan memperhatikan amniyah setempat. 2. Memperhatikan kelaikan tempat liqa. 3. Cakap dalam menyesuaikan antara waktu dan baramij. 4. Lama pertemuan 2 hingga 5 jam. 5. Liqa yang dilaksanakan malam hari tidak lebih dari jam 23.00. 6. Liqa akhwat dilaksanakan siang hari. 7. Dalam kondisi ZAS (zhuruf amniyah sha’bah/ darurat) waktu dapat berubah.
Baramij Yang dimaksud dengan baramij adalah acara yang mesti diikuti dalam melaksanakan halaqah dengan tertib, sehingga terealisir ahdaf halaqah. Baramij dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan.
1. Iftitah Rabbani. Bertujuan untuk mengkondisikan agar tercipta suasana ruhi, akhawi, ta'abbudi. Alternatif kegiatan: Tilawah, tasmi', doa, dan lain‐lain. 2. Kalimat Murabbi 3. Tahfizh 4. Kultum 5. Talaqqi madah. 6. Mutabaah dan diskusi. 7. Ta’limat. 8. Ikhtitam Rabbani. Bertujuan untuk mengikat hati sebelum berpisah. Alternatif kegiatannya: doa, shalat sunnah (mutlak, kecuali di waktu terlarang) sendiri‐ sendiri yang diakhiri dengan saling mendoakan untuk masing‐masing anggota
(memohon solusi dari qadhaya yang telah disampaikan dan program yang disepakati).
Adab (Tata Krama) dalam halaqah 1. Tata krama di dalam majelis a) Memulai dengan tilawah. b) Membawa peralatan tulis menulis. c) Berinfak. d) Diakhiri dengan doa penutup majelis. 2. Tata krama peserta terhadap diri sendiri. a) Membersihkan hati dari aqidah dan akhlaq yang busuk. b) Memperbaiki niat. c) Qanaah dalam makanan, pakaian dan tempat. d) Bersemangat dalam menuntut ilmu. e) Berusaha menghiasi diri dengan akhlaq yang mulia. 3. Tata krama peserta terhadap murabbi. a) Tunduk dan taat kepada murabbi selama tidak maksiat. b) Mengkomunikasikan urusan dirinya pada murabbi. c)
Berusaha memenuhi hak‐hak murabbi dan tidak melupakan jasanya.
d) Sabar atas perlakuannya. e) Meminta izinnya. f)
Bertutur kata yang sopan dan santun padanya.
4. Tata krama terhadap sesama peserta halaqah. a) Mendorong peserta lain untuk bersungguh‐sungguh dalam tarbiyah. b) Tidak memotong pembicaraan orang lain.
5. Tata krama terhadap masyarakat lingkungan halaqah. a) Hadir dengan wajah berseri. b) Memberi salam. c)
Tidak menyakiti perasaan mereka.
d) Bertegur sapa sewajarnya. e) Bermohon diri pada orang‐orang yang ada di sekitar halaqah
Ta'lim Tarbawi Ta’lim tarbawi adalah 1. pengembangan sarana tarbiyah 2. dalam rangka mencapai muwashafat tarbiyah
3. melalui berbagai program dan ketentuannya 4. dengan jumlah peserta yang banyak 5. dibina oleh murabbi minimal muntasib yang telah mengikuti daurah i’dad murabbi ta’lim tarbawi 6. disahkan oleh SPU Muntasib yang ada di atasnya Ta'lim tarbawi bukanlah majlis ta'lim.
Ta’lim Tarbawi Kampus •
Ta’lim tarbawi kampus adalah tarbiyah massal bagi hasil mentoring yang belum memiliki kesiapan untuk halaqah
•
Murabbi ta’lim tarbawi harus memiliki kapasitas seorang syaikh
•
Murabbi ta’lim tarbawi dibantu oleh asisten
•
Setelah berlangsung 3 bulan, maka peserta ta’lim tarbawi dikenali sebagai tamhidi
Pelaksana Pelaksana ta’lim tarbawi disebut murabbi. Murabbi pada ta’lim tarbawi ini adalah kader yang memenuhi syarat sebagai berikut:
1. Minimal muntasib. 2. Telah mengikuti daurah i'dad murabbi ta'lim tarbawi. 3. Menguasai manhaj tarbiyah marhalah tamhidi. 4. Memiliki loyalitas dan kesetiaan pada gerakan dakwah. 5. Memiliki kemampuan dalam menyampaikan dan mengembangkan materi dalam kelompok besar. 6. Mendapat rekomendasi dari murabbinya, atau usrahnya atau ditugaskan oleh struktur gerakan dakwah. Murabbi bertugas untuk mengelola ta’lim tarbawi, dan secara tetap menyampaikan mawad tarbiyah marhalah tamhidi kepada peserta. Dalam melaksanakan tugasnya murabbi dibantu oleh seorang asisten.
Asisten Asisten adalah seseorang yang diamanahkan untuk membantu murabbi dalam mengelola ta’lim tarbawi. Asisten pada ta’lim tarbawi ini adalah kader yang memenuhi syarat sebagai berikut:
1.
Minimal muayyid.
2.
Telah mengikuti daurah idari ta’lim tarbawi
3.
Menguasai mawad tarbiyah marhalah tamhidi.
4.
Memiliki loyalitas dan kesetiaan pada gerakan dakwah.
5.
Mendapat rekomendasi dari murabbi atau naqibnya atau ditugaskan oleh struktur gerakan dakwah.
Tugas pokok asisten ta’lim tarbawi adalah:
1. Menyiapkan sarana penyelenggaraan ta’lim tarbawi 2. Bertanggung jawab mengelola administrasi ta’lim tarbawi. 3. Menggantikan tugas atau mencari pengganti ketika murabbi tidak dapat menyampaikan madah tarbiyah. 4. Menjadi fasilitator saat berlangsungnya proses ta’lim tarbawi.
Muatan Muatan ta’lim tarbawi sepenuhnya mengacu pada kurikulum tarbiyah marhalah tamhidi. Dimungkinkan untuk melakukan pengembangan dan modifikasi pada muatan ta’lim tarbawi dalam rangka mengefektifkan proses pencapaian muwashafat marhalah tamhidi.
Mekanisme Kegiatan ta’lim tarbawi dilaksanakan dengan mekanisme sebagai berikut:
1. Ta’lim tarbawi dilaksanakan dengan frekuensi sepekan sekali. 2. Bila tidak memungkinkan untuk dilaksanakan sebagaimana point 1, kegiatan ta’lim tarbawi dapat dilaksanakan dua pekan sekali, dengan konsekuensi proses pencapaian muwashafat dan masa tarbiyah relatif menjadi lebih lama. 3. Peserta dikelompokkan berdasarkan kesamaan jenis kelamin. Jika tidak memungkinkan, maka dapat dilakukan penggabungan antara peserta laki‐laki dan perempuan dengan tetap memperhatikan adab islami dalam pelaksanaannya. 4. Ta’lim tarbawi dapat dibentuk melalui: a) Hasil rekruting baru. b) Pengalihan dari majelis ta’lim yang ada. c)
Diversifisikasi majelis ta’lim yang ada dari sisi mawad.
d) Penggabungan beberapa halaqah tamhidi yang tidak efektif.
5. Pengelolaan dan mutabaah Ta’lim Tarbawi dilakukan oleh usrah di mana murabbi berada. 6. Pembentukan, perubahan dan penataan ta’lim tarbawi menjadi tanggung jawab usrah murabbi di bawah supervisi struktur elemen tarbiyah di atasnya.
Tarbiyah Fardiyah Salah satu sarana tarbiyah dalam marhalah tamhidi adalah tarbiyah Fardiyah.
Tarbiyah Fardiyah adalah peran dan tugas individu dalam konteks amal islami, dengan keharusan melakukan interaksi sosial yang bersifat personal untuk memperoleh satu tujuan dan sasaran dengan unsur‐unsur pendekatan yang baru, di luar kelaziman pelaksanaan tarbiyah jama’iyah pada umumnya seperti halnya dalam bentuk halaqah. Unsur‐unsur pendekatan dalam tarbiyah fardiyah diusahakan agar seseorang pada awalnya tertarik dengan fikrah Islam melalui proses tarbiyah dan takwin, baru setelah itu mengajaknya terlibat dan berpartisipasi lebih jauh lagi dalam amal da’wah. Dalam hal ini diberikan kebebasan bagi siapa saja yang hendak menjalankan misi Tarbiyah Fardiyah untuk memanfaatkan seoptimal mungkin seluruh akses (relasi) dan pra‐kondisi untuk melakukan penetrasi fikrah dan mengupayakan kepuasan objek dakwah (mutarabbi fardi) dengan fikrah‐fikrah yang ditawarkan kepadanya. Minimal ada enam prinsip untuk melancarkan efisiensi dan efektivitas tarbiyah fardiyah:
1. Al ‐Manhaj As‐salim, yaitu konsep yang benar, yang mampu mencetak pribadi dan generasi islami, konsep yang terpadu dan menyeluruh meliputi aspek‐aspek tarbiyah fikriyah, ruhiyah dan akhlaqiyah. 2. Al ‐qudwah al ‐hasanah, pengamalan ilmunya.
yaitu
dalam
hal
ketaqwaan,
ke‐wara’‐an
dan
3. Al ‐bi’ah As‐shalihah, yaitu dengan menyediakan nuansa dan iklim yang cocok untuk setiap individu, khususnya pada masa‐masa memasuki tahapan pembentukan pertama. 4. At ‐Tajarrud , yaitu totalitas seorang Murabbi yang mengemban misi dakwah dalam rangka membentuk kepribadian individu muslim dan memfokuskan hal itu. 5. Tadarruj , yaitu seorang Murabbi dalam konteks Tarbiyah fardiyah hendaknya memperhatikan tahapan‐tahapan logis, seperti dengan stressing masalah‐ masalah aqidah sebelum masalah Ibadah, masalah ibadah sebelum konsep kehidupan yang lebih luas, ringkasnya adalah “Kulliyat Qabla Juz‐iyat ” . 6. Ar ‐Rifq wal ‐lin, sikap lembut dan halus adalah sarana dalam mentarbiyah, oleh karenanya hendaklah bersabar atas segala kegagalan dan kesalahan sampai datangnya satu masa dimana buah dari kesabaran itu akan tampak membuahkan hasilnya.
Sarana dan keistimewaannya Adapun sarana tarbiyah fardiyah banyak macamnya yang dapat digunakan secara bertahap sesuai dengan tahapan pendekatan murabbi terhadap individu mad’unya. Dalam bentuk tatap muka misalnya (liqa’), seorang murabbi tarbiyah fardiyah bisa memanfaatkan pertemuan dengan membaca Al‐Qur’an, mengkaji hadits atau sirah, pertemuan tersebut sedapat mungkin dicarikan waktu dan tempatnya yang cocok, bisa juga memanfaatkan pertemuan ta’lim di masjid, seminar Ilmiah, atau dengan mengajaknya ke rumah makan, dalam bentuk yang lebih sederhana sarana tarbiyah fardiyah bisa dengan menghadiahkan sebuah buku yang bermuatan fikrah Islam, sehingga pada pertemuan berikutnya bisa didiskusikan hasil dari bacaan buku tersebut. Semua hal tersebut di atas adalah sebagian dari sarana‐sarana tarbiyah fardiyah. Adapun selebihnya seorang murabbi
dengan kecerdasannya dapat mengeksplorasi dan mengembangkan sarana‐sarana lainnya lebih banyak lagi.
Karakteristik Dai Murabbi Adapun beberapa karakteristik yang harus dimiliki oleh seorang dai murabbi antara lain adalah:
1. Al‐fahmu as‐syamil al‐kamil (pemahaman yang lengkap dan menyeluruh) 2. Ma’rifatu al‐waaqi’ al‐‘amali (mengenal realita lapangan) 3. Al‐khibrah bin‐nufus (memiliki ilmu dan pengalaman berinteraksi dengan berbagai karakter mutarabbi). Langkah pertama yang harus dimulai dalam menjalankan misi tarbiyah fardiyah ini adalah menjalin hubungan dengan seseorang yang hendak diproses, dan berusaha semaksimal mungkin mengenali orang tersebut, mengenali pikirannya, pemahamannya, persepsinya dan mencermati sela‐sela kelemahannya. Dengan begitu akan dapat dipastikan dan diketahui bentuk‐bentuk pendekatan aplikatif apa yang mungkin bisa diimplementasikan terhadap orang tersebut. Setelah mengenali dan meyakini bahwa orang tersebut memang laik (memiliki maslahat) untuk didakwahi, maka mulailah sang dai bersama orang tersebut melakukan rekreasi spiritual (rihlatul iman), dalam rihlah inilah sang mad’u digiring untuk melalui tiga tahap perkembangan yang terbangun di atasnya nilai‐nilai kepribadian Islam dan atribut‐atribut keimanan. Ketiga tahap periode perkembangan tersebut hendaknya secara tertib dan runtut harus dilalui oleh sang mad’u, karena hal itu merupakan faktor yang sangat mendasar bagi terbangunnya kepribadian islami yang menyeluruh dan terhindarnya kesalahan fatal dalam menyampaikan pesan‐pesan dakwah.
Tiga Tahap Perkembangan Adapun ketiga periode perkembangan tersebut adalah: Pertama: Periode pembinaan aqidah Kedua: Periode aplikasi Ketiga: Periode pemetaan amal islami
Kaidah Asasiyah Terakhir, yang menjadi catatan penting dalam mentarbiyah adalah kaidah‐kaidah asasiyah yang harus di perhatikan oleh sang Murabbi, dan menerapkan kaidah‐kaidah tersebut disela‐sela aktivitasnya dalam menjalankan tarbiyah fardiyah. Kaidah‐kaidah tersebut di antaranya adalah:
4. Ar‐rifq (lembut). 5. Al‐ibti’adu anidz‐dzammi wal‐‘itab (menghindari sedapat mungkin mencela dan memaki). 6. At‐tarbiyah tamhid wat‐tasywiq at‐tasyji’ (Tarbiyah adalah mengantar, membuat rindu, dan mendorong semangat).
B. USRAH Usrah adalah unit terkecil gerakan dakwah sebagai wadah aktivitas tarbawi, jama’i dan ijtima’i bagi anggotanya. Menurut marhalahnya usrah dibagi menjadi usrah muntasibin, usrah muntazhimin, usrah ‘amilin dan usrah mutakhashishin. Usrah merupakan stelsel terkecil gerakan dakwah dan berada dalam posisi paling depan dalam mengemban amanah dakwah. Liqa’ Usrah (LU) di semua marhalah dilakukan secara rutin setiap pekan.
a. Tujuan Khusus Untuk Anggota: 1) Tercapainya peningkatan kepribadian muslim yang istiqamah, meliputi aspek aqidah, ibadah, pemikiran, tsaqafah, akhlaq, harakah, manajemen, tanzhim dan siyasah. 2) Tercapainya peningkatan kualitas ukhuwah dengan menjalankan kewajiban, adab, serta hak ukhuwah dan menjauhkan hal‐hal yang merusaknya. 3) Terbina kebiasaan untuk mendengar pendapat orang lain, dan memberikan pendapatnya sendiri dengan benar leluasa dan bertanggung jawab. 4) Termotivasinya semangat anggota mentarbiyah diri sendiri. 5) Terbinanya amal jama’i anggota sehingga dapat saling mendayagunakan potensi yang ada. 6) Terlaksananya musyawarah dengan anggota yang lainnya dalam menyelesaikan qadhaya yang muncul baik fitri, nafsi, ruhi, fikri, haraki dan tanzhimi. 7) Terbentuknya SDM yang berkualitas Muntazhim. b. Tujuan Khusus Untuk Keluarga 1) Tepat dalam memilih pasangan hidup sesuai dengan kaidah syar’iyah dan adab tanzhimi. 2) Terbinanya keluarga sesuai dengan nilai Islam. 3) Terlaksananya adab‐adab Islam di dalam rumah tangga. c. Tujuan Khusus Untuk Masyarakat 1) Terwujudnya peran serta para anggota bersama dengan binaan dan simpatisan dalam aktivitas Islami di masyarakat. 2) Terwujudnya pemahaman anggota terhadap masalah‐masalah sosial dan terlibat aktif dalam mencari solusinya. 3) Itqan dalam bekerja dan selalu berusaha meraih prestasi yang tertinggi dalam bidangnya. 4) Terpengaruhinya secara khusus masjid di lingkungan tempat tinggal anggota usrah 5) Terpengaruhinya tempat‐tempat perkumpulan di masyarakat, seperti club‐club olah‐raga dan sosial. d. Tujuan Khusus Untuk Gerakan Dakwah 1) Terpenuhinya kualifikasi SDM yang berpotensi di bidangnya. 2) Terwujudnya perluasan wilayah kerja usrah 3) Termotivasinya SDM untuk menjalin kerja sama dakwah dengan gerakan Islam pada khususnya dan berbagai lapisan masyarakat pada umumnya. 4) Termotivasinya SDM yang mampu mewariskan program kerja dakwah kepada generasi berikutnya. 5) Terpenuhinya SDM yang mampu menjalankan program‐program dakwah yang dibebankan padanya
Komposisi 1. Usrah terdiri dari naqib, amin dan anggotanya.
2. Jumlah anggota usrah minimal 5 orang maksimal 8 orang, termasuk di dalamnya naqib dan amin. 3. Pembentukan usrah didasarkan prioritas berikut a) Adanya kedekatan usia tanzhim. b) Adanya kedekatan mustawa tsaqafi. c)
Adanya kedekatan usia.
d) Adanya kedekatan wilayah geografis. e) Adanya kedekatan dalam suasana kejiwaan. f)
Anggota usrah terdiri dari berbagai latar belakang tsaqafah yang saling menunjang.
Rukun Usrah 1. Ta’aruf: mengenali dan mencintai saudaranya karena Allah mencakup ta’aruf zhahiri , nafsi dan fikri. Menjaga agar tidak membuat suasana keruh dan kering dengan mengamalkan perintah Al‐Quran dan seruan hadits tentang ukhuwah. 2. Tafahum: menjauhkan diri dari hal‐hal yang menyebabkan kerenggangan dan melaksanakan sesuatu yang dapat melahirkan mawaddah dan rahmah. 3. Takaful: saling mencari peluang untuk dapat memikul beban saudaranya, di mana satu sama lainnya saling membantu dengan penuh keikhlasan dan persaudaraan.
Adab Liqa 1. Memiliki rasa tanggung jawab terhadap kesuksesan usrah. 2. Mempersiapkan diri secara matang baik ruhi, fikri, jasadi dan bahan‐bahan yang akan dibicarakan dalam liqa 3. Memberikan waktu yang asasi untuk liqa‐at usariyah 4. Mengikuti acara dengan baik dan penuh perhatian. 5. Disiplin dengan seluruh program‐program usrah. 6. Arif dalam bertukar pendapat dan pikiran. 7. Aktif dalam menyegarkan suasana liqa dengan info baru, materi, penampilan, hadiah dan apa saja yang berguna sehingga suasana liqa usari menjadi hal yang dirindukan.
Waktu dan Tempat 1. Mentaati ketentuan waktu yang telah disepakati. 2. Memperhatikan kelayakan tempat liqa. 3. Memperhatikan kondisi shahibul bait (pemilik rumah). 4. Cakap dalam menyesuaikan antara waktu dan baramij (program).
5. Tempat liqa hendaknya bergilir. 6. Lama pertemuan 2 hingga 5 jam . 7. Liqa yang dilaksanakan malam hari tidak lebih dari jam 23.00. 8. Liqa akhwat dilaksanakan siang hari.
Naqib Setiap usrah dipimpin oleh seorang naqib. Naqib adalah pelaksana penerapan manhaj tarbiyah pada anggota muntasib, muntazhim, amil dan takhashush.
Baramij Usrah Yang dimaksud dengan baramij liqa usari tanzhimi adalah acara yang wajib diikuti dalam melaksanakan liqa usari tanzhimi dengan tertib, sehingga terealisir ahdaf usrah. Baramij ini dapat ditambah sesuai dengan kebutuhan masing‐masing usrah. Adapun tertib acaranya adalah sebagai berikut:
1. Iftitah Rabbani. Naqib membuka dengan basmalah, menyampaikan penyambutan serta menyampaikan taujih (kalimat usrah). Fungsi iftitah adalah untuk tahyi'ah (memformat keadaan) dari non‐LU ke LU dan mengarahkan LU ke VISI Jama’ah yang ingin dicapai (Visi Jama’ah: dari ishlahul‐fardi hingga ustadziyyatul ‘alam). Waktunya 5‐10 menit. Setelah itu Naqib/ah bisa menyerahkan kepada Rais Jalsah 2. Tahfizh Al‐Qur’an. Dilakukan secara berpasangan 3. Berita. Cara membawakannya dengan membaca 10 berita dalam waktu 10 menit, 5 menit berikutnya untuk anilisis politik. Dibawakan dengan teknik pembacaan yang menarik seperti pembaca berita di TV. Diakhiri dengan rekomendasi (doa, kajian lanjutan, optimalisasi peristiwa untuk dakwah). 4. Pembacaan Majmu’ah Rasa’il. Dibaca bahasa Arab dan terjemahannya dalam rangka menguatkan fikrah. 5. Talaqqi materi. 6. Ibda’ul Khathirah. Naqib/ah menanyakan secara acak kepada setiap a’dha apa hal yang sedang dipikirkan. A’dha langsung menyampaikan secara singkat hal yang sedang terlintas dalam pikirannya. Tidak ada pembahasan atau umpan balik dari siapapun. Targetnya adalah naqib/ah mengetahui kondisi yang sedang berkecamuk dalam diri a’dha sehingga kedepan bisa melakukan hal yang dirasa bisa mengarahkan kepada kondisi yang lebih baik. Tidak mesti setiap LU melakukan agenda ini, agar tidak bosan 7. Mutaba’ah 8. Ta’limat. Ta’limat adalah perintah pekanan qiyadah. Ta’limat berasal dari struktur resmi. Menyampaikannya secara utuh. Tidak berkomentar dengan nada menolak atau melemahkan. Segera melakukan AKSI yang dituntut oleh ta’limat itu, bukan sekedar diketahui saja
9.
Qadhaya (problematika) dan rawa’i (berita gembira dan prestasi) dari tiap anggota, dengan memperhatikan efektifitas waktu penyampaiannya serta menitikberatkan pada hulul (solusi) untuk qadhaya dan istifadah (mengambil faidah) dari rawa’i. Dalam menyampaikan qadhaya personal perlu diperhatikan pula kehormatan pihak yang dibicarakan sehingga tidak terjebak kepada ghibah atau hal‐hal yang diharamkan.
10. Evaluasi, rangkuman mendatang
agenda
pembicaraan serta
penyampaian program
11. Ikhtitam Rabbani. Bertujuan untuk mengikat hati sebelum berpisah. Alternatif kegiatannya: doa, shalat sunnah (mutlak, kecuali di waktu terlarang) sendiri‐ sendiri yang diakhiri dengan saling mendoakan untuk masing‐masing anggota (memohon solusi dari qadhaya yang telah disampaikan dan program yang disepakati)
C. PENUGASAN Penugasan adalah upaya pelaksana dalam pencapaian tujuan tarbiyah dengan melibatkan atau memerintahkan peserta tarbiyah untuk melaksanakan, mengikuti suatu sarana di luar sarana tarbiyah yang lain. Atau dapat dikatakan bahwa penugasan adalah cara pengajaran dengan memberikan tugas dalam bentuk tugas baca, menghadiri acara tertentu, atau tugas‐tugas lainnya yang
kemudian
dipertanggungjawabkan
kepada
murabbi/naqib/pelaksana
tarbiyah
yang
memberikan tugas tersebut. Tujuannya agar pemahaman peserta lebih mantap, pengalamannya lebih terintegrasi dan terdorong untuk berusaha lebih giat lagi.
Sasaran 12. Meningkatkan interaksi fikriyah dan amaliyah dakwah peserta tarbiyah 13. Menumbuhkan mas‐uliyah peserta tarbiyah dalam melaksanakan tugas‐tugas dakwah . 14. Menumbuhkan semangat menuntut ilmu peserta tarbiyah. 15. Memperluas hubungan peserta tarbiyah dengan lingkungan tarbiyah.
Bentuk Kegiatan 1. Kultum 2. Telaah/bedah buku 3. Ziarah masyayikh 4. Tugas kepanitiaan 5. Kliping media 6. Menjadi pembicara 7. Menulis Makalah. Dll.
D. MABIT dan JALASAH RUHIYAH Sasaran 1. Menguatnya hubungan dengan Allah Taala dan kecintaan kepada Rasulullah Saw baik secara ruhi, fikri maupun ’amali. 2. Terteladaninya pola hidup Rasulullah saw dan salafus shalih. 3. Menguatnya ukhuwah dan bi’ah islamiyah. 4. Meningkatnya ruhul jihad dalam beramal jama’i. 5. Terlaksananya salah satu ’ilaj tarbawi .
Adab persiapan fardi 1. Menyiapkan jiwa sebaik‐baiknya dengan memperbanyak dzikrullah dan menjauhi maksiat di siang harinya serta berazam untuk menepati waktu dan baramij yang telah disepakati bersama. 2. Menyiapkan raga sebaik‐baiknya seperti melakukan qailulah atau tidak memforsir tenaga di siang harinya. 3. Menghadirkan hati dan menghidupkan suasana ruhi. Misalnya, mandi terlebih dahulu sebelum mendatangi mabit, memakai wangi‐wangian, dan lain‐lain sesuai dengan situasi yang dihadapi.
Adab persiapan jama’i 1. Menyiapkan perlengkapan untuk mabit. 2. Menyiapkan ha‐hal yang menunjang acara, seperti penjemputan, buat cover dan lain‐lain. 3. Melakukan pengkondisian agar mabit dapat terlaksana secara maksimal.
Adab pelaksanaan 1. Tidak makan pada saat taujih berlangsung 2. Senantiasa merasakan muraqabatullah. 3. Tidak banyak bercanda. 4. Segera berwudhu jika dirasakan mengantuk ketika mendengarkan taujih dan dzikir. 5. Berwudhu sebelum tidur dan memperhatikan adab serta adzkar menjelang dan bangun tidur. 6. Saling mengingatkan terutama dari mas’ul atau murabbi terhadap saudaranya saat lalai atau kurang disiplin dalam melaksanakan agenda mabit. 7. Shahibul bait ikut tidur bersama dengan saudaranya yang lain. 8. Memaafkan saudara‐saudaranya dalam hati sebelum tidur.
Adab Penutupan 1. Membaca doa‐doa khitam majelis secara lengkap. 2. Menjaga kebersihan tempat. 3. Keluar dari tempat acara dengan tertib dan memperhatikan amniyah.
Mabit A. Ta’rif Mabit Mabit adalah kata dalam bahasa Arab yang artinya bermalam. Dalam pemahaman dakwah “Mabit” adalah salah satu sarana tarbiyah untuk membina ruhiyah, melembutkan hati, membersihkan jiwa, membiasakan fisik untuk beribadah, khususnya tahajjud, dzikr, tadabbur dan tafakkur. Dalam aktifitas dakwah di Indonesia kalimat “Mabit” dipilih untuk menggantikan kalimat “Katibah” yang berarti: batalyon pasukan.
B. Tujuan Mabit 1. Terpeliharanya sisi ruhiyah kader dengan ibadah dan dzikir 2. Menjaga hubungan dekat dengan Allah SWT sebagai syarat perlindungan dan pemeliharaan dakwah ini dari para musuhnya. seperti yang telah Rasulullah sampaikan dalam hadita Qudsiy:
: -
-
:
-
:
))
((
Barang siapa yang memusuhi kekasihku maka Saya nyatakan perang dengannya. Dan tidak ada amalan untuk mendekatkan diri kepada‐Ku yang lebih Aku cintai dibandingkan apa saja yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan tidak hentinya hamba‐Ku mendekatkan diri kepada‐Ku dengan ibadah‐ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya. Maka jika Aku telah mencintainya, Aku akan menjadi pendengaran yang digunakannya mendengar, mata yang digunakannya melihat, tangan yang digunakannya memegang, kaki yang digunakannya berjalan. Jika ia meminta pasti akan Aku berikan, dan jika ia berlindung pasti Aku lindungi. (HR. Al Bukhariy)
3. Mempererat hubungan antara sesama kader untuk semakin menguatkan mahabbah fillah 4. Membiasakan kader melakukan muhasabah diri 5. Membiasakan kader untuk taat dan disiplin
C. Syiar Mabit Syiar: 1
∩⊇⊃⊇∪ 8Λ⎧ É) F t ó¡•Β :Þ ≡u ÅÀ 4’ < n Î ) “ y ω è δ ô‰) s ùs «! $ Î$/ Ν ÅÁF t ÷èƒt ⎯ Βt ρ u Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. QS. Ali Imran: 101
Syiar: 2
dan aku bersegera kepada‐Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)". QS. Thaha: 84
Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, QS. At Taubah: 82
syiar: 3, Taat dan patuh
Makanlah meskipun kamu kenyang, tidurlah meskipun kamu berjaga
Syiar: 4
Perbaikilah dirimu, dan ajaklah selainmu
Syiar: 5
Barang siapa yang sikapnya tidak bisa mentarbiyahmu, maka kata‐katanya tidak akan pula membinamu
D. Waktu dan Tempat Mabit 1. Mabit dilaksanakan setiap bulan sekali 2. Mabit dimulai dari ifthar jama’i sampai waktu syuruq 3. Mabit dilaksanakan di masjid yang dapat menampung jumlah kader, mudah dijangkau, dan terjaga sisi amniyyahnya 4. Mabit Usroh dilaksanakan di rumah salah seorang anggota atau tempat lain yang disepakati yang memadai dan pantas.
E. Adab‐Adab Mabit 1. Menghadirkan niat yang ikhlas, dan anggota badan yang khusyu agar mendapatkan ridha Allah SWT dari setiap ucapan dan perbuatan 2. Senantiasa merasakan Muraqabah (pengawasan) Allah dalam seluruh aktifitasnya, dan menyadari bahwa para Malaikat memenuhi majlis itu, sebagai majlis dzikir 3. Senantiasa tafakkur, tadabbur dalam setiap doa yang dibaca selama mabit, baik doa sendiri maupun berjamaah. 4. Mendengarkan dan menyimak bacaan Al Qur’an yang dibaca atau didengar 5. Menyimak dengan seksama taujih yang disampaikan dalam kesempatan itu 6. Bersungguh‐sungguh dalam melaksanakan kegiatan mabit 7. Bersungguh‐sungguh dalam membersihkan jiwa raga 8. Menerima semua nasehat, arahan, dan perintah dengan baik dan mengharapkan balasan dari Allah SWT 9. Disiplin dalam seluruh agenda mabit, sejak waktu berkumpul sampai berakhir 10. Melaksanakan semua perintah dan aturan mabit, seperti: tidur, jaga, makan, minm, dan tugas‐tugas lain 11. Tidak banyak makan dan minum, dan mendisiplinkan diri mengendalikan nafsu 12. Tidak berlebihan dalam fasilitas. Ingat bahwa mabit pertama dilakukan dengan hamparan tanah dan berbantul sepatu. 13. Tidak bercanda dan bergurau untuk menjaga suasana ruhiyah yang dipenuhi dengan ibadah, dzikr, dan doa
F. Agenda Mabit 1. Wazhifah Kubra 2. iftor jama’iy 3. shalat maghrib berjamaah, dzikir, doa sampai isya 4. shalat isya’ berjamaah
5. Kalimat iftitah dari amirul katibah, atau yang ditunjuk 6. Tilawah Al Qur’an, tasmi, atau membagi AL Qur’an untuk dibaca khatam oleh peserta 7. Tausiyah qur’aniyyah, sirah nabawiyah dan da’wah 8. Istirahat (hirasah bergantian) 9. Qiyamullail (hirasah bergantian) 10. Istighfar dan doa 11. Sahur (jika hari puasa) 12. Shalat subuh berjamaah 13. Wazhifah Kubra 14. Shalat syuruq 15. Evaluasi dan penutupan
G. Indikator Keberhasilan 1. Mabit dianggap berhasil jika dihadiri oleh minimal 90% jumlah peserta yang harus hadir, 2. Peserta dianggap hadir jika datang paling lambat Isya berjamaah serta mengikuti seluruh agenda mabit hingga selesai. Jika kurang dari waktu tersebut dianggap tidak hadir. 3. Tersampaikannya materi mabit. 4. Terlaksananya qiyamullail. 5. Terlaksananya wazhifah kubra. Bagi yang tidak hadir harus mengqadha pada mabit di grup lain pada bulan yg sama
Jalsah Ruhiyah untuk Akhwat A. Ta’rif Jalsah Ruhiyah Jalsah Ruhiyah adalah salah satu sarana tarbiyah bagi kader akhwat untuk membina ruhiyah, membersihkan jiwa,dan melembutkan hati
B. Landasan Syar’iy
)) : -
-
:
-
:
((
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu anhu‐ berkata: Rasulullah –shallallahu alaihi wasallam‐ bersabada: Sesungguhnya Allah –subhanahu wata’ala‐ berfirman: Barang siapa yang memusuhi kekasihku maka Saya nyatakan perang dengannya. Dan tidak ada amalan untuk mendekatkan diri kepada‐Ku yang lebih Aku cintai dibandingkan apa saja yang telah Aku wajibkan kepadanya, dan tidak hentinya hamba‐Ku mendekatkan diri kepada‐ Ku dengan ibadah‐ibadah sunnah sehingga Aku mencintainya. Maka jika Aku telah mencintainya, Aku akan menjadi pendengaran yang digunakannya mendengar, mata yang digunakannya melihat, tangan yang digunakannya memegang, kaki yang digunakannya berjalan. Jika ia meminta pasti akan Aku berikan, dan jika ia berlindung pasti Aku lindungi. (HR. Al Bukhariy)
C. Tujuan Jalsah Ruhiyah 6. Terpeliharanya sisi ruhiyah kader dengan ibadah dan dzikir 7. Menjaga hubungan dekat dengan Allah SWT sebagai syarat perlindungan dan pemeliharaan dakwah ini dari para musuhnya 8. Mempererat hubungan antara sesama kader untuk semakin menguatkan mahabbah fillah 9. Membiasakan kader melakukan muhasabah diri 10. Membiasakan kader untuk taat dan disiplin
D. Syiar Jalsah Ruhiyah Syiar: 1
∩⊇⊃⊇∪ 8Λ⎧ É) F t ó¡•Β :Þ ≡u ÅÀ 4’ < n Î ) “ y ω è δ ô‰) s ùs «! $ Î$/ Ν ÅÁF t ÷èƒt ⎯ Βt ρ u Barangsiapa yang berpegang teguh kepada (agama) Allah, Maka Sesungguhnya ia telah diberi petunjuk kepada jalan yang lurus. QS. Ali Imran: 101
Syiar: 2
dan aku bersegera kepada‐Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha (kepadaku)". QS. Thaha: 84
Maka hendaklah mereka tertawa sedikit dan menangis banyak, QS. At Taubah: 82
syiar: 3, Taat dan patuh
Makanlah meskipun kamu kenyang, tidurlah meskipun kamu berjaga
Syiar: 4
Perbaikilah dirimu, dan ajaklah selainmu
Syiar: 5
Barang siapa yang sikapnya tidak bisa mentarbiyahmu, maka kata‐katanya tidak akan pula membinamu
E. Waktu dan Tempat Jalsah Ruhiyah 1. Jalsah Ruhiyah dilaksanakan setiap bulan sekali 2. Jalsah Ruhiyah dilaksanakan minimal selama empat jam, sebelum waktu maghrib 3. Jalsah Ruhiyah dilaksanakan di masjid atau tempat yang dapat menampung jumlah kader, mudah dijangkau, dan terjaga sisi amniyyahnya
F. Adab‐Adab Jalsah Ruhiyah 1. Menghadirkan niat yang ikhlas, dan anggota badan yang khusyu agar mendapatkan ridha Allah SWT dari setiap ucapan dan perbuatan 2. Senantiasa merasakan Muraqabah (pengawasan) Allah dalam seluruh aktifitasnya, dan menyadari bahwa para Malaikat memenuhi majlis itu, sebagai majlis dzikir 3. Senantiasa tafakkur, tadabbur dalam setiap doa yang dibaca selama mabit, baik doa sendiri maupun berjamaah. 4. Mendengarkan dan menyimak bacaan Al Qur’an yang dibaca atau didengar 5. Menyimak dengan seksama taujih yang disampaikan dalam kesempatan itu 6. Bersungguh‐sungguh dalam melaksanakan kegiatan mabit 7. Bersungguh‐sungguh dalam membersihkan jiwa raga
8. Menerima semua nasehat, arahan, dan perintah dengan baik dan mengharapkan balasan dari Allah SWT 9. Disiplin dalam seluruh agenda mabit, sejak waktu berkumpul sampai berakhir 10. Melaksanakan semua perintah dan aturan mabit, seperti: tidur, jaga, makan, minm, dan tugas‐tugas lain 11. Tidak banyak makan dan minum, dan mendisiplinkan diri mengendalikan nafsu 12. Tidak berlebihan dalam fasilitas. Ingat bahwa mabit pertama dilakukan dengan hamparan tanah dan berbantul sepatu. 13. Tidak bercanda dan bergurau untuk menjaga suasana ruhiyah yang dipenuhi dengan ibadah, dzikr, dan doa
G. Agenda Jalsah Ruhiyah 1. Iftitah (pembukaan) 2. Tasmi’ 3. Sambutan struktur 4. Arahan Kaderisasi 5. Taujih Rabbaniyah 6. Wazhifah Kubra 7. Waqfah Tarbawiyah (diam sejenak merenungkan akhwat yang dikenalnya dan qiyadah dalam dakwah) 8. Ifthor Jama’i 9. Shalat maghrib berjamaah 10. Evaluasi dan penutupan
H. Indikator Keberhasilan 6. Jalsah Ruhiyah dianggap berhasil jika dihadiri oleh minimal 90% jumlah peserta yang harus hadir, 7. Peserta dianggap hadir jika datang paling lambat sebelum acara tasmi’ Al Qur’an serta mengikuti seluruh agenda hingga selesai. Jika kurang dari waktu tersebut dianggap tidak hadir. 8. Tersampaikannya materi Jalsah Ruhiyah 9. Terlaksananya wazhifah kubra. Bagi yang tidak hadir harus mengqadha pada Jalsah Ruhiyah di wilayah/daerah lain pada bulan yg sama.. Lailatul katibah dilakukan dengan suasana taqasyuf (sederhana dalam makan, pakaian dan penuh kekhusyu'an)
E. TARBIYAH TSAQAFIYAH (TATSQIF) Tarbiyah Tsaqafiyah (selanjutnya disebut tatsqif) adalah salah satu sarana utama penerapan manhaj yang bersifat ilzami (wajib) melalui pembekalan tsaqafah dan penguasaan keilmuan kepada seluruh peserta tarbiyah marhalah tamhidi dan muayyid.
Sasaran 1. Terpeliharanya penyampaian mawad tatsqif sesuai dengan manhaj ‘alami. 2. Tercapainya peningkatan kualitas dan isti’ab tarbawi. 3. Terpenuhinya sasaran‐sasaran tarbiyah pada semua marhalah.
Model pelaksanaan Tarbiyah tsaqafiyah dilakukan secara reguler dengan memungkinkan penggunaan teknologi komunikasi seperti teleconference untuk jarak yang jauh. Pelaksanaannya didasarkan pada ketersediaan sumber daya, sarana, dan prasarana masing‐masing struktur daerah.
Program Tarbiyah Tsaqafiyah Program tarbiyah tsaqafiyah dilaksanakan dengan sistem paket, dimana dalam sistem ini struktur pengelola membuat tatsqif secara paket dan kemudian memberikan sertifikat kepada peserta yang dinyatakan lulus dalam ujian tatsqif. Sebaiknya struktur pengelola tatsqif mengadakan kerjasama dengan wajihah profesional di dalam mengelola tatsqif, agar tarbiyah tsaqafiyah bisa diselenggarakan dengan profesional, berbobot dan bisa dipertanggungjawabkan.
Langkah Pelaksanaan Tarbiyah Tsaqafiyah i. Langkah Persiapan 1. Pengelola menyiapkan paket rencana tarbiyah tsaqafiyah selama 1 tahun (buat bahan paket tahunan) 2. Dalam mempersiapkan paket tarbiyah tsaqafiyah hendaknya mengikuti ketentuan berikut: Seluruh madah tarbawiyah dalam setiap jenjang harus dibuat dalam bentuk paket; Satu paket madah tarbawiyah terdiri dari 5 – 8 kali pertemuan, setiap pertemuan minimal 120 menit. 3. Dimungkinkan dalam satu madah tarbawiyah, untuk dibuat lebih dari satu paket, apabila madah tersebut terlalu panjang untuk dijadikan satu paket. 4. Pengelola dapat bekerjasama dengan wajihah yang profesional, sebagai pelaksana tarbiyah tsaqafiyah. 5. Pengelola mendata peserta tarbiyah tsaqafiyah dan mengklasifikasikan sesuai levelnya. 6. Pengelola mengumumkan daftar peserta, susunan kelas, dan jadwal tarbiyah tsaqafiyah 7. Pengelola dan atau pelaksana menginventarisir nama‐nama calon muwajjih
8. Pelaksana memastikan susunan kelas, jadwal kuliah, kapasitas kelas, muwajjih, modul madah tarbawiyah dan lainl‐lain. Dan mensosialisasikannya kepada peserta 9. Pengelola membuat multaqa muwajjihin yang dihadiri pelaksana untuk menyatukan visi dalam penyelenggaraan tarbiyah tsaqafiyah, pembekalan, dan membuat MOU dengan para muwajjih 10. Pelaksana memberikan jadwal tarbiyah tsaqafiyah kepada setiap muwajjih sesuai dengan bidang studi yang ditentukan.
Langkah Pelaksanaan 1. Pelaksana telah memastikan peserta tarbiyah tsaqafiyah, muwajjih, susunan kelas, kehadiran, lembar evaluasi muwajjih, modul madah yang akan disampaikan, dan tata tertib tarbiyah tsaqafiyah. 2. Pelaksana menunjuk pengurus kelas tarbiyah tsaqafiyah 3. Pelaksana menyerahkan daftar hadir peserta kepada muwajjih 4. Pelaksana membuat daftar hadir kehadiran muwajjih dan peserta 5. Pelaksana memutabaah kehadiran muwajjih dan peserta dengan ketat dan menyiapkan muwajjih pengganti 6. Muwajjih menyampaikan materi dengan efektif
Langkah Evaluasi 1. Pelaksana menentukan waktu ujian akhir tahun 2. Pelaksana melaksanakan ujian akhir 3. Pelaksana menyerahkan hasil ujian kepada muwajjih untuk dikoreksi 4. Pengelola mengumumkan hasil ujian akhir kepada setiap peserta melalui struktur 5. Pelaksana membuat rapot kepada peserta tarbiyah tsaqafiyah yang lulus ujian akhir 6. Pelaksana membuat ujian ulang bagi peserta yang nilainya di bawah standar 7. Pelaksana mendokumentasikan hasil ujian, baik yang lulus atau yang tidak lulus, dan selanjutnya menyerahkan dokumentasi tersebut kepada pengelola/struktur setempat 8. Pelaksana dan pengelola membuat evaluasi perjalanan proses belajar mengajar.
F. DAURAH Daurah adalah forum intensif untuk mendalami suatu tema atau keterampilan/keahlian tertentu. Diikuti oleh peserta dengan persyaratan tertentu dan dilaksanakan dalam waktu relatif lebih lama. Mudarrib acara daurah dipilih berdasarkan kepakaran/spesialisasi dalam bidang‐bidang tertentu yang didaurahkan/dikursuskan.
1. Daurah (Kursus Khusus) Adalah daurah/kursus yang dilaksanakan oleh gerakan dakwah dengan peserta khusus lingkungan gerakan dakwah atau oleh dan untuk gerakan dakwah. Biasanya untuk mawad‐mawad tertentu terkait kebijakan, strategi gerakan dakwah dan keahlian tertentu yang khas.
2. Daurah (kursus Umum) Adalah daurah/kursus yang bisa saja diselenggarakan oleh gerakan dakwah atau pihak eksternal dimana pesertanya‐pun bisa internal atau eksternal. Gerakan dakwah bisa memanfaatkan pelatihan‐ pelatihan yang diselenggarakan oleh institusi eksternal (wajihah ‘amah) dengan rekomendasinya, dan setelah peserta mengikuti pelatihan ini maka oleh pengelola/pelaksana.
H. TA’LIM Ta’lim adalah bentuk penyampaian mawad tarbiyah tsaqafiyah sekaligus tarbiyah jamahiriyah yang diselenggarakan melalui sarana‐sarana umum seperti masjid atau majelis ta’lim dengan penamaan ta’lim fil masjid, ta’lim rutin, majelis ta’lim, ta’lim melalui televisi, atau ta’lim melalui radio. Muwajjih ta’lim
ini
bisa
dari
kalangan
muntasib/muntazhimin
atau
bahkan
dari
kalangan
non‐
muntasibin/muntazhim. Untuk itu para pengelola tarbiyah perlu menginventarisir kegiatan‐kegiatan yang bersifat ta’lim tersebut yang kemudian diinformasikan kepada para peserta tarbiyah untuk mengikutinya. Kemudian murabbi/naqib memutabaah sejauh mana pencapaian muwashafat atas madah‐madah yang disampaikan melalui ta’lim
Tujuan 1. Nasyrul fikrah Islamiyah shahihah, syamilah dan ashilah di masyarakat demi terwujudnya ra‐yul ’am, wa’yul ’am dan ta‐yid ’am Islami. 2. Meningkatkan kecintaan pada masjid dan dukungan terhadap risalahnya sebagai pusat kegiatan dan pembinaan umat.
I. RIHLAH Rihlah adalah suatu perjalanan rekreasi yang bersifat tarbawi, manhaji dan tanzhimi dengan kegiatan yang disiapkan untuk mencapai sasaran pemulihan dan penyegaran potensi ruhi, fikri dan jasadi serta penguatan hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan. Pelaksanaan rihlah minimal sehari dan maksimal 3 hari. Rihlah diikuti keluarga masing‐masing anggota; Dilaksanakan minimal setahun sekali; Mengutamakan kesempatan rekreasi bagi ummahat (para ibu).
Sasaran 1. Meningkatkan kesegaran dan kebugaran tubuh. 2. Menghilangkan kejenuhan dan kepenatan dalam bekerja. 3. Meningkatkan kualitas hubungan kekeluargaan dan kemasyarakatan. 4. Meningkatkan ta'aruf, mahabbah dan itsar.
Adab persiapan Menyiapkan diri untuk rihlah; Rihlah sesuai dengan kemampuan; Memperhatikan peran masing‐ masing dalam mensukseskan acara.
Adab pelaksanaan Membaca doa safar ketika hendak berangkat; Menghidupkan sunnah dzikrullah sesuai dengan situasi dan kondisi; Menjauhi afaatul lisan; Menjaga suasana syura dan ta’awun; Meningkatkan nilai tafakkur dan i’tibar; Menjaga adab safar; Memperhatikan peraturan setempat.
Baramij Ditentukan oleh usrah atau halaqah yang direncanakan terlebih dahulu dengan berpedoman pada tujuan dan sasaran rihlah yang kemudian dievaluasi di usrah/halaqah.
J. MUKHAYYAM Mukhayyam adalah perkemahan yang dilaksanakan dengan waktu, lokasi dan peraturan tertentu.
Sasaran 1. Terwujudnya kebugaran, kekuatan dan keterampilan fisik kader 2. Tumbuhnya kedisiplinan, ketaatan dan kesiap‐siagaan. 3. Terlatihnya sifat‐sifat keprajuritan, kepemimpinan dan kemampuan bersabar dalam kesulitan. 4. Tertingkatkannya dan terpeliharanya semangat perjuangan dan pengorbanan. 5. Terpeliharanya dan tertingkatkannya ruhul ukhuwah dan ‘amal jama’i. 6. Terbentuknya personil dan regu Kepanduan
Sifat 1. Edukatif: memberikan pendidikan ruhiyah, fikriyah dan jasadiyah. 2. Relijius: seluruh kegiatan yang ada terbingkai dalam nuansa Islami. 3. Heroik: meningkatkan semangat perjuangan dan pengorbanan yang tinggi. 4. Rekreatif: memberikan nuansa rihlah, penyegaran dan hiburan. 5. Ukhuwah: meningkatkan jiwa persaudaraan dan ‘amal jama’i.
Baramij: Kegiatan‐kegiatan dalam Mukhayyam terdiri dari beberapa aspek:
Aspek Ruhiyyah: 1. Ruhiyah i’tiqadiyah‐khuluqiyah, yang merupakan rangkaian nilai‐nilai keikhlasan, keyakinan, keridhoan, kesederhanaan, ta’abbudiyah, kepedulian lingkungan dan tawakkal.
2. Ruhiyah ukhawiyah, yang merupakan rangkaian nilai‐nilai ta’aruf, ta’awun, takaful, salamatush‐shadr, itsar, dan kepedulian sosial. 3. Ruhiyah tanzhimiyah, yang merupakan rangkaian nilai‐nilai indhibath (kedisiplinan), tha’ah (ketaatan), amanah, jundiyah – qiyadiyyah, dan ’amal jama’i 4. Ruhiyah jihadiyah, yang merupakan rangkaian dari nilia‐nilai i’dad wal isti’dad (kesiapsiagaan), tadh‐hiyah (pengorbanan), tsabat (keteguhan) dan wa’yul‐amni (sense of security).
Aspek Fikriyah 1. Wawasan Kepanduan 2. Manajemen Kepemimpinan 3. Sirah Nabawiyah dan Sirah Sahabat 4. Ashalah Dakwah 5. Pengetahuan Life‐skill
Aspek Jasadiyah/Fanniyah 1. Senam 2. Jogging 3. Bela diri praktis 4. Life‐skill 5. Long March
K. NADWAH Nadwah adalah pertemuan ilmiah kader dalam satu jenjang struktur atau mustawa tarbiyah untuk melakukan kajian dan analisa permasalahan dengan masing‐masing berkontribusi pemikiran dan pandangan yang didukung dengan argumentasi ilmiah
Sasaran 1. Membangun tradisi ilmiah dan kontestasi gagasan 2. Membangun tradisi dialog 3. Menemukan cara yang mudah dalam memecahkan masalah dari banyak gagasan 4. Mempromosikan kader‐kader yang memiliki spesialisasi dalam bidang keilmuan 5. Memudahkan bertemunya kader dari berbagai wilayah di sebuah acara, sehingga mereka bisa meningkatkan ta’aruf, tafahum, tarabuth (ikatan) untuk maslahat dakwah
Waktu dan Frekwensi 1. Nadwah dilaksanakan tiga bulan sekali 2. Nadwah dilaksanakan selama satu hari dari jam 09.00 sampai jam 17.00 3. Nadwah dilaksanakan dalam dua sesi
Peserta dan Pengelola 1. Nadwah Kader a. Peserta adalah kader inti sesuai jenjang keanggotaan b. Jumlah minimal 25 orang maksimal 50 orang (jika jumlah kader di suatu daerah tidak memenuhi jumlah minimal perjenjang maka digabung dengan daerah/wilayah terdekat, atau ke jenjang di bawahnya) c.
Nadwah kader Ahli dilaksanakan oleh Kaderisasi Tingkat Wilayah
d. Nadwah Kader Muntazhim dilaksanakan oleh Kaderasasi Tingkat Daerah e. Nadwah Kader Muntasib dilaksanakan oleh Kaderisasi Tingkat Daerah/Kecamatan
2. Nadwah Struktur a. Nadwah fraksi dan pejabat publik b. Nadwah DPTP dan pengurus sampai bidang c.
Nadwah Departeman (Kluster)
d. Nadwah DPTW, pengurus dan fraksi, pejabat publik tingkat daerah dan propinsi e. Nadwah struktur dapat menghadirkan nara sumber eksternal
Agenda Acara 1. Pembukaan 2. Tasmi’/tilawah (bisa menunjuk salah satu peserta) 3. Sambutan struktur 4. Nadwah tema 1 a. Moderator nadwah b. Pemakalah 1,2,3 (masing‐masing 5 menit) c.
Diskusi peserta
d. Kesimpulan / rekomendasi 5. Istirahat/sholat zhuhur 6. Nadwah tema 2 a. Moderator nadwah b. Pemakalah 1,2,3 (masing‐masing 5 menit) c.
Diskusi peserta
d. Kesimpulan / rekomnedasi 7. Istirahat/sholat Ashar 8. Ma’tsurat Kubra 9. Penutupan
Tata Tertib Peserta 1. Sebelum Acara Nadwah Berlangsung a. Ikhlas niat untuk mengikuti acara b. Hadir sebelum acara dimulai c.
Mengisi absen/regestrasi
d. Sudah mengkaji tema yang sudah ditetapkan sebelumnya e. Membawa alat tulis
2. Ketika Acara Berlangsung a.
Bersemangat mengikuti acara nadwah
b. Memperhatikan adab hiwar/berdialog c.
Memperhatikan adab majlis
d. Menjaga ketertiban majlis (menonaktifkan hp)
Indikator Keberhasilan 1. Nadwah dianggap berhasil jika dihadiri oleh 80% dari jumlah yang harus hadir 2. Peserta dianggap hadir jika datang paling lambat sebelum sesi pertama dimulai dan mengikuti sampai selesai 3. Berlangsung suasana diskusi yang dinamis dan melibatkan minimal 50% peserta yang hadir 4. Ada kesimpulan dan follow up dari nadwah
Bab 11 MEDIA TARBIYAH
Bab ini menggambarkan pengertian daya ingat dan media, tujuan penggunaan media, jenis media, dan prinsip penggunaan media.
Definisi Kata media berasal dari bahasa Latin yang merupakan bentuk jamak dari medium. Batasan mengenai pengertian media sangat luas, namun kita membatasinya pada media tarbiyah saja, yakni media yang digunakan sebagai alat dan bahan kegiatan tarbiyah. Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan minat serta perhatian peserta sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. (Arief Sadiman, 1986)
A. Daya Ingat Dan Media Hasil tarbiyah yang sifatnya kognitif—dalam manhaj ini disebut dengan ulum marhalah—ditentukan oleh sejauh mana peserta tarbiyah mengetahui, mengingat, memahami, menganalisis, mensintesis, bahkan mengevaluasi dari informasi yang diterima. Mengingat merupakan ranah yang pertama dalam tingkatan kognitif, artinya bila mengingat materi tarbiyah lebih banyak akan memudahkan bagi peserta untuk mencapai ranah‐ranah berikutnya. Semakin sadarnya orang akan pentingnya media yang membantu pembelajaran (tarbiyah) sudah mulai dirasakan. Pengelolaan alat bantu tarbiyah sudah sangat dibutuhkan. Bahkan pertumbuhan ini bersifat gradual. Metamorfosis dari perpustakaan yang menekankan pada penyediaan media cetak, menjadi penyediaan‐permintaan dan pemberian layanan secara multi‐sensori dari beragamnya kemampuan individu untuk menyerap informasi, menjadikan pelayanan yang diberikan mutlak wajib bervariatif dan secara luas. Selain itu, dengan semakin meluasnya kemajuan di bidang komunikasi dan teknologi, serta diketemukannya dinamika proses belajar, maka pelaksanaan kegiatan tarbiyah semakin menuntut dan memperoleh media tarbiyah yang bervariasi secara luas pula. Karena memang tarbiyah adalah proses internal dalam diri manusia maka murabbi bukanlah merupakan satu‐satunya sumber belajar, namun merupakan salah satu komponen dari sumber belajar yang disebut orang. AECT ( Association for Educational Communication and Technology ) membedakan enam jenis sumber belajar yang dapat digunakan dalam proses belajar, yaitu:
1. Pesan; di dalamnya mencakup kurikulum (GBPP) dan mata pelajaran. 2. Orang; di dalamnya mencakup guru, orang tua, tenaga ahli, dan sebagainya.
3. Bahan; merupakan suatu format yang digunakan untuk menyimpan pesan pembelajaran, seperti buku paket, buku teks, modul, program video, film, OHT (over head transparency ), program slide, alat peraga, dan sebagainya (biasa disebut software). 4. Alat; yang dimaksud di sini adalah sarana (piranti atau hardware) untuk menyajikan bahan pada butir 3 di atas. Di dalamnya mencakup proyektor OHP, slide, film tape recorder, dan sebagainya. 5. Teknik; yang dimaksud adalah cara (prosedur) yang digunakan orang dalam memberikan pembelajaran guna tercapai tujuan pembelajaran. Di dalamnya mencakup ceramah, permainan/simulasi, tanya jawab, sosiodrama (roleplay ), dan sebagainya. 6. Latar (setting) atau lingkungan; termasuk di dalamnya pengaturan ruang, pencahayaan, dan sebagainya. Bahan dan alat yang kita kenal sebagai software dan hardware tak lain adalah media pendidikan.
B. Tujuan Penggunaan Media Ada beberapa keuntungan dari penggunaan media, sehingga keberadaannya sangat diperlukan dalam proses tarbiyah. Adapun fungsi dan tujuan media adalah:
1. Membantu menyampaikan pesan dalam proses komunikasi. 2. Menyederhanakan hal‐hal yang rumit, sehingga menjadi lebih mudah dipahami. 3. Menunjukkan hal‐hal yang abstrak menjadi sesuatu yang lebih nyata, sehingga informasi dapat dipahami dengan baik. 4. Memberikan persepsi yang seragam (uniformity ) kepada setiap peserta tarbiyah, walaupun jumlah peserta banyak dan mengajar secara berulang‐ulang. 5. Menimbulkan minat belajar, apalagi menggunakan media jenis multi media 6. Mencapai sasaran lebih banyak, karena ada pepatah: satu gambar bermakna 1000 kata. 7. Mengatasi hambatan bahasa, karena dengan media yang baik tanpa dikomentari oleh fasilitator sudah dapat bercerita sendiri. 8. Merangsang dalam menyampaikan pesan. 9. Membuat belajar lebih banyak dan lebih cepat. 10. Meneruskan pesan‐pesan. 11. Mempermudah penyampaian.
C. Jenis Media Mengapa perlu media dalam tarbiyah? Pertanyaan yang sering muncul, mempertanyakan pentingnya media dalam tarbiyah. Kita harus mengetahui dahulu konsep abstrak dan kongkret dalam tarbiyah, karena proses tarbiyah rabbani (belajar mengajar) hakikatnya adalah proses komunikasi, penyampaian pesan dari pengantar ke penerima. Pesan berupa isi/ajaran yang
dituang an ke dala
simbol‐si bol komuni asi baik verbal (kata‐ka a & tulisan) maupun non‐verbal,
proses ini dinamakan encoding. Penafsira n simbol‐simbol komunikasi terse but oleh
utarabbi
dinama an decodin . Ada kal nya penafsiran berhasil, adakalany a tidak. Ke agalan/keti akberhasila n dalam m mahami apa ya g didengar, dibaca, di ihat atau d iamati. Kegagalan/keti akberhasila n atau penghambat dalam
roses kom nikasi dike al dengan istilah barri ers atau no se. Semaki
semaki abstrak pe ahaman y ng diterima . Lantas di ana fungsi diagra
banyak v rbalisme
edia? Ada baiknya kit melihat
cone of lea of learning dari E gar Dale ya g secara jel secara jelas memberi penekanan terhadap pentingnya
media dalam tarbiy h:
Dalam gambar ini pada bebe apa bagian sudah mencantumka jenis med ianya. Pad
masing
media/ engalaman tersebut terlihat seber pa besar tingkat ke‐ko gkret‐an d n ke‐abstrak‐annya. Sehingga hal ini memudahkan agi murab i dalam memilih dan
enggunaka
media/pe galaman
belajar. Media tarbi ah yang da at digunak n ditunjukkan oleh Tab l di bawah i ni ( Anderso , 1976): Kel mpok Media
Media Instruksional
1.
Audio
pit a audio (rol a au kaset) pir ingan audio ra io (rekaman siaran)
2.
Ce ak
bu ku teks terpr gram bu ku pegangan manual bu ku tugas
3.
Audio – dio – Cetak
bu ku latihan dil ngkapi kaset ga bar/poster dilengkapi a dio)
4.
Pr yek Visual Diam
fil fil
bingkai (slide) rangkai (be isi pesan ver al)
5.
Pr yek Visual Diam de gan Audio
fil fil
bingkai (slide) suara rangkai suara
6.
Visual Gerak
fil
bisu denga judul (caption)
7.
Visual Gerak de gan Audio
fil suara video/vcd/dvd
8.
Be da
be nda nyata, m del tiruan ( ock up)
9.
Komputer
media berbasis komputer; CAI (Computer Assisted Instructional) & CMI (Computer Managed Instructional)
Di samping media yang disebutkan di atas, media mutakhir yang sangat berguna adalah telepon, HP over Internet Protocol Protocol , teknologi yang mampu melewatkan trafik suara, (mobile‐learning), VoIP (Voice over Internet
video dan data yang berbentuk paket melalui jaringan IP), VC (Video Conference) dan internet (e‐ learning). Media ini digunakan terutama untuk tarbiyah jarak jauh dan dengan kelas yang lebih dari
satu (distributed class). Bertambahnya kader menuntut untuk menerapkan metode tarbiyah yang cocok untuk jumlah untuk jumlah kader yang besar dan tersebar luas di dalam maupun luar negeri.
D. Prinsip Penggunaan Media Prinsip dalam pengguna media adalah:
1. Tidak ada satu metode dan media yang harus dipakai dengan meniadakan media yang lain. 2. Media tertentu cenderung lebih tepat untuk dipakai dalam menyajikan sesuatu materi tarbiyah daripada media lain. 3. Tidak ada satu media pun yang dapat sesuai untuk segala macam kegiatan tarbiyah. 4. Penggunaan media yang terlalu banyak secara sekaligus justru membingungkan dan tidak memperjelas materi tarbiyah.
akan
5. Harus senantiasa dilakukan persiapan yang matang untuk menggunakan media tarbiyah, terutama yang menggunakan teknologi. Jika tidak, maka media akan menjadi penghambat proses tarbiyah karena disibukkan dengan gangguan yang terjadi pada saat menggunakan media tersebut. 6. Media harus menjadi bagian integral dari proses tarbiyah. 7. Mutarabbi harus dipersiapkan dan diperlakukan sebagai peserta yang aktif, sehingga terdorong untuk melakukan tarbiyah dzatiyah lebih baik. 8. Peserta harus ikut serta bertanggung jawab terhadap apa yang terjadi selama proses tarbiyah. 9. Secara umum perlu diusahakan penampilan yang positif daripada yang negatif, atau meniadakan yang negatif. 10. Hendaknya tidak menggunakan media pendidikan sekadar sebagai selingan atau hiburan, pengisi waktu, kecuali memang tujuannya demikian. 11. Pergunakan kesempatan menggunakan media yang interaktif.
Bab 12 PRASARANA TARBIYAH
Berjalannya proses tarbiyah tidak hanya semata‐mata mengandalkan efektivitas halaqah ataupun usrah. Kedua sarana tersebut memang merupakan institusi pokok yang harus ada dalam tarbiyah nukhbawiyah. Namun untuk mencapai sasaran tarbiyah dengan baik juga diperlukan prasarana penunjang. Prasarana yang dimaksud di sini adalah segala sesuatu yang tidak berhubungan langsung dengan proses tarbiyah, tetapi keberadaannya dapat membantu proses tarbiyah, seperti peningkatan kemampuan membaca Al‐Quran dapat lebih ditajamkan di lembaga yang khusus mengelola aktivitas tersebut. Sedangkan untuk meningkatkan kemampuan tertentu dalam materi tarbiyah dengan metode pelatihan, maka lembaga pelatihan menjadi lembaga penunjang bagi proses tarbiyah seperti ini. Prasarana dibagi menjadi dua jenis: dua jenis:
A. Infrastruktur Beberapa lembaga infrastruktur manhaj tarbiyah dapat berfungsi sebagai prasarana. Peranan lembaga infrastruktur beberapa lembaga di bawah ini sangat penting dalam perjalanan proses tarbiyah.
1. Ma’had Salah satu misi tarbiyah adalah membentuk seorang dai yang memiliki wawasan keislaman yang luas. Untuk mencapai tujuan tersebut, tidak mungkin hanya melalui pertemuan halaqah/usrah saja. Maka diperlukan sebuah lembaga infrastruktur yang dapat menyiapkan seorang dai dari aspek wawasan keislaman. Keberadaan ma’had sebagai pusat kajian Islam sangat diperlukan, baik untuk pendalaman materi yang bersifat umum juga untuk menjembatani murabbi yang tidak sempat dan atau tidak mampu menyampaikan materi dalam jumlah dalam jumlah yang besar, khususnya materi yang terkait dengan dasar‐dasar keislaman. Mawad tarbiyah yang disampaikan melalui halaqah/usrah umumnya berbentuk rasmul bayan, lebih bersifat global, rangkuman umum, stimulan dan pendorong. Salah satu kelemahannya adalah tidak mencapai kedalaman ilmiah yang memadai. Karenanya, untuk mendalami pengetahuan Islam dan tema‐tema tertentu harus didapatkan melalui ma’had atau lembaga studi Islam. Keberadaan ma’had jelas ma’had jelas sangat mendukung proses tarbiyah. Tarbiyah
tsaqafiyah
(tatsqif)
bisa
diselenggarakan
secara
reguler
(kelas).
Kesuksesan
penyelenggaraan tatsqif juga juga dipengaruhi dukungan lembaga‐lembaga ma’had dan pusat studi Islam terutama dalam penyediaan ruang kelas, dan muwajjih. Untuk itu dalam penyelenggaraan tarbiyah tsaqafiyah dapat bekerjasama dengan lembaga studi Islam atau ma'had (ma’ahid) setempat. Selain
sarana kelas, program yang bisa dikerjasamakan adalah seminar, bedah buku, atau bentuk‐bentuk lainnya.
2. Lembaga (Markas) Tahsin Atau Tahfizh Al‐Quran Dalam bidang studi Al‐Quran, salah satu tujuan instruksionalnya adalah seorang mutarabbi memiliki kemampuan yang baik dalam membaca Al‐Quran, mengerti hukum‐hukum tajwid dan mampu menghafal beberapa juz Al‐Quran. Untuk itu, markas atau lembaga tahfizh‐tahsin Quran dapat menjadi tempat pencapaian tujuan tersebut secara tidak langsung, tanpa menghilangkan peran murabbi/naqib
dalam
mengontrol perkembangannya. Pendirian
lembaga/markaz Al‐Quran
diharapkan akan dapat mendongkrak kinerja aktivis dakwah
3. Masjid, Majelis Ta’lim Madah tarbiyah yang bersifat ammah dapat disampaikan di masjid atau majelis ta’lim. Karena itulah keberadaan infrastruktur masjid dan majelis ta’lim sangat diperlukan sebagai salah satu alternatif pelaksanaan proses tarbiyah. Umumnya penyelenggara ta’lim adalah masjid yang sudah memiliki SDM tertentu, sehingga bisa mengadakan program ta’lim. Pelaksanaan tarbiyah di majelis ta'lim dan masjid harus berkoordinasi dengan ta’mir masjid.
4. Radio, Program Televisi Radio atau sejenisnya adalah prasarana infrastruktur yang strategis dalam proses tarbiyah islamiyah yang bersifat ammah, sehingga pembentukan fikrah akan dapat berjalan dengan baik. Materi‐materi untuk kelompok dasar‐dasar keislaman dan pengembangan individu hendaknya mempunyai bobot cair, sehingga proses penyelenggaraannya dapat dilaksanakan melalui tarbiyah massal melalui radio atau TV.
5. Lembaga Pelatihan Lembaga pelatihan sangat diperlukan untuk melaksanakan fungsi tarbiyah tadribiyah, yaitu materi yang memerlukan pelatihan motorik dan keterampilan lainnya. Lembaga pelatihan harus mampu mengubah cara belajar dari hanya sekadar mengetahui (how to know) yang cenderung bersifat teori atau normatif menjadi bagaimana melakukan atau menjalankan sesuatunya (how to do) yang bersifat praktis dan implementatif. Sasaran tarbiyah nukhbawiyah adalah membentuk kepribadian muslim dan kepribadian dai. Salah satu sifat yang melekat dalam kepribadiannya adalah keterampilan‐keterampilan tertentu yang pencapainnya hanya melalui pelatihan, seperti penguasaan bahasa, penguasaan keterampilan manajerial/organisasi. Proses pencapaian tujuan tarbiyah yang bersifat keterampilan (skill) memerlukan lembaga pelatihan atau kursus. Pelaksana tarbiyah harus melakukan inventarisasi lembaga‐lembaga pelatihan di sekitarnya untuk dijadikan salah satu sarana tarbiyah.
6. Lembaga Kajian Keislaman Beberapa madah tarbiyah akan lebih baik jika dilaksanakan dan disiapkan oleh lembaga kajian keislaman. Pada lembaga tersebut madah tarbiyah dapat disajikan secara ilmiah dan mendalam. Dampak dari lancarnya proses Tarbiyah Tsaqafiyah pada lembaga kajian Islam akan menguatkan sisi‐ sisi pemahaman peserta tarbiyah.
7. Lembaga Kajian Issu Kontemporer Beberapa madah tarbiyah memerlukan kajian kontemporer yang selalu mengangkat kasus terkini. Berjalannya prasarana ini dapat membentuk kemampuan berfikir lebih luas. Untuk itu diperlukan infrastruktur berupa lembaga‐lembaga yang mengkaji masalah‐masalah kontemporer. Lembaga ini dapat dijadikan think tank untuk memunculkan pemikiran‐pemikiran yang bersifat operasional dan untuk memecahkan masalah sosial masyarakat yang sedang dihadapi. Lembaga kajian ini juga berfungsi
memback‐up
ikhwah
yang
duduk
di
lembaga
legislatif dan
eksekutif untuk
mengembangkan gagasan secara lebih luas.
8. Yayasan Keislaman, LSM, Lembaga Keuangan, Dan Usaha Dagang Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang dapat mengarahkan seseorang untuk melakukan suatu kebaikan. Jika ada semboyan, bahwa dalam dakwah, kami bukanlah ulama. Kami adalah para pelaksana (nahnu fi dakwah lasna ulamauha, walakin amiluha), maka seyogianya dapat menyadarkan kita perlunya membuat sarana‐sarana yang dapat membuat amal islami yang lebih banyak. Untuk itu prasarana infrastruktur lembaga keislaman yang dapat berbentuk yayasan, LSM, NGO, lembaga keuangan, dan lain sebagainya merupakan sarana real training setelah mendapatkan ilmu. Apalagi jika lembaga keislaman tersebut dapat melakukan aktivitas yang dapat membantu hajat masyarakat secara luas, maka dakwah sya’biyah akan lebih baik lagi.
9. Perpustakaan Perpustakaan adalah paru‐paru sebuah lembaga pendidikan. Apabila proses tarbiyah tidak difasilitasi perpustakaan sebagai sarana infra‐struktur, maka bagai manusia yang tidak memiliki paru‐paru. Dinamikanya akan tidak segar bahkan mati. Buku adalah salah satu sumber ilmu yang berperan memberikan kedalaman pengetahuan terhadap sesuatu hal. Apa yang didapatkan dalam usrah/halaqah barulah bersifat pokok‐pokok penting dari suatu tema. Karena itu setiap peserta tarbiyah juga harus melengkapi dirinya dengan perpustakaan pribadi. Jika tidak mungkin, peserta dan pengelola tarbiyah bisa membuat perpustakaan umum untuk skala kabupaten/kotaMuntasib. Minimal di setiap kabupaten/kotaMuntasib harus ada satu perpustakaan yang menyediakan buku‐buku maraji’ Tarbiyah Tsaqafiyah. Perpustakaan tersebut tidak harus dimiliki oleh peserta tarbiyah, yang penting mereka bisa mengakses dan membaca buku‐ buku maraji’ tersebut. Para penerbit Islam juga didorong untuk memprioritaskan menerjemahkan buku‐buku maraji’ yang belum diterjemahkan atau perlu diterbitkan ulang.
10. Klub Olah Raga, Bela Diri, Pecinta Alam Dan Kepanduan Fikrah dakwah kita adalah jama’ah riyadhiyah (klub olah raga). Sasaran tarbiyah fardiyah kita adalah menyiapkan ikhwah agar memiliki badan yang sehat, kuat, dan memiliki keterampilan bela diri. Dalam beberapa muwashafat mengharuskan kita untuk sehat, cek kesehatan dengan teratur dan olahraga dengan rutin. Sehingga untuk dapat merealisasikan seluruh tujuan tarbiyah tersebut sangat diperlukan prasarana yang mengarahkan tentang penyiapan kekuatan fisik, yaitu seperti kelompok olah raga, bela diri, pecinta alam, kepanduan, penyedia layanan kesehatan (health provider). Agar tarbiyah jasadiyah lebih terarah, maka setiap wilayah hendaknya menyiapkan dengan berbagai lembaga infrastruktur yang mungkin atau memanfaatkan potensi di luar gerakan dakwah dengan
optimal. Agar SDM kesehatan dan SDM yang memiliki keterampilan kesehatan dapat bekerja sama secara sinergis untuk mengelola tujuan tarbiyah jasadiyah ini.
B.
Prasarana Proses Tarbiyah
Peralatan yang disiapkan oleh tempat ta’lim rutin. Adapun sarana yang harus disiapkan oleh tuan rumah atau yang bertanggung jawab dengan tempat yaitu:
1. Peralatan tulis menulis (spidol, penghapus, papan tulis dan lain‐lain) 2. Ruangan, sebaiknya tempat memperhatikan aspek kebersihan, suci, rapi, terbebas dari polusi suara, polusi bau tidak sedap, polusi pandangan yang tidak islami, ventilasi, pencahayaan, daya tampung peserta dan lain‐lain. 3. Tikar dan sejenisnya, sajadah, kotak infaq dan lain‐lain 4. Minuman seadanya 5. Kalender (untuk menyusun agenda kegiatan dan program) 6. Tempat sampah, kamar kecil, tempat wudhu, dan lain‐lain. 7. Jika dimungkinkan dengan peralatan media, tape recorder, OHP, LCD, video dan lain‐lain.
Prasarana yang disiapkan oleh murabbi 1. Mushaf Al‐Quran, dan catatan terakhir giliran tilawah. 2. Kitab hadits. 3. Buku catatan materi dan sejenisnya. 4. Buku referensi pokok. 5. Buku catatan perkembangan mutarabbi dan lain‐lain.
Prasarana Untuk Peserta Persiapan secara umum.
1. Mushaf Al‐Quran dan catatan terakhir giliran tilawah. 2. Buku catatan dan perlengkapannya. 3. Uang infaq 4. Buku agenda harian dan lain‐lain Persiapan untuk peserta akhwat (yang membawa anak kecil)
1. Pakaian ganti bayi dan perlengkapannya 2. Makanan, minuman dan perlengkapannya 3. Obat‐obatan jika diperlukan 4. Alas tidur bayi
5. Permainan dan sejenisnya, yaitu untuk mengalihkan perhatian agar tidak mengganggu proses belajar.
Bab 13 LINGKUNGAN SOSIAL TARBIYAH
Bab ini menggambarkan ragam lingkungan—keluarga, masyarakat, pendidikan, pekerjaan, profesi, SDM atau NGO dan sospolhankam (sosial, politik, pertahanan dan keamanan). Lingkungan adalah kondisi‐kondisi di luar diri peserta tarbiyah yang ikut mempengaruhi keberhasilan tarbiyah, baik secara langsung maupun tidak langsung. Macam‐macam lingkungan:
Lingkungan keluarga Faktor ini membentuk sifat dan karakter dasar setiap orang sejak masa kecilnya dan mempengaruhi proses perubahan sikap setiap peserta tarbiyah. Faktor ini mencakup: Pola pendidikan dalam keluarga, hubungan antar anggota keluarga dan pandangan keluarga terhadap Islam dan dakwah.
Lingkungan Masyarakat Sejak manusia memasuki usia mumayyiz (usia sekolah) faktor lingkungan sosial mulai memberikan pengaruh yang besar dalam pembentukan identitas dan konsep diri. Lingkungan ini meliputi: Pergaulan teman sebaya, preferensi gaya hidup yang lebih Muntazhim, keterbukaan informasi dan media massa serta nilai dan norma di masyarakat.
Lingkungan Pendidikan Institusi pendidikan adalah faktor berikutnya yang secara langsung mempengaruhi perkembangan peserta tarbiyah dalam proses internalisasi dengan nilai‐nilai Islam. Maka hadirnya institusi pendidikan yang islami selaras dan sejalan dengan proses tarbiyah menjadi sangat relevan. Faktor ini meliputi: pembentukan pola pikir, penguasaan teknologi, keorganisasian, dan gaya hidup.
Lingkungan Pekerjaan Bagi peserta tarbiyah, bekerja adalah bagian dari kewajiban yang dituntut dalam Islam. Di samping keyakinan ini, peserta tarbiyah pun dituntut untuk mengimplementasikan nilai‐nilai Islam dalam ruang lingkup pekerjaannya. Faktor‐faktor yang mempengaruhi mencakup: tuntutan profesionalisme, etos kerja, budaya perusahaan, politik kantor dan life style.
Lingkungan Profesi Keberadaan lembaga profesi sekarang ini relevansinya sudah semakin kuat di tengah masyarakat. Maka kehadiran peserta tarbiyah pun tak bisa disangkal. Interaksi pada lingkungan ini menuntut banyak peserta tarbiyah untuk menunjukkan sisi‐sisi unggul dirinya dalam konteks kerja‐kerja